Pantun Ibunda menceritakan tentang seorang ibu yang tetap tegar menghadapi berbagai kesulitan kehidupan seperti kemiskinan, pengangguran, dan sakit. Dialam Gamang menceritakan seseorang yang mulai memahami kenyataan kehidupan yang pahit. Perjalanan berisi pesan bahwa kehidupan hanya tentang datang dan pergi, serta tanggung jawab atas kemauan sendiri.
1. PANTUN IBUNDA
Gedung sekolah ambruk setengah
Ada jalan aspalnya tanah
Ibunda tak pernah gundah
Kurang gizi tak terkendali
Petani susah mencari nasi
Ibunda tetap tidak peduli
Orang sakit bertambah sakit
Saat dibawa ke rumah sakit
Orangnya sakit rumahnya sakit
Tapi ibunda tak pernah sakit
Lowongan kerja ada dimana
Pengangguran dimana mana
Sambil memegang perut, ananda lapar bertanya
Ibunda ada dimana ?
Ibunda memang penyabar
Tetap tegar walaupun ananda lapar
Ananda bilang bukanlah sabar
Tapi ibunda memang tak sadar
Ibunda si hura hura
Belanja mahal itu biasa
Ibunda si hura hura
2. Dandannya di singapura
Ibunda si hura hura
Banyak hartsa dimana mana
Ibunda si pura pura
Berkerudung tapi pendusta
Ibunda si huru hara
Yang membuat marah hati ananda
Ibunda si raja tega
Tega meminum darah dan air mata
Ibunda memang perkasa, kuatnya lebihi baja
Ibunda memang kuasa, ibarat tangan gurita
Bimsalabim abra kadabra
Ada cerita dari tanah jawara
Ibunda kini dirundung duka
Bim salabim abra kadabra
Istana berubah wujud jadi penjara
Ibunda aku berdo'a
Sabarlah harap ananda
Pandeglang, 19 Desember 2013
3.
4. DIALAM GAMANG
Mak
Kini aku mulai mengerti
Diperjalananku yang baru setengah hari
Aku ini anak laki laki yang tak tau diri
Begitu banyak kenyataan yang aku ingkari
Mak
Aku kini dalam gamang, meraba raba kenyataan tidaklah gampang
Kadang kadang aku menolak batas kewajaran
Atau berperang melawan kesadaran
Kemarau yang begitu panjang hilang oleh hujan yang barusan
Membuatku ragu akan cita-cita dan angan-angan
Aku pernah menatap masa depan
Namun yang nampak hanya wajah wajah kepalsuan
Mak
Aku kini dalam lingkaran kemunafikan
Aku bicara tentang Tuhan namun dosa yang aku bangga banggakan
Aku berusaha menanam iman namun aku sendiri ada dalam keraguan
Aku bicara tentang kemanusiaan namun aku sendiri amoral yang tak berprikemanusiaan
Aku bicara tentang kebenaran namun yang kudapat hanya cibiran
Setiap hari aku lemparkan senyuman namun aku tak mampu sembunyikan penderitaan
Aku berusaha memupuk kekuatan namun lagi lagi yang kurasa hanya kelemahan
5. Aku capek Mak
Namun aku tak boleh mengeluh
Tuhan melarangku untuk putus harapan
Mak
Kamu sering bertanya tentang kehidupan
Lalu aku jawab, “gampang!”
Tahukah kamu Mak ?, itu hanya hiburan kebijaksanaan
Mak
Kini aku sudah putuskan, dibawah gugur pohon mahoni
Aku mengasingkan diri, aku bicara pada batinku sendiri
Aku tertawa pada diriku sendiri, aku menangis pada jiwaku sendiri
Lalu aku menelan ludahku sendiri
Sendiri, sendiri, ya ! sendiri
Tuhan juga sendiri, ya ! sendiri
Mati juga sendiri, Ya, sendiri
Aku juga sendiri, ya ! sendiri
Serang, 20 Juli 2014
6. EROSI MASA TRANSISI
Anak anaku
Kini tiba saatnya masa transisi
Para politisi berbenah kerah dan dasi
Para kiyai dan santri kembali mulai mengaji
Para pelaku seni mulai berpuisi
Orang-orang yang dulu sepi
Kini mulai berekspresi
Anak-anaku
Kini tiba saat musim pancaroba
Para jawara tidak lagi busungkan dada
Raja raja didesa sudah mulai mengatur kata
Mereka mulai membaca cuaca
Biar tidak jadi tersangka
Salah salah memilih kata
Bisa saja jadi terdakwa
Karena hukum ditanah jawara
Kini mulai berkuasa
Anak anaku
Gerimis dimusim ini
Negeri kita masih rawan korupsi
Jangan heran negeri ini banyak yang mencaci
Sebab politisi pengatur negeri
7. Yang nampak suci tapi miskin hati
Tak bisa menahan diri
Akhirnya jadi pencuri
Anak anaku
Para agamawan bisa saja bicara tentang Tuhan
Tapi Tuhan bisa hilang kalau sudah ada uang
Para kiyai bisa bicara tentang teologi
Tapi ideologi bisa lari kalu lihat susu sapi
Para pemangku kebijakan bisa saja ngomong soal kesejahteraan
Tapi kemiskinan selalu saja jadi bahan iklan
Badan anggaran bisa bicara menutup kebocoran
Tapi hutang selalu jadi bahan omongan
Para pakar pintar bicara mengatur bahan bakar
Tapi harga bahan dipasar jadi terbakar
Mentri ekonomi bisa bicara atasi krisis ekonomi
Tapi ketimpangan selalu melanda negeri ini
Mentri pertahanan bisa bicara tentang keamanan
Tapi kenyamanan sulit untuk didapatkan
Anak anaku
Dimasa transisi kini
Kamu harus mampu menahan diri dan mampu membaca situasi
8. Sebab kawan dan lawan sulit di identifikasi
Keadaan jadi sampan tak berhaluan
Pintu-pintu kekuasaan berjubelan
Benar salah dibuat saling bertabrakan
Sungguh, perubahan penuh jebakan
Jika ingin merubah keadaan
Tak bisa melulu jadi demonstran
Sebab demonsran tidak merubah keadaan
Ini hanya pembuktian, bahwa dinegeri ini ada perlawanan
Jadilah pemangku kebijakan
Maka dipastikan kau akan dibanggakan atau bahkan dilecehkan
Anak anaku
Ilmu yang kamu pelajari disini
Haruslah dirangkum menjadi ilmu kemanusiaan dan ilmu kehidupan
Bila nanti semua penduduk negeri ini menjadi pencuri
Maka anak anaku akan menjadi para pencuri yang baik hati
Serang, 18 Juli 2014
9. PERJALANAN
Kini aku sudah tak takut lagi
Tentang hantu dimasa lalu
Dan ancaman dimasa depan
Matahari yang merayap turun diujung barat
Hanya soal datang dan pergi
Sejak zaman Nabi Adam
Manusia hanya dihadapkan pada dua pilihan
Dan hidup yang kita hirup setiap saat
Hanya bergerak pada soal kemauan
Kemauan akan mengajak pada kemenangan
Kemenangan lahir dari pertempuran
Kemauan akan mengajak pada kenikmatan
Kenikmatan lahir dari derita yang berkepanjangan
Kemauan akan berusaha mencapai kenyamanan
Kenyamanan lahir dari kegundahan
Kemauan akan berfikir benar dan merasa dirinya suci
Ketika orang lain berbuat salah
Kemauan akan merasa seolah dirinya tak pernah tertawa
10. Kala derita menimpanya
Kehidupan yang maha luas
Hanya kumaknai dengan sederhana
Soal tanggung jawab
Aku tidak tuli akan hingar bingar kenikmatan dunia
Tapi nafsu serakah membuatku rakus dan gelap mata
Aku tidak cukup mengisi dapur dengan prinsip
Tetapi kepalsuan yang merajalela memaksaku bermuka dua
Aku tahu lapar itu tak enak rasanya
Tetapi aku tak mau menjadi burung kicau dirumah raja raja
Mak
Kini aku mulai mengerti
Tentang cerita kutu loncat atau bunga mawar yang tumbuh dibelantara
Diusia yang senja, hidup haruslah menjadi nyata
Merdeka dalam penjara atau dijajah dialam raya
Sudah ya Mak ?
Serang, 11 Juli 2014
11. KU TITIPKAN CINTA PADA DO’A
Wahai kerudung yang mendung;
Akankah hujan membasahi bola matamu ?
Wahai merpati yang biasa jinak menari;
Akankah kau hinggap kembali disini, dimalam ini ?
Demi malam, yang telah menghadirkan nafsu dalam tubuhku
Simpanlah birahiku !
Ajaklah ia bermain bersama cahaya bulan, biar tak menangis
Atau sembunyikan ia dalam gelap, biar syetan tak menemukannya
Sebab, merpatiku telah lelah menari
Ia akan tidur bersamaku malam ini
Tidurlah
Lelaplah
Sambil mengendap-endap aku berbaring
Diujung pandang, terbayang olehku tentang satu malam yang halal
Tapi kenyataan membuat pandanganku memudar
Astaga ! aku mengedipkan air mata
Demi mimpi, yang menghadirkan imaji
Pertemukan kami !
Karena hanya lewat mimpi aku mampu memberi
Merpatiku yang lelah menari;
Ikutlah denganku ke taman sriwedari di maespati
12. Kita berenang menyelami dalamnya telaga madirda menemukan cupu manik astagina1
Lalu ku kalungkan dilehermu menjadi hiasan didadamu
Wahai merpati yang biasa jinak menari;
Ingin lama sekali aku bermimpi
Mengajakmu menari dan terus menari
Bersama Legong Bali yang memikat hati
Atau saman yang mengajarkan kebajikan
Tapi malam telah mengajakmu pergi
Sebelum kulumat gincumu yang mengisahkan banyak lelaki
Merpatiku yang telah lelah menari;
Ada yang lebih indah dalam tafsir cintaku
Selain memanggangmu dengan nafsuku
Waaaah ! naif sekali aku ini
Ya !
Aku tak bisa lari dari jasad kelelakianku
Yang terus meronta-ronta
Yang terus menggelora seperti ombak disamudra
Tapi aku ini manusia yang sedang membaca cinta
Dihalaman pertama, aku membaca kata kata;
Menjaga kesucianmu itu lebih utama, sejatinya dalam cinta;
Tak boleh membuat luka, tak boleh membuat kecewa
Aku hanya boleh membuatmu bahagia
13. Waaah ! ini terlalu memaksa, aku tidak bisa
Tapi jika kau jawab “Ya !”, aku pasti berusaha
Dan jika “tidak” akan kutitipkan saja cintaku pada do’a
Wahai merpati yang biasa jinak menari
Malam sudah menunggumu dibalik pintu
Menggondol semua mimpi mimpi
Juga kau Dayang Sumbi
Setelah semalaman kita asik bicara mimpi
Akhirnya tiba saat kau pergi
Merpatiku yang biasa jinak menari
Menarilah dan terus menari
Aku selalu menantimu dengan rindu dibawah rimbun pohon seri
Serang, 11 Agustus 2014
14. KUTITIPKAN DO’AKU PADA PUISI
(Untuk Alm. Ruby Ach. Baedhawy)
Aku melihat Wajah kuning keemasan
Disepertiga malam, Ia bicara lewat cahaya bulan
Bintang bintang menyaksikan Izrail diperintahkan
Mereka bersaktah seperti Yaasin dan Muthaffifin
Diujung bulan Nuzulul Qur’an aku diperintahkan
Menemui laki-laki yang baik hati di pedalaman Cilangkahan
Akan kuajak ia pada keabadian, dan kupertemukan ia dengan kedamaian
Dunia baginya terlalu menyakitkan
Wahai bumi, sambutlah ia dengan kesuburanmu
Wahai langit, tempatkanlah ia dengan kemegahanmu
Wahai alam raya ikhlaskanlah ia bila menyisakan luka
Wahai Rokib wahai Atid sempurnakanlah ia dengan penamu
Wahai Mungkar wahai Nakir permudahlah ia dengan keadilanmu
Wahai Malik wahai Ridwan
Atas nama ke-Maha RohimanMu
Izinkanlah ia
Berta’awudz menyinggahi serambi surga dan segala keagungannya
Serang, 09 Agustus 2014
15. SAJAK CINTA DAN PENGANGGURAN
Seperti pesakitan
Tubuhku meringkuk memeluk gembolan
Kutimang-timang kusayang sayang
Kau tahu ? ini bukan gombalan
Inilah cinta dan kesetiaan
Calon istriku
Aku bukanlah laki-laki yang mampu mengajakmu jalan-jalan atau makan malam di restoran
Aku ini pengangguran seperti juga pencopet, nasibku untung-untungan
Tapi ini cinta, jurus pertama satukan rasa soal dana itu nomor dua
Kalau cintamu bergantung pada jajan
Bercintalah dengan tukang kelontongan atau pedagang asongan
Lebih hebat lagi jadi selingkuhan kepala jawatan atau penguasa partai
Maka dipastikan gincumu masuk anggaran di DPR
Aku ini pengangguran
Tapi walaupun aku pengangguran aku hanya menganggurkan pekerjaan
Tak kan pernah aku menganggurkan cintamu padaku
Calon istriku
Meskipun kau telah berpacaran dengan laki-laki yang banyak bentuknya
Tapi soal kesetiaan akulah jagonya
Sebab, pengangguran tak punya banyak kesibukan menjaga cintamu itulah pekerjaan
16. Untuk sementara anggaplah aku ini satpam yang menjaga keamanan
Akan kupastikan kau merasa aman dan nyaman
Meski cinta bagimu celana dalam
Tapi cinta, ada dalam celana !
Calon istriku
Berpacaran denganku tak usah takut kelaparan
Aku bukanlah tipe pengangguran tahun delapan puluhan
Menuhankan pekerjaan sama saja dengan hasil curian uangnya haram kalau kau makan
Aku ini pengangguran yang ber-Tuhan
Calon istriku
Berpacaran denganku tak usah malu karena tampangku serampangan
Penampilan itu tak menjadi jaminan
Tidak sedikit laki-laki yang berwatak pedagang
Penampilan mereka dijadikan bahan iklan agar laris bersaing dipasaran
Tapi ini cinta tidak baik jika berpura-pura
Calon istriku
Jika suatu saat orang tuamu bertanya tentang calon suamimu
Katakan alasanmu, jangan ragu dan jangan malu-malu kenapa kau pilih aku sebagai suamimu
Jangan sampai aku kau buat palsu
Jadilah perempuan yang pandai merayu jangan jadi perempuan yang pandai menipu
Jika orang tuamu melarang, lanjutkan saja rencana kita ke pelaminan
17. Konon katanya cinta terlarang itu lebih nikmat kalau sudah diatas ranjang
Lalu setelah kita bercinta semalaman esok pagi kita akan baca berita dikoran:
“seorang putri hartawan dengan wajah yang menawan telah menikah dengan sorang laki-
laki pengangguran yang serampangan”
Nah ! disinilah letak keindahan cinta terlarang
Kisah kita akan dijadikan sebuah rujukan dan bahan kajian
Ini namanya keajaiban !
Kita berdua akan menjadi pasangan yang dikagumi banyak orang
Dan, inilah hakikat ilmu memperbaiki keturunan
Serang, 21 September 2014
BANTAM PURNAMA
Ampat belas tahun lamanya, masih saja kita bicara purnama
Padahal Bantam tengah gerhana gelap selama-lamanya
Sultan, ampuni kami yang telah bosan mengepal tangan dan teriak lawan
Sultan, maklumi kami yang telah benci mencaci dan tak sanggup memuji
Wahai Banten Nagari, siapa yang musti kami caci dan kami puji ?
Sedang kawan dan lawan entah Tuhan entah syetan
Wahai para pejuang, senjata yang paling menakutkan ialah kesamaan
mengepal tangan genggam iman yang plin-plan tak begitu menyeramkan
Sambil kutenangkan encok diotaku, kupeluk lutut sambil mencari jawaban
18. Esok hari, apa yang mesti kulakukan selain mempertahankan iman
Sultan, aku menuntut jawaban !
Serang, 04 Oktober 2014
19. MENANAM RINDU
Mengenang Alm. Ruby Achmad Baedhawy
aku ingin menapak tilas jejak petualangmu
pada tanah-tanah pedalaman
pada butir-butir pasir dipesisir
pada aspal-aspal jalan perkotaan
pada singgasana-singgasana kerajaan
aku ingin mengikuti pancaran cahayamu
pada bangku-bangku perguruan
pada sayatan pene-pena sastrawan
pada kebijaksanaan seniman dan budayawan
pada warung-warung kopi dipinggir jalan
pada panji-panji yang memerangi keadaan
aku ingin mencuri ketawaduanmu, sungguh
pada orang-orang besar kepala dan besar jiwa
pada orang-orang besar kepala tak besar jiwa
pada orang-orang yang tak besar apa-apa
kamu ada disana dengan nada yang biasa
sungguh, aku iri padamu
aku ingin menyibak jejak cintamu
pada manis bibir Elviana istrimu
pada tawa renyah Sultan putra bungsumu
20. ;ceritakanlah padaku
Aku ingin menapak tilas jejak spiritualmu
Pada doa-doa suci para kiayi
Pada silsilah dan wasilah para karuhun, buyut dan ambu
Sungguh, aku rindu padamu
Meski telat aku memilikimu
Sungguh, aku ingin menyaksikan bahagiamu
Bersama para sultan, sunan, pangeran dan adipati
Bersama keutuhan iman yang terpancar dari hati para wali
Bersama kesucian cinta yang bermuara disamudra anbiya
Tidurlah, jiwamu dalam surga
Sementara
Biarkan aku mengenyam luka
Kutelan sebagai ilmu yang memenuhi isi perutku
Lalu kutanam dikebun belakang
Menjadi tunas dan pohon-pohon kayu
Biarkanlah aku terus menanam rindu
Pada setiap jejak-jejak itu
Biar kutuai menjadi doa untukmu
Serang, 05 November 2014
21. FUCK YOU
Tuan
Perlawanan macam apa lagi yang kau gelorakan
Sementara payung dan pecimu tak mampu menahan panas dan hujan
Musuh yang mana lagi yang akan kau tumbangkan
Sebab yang kau tebang itu adalah padang ilalang
Tuan
Korupsi siapa lagi yang kau awasi
Sementara kau sendiri butuh jajan setiap hari
Pencuri yang mana lagi yang kau identifikasi
Sementara fotonya sendiri masih kau pajang rapi
Di masyarakat maling
Maling teriaki pencuri tidaklah asing
Biar tak disebut maling haruslah lebih dulu menuding
Padahal maling tetaplah maling
Tuan
Perubahan macam apa lagi yang kau kampanyekan
Tahukah kamu, kebenaran disini itu hanya jadi benalu
Kemenangan macam apa lagi yang kau banggakan
Kau lihat, para pejuang kita kelaparan dimedan perang
22. Tuan
Harapan apa lagi yang kau tawarkan
Jutaan ibu dan bapak juga anak anaknya
Hilang angannya direbut masa depannya
Tidak kah kau tahu
Itu ulah teman-temanmu, teman semeja dikantormu
Itu ulah kawan-kawanmu, kawan semeja difraksimu
Yang dulu sama jual harap sepertimu
Sekarang apa lagi
Tuan
Aku muak dengar pidatomu
Aku bosan lihat senyumu
Aku muntah dengan teori-teorimu
Aku ingin saja bakar buku-bukumu itu
Juga gedungmu
Biar kau tahu, dan kawanmu juga tahu
Bahwa kalian hanya pantas menjadi abu
Akan segera kutinggalkan basa-basimu
Yang telah lancang meramalkan nasibku
Perdamu sama sekali tak berhubungan dengan jalan hidupku
Tak kan lagi aku memilihmu juga rakyatku
Untuk mewakili keinginanku juga rakyatku
Sebab kebaikanmu hanyalah gincu
23. Sejatinya, kau tidak lebih baik dariku juga rakyatku
Kau bukanlah pahlawanku juga bagi rakyatku
Fuck you
Serang, 10 November 2014
24. HUJAN DIBAWAH LAMPU
ingin kujamah lagi tubuhmu
saat hujan menelan rebahku
inginku hitung lagi jarimu
saat sepi menyelimuti hari
ingin kutatap lagi wajahmu
saat lampu-lampu mulai beku
bersinarlah matamu
inginku cium lagi farfum-mu
saat sesak nafasku
ingin kuraba lagi pinggulmu
untuk menenangkan encokmu
ingin ku elus lagi pipimu
saat putus asa memburu
ingin kurangkul tubuhmu
saat rapuh meremukan tulangku
pada waktu aku selalu menunggu
menjawab semua pertanyaanku
kapan mata kita akan bertemu
nafas-nafas kita bertemu
lalu kuberbisik diujung lidahmu
ternyata aku masih rindu
25. kita harus pergi mencari mata air
membasuh cinta dari luka dan kecewa
kita musti berenang ditelaga
menyebrang rintang dan Tanya
sambil kutelan usia
aku selalu menunggumu
lari dari lelaki yang miaramu
datang membawa jutaan waktu
kujamah tubuhmu, kuhitung jarimu
kutatap wajahmu, kucium farfum-mu
kuraba pinggulmu, kuelus pipimu
kurangkul tubuhmu
mata kita bertemu, nafas kita bertemu
lalu bibirku berbisik diujung lidahmu
dengar janjiku
tidak akan pernah aku bosan padamu
Serang, 11 November 2014
26. RUMAH KECILKU
kecil dan terkucil
hening dan terasing
sisa-sisa yang terbuang
lalu menjadi ruang
ruang kecil yang terkucil
dari kota dan hedonisnya
kecil dan terkucil
nyempil dan mungil
dekil tapi centil
kadang ada yang mampir
kadang ada yang nyinyir
semua telah kutulis menjadi syair
susah dan payah
keluh dan kesah
gundah dan gelisah
melukis dinding rumah
rumah yang terpisah
dari serakah kota yang jadah
bicara suka-suka
tertawa semaunya
27. bahagia seharusnya
duka lara taka apa
sedih itu hal biasa
sebab kita manusia
manusia yang merdeka
merdeka dari kota yang penuh tanda Tanya
ini adalah Negara
Negara yang luas tanahnya
sebesar kamar mandi presiden Indonesia
tapi dirumah ini saya presidennya
biar sedikit rakyatnya, mereka punya setia
seperti presiden Indonesia, entah yang mana
saya akan mempertahankan Negara saya
dengan segala kemerdekaannya
seperti tak pernah bosan
rumah ini terus memberi keindahan
dan teruslah beri saya keindahan
sampai saya jadi wisudawan
seperti tak pernah bosan
rumah ini terus memberi bahagia
dan teruslah beri saya bahagia
sampai saya punya ibu Negara
itu sih maunya
28. rumahku yang kecil dan terkucil
biar adamu mengganggu
kalau hilang pasti akan dikenang
kamu pasti dirindu juga mereka yang pernah disitu
oleh siapa lagi, kalau bukan olehku; Presiden pertamamu
Saung Gubeg, 11 November 2014
ADING KERENG BANGKIRAY
dipulau Kalimantan
tege pulau sebangau
ading-adingku sayang
berkumpul yang riang
dipulau Kalimantan
tege burung tingang
terbang melayang
hinggap dirumah ading
adingku sayang
hiduplah yang riang
kita berenang
di air sebangau
adingku sayang
29. hiduplah yang tenang
ditanah gambut
yang penuh kabut
adingku riang
adingku tenang
terbanglah bersama burung tingang
terbanglah meraih masa depan
Palangkaraya, September 2014
Aku i ku ka ku
Aku
Otak beku
Otot kaku
Lesu
Aku
Satu-satu
Menetes
Pilu
Pada buku
Kutulis;
Aku i ku ka ku
03 Februari 2015
30. SYAHADAT CINTA
Bicaralah pada sunyi yang merestui kita malam ini
Tentang hati yang menyimpan banyak rahasia
Bukalah nuranimu seperti gerbang surga menunggu iman
Isyaratkan pada kedua malaikat yang menjaga pintu hatimu
Tanyalah aku;
Tentang kepura-puraan
Tentang jutaan rahasia yang tak pernah kubilang
Tentang kekakuan
Tentang kejujuran yang barangkali basi diperbincangkan
Sayang, kita mesti terima keadaan ini
Keadaan yang secara tak sadar kita ciptakan
Datang dan pergi telah terjadi
Nyatanya; kita masih disini
Basahlah sayang, seperti hujan
Jangan sekedar menjadi cahaya bulan
Aku ingin; jadilah kamu kenyataan
Tak sekedar hayalan, lalu menjadi air mata
Rasa yang kutasyakuri sejak lama
Tak ingin kubuang sia sia
Berani kubersyahadat dibawah Rum dan Nisaa
31. ;atas nama cinta yang dianugerahkan yang maha kuasa
Kupilih kamu untuk memilikinya
32. MALAM YANG KESEKIAN
Mari bersulang sayang
Bersulang sekedar merayakan kesepian
Kesepian hidup yang berjalan sia sia
Sia sia sebab hidup yang tak bersama
Mari marilah kemari sayang
Kita mengunyah tawa yang sejak lama dibungkam diam
Diam yang penuh dendam karena kita tak berterus terang
Terus terang, aku ingin bicara padamu
Tentang malam yang mengundang kerinduan
Bangun bangunlah sayang
Kita habiskan malam ini dengan cerita
Cerita yang memaksa kita terus bertahan
Bertahan dalam kekakuan yang membuat kita seolah tawanan
Tawanan perasaan yang bertarung dibawah sinar bulan
Sayang, cinta adalah keinginan hati yang tak bisa dilarang
Serang, 06 Agustus 2015
33. ENGKAU KAH ITU
Bila malam telah sepi dan beku, matamu indah; sayu seperti bulan purnama ditanggal tua. Iya
sekarang juga.
Tinggal dingin dan suara malam yang masih terjaga, juga sepasang mataku; Laila.
Aku pernah menatap mu juga, meringkuk dengan selimut coklat tua, gubuk reot ini pula
saksinya.
Telah ku buat pula puisi untuk mengabadikannya, begitu panjang dan bermakna. Setiap
tanggal tua pasti ku baca, seperti hijib yang diamalkan berkali kali sampai sempurna.
Laila; Kamu adalah siang dan malam, musim salju dan musim semi, kemarau dan musim
hujan, kekenyangan dan kelaparan, damai dan peperangan. Kamu adalah satu dan diantara
keduanya.
Laila; suara malam terdengar lagi, kacaunya semakin nyaring. Sementara aku belum yakin,
Engkau Tuhan atau Manusia.
Laila; aku setia dan Engkau Esa
11 Januari 2016