mendiskripsikan mengenai bagaimana cara penulisan karya tulis yang benar untuk diajukan sebagai tugas akhir bagi pemenuhan nilai latihan penulisan mapel bahasa indonesia referensi sangat berguna bagi siswa yang baru pertama kali menulis karya tulis ataupun laporan study wisata
mendiskripsikan mengenai bagaimana cara penulisan karya tulis yang benar untuk diajukan sebagai tugas akhir bagi pemenuhan nilai latihan penulisan mapel bahasa indonesia referensi sangat berguna bagi siswa yang baru pertama kali menulis karya tulis ataupun laporan study wisata
Content
New/Reupload content
Jejak-jejak Sajak
Tertulis Kisah Mimpi di Siang Nan Gerimis
Desir-desir Hadir
Mengasa Rasa
Terumpat Bangsat
Balada Tiba-Tiba Ada
Racauan Kenyataan
Teringat Kita Pernah Dekat
Puisi Untuk Siami
Menunggumu, Menunggu Egomu
Titik Diam
Mengenag Dengan Tulisan
Politik Nyentrik
Kisah Sayang dan Hadiah Uang Sabun Batangan
Jangan Menangis Manis!
Pancaran Kecemasan
Sisa Usaha Terakhir
Old Content
Jawaban Atas Keyakinan Hati yang Dinanti
Titik Bisi di Titik Buntu
Konsisten dan Komitmenmu yang Seharusnya Bernilai
Menggenapi Benci
Aplebsia dalam Afeksi
Menata Bukti Bakti Kita
Jangan Sibuk Mencari Arti Cinta
Ikhlas Tak Berharap Balas
Pulanglah
Sisa Usaha Terakhir
Catatan Tentang Kamu (Dimentia)
Sisi Mengerti
Dan Ternyata Penista
Mengapa Masih Ada Desir Getir
Tak Tuli Untuk Peduli
Sepasang Iblis Malam
Pertanyaan Hati Masihkah Akan Memiliki
Racauan Kenyataan
Menjumlah Berkah
Alasan Tulisan Melukai Perasaan
Core Of The Core
Mengenang dengan Tulisan
Melebur Takabur
Mengikis Sinis Hal Politis
Kesepian Sang Penyair
Jalan Yang Dituntun Sang Murabbi
Nyanyian Sufi
By : Rimbasadewo
Sabda Rimba
Rimbasadewo Publisher
Sabda Rimba Book (Rimbasadewo)
Content
New/Reupload content
Jejak-jejak Sajak
Tertulis Kisah Mimpi di Siang Nan Gerimis
Desir-desir Hadir
Mengasa Rasa
Terumpat Bangsat
Balada Tiba-Tiba Ada
Racauan Kenyataan
Teringat Kita Pernah Dekat
Puisi Untuk Siami
Menunggumu, Menunggu Egomu
Titik Diam
Mengenag Dengan Tulisan
Politik Nyentrik
Kisah Sayang dan Hadiah Uang Sabun Batangan
Jangan Menangis Manis!
Pancaran Kecemasan
Sisa Usaha Terakhir
Old Content
Jawaban Atas Keyakinan Hati yang Dinanti
Titik Bisi di Titik Buntu
Konsisten dan Komitmenmu yang Seharusnya Bernilai
Menggenapi Benci
Aplebsia dalam Afeksi
Menata Bukti Bakti Kita
Jangan Sibuk Mencari Arti Cinta
Ikhlas Tak Berharap Balas
Pulanglah
Sisa Usaha Terakhir
Catatan Tentang Kamu (Dimentia)
Sisi Mengerti
Dan Ternyata Penista
Mengapa Masih Ada Desir Getir
Tak Tuli Untuk Peduli
Sepasang Iblis Malam
Pertanyaan Hati Masihkah Akan Memiliki
Racauan Kenyataan
Menjumlah Berkah
Alasan Tulisan Melukai Perasaan
Core Of The Core
Mengenang dengan Tulisan
Melebur Takabur
Mengikis Sinis Hal Politis
Kesepian Sang Penyair
Jalan Yang Dituntun Sang Murabbi
Nyanyian Sufi
Kumpulan Sabda Tak Bermakna Sang Hamba
Tidak Untuk MelampauiNya
Sekedar Tertulis Saja
Tentang Apa yang Terbayang di Otak Kepala
Semoga Bisa Dibaca dan Berguna
“Rimbasadewo”
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Puisi Saya
1. LULUS
Bertahun–tahun aku menunggu
Dengan harap–harap cemas
Bisakah aku meraih harapanku
Siang dan malam memeras otak
Giat belajar tak pernah henti
Tibalah detik–detik ujian menanti
Dengan tenang jari–jemariku mulai mengisi
Detik demi detik, hari demi hari
Akhirnya tibalah. Saat–saat yang kutunggu
Kubuka amplop tertutup dan kubaca
Alhamdullillah aku lulus
Senang selalu hatiku
Bambang Saptoaji
2. KECEWA
Beribu harapan darimu
Semua janji – janji manismu
Ternyata semua palsu
Sedih hati ini bagai disayat sembilu
Mana janjimu, semuanya palsu
Oh …….. betapa teganya kau menyakiti hatiku
Hatiku sakit, hatiku luka, hatiku pedih
Semoga cukup aku saja yang kau sakiti
Jangan mencari mangsa yang lain
Bambang Saptoaji
3. PERINGATAN UNTUK KAMI
F.Zulaidah.H
Ya Allah
Begitu banyak peristiwa–peristiwa
Yang terjadi di negeri kami
Dan peristiwa itu sangat memilukan
Situ Gintung . . . .
Setelah kau tumpahkan air bah
Dan menelan banyak korban
Kini . . .
Peristiwa tragis itu terulang kembali
Pesawat Herkules terjatuh
Ya Allah
Apakah ini peringatan untuk kami
Atau hukuman
Begitu banyak manusia–manusia
Yang Engkau ambil kembali
Ya Allah
Ampuni segala dosa–dosa kami
Segala kesombongan kami
Ampuni dosa–dosa orang yang telah mendahului kami
Dan berilah ketabahan pada orang–orang yang ditinggalkan
Amien . . .
4. KETIKA CINTA BERSYUKUR
Butiran air mata takkan cukup tertuang
Dalam lembaran hidup manusia
Segala bentuk dan rasa
Menjadi bumbu hidup yang nikmat
Ketika mata menatap dunia
Ketika hidup menghirup kasih saying
Ketika cinta merasuki relung jiwa
Tak ada yang abadi
Hanya ungkapan syukur yang berlimpah
Menemani sisa hidup untuk sejatinya
Tangan menadahkan sejuta harapan
Untuk bisa berjalan pada sejuta kenikmatan
Ikhlas dan tawakkal
Adalah bekal yang selalu berpegang pada kita
Berjanjilah bahwa takkan habis sudah
Ketika cinta mensyukuri karunia-Nya
Sunarwati
5. HIDUP
Hidup
Bahagia, senang, sedih, gembira
Itulah hidup . . .
Tapi kenapa terkadang kita lupa
Pada Nya !!!
Namun waktu terus berjalan
Seakan kita tidak bisa mengulang
Menghentikan jarum jam ini
Yang terus dan terus . . . . berputar
Yang kita tetap, dan terus berjuang
Dan memperjuangkan hidup ini .. . .. .
Menjadi lebih berarti lagi
Bagi hidup kita sendiri
Kita berpijak di atas bumi ini
Dan tetap bertahan sampai saat ini
Hanya karena kemurahan, keikhlasan, kebaikan Sang Pencipta
Ismawati
6. LARA
Duka dan lara
Adlah satu kata
Yang tak terpisah
Dalam anugrah Cinta
Lara dan nestapa
Itu yang dirasa baginya
Yang putus cinta
Nestapa dan air mata
Selalu melanda baginya
Mereka yang merasa dunia ini hampa
Sumarni
7. T A N YA
Apa aku tak pantas untuk di cinta
Apa aku tak pantas untuk tertawa
Apa aku tak pantas untuk mengenal asmara
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa?
Kenapa asmara yang kurasa
Selalu berakhir dengan air mata
Kenapa! Kenapa ! Oh Kenapa!
Kenapa selalu berakhir dengan Tanya
Ya . . . . Tuhan lindungilah hambamu
Dalam hidupku yang penuh dengan nestapa
Untuk menerangi jiwa ragaku
Yang sedang dilanda asmara
Sumarni
8. GURUKU
Guruku adalah guruku . . .
Harus digugu dan ditiru
Untuk bangsaku . . .
Penerus bangsa
Yang mampu memahami
Hakekat hidup adalah ibadah
Agar menjadi bangsa yang berakhlaq karimah
Berpedoman pada norma dan nilai yang benar
Berwawasan luas
Bersaing di dunia global
Menguasai ilmu dan ekonomi
Guruku . . .
Harus digugu dan ditiru untuk bangsaku
Agar mampu hidup beradaptasi
Jadi inspirator . . .
Jadi pemimpin . . .
Pemimpin yang bermartabat tinggi
Untuk penerus bangsa ini
Baroroh Barid
9. BULANKU
Bulanku kutatap engkau
Kau bersembunyi di balik awan
Kau bersembunyi dibalik ranting–ranting
Ku selalu menatapmu
Dibalik kabut yang menyelimutimu
Mengapa engkau tidak bergeming
Kapan engkau tersenyum padaku
Mengobati kerinduanku
Ku kau selalu sabar
Menunggumu . . .
Menantimu
Sampai engkau muncul kembali
Suharmono
10. RASAKU
Sunyi mendera ranting bougenville
Kering serasa meronta
Menyusup dalam jantung
Mengalir dalam darah
Slalu kucoba menegakkan ranting terombang
Seribu kucoba
Serasa sejuta ku ditentang
Hujatku bagai laron di waktu hujan
Sekali tampak lalu menghilang karena bosan
Tangisku bagai aliran Sungai Kapuas
Sekali mendera lalu kering karena tidak puas
Kala ranting bougenvell tak berdaya
Kala ranting tak lagi terasa
Lalu kuberpikir pantaskah aku menghujatmu
Hanya karena inginku bukan maumu
Yeni Lego Mintarsih
11. LUKA
Luka luka dan luka
Luka lara . . .
Luka nestapa . . .
Lukaku kau tidak akan tahu
Luka tak terperih
Luka tak tertahan
Hanya aku yang tahu
Hanya engkau yang tau
Hanya bintangku . . .
Pengobat lukaku
Hanya bintangku . . .
Gairahku .
Dan hanya padaNya . . .
Pelipur laraku
Siti Nurbaya
12. KUSUMA BANGSA
Aku hidup . . . hari ini
Ada suatu doa yang harus aku raih
Aku jalani hidup ini
Dengan harapan . . . . semua orang bisa melihat
Aku terus melangkah meraih cita – cita
Aku coba bertahan karena hidup ini terlalu berat
Tetapi aku tidak putus asa
Karena aku coba untuk terus melangkah
Demi bangsa ini
Bangsa Indonesia tercinta
Aku terus melangkah dan melangkah
Aku ingin menjadi kusuma bangsa
Yang selalu berguna bagi semua orang
Oh Tuhan . . .
Jadikan diriku . . .
Untuk menjadi bangsa ini
Ingin sesuatu yang baru
Demi masa depanku, masa depan bangsaku
Aku mau tersenyum untukmu
Bangsa Indonesia
Maya Yustiana
13. KISAH HIDUPKU
Saat aku bangun . . .
Saat aku kembali melihat
Hari yang baru . . .
Saat aku boleh merasakkan udara yang segar . . .
Aku kembali bersujud padaMu Tuhan . . .
Detik berganti menit
Menit berganti jam
Jam berganti hari . . .
Waktu terus berlalu . . .
Aku terus melangkah
Menjalani hidup ini
Saat aku senang aku coba tunjukkan
Saat aku sedih aku coba untuk tunjukkan
Tetapi aku ingin hidup ini penuh arti
Aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa
Menjalani hidup ini . . .
Aku terus melangkah
Raih cita – cita yang mulia
Aku ingin semua orang bisa melihat
Bahwa aku bisa
Tuhan, tanya kepadaMu
Aku terus berserah
Aku coba jalani apa yang menjadi kehendakMu
Trima kasih Tuhan . . .
Aku mau kisah hidupku berarti buat orang lain
Buat orang yang ada disekitarku Elsih S
14. PERASAAN SENANG
Bunga melati berwarna putih
Baunya harum semerbak sekali
Sungguh senang hatiku ini
Tadi malam dia datang lagi
PERASAAN SEDIH
Mungkin aku bukan pujangga . . .
Yang pandai merangkai kata . . .
Mungkin aku tak selalu ada di hatimu . . .
Ku ingin kau tahu isi dihatiku . . .
Ku tak akan jerah cegah hati ini . . .
Hingga dunia tak bermentari . . .
Satu yang ku pinta yakini dirimu . . .
Hati ini milikmu . . .
Semua yang kulakukan untukmu lebih dari
Kata cinta untukmu . . .
Anik Rahmawati
15. PERASAAN MARAH/JENGKEL
Saat ku diam terpangkuh
Kau datang menghampiri kau coba
Ganggu diriku
Kau tersenyum menatapku . . . lalu aku palingkan
Wajahku dari dirimu
Walau kau coba paksakan aku tetap ku tak mau
Seribu cara tlah kau coba tuk keinginanmu . . .
Oh . . . jangan, jangan lagi . . . . jangan lagi . . .
Buang jauh rasa cintamu padaku . . .
Anik Rahmawati
16. BERDUKA CITA
Ketika itu . . .
Kulihat kerumunan masa yang memenuhi rumahku
Aku hanya terbengong–bengong . . .
Menyaksikan dan bertanya dalam hati
Apa gerangan yang terjadi . . .
Disana sini banyak air mata
Mengalir membasahi pipi . . .
Mereka menjerit, meratapi . . .
seseorang yang terbujur kaku
Sekujur tubuhnya ditutupi dengan kain putih
Aku bertanya kesana kemari
Mengapa semua menangis, meratap dan menjerit . . .
Siapakah yang terbujur kaku itu?
Bolehkah aku melihatnya . . .
Apakah aku kenal dengannya . . .
Tanpa kusadari, seseorang telah membimbingku
Ku buka kain itu, ku tatap wajah kaku itu
Oh Tuhan kenalkan aku dengannya . . .
Aku pun menjerit . . . ayah . . . ayah . . .
Mengapa engkau meninggalkan kami
Tuhan . . . mengapa begitu cepat
Engkau memanggil ayah kami
Tuhan ampunilah segala dosa ayah kami
Semoga Tuhan, Engkau terima ayah disisiMu
Tabahkanlah hati kami yang telah ditinggalkan
Lilik Rufiati
17. GADISKU
Mei Suryani
Wajahmu yang mungil, lucu dan cantik
Kutimang dank u buai di setiap tidurmu
Ku beri kehangatan dalam dekapanku
Ku tuntun kau agar dapat warna dalam hidupmu,
Tak terasa
Waktu terus bergulir
Detik menjadi menit dan berubah menjadi jam
Jam terus berlalu kehari dan Minggu
Minggu berganti bulan dank e tahun
Kini kau telah dewasa
Saat kita berada pada satu meja
Kutatap dirimu dalam, dalam
Kau melirik, tersenyum dan bertanya . . . Mengapa?
Aku tersentak dalam lamunan
Tak . . . apa
Wajahmu lebih cantik saat kamu berjilbab
Ku membayangkan saat kecil
Tak terasa menetas air mataku
Ya . . . Allah. Kini aku hanya bisa berdoa
Jadikanlah ia wanita yang terbaik menurutmu
Jadikanlah ia pemimpin umatmu
Dengan ridhomu, aku memohon
18. TANAMAN
Di tembok
Dekat tangga semen yang retak
Di muka pintu
Rumahku yang teduh dan naung
Telah tumbuh
Tanaman kecil
Bagus dan molek warnanya
Bagai kupu – kupu
Barangkali sesekor burung mungil
Telah menyebarkan biji - biji kecil
Di sini
Bagai menebarkan kasih saying
Salam dan selamaat pagi
Aku bangun
Dengan muka cerah
Dan senang hati pagi itu
Sebab
Tanaman kecil pun
Ingin tumbuh menikmati hidup
Kusiram ia setiap pagi
Kupindahkan ke pot
Ku sayangi dan kepelihara setiap hari
Agar segar dan tetap berseri
Tasri
19. PERASAAN SENANG
Datanglah
Nyatakanlah cintamu
Bila kau benar – benar menginginkanku
Aku disini duduk manis menantimu
Karena kau telah memilih diriku
Dan kau membuat diriku terbang
PERASAAN BERSALAH
Cinta . . .
Sedang apakah dirimu
Seminggu tak ada kabar
Sebulan tanpa cerita
Dimanakah dirimu berada
Cinta . . .
Jangan pernah tinggalkan aku
Walau aku yang bersalah
Kupikir ku bisa tanpamu
Tapi aku tak sekuat itu
Cinta . . .
Kini aku sadari
Kaulah yang terbaik
Dan tak ada yang mampu
Gantikan cintamu
20. PERASAAN SEDIH
Deras hujan yang turun
Mengingatkanku pada dirimu
Aku masih disini untuk setia
Selang waktu berganti
Aku tak tahu engkau dimana
Tapi aku mencobauntk setia
Sesaat malam datang
Menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang
Ku tahu kau tak disampingku
Tapi aku mencoba untuk setia
Rika Rahmawati B
21. Purnama tampakkan wajah manismu
Temani hati bahagiaku
Agar aku dapat mencandai senyummu
Aku yang ceria memandangmu
Aku dendang sebuah pantun cintaku
Bawa dan peluk aku di dalam dekapan manismu
Agar terlelap hingga pagi menjelang
Sesal hati ini . . .
Dimana aku kan bawa gundahku
Menepikah
Ketengah
Ataukah aku harus menantang derasnya
Arus hidup yang terus berpolemik
Semua asa membawaku sesal
Semua derita membuatku tangis
Dan aku disini di atas pusara maut
Biarkan dan pandanglah diriku
Berpacu dengan roda–roda takdirku
Dengan sejuta marahku
Kukejar dirimu walau nafasku terpencar
Kubanting semau masalahmu
Kuumpat dengan kata – kata jorok nan menjijikkan
Pergi . . .
Jauh . . .
Bangsaat . . .
22. Jalanmu tertutup tak menuju kearah ini
Tanpa sesal kubuang muka manisku
Hanya wajah angker
Senyum kecut yang kupunya
Noor Dianingsih
23. PAHIT
Yermas Irianningsih
Pedih kurasakan . . .
Apa yang ku rasa . . .
Tak bisa kupahami . . .
Bila kusendiri . . .
Terasa hidup ini tak berarti . . .
Hinakah aku
Hidup di dunia ini
Tak seorangpun . . .
Yang dapat mengerti aku . . .
Memang hidup . . .
Tak seperti yang aku kira
Selalu ada cobaan untuk menjalaninya
Tuhan . . .
Bukakan pintu hatiku . . .
Untuk selalu memulaikan nama-Mu
Hanya engkaulah . . .
Yang dapat membantuku . . .
Untuk melepaskan semua bebanku
Sekarang . . .ku bisa tersenyum . . .
Walau hati ini terluka . . .
Kini ku merasa bahagia . . .
Meski hanya sesaat . . .
24. ANDAI KUDAPAT MEMILIH
Sudah berapa lagu yang kunyanyikan
Sudah berapa mobil yang kukejar
Sudah berapa jendela yang kuketuk
Mengharap iba kasihan
Hanya demi sekeping recehan
Tapi . . .
Aku tak boleh berhenti
Kaki kecilku tak boleh berhenti berlari
Bibir mungilku tak boleh berhenti bernyanyi
Jika ku masih ingin melihat esok pagi
Andai kudapat memilih . . .
Akan kutanya pada Tuhan
Mengapa kau tempatkan ruhku
Pada ragaku ini
Mengapa kau tulis takdirku segelap ini
Andai kudapat memilih . . .
Kuingin seperti mereka
Berlari riang di koridor sekolah
Dengan kaki berbalut sepatu indah
Andai kudapat memilih
Kau boleh ambil recehanku
Kau boleh ambil gitar tuaku
Kalau kau mau kau boleh ambil
Separuh hidupku
Asal aku dapat merasakan hidup
Seperti mereka
26. BUNGA MAWAR DI TAMANKU
Lihat bunga mawarku
Tumbuh subur di tengah taman
Kelopaknya mekar bagai mahkota
Warnanya pun merah merona
Harumnya semerbak mewangi
Membuat taman tambak indah berseri
Siapapun ingin mendekati bunga mawarku
Tuk menyentuh dan mencium wanginya
Setitik embun membasahi bunga mawarku
Bagaikan pelangi di pagi hari
Segar harum wangi di tamanku
Kuhirup udara segar
Kucium mawar itu
Alangkah gembiranya
Aku pagi itu
Choiru Madjidah
27. SUARA HATI
Di kala senja mulai meredup
Hawa sunyi tlah kurasakan
Tiada kurasa angin malam tlah kuhirup
Hingga dingin malam tak kauhiraukan
Hening . . . Sunyi . . .
Suka . . . Duka . . .
Nestapa nan lara sirli berganti
Sungguh kurasakan suatu derita
Itulah hidup . . .
Bagai fatamorgana . . .
Yang tiada hanyalah bayangan semu
Kurasa sungguh kurasakan
Berat kaki berpijak
Tuk mengerti sebuah arti kehidupan
Erat terasa tanganku kurentangkan
Tuk mendayu lautan kehidupan
Sungguh tak kuasa ku tepis semua ini
Hingga tak sanggup kurajut satu keinginan
Ketenangan, ketentraman yang hadir dalam batin
Itulah suara hati yang terkubur dan terhembaskan
Hilang msnah tak tahu arah
Hancur luluh . . .
Pedih, perih yang kurasa
Bertabur jadi satu
Nisaul Khoi
28. DUNIA MENANGIS
Ku Terawang
Gemerlap lampu kota
Banyak puing–puing di sudut kota
Kumal, kotor baju lekatmu
Kusut . . . kusam raut wajahhmu
Semua penuh tantangan yang ada . . . dan pasti ada
Diskotik, narkobah, pemulung, peminum, pencopet
Juga penghianat
Disini harapan–harapan musnah
Dengan nafas yang terengah–engah
Dengan hati yang penuh nestapa
Oh . . . .
Setetes, seteguh harapan yang tak mungkin kau miliki
Hidup yang penuh liku–liku
Amarah . . . dosa . .. . jinakan
Maka jangan kau dekati musuh–musuhmu yang bisa membuat kamu jatuh
Sana
Sini . . .pebuh cobaan
Kehancuran yang tidak berguna juga tiada berharga
Tuhan . . .
Tuhanku . . .
Sedetik tak kau ku lepas doaku pada Mu
Hilangkah dunia yang penuh kesedihan
Dengan bertawakal pada Mu Tuhan
Tak henti doaku untuk hidup dunia
Sebagai pengobat rindu jiwaku
29. Buanglah jauh – jauh dosa dan kejahatan dan
Raihlah . . . raihlah
Hidup di masa depan
Rini Juliastuti
30. CINTA MEMBARA
Tak kusangka aku melewati jalan ini
Sepi . . .
Gelap . . . dan
Senyap . . .
Aku merangkah dalam keraguan
Meraba–raba mencari celah cahaya
Hatiku gundah
Semakin lama semakin resah
Ketika aku diam, kulihat sepasang mata penuh gairah
Menatapku begitu tajam, sinarnya merah bagai darah!
Tetapi, tak kudengar kata amarah atau cacian!
Yang kudengar justru desahan nafas lemah, terengah – engah
Meronta, memohon Sesuatu kepadaku
Tubuhku terkulai tak berdaya, diantara kesunyian yang menghimpit
Tak keluar jawaban apapun dari mulutku
Dalam keraguan, ketegaranku punah seperti asap
Kekuatan terlucuti
Aku telanjang tanpa keberanian
Aku telanjang tanpa kuasa
Aku telanjang tanpa kesucian
Aku telanjang tanpa kebenaran
Aku telanjang tanpa kata – kata
Bibirku rapat terkatup
Lidahku kaku tak bergerak
Mataku terpejam dalam kepasrahan
Ketika aku diam dan pasrah
31. Kuhirup bau nafas harum seseorang
Aku terbuai . . .
Aku terlena dalam desahnya
Aku tak mampu bergerak
Nafasnya menyengat hatiku
Begitu sakit . . . jauh ke dalam, dan . . .
Sengatannya memberikan jawaban, tentang sebuah cinta
Yang dalam saat sejenak . . .
Telah melupakan tempat tinggalnya
Telah melupakan kebenarannya
Telah melupakan kebahagian yang sejati
Telah melupakan kehormatannya
Untuk rela merebahkan kepala
Di atas pangkuan cinta baru yang tak pasti
Kini cinta itu bergayut pada titik kejenuhanku
Dia memberikan angan – angan yang penuh tanda Tanya
Dia memberikan harapan – harapam dalam mimpiku
Tetapi sekaligus, dia menyerangku dengan kemunafikan
Dan mencengkeramku dengan kedukaan
Puisi ini tercipta akibat dari satu peristiwa nyata, yang saat ini masih berlangsung tetapi perjalannya
masuk pada proses keberakhiran
Endang Sri Sundari
32. DIBAWAH TELAPAK KAKI IBU
Di bawaah telapak kakimu, Ibu
Terhampar taman Firdaus
Yang tak terpermadani indahnya
Bagi kami anak – anakmu
Sejak dari rahimmu
Kami terpelihara dalam ketulusan
Tiada rasa letih bagimu
Kau berjuang menghadap maut
Sejak kami kanak – kanak
Tiada daya bagi kami
Sampai kaki – kaki kami kukuh
Kami akan berbakti padamu, Ibu
Menyusuri jalan raya dunia
Tiada henti kau dekap kami
Dengan sayap kelembutan
Kau selalu menjadi surga
Bagi kami anak – anakmu
Ibu, begitu banyak pengorbananmu
Bagi kami anak – anakmu
Akan selalu mendo,akan, Ibu
Sampai akhir waktu
Hingga hayatmu Suliatin
33. TANPA JUDUL
Ketika sang surya menampakkan keindahnya
Terpaku aku menatapnya
Sinarnya yang terang membuat sejuk hati dan pikiran ini
Terlarut . . . terbawa oleh suasana yang indah
Namun tiba – tiba aku teringat suatu kejadian
Yang membuat aku marah !!! membuat aku geram!!!
Dan akhirnya tak kurasa aku menahan air mata
Air mataku jatuh terurai . . .
Terjatuh aku lemas . . .
Mengingat kejadian yang membuat aku sakit . . .!!!
Membuat aku gelap mata, hingga melakukan hal – hal yang bodoh
Oh . . . Tuhan terima kasih kuucapkan syukur padamu
Karena kami engkau telah menunjukkan aku kejalan yang benar
Betapa indah jalan hidup yang telah kau berikan padaku . . .
Biarlah kubuang . . . kupendam . . . dan kulupakan
Semua kejadian – kejadian yang amat perih dan sedih
Biarlah kujalani hariku yang sekarang, hari yang indah
Sejuk dan menyenangkan, sedamai pagi ini
Seperti indahnya mentari . . .
Sri Muliani
34. RASA SESAL
Memang kuakui sering ku menggoda dia
Membuat marahpun aku pernah
Tapi . . .
Dia tak melampiaskan rasa marah padaku
Malah dia menutupi kemarahan padaku
Terkadang ku berpikir
Meski dia memberikan segalanya padaku
Apa yang dapat kubalaskan padamu?
Sempat kubicara tentang hal itu
Tapi dia . . .tak mengharapkan hal itu
Kalau dia tak ingat pada diriku
Apa selanjutnya yang akan terjadi padaku
Keadaan ekonomi yang kurang membaik
Untuk mereka disana saja tak ada
Apalagi . . . buatku disini!
Mungkinkah aku putur di tengah jalan?
Aku rasanya disini tergantung padanya
Kini kumenyesal atas semua yang kulakukan padanya
Tapi . . . itu untuk kebaikan dia agar dia bersikap dewasa
Waktu disini rasanya hanya sebentar
Ya Allah kuatkanlah imanku
Dan tabahkan hati
Tak mungkin aku paksakan disini
35. LAMUNAN
Dalam kesunyian malam
Hembusan angin
Yang kian membaut
Dalam lamunan
Hanya bayanganmu yang menggoda
Dalam mimpi – mimpi yang akan jadi kenyataan
Kuteringat akan pelukanmu
Yang begitu hangat dalam dekapanmu
Sentuhanmu, belaianmu
Membuat aku
Takkan lupa akan dirimu
Itulah yang ada pada benakku
Dikala kusendiri tanpa ada
Yang menemaniku dismpingku
Sri Indah Yati
36. HARAPAN SEORANG IBU
Ya Allah aku bersyukur kepadaMu!
Karena aku tlah Engkau karuniai beberapa anak untukku!
Aku mohon dan slalu kumohon kepadaMu!
Agar selalu Engkau bombing langkah – langkah anakku!
Ya Allah aku takut apakah aku bisa menjalankan amanatMU?
Maka dari itu bombing dan beri petunju untukku?
Sehingga aku dapat dengan baik menjalankan amanatMu!
Dan di suatu hari anak – anak akan bisa menjadi kebanggaanku!!
Ya Allah sekali agi aku mohonkan kepadaMu!
Agar Engkau menjaga langkah anak – anakku!
Ya Allah berilah kemudahan dalam hidup mereka!
Agar tidak ada penyesalan diakhir hidupnya!!
Ya Allah trima kasih atas rahmatmu!
Engkau tlah membimbing aku dan anak – anakku!
Akhirnya anakku menjadi baik karena ridhoMu!
Dan semoga Allah selalu melindungi dan membimbing setiap langkah anakku!
Zhuriyah
37. CINTA
Cinta adalah tanda rahasia Ketuhanan
Cinta menimbulkan rasa pilu dan kepedihan
Rasa sakit yang menghambur ke seluruh badan dan tulang
Cinta bisa datang dari manapun
Baik bumi dan langit
Cinta berlabuh dan berakhir di hadirat Illahi
Apa yang disebut cinta
Adakah kamu dapat menerangkannya?
Cinta dapat menerangkan apa itu cinta
Ketahuilah . . .
Wahai kau yang menginginkan cinta
Takkan pernah kau dapat yang kau cari
Walau segenap bukit kau cari
Karena ia ada di hati
Cinta . . .
Hari ini ada mungkin esok kan pergi
Begitu yang terjadi silih berganti
Bagi pendamba cinta sejati
Carilah dalam relung hati
Di dalam kesunyian dan kesepian
Saat kau sendiri
Duduk terpekur menghadap Illahi Robbi
Endang Eka S
38. Di saat malam telah tiba hatiku sunyi
Aku meratapi hidupku dari dulu tiada bahagia
Selalu disisihkan mulai kecil sampai sekarang
Setiap malam aku bersujud berdoa supaya
Hidupku merasakan kebahagiaan
Ibu kenapa aku selalu engkau sisihkan
Apakah aku ini bukan anak yang kamu kandung . . .?
Ibu kenapa engkau selalu memarahiku, selalu engkau
Memarahi tanpa sebab yang pasti selalu . . . selalu bersalah
Hidupku beranjak dewasa Alhamdulillah aku sudah bekerja
Aku bekerja di sekolahan melamar jadi TU tapi kepala sekolah
Menyarankan aku mengajar. Aku mengajar bekerja pagi sampai sore
Meskipun aku sudah besar masih diomeli betapa malang nasibku
Setiap malam aku merasakan kesendirian
Pagi mengajar malam dirumah setiap hari berganti hari
Itu yang saya lakukan, dan akhirnya hatiku merasakan
Bapak ibuku selalu mengusirnya tidak satu dua cowok
Aku mengenal cowok yang tak direstui oleh kedua
Orang tuaku tapi sampai sekarang aku berjalan
Setiap keluarpun aku beck strit kenapa uku begini . . .!
Ingin aku terus terang tapi tidak berani
Kenapa ibu bapakku tidak mengerti perasaanku
Aku bangga mempunyai cowok dia, dia memperhatikan aku
Aku bisa bermanja, bercanda dengan dia, dia segalanya buatku
Aku sering curhat dengan dia, seandainya aku
Berpisah aku tidak tahu, aku ingin hanya kematianlah
39. Yang bisa memisahkan diriku dan dia
Ibu bapak maafkan anakmu ini bukanya anakmu ini tidak
Berbakti tapi kenapa bu . . . pak kalian tidak mau memahamiku
Dwi Nur Lia
40. MENCARI KEPASTIAN
Suatu hari ketika aku penuh dengan keceriaan
Bagiku tugas yang berat untuk mengemban tugas
Tugas yang sangat berat kata orang
Untuk menempuh liku – liku
Dan . . . aku putuskan pada waktu itu
Berangkatlah aku dengan bayangan – bayangan Indah
Sesampai di tujuan aku tertunduk malu
Apakah aku harus maju terus
Apakah aku kembali melawan arus?
Tidak! Aku tidak akan kembali lagi!
Tidak! Aku tidak boleh putus asa
Semilir dingin bisikan yang tak bersuara
Sejenak aku . . . berhenti detak jantungku
Membara api tuk meraih harapan
Sesampai di tujuan
Ketika itu . . . mereka mendekat dengan mata yang berbinar – binar
Apa yang di kata oleh mereka apa yang terjadi pada diriku
Mereka mendekat lagi dan merapat dengan penuh
Perasaan yang panas lalu . . . dia berkata
Bohoong . . . Bohoong kamu!!
Pembohong . . .dan puaslah mereka dan puaslah aku untuk mencari kepastian
Karyadi
41. BUAH HATIKU
Si kecil buah hatiku
Kau begitu lucu dan menggemaskan
Tangismu, tawamu member warna kehidupan
Kehadiranmu member bahagia dihati
Sungguh suatu anugrah, karunia yang tak ternilai
Kau cahaya hatiku
Tatkala kau sakit
Tangismu, sedihmu
Turut menusuk kalbu bundamu
Seakan turut merasakan sakitmu
Tumbuhlah, buah hatiku
Kepakkan sayapmu
Gapai cita – citamu kelak kemudian hari
Jangan kau kecewakan orang tuamu
Siti Nuriyati
42. DALAM KESENDIRIANKU
Sepi, sendiri tergugahku akan kisahmu
Kau curahkan semua duka deritamu
Dalam lantunan dawaiku menari
Senyapnya malam bangkitku akan bayangmu
Mungkinkah semua ini akan berakhir
Kisah cinta yang tiada bertepi
Malam . . . sampai kapanku harus begini
Kau coba tu selalu sabar menanti
Kekasih yang sanggup mengerti
Ingin . . .hatiku bersamamu
Namun semua terjadi dalam hidupku
Kegagalan yang aku alami
Biarlahkanku jalani kisah hidupku
Kesendirian temaniku dalam lamunanku
Akhir kata ku pamit
Selamat malam wahai sayangku
43. OBSESI GILA
Terkembang gulita senyap
Kidung kenari ruang beratap
Saput kelamika menada
Lantun puitis simfoni cinta
Roman layar hitam
Tatap singgasana larut
Pekik . . . kalbuku . . .
Gelitik . . . penaku
Dua malam tawa berdetik
Kilas kamu lanjut terbenak
Sembari nur atas memutih
Sambut logika bak pujangga
Obsesi . . . faham
Gagal cinta . . . pasti
Mimpi gila . . . kali
Redup mata kanda
Harusku tutup pena janda
Terucap akhir kata
Met boboX’s yaa . . .
44. TERSIMPAN DALAM ANGANKU
Terhanyut dalam kesesalan
Kurendam semua dalam anganku
Tak mungkin akan kusesali
Kisah hidup ini yang tiada berarti
Haruskah aku akan berlari
Menggapai mimpi indah yang kau beri
Namun ku pedih untuk mencari
Langkah hasratpun lelah tuk meniti
Mungkin semua cobaan
Terawal ku lewati
Kebesaranmukanku raih hingga kini
Akhirnya tlah ku telusuri
Jika kesedihan hidup hingga kini
Tak kuasa namun harus pergi
Tinggalkan masa lalu wwahai sahabat
Salam akhir maafku
Endah Apriliyana
45. PENCARIAN SAHABAT SEJATI
Ratih Sariwijaya
Tuhan . . .
Kenapa tak ada yang mau mengerti aku
Kenapa aku harus menderita
Kenapa tak ada sahabat . . . untukku
Untuk bisa memahami, mengerti dan menemani
Tuhan . . .
Kenapa setiap orang yang aku anggap sahabat
Menjadi musuh dalam hidupku
Selalu membuat sedih, resah, dan menangis
Tuhan . . .
Salahkah aku bila ingin disayangi
Salahkah aku bila ingin dilindungi
Salahkah aku bila ingin seorang sahabat
Salahkah aku ingin mengeluh padamu
Tuhan . . .
Maafkah aku bila aku salah
Aku mengeluh karna aku terluka
Aku mengeluh karna aku ingin ‘ . . .
“Seorang sahabat sejati”
Tuhan . . .
Maafkanlah aku bila aku sering marah padamu
Dan selalu menuntut apa yang aku inginkan
46. JALAN TERANG YANG KU TUJU
Aku tak tahu
Kenapa tak ada yang saying padaku
Kenapa tak ada yang memeprhatikanku
Kenapa mereka harus mengacuhkan aku
Kenapa mereka tak peduli denganku
Tuhan . . .
Apa salahku
Apa yang harusku perbuat
Apa yang harus aku lakukan
Kenapa harus begini
Kenapa harus aku yang menderita
Tuhan . ..
Tunjukkan jalan tterang untukku
Agar aku tak tersesat
Dari kegelapan dunia ini
Dan berikan ketenangan pada diriku
47. DOA UNTUK ANANDA
Kubaca surat sebening air
Surat itu tentang perjuangan ananda
Tetapi apa hendak di kata
Peristiwa itu memang harus terjadi
Kuterbangun tengah malam
Dekat sujudmu selaput tahajjud mendengar
Kupanjatkan doa untuk anandaku
Permata hatiku, belaian jiwaku
Bertambah gelisah hati ini
Ketika hari itu telah tiba
Kupeluk anandaku
Kudoakan agar bisa berjuang di medan laga
Tuk menggapai cita–cita
Oh . . . anandaku selamat berjuang
Oh . . . anandaku doaku selalu menyertaimu
Engkau agar menjadi anak sholihah
Anak yang berguna bagi bangsa dan Negara
Amin . . . amin . . .
Ya Rabbal alamin
Panca Indrayani
48. KAWAN
Hari – hari kita lalui bersama
Suka duka kia lalui
Susah senang kita bersama
Serasa . . .
Jarak begitu dekat
Serasa . . .
Kita tak terpisahkan
Kita seperti saudara
Tapi sekarang . . .
Bagai petir di siang hari
Persahabatan kita
Pertemanan kita
Bubar . . . bar . . . bar
Bubar . . . bar . . . bar
Kini engkau jauh dariku
Walaupun engkau dekat padanganku
Serasa . . .
Hilang tanpa arti
Ya Allah Ya Rabb
Apa salahku
Ya Allah Ya Rabb
Ampuni hamba
Bila hamba melukai hatinya
Puji Astuti
49. MALAM
Suatu malam yang sunyi sepi
Hayalan – hayalanku melambung mengingatkanku lagi
Lembar demi lembar kejadian itu muncul lagi
Dia membuatku bahagia sekarang telah meninggalkanku
Dia yang kusanjung sekarang cuma tinggal nama
Tuhan inilah kebagianku yang sesaat saja
Apakah aku bersalah memperolehnya, kebhagian yang Cuma sementara
Malam apakah aku salah untuk melampiaskan kejengkelanku
Aku terlalu mempercayainya ternyata sebegitunya terhadap aku
Adakah yang indah dari hidupku, aku bukannya menyalahkan hidup
Hidup ini adalah yang harus diperjuangkan
Tuhan tuntun aku dalam hidup ini
Malam tenggelamkan aku dalam hidup ini
Adakah yang baik untuk diriku
Aku harus menutup lembar demi lembar dalam ingatanku
Esok hari harus kutatap dengan ceria
Tuhan aku hanya minta kepadamu menuntun hidup ini
Dwi Nastiti
50. WARTINI, LEDEK PASAR TURI
Gemulai tangan, diiringi gamelan
Menari dikitari lelaki, diujung jalan pasar turi
Dihembus angin telanjang, terpandang ruang kedinginan
Wartini, perempuan ledek terjatuh dalam kidung
Penghasilan
Sorot lampu kuning menerang
Menatap wajah tergores pupur dan bibir bergincu
Berselendang biru tua tanpa baju
Berjoget kesana kemari berpasangan lelaki tua
Hingga tergelincir kesemak –semak tubuh
Wartini, ledek pasar Turi
Memerdekakan hati jadi penari
Buat laki – laki sapi
Masnu’ah
51. CATATAN SEORANG ISTRI
Ketika badai meniup mesra
Ketika rumah tangga dalam prahara
Cinta datang tiba – tiba
Pelita harapan berkelap kelip
Di dalam batin gelisah saja
Bak menanti suatu yang hendak tiba . . .
Bertambah gelisah hati yang gundah
Sangsi, kecewa, meradang resah
Benci, dendam . . . rindu cinta . . .
Apa hendak dikata
Jika rasa datang membabi buta
Siapa yang kuasa menepiskannya
Ketika hati seorang istri terluka
Kemana hendak melampiaskanya
Kemana mencari tempat berlabuh
Kemana luka dicari obatnya
Kemana temukan tinta’tuk mencatatnya
Agar hati tetap bertasbih
Subhanallah . . .
Astaqhfirllah . . .
Inalillah . . .
Allahu Akbar . . .
Laillahailallah . . .
Lahaula wala quwata illabillah . . .
Tetap! Tetap keagungkan namaMu
Karena ini semua ujian dari Mu
52. Meski berat kulalui episode ini
Namun aku harus mampu melewatinya
Tangga demi tangga
Harus kupijak dengan segala ketegaran jiwa
Siti Sri Suhartini
53. KEDUA ORANG TUAKU
Detak waktu yang berlalu
Membawa diri meraih sejuta mimpi dan angan
Sampai mati ku tak akan melupakanmu
Kau pastikan langkah
Diiringi terik sang surya
Membasuh kulit dan dadamu
Dalam hitam putih hidupmu
Semua yang kulihat ada pada dirimu
Jadikanku yang terbaik untukmu
Dukamu kauselimuti dengan senyummu
Terik mentari jadi saksi langkahmu
Lelah hatimu yang tak dapat kulihat
Andai saja dapat kurasa letih jiwamu karena sifatku
Kehidupanmu jadi keteladanan bagiku
Kasih sucimu hanya untukmu
Untuk anak dan cucumu
Yang tak akan hilang dan tak akan bisa sirna
Apa yang dapat kupersembahkan untukmu
Doalah yang dapat ku panjatkan
Ku serahkan apapun yang kumampu
Ayah . . . Ibu
Engkau surga hatiku
Satu hati untukku selamanya
Suprijatin
54. HANYA AKU YANG TAHU
Aku hanya tahu mengeji
Tanpa mencermin diri sendiri
Aku hanya tahu mencaci
Tanpa melihat keburukan sendiri
Aku hanya tahu mengata
Tanpa meneliti isi hatinya
Aku hanya tahu membantah
Tanpa memikirkan kesusahannya
Aku hanya tahu mengutuk
Tanpa melihat kebaikannya
Aku hanya tahu menuduh
Tanpa usul periksa
Aku hanya tahu menghina
Tanpa mengetahui rahasianya
Aku hanya tahu memarahinya
Tanpa mengetahui hal sebentar
Aku hanya tahu mengata
Aku hanya tahu menghina
Tanpa menyadari
Tiada beda antara kita
Solichah
55. WAJAH
Engkau dapat mengatakan banyak hal
Walaupun tanpa mengucapkan sepatah kata
Hanya dengan memandang wajahmu
Banyak arti yang dapat kau sampaikan
Engkau tersenyum dengan wajah berbinar
Tampaklah engkau sangat senang
Gembira dan bersuka cita
Tapi apabila alismu engkau angkat
Dahi engkau kerutkan dan bibirmu cemberut
Maka ada sesuatu yang membuatmu
Marah, jengkel, emosi dan sedih
Siapa saja yang melihat mimic wajahmu
Orang akan mengetahui perasaanmu
Orang akan mengetahui pikiranmu
Agar memperoleh arti tanpa suara
Anggraini
56. KESUNYIAN
Kesunyian itu hanya ada di hatiku
Rasa yang sunyi itu adalah kebehagiaanku
Keputusan itu adalah pedangku
Sedangkan cinta itu adalah hidupku
Haruskah aku percaya Allah masih menyayangiku?
Dimana Cintaku?
Kesunyian ini terasa membunuhku
Sayap – sayapnya begitu biadab mencumbuiku
Kesunyian ini begitu menyiksaku
Kelopak – kelopaknya bermekaran meracuni benakku
Kemana cintaku?
Ya Allah maafkanlah aku
Karena cintaku membutakanku . . .
Iin Indayani
57. LIMA KALI BERCINTA
Dalam dingin yang menusuk tulang
Ku terlelap dalam selimut tebal
Disaat kesunyian yang dingin
Ku terbangun dalam aadzan yang memanggil
Bangunlah, mari kita bercinta dalam Subuh
Terasa sejuk dalam lubuk hati yang dalam
Waktu beranjak dan terus beranjak, dan beranjak
Sang suryapun terus bergerak di atas kepalaku
Duhai kekasihku marilah kita bercinta di waktu Dhuhur
Ketika air wudhu membasahi muka
Kesegaran dalam jiwa serasaa di dalam surga
Untuk kesekian kalinya ku bercinta dan bersujud dalam waktu Ashar
Bercinta dalam sehari lima kali
Ya, aku bercinta kembali dalam Magrib yang tenang
Kekasihku, Engkau air yang mengguyur sanubariku
Engkaulah bulan purnama penerang malam
Duhai, belahan jiwa, waktu memanggil kita
Ya, kita, aku, hambamu, kekasihmu
Kau panggil aku pada saat bercinta
Bercinta pada waktu Isyak
Dalam sujud, kepasrahan dan ketaqwaan
Duhai kekasihku akankah esok aku bisa bercinta
Siti Fatimah B
58. PUTUS ASA
Kupejamkan mataku . . .
Kurasakan jiwaku ini melayang
Meninggalkan ragaaku
Yang terhempas
Aku melihat awan putih
Langit berwarna biru
Kuhempaskan jiwaku
Kesalah satu awan disana
Kicau burung – burung bersahut – sahutan
Terdengar riang ditelingaku
Dari bawah sana
Aku memandangnya
Semua masalahku terserap kedamaian
Kurasa aku siap membuka mataku kembali
Namun, apa yang terjadi . . .?
Ketika kubuka mataku
Yang ada hanyalah keputusasaan
Agustin Sulistiyorini
59. NYANYIAN DUKA
Menjulang dalam hidup
Kugenggam kerajaan dunia
Kau singkirkan kerikil – kerikil
Yang merintangi langkahku
Kau puaskan kerabatmu
Seakan tak ada orang hidup selain dirimu
Puji – pujian demikian besar
Selama 32 tahun
Ketika reformasi bergelora
Kau turun tahta
Kau jalani hidup dengan nyanyian duka
Nyanyian mengusut, menghasut, menyudut
Hingga kau tergolek tak berdaya
Hidup tidak, matipun tidak
Namun nyanyian duka itu terus bergelora
Hingga kau tiada
I Putu Ambara M
60. BADAI
Kepada siapa sunyi ini kubagikan?
Setelah kota di dalam hatiku hancur dihantam badai
Hujan . . . hanya gerimis
Kelam, pekat dan angin bersautan di antara reruntuhan
Dinding – dinding tua
Kemana langkah ini mesti kuarahkan?
Seperti raja yang kehilangan mahkota
Kupikul duka rakyat diantara harapan dan putus asa
Ya Allah . . .
Di pintu gerbang ini aku berdoa
Tapi tidak tahu apa yang harus kupinta
Karena aku tahu bukan?
Sesuatu yang paling aku harapkan
Ternyata badai yang mematikan
Diah Sukma R
61. MUNGKINKAH
Malam pekat menghujan kota Malang
Desir angin dan lolong anjing menusuk tulang
Geliat hati saling bicara
Mengoyak rasa hilangkan duka
Malam sunyi bergerak menurut waktu
Di ujung jalan kita duduk tertegun
Sebuah rencana tak berakar muncul sebagai tujuan
Diiringi aroma bunga tersebar di sepanjang jalan
Mengacak – acak lembar demi lembar pikiran kita
Kaki pagi mulai melangkah, jemari lentik membuka
Gorden menyongsong fajar, menguak cakrawala
Mengharap kasih belahan jiwa
Selaksa rasa telah tercipta, sejuta duka tertimbun sementara
Namun . . .
Esok mungkin tak lagi, pagi ini kita bangun sedangkan
Mereka masih tidur
Mungkin, esok tak lagi, bersama kita merendah mimpi
Ririn Ambarwati
62. SEBUAH HATI
Aku adalah seorang wanita
Yang punya harga diri dan kasih
Aku bukanlah pelukis
Yang bisa menjadikan lukisan itu nyata
Aku bukanlah pujangga
Yang bisa merangkai kata
Yang bisa menjadikan kalimat itu indah
Tetapi aku hanya mempunyai sebuah hati
Yang sedikit demi sedikit kutitipkan kepadamu
Semoga engkau menerima
Winda Harmawati
63. AKU TENGGELAM
Aku tenggelam dalam kesombongan
Dalam pekat malam yang mengerikan
Aku berteriak, meminta tolong
Tapi apakah yang aku dapatkan?
Semua membisu, mulutnya terkunci
Tangan dan kakinya enggan menyapa
Aku berlari dan terus berlari . . .
Mencari pintu lain, yang terbuka . . .
Tapi semua terkunci, terikat rapat
Laknat!!!
Sebuah kesombongan yang mencekikku . . .
Sebuah kegoisan, yang memikamku . . .
Aku masih berlari . . . tak bertujuan . . .
Menunggu . . . sapa malaikat . . .mungkin . . .
Ridwan . . . Malik . . . atau siapa
Aku tak begitu mengerti
Matahari condong ke barat
Aku mengikutinya, aku tak sengaja
Apa ini keliru, langkahku berakhir???
Dalam jalan gelap ini . . .
Aku bersimpuh . . . menangis . . .
Aku . . . tak sanggup lagi !!
Estu Mulyawati
64. SEPI MALAM INI
Sepi malam ini, dalam kelam tanpa sinar
Sepi . . . sepi mala mini pohonpun tiada bergerak
Ku tunggu dering teleponmu
Kutunggu dengan iringan detak . . . detik . .. . jam dindingku
Maafkan kata yang tak sempat terucap
Maafkan diamku yang tak kau suka
Sungguh . . . aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Tanpa romatisme yang membara
Tanpa pesona yang memabukkan
Sungguh . . . aku ingin mencintaimu penuh kesederhanaan
Seperti angin yang berhembus di pematang sawah
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Seperti Khadijah dan Muhammad
Saling merindu di kala jauh
Saling member dikala sedih
Aeh, semoga kau mengerti
Dalam malam yang sepi
Aku tunggu jawab . . .mu
Latifah
65. TERHENTI
Empat tahun lalu aku kuliah
Aku berharap kuliahku baik – baik saja
Aku senang bisa bertemu dengan teman – teman
Sepropesiku
Tetapi . . . kenyataan berkata lain
Aku berhenti . . .
Kuliahku berhenti karena suatu hal
Namun akupun tak patah semangat
Sekarang aku bisa kuliah lagi
Dengan rasa senang, gembira tanpa aku sadari
Melanjutkan sampai saat ini
Adi Rumpoko
66. AKU SEORANG WANITA
Aku seorang wanita
Yang punya hati dan perasaan
Mungkin aku kelihatan kasar
Tetapi jiwaku tetap wanita
Aku seorang wanita
Yang tidak bisa terbang lincah
Janganlah aku dibiarkan melamun
Jangan biarkan daku menangis meraung – raung
Aku seorang wanita
Aku mungkin jahat dan hina
Namun aku tetap wanita
yang perlu belaian kasih saying
Aku seorang wanita
Yang lemah segalanya
Janganlah engkau salahkan aku
Kalau aku melupakan perasaan aku
Aku seorang wanita
Yang punya harga diri dan amarah
Wahai semua jejaka
Jangan engkau mempermainkan jiwa wanita
Aku seorang wanita
Yang selalu menunggu dan menanti
Sepi sunyi senyap selalu ada
Harapan penantian kasih tak kunjung tiba
Aninda
67. AKU SEORANG WANITA
Aku seorang wanita
Yang punya hati dan perasaan
Mungkin aku kelihatan kasar
Tetapi jiwa ku tetap wanita
Aku seorang wanita
Yang tidak bisa bersendirian
Janganlah aku dibiarkan tanpa teman
Jangan biarkan daku duka tanpa keluhan
Aku seorang wanita
Aku mungkin jahat dan hina
Namun aku tetap wanita
Yang perlu belaian kasih saying
Aku seorang wanita
Yang lemah segalanya
Anganlah engkau salahkan daku
Jika kalau aku meluapkan perasaanku
Aku seorang wanita
Mungkin aku kuat dan tabah
Dalam hadapi dugaan hidup
Namun hati wanita Tuhan saja yang
Mengetahuinya
Aku seorang wanita
Yang memerlukan teman hidup
Bukan karena aku tidak beramarah
Tapi karena perlukan kasih dan cinta
Aku seorang wanita
Yang Tuhan karuniakan kelembutan
Walau bagaimana hatiku membara
Namun jiwaku tidak sampai
Membenci manusia
68. Mudjiarti
LULUS
Bertahun – tahun aku menunggu
Dengan harap – harap cemas
Bisakah aku meraih harapanku
Siang dan malam memeras otak
Giat belajar tak pernah mati
Tibalah detik – detik ujian menanti
Dengan tenang jari – jemariku malas mengisi
Detik demi detik, hari demi hari
Akhirnya tibalah saat – saat yang kutunggu
Kubuka amplop tertutup dan kubaca
Alhamdulillah aku lulus
Senang selalu hatiku
KECEWA
Beriba harapan darimu
Semua janji – janji manismu
Ternyata semua palsu
Sedih hatimu bagai disayat sembilu
Mana janjimu, semuanya palsu
Oh . . . betapa leganya kau menyakiti hatiku
Hatiku sakit, hatiku luka, hatiku pedih
M. Saptaputra