SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Mengenali diri sendiri:
Kognisi (cognition) sebagai “Science of the Experience of Consciousness”
menjadi Kemerdekaan (Freedom)
Didi Sugandi
2018-05-06
Disclaimer: Artikelini jika dibaca dengan emosionil bisa menyebabkan
pusing-pusing, nafsu makan yangberkurang, sukar tidur, mengakibatkan
misuh-misuh dsb. Agak loncat-loncat, pasti, uraiannyatapi what the heck lah,
saya kebelet sebelum idea-nyahilang kabur lagi karenatiap kepingpikiran
punyakehidupannyasendiri—each hasit’sownlife. Lain kali mungkin bisa
disusun lagilebih rapih karena inipun tidak harus“final” kapan-kapan
sekalipun—memangnya thesisujian kelulusan?. Jikadibacadengan pikiran
dan perasaan yangsenyap (silence feeling and thought)–walaupun sayatidak
bisa memberikan jaminan (guarantee): “kenagigi uangkembali”—mudah-
mudahan—manfaatnyacukupterasa. Reader discretion isadvised. Now I feel
better.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai sekedar catatan pribadi, bukan makalah
ilmiah walaupun tampilmengagak-agak—berlagak—ilmiah; Justru problem
yangingin dibahasnyaadalah persoalan mengenai mengetahui (knowing),
pengetahuan (knowledge)yangkemudian dalam berbagai formalisasi-nya1
1 Selalu ada realitas dan adailmu tentang realitas tersebut; Itu adalah dua
hal yangberbeda. Contohformalisasi (formalization)itu misalnyademikian:
sesuatu sudah adadi alam atau dalam kehidupan manusiaakan tetapi
manusiabelum mengetahuinya“apa sebenarnyaitu”, padawaktu itu manusia
tidak memiliki namanya; Kemudian perlahan-lahan manusiamenjadimampu
“menemukan namanya”, mendefiniskannya, memilikisebutannya,
predikatnyadsb. Banyak hal terjadi berlangsungm sudahadasebelum
manusiamenemukan pemahaman atashal-hal itu; Sebelum adailmu ekonomi
(economics), ekonomiitu sendirisudahada, sudaheksis. Ilmu ekonomi
(economics)hanyalah formalisasi kejadian-kejadian nyataitu; Fenomena,
ekonomisudahberlangsungbahkan sebelum penamaan atau istilah-istilahnya
atau “ilmu pengetahuan tentang hal itu” ditemukan dan disusun olehmanusia.
mewujudkan apayangsekarangdiberipredikat ilmu (science), ilmiah
(scientific)dan pengetahuan (knowledge).2. Sekarangumum diyakini
bahwasanya science (yangsekarang disebut sebagai “ilmu” di sini) hanya
datang setelah pengetahuan (knowledge)berkembang, tulisan ini pandangan
berkebalikan dari apayang sangat lazim dipercayaiitu. Pertamanyadan
utamanya, semuapengetahuan dimulaidari“ilmu”. Science is primary.
Tulisan ini mencoba berangkat dari apayang seringdisebut “mengetahui”,
“mengerti atau memahami” (“knowing”, “understanding” dsb.), yaitu
berkenaan dengan proses-prosesdalam fenomenologi(phenomenology). By
the way, wikipediabahasa Inggris sampaisaat ini belum memiliki entry untuk
katakunci“knowing”, kecualiuntuk “understanding”
Mengetahui (knowing)adalah proses-proses,peristiwa, atau prosesualitas
(processuality—inthe way it happens)untuk “pemerolehan” pengetahuan;
Pengetahuan (knowledge)adalahhasil dari proses-proses, kejadian-kejadian
itu. “Hasil” di sini maksudnyaadalah manfaat, atau nafkah (benefit)dari
pengetahuan. Perhatikan: disini sengaja fokusnyabukan semata
pengetahuan itu sendiri, tetapi manfaat pengetahuan.
Adaduahal: mengetahuidan “mengetahui”, kemudian, pengetahuan dan
“pengetahuan”; keduapasangan kata itu masing-masingyang satunyatanpa
tanda-kutip, dan yangsatu lagi bertanda-kutip, hal tersebut bukannyatanpa
tujuan apapun.
Kognisi (berasal dari kata “cognition”)adalah kemampuan (faculty)fitrah
(disposition, “sesuatu yangditempatkan”)padamahluk hidup yang
menjadikan suatu mahluk mampu mengetahuiatau “mengetahui”; Seekor
“Kemerdekaan” (freedom)punsudahada, eksis, sangat jauh sebelum manusia
menemukan namanya.
2 Saya anjurkan untuk tidakbergegas melihat wikipedia baik bahasa Inggris (
en.wikipedia.org)maupun bahasaIndonesia( id.wikipedia.org) mencari
definisiatau deskripsibaik untuk “ilmu” (“science”)maupun “pengetahuan”
(“knowledge”)karenaapayang dituliskan disana—baik versi bahasa Inggris
maupun bahasaIndonesia—tidak akan membantu banyak untuk memahami
apa yangakan dipaparkan disini. Tidak ada niatan saya menyatakan bahwa
tulisan didalam wikipediaitu salah; Artikel saya ini hanyaingin memberikan
sebuah sudutpandanglain yangberbeda dari yanglazim.
lebah—bahkan amoeba dengan struktur biologisyang jauhlebih sederhana
dibandingbinatang lainnya—mengetahui(tanpatandakutip!) kemanaatau
bagaimana ia harusmenemukan makanannya.3
Apa itu Kognisi (Cognition)4
Kognisi (cognition)berawaldari pengertian gnosis
Cognitionis "the mental action or process of acquiring knowledgeand
understandingthroughthought, experience, and the senses". It
encompassesprocesses such as attention, the formation of knowledge,
memory and workingmemory, judgmentand evaluation, reasoningand
"computation", problem solving and decision making, comprehension
and production of language. Cognitive processesuse existing knowledge
and generate new knowledge.
The word cognition comesfrom the Latin verb cognosco (con 'with'
and gnōscō 'know')(itself a cognate of the Greek verbγι(γ)νώσκω,
gi(g)nόsko, meaning'Iknow, perceive')meaning'to conceptualize' or 'to
recognize'.
https://en.wikipedia.org/wiki/Cognition
Konsep cognition dalam wikipediabahasa Indonesiasampai sekarangmasih
gagal menjelaskan, dan membingungkan. Dalam WikipediabahasaIndonesia
justru tidak menjelaskan sebenarnyaapaitu; Beberapakomentar saya diberi
highlight dan berhuruf warnabiru)
3 Lihat Microbial intelligence,
https://en.wikipedia.org/wiki/Microbial_intelligence
4 Wikipediasebetulnyabukan referensiyangmemadai untuk menjelaskan
seutuhnyaapasebenarnya cognition (kognisi). Penjelasan yang terbaik sejauh
ini bisa diperolehdibahas dalam kajian-kajian cabang ilmu cybernetics
khususnyamulaidari“second-order cybernetics”, (bahkan “third-order
cybernetics” yangjugadikenalsebagai “sociocybernetics” ); Sila telusuri bagian
Rujukan (reference), khususnyakaryaFoerster: “Understanding
Understanding …”.
Kognisi adalah keyakinan seseorangtentang sesuatu yangdidapatkan
dari prosesberpikir tentang seseorang atau sesuatu. — [kalimat ini
menyesatkan; Kognisi bahkan bisa berlangsungdalam proses proto-
pikiran—pra-berpikir—sebagaimanayangberlangsungpadabinatang; -
DS]
Proses yangdilakukan adalahmemperoleh pengetahuan dan
memanipulasi [“mengolah”] pengetahuan melaluiaktivitas mengingat,
menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan
berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisibiasa diartikan sebagai
kecerdasan atau inteligensi. Bidangilmu yang mempelajarikognisi
beragam, di antaranyaadalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains,
serta kecerdasan buatan.
Kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercayadapat
memengaruhisikap mereka dan padaakhirnyamemengaruhiperilaku/
tindakan merekaterhadap sesuatu. mengubahpengetahuan seseorang
akan sesuatu dipercayadapatmengubahperilaku mereka.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi
Pengetahuan dan “Pengetahuan”:Ilmu(science) dan pengetahuan
(knowledge):
Umumnyakonsep “pengetahuan” (“knowledge”)yangsekarangmarak lebih
dimengertimelulu sebagai “pengetahuan intelektual” (“intellectual
knowledge”). Bahkan bahasa Indonesiasehari-hari (colloquial language)
sekarang tidak menjelaskan lagi kebedaan dan kesamaan (kesatuan)
antara kata “ilmu” (“science”)dan “pengetahuan” (“knowledge”)
Pengetahuan intelektual (alias “pengetahuan” dengan tandakutip)
sebenarnyahanyasebuah “lapisan lebih luar” dari suatu jenis pengetahuan
yanglainnyayanglebih mendasar, “lebih dalam”, yangoleh filosofi Hellenistic
dinamakan “gnosis”, yaitu pengetahuan (tanpa tandakutip) yaknimengenai
mengenalidiri sendiri(self-knowledge)
Secara ringkas, gnosis berkenaan dengan kemampuan untuk mengetahui (a
faculty toknow) pada seseorang perihal mengenali dirinya sendiri.
“Gnothi seauton” (alias Know thyself)atau “kenalilah dirimu” adalahanjuran
untuk prosesatau aktifitas yang berkenaan dengan pengetahuan dalam
pengertian gnosis. Didalam kosakata kita, gnosis ini setara dengan yang
dinamakan ilmu, berasal daribahasa Arab ‘ilm; Kita akan perdalam mengenai
hal ini dibawah namun sebelumnya, kitaakan periksaapa itu gnosis.
Berikutsaya coba terjemahkancuplikan artikel dariwikipediabahasa
Inggris mengenai Gnosis:
Gnosis adalah sebuah katabenda, noun (feminine)dari bahasa Yunani
yangberarti "pengetahuan". Kata ini seringdigunakan untuk
menjelaskan “pengetahuan diri” (personal knowledge)dibandingkan
dengan pengetahuan intelektual (intellectual knowledge)(εἶδεινeídein),
sebagaimana dalam bahasa Perancis connaître dibandingsavoir, atau
dalam bahasa Sanyol conocer dibandingdengan saber, atau dalam
bahasa Jerman kennen alih-alih wissen.
Sebuah istilah yangterkait dengan gnosisadalah katasifat (adjective)
gnostikos, yaitu "cognitive", sebuah katasifat yang umum dalam filsafat
YunaniKlasik. Plato menggunakan katasifat jamak (plural adjective)
γνωστικοί – gnostikoi dan katasifat tunggal feminine γνωστικὴ
ἐπιστήμη – gnostike episteme dalam karyanya Politikos dimana
Gnostike episteme juga digunakan untuk menunjukkan (indicate)
aptitude seseorang. Istilah ini di dalam karya-karyaPlato tidak
mengindikasikan pengertian mystic, esoterik ataupun makna
tersembunyi(hiddenmeaning), namun, alih-alih, mengekspresikan
suatu kecerdasan yang lebih tinggi (sort of higher intelligence)serta
kemampuan yangberkias(analogous)dengan bakat (talent).
Di dalam khazanah filosofiArabik—bahkan dimulaisejak praIslam lahir dan
sampaisaat sekarang—masih selalu dikajidan dijalani, “diamalkan”, misalnya
oleh disiplin tasawuf: ‘ilmdan ma’rifa.
Pentingdiperhatikan disini: intellectual knowledge berada di dalam ma’rifa
yaknipengetahuan, tetapi ma’rifa akan bisa melampauilebih dalam—yaitu
mencapaipengetahuan langsung (“direct knowledge”): unveiling,
witnessing and tasting—lebihjauh, lebih dalam darisekedar mencapai
intellectual knowledge (alias“pengetahuan” dengan tandakutip), jika
manusia mengerti caramenyaksikan, mengalami manfaat (benefit) dari
‘ilm5
Salahsatu benefit (manfaat, nafkah)yang diperolehdariilmu adalah perasaan
kemerdekaan (freedom)sejati, yangakan dipaparkan lebihlanjut dibawah;
Sebaliknya jika manfaattersebut tak terjangkau yang akan diperolehadalah
rasa takut, cemas, tertekan, paranoid, pesimis, pikiran atau pengetahuan yang
kusutdlldsb.
William Chittick di dalam The SufiPath of Knowledge: Ibnal-‘Arabî’s
Metaphysicsof Imagination, menjelaskan duajenispengetahuan itu, ‘ilm dan
ma’rifa dalam pandangan Ibn al-‘Arabi:
Like other authors, lbn al-'Arabi employstwo wordsfor knowledge, 'ilm
and ma'rifa. Sometimeshe distinguishes between them, but for the
most part he does not. The Koran ascribes only 'ilm to God, never
ma'rifa, so in the case of God, the latter term is rarely employed. When
discussingknowledgeas a human attribute, many Sufisplaced ma'rifa at
a higher stage than 'ilm, and in this context it would be fair to translate
the first as gnosis and the second as knowledge. Then ma'rifa is
5 “Benefit of knowledge”; Kata“naf” dari bahsa Arab yang kemudian terkait
dengan kata “nafkah” adalah “benefit”; Pengetahuan yang tidakmemberi
nafkah kepadamanusianya—disinisayatulis bertanda-kutip sebagai
“pengetahuan”— menurutIbn al-‘Arabi hanyalah “pengetahuan tidak
berguna”; Pengetahuan yang seperti itu tidak akan membawaseseorang
mencapaimari’fat (kearifan); lihat “The usefullnessof knowledge” diWilliam
Chittick, “The Sufi Path of Knowledge”, halaman 149-153
equivalentto the direct knowledge called unveiling, witnessing, and
tasting6 […]
[emphasisdarisaya DS]
Kemudian juga, William Chittick, dalam Ibn al-‘Arabion The Benefit of
Knowledge:
In general, he considers ‘ilm the broader and higher term, not least
because the Quran attributes ‘ilm, but notma‘rifa, to God ...
[…] The gnostics are those who have achieved the knowledge
designated by the famous hadīth, “He who knows[‘arafa] himself knows
[‘arafa] hisLord.”
Istilah ‘ilm yang kemudian kitaadopsisekarang ke dalam bahasa Indonesia
sebagai “ilmu” sebenarnyalebih dekat kepada pengertian gnosis.
“Science” adalah hal-ikhwal ‘ilm, yaitu hal-ikhwal gnosis.
Jadi sebenarnyamemangadaduajenis pengetahuan: pengetahuan dalam arti
gnosis, yakni ‘ilmdan pengetahuan dalam arti lebih dari sekedar
“intellectual knowledge” yaknima’rifa—jikamanusianyamampu
“memperolehmanfaat dari ilmu (‘ilm)”
Kapabilitas belajar (learning capability).
6 Mengenaikalimat “direct knowledge called unveiling, witnessing, and
tasting“ ini berkaita dengan fenomena tajalli (sebuahfenomena“dimana
hal-hal itu menampakkan dirinyasendiri”); ParaSufimeyakinibahwa ketika
Allah membukakan tabir (unveiling)sesuatu yangsemulasebuah “rahasia”
bagi manusia, tetiba “hal-hal tersebut memperlihatkan dirinyasendiri”
walaupun saatitu manusianya“tidak berpikir”—pemerolehan penglihatan itu,
kejadian itu, tidak membutuhkan upayauntuk berpikir, menganalisa,
menafsirkan, cukup dengan menyaksikannyasaja.
Jika seseorang bisa belajar secara seksama—menjadi mengetahui dan oleh
karenanya mampubertindak menangani persoalan yangdihadapinya,
menjadiknow what to do, how to do it,etc.,—yaitu selain mampu cepat
memahami problem dan menjadikannya ingenious7—sanggup merespon,
bertindak (menemukan “solusi”)persoalan yangdihadapinya, iajuga bisa
berpeluangmenjadi mengerti bagaimana pikirannya sendiri bekerja
ketika berhadapan atau dihadapkan dengan berbagai ragam persoalan dunia
nyata itu,—iaakan menjadimengerticara-cara berpikirnyasendiri, paham
metodologi pribadinyasendiri: padadasarnya ia menjadicepat mengerti
metodologi belajarnya sendiri. Ringkasnya, pikiran diaakan selalu dalam
sebuah proses konstan belajar cara-cara baru untuk berguna(a constant
processof learning new waysof being useful). Menumbuhkan akalyangtak
perlu sering mengalamikebuntuan. Sebuah pikiran (otak) seharusnyabekerja
untuk manusianya, dan bukan sebaliknya, karenajikahal sebaliknyayang
terjadi, sebuah kegiatan berpikir yangrelatif ringan-ringan saja akan menjadi
melelahkan.
Mengetahuibagaimana dirinya berproses menjadi mengerti sesuatuyang
perlu ia mengerti akan menentukan tingkat kemampuanbelajarnya,
kapabilitas belajarnya, learning capability-nya; Padasuatu kemampuan
belajar yang tinggi ia akan sanggup dengan cepat mengerti pertanyaan dasar
(the question), mengertimasalah (understand the problem), dan dengan
demikian akan menjadimudahmenemukan solusi. Iaakan menjadi mampu
belajar dari pengalamannya sendiri.
Pentinguntuk tidak salah paham di sini: kompleksitas persoalan yangingin
dikemukakan disinibukan sebagaimana yanglazimnyadipercayasekarang,
sekedar contoh: persoalan-persoalan yangindeterministik misalnya
persoalan-persoalan yangdihadapioleh ibu-ibu rumahtangga, oleh asisten
rumah-tangga sebetulnyajustru memilikikompleksitas jauh lebih kompleks
dibanding“mengajar matematika seperti misalnyacalculus” yang nature of
the problem-nyadeterministik
7 Memiliki ingenuity—the qualityof being clever, original,and inventive, often
in the processof applying ideas to solve problemsor meet challenges.
Menemukan-kembali (re-discovering)“caranyasendiri” dan menetap,
berketetapan (“berkediaman”)disitu8 adalah sangat pentingkarenahal
tersebut sangat erat berkenaan dengan perkara kemerdekaan diri
seseorang atau ketika kolektif, kemerdekaansemuaorang. Sekalipun pada
dasarnyacara atau metodamemiliki prinsip umum (genericprinciple)yang
sama, namun prosespenemuannyatidak mungkin identik (akan tidak serupa)
padadiri masing-masingorang, orang per orang. Seseorang akan perlu
menemukan sendirikekhasan, kekhususan metodagenerik itu yangberlaku
bagi dirinyasendiri.9 Bahkan individualitaspencarian inipentingdan niscaya;
Sejatinya bagian besar daripenemuan (discovery)initidak pernahmungkin
ditunjukan olehoranglain perihal “lintasan”nya; Orang lain hanyamungkin
memberitahu arah garis besarnya saja. Kita tidak tahu apakah langkahnya
8 Padamulanyamanusiabahkan juga mahluk-mahluk hidup, “menggunakan”
kemampuan kognisinyasebelum pandaiberaktifitasintelektual,
menggunakan nalar, bernalar (reasoning), berlogika, berpikir dll. Namun
aktifitas intelektual itu sering tanpadisadarimenggeser, menggantikan peran
kognisi sehingga akhirnyamanusialupadan “kehilangan” kemampuan itu,
dan hanya bisa (rightly or wrongly)mengandalkan sisiintelektualitas saja.
Kemampuan kognisipadabinatang misalnyatetap ajeg mereka gunakan—
karenamereka memperolehmanfaat, kegunaannyadarikemampuan
tersebut—sejak dahulu kala sampaisekarang dan mungkin sampaiberjuta
tahun yangakan datang. Dengan kemampuan kognisiitu binatang mampu
mencarimakanannya, menghindar dari predator (pemangsa), atau berkawin
(mating).
9 Adabeberapa stata (situasi, state)emosi(emotion)atau perasaan (feeling)
yangsangat menentukan misalnyarasatakut(fear), kuatir (worry), cemas
(anxiety)dsbyangmau tidak mau suka tidak sukaharus orangnyasendiri
pahami, melaluicaranyasendiri, memahami perasaan-perasaan tersebut agar
bisa berurusan dengan (“dealing with”)hal-hal tersebut dan tentu saja—pada
gilirannya—untuk dealing with real world; Tidak adaoranglain seorangpun
yangakan bisa meyakinkan seseoranglainnyauntuk “tidak kuatir atau untuk
tidak cemas”; Padaakhirnyasemata-mata hanya orangtersebut itu sendiri
yangharus menjelaskan kepadadirinya, memahamimengapaia menyimpan
berbagai perasaan itu; Ketakutan misalnya, perlu dimengertibukan
dihilangkan.
benar kecuali membaca gejalanyaketika arahnyamulaijauh dari tepat. Gejala-
gejala atau tanda-tandaitu terasa antara lain ketika pada dirimulaiterasa
“harus menyalahkan dunia, menyalahkan oranglain, perlu berontak, semacam
“menginginkan segalasesuatudi luar diri, di dunia ini berubah menjadi
sesuai dengan pengetahuan saya”. Itulah tanda-tandabahwa kita mulai
tidak mengerti bagaimana pikiran kita sendiribekerja, bukan perkara content-
nyatetapi prosesnya: Jikaditeruskan—tak dipedulikan lagiprosesnya—
salahsatu kemungkinan pencapaian yangmasuk akaladalah “pengetahuan
kita banyak tapi ilmu kita kosong”.
Jika dieksplorasiyanglebih jauh, ini mengungkapkan jalan untuk “menjadi
diri sendiri”, salahsatu dari duakriteria “menjadimanusiayangsebaik-
baiknyamanusia”.
Sayang seribu kali sayang, sekolah-sekolah di Indonesiatidak pernah
mengajarkan hal ini: sedikit sekali atau tidak pernahmengajarkan berpikir
mengenaiapa yangdimaksud dengan mengerti(understand)itu sendiri;
Sekolah tidak pernahmemperkenalkan kepadamurid-murid, pelajaran
mengenaiapa itubelajar (learning) sesungguhnya. Inorder to understand
what it means to understand.10
Bagi sebuah pikiran yang tidak sanggup memperolehkejelasan
bagaimana pikiran—bekerja, berproses, bagaimana pikiran bisa menjadi
mengetahui yang bisaia percayai, dan sekaligus,bagaimana ia bisa
menjadi percayapada apa yang ia ketahui—makaperasaan terbelenggu,
atau tertekan akan selalumenghantuinya. Kondisikapasitas untuk
memahami dirisendiriyang demikian rendahitu akan berpotensi
menimbulkan rasatertekan, keinginan mendesak (desperate)untuk merdeka,
kemarahan, keinginan untuk memberontak.11 Semakin seseorang tidak bisa
menjelaskan kepadadirinyasendiri(“mengertidirinyasendiribagaimana ia
menjadimengerti”) akan semakin besar potensirasa ketertekanannya.
10 Cf. Heinz von Foerster, “Understanding Understanding”
11 Desperation
Terdapatkorelasi, relasi yang saling menentukan—yangsangat
intens—berbanding terbalik (inversely proportional)di antara
“perasaan tertekan dan ingin berontak untuk mencapaikemerdekaan”
dengan “tingkat kemampuan seseorangtersebutuntuk mengerti
bagaimana jalan-pikirannyasendirimemahamisesuatu”.12 Semakin
rendahkemampuan kognitifnya13 semakin besar potensiadanya
tekanan (di dalam diri)untuk menjadimemberontak.
Walaupun memangbetul, tentu saja, di mana-manadan kapan-kapan selalu
ada saja si setan, ada saja yang gemar menekan, bullying, adasaja yangselalu
mencoba ingin menundukkan oranglain, yangberusaha menguasaioranglain,
yangingin membuatorang lain tunduk kepadanya, yangselalu ingin menjajah
dll., namun sesungguhnya sebagianbesar penyebab dari rasatertekan,
rasaterikat, terbelenggu,terjajah,terdzolimi,“terdikte olehdiktator”
dan lain-lain yangdirasakan oleh seseorang itu, sebagian besar berasal dari
ketidak-sanggupan sang pikiran memahami bagaimanapemahamannya
(proses kognitif) dalam dirinya berjalan. Manakala(whenever)jalan
penalaran diasendiri gelap bagi dirinya, ia akan merasa terbelenggu sekali.
Perhatikan pemberontakan “duniadatar” (flat earth); Sebenarnya tidak
pernah ada pemaksaan terhadap seseorang untuk membuat pengakuan
bahwa dunia itu bulat. Tetapi hampir semuapernyataan bahwa duniaitu
datar, dikerangkakan (framed)sebagai manifestasidari ”perlawanan terhadap
kaum otoriter pendikte—diktator—bahwaduniainibulat/bundar” – dan oleh
karenaitu, menyatakan bahwa duniainidatar dipandangsebagai sebentuk
perlawanan terhadap hilangnya, ter-rampasnya“free will” padabanyak orang,
dipandangsebagai hilangnyakemerdekaan (freedom) yang dirasakan pada
diri merekayangkemudian akhirnya, eventually, menjadiparapejuangbumi
datar. Hampir semuaproposisibumidatar sarat bermuatannarasi
perjuangan, perlawanan, pemberontakan. Menyatakan bahwabumi ini
datar mewujud sebagaisebuah bentuk perjuangan, menjadisebuahjihad
12 Dalam istilah Heinz von Foerster: “understanding understanding”
13 Cognitive faculty adalah“kemampuan (faculty, capability)untuk mengenal
dirinyasendiri”
untuk memerdekakan pikirannya; Kitabisa rasakan kadar pemaksaannya(its
coercion)yangtentu saja akan mereka justifikasi dengan argumen tandingan
(counter argument): “Siapayangmulai?.. Kami begini kan karenakami
awalnyajuga dipaksauntuk menerimabahwabumi inibulat!”. Hmm.. really?
Memangbetul di jaman ini sudahsemakin banyak faktor telah menjadikan
kesulitan untuk mengkajidan memahami dirisendiri sudahsemakin lebih
sulit. Realitasvirtual sudahsemakin marak mengaburkan perbedaan antara
kenyataan dan ketidak-nyataan. Absurditas dan nonsense semakin
bercampur aduk, menyulitkan manusiamenemukan tengah-tengahannya
yang bukan nonsense dan bukan absurd; “Yangsebenarnya”, “yang
sebetulnya” dan “yang sesungguhnya” semakin menjadirancu, campuraduk.
GeorgWilhelm Friedrich Hegel,14 di dalam tulisannya Phänomenologiedes
Geistes—yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris sebagai
Phenomenology of Spirit—menyatakan bahwa kemerdekaan(freedom)15
hanya bisa dicapai jika manusiamengenal dirinya sendiri;
Sesungguhnya, intidari “mengenalidiri sendiri” adalah kemampuan
memahami jalan berpikir dirinya sendiri (proses-proses cognition,
cognizing, re-cognition).16
14 MengenaiHegel didalam wikipediabahasa Indonesiaada di laman berikut:
https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel (namun
sayangsekali laman bahasa Indonesiaini tidak mampu menjelaskan dengan
presisi dan akurat, lebih baik upayakan sebisa-bisanya, membaca laman versi
bahasa Inggrisnya)
15 Di sini freedom (kemerdekaan)diartikan sebagai the power or right to act,
speak, or thinkas one wantswithout hindrance or restraint. Sinonim freedom
biasanya liberty (kebebasan), dapat diartikan sebagai the state of being free
withinsociety fromoppressive restrictionsimposed by authorityonone'sway of
life, behavior, or political views.
16 Cognition yangkita terjemahkan sebagai kognisi berasal daribahasa Latin
cognitio(n-), from cognoscere ‘getto know.’adalah the mental actionor process
of acquiring knowledge and understanding through thought, experience, and
the senses. Atau juga: a result of thisprocess; a perception, sensation,notion, or
intuition, lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Cognition atau lihat yang dalam
Cognition di dalam bahasa Jerman disebut erkennen;17 Sedangkan
knowledge—pengetahuan—dalam bahasaJerman disebut wissen.
Hegel memandangsejarah(history)sebagai kisah perlangkahan, progress,
pikiran manusia menujukemerdekaan—the story of the progressof
mind towardsfreedom.18 Yang dikatakan oleh Hegel dengan “mind”
maksudnya bukan hanyapikiran-pikiran individualterpisah-pisah(the
separate mindsof individuals), namun the sum total of that consciousness.
Kita akan bisa melihat bahwasanya padakebudayaan tradisional, terutama
“Timur” (oriental)lazim terdapatepistemologi (yaknikeyakinan-keyakinan
mengenaicara mengetahui(knowing), dan apa yangmungkin bisa
bahasa Indonesia(walau belum bisa saya yakiniketepatan
pendeskripsiannya)di https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi
Ketika mesin penterjemahGoogle menterjemahkan ke bahasa Indonesia,
muncultiga konotasi berkenaan dengan cognition yakni1. Pengartian, 2.
Kesadaran, 3. Pengetahuan.
17 Beberapa di antara kita mungkin masihingat dahulu ada ujaran dengan
slang Betawian: “Nggak diréken”.. (huruf é pertama dilafalkan seperti “esok”,
“belok”—kategori “e taling”; sedangkan huruf e yangkeduadilafalkan seperti
padakata “penuh” “perahu”—kategori“e pepet”); Kata “diréken” dikalimat
tersebut bersaudaradekat dengan erkennen; “Nggak diréken” setara dengan
“not recognized”; Dibahasa Belanda“reken” berarti “counted”, “dihitung”,
“Nggak direken”, kuranglebih setara dengan “tidak diperhitungkan” “tidak
dianggap”.
18 Menempatkan pengertiansejarah(history) menjadi freedomsebagai
(alias di dalam) pengertian cognition inimemudahkan kita—membuka
jalan bagi kita—untuk memahamiapasebenarnya “memory” (ingatan)pada
manusia—yangberprosessamasekaliberbeda dengan memoripadamesin
(komputer, misalnya). Sila lihat tulisan Heinz von Foerster, “What Is Memory
that It May Have Hindsight and Foresight aswell”, didalam bukunya
Understanding Understanding:EssaysonCyberneticsand Cognition, hal. 101
http://www.alice.id.tue.nl/references/foerster-2003.pdf ; Padasuatu
percakapan informaldengan beberapateman, penulispernahmengemukakan
bahwa untuk memperbaiki“keadaan Indonesiayangkita rasakan sekarang
ini” kita perlu memperbaikimemorikolektif kita, melaluiperbaikan memori
kita masing-masing. We need to defrag our memories.
diketahui—beliefsabout knowing and what may be known—dan ontologi
(yaknikeyakinan-keyakinan mengenai wujud(being), apa ia itu, apa ia itu
sebelumnya, dan mungkin menjadi apa ia itu kemudian—beliefsabout
being, what is, was, and may be—berawal dari fenomenologi (pemahaman
sebagaimana kosmos, the whole, dialami—experienced—menampilkan,
memperlihatkan ‘tatanan’ (order)dijagad raya ini, dengan atau melalui cara
“berada didalam” kesadaran (cosciousness)yang universal.
Sepanjangseseorang tidak mampu menjelaskan kepadadirinyasendiri
bagaimana jalan berpikirnyabekerja—yaitu bagaimana seseorang menjadi
"mengerti bagaimana dirinyamenjadimengertisesuatu”—ia tidak akan
mudahmengenaldirinya, dan padagilirannya, ia tak akan pernahmudah
memperolehjalan kemudahan mencapaikemerdekaan (freedom)dan atau
bahkan kebenaran (truth)
“Hegel thought freedomwould beachieved when mind understands
itself as a unity, and philosophy, if it correctly interpreted the world,would
lead to this understanding. (Peter Singer, dengan emphasisdarisaya)
Salahsatu persoalan mengapapikiran Hegel sangat tidak mudahdipahami
oleh tradisi bernalar (kosmologi, ontologi, filosofi) Barat19 adalah karenabagi
Hegel untuk menjadi mengerti dirinyasendiri manusiaperlu beradadi
dalam mengetahui ("in the knowing") sesuatu yangasing dan semakin bagi
disiplin penalaran paskaRevolusiIlmiah (ScientificRevolution): mengalami
kesadarannyasendiri“experiencing his/her cosciousness”,
19 Gotthard Günther yang nota bene mengembangkan logikapolikontekstural
(polycontextural logic)berangkatdaripemikiran Hegel—dan tentu saja
Kant—menyatakan bahwa "Phenomenology of the Mind"KaryaHegel sebagai
buku tersulit di dunia, dan jangan coba-coba membacanya; Dalam kaitan
dengan logika transendental, begini katanya:
“The first systematic treatise of this new typeof logic [transcendental
logic] was Hegel’s "Phenomenology of the Mind."Butdon´ttry to read it.
It has been called the most difficultbook ever written in the history of
mankind.” (in his article “Can Mechanical Brains Have Consciousness?”)
Mengetahui(knowing) bukan diawali dan dibangun melalui"penambahan
pengetahuan ke dalam diri"; Bagi Hegel, epistemologi—yaknipersoalan
bagaimana manusiamenjadimengetahui atau mengerti—bersumber di
wilayah fenomenologi(phenomenology), mengalami, experiencing, yangjika
dicari padanan pengertiannyadalam bahasaIbn-al’Arabi itu adalah “tasting”
(dhawq)seperti sesuatu rasa “manis” (sweet)yangdialami oleh lidah ketika
mencicipi madu.
Ketidak-mengertian “orang barat” mengenai epistemologi yang bersumber
pada fenomenologi ini—yangsebenarnyasangat ubiquitous diduniaini
namun tak mampu tertembusoleh “pengetahuan”—tetapiHegel bisa
melihatnya dan mencobamem-formalisasikan-nya20, menjadikan dirinya
bahan tertawaan; Bahkan Karl Marxyang mengikutijalan Hegel juga menjadi
lelucon bagi banyak orang diBarat sampai sekarang, misalnya: “Betulkah
Marxmampu berpikir?”demikian kata mereka. Sekarang, merekayang
mengaku sebagai Marxists sangat boleh jadisebenarnyatidak mengerti
pikiran Karl Marx21
Umumnyadalam filsafatBarat (Westernphilosophy)sejak RevolusiIlmiah22
(ScientificRevolution)sebagian besar wacana“pengetahuan” (knowledge),
20 Tetapi Hegel sendiritidak percayabahwa cognition (science) harusberhenti
padaformalisme. Epistemologi Hegel adalah epistemologi transendentalyang
kemudian mewariskan teori“transcendental logic” yangantaralain dipelajari,
digali lebih dalam oleh banyak pemikir termasuk oleh Gotthard Günther
misalnya
21 Lenin pernah mengatakan: “It is impossiblecompletely to understand
Marx’s Capital, and especially its first Chapter, without having thoroughly
studied and understood the whole of Hegel’s Logic. Consequently, half a
century later noneof the Marxistsunderstood Marx!! - [Vladimir Ilyich Lenin,
Conspectusof Hegel’s Logic 1914]
https://www.marxists.org/archive/lenin/quotes.htm
22 revolusiini dimulaidi Eropadari masa Renaisans hingga akhir abad ke-18,
periodeyangdikenalsebagai Abad Pencerahan. Lihat juga, The Scientific
Revolution, 1543-1600
“ilmu pengetahuan” (science) menganggap bahwa understanding sebagai
proses“data empirik yang diperolehdariindera-inderaeksternal” (“empirical
data drawnfromthe outward senses”); FilosofiTimur sejak lama sekali sudah
mengerti bahwasanya ada suatu cara untuk menjadi mengerti,atau
mengetahui, melalui “way of knowing which isbased on the inner senses
and the opening of the ‘eye of the heart’ which can ‘see’ the invisibleworld
hidden to the outward eye.”
Para penterjemahbahasa Inggris buku Phänomenologie desGeistes
sebenarnyatidak merasayakin apakah mereka harus menterjemahkan "Geist"
sebagai "Ruh" (spirit) atau "Pikiran"(mind), meskipun pengertian "Ruh"
(spirit) dan "Pikiran"(mind) sangat berbeda dalam bahasa Inggris.
Sejak awal penterjemahan buku ini kedalam bahasa Inggris, sekedar judulnya
saja buku itu telah menyulitkan pendeskripsikan maksudHegel. Judul
Phenomenology of Spirit, yangakhirnyadigunakan sebenarnyahanya
salahsatu daritiga alternatif judulyangHegel tetapkan bagi karyanya. Dalam
bahasa Jerman judulnya PhänomenologiedesGeistes. "Spirit"adalah
terjemahan darikata Jerman ‘Geist’, yangkemudian dimaknakandalam
English (bahasa Inggris) sebagai “pikiran” ("mind"). Jika Geist diterjemahkan
sebagai "spirit," maka sebenarnya judul orisinil buku itu, Scienceof the
Experienceof Consciousness, sudah sangat mendeskripsikan,(describe)
kandungan (kontennya) dengan lebih baik. Ketika Hegel kemudian
mengganti judulnyamenjadi Scienceof thePhenomenology of Spirit, itu
mungkin karenasaat itu ia juga turutmenuliskan bagian Preface (Prakata)
dari buku terjemahannyaitu. Buku tersebutsampai sekarang dikenalsebagai
the “Phenomenology of Spirit“, untuk lebihmeringkaskan judulnya.23
http://www.historyguide.org/earlymod/lecture10c.html dan Scientific
Revolution dihttps://www.encyclopedia.com/science-and-
technology/physics/science-general/scientific-revolutions
23 Tom Rockmore, Cognition: AnIntroductionto Hegel'sPhenomenologyof
Spirit, halaman 5
Padaumumnyasekarangkitasudah terlalu terbiasakan menganggap
bahwasanya pengetahuan (knowledge)adalah sesuatu yang
terakumulasikan atau diakumulasikan, sepertisering terungkapkan dalam
pernyataaan-pernyataan pengharapanyangsemacam ini: “Besarkan diriku
dengan pengetahuan”, “Tambahkan pengetahuan ke dalam diriku” dan
sebagainya. Seakan-akan kita percayabahwa lebih banyak itu lebih baik, more
is better. Give me more, and more, and more. “I need more and more and more”;
Tetapi cara pandangsepertiitu—menambahkan pengetahuan—sebenarnya
tidak memudahkan seseorangmenjadibisa mengerti dirinyasendiri.
“Big data” tidak dengan sendirinyaakan membuat seseorang menjadimudah
mengerti proseskognisi yangberlangsungpadadirinya, tidak memudahkan
seseorang menjadimengenaldirinyasendiri. Dibanjiridata bisa membuat
seseorang menjadisemakin tidak mengerti siapa dirinyasebenarnya
terutama jika ia tidak berada di dalam mengetahui.
“Hegel thought that mind, inthissense, progressestowardsfreedomby
encountering, and thenovercoming, contradictionsthat are a barrier
towardsitsself-understanding and hence itsfreedom. Each stage of
development generatesa contradictionthat hasto be overcome, until the
final stage, whenmind understandsitself, hasovercome all barriers, and
thereforeisfree. (Peter Singer)
Budaya “non-western”
Pikiran Hegel mengenai“experiencing the conciousness” inirevolusioner sekali
bagi kebudayaan Barat, akan tetapi—sebagaimana dibagian depan tulisan ini
diperlihatkan—sebenarnyabukan reka-rekaan (invention)Hegelsendiri; Ia
tidak inventing (menciptakan suatu “cara atau modaberpikir” baru, ia
menemukan (discover)dan mencoba mendeskripsikan, mem-formalisasi-kan,
cara-cara pandangdan pendekatan terhadap prosesualitas24 epistemologi
yangbasisnya adalah fenomenologi—tolearn and understand something by
24 Processuality…inthe way it happened
learning about learning— yangsejak ribuan tahun indigenously terdapatdi
mana-manapadabudaya-budaya“non barat”, yangmungkin bisa kita sebut
"timur" (oriental) di sini, dan jugaterdapat padabeberapa kultur berbahasa
"Indo-Germanic"(bahasa nenekmoyang—ancestral—bahasa-bahasaIndo-
European; Proto-Indo-European), yaitu “Baratyangtidak umum, non
konvensional”25
Mencius (Meng Chu) muridnya Confucius (Kong HuChu) berkata:
“all learning is nothing other thanto seekfor the lost heart”.
Semualearning –apapun, yangmanapunitu—matematika, teknologi, bahasa,
etika, moral, economics (ilmu ekonomi)dll semuanya, sebenarnyaadalah
pencarian ke dalam diri (inwardly). Ketika seseorang menemukanjalan itu,
memasuki jalan itu, dan menjalani jalan itu, ia akan menjadi jalan itu,,..
dan ia akan eventually, cepatatau lambat, akan sampaipada kemerdekaan,
freedom.
Ia yang memahamijalan nalarnya, jalan berpikir dirinyasendiri—inthe
understanding, inthe knowing of it, cognizing and re-cognizing inreal time,
fromtime to time, all the time—akan bisa membukajalan mencapai
kemerdekaan yangtertinggi, ultimate freedom26
25 Kategorisasi dengan cara dikotomi“West versusEast” sebenarnyajuga
kurangbisa menampungideayangingin dijelaskan disini.
26 “He who knowshimself knowshis Lord” This is not a hadith attributed to the
Prophet‫,ﷺ‬ but it is a saying attributed to Yahya ibn Mu'ādhar-Rāzias: Shams
ad-Dīn as-Sakhāwi mentioned in his book Al-Maqāsid al-Hassana, Vol. 2, pp.
657 asattested by Al-HāfidhAbu Sa'd as-Sam'āni—and, Ibn Hajar al-Haytami
in his book Al-Fatāwa al-Hadīthiyya, pp.206. Therearenumerousother
scholars that said this hadith is a fabricated one(e.g., Ibn Taymiyyah, Ismā'īl
al-'Ajalōni, etc.) In somereferences, it is referred to as a sayingof The Prophet
(pbuh) and in some others it is considered as a hadith from Imam Ali (A.S.).
Butin both cases consequence of the peoplewho narrate this hadith is not
mentioned (This hadith is a Morsal ‫م‬ُ‫ر‬‫س‬َ‫ل‬), although the concept of this
AKHIRNYA
Anjuran semacam “carilah ilmu sampaike negeri Cina” (dan bukannya
“carilah pengetahuan sampai ke negeri Cina”)adalah anjuran untuk belajar
dari carabelajar orang lain, untuk mengetahui caraberpikir, jalan
berpikir, bagaimana(how) orang lain berpikir, bagaimanapikiran
berjalan(kata “cara” berasal darikata Sansekerta yangberkonotasi “motion”,
“moving”, “bergerak”, “pergerakan”)–bukan untuk belajar mengetahui apa
(what)yangdipikirkan oleh orang lain; Dianjurkan terutamauntuk
menemukan, menemui, mengalami (experiencing),mengerti apa itu
“ilmu”,bukan utamanya “menambahpengetahuan”. Itupun karena
China—selain banyak negeri lainnyajuga sebenarnya—sejak lamasudah
memiliki “jalan, cara berpikir” yangbagus.
SemogaTuhan membesarkankita di dalam mengetahui”, … “increaseus
in knowing” … bukan “limpahkan kepadakita pengetahuan” dan sebagainya
yangsemacam itu.27
statement is true. https://islam.stackexchange.com/questions/46436/where-
is-this-hadith-attested-he-who-knows-himself-knows-his-lord
27 Terjemahan, bagaimanapun jugaselalu adalah suatu tafsir, suatu tafsiran;
Dan bagi tafsir apapun, tidak adatafsir yang mutlak (absolut).
Penulistidak setuju dengan tafsir bahasa Indonesiayangumum dituliskan
dalam terjemahan Al-Quran (surah Ta-Ha 20:114)yangsekarangberedar, di
mana“Robbi zidniilman” ditafsirkan berkonotasi “menambahpengetahuan”–
dan bukannya, alih-alih “di dalam proses mengetahui itu sendiri. “In knowing”
ini lebih seperti yangdimaksud dengan apprehending, proses“coming to
know” proses “menuju mengetahui”; Bedakan dengan comprehend, “inthe
know” —yaitu “menjadi mengetahui di dalam mengalami, di dalam
mengetahui sesuatuitu sendiri”; Namun sekalipun sepertiitu trend
populernya, penulismelihatletak persoalannya: itu berasal dari paradigma
“menambah pengetahuan” alih-alih “menjadi (becoming a knower)di dalam
mengetahui (in knowing itself)”; Paradigma“menambahpengetahuan”
(memperlakukan pengetahuan sebagaikatabenda, noun, alih-alih melihatnya
sebagai proses, sebagai kata-keterangan, adverb, ataupun sebagaikata-kerja,
Postscript
Musuhterbesar manusiaadadi dalam dirinyasendiri. Menuju freedom
(kemerdekaan)dalam konteksapapun—idividualdan kolektif—adalah
perjalanan melalui, dimulaidarimengenali dirisendiri, cara berpikirnya
sendiri, jalan pikirnyasendiri.
Ketika semua gagas (ideas), konsepsi(conception), perception (persepsi)—
bahkan termasuk gagas atau konsep “kemerdekaan” (freedom)itu sendiri—
“semuadan segala pikiran-pikiran kita itu”—tidak lagi kita periksa seksama
bagaimana hal itu menjadikita percayai(kalau kita percayaitu) .. maka
verb)telah ribuan tahun—mungkin sejak Aristoteles dan pengikutnya, para
cerdik pandai—mempopulerkanmodapikir logikanilai biner (binary valued,
two-valued logic)yangmengakibatkan keterpisahanabsolut antara subjek
dan objek. Dan ini mengakibatkan pernyataan seperti, “Tuhan itu ada” atau
“Tuhan itu tidak ada” kedua-duanyasubjectless (nirsubjek), keduanyatidak
menjelaskan siapa subjekyangmenyatakan itu? .. “who is the one that saying
that?”. Statementtadihanyapersoalan objektifitas dan atau subjektifitas saja
tetapi—dan ini paradoksnya—samasekalitidak terhubung(related), tidak
memiliki keterhubungan (relationship)dengan subjek. Sangatlama
diperlukan waktu untuk mengertiapaitu subjektifitas, mulaidarijaman
Aristoteles—sampai padasuatu saat tahun 1933 Gotthard Günther–sering
disebut sebagai “the Einsteinof Philosophy”—mulaimengemukakan teori
subjektifitas (dan tentu saja objektifitas)—dalam buku yangbersumber dari
thesis PhD-nya“Grundzügeeiner neuen Theorie des Denkens in Hegels
Logik“ (“Fundamentalsof a new theory of thinking in Hegel'slogic”); Ia juga
kemudian pernahmenulisartikel “Cognitionand Volition, AContributionto
CyberneticsTheory of Subjectivity“ yangmenjelaskan, bagaimanamengatasi,
(transcending)ke luar dari“keterjebakan di dalam two-valued logic”-dikotomi
(dualisme)warisan Aristoteles (Aristotelianlogic); Iatidak menghilangkan,
menafikan two-valued logic tetapidengan multi-valued logic-nya
memampukan “berpikir” (thinking, knowing , logic etc) melangkah, menembus
wawasan yanglebih jauh, lebih dalam dan luas. Idee und Grundrißeiner
nicht-Aristotelischen Logik, (“Idea and outline of a non-Aristotelianlogic”)
terbit tahun 1959 memperolehpengakuan publik sebagai magnum opus
(“karyabesar”, masterpiece)dia
mereka sebenarnyatidak berbeda dengan KudaTroya (TrojanHorse)28.
Ketikakita lengah tertidur kelelahan sehabis merayakan (celebrating)
proklamasi kemerdekaankita! mereka menyerbu kita, membunuhkita.
Kalaupun bisa survive, kita bisa tetap hidup tetapi sangat mungkin akan
kehilangan kemerdekaan kita lagi, yang baru saja kita proklamasikan dan
rayakan.29 Seharusnyapikiran beradadi dalam kesadaran, bukan kesadaran
berada didalam pikiran.
Bacaan dalam rujukan-rujukandibawahini, terutama eBook“Cognition:An
Introduction toHegel's Phenomenology of Spirit” (linknyaadadibagian
rujukan dibawah ini) sangat menarik untuk dibaca sambil “gegelehean”,
“gogoleran”, atau sambil “ngacay-ngacay”; Semogasetelah membaca
seksamadengan cara masuk ke dalam, mengalami gagas-gagas (ideas)
kognisi, kita menjadilebih memahami mengapaketika padadiri kita terdapat
suatu desperation (rasadesperate, rasaputusasa, ingin marah, ingin perang,
berkelahi) kita bisa sadari bahwa sebagian besar musababnya (the root of the
cause) sebenatnyaada di dalam dirikita sendiri.
Referensi
Bohm, David, Reality and KnowledgeConsidered asProcess, in Wholenessand
the Implicate Order, page61-82
Chittick, William C. Ibn ‘Arabīonthe Benefit of Knowledge,
http://www.worldwisdom.com/public/viewpdf/default.aspx?articletitle=Ibn
_Arabi_on_the_Benefit_of_Knowledge_by_William_Chittick.pdf
Chittick, William, The Sufi Path of Knowledge: Ibnal-‘Arabî’sMetaphysicsof
Imagination, Albany: SUNY Press, 1989
28 https://en.wikipedia.org/wiki/Trojan_Horse
29 Sebagaimana diibaratkan oleh Gotthard Günther dalam “Can Mechanical
Brains Have Consciousness?”: “There is little doubtthat our present"thinking"
machines are hardly more than wooden horses.”
Foerster, Heinz von, “What Is Memory that It May HaveHindsight and
Foresight as well”, in Understanding Understanding: EssaysonCyberneticsand
Cognition, halaman 101 http://www.alice.id.tue.nl/references/foerster-
2003.pdf
Günther, Gotthard, Cognitionand Volition, AContributionto Cybernetics
Theory of Subjectivity, https://www.vordenker.de/ggphilosophy/c_and_v.pdf
Gotthard Günther, CanMechanical Brains Have Consciousness?
https://pdfs.semanticscholar.org/3098/554e8c4d81227628ccff2f787b0ab62
a0d9e.pdf
Rockmore, Tom, Cognition: An Introductionto Hegel'sPhenomenology of Spirit,
Berkeley: University of CaliforniaPress, c1997 1997.
http://ark.cdlib.org/ark:/13030/ft7d5nb4r8/
Singer, Peter, Karl Marx at 200: What did he get right?,
https://www.irishtimes.com/culture/karl-marx-at-200-what-did-he-get-
right-1.3471229

More Related Content

Similar to Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience of consciousness' menjadi kemerdekaan (freedom)

Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologidianaists
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_slilisnurkhafida
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptxFathimahKamilatunNis
 
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)Didi Sugandi
 
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...DeffaNovitasari
 
Filsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeEko Expired
 
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"FeniIndrayani
 
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmu
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmuDimensi kreatif dalam filsafat ilmu
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmuDody Perdana
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanMuhammad Ihsan
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanSerenity 101
 

Similar to Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience of consciousness' menjadi kemerdekaan (freedom) (20)

Fenomenologi
FenomenologiFenomenologi
Fenomenologi
 
Epistemologi
EpistemologiEpistemologi
Epistemologi
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmu
 
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_sKelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
Kelompok 7 rangkuman seluruh ppt pengantar filsafat ilmu_s
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Filsafat Iptek
Filsafat IptekFilsafat Iptek
Filsafat Iptek
 
Bab i .2.
Bab i .2.Bab i .2.
Bab i .2.
 
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx
1. PEMBAHASAN PERTAMA SEJARAH EPISTEMOLOGI ISLAM (1).pptx
 
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
Dengan siapa aku bernafas_metafisikanya bernafas (metaphysics of breathing)
 
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
KELOMPOK 3_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT_KELAS S_UNTAG SU...
 
Filsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialismeFilsafat eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
Makalah tentang "Kebenaran Keras apa yang lebih suka anda abaikan"
 
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmu
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmuDimensi kreatif dalam filsafat ilmu
Dimensi kreatif dalam filsafat ilmu
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Dasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar PengetahuanDasar-Dasar Pengetahuan
Dasar-Dasar Pengetahuan
 
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu PengetahuanMakalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
Makalah Filsafat Komunikasi: Komunikasi sebagai Ilmu Pengetahuan
 
Modul 11 kb 1
Modul 11 kb 1Modul 11 kb 1
Modul 11 kb 1
 
filsafat
filsafatfilsafat
filsafat
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 

More from Didi Sugandi

System, System’s environment, and Understanding.pptx
System, System’s environment, and Understanding.pptxSystem, System’s environment, and Understanding.pptx
System, System’s environment, and Understanding.pptxDidi Sugandi
 
Fayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptxFayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptxDidi Sugandi
 
When you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nailWhen you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nailDidi Sugandi
 
Epistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosisEpistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosisDidi Sugandi
 
Relasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADIRelasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADIDidi Sugandi
 
Relationship, economy and business
Relationship, economy and businessRelationship, economy and business
Relationship, economy and businessDidi Sugandi
 
Mapping thought in motion
Mapping thought in motionMapping thought in motion
Mapping thought in motionDidi Sugandi
 
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus MasalahMengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus MasalahDidi Sugandi
 
No propositions, please
No propositions, pleaseNo propositions, please
No propositions, pleaseDidi Sugandi
 
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'Didi Sugandi
 
Makna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, HargaMakna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, HargaDidi Sugandi
 
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.pptSistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.pptDidi Sugandi
 
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ictPengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ictDidi Sugandi
 
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...Didi Sugandi
 
Setelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah ArtiSetelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah ArtiDidi Sugandi
 
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...Didi Sugandi
 
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...Didi Sugandi
 
Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3Didi Sugandi
 
Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2Didi Sugandi
 
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?Didi Sugandi
 

More from Didi Sugandi (20)

System, System’s environment, and Understanding.pptx
System, System’s environment, and Understanding.pptxSystem, System’s environment, and Understanding.pptx
System, System’s environment, and Understanding.pptx
 
Fayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptxFayakun, maka kun.pptx
Fayakun, maka kun.pptx
 
When you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nailWhen you're a hammer, every problem looks like a nail
When you're a hammer, every problem looks like a nail
 
Epistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosisEpistemics, epistemology and gnosis
Epistemics, epistemology and gnosis
 
Relasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADIRelasi implikatif - KARENA, JADI
Relasi implikatif - KARENA, JADI
 
Relationship, economy and business
Relationship, economy and businessRelationship, economy and business
Relationship, economy and business
 
Mapping thought in motion
Mapping thought in motionMapping thought in motion
Mapping thought in motion
 
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus MasalahMengurus Solusi dan mengurus Masalah
Mengurus Solusi dan mengurus Masalah
 
No propositions, please
No propositions, pleaseNo propositions, please
No propositions, please
 
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
Upaya menemukan (to discover) sebuah 'normal'
 
Makna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, HargaMakna, Arti, Nilai, Harga
Makna, Arti, Nilai, Harga
 
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.pptSistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
Sistem antisipatoris (anticipatory system) LAWANG.ppt
 
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ictPengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
Pengembangan agrikultur didukung (supported) dan dilayani (serviced) oleh ict
 
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
Mengapa rupiah sulit menjadi 'unit of account' jika hanya merujuk kepada mata...
 
Setelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah ArtiSetelah Makna, barulah Arti
Setelah Makna, barulah Arti
 
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
Apakah hal itu berada di dalam diri kita, ataukah diri kita berada dalam hal ...
 
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
Value, use value, exchange value and price mapping, modeling, measuring, emul...
 
Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3Mental model: naming the name v0.3
Mental model: naming the name v0.3
 
Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2Mental model: naming name v0.2
Mental model: naming name v0.2
 
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?
Memangnya, seharusnya harga cabai merah itu berapa sih, sebenarnya?
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Mengenali diri sendiri kognisi (cognition) sebagai 'science of the experience of consciousness' menjadi kemerdekaan (freedom)

  • 1. Mengenali diri sendiri: Kognisi (cognition) sebagai “Science of the Experience of Consciousness” menjadi Kemerdekaan (Freedom) Didi Sugandi 2018-05-06 Disclaimer: Artikelini jika dibaca dengan emosionil bisa menyebabkan pusing-pusing, nafsu makan yangberkurang, sukar tidur, mengakibatkan misuh-misuh dsb. Agak loncat-loncat, pasti, uraiannyatapi what the heck lah, saya kebelet sebelum idea-nyahilang kabur lagi karenatiap kepingpikiran punyakehidupannyasendiri—each hasit’sownlife. Lain kali mungkin bisa disusun lagilebih rapih karena inipun tidak harus“final” kapan-kapan sekalipun—memangnya thesisujian kelulusan?. Jikadibacadengan pikiran dan perasaan yangsenyap (silence feeling and thought)–walaupun sayatidak bisa memberikan jaminan (guarantee): “kenagigi uangkembali”—mudah- mudahan—manfaatnyacukupterasa. Reader discretion isadvised. Now I feel better. Tulisan ini dimaksudkan sebagai sekedar catatan pribadi, bukan makalah ilmiah walaupun tampilmengagak-agak—berlagak—ilmiah; Justru problem yangingin dibahasnyaadalah persoalan mengenai mengetahui (knowing), pengetahuan (knowledge)yangkemudian dalam berbagai formalisasi-nya1 1 Selalu ada realitas dan adailmu tentang realitas tersebut; Itu adalah dua hal yangberbeda. Contohformalisasi (formalization)itu misalnyademikian: sesuatu sudah adadi alam atau dalam kehidupan manusiaakan tetapi manusiabelum mengetahuinya“apa sebenarnyaitu”, padawaktu itu manusia tidak memiliki namanya; Kemudian perlahan-lahan manusiamenjadimampu “menemukan namanya”, mendefiniskannya, memilikisebutannya, predikatnyadsb. Banyak hal terjadi berlangsungm sudahadasebelum manusiamenemukan pemahaman atashal-hal itu; Sebelum adailmu ekonomi (economics), ekonomiitu sendirisudahada, sudaheksis. Ilmu ekonomi (economics)hanyalah formalisasi kejadian-kejadian nyataitu; Fenomena, ekonomisudahberlangsungbahkan sebelum penamaan atau istilah-istilahnya atau “ilmu pengetahuan tentang hal itu” ditemukan dan disusun olehmanusia.
  • 2. mewujudkan apayangsekarangdiberipredikat ilmu (science), ilmiah (scientific)dan pengetahuan (knowledge).2. Sekarangumum diyakini bahwasanya science (yangsekarang disebut sebagai “ilmu” di sini) hanya datang setelah pengetahuan (knowledge)berkembang, tulisan ini pandangan berkebalikan dari apayang sangat lazim dipercayaiitu. Pertamanyadan utamanya, semuapengetahuan dimulaidari“ilmu”. Science is primary. Tulisan ini mencoba berangkat dari apayang seringdisebut “mengetahui”, “mengerti atau memahami” (“knowing”, “understanding” dsb.), yaitu berkenaan dengan proses-prosesdalam fenomenologi(phenomenology). By the way, wikipediabahasa Inggris sampaisaat ini belum memiliki entry untuk katakunci“knowing”, kecualiuntuk “understanding” Mengetahui (knowing)adalah proses-proses,peristiwa, atau prosesualitas (processuality—inthe way it happens)untuk “pemerolehan” pengetahuan; Pengetahuan (knowledge)adalahhasil dari proses-proses, kejadian-kejadian itu. “Hasil” di sini maksudnyaadalah manfaat, atau nafkah (benefit)dari pengetahuan. Perhatikan: disini sengaja fokusnyabukan semata pengetahuan itu sendiri, tetapi manfaat pengetahuan. Adaduahal: mengetahuidan “mengetahui”, kemudian, pengetahuan dan “pengetahuan”; keduapasangan kata itu masing-masingyang satunyatanpa tanda-kutip, dan yangsatu lagi bertanda-kutip, hal tersebut bukannyatanpa tujuan apapun. Kognisi (berasal dari kata “cognition”)adalah kemampuan (faculty)fitrah (disposition, “sesuatu yangditempatkan”)padamahluk hidup yang menjadikan suatu mahluk mampu mengetahuiatau “mengetahui”; Seekor “Kemerdekaan” (freedom)punsudahada, eksis, sangat jauh sebelum manusia menemukan namanya. 2 Saya anjurkan untuk tidakbergegas melihat wikipedia baik bahasa Inggris ( en.wikipedia.org)maupun bahasaIndonesia( id.wikipedia.org) mencari definisiatau deskripsibaik untuk “ilmu” (“science”)maupun “pengetahuan” (“knowledge”)karenaapayang dituliskan disana—baik versi bahasa Inggris maupun bahasaIndonesia—tidak akan membantu banyak untuk memahami apa yangakan dipaparkan disini. Tidak ada niatan saya menyatakan bahwa tulisan didalam wikipediaitu salah; Artikel saya ini hanyaingin memberikan sebuah sudutpandanglain yangberbeda dari yanglazim.
  • 3. lebah—bahkan amoeba dengan struktur biologisyang jauhlebih sederhana dibandingbinatang lainnya—mengetahui(tanpatandakutip!) kemanaatau bagaimana ia harusmenemukan makanannya.3 Apa itu Kognisi (Cognition)4 Kognisi (cognition)berawaldari pengertian gnosis Cognitionis "the mental action or process of acquiring knowledgeand understandingthroughthought, experience, and the senses". It encompassesprocesses such as attention, the formation of knowledge, memory and workingmemory, judgmentand evaluation, reasoningand "computation", problem solving and decision making, comprehension and production of language. Cognitive processesuse existing knowledge and generate new knowledge. The word cognition comesfrom the Latin verb cognosco (con 'with' and gnōscō 'know')(itself a cognate of the Greek verbγι(γ)νώσκω, gi(g)nόsko, meaning'Iknow, perceive')meaning'to conceptualize' or 'to recognize'. https://en.wikipedia.org/wiki/Cognition Konsep cognition dalam wikipediabahasa Indonesiasampai sekarangmasih gagal menjelaskan, dan membingungkan. Dalam WikipediabahasaIndonesia justru tidak menjelaskan sebenarnyaapaitu; Beberapakomentar saya diberi highlight dan berhuruf warnabiru) 3 Lihat Microbial intelligence, https://en.wikipedia.org/wiki/Microbial_intelligence 4 Wikipediasebetulnyabukan referensiyangmemadai untuk menjelaskan seutuhnyaapasebenarnya cognition (kognisi). Penjelasan yang terbaik sejauh ini bisa diperolehdibahas dalam kajian-kajian cabang ilmu cybernetics khususnyamulaidari“second-order cybernetics”, (bahkan “third-order cybernetics” yangjugadikenalsebagai “sociocybernetics” ); Sila telusuri bagian Rujukan (reference), khususnyakaryaFoerster: “Understanding Understanding …”.
  • 4. Kognisi adalah keyakinan seseorangtentang sesuatu yangdidapatkan dari prosesberpikir tentang seseorang atau sesuatu. — [kalimat ini menyesatkan; Kognisi bahkan bisa berlangsungdalam proses proto- pikiran—pra-berpikir—sebagaimanayangberlangsungpadabinatang; - DS] Proses yangdilakukan adalahmemperoleh pengetahuan dan memanipulasi [“mengolah”] pengetahuan melaluiaktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisibiasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidangilmu yang mempelajarikognisi beragam, di antaranyaadalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan. Kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercayadapat memengaruhisikap mereka dan padaakhirnyamemengaruhiperilaku/ tindakan merekaterhadap sesuatu. mengubahpengetahuan seseorang akan sesuatu dipercayadapatmengubahperilaku mereka. https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi Pengetahuan dan “Pengetahuan”:Ilmu(science) dan pengetahuan (knowledge): Umumnyakonsep “pengetahuan” (“knowledge”)yangsekarangmarak lebih dimengertimelulu sebagai “pengetahuan intelektual” (“intellectual knowledge”). Bahkan bahasa Indonesiasehari-hari (colloquial language) sekarang tidak menjelaskan lagi kebedaan dan kesamaan (kesatuan) antara kata “ilmu” (“science”)dan “pengetahuan” (“knowledge”) Pengetahuan intelektual (alias “pengetahuan” dengan tandakutip) sebenarnyahanyasebuah “lapisan lebih luar” dari suatu jenis pengetahuan yanglainnyayanglebih mendasar, “lebih dalam”, yangoleh filosofi Hellenistic dinamakan “gnosis”, yaitu pengetahuan (tanpa tandakutip) yaknimengenai mengenalidiri sendiri(self-knowledge)
  • 5. Secara ringkas, gnosis berkenaan dengan kemampuan untuk mengetahui (a faculty toknow) pada seseorang perihal mengenali dirinya sendiri. “Gnothi seauton” (alias Know thyself)atau “kenalilah dirimu” adalahanjuran untuk prosesatau aktifitas yang berkenaan dengan pengetahuan dalam pengertian gnosis. Didalam kosakata kita, gnosis ini setara dengan yang dinamakan ilmu, berasal daribahasa Arab ‘ilm; Kita akan perdalam mengenai hal ini dibawah namun sebelumnya, kitaakan periksaapa itu gnosis. Berikutsaya coba terjemahkancuplikan artikel dariwikipediabahasa Inggris mengenai Gnosis: Gnosis adalah sebuah katabenda, noun (feminine)dari bahasa Yunani yangberarti "pengetahuan". Kata ini seringdigunakan untuk menjelaskan “pengetahuan diri” (personal knowledge)dibandingkan dengan pengetahuan intelektual (intellectual knowledge)(εἶδεινeídein), sebagaimana dalam bahasa Perancis connaître dibandingsavoir, atau dalam bahasa Sanyol conocer dibandingdengan saber, atau dalam bahasa Jerman kennen alih-alih wissen. Sebuah istilah yangterkait dengan gnosisadalah katasifat (adjective) gnostikos, yaitu "cognitive", sebuah katasifat yang umum dalam filsafat YunaniKlasik. Plato menggunakan katasifat jamak (plural adjective) γνωστικοί – gnostikoi dan katasifat tunggal feminine γνωστικὴ ἐπιστήμη – gnostike episteme dalam karyanya Politikos dimana Gnostike episteme juga digunakan untuk menunjukkan (indicate) aptitude seseorang. Istilah ini di dalam karya-karyaPlato tidak mengindikasikan pengertian mystic, esoterik ataupun makna tersembunyi(hiddenmeaning), namun, alih-alih, mengekspresikan suatu kecerdasan yang lebih tinggi (sort of higher intelligence)serta kemampuan yangberkias(analogous)dengan bakat (talent). Di dalam khazanah filosofiArabik—bahkan dimulaisejak praIslam lahir dan sampaisaat sekarang—masih selalu dikajidan dijalani, “diamalkan”, misalnya oleh disiplin tasawuf: ‘ilmdan ma’rifa.
  • 6. Pentingdiperhatikan disini: intellectual knowledge berada di dalam ma’rifa yaknipengetahuan, tetapi ma’rifa akan bisa melampauilebih dalam—yaitu mencapaipengetahuan langsung (“direct knowledge”): unveiling, witnessing and tasting—lebihjauh, lebih dalam darisekedar mencapai intellectual knowledge (alias“pengetahuan” dengan tandakutip), jika manusia mengerti caramenyaksikan, mengalami manfaat (benefit) dari ‘ilm5 Salahsatu benefit (manfaat, nafkah)yang diperolehdariilmu adalah perasaan kemerdekaan (freedom)sejati, yangakan dipaparkan lebihlanjut dibawah; Sebaliknya jika manfaattersebut tak terjangkau yang akan diperolehadalah rasa takut, cemas, tertekan, paranoid, pesimis, pikiran atau pengetahuan yang kusutdlldsb. William Chittick di dalam The SufiPath of Knowledge: Ibnal-‘Arabî’s Metaphysicsof Imagination, menjelaskan duajenispengetahuan itu, ‘ilm dan ma’rifa dalam pandangan Ibn al-‘Arabi: Like other authors, lbn al-'Arabi employstwo wordsfor knowledge, 'ilm and ma'rifa. Sometimeshe distinguishes between them, but for the most part he does not. The Koran ascribes only 'ilm to God, never ma'rifa, so in the case of God, the latter term is rarely employed. When discussingknowledgeas a human attribute, many Sufisplaced ma'rifa at a higher stage than 'ilm, and in this context it would be fair to translate the first as gnosis and the second as knowledge. Then ma'rifa is 5 “Benefit of knowledge”; Kata“naf” dari bahsa Arab yang kemudian terkait dengan kata “nafkah” adalah “benefit”; Pengetahuan yang tidakmemberi nafkah kepadamanusianya—disinisayatulis bertanda-kutip sebagai “pengetahuan”— menurutIbn al-‘Arabi hanyalah “pengetahuan tidak berguna”; Pengetahuan yang seperti itu tidak akan membawaseseorang mencapaimari’fat (kearifan); lihat “The usefullnessof knowledge” diWilliam Chittick, “The Sufi Path of Knowledge”, halaman 149-153
  • 7. equivalentto the direct knowledge called unveiling, witnessing, and tasting6 […] [emphasisdarisaya DS] Kemudian juga, William Chittick, dalam Ibn al-‘Arabion The Benefit of Knowledge: In general, he considers ‘ilm the broader and higher term, not least because the Quran attributes ‘ilm, but notma‘rifa, to God ... […] The gnostics are those who have achieved the knowledge designated by the famous hadīth, “He who knows[‘arafa] himself knows [‘arafa] hisLord.” Istilah ‘ilm yang kemudian kitaadopsisekarang ke dalam bahasa Indonesia sebagai “ilmu” sebenarnyalebih dekat kepada pengertian gnosis. “Science” adalah hal-ikhwal ‘ilm, yaitu hal-ikhwal gnosis. Jadi sebenarnyamemangadaduajenis pengetahuan: pengetahuan dalam arti gnosis, yakni ‘ilmdan pengetahuan dalam arti lebih dari sekedar “intellectual knowledge” yaknima’rifa—jikamanusianyamampu “memperolehmanfaat dari ilmu (‘ilm)” Kapabilitas belajar (learning capability). 6 Mengenaikalimat “direct knowledge called unveiling, witnessing, and tasting“ ini berkaita dengan fenomena tajalli (sebuahfenomena“dimana hal-hal itu menampakkan dirinyasendiri”); ParaSufimeyakinibahwa ketika Allah membukakan tabir (unveiling)sesuatu yangsemulasebuah “rahasia” bagi manusia, tetiba “hal-hal tersebut memperlihatkan dirinyasendiri” walaupun saatitu manusianya“tidak berpikir”—pemerolehan penglihatan itu, kejadian itu, tidak membutuhkan upayauntuk berpikir, menganalisa, menafsirkan, cukup dengan menyaksikannyasaja.
  • 8. Jika seseorang bisa belajar secara seksama—menjadi mengetahui dan oleh karenanya mampubertindak menangani persoalan yangdihadapinya, menjadiknow what to do, how to do it,etc.,—yaitu selain mampu cepat memahami problem dan menjadikannya ingenious7—sanggup merespon, bertindak (menemukan “solusi”)persoalan yangdihadapinya, iajuga bisa berpeluangmenjadi mengerti bagaimana pikirannya sendiri bekerja ketika berhadapan atau dihadapkan dengan berbagai ragam persoalan dunia nyata itu,—iaakan menjadimengerticara-cara berpikirnyasendiri, paham metodologi pribadinyasendiri: padadasarnya ia menjadicepat mengerti metodologi belajarnya sendiri. Ringkasnya, pikiran diaakan selalu dalam sebuah proses konstan belajar cara-cara baru untuk berguna(a constant processof learning new waysof being useful). Menumbuhkan akalyangtak perlu sering mengalamikebuntuan. Sebuah pikiran (otak) seharusnyabekerja untuk manusianya, dan bukan sebaliknya, karenajikahal sebaliknyayang terjadi, sebuah kegiatan berpikir yangrelatif ringan-ringan saja akan menjadi melelahkan. Mengetahuibagaimana dirinya berproses menjadi mengerti sesuatuyang perlu ia mengerti akan menentukan tingkat kemampuanbelajarnya, kapabilitas belajarnya, learning capability-nya; Padasuatu kemampuan belajar yang tinggi ia akan sanggup dengan cepat mengerti pertanyaan dasar (the question), mengertimasalah (understand the problem), dan dengan demikian akan menjadimudahmenemukan solusi. Iaakan menjadi mampu belajar dari pengalamannya sendiri. Pentinguntuk tidak salah paham di sini: kompleksitas persoalan yangingin dikemukakan disinibukan sebagaimana yanglazimnyadipercayasekarang, sekedar contoh: persoalan-persoalan yangindeterministik misalnya persoalan-persoalan yangdihadapioleh ibu-ibu rumahtangga, oleh asisten rumah-tangga sebetulnyajustru memilikikompleksitas jauh lebih kompleks dibanding“mengajar matematika seperti misalnyacalculus” yang nature of the problem-nyadeterministik 7 Memiliki ingenuity—the qualityof being clever, original,and inventive, often in the processof applying ideas to solve problemsor meet challenges.
  • 9. Menemukan-kembali (re-discovering)“caranyasendiri” dan menetap, berketetapan (“berkediaman”)disitu8 adalah sangat pentingkarenahal tersebut sangat erat berkenaan dengan perkara kemerdekaan diri seseorang atau ketika kolektif, kemerdekaansemuaorang. Sekalipun pada dasarnyacara atau metodamemiliki prinsip umum (genericprinciple)yang sama, namun prosespenemuannyatidak mungkin identik (akan tidak serupa) padadiri masing-masingorang, orang per orang. Seseorang akan perlu menemukan sendirikekhasan, kekhususan metodagenerik itu yangberlaku bagi dirinyasendiri.9 Bahkan individualitaspencarian inipentingdan niscaya; Sejatinya bagian besar daripenemuan (discovery)initidak pernahmungkin ditunjukan olehoranglain perihal “lintasan”nya; Orang lain hanyamungkin memberitahu arah garis besarnya saja. Kita tidak tahu apakah langkahnya 8 Padamulanyamanusiabahkan juga mahluk-mahluk hidup, “menggunakan” kemampuan kognisinyasebelum pandaiberaktifitasintelektual, menggunakan nalar, bernalar (reasoning), berlogika, berpikir dll. Namun aktifitas intelektual itu sering tanpadisadarimenggeser, menggantikan peran kognisi sehingga akhirnyamanusialupadan “kehilangan” kemampuan itu, dan hanya bisa (rightly or wrongly)mengandalkan sisiintelektualitas saja. Kemampuan kognisipadabinatang misalnyatetap ajeg mereka gunakan— karenamereka memperolehmanfaat, kegunaannyadarikemampuan tersebut—sejak dahulu kala sampaisekarang dan mungkin sampaiberjuta tahun yangakan datang. Dengan kemampuan kognisiitu binatang mampu mencarimakanannya, menghindar dari predator (pemangsa), atau berkawin (mating). 9 Adabeberapa stata (situasi, state)emosi(emotion)atau perasaan (feeling) yangsangat menentukan misalnyarasatakut(fear), kuatir (worry), cemas (anxiety)dsbyangmau tidak mau suka tidak sukaharus orangnyasendiri pahami, melaluicaranyasendiri, memahami perasaan-perasaan tersebut agar bisa berurusan dengan (“dealing with”)hal-hal tersebut dan tentu saja—pada gilirannya—untuk dealing with real world; Tidak adaoranglain seorangpun yangakan bisa meyakinkan seseoranglainnyauntuk “tidak kuatir atau untuk tidak cemas”; Padaakhirnyasemata-mata hanya orangtersebut itu sendiri yangharus menjelaskan kepadadirinya, memahamimengapaia menyimpan berbagai perasaan itu; Ketakutan misalnya, perlu dimengertibukan dihilangkan.
  • 10. benar kecuali membaca gejalanyaketika arahnyamulaijauh dari tepat. Gejala- gejala atau tanda-tandaitu terasa antara lain ketika pada dirimulaiterasa “harus menyalahkan dunia, menyalahkan oranglain, perlu berontak, semacam “menginginkan segalasesuatudi luar diri, di dunia ini berubah menjadi sesuai dengan pengetahuan saya”. Itulah tanda-tandabahwa kita mulai tidak mengerti bagaimana pikiran kita sendiribekerja, bukan perkara content- nyatetapi prosesnya: Jikaditeruskan—tak dipedulikan lagiprosesnya— salahsatu kemungkinan pencapaian yangmasuk akaladalah “pengetahuan kita banyak tapi ilmu kita kosong”. Jika dieksplorasiyanglebih jauh, ini mengungkapkan jalan untuk “menjadi diri sendiri”, salahsatu dari duakriteria “menjadimanusiayangsebaik- baiknyamanusia”. Sayang seribu kali sayang, sekolah-sekolah di Indonesiatidak pernah mengajarkan hal ini: sedikit sekali atau tidak pernahmengajarkan berpikir mengenaiapa yangdimaksud dengan mengerti(understand)itu sendiri; Sekolah tidak pernahmemperkenalkan kepadamurid-murid, pelajaran mengenaiapa itubelajar (learning) sesungguhnya. Inorder to understand what it means to understand.10 Bagi sebuah pikiran yang tidak sanggup memperolehkejelasan bagaimana pikiran—bekerja, berproses, bagaimana pikiran bisa menjadi mengetahui yang bisaia percayai, dan sekaligus,bagaimana ia bisa menjadi percayapada apa yang ia ketahui—makaperasaan terbelenggu, atau tertekan akan selalumenghantuinya. Kondisikapasitas untuk memahami dirisendiriyang demikian rendahitu akan berpotensi menimbulkan rasatertekan, keinginan mendesak (desperate)untuk merdeka, kemarahan, keinginan untuk memberontak.11 Semakin seseorang tidak bisa menjelaskan kepadadirinyasendiri(“mengertidirinyasendiribagaimana ia menjadimengerti”) akan semakin besar potensirasa ketertekanannya. 10 Cf. Heinz von Foerster, “Understanding Understanding” 11 Desperation
  • 11. Terdapatkorelasi, relasi yang saling menentukan—yangsangat intens—berbanding terbalik (inversely proportional)di antara “perasaan tertekan dan ingin berontak untuk mencapaikemerdekaan” dengan “tingkat kemampuan seseorangtersebutuntuk mengerti bagaimana jalan-pikirannyasendirimemahamisesuatu”.12 Semakin rendahkemampuan kognitifnya13 semakin besar potensiadanya tekanan (di dalam diri)untuk menjadimemberontak. Walaupun memangbetul, tentu saja, di mana-manadan kapan-kapan selalu ada saja si setan, ada saja yang gemar menekan, bullying, adasaja yangselalu mencoba ingin menundukkan oranglain, yangberusaha menguasaioranglain, yangingin membuatorang lain tunduk kepadanya, yangselalu ingin menjajah dll., namun sesungguhnya sebagianbesar penyebab dari rasatertekan, rasaterikat, terbelenggu,terjajah,terdzolimi,“terdikte olehdiktator” dan lain-lain yangdirasakan oleh seseorang itu, sebagian besar berasal dari ketidak-sanggupan sang pikiran memahami bagaimanapemahamannya (proses kognitif) dalam dirinya berjalan. Manakala(whenever)jalan penalaran diasendiri gelap bagi dirinya, ia akan merasa terbelenggu sekali. Perhatikan pemberontakan “duniadatar” (flat earth); Sebenarnya tidak pernah ada pemaksaan terhadap seseorang untuk membuat pengakuan bahwa dunia itu bulat. Tetapi hampir semuapernyataan bahwa duniaitu datar, dikerangkakan (framed)sebagai manifestasidari ”perlawanan terhadap kaum otoriter pendikte—diktator—bahwaduniainibulat/bundar” – dan oleh karenaitu, menyatakan bahwa duniainidatar dipandangsebagai sebentuk perlawanan terhadap hilangnya, ter-rampasnya“free will” padabanyak orang, dipandangsebagai hilangnyakemerdekaan (freedom) yang dirasakan pada diri merekayangkemudian akhirnya, eventually, menjadiparapejuangbumi datar. Hampir semuaproposisibumidatar sarat bermuatannarasi perjuangan, perlawanan, pemberontakan. Menyatakan bahwabumi ini datar mewujud sebagaisebuah bentuk perjuangan, menjadisebuahjihad 12 Dalam istilah Heinz von Foerster: “understanding understanding” 13 Cognitive faculty adalah“kemampuan (faculty, capability)untuk mengenal dirinyasendiri”
  • 12. untuk memerdekakan pikirannya; Kitabisa rasakan kadar pemaksaannya(its coercion)yangtentu saja akan mereka justifikasi dengan argumen tandingan (counter argument): “Siapayangmulai?.. Kami begini kan karenakami awalnyajuga dipaksauntuk menerimabahwabumi inibulat!”. Hmm.. really? Memangbetul di jaman ini sudahsemakin banyak faktor telah menjadikan kesulitan untuk mengkajidan memahami dirisendiri sudahsemakin lebih sulit. Realitasvirtual sudahsemakin marak mengaburkan perbedaan antara kenyataan dan ketidak-nyataan. Absurditas dan nonsense semakin bercampur aduk, menyulitkan manusiamenemukan tengah-tengahannya yang bukan nonsense dan bukan absurd; “Yangsebenarnya”, “yang sebetulnya” dan “yang sesungguhnya” semakin menjadirancu, campuraduk. GeorgWilhelm Friedrich Hegel,14 di dalam tulisannya Phänomenologiedes Geistes—yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris sebagai Phenomenology of Spirit—menyatakan bahwa kemerdekaan(freedom)15 hanya bisa dicapai jika manusiamengenal dirinya sendiri; Sesungguhnya, intidari “mengenalidiri sendiri” adalah kemampuan memahami jalan berpikir dirinya sendiri (proses-proses cognition, cognizing, re-cognition).16 14 MengenaiHegel didalam wikipediabahasa Indonesiaada di laman berikut: https://id.wikipedia.org/wiki/Georg_Wilhelm_Friedrich_Hegel (namun sayangsekali laman bahasa Indonesiaini tidak mampu menjelaskan dengan presisi dan akurat, lebih baik upayakan sebisa-bisanya, membaca laman versi bahasa Inggrisnya) 15 Di sini freedom (kemerdekaan)diartikan sebagai the power or right to act, speak, or thinkas one wantswithout hindrance or restraint. Sinonim freedom biasanya liberty (kebebasan), dapat diartikan sebagai the state of being free withinsociety fromoppressive restrictionsimposed by authorityonone'sway of life, behavior, or political views. 16 Cognition yangkita terjemahkan sebagai kognisi berasal daribahasa Latin cognitio(n-), from cognoscere ‘getto know.’adalah the mental actionor process of acquiring knowledge and understanding through thought, experience, and the senses. Atau juga: a result of thisprocess; a perception, sensation,notion, or intuition, lihat https://en.wikipedia.org/wiki/Cognition atau lihat yang dalam
  • 13. Cognition di dalam bahasa Jerman disebut erkennen;17 Sedangkan knowledge—pengetahuan—dalam bahasaJerman disebut wissen. Hegel memandangsejarah(history)sebagai kisah perlangkahan, progress, pikiran manusia menujukemerdekaan—the story of the progressof mind towardsfreedom.18 Yang dikatakan oleh Hegel dengan “mind” maksudnya bukan hanyapikiran-pikiran individualterpisah-pisah(the separate mindsof individuals), namun the sum total of that consciousness. Kita akan bisa melihat bahwasanya padakebudayaan tradisional, terutama “Timur” (oriental)lazim terdapatepistemologi (yaknikeyakinan-keyakinan mengenaicara mengetahui(knowing), dan apa yangmungkin bisa bahasa Indonesia(walau belum bisa saya yakiniketepatan pendeskripsiannya)di https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi Ketika mesin penterjemahGoogle menterjemahkan ke bahasa Indonesia, muncultiga konotasi berkenaan dengan cognition yakni1. Pengartian, 2. Kesadaran, 3. Pengetahuan. 17 Beberapa di antara kita mungkin masihingat dahulu ada ujaran dengan slang Betawian: “Nggak diréken”.. (huruf é pertama dilafalkan seperti “esok”, “belok”—kategori “e taling”; sedangkan huruf e yangkeduadilafalkan seperti padakata “penuh” “perahu”—kategori“e pepet”); Kata “diréken” dikalimat tersebut bersaudaradekat dengan erkennen; “Nggak diréken” setara dengan “not recognized”; Dibahasa Belanda“reken” berarti “counted”, “dihitung”, “Nggak direken”, kuranglebih setara dengan “tidak diperhitungkan” “tidak dianggap”. 18 Menempatkan pengertiansejarah(history) menjadi freedomsebagai (alias di dalam) pengertian cognition inimemudahkan kita—membuka jalan bagi kita—untuk memahamiapasebenarnya “memory” (ingatan)pada manusia—yangberprosessamasekaliberbeda dengan memoripadamesin (komputer, misalnya). Sila lihat tulisan Heinz von Foerster, “What Is Memory that It May Have Hindsight and Foresight aswell”, didalam bukunya Understanding Understanding:EssaysonCyberneticsand Cognition, hal. 101 http://www.alice.id.tue.nl/references/foerster-2003.pdf ; Padasuatu percakapan informaldengan beberapateman, penulispernahmengemukakan bahwa untuk memperbaiki“keadaan Indonesiayangkita rasakan sekarang ini” kita perlu memperbaikimemorikolektif kita, melaluiperbaikan memori kita masing-masing. We need to defrag our memories.
  • 14. diketahui—beliefsabout knowing and what may be known—dan ontologi (yaknikeyakinan-keyakinan mengenai wujud(being), apa ia itu, apa ia itu sebelumnya, dan mungkin menjadi apa ia itu kemudian—beliefsabout being, what is, was, and may be—berawal dari fenomenologi (pemahaman sebagaimana kosmos, the whole, dialami—experienced—menampilkan, memperlihatkan ‘tatanan’ (order)dijagad raya ini, dengan atau melalui cara “berada didalam” kesadaran (cosciousness)yang universal. Sepanjangseseorang tidak mampu menjelaskan kepadadirinyasendiri bagaimana jalan berpikirnyabekerja—yaitu bagaimana seseorang menjadi "mengerti bagaimana dirinyamenjadimengertisesuatu”—ia tidak akan mudahmengenaldirinya, dan padagilirannya, ia tak akan pernahmudah memperolehjalan kemudahan mencapaikemerdekaan (freedom)dan atau bahkan kebenaran (truth) “Hegel thought freedomwould beachieved when mind understands itself as a unity, and philosophy, if it correctly interpreted the world,would lead to this understanding. (Peter Singer, dengan emphasisdarisaya) Salahsatu persoalan mengapapikiran Hegel sangat tidak mudahdipahami oleh tradisi bernalar (kosmologi, ontologi, filosofi) Barat19 adalah karenabagi Hegel untuk menjadi mengerti dirinyasendiri manusiaperlu beradadi dalam mengetahui ("in the knowing") sesuatu yangasing dan semakin bagi disiplin penalaran paskaRevolusiIlmiah (ScientificRevolution): mengalami kesadarannyasendiri“experiencing his/her cosciousness”, 19 Gotthard Günther yang nota bene mengembangkan logikapolikontekstural (polycontextural logic)berangkatdaripemikiran Hegel—dan tentu saja Kant—menyatakan bahwa "Phenomenology of the Mind"KaryaHegel sebagai buku tersulit di dunia, dan jangan coba-coba membacanya; Dalam kaitan dengan logika transendental, begini katanya: “The first systematic treatise of this new typeof logic [transcendental logic] was Hegel’s "Phenomenology of the Mind."Butdon´ttry to read it. It has been called the most difficultbook ever written in the history of mankind.” (in his article “Can Mechanical Brains Have Consciousness?”)
  • 15. Mengetahui(knowing) bukan diawali dan dibangun melalui"penambahan pengetahuan ke dalam diri"; Bagi Hegel, epistemologi—yaknipersoalan bagaimana manusiamenjadimengetahui atau mengerti—bersumber di wilayah fenomenologi(phenomenology), mengalami, experiencing, yangjika dicari padanan pengertiannyadalam bahasaIbn-al’Arabi itu adalah “tasting” (dhawq)seperti sesuatu rasa “manis” (sweet)yangdialami oleh lidah ketika mencicipi madu. Ketidak-mengertian “orang barat” mengenai epistemologi yang bersumber pada fenomenologi ini—yangsebenarnyasangat ubiquitous diduniaini namun tak mampu tertembusoleh “pengetahuan”—tetapiHegel bisa melihatnya dan mencobamem-formalisasikan-nya20, menjadikan dirinya bahan tertawaan; Bahkan Karl Marxyang mengikutijalan Hegel juga menjadi lelucon bagi banyak orang diBarat sampai sekarang, misalnya: “Betulkah Marxmampu berpikir?”demikian kata mereka. Sekarang, merekayang mengaku sebagai Marxists sangat boleh jadisebenarnyatidak mengerti pikiran Karl Marx21 Umumnyadalam filsafatBarat (Westernphilosophy)sejak RevolusiIlmiah22 (ScientificRevolution)sebagian besar wacana“pengetahuan” (knowledge), 20 Tetapi Hegel sendiritidak percayabahwa cognition (science) harusberhenti padaformalisme. Epistemologi Hegel adalah epistemologi transendentalyang kemudian mewariskan teori“transcendental logic” yangantaralain dipelajari, digali lebih dalam oleh banyak pemikir termasuk oleh Gotthard Günther misalnya 21 Lenin pernah mengatakan: “It is impossiblecompletely to understand Marx’s Capital, and especially its first Chapter, without having thoroughly studied and understood the whole of Hegel’s Logic. Consequently, half a century later noneof the Marxistsunderstood Marx!! - [Vladimir Ilyich Lenin, Conspectusof Hegel’s Logic 1914] https://www.marxists.org/archive/lenin/quotes.htm 22 revolusiini dimulaidi Eropadari masa Renaisans hingga akhir abad ke-18, periodeyangdikenalsebagai Abad Pencerahan. Lihat juga, The Scientific Revolution, 1543-1600
  • 16. “ilmu pengetahuan” (science) menganggap bahwa understanding sebagai proses“data empirik yang diperolehdariindera-inderaeksternal” (“empirical data drawnfromthe outward senses”); FilosofiTimur sejak lama sekali sudah mengerti bahwasanya ada suatu cara untuk menjadi mengerti,atau mengetahui, melalui “way of knowing which isbased on the inner senses and the opening of the ‘eye of the heart’ which can ‘see’ the invisibleworld hidden to the outward eye.” Para penterjemahbahasa Inggris buku Phänomenologie desGeistes sebenarnyatidak merasayakin apakah mereka harus menterjemahkan "Geist" sebagai "Ruh" (spirit) atau "Pikiran"(mind), meskipun pengertian "Ruh" (spirit) dan "Pikiran"(mind) sangat berbeda dalam bahasa Inggris. Sejak awal penterjemahan buku ini kedalam bahasa Inggris, sekedar judulnya saja buku itu telah menyulitkan pendeskripsikan maksudHegel. Judul Phenomenology of Spirit, yangakhirnyadigunakan sebenarnyahanya salahsatu daritiga alternatif judulyangHegel tetapkan bagi karyanya. Dalam bahasa Jerman judulnya PhänomenologiedesGeistes. "Spirit"adalah terjemahan darikata Jerman ‘Geist’, yangkemudian dimaknakandalam English (bahasa Inggris) sebagai “pikiran” ("mind"). Jika Geist diterjemahkan sebagai "spirit," maka sebenarnya judul orisinil buku itu, Scienceof the Experienceof Consciousness, sudah sangat mendeskripsikan,(describe) kandungan (kontennya) dengan lebih baik. Ketika Hegel kemudian mengganti judulnyamenjadi Scienceof thePhenomenology of Spirit, itu mungkin karenasaat itu ia juga turutmenuliskan bagian Preface (Prakata) dari buku terjemahannyaitu. Buku tersebutsampai sekarang dikenalsebagai the “Phenomenology of Spirit“, untuk lebihmeringkaskan judulnya.23 http://www.historyguide.org/earlymod/lecture10c.html dan Scientific Revolution dihttps://www.encyclopedia.com/science-and- technology/physics/science-general/scientific-revolutions 23 Tom Rockmore, Cognition: AnIntroductionto Hegel'sPhenomenologyof Spirit, halaman 5
  • 17. Padaumumnyasekarangkitasudah terlalu terbiasakan menganggap bahwasanya pengetahuan (knowledge)adalah sesuatu yang terakumulasikan atau diakumulasikan, sepertisering terungkapkan dalam pernyataaan-pernyataan pengharapanyangsemacam ini: “Besarkan diriku dengan pengetahuan”, “Tambahkan pengetahuan ke dalam diriku” dan sebagainya. Seakan-akan kita percayabahwa lebih banyak itu lebih baik, more is better. Give me more, and more, and more. “I need more and more and more”; Tetapi cara pandangsepertiitu—menambahkan pengetahuan—sebenarnya tidak memudahkan seseorangmenjadibisa mengerti dirinyasendiri. “Big data” tidak dengan sendirinyaakan membuat seseorang menjadimudah mengerti proseskognisi yangberlangsungpadadirinya, tidak memudahkan seseorang menjadimengenaldirinyasendiri. Dibanjiridata bisa membuat seseorang menjadisemakin tidak mengerti siapa dirinyasebenarnya terutama jika ia tidak berada di dalam mengetahui. “Hegel thought that mind, inthissense, progressestowardsfreedomby encountering, and thenovercoming, contradictionsthat are a barrier towardsitsself-understanding and hence itsfreedom. Each stage of development generatesa contradictionthat hasto be overcome, until the final stage, whenmind understandsitself, hasovercome all barriers, and thereforeisfree. (Peter Singer) Budaya “non-western” Pikiran Hegel mengenai“experiencing the conciousness” inirevolusioner sekali bagi kebudayaan Barat, akan tetapi—sebagaimana dibagian depan tulisan ini diperlihatkan—sebenarnyabukan reka-rekaan (invention)Hegelsendiri; Ia tidak inventing (menciptakan suatu “cara atau modaberpikir” baru, ia menemukan (discover)dan mencoba mendeskripsikan, mem-formalisasi-kan, cara-cara pandangdan pendekatan terhadap prosesualitas24 epistemologi yangbasisnya adalah fenomenologi—tolearn and understand something by 24 Processuality…inthe way it happened
  • 18. learning about learning— yangsejak ribuan tahun indigenously terdapatdi mana-manapadabudaya-budaya“non barat”, yangmungkin bisa kita sebut "timur" (oriental) di sini, dan jugaterdapat padabeberapa kultur berbahasa "Indo-Germanic"(bahasa nenekmoyang—ancestral—bahasa-bahasaIndo- European; Proto-Indo-European), yaitu “Baratyangtidak umum, non konvensional”25 Mencius (Meng Chu) muridnya Confucius (Kong HuChu) berkata: “all learning is nothing other thanto seekfor the lost heart”. Semualearning –apapun, yangmanapunitu—matematika, teknologi, bahasa, etika, moral, economics (ilmu ekonomi)dll semuanya, sebenarnyaadalah pencarian ke dalam diri (inwardly). Ketika seseorang menemukanjalan itu, memasuki jalan itu, dan menjalani jalan itu, ia akan menjadi jalan itu,,.. dan ia akan eventually, cepatatau lambat, akan sampaipada kemerdekaan, freedom. Ia yang memahamijalan nalarnya, jalan berpikir dirinyasendiri—inthe understanding, inthe knowing of it, cognizing and re-cognizing inreal time, fromtime to time, all the time—akan bisa membukajalan mencapai kemerdekaan yangtertinggi, ultimate freedom26 25 Kategorisasi dengan cara dikotomi“West versusEast” sebenarnyajuga kurangbisa menampungideayangingin dijelaskan disini. 26 “He who knowshimself knowshis Lord” This is not a hadith attributed to the Prophet‫,ﷺ‬ but it is a saying attributed to Yahya ibn Mu'ādhar-Rāzias: Shams ad-Dīn as-Sakhāwi mentioned in his book Al-Maqāsid al-Hassana, Vol. 2, pp. 657 asattested by Al-HāfidhAbu Sa'd as-Sam'āni—and, Ibn Hajar al-Haytami in his book Al-Fatāwa al-Hadīthiyya, pp.206. Therearenumerousother scholars that said this hadith is a fabricated one(e.g., Ibn Taymiyyah, Ismā'īl al-'Ajalōni, etc.) In somereferences, it is referred to as a sayingof The Prophet (pbuh) and in some others it is considered as a hadith from Imam Ali (A.S.). Butin both cases consequence of the peoplewho narrate this hadith is not mentioned (This hadith is a Morsal ‫م‬ُ‫ر‬‫س‬َ‫ل‬), although the concept of this
  • 19. AKHIRNYA Anjuran semacam “carilah ilmu sampaike negeri Cina” (dan bukannya “carilah pengetahuan sampai ke negeri Cina”)adalah anjuran untuk belajar dari carabelajar orang lain, untuk mengetahui caraberpikir, jalan berpikir, bagaimana(how) orang lain berpikir, bagaimanapikiran berjalan(kata “cara” berasal darikata Sansekerta yangberkonotasi “motion”, “moving”, “bergerak”, “pergerakan”)–bukan untuk belajar mengetahui apa (what)yangdipikirkan oleh orang lain; Dianjurkan terutamauntuk menemukan, menemui, mengalami (experiencing),mengerti apa itu “ilmu”,bukan utamanya “menambahpengetahuan”. Itupun karena China—selain banyak negeri lainnyajuga sebenarnya—sejak lamasudah memiliki “jalan, cara berpikir” yangbagus. SemogaTuhan membesarkankita di dalam mengetahui”, … “increaseus in knowing” … bukan “limpahkan kepadakita pengetahuan” dan sebagainya yangsemacam itu.27 statement is true. https://islam.stackexchange.com/questions/46436/where- is-this-hadith-attested-he-who-knows-himself-knows-his-lord 27 Terjemahan, bagaimanapun jugaselalu adalah suatu tafsir, suatu tafsiran; Dan bagi tafsir apapun, tidak adatafsir yang mutlak (absolut). Penulistidak setuju dengan tafsir bahasa Indonesiayangumum dituliskan dalam terjemahan Al-Quran (surah Ta-Ha 20:114)yangsekarangberedar, di mana“Robbi zidniilman” ditafsirkan berkonotasi “menambahpengetahuan”– dan bukannya, alih-alih “di dalam proses mengetahui itu sendiri. “In knowing” ini lebih seperti yangdimaksud dengan apprehending, proses“coming to know” proses “menuju mengetahui”; Bedakan dengan comprehend, “inthe know” —yaitu “menjadi mengetahui di dalam mengalami, di dalam mengetahui sesuatuitu sendiri”; Namun sekalipun sepertiitu trend populernya, penulismelihatletak persoalannya: itu berasal dari paradigma “menambah pengetahuan” alih-alih “menjadi (becoming a knower)di dalam mengetahui (in knowing itself)”; Paradigma“menambahpengetahuan” (memperlakukan pengetahuan sebagaikatabenda, noun, alih-alih melihatnya sebagai proses, sebagai kata-keterangan, adverb, ataupun sebagaikata-kerja,
  • 20. Postscript Musuhterbesar manusiaadadi dalam dirinyasendiri. Menuju freedom (kemerdekaan)dalam konteksapapun—idividualdan kolektif—adalah perjalanan melalui, dimulaidarimengenali dirisendiri, cara berpikirnya sendiri, jalan pikirnyasendiri. Ketika semua gagas (ideas), konsepsi(conception), perception (persepsi)— bahkan termasuk gagas atau konsep “kemerdekaan” (freedom)itu sendiri— “semuadan segala pikiran-pikiran kita itu”—tidak lagi kita periksa seksama bagaimana hal itu menjadikita percayai(kalau kita percayaitu) .. maka verb)telah ribuan tahun—mungkin sejak Aristoteles dan pengikutnya, para cerdik pandai—mempopulerkanmodapikir logikanilai biner (binary valued, two-valued logic)yangmengakibatkan keterpisahanabsolut antara subjek dan objek. Dan ini mengakibatkan pernyataan seperti, “Tuhan itu ada” atau “Tuhan itu tidak ada” kedua-duanyasubjectless (nirsubjek), keduanyatidak menjelaskan siapa subjekyangmenyatakan itu? .. “who is the one that saying that?”. Statementtadihanyapersoalan objektifitas dan atau subjektifitas saja tetapi—dan ini paradoksnya—samasekalitidak terhubung(related), tidak memiliki keterhubungan (relationship)dengan subjek. Sangatlama diperlukan waktu untuk mengertiapaitu subjektifitas, mulaidarijaman Aristoteles—sampai padasuatu saat tahun 1933 Gotthard Günther–sering disebut sebagai “the Einsteinof Philosophy”—mulaimengemukakan teori subjektifitas (dan tentu saja objektifitas)—dalam buku yangbersumber dari thesis PhD-nya“Grundzügeeiner neuen Theorie des Denkens in Hegels Logik“ (“Fundamentalsof a new theory of thinking in Hegel'slogic”); Ia juga kemudian pernahmenulisartikel “Cognitionand Volition, AContributionto CyberneticsTheory of Subjectivity“ yangmenjelaskan, bagaimanamengatasi, (transcending)ke luar dari“keterjebakan di dalam two-valued logic”-dikotomi (dualisme)warisan Aristoteles (Aristotelianlogic); Iatidak menghilangkan, menafikan two-valued logic tetapidengan multi-valued logic-nya memampukan “berpikir” (thinking, knowing , logic etc) melangkah, menembus wawasan yanglebih jauh, lebih dalam dan luas. Idee und Grundrißeiner nicht-Aristotelischen Logik, (“Idea and outline of a non-Aristotelianlogic”) terbit tahun 1959 memperolehpengakuan publik sebagai magnum opus (“karyabesar”, masterpiece)dia
  • 21. mereka sebenarnyatidak berbeda dengan KudaTroya (TrojanHorse)28. Ketikakita lengah tertidur kelelahan sehabis merayakan (celebrating) proklamasi kemerdekaankita! mereka menyerbu kita, membunuhkita. Kalaupun bisa survive, kita bisa tetap hidup tetapi sangat mungkin akan kehilangan kemerdekaan kita lagi, yang baru saja kita proklamasikan dan rayakan.29 Seharusnyapikiran beradadi dalam kesadaran, bukan kesadaran berada didalam pikiran. Bacaan dalam rujukan-rujukandibawahini, terutama eBook“Cognition:An Introduction toHegel's Phenomenology of Spirit” (linknyaadadibagian rujukan dibawah ini) sangat menarik untuk dibaca sambil “gegelehean”, “gogoleran”, atau sambil “ngacay-ngacay”; Semogasetelah membaca seksamadengan cara masuk ke dalam, mengalami gagas-gagas (ideas) kognisi, kita menjadilebih memahami mengapaketika padadiri kita terdapat suatu desperation (rasadesperate, rasaputusasa, ingin marah, ingin perang, berkelahi) kita bisa sadari bahwa sebagian besar musababnya (the root of the cause) sebenatnyaada di dalam dirikita sendiri. Referensi Bohm, David, Reality and KnowledgeConsidered asProcess, in Wholenessand the Implicate Order, page61-82 Chittick, William C. Ibn ‘Arabīonthe Benefit of Knowledge, http://www.worldwisdom.com/public/viewpdf/default.aspx?articletitle=Ibn _Arabi_on_the_Benefit_of_Knowledge_by_William_Chittick.pdf Chittick, William, The Sufi Path of Knowledge: Ibnal-‘Arabî’sMetaphysicsof Imagination, Albany: SUNY Press, 1989 28 https://en.wikipedia.org/wiki/Trojan_Horse 29 Sebagaimana diibaratkan oleh Gotthard Günther dalam “Can Mechanical Brains Have Consciousness?”: “There is little doubtthat our present"thinking" machines are hardly more than wooden horses.”
  • 22. Foerster, Heinz von, “What Is Memory that It May HaveHindsight and Foresight as well”, in Understanding Understanding: EssaysonCyberneticsand Cognition, halaman 101 http://www.alice.id.tue.nl/references/foerster- 2003.pdf Günther, Gotthard, Cognitionand Volition, AContributionto Cybernetics Theory of Subjectivity, https://www.vordenker.de/ggphilosophy/c_and_v.pdf Gotthard Günther, CanMechanical Brains Have Consciousness? https://pdfs.semanticscholar.org/3098/554e8c4d81227628ccff2f787b0ab62 a0d9e.pdf Rockmore, Tom, Cognition: An Introductionto Hegel'sPhenomenology of Spirit, Berkeley: University of CaliforniaPress, c1997 1997. http://ark.cdlib.org/ark:/13030/ft7d5nb4r8/ Singer, Peter, Karl Marx at 200: What did he get right?, https://www.irishtimes.com/culture/karl-marx-at-200-what-did-he-get- right-1.3471229