Dokumen ini membahas metafisika dari penciptaan dan bernafas. Secara metafisik, ciptaan tidak pernah berada di luar proses penciptaan dan hanya dapat mengalami perasaan seperti sukacita, cinta, dan kasih sayang dalam proses tersebut. Untuk memahami hal ini, kita perlu belajar mengalami nafas kita sendiri dan menyadari siapa yang bernafas bersama kita.
1. Dengan siapa aku bernafas? - Metafisikanya bernafas (Metaphysics of
breathing)
Didi Sugandi
2017 October 9
"Ciptaan" adalah sesuatu "yang terciptakan".
Ciptaan bukan hasil selesai (final product), ciptaan bukan "hasil pembuatan".
Penciptaan bukan pembuatan sesuatu.
Membuatsesuatu bukan menciptakan sesuatu.
Diciptakan tidak sama dengan dibuat. Created is not made
Ciptaan selamanya—forever—tidakpernahke luar atau berada di luar
prosespenciptaan. Ciptaan bahkan meng-ada, becoming bukan sekedar ada
(be)
Semuaitu jika kita memandangnya“secara” metafisik—metaphysically that is,
not physically
Ciptaan tidak pernahberada diluar prosespenciptaan.
Niscaya ciptaan ada selamanya di dalam proses penciptaan.
Kalau ia berada diluar penciptaan, ia bukan lagi ciptaan; Entah apa namanya
(maksudnya: tentu sajabisa kita buat namaatau istilah untuk itu tapi itu
sudahbukan ‘ciptaan’ yangkita bicarakan di sini)
Yang bisa dirasakan (dialami) oleh yang diciptakan didalam penciptaan
[proses] iniadalah perasaan-perasaan seperti bliss, joy, love,
Tidak mungkin, mustahil—bagi“yangdiciptakan” untuk mengerti secara
logis—logically—sepenuhnya.
Ia (ciptaan) hanya mungkin—kalau bersedia, kalau mau—merasakanatau
mengalami yang sedang berlangsung (proses penciptaan) atas dirinya.
We cannot describe—tidak bisa memerikan—itu, kita hanyabisa melihat,
mengalamipenjelasannya(experiencing itsexplanation)
"Yang diciptakan"(alias "ciptaan") tidak akan bisa membuktikan (proving—
sebuah aktifitas logis) bahwasanyaia sedangdalam proses diciptakan, ia
2. hanyabisa mengalaminya, merasakannya, “ikut di dalam proses penciptaan
itu”
Bagi sesuatu ciptaan, dimanakah ia bisa menyaksikan, mengalami, masuk ke
dan berada didalam perasaan-perasaan itu?; Semuaitu ada dalam “suasana”;
Suasana adalah swa-asana, “iaitu nafasnya—posturnya, dirinya—
sendiri”. Eigenform
Belajar mengalami nafas kitasendiri, bisa membawa kita mengerti,
menyaksikan, bliss, joy, love semuaitu. Jika seseorang menganalisa bliss, joy,
love (mencobamembuat, mencaribukti-bukti untuk perasaan-perasaan itu,
misalnya“apakah , bliss, joy loveitu semua exists?”)makasegala perasaan-
perasaan itu akan berantakan, menjadi bukan itu lagi!
Nafas tidak bisa dianalisa, nafasbisa dialami, disadari, dan kita bisa katakan
“ya kita tahu apa itu bernafas, semua oranghidup bernafas, apa anehnya”? “so
what”? kita bilang
Memangtak diragukan lagi, kita mampu memberikan “penjelasan fisika”-nya,
youknow that asmuch as I do
Tapi bukan perkarafisika—atau fisikalitas—yangkita bicarakan disini
Bukan soalmaterialitas sesuatu yangdisebut “bernafas”
Apasebenarnya bernafas?
Apabukti bahwasanya kita bernafas?.
You cannot prove it.
What is breathing?
We don’t really know what breathing really,truly is.
Kita seringkali tak menyadarinyalagi, seringkalibernafas sudahbagaikan
mesin, otomatis, bukan bernafassebagai seorang manusiayangpunya
kemampuan bisamenyadari, bisa aware, conscious mengenainafasnya
“Tradisi berpikir barat (kebarat-baratan)” memperolehkesulitan mencerna
semuaini karena kecenderungannyauntuk proving everything. There must be
a proof of everything, forverything. Pengalaman metafisikainioleh karena itu
disebut oleh mereka “mystic“ atau “mystical experience”. Padahalsebenarnya
metafisika, bersaudarasangat dekat dengan “fisika” (physics) juga.
3. In love, bliss, joy, we cannot prove it, we just becoming in it. Di dalam love, bliss,
joy, cinta, kebahagiaan dan sebagainya, kita bahkan tidak tahu (do not know)
apa itu “be” (alias “jadi”), karena kita “hanya” menjadi, becoming—that is
all there’s to it, that we can experience
Manusia, segala sesuatu di jagad raya alias cosmosalias universe ciptaanNya
Adayang ingin menyangkalTuhan menciptakan? BahwasanyaIa membuat
semuaini, dan bukan menciptakan?
Ingin mengatakan bahwa kita adalah buatan Tuhan, bukan ciptaan Tuhan?;
Maribernafas lagi dengan seksama.
Penjelasanapa itu ciptaan—janganmenjawab!—adadidalam
penciptaan, di dalam nafas itu sendiri.
Dengan siapa aku bernafas?
Whois breathing with my breath?
With whomdo I breathing?
Masuklahke dalam swa asana—nafasmu sendiri—saksikan, alami.
Setelahitu aku bisamengatakan: “aku menyaksikan”,“aku bersaksi”