Kanker kulit umumnya disebabkan oleh paparan sinar matahari berlebihan dan memiliki tiga jenis utama yaitu karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma maligna. Diagnosa didasarkan pada biopsy dan pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, serta radioterapi bergantung pada jenis dan stadium kanker. Perawatan mencakup pengkajian gejala, lokasi tumor, serta tindak lanjut untuk mencegah metastasis.
2. PENGERTIAN
Cancer adalah pertumbuhan dari sel tubuh
yang bersifat merusak dan tidak beraturan
serta menyebar melalui jaringan yang
normal. (Rushdal, 1999).
Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali, dapat merusak
jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar
ke bagian tubuh yang lain.
3. PENYEBARAN KANKER
Tempat dimana pertama kali kanker bermula
disebut “primary site”, sedang bagian yang
mengalami metastasic disebut “secondary site
atau lesi sekunder”, kanker mungkin menyebar
melalui tubuh dengan jalan :
- Memperluas diri dengan bergerak langsung ke
jaringan terdekat atau cavitas tubuh, seperti
perut atau dada. (bagian yang sering kali
terinvasi).
- Berjalan melalui pembuluh darah atau sistem
limfe ke bagian tubuh lainnya, terutama paru,
tulang dan lever.
4. JENIS KANKER
Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya
sering diderita manusia, diantaranya adalah :
1. Karsinoma sel basal (KSB)
2. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
3. Melanoma maligna (MM).
5. Karsinoma Sel Basal (KSB)
Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang
paling banyak diderita.
Tidak mengalami penyebaran (metastasis)
kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat
berkembang dan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit sekitarnya
Warna kulit yang terang dan sering terkena
pijaran cahaya matahari keduanya diduga
sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal.
Faktor lain adalah system imun tubuh yang
lemah (baik dampak penyakit lain atau
pengobatan), luka bakar, sinar X-ray.
6. (KSB)
Tanda dan Gejala:
Bagian tubuh yang terserang biasanya wajah, leher dan
kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis
ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan
pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan
seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-
sembuh.
Diagnosa Jenis kanker:
Metode tunggal yaitu dengan pemeriksaan klinis dan
histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang
di anggap sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti
dibawah mikroskop.
Therapy dan Pengobatan:
Pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker)
secara komplit, tindakan penyinaran. Metode lainnya yang
juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik,
laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang
dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).
7. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Jenis penyakit kanker kulit lebih banyak diderita pria
terutama kaum lanjut usia (lansia).
Terjadi keganasan sel keratinosit epidermis, merupakan
kanker kulit ke dua tersering.
Dapat menyebar kebagian tubuh yang lain, umumnya
diderita mereka yang berada di wilayah tropik.
Diduga akibat sinar matahari (dominannya), Imun tubuh
yang lemah, virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut
juga dapat menimbulkan penyekit ini.
Tanda dan gejalanya ialah : mempunyai kelainan berupa
benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh.
Diagnosa ditegakkan dengan metode yang sama pada
KSB, begitupun tindakan therapy dan pengobatan
cenderung sama dengan kanker sel basal.
8. Melanoma Maligna (MM)
Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang
paling ganas dan berpotensi mematikan.
Di Amerika, didapatkan data enam dari tujuh
penderita kanker ini meninggal dunia. Dan
jumlah orang yang terserang meningkat dari
tahun ke tahun.
Melanoma Maligna bisa berkembang dari
tahi lalat timbul yang sudah ada atau yang
baru muncul.
9. Tanda dan Gejala:
Informasi ini sangat penting sekali bagi meraka yang
memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami
perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya.
Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk
mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari
melanosit, yaitu sel kulit yang berfungsi
menghasilkan zat warna melanin. Kanker ini
dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik,
bentuknya tak beraturan. B= Border atau
pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau
warnanya yang bervariasi dari satu area ke area
lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan
dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih,
merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari 6
mm.
10. Diagnosa Melanoma Maligna :
Penegakan diagnosa sama kanker kulit KSB dan KSS, yaitu
dilakukannya tindakan biopsy untuk pemeriksaan dibawah
mikroskop.
Therapy dan Pengobatan :
Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang
paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya
seperti kelenjar limfa.
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini
adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker
dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi
penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk
mengangkat jaringan di sekitarnya. Jika sel kanker
ditemukan menyebar ke kelenjar limfa, maka mau tidak
mau kelenjarnya juga diangkat
11. Prinsip Pengobatan Tumor Ganas Kulit :
1. Berusaha untuk mengenali tumor kulit sedini
mungkin.
2. Bila kita mencurigai adanya sifat ganas tumor
tersebut, maka perlu dilakukan BIOPSIdengan
narkosa umum atau regional. Dianjurkan untuk
tidak memakai bius lokal dengan cara infiltrasi.
3. Bila keganasan tumor terbukti secara histologik,
maka perlu dilakukan “Eksisi luas” dengan
mengangkat cukup banyak kulit sehat keliling
tumor, yang luasnya tergantung dari jenis tumor
ganas kulit tersebut. Sesudah pinggir dan dasar
sayatan preparat tersebut oleh PA dinyatakan
“bebas tumor”, maka luka ditutup dengan Split
Thickness Skingraft/stsg.
12. 4. Bila dicurigai penyebaran ke kelenjar getah bening regional,
lakukan biopsi kelenjar yang dicurigai tersebut. Bila
ternyata kelenjar tersebut mengandung anak sebar tumor,
lakukan “Diseksi KGB Regional” total. Jika ternyata KGB
tersebut tidak mengandung anak sebar tumor, maka kita
dapat memilih antara 2 alternatif, yaitu :
- Melakukan “Diseksi elektif”, atau
- Malakukan follow up yang KETAT.
5. Kelainan-kelainan pra kanker sebaiknya diobati secara tepat
dan teliti.
6. Pengobatan lainnya seperti Cryo-surgery, Chemo surgery
dari MOHS dapat dipakai untuk tumor-tumor kulit yang
kecil, hanya pemeriksaan PA dari “pinggir sayatan” dengan
cara-cara ini tidak dapat dilakukan. Tetapi pemakaiannya
dapat dipertimbangkan pada proses yang sangat diffus,
untuk mana cara-cara pengobatan lain tidak mungkin
dipergunakan.
13. 7. Radioterapi.
8.Chemoterapi dengan sitostatika dapat
dipergunakan dengan topikal (misalnya salp
SFU) dan lokal (misal intra arterial infusion
dan “perfusi regional”) atau sistemik, bila
tumor sangat diffus atau sudah bermetastasis
jauh.
14. Pemeriksaan Laboratorium
LaboratoriumTest dan Cuci Darah.
Test lab dan pemeriksaan darah membantu
mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi
dapat merubah komposisi atau status
hematologic.
Tumor marker merupakan specifik protein,
antigens, gens, hormon, dan enzim yang
dikeluarkan oleh tumor. Substansi ini
terdapat di darah dan dapat membantu
memonitor respon tumor terhadap
perawatan (Rusdall, 1999).
15. Diagnosa kanker kulit dibuat dengan biopsi dari lesi-lesi yang
dicurigai.
Bila dicurigai adanya melanoma maka biopsi eksisi merupakan
metode pilihan sehingga kedalaman lesi dapat diukur.
Pengukuran kedalaman secara langsung ini disebut Level
Breslow dan merupakan satu indikasi penentuan prognosis yang
penting.
Karsinoma sel basal dan sel skuamosa, pengangkatan melalui
pembedahan adalah semua yang diindikasikan dan tidak
dibutuhkan pemeriksaan diagnostik lanjutan.
Untuk melnoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin
diindikasikan untuk menemukan adanya metastase penyakit.
meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT
scan.
16. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
⇒ Riwayat.
Biodata merupakan informasi umum tentang siapa
klien dan latar belakangnya. Mencakup vital statistic
nama lengkap dan alamat,no. telepon, umur,
tanggal, dan tempat lahir, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, juga berkaitan dengan usia
dan suku bangsa.
Perawat perlu menanyakan kepada klien mengenai
riwayat keluarga yang mengidap kanker kulit dan
kemungkinan pembedahan sebelumnya terhadap
kulit yang terserang. Terjadi perubahan pada ukuran,
timbulnya, kutil atau scar .
17. ⇒ Lokasi geografis tempat tinggal klien.
⇒ Area geografis dimana klien saat ini berdiam.
⇒ Pekerjaan dan aktivitas rekreasi yang berkaitan
dengan pemaparan cahaya matahari.
Perawat mengkaji riwayat pekerjaan terhadap
paparan carsinogen kimia seperti (seperti :
arsenic, coaltar, pitch, sampah radioaktif dan
radium).
Perawat juga perlu menanyakan tentang adanya
pertumbuhan kulit yang meningkat resiko
iritasinya oleh karena gesekan pakaian.
(Ignatvicius, 1995).
18. ⇒ Pengkajian fisik / Manifestasi klinis.
Kanker kulit sangat bervariasi jenisnya dan penyebarannya,
walaupun sebagian besar dari lesi kanker terjadi pada area
yang terpapar matahari. Perawat harus pula menginspeksi
permukaan kulit bagian dalam (yang tidak terpapar
matahari).
Perawat secara sistematis memeriksa adanya lesi yang
tidak umum pada kulit, mole yang tidak biasa, kutil, tahi
lalat dan skar.
Area dimana terdapat bulut tubuh seperti kulit kepala, dan
genetalia juga perlu dikaji perawat melakukan palpasi
untuk menentukan tekstur permukaan dari lesi.
Perawat mendokumentasikan lokasi, ukuran, warna dan
karakteriistik permukaan dari lesi demikian pula paparan
subyektif yang berkaitan dengan gatal dan kulit yang kasar
(Ignativicius, 1995).
19. 1. Karsinoma sel basal.
a. Lesi sering diawali sebagai nodul kecil dengan sebuah gulungan, putih seperti
mutiara, batas tembus cahaya dengan telangiektasia, krusta, dan kadang
ulserasi.
b. Tampak paling sering pada kulit yang terpajan matahari, sering pada wajah
antara garis rambut dan bibir bagian atas.
c. Bila diabaikan, dapat menyebabkan destruksi lokal, hemoragi, dan infeksi
jaringan sekitar, menghasilkan gangguan fungsi berat dan kosmetik.
2. Karsinoma sel skuamosa.
a. Tampak seperti kasar kemerahan, tebal, lesi bersisik dengan perdarahan dan
kesakitan atau mungkin asimtomatik, batas mungkn lebar lebih terinfiltrasi, dan
lebih meradang daripada karsinoma sel basal.
b. Dapat didahului dengan leukopenia (lesi premalignan membran mukosa) pada
mulut atau lidah, keratosa astinik, lesi jaringan parut atau ulserasi.
c. Terlihat paling umum pada bibir bawah, tepi telinga, kepala, leher dan
punggung tangan.
20. 3. Melanoma Maligna
a. Melanoma in situ : fase paling awal, kesulitan untuk
mengenalinya karena perubahan klienis minimal.
b. Melanoma yang menyebar superfisial (paling umum)
sirkular, dengan bagian luar tidak teratur; batas-
batasnya datar atau menonjol dan dapat dipalpasi;
mempunyai kombinasi warna corak coklat merah,
coklat, dan hitam
bercampur dengan abu-abu, hitam kebiruan, atau
putih; mungkin warna
mawar merah muda pada area kecil dalam lesi;
terjadi dimana saja pada
tubuh; biasanya mempengaruhi individu usia
pertengahan.
21. c. Melanoma nodular, nodul seperti blueberi lonjong dengan
permukaan relatif halus dan relatif biru hitam merata, biru
abu-abu, atau warna biru kemerahan;
Mungkin polipoidal dan menonjol, dengan permukaan
halus pada warna mawar
Abu-abu atua hitam; terjadi paling umum pada torso dan
ekstrimitas:
Menginvasi secara langsung ke dalam tepat di bawah
dermis (pertumbuhan vertikal) dan oleh sebab itu
mempunyai prognosis lebih buruk.
d. Lentigo melanoma malignan pertama tampak seperti
merah coklat, makula datar; degenerasi malignan
dimanifestasikan oleh perubahan warna, ukuran, dan
topografi; berkembang lambat; terjadi pada permukaan
kulit yang terpajan dari individu pada usia dekade kelima
atau keenam.
22. e. Melanoma akrolentiginosa (tidak umum, kecuali
pada individu berkulit hitam)
Makula berpigmentasi tidak teratur dengan
timbulnya nodul; dapat menjadi invasif dini,
terjadi umumnya pada telapak tangan, telapak
kaki, bantalan kuku dam jarang pada membran
mukosa.
Klien mungkin melaporkan penurunan BB yang
tidak terdeteksi, perasaan kurang nyaman,
perubahan eliminasi dan fungsi normal yang lain.
Ajarkan klien untuk melaporkan sesegera
mungkin adanya tanda peringatan seimbang
dengan yang telah diidentifikasikan oleh
American Cancer Society.
23. * Akademi Dermatologi Amerika mengembangkan ABCD
Formula sebagai petunjuk dalam menentukan lesi mana yang
bersifat abnormal guna menjamin investigasi lebih lanjut, ABCD
Formula adalah sebagai berikut :
- A : Asymetry (A simetris).
Setengah bagaian dari lesi kulit tidak bersesuaian dengan yang
lain.
- B : Border irregularity (batasan yang tidak reguler).
Bagian tepi dari lesi kulit seperti kulit kerang atau tidak rata.
- C : Color (warna).
Pigmentasi yang bervariatif pada lesi. Bayangan coklat
kekuningan, coklat dan hitam. Merah, putih dan biru
dimungkinkan juga terdapat sebagai penampakan noda.
- D : Diameter.
Lesi meningkat dalam ukuran atau diameter dari lesi lebih besar
dari 6 mm.
(Fuller, 2000)
24. ⇒ Pengkajian Sistem.
1. Aktivitas / Istirahat.
Gejala : Stress kelelahan ataupun keletihan.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur,
misalnya : nyeri, ansietas, berkeringat malam.
2. Sirkulasi. Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan
kerja.Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
3. Integritas ego.
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)
dan cara mengganti stress (mis : merokok, minum alkohol,
menunda cari pengobatan, keyakinan religius).
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis : alopesia,
lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
25. 4. Eliminasi.
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, mis : darah pada
feces, nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius, mis : nyeri / rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi umum.
5. Makanan / Cairan.
Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah,
intoleransi makanan, perubahan pada berat badan,
penurunan BB hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, oedema.
6. Neurosensori.
Gejala : Pusing, sincope.
26. 7. Nyeri / Kenyamanan.
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat nyeri bervariasi, mis : ketidak nyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
8. Pernafasan.
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok), pemajanan asbes.
9. Keamanan.
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas. Gejala : Masalah seksual mis : dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 th, multigravida,
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi sosial.
Gejala : Ketidak adequatan / kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinaan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah
tentang fungsi / tanggung jawab peran.
27. Mengkaji respon emosi dan fisik terhadap penyakit penting
pula.
Apakah klien memerlukan bentuan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Apakah penyakit yang diderita berpengaruh terhadap
aktivitas sosial atau harga diri.
Apakah penyait yang diderita mengancam jiwa. Apakah
klein merasa cemas atau takut terhadap pengobatan.
Apakah diperlukan konseling rehabilitasi atau perawatan
rumah.
Apakah support kelompok tersedia. Apa reaksi anggota
keluarga.
Apakah pada klien akan dilakukan hospice care?.
(Rushdal, 1999).
28. Diagnosa dan Intervensi keperawatan
1. Resiko Infeksi
Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun: Jenis, dosis,
cara pemberian kemoterapi
Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang
dimiliki
Kebiasaan kebersihan diri
Pola tidur
Pola makan
Pola eliminasi
Riwayat & pemeriksaan fisik
Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat
eliminasi, adanya exudat
Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
Fungsi pernafasan & suara nafas
Laboratorium: DPL
29. Resiko Infeksi (lanjutan)
Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
Tempatkan klien di ruang isolasi
Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi
klien yang menginformasikan: pengunjung harus cuci
tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang
masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau
sayuran segar ke ruangan klien
Pasang papan pengumuman yang menginformasikan
TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-
rektum
Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari
sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan
perawatan klien
30. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik
aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)
Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan
petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang
merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi
Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
Monitor angka lab neutrofil
Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area
tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus,
dll)
Monitor perubahan warna urin, sputum & feses
Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang
bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan
pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik
31. 2. Resiko Cedera: Perdarahan
Lakukan tindakan khusus jika trombosit <>
Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan
Pasang tanda DILARANG injeksi per IM dan
pemberian obat aspirin
Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas
penusukan minimal 5 menit
Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut,
hindari penggunaan dental floss
Pasang pembatas tempat tidur
Cegah konstipasi dengan pemberian cairan
minimal 3 L/hari
32. Monitor terjadinya perdarahan
Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis,
epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan
Perubahan tekanan darah ortostatik >10
mmHg atau nadi >100/mnt
Monitor hematokrit & trombosit
Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
33. 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
Kaji tanda dan gejala anemia
Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30%
(anemia sedang), <25%>
Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan,
palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang:
meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia
ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing,
nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)
Anjurkan klien untuk merubah posisi secara
bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan
posisi.
34. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik
atau tetap.
Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas,
dan kebutuhan klien akan Oksigen
Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk
mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko
Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi &
kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-istirahat
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat
besi seperti hati, telur, daging, wortel dan kismis
35. 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
Monitor intake-output tiap 4 jam
Kaji frekuensi, konsistensi & volume
diare/muntah
Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
Rawat area kulit perineum dengan salep
betametasone atau Zinc
Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus
sesuai program
36. 5. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat
Stomatitis
Berikan (kolaborasi) obat kumur yang
mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur
dilakukan tiap 3 jam
Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic
sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)
37. 6. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
Kaji area kulit perineum
Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun
lembut saat membilas sesudah bab
Oleskan anastetik topikal K/P
Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik
akibat Kemoterapi
Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai
cairan urin bening
Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
Ukur pH urin (pH > 7)
Cegah dehidrasi dan muntah yang masif
Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
Monitor hasil lab ureum, creatinin
38. 7. ResikoGangguan Citra Diri akibat Alopesia
Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang
digunakan
Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang
terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh
rambut yang baru
Anjurkan klien menceritakan perasaannya
Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig,
topi atau selendang
Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan
menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll
Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan
kacamata hitam & topi jika bepergian
39. 8. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
Bina rasa saling percaya
Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan
pengobatannya pa da fungsi seksual
Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan
masalah klien
Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
Alternatif pengekspresian seksual
Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan
pasangannya
Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi