SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
SAIFUL NURHIDAYAT
ASKEP KANKER KULIT
PENGERTIAN
 Cancer adalah pertumbuhan dari sel tubuh
yang bersifat merusak dan tidak beraturan
serta menyebar melalui jaringan yang
normal. (Rushdal, 1999).
 Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali, dapat merusak
jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar
ke bagian tubuh yang lain.
PENYEBARAN KANKER
 Tempat dimana pertama kali kanker bermula
disebut “primary site”, sedang bagian yang
mengalami metastasic disebut “secondary site
atau lesi sekunder”, kanker mungkin menyebar
melalui tubuh dengan jalan :
- Memperluas diri dengan bergerak langsung ke
jaringan terdekat atau cavitas tubuh, seperti
perut atau dada. (bagian yang sering kali
terinvasi).
- Berjalan melalui pembuluh darah atau sistem
limfe ke bagian tubuh lainnya, terutama paru,
tulang dan lever.
JENIS KANKER
 Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya
sering diderita manusia, diantaranya adalah :
1. Karsinoma sel basal (KSB)
2. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
3. Melanoma maligna (MM).
Karsinoma Sel Basal (KSB)
 Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang
paling banyak diderita.
 Tidak mengalami penyebaran (metastasis)
kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat
berkembang dan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit sekitarnya
 Warna kulit yang terang dan sering terkena
pijaran cahaya matahari keduanya diduga
sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal.
 Faktor lain adalah system imun tubuh yang
lemah (baik dampak penyakit lain atau
pengobatan), luka bakar, sinar X-ray.
(KSB)
 Tanda dan Gejala:
Bagian tubuh yang terserang biasanya wajah, leher dan
kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis
ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan
pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan
seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-
sembuh.
 Diagnosa Jenis kanker:
Metode tunggal yaitu dengan pemeriksaan klinis dan
histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang
di anggap sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti
dibawah mikroskop.
 Therapy dan Pengobatan:
Pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker)
secara komplit, tindakan penyinaran. Metode lainnya yang
juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik,
laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang
dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).
Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
 Jenis penyakit kanker kulit lebih banyak diderita pria
terutama kaum lanjut usia (lansia).
 Terjadi keganasan sel keratinosit epidermis, merupakan
kanker kulit ke dua tersering.
 Dapat menyebar kebagian tubuh yang lain, umumnya
diderita mereka yang berada di wilayah tropik.
 Diduga akibat sinar matahari (dominannya), Imun tubuh
yang lemah, virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut
juga dapat menimbulkan penyekit ini.
 Tanda dan gejalanya ialah : mempunyai kelainan berupa
benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh.
 Diagnosa ditegakkan dengan metode yang sama pada
KSB, begitupun tindakan therapy dan pengobatan
cenderung sama dengan kanker sel basal.
Melanoma Maligna (MM)
 Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang
paling ganas dan berpotensi mematikan.
 Di Amerika, didapatkan data enam dari tujuh
penderita kanker ini meninggal dunia. Dan
jumlah orang yang terserang meningkat dari
tahun ke tahun.
 Melanoma Maligna bisa berkembang dari
tahi lalat timbul yang sudah ada atau yang
baru muncul.
 Tanda dan Gejala:
Informasi ini sangat penting sekali bagi meraka yang
memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami
perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya.
Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk
mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari
melanosit, yaitu sel kulit yang berfungsi
menghasilkan zat warna melanin. Kanker ini
dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik,
bentuknya tak beraturan. B= Border atau
pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau
warnanya yang bervariasi dari satu area ke area
lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan
dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih,
merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari 6
mm.
 Diagnosa Melanoma Maligna :
Penegakan diagnosa sama kanker kulit KSB dan KSS, yaitu
dilakukannya tindakan biopsy untuk pemeriksaan dibawah
mikroskop.
 Therapy dan Pengobatan :
Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang
paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya
seperti kelenjar limfa.
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini
adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker
dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi
penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk
mengangkat jaringan di sekitarnya. Jika sel kanker
ditemukan menyebar ke kelenjar limfa, maka mau tidak
mau kelenjarnya juga diangkat
Prinsip Pengobatan Tumor Ganas Kulit :
1. Berusaha untuk mengenali tumor kulit sedini
mungkin.
2. Bila kita mencurigai adanya sifat ganas tumor
tersebut, maka perlu dilakukan BIOPSIdengan
narkosa umum atau regional. Dianjurkan untuk
tidak memakai bius lokal dengan cara infiltrasi.
3. Bila keganasan tumor terbukti secara histologik,
maka perlu dilakukan “Eksisi luas” dengan
mengangkat cukup banyak kulit sehat keliling
tumor, yang luasnya tergantung dari jenis tumor
ganas kulit tersebut. Sesudah pinggir dan dasar
sayatan preparat tersebut oleh PA dinyatakan
“bebas tumor”, maka luka ditutup dengan Split
Thickness Skingraft/stsg.
4. Bila dicurigai penyebaran ke kelenjar getah bening regional,
lakukan biopsi kelenjar yang dicurigai tersebut. Bila
ternyata kelenjar tersebut mengandung anak sebar tumor,
lakukan “Diseksi KGB Regional” total. Jika ternyata KGB
tersebut tidak mengandung anak sebar tumor, maka kita
dapat memilih antara 2 alternatif, yaitu :
- Melakukan “Diseksi elektif”, atau
- Malakukan follow up yang KETAT.
5. Kelainan-kelainan pra kanker sebaiknya diobati secara tepat
dan teliti.
6. Pengobatan lainnya seperti Cryo-surgery, Chemo surgery
dari MOHS dapat dipakai untuk tumor-tumor kulit yang
kecil, hanya pemeriksaan PA dari “pinggir sayatan” dengan
cara-cara ini tidak dapat dilakukan. Tetapi pemakaiannya
dapat dipertimbangkan pada proses yang sangat diffus,
untuk mana cara-cara pengobatan lain tidak mungkin
dipergunakan.
7. Radioterapi.
8.Chemoterapi dengan sitostatika dapat
dipergunakan dengan topikal (misalnya salp
SFU) dan lokal (misal intra arterial infusion
dan “perfusi regional”) atau sistemik, bila
tumor sangat diffus atau sudah bermetastasis
jauh.
Pemeriksaan Laboratorium
 LaboratoriumTest dan Cuci Darah.
Test lab dan pemeriksaan darah membantu
mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi
dapat merubah komposisi atau status
hematologic.
 Tumor marker merupakan specifik protein,
antigens, gens, hormon, dan enzim yang
dikeluarkan oleh tumor. Substansi ini
terdapat di darah dan dapat membantu
memonitor respon tumor terhadap
perawatan (Rusdall, 1999).
 Diagnosa kanker kulit dibuat dengan biopsi dari lesi-lesi yang
dicurigai.
 Bila dicurigai adanya melanoma maka biopsi eksisi merupakan
metode pilihan sehingga kedalaman lesi dapat diukur.
 Pengukuran kedalaman secara langsung ini disebut Level
Breslow dan merupakan satu indikasi penentuan prognosis yang
penting.
 Karsinoma sel basal dan sel skuamosa, pengangkatan melalui
pembedahan adalah semua yang diindikasikan dan tidak
dibutuhkan pemeriksaan diagnostik lanjutan.
 Untuk melnoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin
diindikasikan untuk menemukan adanya metastase penyakit.
meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT
scan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
⇒ Riwayat.
 Biodata merupakan informasi umum tentang siapa
klien dan latar belakangnya. Mencakup vital statistic
nama lengkap dan alamat,no. telepon, umur,
tanggal, dan tempat lahir, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, juga berkaitan dengan usia
dan suku bangsa.
 Perawat perlu menanyakan kepada klien mengenai
riwayat keluarga yang mengidap kanker kulit dan
kemungkinan pembedahan sebelumnya terhadap
kulit yang terserang. Terjadi perubahan pada ukuran,
timbulnya, kutil atau scar .
⇒ Lokasi geografis tempat tinggal klien.
⇒ Area geografis dimana klien saat ini berdiam.
⇒ Pekerjaan dan aktivitas rekreasi yang berkaitan
dengan pemaparan cahaya matahari.
 Perawat mengkaji riwayat pekerjaan terhadap
paparan carsinogen kimia seperti (seperti :
arsenic, coaltar, pitch, sampah radioaktif dan
radium).
 Perawat juga perlu menanyakan tentang adanya
pertumbuhan kulit yang meningkat resiko
iritasinya oleh karena gesekan pakaian.
(Ignatvicius, 1995).
⇒ Pengkajian fisik / Manifestasi klinis.
 Kanker kulit sangat bervariasi jenisnya dan penyebarannya,
walaupun sebagian besar dari lesi kanker terjadi pada area
yang terpapar matahari. Perawat harus pula menginspeksi
permukaan kulit bagian dalam (yang tidak terpapar
matahari).
 Perawat secara sistematis memeriksa adanya lesi yang
tidak umum pada kulit, mole yang tidak biasa, kutil, tahi
lalat dan skar.
 Area dimana terdapat bulut tubuh seperti kulit kepala, dan
genetalia juga perlu dikaji perawat melakukan palpasi
untuk menentukan tekstur permukaan dari lesi.
 Perawat mendokumentasikan lokasi, ukuran, warna dan
karakteriistik permukaan dari lesi demikian pula paparan
subyektif yang berkaitan dengan gatal dan kulit yang kasar
(Ignativicius, 1995).
1. Karsinoma sel basal.
a. Lesi sering diawali sebagai nodul kecil dengan sebuah gulungan, putih seperti
mutiara, batas tembus cahaya dengan telangiektasia, krusta, dan kadang
ulserasi.
b. Tampak paling sering pada kulit yang terpajan matahari, sering pada wajah
antara garis rambut dan bibir bagian atas.
c. Bila diabaikan, dapat menyebabkan destruksi lokal, hemoragi, dan infeksi
jaringan sekitar, menghasilkan gangguan fungsi berat dan kosmetik.
2. Karsinoma sel skuamosa.
a. Tampak seperti kasar kemerahan, tebal, lesi bersisik dengan perdarahan dan
kesakitan atau mungkin asimtomatik, batas mungkn lebar lebih terinfiltrasi, dan
lebih meradang daripada karsinoma sel basal.
b. Dapat didahului dengan leukopenia (lesi premalignan membran mukosa) pada
mulut atau lidah, keratosa astinik, lesi jaringan parut atau ulserasi.
c. Terlihat paling umum pada bibir bawah, tepi telinga, kepala, leher dan
punggung tangan.
3. Melanoma Maligna
a. Melanoma in situ : fase paling awal, kesulitan untuk
mengenalinya karena perubahan klienis minimal.
b. Melanoma yang menyebar superfisial (paling umum)
sirkular, dengan bagian luar tidak teratur; batas-
batasnya datar atau menonjol dan dapat dipalpasi;
 mempunyai kombinasi warna corak coklat merah,
coklat, dan hitam
 bercampur dengan abu-abu, hitam kebiruan, atau
putih; mungkin warna
 mawar merah muda pada area kecil dalam lesi;
terjadi dimana saja pada
 tubuh; biasanya mempengaruhi individu usia
pertengahan.
c. Melanoma nodular, nodul seperti blueberi lonjong dengan
permukaan relatif halus dan relatif biru hitam merata, biru
abu-abu, atau warna biru kemerahan;
 Mungkin polipoidal dan menonjol, dengan permukaan
halus pada warna mawar
 Abu-abu atua hitam; terjadi paling umum pada torso dan
ekstrimitas:
 Menginvasi secara langsung ke dalam tepat di bawah
dermis (pertumbuhan vertikal) dan oleh sebab itu
mempunyai prognosis lebih buruk.
d. Lentigo melanoma malignan pertama tampak seperti
merah coklat, makula datar; degenerasi malignan
dimanifestasikan oleh perubahan warna, ukuran, dan
topografi; berkembang lambat; terjadi pada permukaan
kulit yang terpajan dari individu pada usia dekade kelima
atau keenam.
e. Melanoma akrolentiginosa (tidak umum, kecuali
pada individu berkulit hitam)
 Makula berpigmentasi tidak teratur dengan
timbulnya nodul; dapat menjadi invasif dini,
terjadi umumnya pada telapak tangan, telapak
kaki, bantalan kuku dam jarang pada membran
mukosa.
 Klien mungkin melaporkan penurunan BB yang
tidak terdeteksi, perasaan kurang nyaman,
perubahan eliminasi dan fungsi normal yang lain.
 Ajarkan klien untuk melaporkan sesegera
mungkin adanya tanda peringatan seimbang
dengan yang telah diidentifikasikan oleh
American Cancer Society.
* Akademi Dermatologi Amerika mengembangkan ABCD
Formula sebagai petunjuk dalam menentukan lesi mana yang
bersifat abnormal guna menjamin investigasi lebih lanjut, ABCD
Formula adalah sebagai berikut :
- A : Asymetry (A simetris).
Setengah bagaian dari lesi kulit tidak bersesuaian dengan yang
lain.
- B : Border irregularity (batasan yang tidak reguler).
Bagian tepi dari lesi kulit seperti kulit kerang atau tidak rata.
- C : Color (warna).
Pigmentasi yang bervariatif pada lesi. Bayangan coklat
kekuningan, coklat dan hitam. Merah, putih dan biru
dimungkinkan juga terdapat sebagai penampakan noda.
- D : Diameter.
Lesi meningkat dalam ukuran atau diameter dari lesi lebih besar
dari 6 mm.
(Fuller, 2000)
⇒ Pengkajian Sistem.
1. Aktivitas / Istirahat.
Gejala : Stress kelelahan ataupun keletihan.
 Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur,
misalnya : nyeri, ansietas, berkeringat malam.
2. Sirkulasi. Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan
kerja.Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah.
3. Integritas ego.
 Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)
dan cara mengganti stress (mis : merokok, minum alkohol,
menunda cari pengobatan, keyakinan religius).
 Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis : alopesia,
lesi, cacat, pembedahan.
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
 Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi.
 Gejala : Perubahan pada pola defekasi, mis : darah pada
feces, nyeri pada defekasi.
 Perubahan eliminasi urinarius, mis : nyeri / rasa terbakar
pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.
 Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi umum.
5. Makanan / Cairan.
 Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah,
intoleransi makanan, perubahan pada berat badan,
penurunan BB hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot.
 Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, oedema.
6. Neurosensori.
 Gejala : Pusing, sincope.
7. Nyeri / Kenyamanan.
 Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat nyeri bervariasi, mis : ketidak nyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
8. Pernafasan.
 Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
merokok), pemajanan asbes.
9. Keamanan.
 Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan.
 Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas. Gejala : Masalah seksual mis : dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 th, multigravida,
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi sosial.
 Gejala : Ketidak adequatan / kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinaan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah
tentang fungsi / tanggung jawab peran.
 Mengkaji respon emosi dan fisik terhadap penyakit penting
pula.
 Apakah klien memerlukan bentuan untuk memenuhi
kebutuhannya.
 Apakah penyakit yang diderita berpengaruh terhadap
aktivitas sosial atau harga diri.
 Apakah penyait yang diderita mengancam jiwa. Apakah
klein merasa cemas atau takut terhadap pengobatan.
 Apakah diperlukan konseling rehabilitasi atau perawatan
rumah.
 Apakah support kelompok tersedia. Apa reaksi anggota
keluarga.
 Apakah pada klien akan dilakukan hospice care?.
(Rushdal, 1999).
Diagnosa dan Intervensi keperawatan
1. Resiko Infeksi
 Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun: Jenis, dosis,
cara pemberian kemoterapi
 Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang
dimiliki
 Kebiasaan kebersihan diri
 Pola tidur
 Pola makan
 Pola eliminasi
 Riwayat & pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat
eliminasi, adanya exudat
 Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
 Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
 Fungsi pernafasan & suara nafas
 Laboratorium: DPL
Resiko Infeksi (lanjutan)
 Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
 Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
 Tempatkan klien di ruang isolasi
 Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi
klien yang menginformasikan: pengunjung harus cuci
tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang
masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau
sayuran segar ke ruangan klien
 Pasang papan pengumuman yang menginformasikan
TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-
rektum
 Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari
sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan
perawatan klien
 Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik
aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
 Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)
 Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan
petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang
merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi
 Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
 Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
 Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
 Monitor angka lab neutrofil
 Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area
tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus,
dll)
 Monitor perubahan warna urin, sputum & feses
 Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang
bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan
pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik
2. Resiko Cedera: Perdarahan
 Lakukan tindakan khusus jika trombosit <>
 Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan
 Pasang tanda DILARANG injeksi per IM dan
pemberian obat aspirin
 Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas
penusukan minimal 5 menit
 Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut,
hindari penggunaan dental floss
 Pasang pembatas tempat tidur
 Cegah konstipasi dengan pemberian cairan
minimal 3 L/hari
Monitor terjadinya perdarahan
 Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis,
epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan
 Perubahan tekanan darah ortostatik >10
mmHg atau nadi >100/mnt
 Monitor hematokrit & trombosit
 Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
 Kaji tanda dan gejala anemia
 Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30%
(anemia sedang), <25%>
 Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan,
palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang:
meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia
ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing,
nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)
 Anjurkan klien untuk merubah posisi secara
bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
 Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan
posisi.
 Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik
atau tetap.
 Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
 Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas,
dan kebutuhan klien akan Oksigen
 Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk
mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
 Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko
Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
 Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi &
kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-istirahat
 Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat
besi seperti hati, telur, daging, wortel dan kismis
4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
 Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
 Monitor intake-output tiap 4 jam
 Kaji frekuensi, konsistensi & volume
diare/muntah
 Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
 Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
 Rawat area kulit perineum dengan salep
betametasone atau Zinc
 Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus
sesuai program
5. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat
Stomatitis
 Berikan (kolaborasi) obat kumur yang
mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur
dilakukan tiap 3 jam
 Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic
sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)
6. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
 Kaji area kulit perineum
 Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun
lembut saat membilas sesudah bab
 Oleskan anastetik topikal K/P
 Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
 Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik
akibat Kemoterapi
 Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai
cairan urin bening
 Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
 Ukur pH urin (pH > 7)
 Cegah dehidrasi dan muntah yang masif
 Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
 Monitor hasil lab ureum, creatinin
7. ResikoGangguan Citra Diri akibat Alopesia
 Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang
digunakan
 Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang
terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh
rambut yang baru
 Anjurkan klien menceritakan perasaannya
 Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
 Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig,
topi atau selendang
 Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
 Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan
menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll
 Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan
kacamata hitam & topi jika bepergian
8. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
 Bina rasa saling percaya
 Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan
pengobatannya pa da fungsi seksual
 Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan
masalah klien
 Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
 Alternatif pengekspresian seksual
 Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
 Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
 Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan
pasangannya
 Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
 Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
 Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
 Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi

More Related Content

What's hot

BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular Infeksi menular seksual
BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular  Infeksi menular seksualBAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular  Infeksi menular seksual
BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular Infeksi menular seksualNajMah Usman
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6tristyanto
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointtristyanto
 
Manajemen Keperawatan
Manajemen KeperawatanManajemen Keperawatan
Manajemen KeperawatanIrwanBudiana2
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaNajMah Usman
 
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahunMtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahunAmalia Senja
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiAffiZakiyya
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Rahayu Pratiwi
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBSmoharip1
 
Askep bencana banjir 2
Askep bencana banjir 2Askep bencana banjir 2
Askep bencana banjir 2Adi Adriansyah
 

What's hot (20)

BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular Infeksi menular seksual
BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular  Infeksi menular seksualBAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular  Infeksi menular seksual
BAB 8 Epidemiologi Penyakit Menular Infeksi menular seksual
 
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6Prinsip pencegahan infeksi bag.6
Prinsip pencegahan infeksi bag.6
 
Skabies
Skabies Skabies
Skabies
 
Gangguan haid
Gangguan  haidGangguan  haid
Gangguan haid
 
Sars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power pointSars dan-mers-cov power point
Sars dan-mers-cov power point
 
Ppt filariasis
Ppt filariasisPpt filariasis
Ppt filariasis
 
Manajemen Keperawatan
Manajemen KeperawatanManajemen Keperawatan
Manajemen Keperawatan
 
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular MalariaBAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
BAB 11 Epidemiologi Penyakit Menular Malaria
 
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahunMtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Keganasan
KeganasanKeganasan
Keganasan
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
 
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 
Materi kusta
Materi kusta Materi kusta
Materi kusta
 
Askep Labiopalatoskisis
Askep LabiopalatoskisisAskep Labiopalatoskisis
Askep Labiopalatoskisis
 
Tehnik perhitungan prioritas masalah
Tehnik perhitungan prioritas masalahTehnik perhitungan prioritas masalah
Tehnik perhitungan prioritas masalah
 
Sop vulva hygiene
Sop vulva hygieneSop vulva hygiene
Sop vulva hygiene
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Askep bencana banjir 2
Askep bencana banjir 2Askep bencana banjir 2
Askep bencana banjir 2
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Askep kanker kulit
Askep kanker kulitAskep kanker kulit
Askep kanker kulit
 
Asuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulitAsuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulit
 
Asuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulitAsuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulit
 
Saluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindalSaluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindal
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Anatomi fisiologi sistem integumen
Anatomi fisiologi sistem integumenAnatomi fisiologi sistem integumen
Anatomi fisiologi sistem integumen
 

Similar to ASKEP KANKER KULIT

Satuan acara penyuluhan ca.kulit
Satuan acara penyuluhan ca.kulitSatuan acara penyuluhan ca.kulit
Satuan acara penyuluhan ca.kulitjems Akhbar
 
CSS 4 - Kanker Kulit.pptx
CSS 4 - Kanker Kulit.pptxCSS 4 - Kanker Kulit.pptx
CSS 4 - Kanker Kulit.pptxUtayNurmalia
 
Modul 3 kb 3 neoplasma
Modul 3 kb 3 neoplasmaModul 3 kb 3 neoplasma
Modul 3 kb 3 neoplasmapjj_kemenkes
 
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptx
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptxBab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptx
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptxHerlin14
 
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.pptOdesyafar
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanABD. RAHMAN
 
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdfkurnia537765
 
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2Fitriardi Sejati
 
Makalah tumor dan keganasan pada kulit
Makalah tumor dan keganasan pada kulitMakalah tumor dan keganasan pada kulit
Makalah tumor dan keganasan pada kulitPuskesmas Cugenang
 
Tumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirTumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirririn95
 
Lp liposarcoma oleh siti khadijah
Lp liposarcoma oleh siti khadijahLp liposarcoma oleh siti khadijah
Lp liposarcoma oleh siti khadijahsiti_khadijee
 
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptKONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptMahadabrata Mahadabrata
 

Similar to ASKEP KANKER KULIT (20)

Satuan acara penyuluhan ca.kulit
Satuan acara penyuluhan ca.kulitSatuan acara penyuluhan ca.kulit
Satuan acara penyuluhan ca.kulit
 
CSS 4 - Kanker Kulit.pptx
CSS 4 - Kanker Kulit.pptxCSS 4 - Kanker Kulit.pptx
CSS 4 - Kanker Kulit.pptx
 
STT dr Pramudyo SpB.pdf
STT dr Pramudyo SpB.pdfSTT dr Pramudyo SpB.pdf
STT dr Pramudyo SpB.pdf
 
Neoplasma
NeoplasmaNeoplasma
Neoplasma
 
Modul 3 kb 3 neoplasma
Modul 3 kb 3 neoplasmaModul 3 kb 3 neoplasma
Modul 3 kb 3 neoplasma
 
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptx
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptxBab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptx
Bab 3 konsep dasar neoplasma sesi 1-dr,herlin RMIK POLITEKNIK BAUBAU.pptx
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Benjolan
BenjolanBenjolan
Benjolan
 
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
Ca mammae AKPER PEMKAB MUNA
 
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
410124353-CA-Mamae-Ppt.ppt
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasan
 
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf
2. dr Airin - Identification of Skin Cancer Where are We.pdf
 
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2
Presentasi kasus Fitriardi Sejati melanoma 2
 
Onkologi kebidanan
Onkologi  kebidananOnkologi  kebidanan
Onkologi kebidanan
 
Makalah tumor dan keganasan pada kulit
Makalah tumor dan keganasan pada kulitMakalah tumor dan keganasan pada kulit
Makalah tumor dan keganasan pada kulit
 
Tumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahirTumor jalan-lahir
Tumor jalan-lahir
 
Lp liposarcoma oleh siti khadijah
Lp liposarcoma oleh siti khadijahLp liposarcoma oleh siti khadijah
Lp liposarcoma oleh siti khadijah
 
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.pptKONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
KONSEPTUAL MATA AJAR ASKEP RONGGA MULUT.ppt
 

More from Dimas Erda Widyamarta

Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di Anatomi
Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di AnatomiSensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di Anatomi
Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDuglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di Anatomi
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di AnatomiEndoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di Anatomi
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di Anatomi
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di AnatomiBreath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di Anatomi
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi Jantung
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi JantungAnatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi Jantung
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi JantungDimas Erda Widyamarta
 
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di Anatomi
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di AnatomiReproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di Anatomi
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Dimas Erda Widyamarta
 
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in Anatomy
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in AnatomyTubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in Anatomy
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in AnatomyDimas Erda Widyamarta
 
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiNeurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di Anatomi
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di AnatomiHeart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di Anatomi
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di AnatomiDimas Erda Widyamarta
 

More from Dimas Erda Widyamarta (11)

Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di Anatomi
Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di AnatomiSensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di Anatomi
Sensory Sistem in Anatomy/ Sistem Indera di Anatomi
 
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di AnatomiDuglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
Duglotio System in Anatomy/ Sistem Pencernaan di Anatomi
 
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di Anatomi
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di AnatomiEndoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di Anatomi
Endoktrin System in Anatomy/ Sistem Endoktrin di Anatomi
 
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di Anatomi
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di AnatomiBreath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di Anatomi
Breath System in Anatomy/ Sistem Pernapasan di Anatomi
 
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi Jantung
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi JantungAnatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi Jantung
Anatomy and Physiology Heart/ Anatomi Fisiologi Jantung
 
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di Anatomi
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di AnatomiReproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di Anatomi
Reproduction System in Anatomy/ Sistem Reproduksi di Anatomi
 
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
Musculosceletal System in Anatomy/ Sistem Otot dan Tulang (Muskuloskeletal) d...
 
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in Anatomy
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in AnatomyTubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in Anatomy
Tubuh Manusia di Anatomi/ Human Boddy in Anatomy
 
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di AnatomiNeurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
Neurology Sistem in Anatomy/ Sistem Saraf di Anatomi
 
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di Anatomi
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di AnatomiHeart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di Anatomi
Heart of System in Anatomy/ Sistem Jantung di Anatomi
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

ASKEP KANKER KULIT

  • 2. PENGERTIAN  Cancer adalah pertumbuhan dari sel tubuh yang bersifat merusak dan tidak beraturan serta menyebar melalui jaringan yang normal. (Rushdal, 1999).  Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain.
  • 3. PENYEBARAN KANKER  Tempat dimana pertama kali kanker bermula disebut “primary site”, sedang bagian yang mengalami metastasic disebut “secondary site atau lesi sekunder”, kanker mungkin menyebar melalui tubuh dengan jalan : - Memperluas diri dengan bergerak langsung ke jaringan terdekat atau cavitas tubuh, seperti perut atau dada. (bagian yang sering kali terinvasi). - Berjalan melalui pembuluh darah atau sistem limfe ke bagian tubuh lainnya, terutama paru, tulang dan lever.
  • 4. JENIS KANKER  Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya sering diderita manusia, diantaranya adalah : 1. Karsinoma sel basal (KSB) 2. Karsinoma sel skuamosa (KSS) 3. Melanoma maligna (MM).
  • 5. Karsinoma Sel Basal (KSB)  Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita.  Tidak mengalami penyebaran (metastasis) kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya  Warna kulit yang terang dan sering terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal.  Faktor lain adalah system imun tubuh yang lemah (baik dampak penyakit lain atau pengobatan), luka bakar, sinar X-ray.
  • 6. (KSB)  Tanda dan Gejala: Bagian tubuh yang terserang biasanya wajah, leher dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh- sembuh.  Diagnosa Jenis kanker: Metode tunggal yaitu dengan pemeriksaan klinis dan histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang di anggap sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti dibawah mikroskop.  Therapy dan Pengobatan: Pembedahan atau pengangkatan jaringan kulit (kanker) secara komplit, tindakan penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).
  • 7. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)  Jenis penyakit kanker kulit lebih banyak diderita pria terutama kaum lanjut usia (lansia).  Terjadi keganasan sel keratinosit epidermis, merupakan kanker kulit ke dua tersering.  Dapat menyebar kebagian tubuh yang lain, umumnya diderita mereka yang berada di wilayah tropik.  Diduga akibat sinar matahari (dominannya), Imun tubuh yang lemah, virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat menimbulkan penyekit ini.  Tanda dan gejalanya ialah : mempunyai kelainan berupa benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh.  Diagnosa ditegakkan dengan metode yang sama pada KSB, begitupun tindakan therapy dan pengobatan cenderung sama dengan kanker sel basal.
  • 8. Melanoma Maligna (MM)  Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang paling ganas dan berpotensi mematikan.  Di Amerika, didapatkan data enam dari tujuh penderita kanker ini meninggal dunia. Dan jumlah orang yang terserang meningkat dari tahun ke tahun.  Melanoma Maligna bisa berkembang dari tahi lalat timbul yang sudah ada atau yang baru muncul.
  • 9.  Tanda dan Gejala: Informasi ini sangat penting sekali bagi meraka yang memiliki tahi lalat yang kemudian mengalami perubahan baik warna, ukuran maupun bentuknya. Tahi lalat terkadang terasa gatal dan bila digaruk mengeluarkan darah. Sel kanker ini tumbuh dari melanosit, yaitu sel kulit yang berfungsi menghasilkan zat warna melanin. Kanker ini dicirikan dengan ABCD, yaitu A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan. B= Border atau pinggirannya juga tidak rata. C= Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru. D= Diameternya lebih besar dari 6 mm.
  • 10.  Diagnosa Melanoma Maligna : Penegakan diagnosa sama kanker kulit KSB dan KSS, yaitu dilakukannya tindakan biopsy untuk pemeriksaan dibawah mikroskop.  Therapy dan Pengobatan : Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa. Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker jenis ini adalah pengangkatan secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan di sekitarnya. Jika sel kanker ditemukan menyebar ke kelenjar limfa, maka mau tidak mau kelenjarnya juga diangkat
  • 11. Prinsip Pengobatan Tumor Ganas Kulit : 1. Berusaha untuk mengenali tumor kulit sedini mungkin. 2. Bila kita mencurigai adanya sifat ganas tumor tersebut, maka perlu dilakukan BIOPSIdengan narkosa umum atau regional. Dianjurkan untuk tidak memakai bius lokal dengan cara infiltrasi. 3. Bila keganasan tumor terbukti secara histologik, maka perlu dilakukan “Eksisi luas” dengan mengangkat cukup banyak kulit sehat keliling tumor, yang luasnya tergantung dari jenis tumor ganas kulit tersebut. Sesudah pinggir dan dasar sayatan preparat tersebut oleh PA dinyatakan “bebas tumor”, maka luka ditutup dengan Split Thickness Skingraft/stsg.
  • 12. 4. Bila dicurigai penyebaran ke kelenjar getah bening regional, lakukan biopsi kelenjar yang dicurigai tersebut. Bila ternyata kelenjar tersebut mengandung anak sebar tumor, lakukan “Diseksi KGB Regional” total. Jika ternyata KGB tersebut tidak mengandung anak sebar tumor, maka kita dapat memilih antara 2 alternatif, yaitu : - Melakukan “Diseksi elektif”, atau - Malakukan follow up yang KETAT. 5. Kelainan-kelainan pra kanker sebaiknya diobati secara tepat dan teliti. 6. Pengobatan lainnya seperti Cryo-surgery, Chemo surgery dari MOHS dapat dipakai untuk tumor-tumor kulit yang kecil, hanya pemeriksaan PA dari “pinggir sayatan” dengan cara-cara ini tidak dapat dilakukan. Tetapi pemakaiannya dapat dipertimbangkan pada proses yang sangat diffus, untuk mana cara-cara pengobatan lain tidak mungkin dipergunakan.
  • 13. 7. Radioterapi. 8.Chemoterapi dengan sitostatika dapat dipergunakan dengan topikal (misalnya salp SFU) dan lokal (misal intra arterial infusion dan “perfusi regional”) atau sistemik, bila tumor sangat diffus atau sudah bermetastasis jauh.
  • 14. Pemeriksaan Laboratorium  LaboratoriumTest dan Cuci Darah. Test lab dan pemeriksaan darah membantu mendiagnosa kanker. Sebagian malignasi dapat merubah komposisi atau status hematologic.  Tumor marker merupakan specifik protein, antigens, gens, hormon, dan enzim yang dikeluarkan oleh tumor. Substansi ini terdapat di darah dan dapat membantu memonitor respon tumor terhadap perawatan (Rusdall, 1999).
  • 15.  Diagnosa kanker kulit dibuat dengan biopsi dari lesi-lesi yang dicurigai.  Bila dicurigai adanya melanoma maka biopsi eksisi merupakan metode pilihan sehingga kedalaman lesi dapat diukur.  Pengukuran kedalaman secara langsung ini disebut Level Breslow dan merupakan satu indikasi penentuan prognosis yang penting.  Karsinoma sel basal dan sel skuamosa, pengangkatan melalui pembedahan adalah semua yang diindikasikan dan tidak dibutuhkan pemeriksaan diagnostik lanjutan.  Untuk melnoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin diindikasikan untuk menemukan adanya metastase penyakit. meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan.
  • 16. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian. ⇒ Riwayat.  Biodata merupakan informasi umum tentang siapa klien dan latar belakangnya. Mencakup vital statistic nama lengkap dan alamat,no. telepon, umur, tanggal, dan tempat lahir, jenis kelamin, suku bangsa, agama, bahasa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, juga berkaitan dengan usia dan suku bangsa.  Perawat perlu menanyakan kepada klien mengenai riwayat keluarga yang mengidap kanker kulit dan kemungkinan pembedahan sebelumnya terhadap kulit yang terserang. Terjadi perubahan pada ukuran, timbulnya, kutil atau scar .
  • 17. ⇒ Lokasi geografis tempat tinggal klien. ⇒ Area geografis dimana klien saat ini berdiam. ⇒ Pekerjaan dan aktivitas rekreasi yang berkaitan dengan pemaparan cahaya matahari.  Perawat mengkaji riwayat pekerjaan terhadap paparan carsinogen kimia seperti (seperti : arsenic, coaltar, pitch, sampah radioaktif dan radium).  Perawat juga perlu menanyakan tentang adanya pertumbuhan kulit yang meningkat resiko iritasinya oleh karena gesekan pakaian. (Ignatvicius, 1995).
  • 18. ⇒ Pengkajian fisik / Manifestasi klinis.  Kanker kulit sangat bervariasi jenisnya dan penyebarannya, walaupun sebagian besar dari lesi kanker terjadi pada area yang terpapar matahari. Perawat harus pula menginspeksi permukaan kulit bagian dalam (yang tidak terpapar matahari).  Perawat secara sistematis memeriksa adanya lesi yang tidak umum pada kulit, mole yang tidak biasa, kutil, tahi lalat dan skar.  Area dimana terdapat bulut tubuh seperti kulit kepala, dan genetalia juga perlu dikaji perawat melakukan palpasi untuk menentukan tekstur permukaan dari lesi.  Perawat mendokumentasikan lokasi, ukuran, warna dan karakteriistik permukaan dari lesi demikian pula paparan subyektif yang berkaitan dengan gatal dan kulit yang kasar (Ignativicius, 1995).
  • 19. 1. Karsinoma sel basal. a. Lesi sering diawali sebagai nodul kecil dengan sebuah gulungan, putih seperti mutiara, batas tembus cahaya dengan telangiektasia, krusta, dan kadang ulserasi. b. Tampak paling sering pada kulit yang terpajan matahari, sering pada wajah antara garis rambut dan bibir bagian atas. c. Bila diabaikan, dapat menyebabkan destruksi lokal, hemoragi, dan infeksi jaringan sekitar, menghasilkan gangguan fungsi berat dan kosmetik. 2. Karsinoma sel skuamosa. a. Tampak seperti kasar kemerahan, tebal, lesi bersisik dengan perdarahan dan kesakitan atau mungkin asimtomatik, batas mungkn lebar lebih terinfiltrasi, dan lebih meradang daripada karsinoma sel basal. b. Dapat didahului dengan leukopenia (lesi premalignan membran mukosa) pada mulut atau lidah, keratosa astinik, lesi jaringan parut atau ulserasi. c. Terlihat paling umum pada bibir bawah, tepi telinga, kepala, leher dan punggung tangan.
  • 20. 3. Melanoma Maligna a. Melanoma in situ : fase paling awal, kesulitan untuk mengenalinya karena perubahan klienis minimal. b. Melanoma yang menyebar superfisial (paling umum) sirkular, dengan bagian luar tidak teratur; batas- batasnya datar atau menonjol dan dapat dipalpasi;  mempunyai kombinasi warna corak coklat merah, coklat, dan hitam  bercampur dengan abu-abu, hitam kebiruan, atau putih; mungkin warna  mawar merah muda pada area kecil dalam lesi; terjadi dimana saja pada  tubuh; biasanya mempengaruhi individu usia pertengahan.
  • 21. c. Melanoma nodular, nodul seperti blueberi lonjong dengan permukaan relatif halus dan relatif biru hitam merata, biru abu-abu, atau warna biru kemerahan;  Mungkin polipoidal dan menonjol, dengan permukaan halus pada warna mawar  Abu-abu atua hitam; terjadi paling umum pada torso dan ekstrimitas:  Menginvasi secara langsung ke dalam tepat di bawah dermis (pertumbuhan vertikal) dan oleh sebab itu mempunyai prognosis lebih buruk. d. Lentigo melanoma malignan pertama tampak seperti merah coklat, makula datar; degenerasi malignan dimanifestasikan oleh perubahan warna, ukuran, dan topografi; berkembang lambat; terjadi pada permukaan kulit yang terpajan dari individu pada usia dekade kelima atau keenam.
  • 22. e. Melanoma akrolentiginosa (tidak umum, kecuali pada individu berkulit hitam)  Makula berpigmentasi tidak teratur dengan timbulnya nodul; dapat menjadi invasif dini, terjadi umumnya pada telapak tangan, telapak kaki, bantalan kuku dam jarang pada membran mukosa.  Klien mungkin melaporkan penurunan BB yang tidak terdeteksi, perasaan kurang nyaman, perubahan eliminasi dan fungsi normal yang lain.  Ajarkan klien untuk melaporkan sesegera mungkin adanya tanda peringatan seimbang dengan yang telah diidentifikasikan oleh American Cancer Society.
  • 23. * Akademi Dermatologi Amerika mengembangkan ABCD Formula sebagai petunjuk dalam menentukan lesi mana yang bersifat abnormal guna menjamin investigasi lebih lanjut, ABCD Formula adalah sebagai berikut : - A : Asymetry (A simetris). Setengah bagaian dari lesi kulit tidak bersesuaian dengan yang lain. - B : Border irregularity (batasan yang tidak reguler). Bagian tepi dari lesi kulit seperti kulit kerang atau tidak rata. - C : Color (warna). Pigmentasi yang bervariatif pada lesi. Bayangan coklat kekuningan, coklat dan hitam. Merah, putih dan biru dimungkinkan juga terdapat sebagai penampakan noda. - D : Diameter. Lesi meningkat dalam ukuran atau diameter dari lesi lebih besar dari 6 mm. (Fuller, 2000)
  • 24. ⇒ Pengkajian Sistem. 1. Aktivitas / Istirahat. Gejala : Stress kelelahan ataupun keletihan.  Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur, misalnya : nyeri, ansietas, berkeringat malam. 2. Sirkulasi. Gejala : palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah. 3. Integritas ego.  Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengganti stress (mis : merokok, minum alkohol, menunda cari pengobatan, keyakinan religius).  Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.  Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.  Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
  • 25. 4. Eliminasi.  Gejala : Perubahan pada pola defekasi, mis : darah pada feces, nyeri pada defekasi.  Perubahan eliminasi urinarius, mis : nyeri / rasa terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.  Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi umum. 5. Makanan / Cairan.  Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis : rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, penurunan BB hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot.  Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, oedema. 6. Neurosensori.  Gejala : Pusing, sincope.
  • 26. 7. Nyeri / Kenyamanan.  Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat nyeri bervariasi, mis : ketidak nyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit). 8. Pernafasan.  Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes. 9. Keamanan.  Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan.  Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi. 10. Seksualitas. Gejala : Masalah seksual mis : dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 th, multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital. 11. Interaksi sosial.  Gejala : Ketidak adequatan / kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinaan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
  • 27.  Mengkaji respon emosi dan fisik terhadap penyakit penting pula.  Apakah klien memerlukan bentuan untuk memenuhi kebutuhannya.  Apakah penyakit yang diderita berpengaruh terhadap aktivitas sosial atau harga diri.  Apakah penyait yang diderita mengancam jiwa. Apakah klein merasa cemas atau takut terhadap pengobatan.  Apakah diperlukan konseling rehabilitasi atau perawatan rumah.  Apakah support kelompok tersedia. Apa reaksi anggota keluarga.  Apakah pada klien akan dilakukan hospice care?. (Rushdal, 1999).
  • 28. Diagnosa dan Intervensi keperawatan 1. Resiko Infeksi  Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun: Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi  Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki  Kebiasaan kebersihan diri  Pola tidur  Pola makan  Pola eliminasi  Riwayat & pemeriksaan fisik  Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi, adanya exudat  Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan  Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas  Fungsi pernafasan & suara nafas  Laboratorium: DPL
  • 29. Resiko Infeksi (lanjutan)  Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3  Lindungi klien dari terpaparnya bakteri  Tempatkan klien di ruang isolasi  Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang menginformasikan: pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien  Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per- rektum  Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan perawatan klien
  • 30.  Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis  Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)  Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi  Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3  Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien  Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur  Monitor angka lab neutrofil  Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus, dll)  Monitor perubahan warna urin, sputum & feses  Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik
  • 31. 2. Resiko Cedera: Perdarahan  Lakukan tindakan khusus jika trombosit <>  Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan  Pasang tanda DILARANG injeksi per IM dan pemberian obat aspirin  Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit  Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss  Pasang pembatas tempat tidur  Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari
  • 32. Monitor terjadinya perdarahan  Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan  Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt  Monitor hematokrit & trombosit  Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
  • 33. 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan  Kaji tanda dan gejala anemia  Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>  Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang: meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)  Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.  Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
  • 34.  Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.  Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi  Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen  Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)  Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia  Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-istirahat  Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan kismis
  • 35. 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan  Anjurkan klien untuk minum 3L/hari  Monitor intake-output tiap 4 jam  Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah  Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa  Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program  Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc  Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program
  • 36. 5. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis  Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan tiap 3 jam  Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)
  • 37. 6. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare  Kaji area kulit perineum  Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab  Oleskan anastetik topikal K/P  Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum  Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi  Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening  Diuresis dengan furosemid sesuai dg program  Ukur pH urin (pH > 7)  Cegah dehidrasi dan muntah yang masif  Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari  Monitor hasil lab ureum, creatinin
  • 38. 7. ResikoGangguan Citra Diri akibat Alopesia  Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan  Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh rambut yang baru  Anjurkan klien menceritakan perasaannya  Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang  Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang  Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS  Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll  Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam & topi jika bepergian
  • 39. 8. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi  Bina rasa saling percaya  Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual  Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien  Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual  Alternatif pengekspresian seksual  Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri  Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit  Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya  Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual  Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga  Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya  Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi