1. Materi : Thalak
Sub Materi : Pengertian, Ketentuan dan Hikmah
Thalak
2. Kelompok 6
• Anggota :
• Arni Aprionita (03)
• Hanifah Syarief (08)
• Nila Nahzatul H (20)
• Rismayanti (29)
• Septi Andriani (33)
Kelas : XII AKUNTANSI 3
3. Pengertian Thalak
Kata “thalak” dalam bahasa Arab
berasal dari kata thalaqa-yathalaqu-thalaqa
yang bermakna melepas atau mengurai tali
pengikat. Dalam hubungannya dengan
pernikahan, thalaq berarti lepasnya ikatan
pernikahan dengan ucapan thalaq atau lafal
lain yang dimaksudkan sama dengan thalaq.
4. Fiqih As-Sunnah memberikan definisi thalaq
sebagai berikut:
حُلُّ رَابِطَةٍ الزَّاوَاجِ وَاِنْهَاءُ الْعَل ةَةِ الزَّوْيِ ةََِّ
Rasulullah bersabda:
اَبْغَضُ الْحَـلَلِ اِلَى اللهِ الطَّلَقُ
“Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah
perceraian” (HR Abu Daud dan Hakim)
6. Yang dimaksud melepaskan tali
pernikahan ialah memutuskan ikatan
perkawinan yang dulu diikat oleh aqad
(ijab qabul), sehingga status suami istri
di antara mereka menjadin hilang.
Termasuk hilangnya hak dan kewajiban
sebagai suami istri.
7. Thalaq adalah hak suami, artinya istri tidak bisa
melepaskan diri dari ikatan pernikahan kalau
tidak dijatuhkan oleh suami. Namun sekalipun
suami diberi hak untuk menjatuhkan thalak,
islam tidak membenarkan suami menggunakan
haknya itu dengan sewenang-wenang dan
gegabah, apalagi kalau hanya karena menuruti
hawa nafsunya.
8. Hukum-hukum Thalak
• 1. Wajib, hukum ini diperbolehkan jika thalak itu
dijatuhkan oleh pihak hakam (penengah), karena
perpecahan antara suami istri yang tidak mungkin
disatukan kembali dan thalaq adalah satu-satunya jalan.
• 2. Sunnah, hukum ini diperbolehkan jika thalak itu
disebabkan karena istri mengabaikan kewajibannya
terhadap Allah. Sang istri dikategorikan rusak moralnya,
padahal suami sudah berusaha untuk memperbaikinya.
Menurut ulama, istri seperti itu tidak patut
dipertahankan karena hal itu akan mempengaruhi
keimanan suami dan tidak membuat ketenangan dalam
rumah tangga.
9. • 3. Mubah, hukum ini dibolehkan ketika ada
keperluan seperti jeleknya perilaku istri, buruknya
sikap istri terhadap suami, suami menderita karena
tingkah laku istri dan suami tidak mencapai tujuan
perkawinan karena istri.
• 4. Makruh, dikarenakan thalak itu menghilangkan
perkawinan yang di dalamnya terkandung
kemaslahatan-kemaslahatan yang sunnahkan dan
makruh merupakan hukum asal dari thalak tersebut
• 5. Haram, yaitu thalak tanpa alasan yang benar.
Diharamkan karena menganiaya atau menyakiti istri
yang akhirnya akan merugikan kedua belah pihak.
Tidak ada guna dan kemaslahatan dari thalak ini.
10. Syarat dan Rukun Thalak
Yang dimaksud dengan
rukun thalak adalah unsur-unsur
pokok yang harus ada
dalam thalak dan jatuhnya
thalak tergantung adanya
unsur-unsur tersebut.
11. Rukun thalak ada empat:
1. Suami
Thalak yang dijatuhkan suani dianggap sah jika apabila suami
dalam keadaan berakal, baligh, dan atas kemauan sendiri.
2. Istri
Thalak yang dijatuhkan kepada istri hukumnya sah apabila istri
masih dalam ikatan suami istri secara sah dan istri dalam keadaan
iddah.
12. 3. Shighat Thalak
Shighat thalak ialah kata-kata
yang diucapkan suami terhadap
istrinya yang menunjukkan
thalak, baik secara sharih
(jelas) maupun kinayah
(sindiran), juga bisa dengan
tulisan maupun isyarat.
4. Qashdu (disengaja)
Thalak dipandang sah apabila
ada kesengajaan mengucapkan
thalak unuk maksud menalak.
Oleh karena itu, kesalahan ucap
tidak dipandang thalak.
13. Hikmah Thalak
• 1. Sebagai jalan atau pintu darurat
bagi pasangan suami istri yang
memang tidak mungkin lagi bersatu dalam
ikatan rumah tangga. Bahkan, apabila tidak
menempuh jalan ini, salah satu atau keduanya akan semakin
menderita baik lahir maupun batin.
• 2. Sebagai sarana untuk dapat memilih pasangan hidup
yang lebih baik, cocok dan harmonis dari sebelumnya.
• 3. Sebagai salah satu bentuk pengakuan islam akan
realita kehidupan dan kondisi kejiwaan yang mungkin
berubah dan berganti.
14. • 4. Dilihat dari segi kejiwaan, perceraian
merupakan salah satu obat sakit mental, sebab
pasangan suami istri yang tidak harmonis
memudahkan timbulnya penyakit mental atau
kejiwaan.
• 5. Akan membawa seseorang sadar bahwa
hidup berumah tangga sangat rentang dari
gangguan pihak lain. Tidak bisa masing-masing
pihak bersikeras atas kemauannya sendiri.
• 6. Membuat seseorang menjadi sabar dan
mawas diri bahwa semua tata kehidupan di dunia
pada dasarnya atas kehendak Allah.