Tiga kalimat:
Jurnal ini membahas hubungan antara spiritualitas dan reaksi terhadap bencana. Penelitian menemukan bahwa agama dan kepercayaan dapat memoderasi dampak negatif bencana terhadap kesejahteraan individu. Profesional kesehatan mental disarankan untuk mengintegrasikan perawatan spiritual dalam membantu korban bencana.
1. 1.1.Judul
Psikologi bencana berorientasi spiritual
1.2.Penulis
Jamie d. Aten ( wheaton college )
Glen milstein ( the city of new york )
David boan and alice schruba ( wheaton college )
Spiritually in clinical practice 2014, vol 1, no 1, 20-28
1.3.Abstrak
Menurut Ronan dan Johnston (2005) jumlah orang yang akan mengalami
bencana akan dua kali lipat pada 2050 dari satu miliar orang untuk dua miliar orang.
Sejak tahun 1985 telah terjadi peningkatan hampir 400% dalam bencana alam global
(Pusat Riset Epidemiologi Bencana, 2007). Para peneliti mengelola global laporan
basis data terorisme peningkatan serupa dalam acara teroris selama dekade terakhir,
dengan hampir 5.000 kejadian per tahun. Beberapa bencana terburuk, seperti Badai
Katrina, Haiti Gempa, Tsunami Jepang, dan Filipina Topan terjadi dalam dekade
terakhir saja. Bencana menjadi lebih kompleks, dengan bencana primer (misalnya,
gempa) sering memicu bencana sekunder (misalnya, krisis nuklir). Penelitian
menunjukkan bahwa bencana sering meninggalkan signifikan psiko logis dan spiritual
“jejak” pada masyarakat yang terkena dampak. Dengan demikian, tujuan dari artikel
ini adalah untuk memperkenalkan pembaca untuk penelitian empiris pada psikologi
agama / spiritualitas dan bencana serta untuk memperkenalkan kerangka kerja untuk
psikologi bencana berorientasi spiritual.
Selama dekade terakhir semakin banyak peneliti mempelajari potensi manfaat
dan kelemahan iman pada individu dan nities tual menghadapi bencana. Penelitian ini
telah mulai untuk menjelaskan hubungan antara agama dan spiritualitas dan bencana
hasil kesehatan mental. Kami sekarang meninjau kapal ini hubungan-dan potensi
mereka untuk meningkatkan perawatan kesehatan mental.
1.4. Latar belakang
Spiritual pada penelitian ini sangat dikaitkan dengan reaksi bencana, dan
menghubungkan kegagalan manusia dan mencoba menemukan reaksi untuk bencana
yang dialami. Tekanan psikologis para korban yang selamat dari bencana itu ada
yang mengarah pada agama negative dan agama positif, dan hubungan religiusitas
sangat membantu kerusakan psikologis yang terjadi pada korban bencana alam,
2. mereka lebih bisa menemukan potensi keagamaan pada diri mereka disaat menerpa
bencana.
Dalam keadaan yang sulit seperti tertimpa bencana itu secara tidak langsung
mereka terpapar dengan kondisi yang traumatis dan disaat yang bersamaan pula
mereka merasakan kenyamaan dengan adanya penyangga yaitu spiritual/religiusitas.
Tidak hanya psikologis mereka yang terganggu namun juga keadaan fisik mereka
yang membuat mereka kehilangan sumber daya dan lain sebagainya, oleh karena itu
diadakannya perawatan emosional untuk korban bencana dengan cara menanamkann
sikap religiusitas dan untuk ketahanan diri dari traumatik pasca bencana, bencana juga
menciptakan transformasi psikologis dan spiritual dalam kehidupan mereka
mendatang jika mereka menganggap negative keagamaan itu akan membuat mereka
merasa lebih parah tingkatan trauma yang mereka alami tetapi jika mereka
menganggap positif terhadap bencana itu sendiri judtru mereka akan menemui
kemudahan dalam menghadapi trauma yang mereka alami pasca bencana.
Perawatan emosional juga menerjunkan anggota yang sudah profesional dari
sebuah organisasi kesebuah daerah yang terkena bencana para anggota tertarik untuk
melakukan perawatan spiritual itu. Para profesional kesehatan dalam perawatan
emosional ini bergabung dengan komunitas lain untuk membantu mengembangkan
dan menyempurnakan pesan dan mengatur proses pemulihan korban bencana dengan
tema spiritual dan religiusitasnya dalam pengobatan.
Ada beberapa perseorangan yang menciptakan alat komunitas kesiapsiagaan
untuk bencana yang akan datang serta berbagi informasi antar anggota komunitas ini.
1.5. Teori
Dalam jurnal penelitian ini kami menemukan bahwa ada beberapa teori yang ada di
dalam jurnal penelitian ini :
a. Teori hierarki kebutuhan maslow
Para korban bencana mengalami trauma yang sangat parah sehingga mereka
membutuhkan salah satu kebutuhan akan rasa aman. Mereka selalu merasa was-
was akan adanya bencana yang akan mendatang mereka merasa diri mereka tidak
nyaman dalam keadaan tersebut
b. Teori perilaku
dalam teori ini perilaku kecemasan berasal dari respon terhadap stimulus dan
waktu yang cukup lama dan mengembangkan respon kondisi untuk stimulus
3. penting. Perilaku yang mereka tunjukkan kepada setiap orang menunjukkan
bahwa mereka tidak baik-baik saja
c. Teori emosi
Didalam ini terdapat beberapa tingkatan emosi
1. Perasaan tingkat sensoris; perasaan visual indrawi berhubungan dengan fisik
manusia seperti pada korban bencana yang mengalami kerusakan fisik akibat
bencana yang datang
2. Perasaan jasmaniah; seperti keadaan suhu badan yang memperngaruhi
keadaan fisik seperti halnya pada bencana gempa yang menyebabkan
kelelahan korban bencana sehingga membuat korban tidak lagi mampu
bangkit
3. Perasaan kejiwaan; perasaan yang berhubungan dengan keadaan hati yang
memuculkan emosi jiwa, misalnya bersedih yang mendalam, dan
4. Perasaan kepribadian; perasaan yang berhubungan dengan citra diri, harga diri
dan keseluruhan normatif kejiwaan.
1.6. Alat ukur
1.7. Procedure
Peneliti melakukan penerjunan langsung ke lapangan serta menemukan
beberapa organisan dan komunitas yang ikut membnagu dalam bencana tersebut
1.8. Metode
Kualitatif; karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu
fenomena ataupun gejala. Karena penelitian meneliti kondisi dalam objek yang
alamiah yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi Pada saat
meneliti memasuki objek.
1.9.Hasil penelitian
Hubungan antara spiritual dan reaksi terhadap bencana. Penelitian menemukan
sebagian besar korban menghubungkan bencana teknis ini dengan kegagalan manusia
bukan terhadap tuhan, serta menemukan sebagian reaksi serupa untuk bencana buatan
manusia dalam studi mereka tentang korban selamat dari peristiwa bencana.
Mereka menemukan bahwa tingkat meningkat kerugian sumber daya terkait dengan
hal yang lebih negatif konsep tuhan, agama dan spiritualitas bisa memoderasi dampak
bencana terhadap kesejahteraan individu. Penelitiian ini menunjukkan bahwa agama
4. dan spiritualitas melayani penyangga untuk efek merusak yang potensinya dari
bencana atau berkontribusi terhadap psikologis tertekan setelah bencana.
Sebagian besar penelitian ini bersifat korelasional. Kemungkinan besar, untuk
mendasari faktor mental kesehatan atau kepribadian di tempat bencana dan
penanganan agama serta tanggapan orang terhadap kejadian kehidupan seperti
bencana alam itu signifikan.
1.10. Diskusi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa banyak orang yang selamat dalam
bencana, agama dan spiritualitas yang bermain peran penting dalam proses
pemulihan. Adapun tujuan dari penelitian ini meninjau beberapa penelitian terkini
tentang psikologi agama atau spiritualitas. Para profesional kesehatan mental yang
bekerja dengan korban bencana memiliki potensi untuk memfasilitasi individu dan
penyembuan masyarakat pasca bencana dengan mengintegrasikan perawatan spiritual
dengan baik. Saat seorang yang profesional kesehatan mental itu mengambil
pendekatan mikro dan makro terhadap pekerjaan mereka, mereka memilih posisi yang
baik untuk memberikan yang lebih peduli. Kemudian memberikan perawatan rohani
ke dalam mental para korban bencana, layanan kesehatan juga akan lebih baik
diposisikan untuk mendorong kesiapan komunitas adaptif aktivitasdan tanggapan
yang akan di promosikan perawatan rohani dan emosional bencana.
1.11. Limitation
Dalam penelitian ini kami sangat bingung karena tidak hanya satu temoat yang
di tuju untuk jurnal ini
1.12. Future study
Harapan kami untuk artikel ini kedepannnya yaitu meningkatkan minat
penelitian perawatan spiritual dan emosional bencana.