1. PENDAHULUAN
Pubertas adalah umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan berkembang. Pubertas tidak menandakan kapasitas reproduksi yang
normal dan sempurna. Pubertas pada hewan jantan ditandai dengan kesamgupan
berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan alat
kelamin sekunder. Sedagkan pada hewan betina ditandai dengan adanya estrus
dan ovulasi. Pubertas terjadi sebelum dewasa tubuh tercapai, sehingga hewan
muda harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Estrus dan ovulasi pertama pada hewan betina disertai oleh kenaikan ukuran dan
berat organ reproduksi secara cepat.
Pertumbuhan dan perkembangan organ-organ kelamin betina sewaktu
pubertas dipengaruhi oleh hormon GONADOTROPIN dan hormon-hormon
gonadal (tertosteron dan estrogen). Hormon Folikel Stimullating Hormon (FSH)
pelepasannya dalam darah menyebabkan pertumbuhn Folikel – Folikel Ovarium.
Ketika Folikel tumbuh, matang dan berat ovarium meninggi, maka estrogen
dilepaskan ke aliran darah oleh ovarium yang menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangn saluran kelamin betina. Folikel yang matang akan dilepaskan dan
terjadi ovulasi, hal ini dibawah pengaruh Hormon LH (Lutainizing Hormon).
Siklus estrus sangat berpengaruh dalam reproduksi ternak, didalam siklus
esterus dapat diketahui fase-fase yang dapat menentukan kapankah waktu
perkawinan atau inseminasi dilakukan pada betina. Siklus estrus merupakan
interval antara timbulnya suatu periode berahi ke permulaan periode berahi
berikutnya pada hewan ternak yang memiliki pola yang khas pada betina yang
tidak bunting. Interval-interval ini disertai perubahan fisiologik di dalam saluran
betina.
Siklus estrus erat kaitannya dengan reproduksi dan merupakan hal yang
sangat penting dalam kelangsungan hidup ternak. Dalam makalah akan dibahas
berbagai macam penjelasan tentang siklus estrus agar pembaca dapat mengetahui
tahapan-tahapan siklus estrus, bagaimana siklus estrus bekerja, dan gejala yang
terjadi pada ternak saat mengalami estrus.
2. Ovulasi adalah proses terlepasnya sel ovum dari ovarium sebagai akibat
pecahnya folikel yang telah masak. Waktu yang dibutuhkan oleh seluruh proses
ovulasi tergantung pada lokasi sel telur dalam folikel. Waktu ovulasi akan singkat
apabila sel telur berada di dasar folikel dan akan lama apabila sel telur berada
dekat pada stigma yang menonjol dipermukaan ovarium.
3. PEMBAHASAN
1. PUBERTAS
Pengertian Dan Tanda-Tanda Pubertas
Pubertas didefinisikan sebagai umur pada saat estrus pertama kali yang
disertai ovulasi. Pubertas terjadi ketika gonadotropin dihasilkan oleh hypopysis
anterior dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk menginisiasi pertumbuhan
folikel dan ovulasi. Pertumbuhan folikel dapat dideteksi beberapa bulan sebelum
pubertas (Anonim., 2004).
Sejumlah faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang menonjol pada
umur saat pubertas. Pada umumnya setiap faktor yang mengurangi kecepatan
pertumbuhan, dengan demikian mencegah ekspresi potensial genetik akan
menunda pubertas. Faktor lingkungannya seperti makanan, kesehatan, sanitasi,
umur, temperatur, hereditas, tingkat pelepasan homon, berat, dan lain sebagainya
(Anonim., 2004).
Umur dan berat pada saat pubertas dipengaruhi oleh berbagai faktor
genetik. Rata-rata umur pada saat pubertas adalah 4-7 bulan pada babi, 7-10 bulan
pada domba, 8-11 bulan pada sapi, 15-24 bulan pada kuda. Berat badan ras-ras
dalam satu spesies tertentu tergantung pada ukuran dewasa ras tersebut.
Pubertas normalnya dicapai pada umur 7-12 bulan atau dengan kata lain 2-
3 bulan sesudah betina mencapai berat badan dewasa. Jenis anjing kecil
pubertasnya lebih awal dari jenis besar, sebab berat badan dewasa dicapai umur
lebih awal. Anjing betina memsuki pubertas bebrapa bulan sebelum anjing jantan.
Pada anjing beagle umur estrus pertama rata-rata kurang lebih 15 hari (Junaidi.,
2001).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Induk jantan
dapat mempengaruhi waktu estrus pertama kali pada anak betinanya. Anjing yang
hidup bebas dan anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara
seksual lebih awal dewasanya daripada anjing yang di kennel (Junaidi., 2001).
4. Faktor-Faktor Perangsang Hypotalamus Melepaskan Gonadotropn Ke
Aliran Darah
Umur dan berat badan pada pubertas
Berat dewasa hampir tercapai maka kecepatan pertumbuhan mulai
menurun. Artinya : Keseimbangan antara pengeluaran GONADOTROPIN
dan hormon pertumbuhan oleh elenjar ADENOHIPOPHYSA.
Umur dan berat hewan
Umur dan berat badan sewaktu timbulnya pubertas berbeda-beda menurut
spesies. Umur ternak betina pubertas :
* Kuda : 10 s/d 24 bulan (rata-rata 18 bulan)
* Saapi eropa : 6 s/d 18 bulan
* Sapi Brahman (Zebu) : 12 s/d30 bulan
* Kerbau : 2 s/d 3 bulan
* Domba : 6 s/d 12 bulan
* Babi : 5 s/d 8 bulan (rata-rata 6 bulan)
Faktor yang Mempengaruhi Pubertas dan Musim Kawin Pada Jantan dan
Betina
Faktor yang menpengaruhi pubertas :
Musim
Musim sangat mempegaruhi pada alat reproduksi hewan tersebut. Contoh :
biasanya ternak partus pada musim semi, karena untuk menjaga kesehatan
pedet dan induknya serta ketersediaan pakan akan tercukupi.
Suhu
Masa pubertas juga dipengaruhi oleh suhu. Suatu lingkungan dengan suhu
ideal akan sangat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan suatu
ternak terutama pada masa-masa pubertasnya. Suhu yang terlalu dingii atau
terlalu panas (tidak normal) akan menggangu hal tersebut di atas.
Makanan
Jika pakan yang diberikan atau makanan yang diperoleh oleh tenak baik itu
jumlah maupun kualitasnya baik maka sangat ternak tersebut. Dengan
demikian perkembangan reproduksi mulai dari dari pubertas hingga dewasa
penuh juga berkembang dengan baik.
5. Faktor-faktor genetic
Ini merupakan sifat keturunan yang dibawa oleh pedet yang bersangkutan dar
induknya. Bila induknya cepat pubertas maka anaknya juga biasanya cepat
mengalami pubertas.
Musim Kawin (Breeding Season)
Musim kawin juga mempengaruhi pubertas. Ketika musim kawin terjadi
banyak ternak yang terangsang baik itu yang sudah dewasa maupun yang belum
dewasa sekalipun. Sehingga kondisi tersebut dapat mempercepat pubertas pada
ternak yang belum dewasa terutama dewasa kelaminnya. Faktor yang
mempengaruhi musim kawin antara lain :
Lamanya siang hari
Biasanya ternak akan sering ovulasi pada malam hari, sehingga pada siang
hari pada siang hari sebelumnya ternak tersebut menunjukkan tanda-tanda
birahi yang dapat merangsang pejantan untuk mengawininya.
Suhu
Ternak akan memilih suhu ideal untuk melakukan perkawinan. Suhu yang
sangat panas akan menghambat/mempengaruhi tingkat kawin dari suatu
ternak.
Mekanisme Hormonal
Sistem kerja hormon yang normal atau tidak mengalami gangguan akan
mempengaruhi keinginan kawin dari ternak. Bila mekanisme hormonal ini
terganggu maka akan menghambat sekresi dari hormon-hormn tersebut
sehingga akan mengurangi keinginan kawin dari ternak yang bersangktan.
Faktor - faktor lain :
Contoh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi antara lain :
Jenis ternak yang dipelihara jantan semua atau betina semua, pemeliharan jantan
dan betina yang digabung dalam satu kandang (dicampur) dan lain-lain.
2. ESTRUS/BIRAHI
Pengertian Siklus Estrus
6. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima
pejantan untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu
periode estrus kepermulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus.
Saluran reproduksi hewan betina akan mengalami perubahan-perubahan pada
interval-interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara langsung oleh hormon-
hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon adenohipofise.
Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi
tiga golongan. Golongan pertama,hewan monoestrus yaitu hewan yang hanya satu
kali mengalami periode estrus per tahun, contohnya beruang, srigala, dan
kebanyakan hewan liar. Golongan kedua, hewan poliestrus yaitu hewan-hewan
yang memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun, contohnya sapi,
kambing, babi, kerbau dan lain-lain. Golongan ketiga, hewan poliestrus bermusim
yaitu hewan-hewan yang menampakkan siklus estrus periodik hanya selama
musim tertentu dalam satu tahun, contohnya domba yang hidup di negara dengan
empat musim.
Periode Siklus Estrus
Menurut perubahan-perubahan yang terlihat maupun yang tidak terlihat
selama siklus estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat periode
yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan diestrus.
Proestrus
Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu
periode pada saat folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan
menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah. Sistem
reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium.
Folikel atau folikel-folikel (tergantung spesiesnya) mengalami pertumbuhan yang
cepat selama 2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya cairan
folikuler yang berisi hormon estrogenik.
Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan merangsang
saluran reproduksi untuk mengalami perubahan-perubahan. Sel-sel dan lapisan
bersilia pada tuba falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami
vaskularisasi, epitel vagina mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta
serviks mengalami elaksasi secara gradual. Banyak terjadi sekresi mukus yang
7. tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina bagian anterior, dan kelenjar-
kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan dari mukus yang lengket
dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir proestrus berubah
lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung pada vulva.
Corpus luteum dari periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan
pengecilan secara cepat.
Estrus
Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan
penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina
akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi
matang dan membesar, estradiol yang dihasilkan folikel de Graff akan
menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi yang maksimal.
Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH dan
meningkatka LH dalam darah.
Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan yaitu menegang,
berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi cairan bertambah.
Ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de Graff untuk menangkap
ovum matang. Uterus akan berereksi, tegang, dan pada beberapa spesies akan
mengalami oedematus. Suplai darah meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan
lendir disekresikan. Serviks mengendor, agak oedematus, dan sekresi cairanya
meningkat. Mokosa vagina sangat menebal, sekerinya bertambah, epitel yang
berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua spesies,
pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang bening dan
transparan seperti seutas tali menggantung pada vulva. Pada akhir estrus terjadi
peningkatan leukosit yang bermigrasi ke lumen uterus.
Metestrus
Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai dengan
pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah
pecah di bawah pengaruh LH. Metestrus sebagian besar berada di bawah
pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan korpus luteum. Kehadiran
progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan
folikel dan estrus tidak terjadi.
8. Pada periode ini, uterus mengadakan persiapan untuk menerima dan
memberi makan embrio. Pada awal postestrus, epitelium pada karunkula uterus
sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler yang menyebabkan terjadinya
pendarahan. Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari
kelenjar-kelenjar endometrium. Pada pertengahan sampai akhir metestrus, uterus
agak melunak karena otot-ototnya mengendor. Apabila tidak terjadi kebuntingan
maka uterus dan saluran reproduksi yang lain akan beregresi kekeadaan kurang
aktif.
Diestrus
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-
ternak mamalia. Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron
menjadi dominan. Endometrium menebal, kelenjar uterina membesar, dan otot
uterus menunjukkan peningkatan perkembangan. Perubahan ini ditunjukkan untuk
mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi kebuntingan. Kondisi ini akan
terus berlangsung selama masa kebuntingan dan korpus luteum akan
dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan.
Serviks menutup rapat untuk mencegah benda-benda asing memasuki lumen
uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta lendirnya mulai kabur dan lengket.
Apbila tidak terjadi kebuntingan, maka endometrium dan kelenjar-kelenjarnya
beratrofi atau berregresi keukuan semula. Folikel-folikel mulai berkembang dan
akhirnya kembali ke fase proestrus.
Pada beberapa spesies yang tidak termasuk golongan poliestrus atau
poliestrus bermusim, setelah periode diestrus akan diikuti anestrus. Anestrus yang
normal akan diikuti oleh proestrus. Secara fisiologis, aneastrus ditandai oleh
ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus fisiologis
dapat diobservasi pada negara-negara yang mempunyai 4 musim, yaitu musim
semi dan panas pada domba serta selama musim dingin pada kuda. Selama
anestrus, uterus kecil dan kendor, mukosa vagina pucat, lendirnya jarang dan
lengket, serta serviks tertutup rapat dengan mukosa yang pucat. Aktivitas folikuler
dapat terjadi dan ovum dapat berkembang tetapi tidak terjadi pematangan folikel
dan ovulasi.
9. Pembagian yang lain berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh
hormon maka siklus estrus dibedakan menjadi fase folikuler atau estrogenic
(meliputi proestrus dan estrus), serta fase luteal atau progesteronik (meliputi
metestrus dan diestrus).
Fase Luteal
Pada ovarium didapatkan corpus luteum yang aktif, corpus luteum telah
berkembang dan progesterone merupakan hormone yang dominan. Pada domba
dan kambing berlangsung selama 14-15 hari, sedangkan pada sapi dan babi 16-17
hari.
Fase Folikuler
Fase ini dimulai dari regresi corpus luteum sampai terjadinya ovulasi. Pada
domba dan kambing 2-3 hari, sedangkan pada sapi dan babi 3-6 hari.
Pengaturan Hormonal pada Siklus Estrus
Pada dasarnya, pola siklus estrus sama tetapi berbeda antar spesies. Siklus
estrus secara langsung diatur oleh hormon-hormon tetapi secara tidak langsung
oleh hormon adenohipofise. Pengaturan hormon pada siklus estrus tergantung
sirkulasi hormon di dalam pembuluh darah hewan betina dan reaksi organ target
dari hormon yang bersangkutan.
Sapi
Pengaturan hormonal diawali oleh hormon hipotalamus yaitu GnRHyang
disekresikan oleh hipotalamus akan menstimuli FSH dan LH dilepaskan dari
adenohipofise, selama proestrus terjadi peningkatan, mencapai puncaknya pada
fase estrus, dan akhirnya menurun pada akhir metestrus. Pada periode diestrus
akan tetap rendah sampai periode proestrus.
Hormon-hormon hipofise yang ikut dalam pengaturan siklus estrus
adalah FSH dan LH. FSH dihasilkan oleh adenohipofise akan merangsang
perkembangan folikel pada ovarium yang akhirnya mengasilkan estrogen. FSH
ada di dalam darah dan jumlahnya meningkat pada hari ke-4 sampai hari ke-6,
akan terus meningkat dan merangsang perkembangan folikel sampai terjadinya
ovulasi. Hormon lainnya adalah LH yang menyebabkan ruptur (pecah) folikel dan
10. memulai perkembangan korpus luteum. LH mencapai puncaknya pada awal estrus
dan ovulasi akan terjadi 30 jam kemudian. Konsentrasi GnRH, FSH, dan LH.
Dua hormon ovarium yang langsung mengatur siklus estus adalah estrogen
dan progesteron. Estrogen dihasilkan oleh folikel yang sedang tumbuh akbatnya
rangsangan FSH. Perubahan konsentrasi estrogen sesuai dengan perkembangan
folikel dan mencapai puncaknya pada awal estrus. Estrogen menyebabkan libido
hewan menjadi kelihatan dan organ-organ reproduksi mempersiapkan terjadinya
konsepsi.
Progsteron dihasilkan oleh sel-sel luteal dari korpus luteum yang mulai
berfungsi pada hari ke-3 sampai ke-4 siklus estrus dan mulai meningkat dalam hal
konsentrasi dan reproduksi sampai pada hari ke-8 siklus. Konsentrasi progesteron
akan bertahan sampai hari ke-16, pada saat korpus luteum mulai mengalami
regresi sehingga konsentrasi progesteron sangat menurun. progesteron akan tetap
dipertahankan dan berfungsi apabila terjadi kebuntingan pada ternak.
Domba
Pengaturan hormon selama siklus estrus hampir sama dengan pengaturan
hormon pada sapi. Perbedaan terdapat pada lamanya siklus estrus yang lebih
pendek (16—17 hari) tetapi periode estrus lebih panjang (30 jam) dan ovulasi
terjadi 24—27 jam setelah awal estrus. Korpus luteum ada sejak hari ke-4 sampai
hari ke-14. Konsentrasi progesteron meningkat pada hari ke-3 sampai hari ke-11.
Babi
Satu periode siklus estrus pada babi menghasilkan ovum matang dalam
jumlah banyak (12—20) kemudian diovulasikan. Pengaruh FSH berlangsung
selama 5—6 hari sampai folikel menjadi matang, kemudian pengaruh LH
menyebabkan terjadinya reptur ovum yang matang. Ovulasi terjadi 35—40 jam
setelah awal estrus dan konsentrasi LH mencapai puncaknya. Ovum yang pecah
akan membentuk korpus luteum. Sel-sel luteal akan menghasilkan progesteron
yang mencapai puncaknya pada pertengahan siklus dan menurun pada hari ke-15
dab 16 siklus.
Kuda
Pada kuda sering mengalami periode anestrus pada musim dingin. Periode
estrus dapat berlangsung 5—7 hari terutama setelah anestrus musim dingin.
11. Perilaku birahi pada kuda berbeda dengan ternak lain, yaitu lambat laun
meningkat intensitasnya dalam beberapa hari. Fase perkembangan folikel
berkepanjangan, sekresi FSH mempunyai dua puncak dan puncak yang kedua
tercapai pada hari ke-15 siklus dan kadang-kadang terjadi ovulasi. Puncak
konsentrasi FSH yang pertama terjadi pada hari ke-7 siklus dan akan tetap
meningkat telah terjadi ovulasi. Ovulasi terjadi 24—48 jam sebelum akhir estrus.
Pada ternak lain, konsentrasi LH mencapai puncaknya yang tajam sebelum
ovulasi menjelang estrus. Pada kuda, konsentrasi LH naik secara perlahan dan
membentang eaktu ovulasi, mencapai puncaknya setelah ovulasi terjadi.
Gejala Estrus
Bila perkawinan tidak diikuti perubahan, mamalia betina dengan siklus
reproduksi yang normal akan mengalami rangkaian perubahan ovarium yang
berulang termasuk sekresi hormon yang berpengaruh terhadap perilaku kelamin
dan saluran reproduksi. Panjang siklus estrus dan lamanya birahi bervariasi antar
jenis hewan.
Sapi
Siklus estrus pada sapi, panjangnya 20 hari untuk sapi dara dan 21—22 hari
untuk sapi dewasa, dengan kisaran 18—24 hari. Fase luteal siklus berlangsung 17
hari dan fase folikuler 3—4 hari. Lama birahi berlangsung 12—28 jam, cenderung
lebih singkat pada musim dingin dan laktasi yang berat. Pada saat estrus menjadi
tidak tenang, kurang nafsu makan, kadang-kadang menguak, dan memisahkan diri
untuk mencari pejantan. Sapi tersebut akan diam bila dinaiki betina lain dan
mencoba menaiki betina-betina lain, serta mengangkat dan menggoyangkan
ekornya. Sapi betina juga akan diam menerima pejantan untuk kopulasi. Vulva
sapi yang sedang estrus akan membengkak, memerah, dan mengeluarkan sekresi
mukus transparan (terang dan tembus) yang menggantung. Kadang-kadang
vulvanya akan diciumi oleh betina lain.
Domba
Pada domba, siklus estrus panjangnya mencapai 14—20 hari dengan rata-
rata 16,5 hari. Fase luteal berlangsung selama 14 hari dan fase folikuller 3—4
hari. Panjang periode birahi 30—36 jam dan ovulasi terjadi 12—24 am sebelum
12. berakhirnya estrus. Domba yang birahi akan mendekati dan memperhatikan
pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya, menggesek-gesekkan leher dan
badannya ke tubuh pejantan, berjalan mengelilingi pejantan, dan menciumi alat
genetalia pejantan. Akhirnya akan diam bila dinaiki pejantan untuk perkawinan.
Vulva domba yang estrus tidak oedematus dan tidak mengeluarkan lendir.
Babi
Lama siklus birahi pada babi adalah 18—24 hari dengan rata-rata 21 hari.
Fase estrus rata-rata berlangsung selama 2—3 hari dan ovulasi terjadi 30—40 jam
pada awal estrus. Fase estrus lebih lama pada babi akan berdiam diri, tegak, kaku,
dan mengambil posisi kawin bila disentuh atau ditekan punggungnya oleh dagu
pejantan atau tangan pekerja. Babi yang sedang estrus sering mengeluarkan suara-
suara singkat dan rendah, nafsu makannya hilang, serta akan memisahkan diri dari
kelompoknya untuk berkelana mencari pejantan. Vulvanya mengalami
pembengkakkan tetapi tidak mengeluarkan lendir selama estrus.
Kuda
Panjang siklus estrus pada kuda rata-rata adalah 21 hari. Lama siklus akan
bertambah lama apabila ada siklus yang lowong akibat musim dingin. Rata-rata
panjangnya fase estrus adalah 5,5 hari. Betina yang seang birahi akan membiarkan
pejantan menciumi dan menggigit tanpa perlawanan, sering mengangkat ekor,
merentangkan kaki, dan merendahkan punggungnya. Seperti ternak lain, kuda
akan diam berdiri bila dinaiki pejantan untuk kopulasi. Bibir vulva membengkak
dan sebagian terkuak. Leleran dalam jumlah sedikit akan keluar dari vulva.
3. OVULASI
Ovulasi adalah lepasnya sel telur atau oosit dari rangkaian folikelnya dan
meninggalkan ovarium. Proses ini terjadi setelah hewan mencapai dewasa
kelamin. Pada multipara diovulasikan lebih dari dua sel telur, bahkan seperti pada
babi bias mencapai 10-25 sel telur. Ada pula jenis hewan seperti Armadillo, pada
satu kali ovulasi melontarkan sel telur dua buah, tetapi jumlah anak yang
dilahirkan berkisar 4-6 ekor. Peristiwa ini disebut poliembrionik.
Berdasarkan kejadiannya, ovulasi terbagi atas :
13. Ovulasi spontan, artinya ovulasi terjadi tanpa memerlukan rangsangan
terlebih dahulu seperti oleh kopulasi.
Ovulasi dirangsang, artinya ovulasi terjadi apabila adanya rangsangan
Ovulasi terjadi secara berkala dan teratur yaitu sekali dalam satu siklus
estrus. Terjadinya ovulasi disebabkan oleh akibat-akibat setempat dalam ovarium
dan pengaruh hormonal.Pada permulaan siklus birahi, sejumlah folikel mulai
tumbuh di bawah pengaruh hormone FSH. Selama petumbuhan folikel, sel-sel
folikel dan sel-sel teka terbentuk. Sel ini menghasilkan estrogen yang merangsang
kelenjar hipofisa menghasilkan LH. Hormon ini diperlukan untuk pelepasan oosit
(ovulasi).
Pada hari terakhir sebelum ovulasi, folikel de Graaf tumbuh membesar
dengan cepat dibawah pengaruh FSH dan LH. Folikel de Graaf ini melekat ke
permukaan ovarium, sehingga permukaan di tempat itu menonjol dan jaringan
ovarium menjadi meregang dan menipis. Pada puncak penonjolan tersebut tampak
suatu titik tanpa pembuluh darah, disebut stigma. Cairan folikel yang mengisi
antrum folikuli mencapai maksimal, sehingga sel telur bebas bergerak di
dalamnya.
Sebagai akibatnya terjadilah tekanan yang meregang di dalam cairan folikel,
sehingga folikel itu pecah disertai dengan perobekan pembuluh darah di sekitar
folikel. Akibatnya cairan darah masuk ke dalam cairan folikel.
Sel-sel yang tertinggal di dinding ovarium yang pecah mendapat darah dari
pembuluh-pembuluh darah di sekitarnya. Dibawah pengaruh LH, sel-sel ini
membentuk korpus luteum dan menghasilkan progesteron. Hormon progesterone
bersama-sama dengan estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel teka dan jaringan
ovarium menyebabkan mukosa uterus masuk dalam fase progesterone.
Apabila tidak terjadi pembuahan, korpus luteum mencapai puncak
perkembangannya kira-kira beberapa hari setelah ovulasi. Korpus luteum
mengecil karena mengalami degenerasi, membentuk masa jaringan fibrotik,
disebut korpus albikan.
Apabila terjadi pembuahan, korpus luteum berkembang membentuk korpus
luteum graviditum yang mencegah terjadinya degenerasi pada korpus luteum
14. kahamilan ini adalah hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblas
embrio yang sedang tumbuh.
Frekuensi ovulasi dari ovarium kiri dan kanan berbeda. Pada babi, yang kiri
lebih aktif 60%; pada kuda, yang kiri 61%; pada domba, yang kanan 52-59%;
pada sapi, yang kanan 60-65%. Terjadinya ovulasi pada hewan bervariasi. Ada
yang beberapa jam setelah timbul birahi, beberapa jam setelah kopulasi, beberapa
jam sebelum periode birahi berakhir atau beberapa jam setelah periode birahi
berakhir.
15. PENUTUP
Kesimpulan
Pubertas adalah umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan berkembang. Pubertas tidak menandakan kapasitas reproduksi yang
normal dan sempurna. Pubertas pada hewan jantan ditandai dengan kesamgupan
berkopulasi dan menghasilkan sperma disamping perubahan-perubahan alat
kelamin sekunder. Sedagkan pada hewan betina ditandai dengan adanya estrus
dan ovulasi.Pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor musim, suhu,
makanan dan faktor genetik.
Estrus adalah periode saat ternak betina siap menerima pejantan untuk
melakukan perkawinan Interval waku antara timbulnya satu periode estrus ke
permulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus/siklus birahi. Siklus
estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu : proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus.
Pembagian berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon, siklus
estrus dibedakan menjadi dua fase yaitu :
Folikuler atau estrogenic
Fase folikuler atau estrogenik adalah fase terjadinya perkembangan folikel
menjadi matang dan siap di ovulasikan dan pengaruh hormon estrogen menjadi
dominan, fase ini meliputi proestrus dan estrus.
Luteal atau progestational
Fase luteal atau progestational adalah fase terjadinya pembentukan korpus
luteum setelah terjadinya ovulasi dan pengaruh hormon progesteron menjadi
dominan, fase ini terjadi dari metestrus dan diestrus.
Perubahan-perubahan yang terlihat maupun yang tidak terlihat terjadi pada
siklus estrus. Perubahan yang dapat dilihat adalah terjadinya perubahan kelakuan
atatu perilaku betina yang memasuki periode estrus. Perubahan yang sama pada
setiap hewan adalah betina akan berdiam diri bila dinaiki pejantan untuk kopulasi.
Perubahan yang tidak terlihat adalah terjadinya perubahan-perubahan pada
ovarium dan saluran produksi hewan betina. Perubahan yang terjadi pada saluran
16. reproduksi adalah perubahan dalam rangka mempersiapkan apabila terjadi
kebuntingan.
Pengaturan siklus estrus dilakukan oleh hormon ovarium, estrogen dan
progesteron, hormon hipothalamus, GnRH, serta hormon adenohypofise, FSH dan
LH. Pola pengaturan hormon pada dasarnya sama, namun berbeda antar hewan.
17. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Fisiologi Reproduksi Ternak I. Bag. Reproduksi dan Kebidanan.
FKH. UGM. Yogyakarta.
Bearden, J. and Fuquay John W. 1997. Applied Reproductoin Fourth Edition.
Printice Hall, Inc : USA.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University
Press : Surabaya.
Junaidi., A. 2001. Reproduksi dan Obstetri Pada Anjing. Gadjah Mada University
Press.
Mc. Donald, L E. 1969. Veterinary Endokrinologi and Reproduction.
Philadelphia. Lea and Febiger.
Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya : Jakarta.
Salisbury, G.W. dan N.L. VanDenmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.