1. STRUKTUR HEWAN
KAMIS, 14 FEBRUARI 2016
SHERLY INDAH PUSPITASARI – 3425122223
SISTEM REPRODUKSI PADA SAPI BETINA DAN JANTAN
Sistem Reproduksi pada Sapi Betina
Gambar 1. Organ reproduksi sapi betina
1. Ovarium
Ovarium merupakan organ seks primer betina yang bertanggung jawab atas diferensiasi
dan pelepasan oosit matang untuk fertilisasi dan perkembangbiakan dari spesies. Ovarium juga
merupakan organ endokrin yang memproduksi hormon steroid (estrogen dan progesteron) yang
memungkinkan berkembangnya ciri-ciri seksual (perkembangan sekunder) pada sapi betina
dan mendukung selama proses kehamilan. Ovarium terdapat 2 buah yaitu disebelah kanan dan
kiri yang terletak didalam rongga pelvis. Strukturnya oval, ovarium tidak terikat dengan tuba
falopii dengan saluran telur yang terbuka ke arah fimbriae.
Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui tingkatan perkembangan yaitu
folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier (folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de
Graaf (folikel matang). Folikel primer terdiri dari satu “bakal sel telur” yang pada fase ini
disebut oogonium dan selapis sel folikuler kecil. Folikel sekunder berkembang ke arah pusat
stroma korteks sewaktu kelompok sel-sel folikuler. Yang memperbanyak diri membentuk
suatu lapisan multi seluler sekeliling vitellus. Pada stadium ini terbentuk suatu membran antara
oogonium dan sel-sel folikuler, disebut zona pellucida.
Folikel tersier timbul sewaktu sel-sel pada lapisan folikuler memisahkan diri untuk
membentuk lapisan dan sutu rongga (antrum), ke arah oogonium akan menonjol. Antrum
2. dibatasi oleh banyak lapisan sel folikuler yang dikenal secara umum sebagai membrana
granulose dan diisi oleh suatu cairan jernih Liquor foliculi yang kaya akan protein dan estrogen.
Folikel de Graaf adalah folikel matang yang menonjol melalui korteks ke permukaan
ovarium bagaikan suatu lepuh. Pertumbuhannya meliputi dua lapis sel stroma korteks yang
mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca folliculi yang dapat
dibagi atas theca interna yang vascular dan theca externa yang fibrous.
2. Tuba Falopii atau oviduk
Oviduk atau tuba fallopii merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil berliku-liku,
dan terasa keras seperti kawat terutama pada pangkalnya. Pada sapi dan kuda, panjang oviduk
mencapai 20--30 cm dengan diameter 1,5--3 mm. oviduk tergantung pada mesosalpink, dapat
dibagi atas infundibulum dengan fimbriae nya, ampula, dan isthmus.
Ujung oviduk dekat ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur berupa
corong (infundibulum). Muara infundibulum (ostium abdominale) dikelilingi oleh penonjolan-
penonjolan ireguler pada tepi ujung oviduk (fimbriae). Pada saat ovulasi, pembuluh-pembuluh
darah pada fimbriae penuh berisi darah yang mengakibatkan pembesaran dan penegangan
fimbriae. Penegangan ini diiringi oleh kontraksi otot-otot menyebabkan ostium tuba fallopii
mendekati permukaan ovarium untuk menerima ovum matang yang akan dilepaskan.
3. Uterus
Uterus terdiri dari kornu, korpus, dan serviks. Proporsi relatif masing-masing bagian
berbeda-beda antar spesies. Uterus sapi, domba, dan kuda kedua kornu dan korpus uteri yang
cukup panjang (paling besar pada kuda).
Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang dikenal yaitu endometrium dan
miometrium. Endometrium adalah suatu struktur glanduler yang terdiri dari lapisan epitel yang
membatasi rongga uterus, lapisan glanduler, dan jaringan ikat. Miometrium merupakan bagian
muskuler dinding uterus yang terdiri dari dua lapis otot polos, selapis dalam otot sirkuler, dan
selapis luar otot longitudinal yang tipis.
Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung penonjolan-penonjolan seperti
cendawan dan tidak berkelenjar, disebut caruncula. Uterus sapi memiliki 70--120 caruncula
yang berdiameter 10 cm dan terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta)
yang menerima villi chorionok placental. Villi-villi chorion hanya berkembang pada daerah
3. tertentu pada selubung faetus (cotyledon) yang memasuki caruncula. Cotyledon dan caruncula
bersama-sama disebut placentoma. Uterus kuda dan babi tidak mempunyai caruncula.
Fungsi lain uterus adalah adanya hubungan kerja secara timbal balik dengan ovarium.
Adanya korpus luteum akan merangsang uterus menghasilkan PGF2α yang berfungsi untuk
regresi korpus luteum secara normal. Stimulasi uterus selama fase permulaan siklus birahi
mempercepat regresi korpus luteum dan menyebabkan estrus dipercepat.
4. Serviks
Serviks adalah suatu struktur berupa sphincter yang menonjol ke kaudal ke dalam vagina.
Serviks dikenal dari dindingnya yang tebal dan lumen yang merapat. Dindingnya ditandai
dengan berbagai penonjolan.
Pada ruminansia penonjolan-penojolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal
dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler. Cincin-cincin ini sangat nyata pada sapi
(biasanya 4 buah) yang dapat menutup rapat serviks. Serviks berfungsi untuk mencegah
masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke lumen uterus. Pada saat estrus, serviks
akan terbuka sehingga memungkinkan sperma memasuki uterus sehingga terjadi pembuahan
serta menghasilkan cairan mucus yang keluar melalui vagina. Pada saat hewan bunting, serviks
menghasilkan sejumlah besar mucus tebal yang dapat menutup atau menyumbat mati canalis
servicalis sehingga mencegah masuknya materi infeksius ke dalam uterus serta mencegah fetus
keluar. Sesaat sebelum partus, penyumbat serviks mencair dan serviks mengalami dilatasi
sehingga terbuka dan memungkinkan fetus beserta selaputnya dapat keluar.
5. Vagina
Vagina merupakan saluran kelamin betina yang berfungsi sebagai tempat penumpahan
semen. Vagina juga merupakan jalur pengeluaran fetus dan plasenta pada saat partus. Vagina
adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di dalam rongga
pelvis, dorsal dari vesica urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris (tempat deposisi
semen dan menerima penis), serta sebagai tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Legokan
yang dibentuk oleh penonjolan serviks ke dalam vagina disebut fornix. Himen adalah suatu
konstriksi sirkuler antara vagina dan vulva. Himen dapat menetap dalam berbagai derajat pada
semua spesies dari suatu pita sentral tipis dan vertikal sampai suatu struktur yang sama sekali
tidak tembus (himen imperforata). Vagina sapi mempunyai panjang 25,0--30,0 cm.
4. Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh betina yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini
penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
remaja sampai menopause. Selain manusia, periode ini hanya terjadi pada primata-primata
besar, sementara binatang-binatang menyusui lainnya mengalami siklus estrus.
Siklus Estrus
Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai,
estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting menurut suatu siklus yang teratur dan
khas. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan untuk
melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus kepermulaan
periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina akan
mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Siklus estrus dikontrol secara
langsung oleh hormon-hormon ovarium dan secara tidak langsung oleh hormon-hormon
adenohipofise. Sapi termasuk ke dalam hewan yang memiliki siklus estrus golongan poliestrus
yaitu hewan-hewan yang memperlihatkan estrus secara periodik sepanjang tahun.
Fase-fase Siklus Estrus
Menurut perubahan-perubahan yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan selama siklus
estrus maka siklus estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus,
metestrus/postestrus, dan diestrus. Secara umum, siklus birahi pada babi, sapi, dan kuda
berkisar antara 20—21 hari, sedangkan pada domba 16—17 hari.
Tabel 1. Lama berbagai periode siklus estrus pada hewan peliharaan
Jenis ternak Proestrus
(hari)
Estrus Metestrus
(hari)
Diestrus (hari)
Sapi 3 12—24 jam 3—5 13
Kuda 3 4—7 hari 3—5 6—10
Babi 3 2—4 hari 3—4 9—13
Domba 2 1—2 hari 3—5 7—10
1. Proestrus
Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu periode pada saat
folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan menghasilkan estradiol dengan jumlah
yang semakin bertambah. Sistem reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk
melepaskan ovum dari ovarium. Folikel-folikel akan mengalami pertumbuhan yang cepat
5. selama 2 atau 3 hari, kemudian membesar akibat meningkatnya cairan folikuler yang berisi
hormon estrogenik.
Estrogen yang diserap oleh pembuluh darah dari folikel akan merangsang saluran
reproduksi untuk mengalami perubahan-perubahan. Sel-sel dan lapisan bersilia pada tuba
falopii pertumbuhannya meningkat, mukosa uteri mengalami vaskularisasi, epitel vagina
mengalami penebalan dan terjadi vaskularisasi, serta serviks mengalami elaksasi secara
gradual. Banyak terjadi sekresi mukus yang tebal dan berlendir dari sel-sel goblet seriks, vagina
bagian anterior, dan kelenjar-kelenjar uterus. Pada sapi dan kuda terjadi perubahan dari mukus
yang lengket dan kering menjadi mukus kental seperti susu, dan pada akhir proestrus berubah
lagi menjadi mukus yang terang, transparan, dan menggantung pada vulva. Corpus luteum dari
periode sebelumnya mengalami vakuolisasi, degenerasi, dan pengecilan secara cepat.
2. Estrus
Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan
oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina akan mencari dan menerima
pejantan untuk kopulasi. Folikel de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang
dihasilkan folikel de Graff akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi
yang maksimal. Selama atau segera setelah periode ini terjadi ovulasi akibat penurunan FSH
dan meningkatka LH dalam darah.Pada periode ini, tuba falopii mengalami perubahan yaitu
menegang, berkontraksi, epitelnya matang, cilianya aktif, dan sektesi cairan bertambah. Ujung
oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de Graff untuk menangkap ovum matang. Uterus
akan berereksi, tegang, dan pada beberapa spesies akan mengalami oedematus. Suplai darah
meningkat, mukosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan. Serviks mengendor, agak
oedematus, dan sekresi cairanya meningkat. Mokosa vagina sangat menebal, sekerinya
bertambah, epitel yang berkornifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematus pada semua
spesies, pada babi sangat jelas. Pada sapi terdapat leleran yang bening dan transparan seperti
seutas tali menggantung pada vulva. Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang
bermigrasi ke lumen uterus.
3. Metestrus/Postestrus
Metestrus merupakan periode segera setelah estrus, ditandai dengan pertumbuhan cepat
korpus luteum yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH.
Metestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan
6. korpus luteum. Kehadiran progesteron akan menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi
pematangan folikel dan estrus tidak terjadi. Pada periode ini, uterus mengadakan persiapan
untuk menerima dan memberi makan embrio. Pada awal postestrus, epitelium pada karunkula
uterus sangat hiperemis dan terjadi hemoragis kapiler yang menyebabkan terjadinya
pendarahan. Sekresi mukus menurun dan diikuti pertumbuhan yang cepat dari kelenjar-
kelenjar endometrium. Pada pertengahan sampai akhir metestrus, uterus agak melunak karena
otot-ototnya mengendor. Apabila tidak terjadi kebuntingan maka uterus dan saluran reproduksi
yang lain akan beregresi kekeadaan kurang aktif.
4. Diestrus
Diestrus merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus ternak-ternak mamalia.
Korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron menjadi dominan. Endometrium
menebal, kelenjar uterina membesar, dan otot uterus menunjukkan peningkatan perkembangan.
Perubahan ini ditunjukkan untuk mensuplai zat-zat makanan bagi embrio bila terjadi
kebuntingan. Kondisi ini akan terus berlangsung selama masa kebuntingan dan korpus luteum
akan dipertahankan sampai akhir masa kebuntingan. Serviks menutup rapat untuk mencegah
benda-benda asing memasuki lumen uterus, mukosa vagina menjadi pucat, serta lendirnya
mulai kabur dan lengket. Apabila tidak terjadi kebuntingan, maka endometrium dan kelenjar-
kelenjarnya beratrofi atau berregresi keukuan semula. Folikel-folikel mulai berkembang dan
akhirnya kembali ke fase proestrus.
7. Sistem Reproduksi pada Sapi Jantan
Gambar 2. Sistem reproduksi pada sapi jantan.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung
testis, epididymis, duktus deferen, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan
bulbouretralis), urethra, dan penis yang dilindungi oleh prepusium (Dellmann, 1992).
1. Testis
Testis adalah organ reproduksi primer pada ternak jantan, sebagaimana halnya ovarium
pada ternak betina. Testis dikatakan sebagai organ primer karena berfungsi menghasilkan
gamet jantan (spermatozoa) ( Saputro et al, 2008). Tahapan spermatogenesis meliputi
spermatogonium, spermatositprimer, spermatosit skunder, spermatid muda, dan spermatid
matang ( Susatyo dan Chaeri, 2009).
Testis dibungkus oleh kapsul putih mengkilat (tunica albuginea) yang banyak
mengandung serabut syaraf dan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok. Di bawah tunica
albuginea terdapat parenkim yang menjalankan fungsi testis. Parenkim membentuk saluran
yang berkelok-kelok (Frandson, 1992). Secara sentral, septula testis berlanjut dengan jaringan
ikat longgar dari mediastinum testis. Kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub
kranial testis, tetapi pada hewan piaraan umumnya menempati posisi sentral. Jaringan ikat yang
mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel
mononuklear bebas dan sel interstisial endokrin (sel Leydig) (Dellman, 1992).
8. Sel leydig adalah sel diantara sel sertoli. Fungsi sel ini adalah memberikan respon FSH
dengan mensintesa dan mensekresi testosteron dalam pola yang tergantung pada dosis. Selain
reseptor LH, ditemukan pula reseptor prolaktin dan inhibin di dalam sel Leydig. Prolaktin dan
inhibin memfasilitasi aktivasi stimulasi yang dilakukan oleh LH pada produksi testosteron,
namun keduanya tidak bisa melakukannya sendiri-sendiri (Widjanarko, 2011).
Sel-sel sertoli mempunyai fungsi khusus dalam proses spermatogenesis. Fungsi sel–sel
sertoli adalah (1) memberi lingkungan tempat khusus untuk berkembangnya sel–sel germinal.
Sel ini mensekresikan cairan yang membasahi sel–sel germinal, dan juga mensekresi cairan
tambahan ke lumen tubulus seminiferus untuk menyediakan nutrisi bagi sperma yang
berkembang dan baru dibentuk, (2) Memainkan peranan dalam perubahan spermatosit menjadi
sperma suatu proses yang disebut spermiasi, (3) Mensekresi bebrapa hormon yang memiliki
fungsi penting antara lain factor inhibisi muller (FIM) disekresi oleh testis selama
perkembangan janin untuk menghambat pembentukan tuba fallopi dariductus muller,
ekstradiol merupakan hormon kelamin feminism yang penting, Inhibin yang merupakan
umpan balik dari inhibisi pada kelenjar hypophysis untuk anterior untuk mencegah sekresi yang
berlebihan dari hormon perangsang folikel (Dellmann, 1992). Hasil pengamatan diperoleh
bahwa histologi testis hewan jantan terdiri membran basement, tubulus seminiferus yang
merupakan kumpulan dari sel sertoli, dan sel leydig yaitu sel–sel yang terdapat diantara sel
sertoli. Apabila dibandingkan antara literatur dengan hasil paktikum, diketahui hasilnya sesuai
yaitu gamabaran testis secara histologi yaitu membran basement, sel leydig, sel sertoli, dan
tubulus seminiferus.
2. Epididimis
Epididimis merupakan pipa panjang dan berkelok–kelok yang menghubungkan vasa
eferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididimis mempunyai empat fungsi utama, yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma (Frandson,
1992). Spermatozoa di dalam epididimis mengalami beberapa proses pematangan, seperti
mendapat kemampuan untuk bergerak. Epididimis merupakan saluran reproduksi yang amat
penting, karena saluran sangat menentukan kemampuan fertilitas sperma yang dihasilkan.
Adapun fungsi pokok epididimis adalah alat transfor, pendewasaan, penimbunan sperma dan
sekresi cairan epididimis. Sperma melewati epididimis berkisar antara 9 sampai 13 hari yang
dialirkan oleh cairan testis, aktivitas silia epitel dari duktus deferens dan oleh kontraksi otot
dinding saluran epididimis. Bagian cauda epididimis nampaknya merupakan organ khusus
untuk penimbunan sperma , karena sekitar 75% dari total sperma epididimis berada dibagian
9. ini dan kondisi lingkungannya memberikan kemampuan fertilitas yang lebih tinggi dibanding
dibagian lain. Sperma yang berasal dari bagian cauda epididimis memberikan persentase
kebuntingan 63% dan lebih tinggi dibanding sperma yang berasal dari bagian caput epididimis
yang hanya 33,33% (Soeroso dan duma, 2012).
Gambar 3. Struktur anatomi epididimis
3. Duktus deferens
Duktus deferens meninggalkan ekor epididimis bergerak melalui kanal inguinal yang
merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar kebelakang,
memisah dari pembuluh darah dan saraf dari korda. Selanjutnya dua duktus deferens mendekati
uretra, bersatu dan kemudian ke dorso kaudal kandung kencing, serta dalam lipatan peritonium
yang disebut lipatan urogenital (genital fold) yang dapat disamakan dengan ligamentum lebar
pada betina (Frandson, 1992). Lipatan mukosa duktus deferens dibalut oleh epitel silinder
banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel beruah menjadi silinder sebaris. Dekat
Epididymis, sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang. Jaringan ikat longgar
pada propria-submukosa banyak mengandung pembuluh darah, fibroblas dan serabut elastis.
Tunika muskularis pada bagian terminal duktus deferens terdiri dari susunan bervariasi dari
berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari
tunika adventisia (Dellmann, 1992).
10. Gambar 4. Duktus deferens
4. Penis
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada
ischial arch pada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis
merupakan jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang
dipisahkan oleh lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika
albuginea, kapsula berserabut di sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi
sel-sel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang
sering terjadi pada saat kencing. Ruang kavernosa menerima suplai utama darah dari arteri
berbentuk mengulir (helical arrangement), sering disebut arteria helisine (arteria helicinae).
Pengenduran sel-sel otot polos dalam arteria helisine menyebabkan peningkatan aliran darah
ke dalam ruang-ruang corpora kavernosa. Peningkatan volume darah akan menekan vena-vena
tepi, sehingga akan memperkecil aliran darah keluar, sementara mengisi ruang-ruang jaringan
erektil dalam corpora kavernosa, spongiosa penis dan glans penis (Dellmann, 1992).
11. Gambar 5. Penis
Kelenjar-Kelenjar Tambahan
Kelenjar vesicularis
Pada sapi kelenjar ini sepsang; dari luar kelihatan jelas berlobuli; letaknya sebidang dengan
ampulla vas deferens tetapi ada di sebelah lateral, jadi kedua ampula itu diapit oleh kedua
kelenjar vesikuralis (Partodiharjo, 1987;38). Sekresi kelenjar vesikularis merupakan 50% dari
volume total dari suatu ejakulasi yang normal. Jadi kalau pejantan sapi itu ejakulasinya 5 cc
maka 2½ cc berasal dari kelenjar vesikularis (Partodiharjo, 1987;38).
Hasil sekreta yang bersifat gelatin, putih atau kekuningan dari dari kelenjar vesikulosa
merupakan 25% sampai 30% dari seluruh ejakulat sapi. Sekreta ini kaya akan fruktosa yang
berperan sebagai sumber energi spermatozoa yang telah diejakulasikan (Dellman, 1992;472).
Kelenjar prostate
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang, bentuknya bulat dan jauh lebih kecil daripada
kelenjar vesikularis. Sekresi dari kelenjar ini melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam
urethra kira-kira pada jarak 19 cm kaudal dari muara kelenjar vesikularis (Partodiharjo,
1987;38). Kelenjar prostat merupakan kelenjar tubuloalveolar, berkembang dari epitel uretrha
pelvis. Secara topografik dibedakan dua bagian; bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus
prostat), dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminata prostatae). Bagian
luar menutup bagian dorsalnya saja. Pars dissemnata terletak dalam propia-submukosa urethra
pelvis (Dellman, 1992;472).
Kontribusi sekreta kelenjar prostat terhadap volume total ejakulasi bervariasi, tergantung
pada spesies, pada ruminansia 4%-6%. Fungsi kelenjar prostat adalah menetralisrkan plasma
12. mani, membuatnya asam dengan akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat, dan
untuk merangsang gerak aktif spermatozoa dalam ejakulat (Dellman, 1992;474).
Kelenjar cowper
Terdapat sepasang kelenjar bulbouretralis (kelenjar cowper) terletak dorsoventral uretra
dalam rongga pelvis. Bersifat sebagai kelenjar tubulus majemuk (babi, kucing, dan kambing
jantan), atau tubuloalveolar (kuda, sapi dan domba jantan), anjing tidak memilikinya (Dellman,
1992;474). Kelenjar berfungsi menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan urethra
pada saat semen terlepas (Girisonta, 1981;82). Hasil sekresi yang bersifat mukus dan mirip
protein kelenjar bulbouretralis, disekresikan mendahului proses ejakulasi pada ruminansia,
berperan menetralisirkan lingkungan urethra dan melumasi urethra serta vagina. Sebelum
kopulasi, sering terlihat adanya tetesan-tetesan cairan dalam penis yang berasal dari cowper.
Semua kelenjar accesor bersifat aprokrine, artinya: sebagian besar dari isi sel sekretorinya turut
keluar pada saat sel itu mengeluarkan sekresinya (Partodiharjo, 1987;39).
Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Saluran keluar
dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu dengan
ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium ejaculatorium.
Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis berada di bagian cranial
dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung protein, potasium, fruktosa,
asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya kekuning-kuningan karena banyak
menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50%
dari total volume ejakulasi.
Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus.
Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian badan
prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga disebut
corpus prostata. Kelenjar prostata berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer dan
mengandung ion organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra
bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah
kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai penghasil
getah kental yang berfungsi sebagai pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa urine.
13. Pada sapi, kelenjar vesicular memberikan sekresinya lebih dari separuh volume total dari
semem dan pada jenis – jenis ternak lainnya rupanya juga sama sebagai mana pada sapi. Sekresi
kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran organik yang unik, yakni tidak dijumpai
pada substansi – substansi lain di mana saja ada tubuh. Campuran – campuran anorganik ini di
antaranya adalah fructose dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa
sapid a spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar
vesikula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang
penting sekali dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi
perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa.