SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
PENERAPAN KONSELING KOGNITIF DENGAN TEKNIK
PEMBUATAN KONTRAK (CONTINGENCY CONTRACTING)
UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA
KELAS X TKR1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA
Diana Aprilia1
, Kadek Suranata2
, Ketut Dharsana3
123
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
Diana_aprilia32@yahoo.co.idsura@konselor.org,profdarsana@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa kelas X TKR1
SMK Negeri 3 Singaraja dengan menerapkan konseling kognitif dengan teknik
pembuatan kontrak (contingency contracting). Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan bimbingan konseling. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKR1 yang
berjumlah 23 orang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan
data adalah kuesioner, dan observasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan
setiap siklus terdiri dari identifikasi, diagnosa, prognosa, konseling, evaluasi dan tahap
refleksi. Hasil tindakan selanjutnya dipantau dengan observasi dan kuesioner kemudian
dianalisis secara deskriptif menggunakan penilaian acuan norma (PAN).Hasil penelitian
menunjukkan pada siklus 1 skor rata-rata subjek penelitian adalah 64 yaitu tergolong
rendah. Pada siklus II terjadi peningkatan konsentrasi belajar dengan skor rata-rata 83
yaitu tergolong tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konseling kognitif
dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) dapat meningkatkan
konsentrasi belajar.
Kata kunci: konseling kognitif, teknik pembuatan kontrak (contingency contracting),
konsentrasi belajar
ABSTRACT
This research study aims to improve concentration in class X TKR1 SMK Negeri
3 Singaraja by applying cognitive counseling with the technique of making the contract
(contingency contracting). This study is an action research guidance counseling. The
subjects were students of class X TKR1 totaling 23 people. In this study, the methods
used for data collection was a questionnaire, and observation. This study was conducted
in two cycles, and each cycle consisted of the identification, diagnosis, prognosis,
counseling, evaluation and reflection phase. The results of subsequent action monitored
by observation and questionnaires were analyzed descriptively using norm reference
assessment (PAN). The results showed in cycle 1 average score of 64 is the subject of
research is relatively low. In the second cycle increasing concentrations studied with an
average score of 83 is considered high. Thus, it can be concluded that cognitive
counseling with the technique of making the contract (contingency contracting) can
increase the concentrations studied.
Keywords: konseling kognitif, contract manufacturing engineering (contingency
contracting), concentration learning
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
PENDAHULUAN
Dari hasil pengamatan peneliti
di kelas, gejala-gejala yang
ditunjukkan oleh siswa kelas X TKR1
di SMK Negeri 3 Singaraja adalah
sebagai berikut ; ada beberapa
siswa yang konsentrasi belajarnya
tinggi, mau mendengarkan guru
pada saat menerangkan materi, rajin
membuat tugas, rajin masuk kelas,
dan aktif didalam kelas untuk
bertanya ataupun menjawab soal,
ada beberapa siswa yang tidak
fokus pada materi, sikap malas pada
saat mengikuti pelajaran, membuat
tugas lain disaat guru menjelaskan
materi, sering bercanda pada saat
guru menerangkan materi, sering
mengobrol pada saat guru
menjelaskan materi, jarang
merespon atau lebih banyak diam
jika diberikan pertanyaan oleh guru,
dan sering menganggu teman-
temannya pada saat belajar
Dalam psikologi umum dalam
Nugraha (2008) “Konsentrasi belajar
adalah kemampuan untuk
memusatkan pikiran terhadap
aktifitas belajar”. Dalam definisi
tersebut terdapat indikator, yaitu : (1)
Memusatkan pikiran
Menurut Sumartno (dalam
Rachman 2010) yakni: Konsentrasi
belajar adalah fokus perhatian siswa
untuk dapat memperhatikan, serta
dapat memahami setiap materi
pelajaran yang telah diberikan.
Definisi tersebut mengandung
indikator: (1) Fokus perhatian, (2)
Memperhatikan, (3) Memahami
Maulana (2011:239)
menjelaskan bahwa “Konsentrasi
merupakan pemusatan perhatian
atau pikiran pada suatu hal”.
Berdasarkan pendapat diatas
mengandung indikator: (1)
pemusatan perhatian dan pikiran.
Berdasarkan definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa,
Konsentrasi Belajar adalah suatu
pemusatan perhatian atau pikiran
serta dapat memahami setiap materi
pelajaran. Definisi diatas
mengandung indikator: (1)
Pemusatan pikiran, (2) Perhatian
dalam belajar, (3) Memahami materi.
Dari beberapa definisi tentang
konsentrasi yang telah disebutkan di
atas, dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi merupakan suatu
kemampuan untuk memfokuskan/
memusatkan dan menjaga pikiran
terhadap pelaksanaan
pembelajaran, dan memahami
setiap materi. Ketika seseorang
sedang berkonsentrasi, objek yang
difokuskan hanya objek yang
menjadi target utama konsentrasi,
sehingga informasi yang diperoleh
hanyalah informasi yang telah dipilih.
Fokus yang ditajamkan
meningkatkan kemungkinan
seseorang dapat menyerap dan
memahami informasi yang didapat.
a. Pengertian konsentrasi belajar.
Daud (2010) menjelaskan bahwa
konsentrasi belajar adalah
pemusatan perhatian dalam
proses perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap sikap dan
nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai bidang studi.
b. Ciri-ciri konsentrasi belajar.
Engkoswara (2012) menjelaskan
klasifikasi perilaku belajar yang
dapat digunakan untuk
mengetahui ciri-ciri siswa yang
dapat berkonsentrasi adalah
sebagai berikut:
1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku
yang menyangkut masalah
pengetahuan, informasi, dan
masalah kecakapan intelektual.
Pada perilaku kognitif ini, siswa yang
memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai dengan:
Kesiapan pengetahuan yang dapat
segera muncul bila diperlukan,.
1. Komprehensif dalam penafsiran.
informasi,
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
2. Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh,
3. Mampu mengadakan analisis dan
sintesis pengetahuan yang
diperoleh.
2) Perilaku afektif, yaitu perilaku
yang berupa sikap dan apersepsi.
Pada perilaku ini, siswa yang
memiliki konsentrasi belajar dapat
ditengarai:
1. Adanya penerimaan, yaitu tingkat
perhatian tertentu,
2. Respon, yaitu keinginan untuk
mereaksi bahan yang diajarkan,
3. Mengemukakan suatu
pandangan atau keputusan
sebagai integrasi dari suatu
keyakinan, ide dan sikap
seseorang.
3) Perilaku psikomotor. Pada
perilaku ini, siswa yang memiliki
konsentrasi belajar dapat
ditengarai:
1. Adanya gerakan anggota badan
yang tepat atau sesuai dengan
petunjuk guru,
2. Komunikasi non verbal seperti
ekspresi muka dan gerakan-
gerakan yang penuh arti.
4) Perilaku berbahasa. Pada
perilaku ini, siswa yang memiliki
konsentrasi belajar dapat ditengarai
adanya aktivitas berbahasa yang
terkoordinasi dengan baik dan
benar.
Maka, teori konseling yang
dipilih untuk meningkatkan
konsentrasi belajar pada siswa yang
menekankan pada perubahan
pikiran dalam penelitian ini adalah
teori konseling kognitif.
Teori kognitif adalah salah satu
teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian disekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek, seperti
mainan, perabot, dan makanan,
serta objek-objek social seperti diri,
orang tua dan teman.
Piaget berpendapat, karena
manusia secara genetik sama dan
mempunyai pengalaman yang
hampir sama, mereka dapat
diharapkan untuk sungguh-sungguh
memperlihatkan keseragaman
dalam perkembangan kognitif
mereka. Oleh karena itu, dia
mengembangkan empat tahap
tingkatan perkembangan kognitif
yang akan terjadi selama masa
kanak-kanak sampai remaja, yaitu
sensori motor (0-2 tahun) dan
praoperasional (2-7 tahun). Yang
akan kita bicarakan untuk masa
kanak-kanak adalah dua tahap ini
lebih dahulu, sedangkan dua tahap
yang lain, yaitu operasional konkret
(7-11 tahun) dan operasional formal
(11-dewasa), akan kita bicarakan
pada masa awal pubertas dan masa
remaja.
Pada pandangan piaget
(1952), kemampuan atau
perkembangan kognitif adalah hasil
dari hubungan perkembangan otak
dan system nervous dan
pengalaman-pengalaman yang
membantu individu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya.
Tahap-Tahap Perkembangan
Kognitif
Menurut Jean Piaget,
perkembangan manusia melalui
empat tahap perkembangan kognitif
dari lahir sampai dewasa. Setiap
tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru di mana
manusia mulai mengerti dunia yang
bertambah kompleks.
Periode sensorimotor, Menurut
Piaget, bayi lahir dengan sejumlah
refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya.
Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah
periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan
ini menandai perkembangan
kemampuan dan pemahaman
spatial penting dalam enam sub-
tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks,
muncul saat lahir sampai usia enam
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
minggu dan berhubungan terutama
dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular primer, dari usia enam
minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular sekunder, muncul antara
usia empat sampai sembilan bulan
dan berhubungan terutama dengan
koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi
sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan
untuk melihat objek sebagai sesuatu
yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi
sirkular tersier, muncul dalam usia
dua belas sampai delapan belas
bulan dan berhubungan terutama
dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi
simbolik, berhubungan terutama
dengan tahapan awal kreativitas.
2.4 Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan
kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan,
Piaget bisa menunjukkan bahwa
setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori
Piaget adalah prosedur melakukan
tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang
dan secara logika tidak memadai.
Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat
egosentris: anak kesulitan untuk
melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah
walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat
walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-
operasional mengikuti tahapan
sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-
benda dengan kata-kata dan
gambar. Bagaimanapun, mereka
masih menggunakan penalaran
intuitif bukan logis. Di permulaan
tahapan ini, mereka cenderung
egosentris, yaitu, mereka tidak dapat
memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain.
Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk
memahami perspektif orang lain
semakin baik. Anak memiliki pikiran
yang sangat imajinatif di saat ini dan
menganggap setiap benda yang
tidak hidup pun memiliki perasaan.
2.5 Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga
dari empat tahapan. Muncul antara
usia enam sampai duabelas tahun
dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai.
Untuk menemukan solusi dari
permasalahan di atas, digunakan
teknik Pembuatan kontrak.
Pembuatan kontrak adalah
mengatur kondisi sehingga konseli
menampilkan tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan kontrak
antara konseli dan konselor. Prinsip
dasar kontrak:
1. Kontrak disertai dengan penguatan.
2. Reinforcement diberikan dengan
segera.
3. Kontrak harus dinegoisasikan secara
terbuka dan bebas serta disepakati
antara konseli konselor.
4. Kontrak harus fair.
5. Kontrak harus jelas (target tingkah
laku, frekuensi, lamanya kontrak).
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
6. Kontrak dilaksanakan secara
terintegrasi dengan program
sekolah.
Langkah – langkah pembuatan
kontrak:
1. Pilih tingkah laku yang akan
diubah .
2. Tentukan data awal (
baseline data) (tingkah laku yang
akan diubah).
3. Tentukan jenis penguatan
yang akan diterapkan.
4. Berikan reinforcement setiap
kali tingkah laku yang diinginkan
ditampilkan sesuai jadwal kontrak.
5. Berikan penguatan setiap
saat tingkah laku yang ditampilkan
menetap.
Indikator konsentrasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa indikator
konsentrasi belajar adalah sebagai
berikut:
1) Perilaku kognitif, ditengarahi
dengan:
1. Kesiapan pengetahuan yang
dapat segera muncul bila diperlukan.
2. Komprehensif dalam
penafsiran informasi.
3. Mengaplikasikan pengetahuan
yang diperoleh.
4. Mampu mengadakan analisis
dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh.
2) Perilaku afektif, ditengarahi
dengan:
1. Perhatian pada materi
pelajaran.
2. Merespon bahan yang
diajarkan.
3. Mengemukakan suatu ide.
3) Perilaku psikomotor, ditengarahi
dengan:
1. Adanya gerakan anggota badan
yang tepat atau sesuai dengan
petunjuk guru.
2. Komunikasi non verbal seperti
ekspresi muka dan gerakan-gerakan
yang penuh arti.
Adanya aktivitas berbahasa yang
terkoordinasi dengan baik dan
benar.
METODE
Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian
tindakan bimbingan konseling
(PTBK), yaitu penerapan konseling
kognitif dengan teknik pembuatan
kontrak (contingency contracting)
untuk meningkatkan konsentrasi
belajar pada siswa kelas X TKR1 di
SMK Negeri 3 Singaraja Semester
Genap Tahun Ajaran 2013/2014.
Subjek pada penelitian ini,
yaitu kelas X TKR1 di SMK Negeri 3
Singaraja. Tempat penelitian yang
peneliti gunakan adalah di SMK
Negeri 3 Singaraja.
Penelitian ini terdiri dari empat
tahapan kegiatan, yaitu : 1)
Perencanaan, yang terdiri dari
identifikasi, diagnosis dan prognosis,
2) Tindakan, yaitu termasuk dalam
pemberian treatmen, 3)
Pengamatan, termasuk dalam follow
up, dan 4) Refleksi. Tahapan demi
tahapan akan terus berulang secara
siklus sampai terjadi peningkatan
konsentrasi belajar yang diharapkan.
a. Tahap Identifikasi
Tahap identifikasi adalah
proses pada tahap awal untuk
mengidentifikasi yang
berhubungan dengan data
identitas diri siswa.
b. Tahap Diagnosis
Tahap diagnosis adalah
suatu proses untuk menganalisis
penyebab suatu masalah yang
dihadapi oleh klien. Setelah
diidentifikasi siswa yang memiliki
konsentrasi belajar rendah,
maka langkah selanjutnya
adalah menentukan faktor
penyebab siswa mengalamii
masalah tersebut.
c. Tahap Prognosis
Tahap prognosis adalah
suatu proses dan prosedur untuk
menyiapkan rencana-rencana
untuk melatih siswa atau konseli
dalam sebuah upaya yang
dilakukan dalam proses
konseling.
d. Tahap Pelaksanaan (Teatment)
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
Treatment bertujuan untuk
membantu siswa yang memiliki
konsentrasi belajar yang rendah
agar dapat meningkatkan
konsentrasi belajar di kelas.
e. Tahap Pengamatan (Follow Up)
Follow up/tindak lanjut atau
evaluasi adalah tahap penilaian
terhadap indikator-indikator yang
tercantum dalam prognosa.
Evaluasi adalah suatu tindakan
atau suatu proses untuk
mengetahui hasil daripada
tindakan yang dilakukan.
f. Tahap Refleksi
Refleksi adalah suatu
proses pemikiran dan
perenungan kembali pada tahap-
tahap sebelumnya. Hasil
evaluasi tersebut kemudian
ditindak lanjuti untuk
menentukan rancangan tindakan
berikutnya.
Disusunnya kisi-kisi instrument
ini bertujuan untuk merumuskan
setepat mungkin ruang lingkup dan
tekanan instrument dan bagian-
bagiannya, sehingga perumusan
tersebut menjadi petunjuk yang
efektif untuk pembuatan soal. Dalam
penelitian tentang penerapan
konseling kognitif dengan teknik
pembuatan kontrak (contingency
contracting) untuk meningkatkan
konsentrasi belajar siswa, instrument
yang disiapkan, yaitu dalam bentuk
kuesioner yang disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan pada landasan
teori.
Kuesioner yang digunakan
penulis pada penelitian ini disusun
dan dikembangkan yang mengacu
pada pola Likert. Jumlah jawaban
terdiri dari lima pilihan yang
menunjukkan kecenderungan
kualitas dari variabel yang diukur
dengan perjenjangan dari positif
sampai negatif. Pemeberian skor
jawaban sesuai dengan arah
pernyataan yang akan dijawab.
Apabila arah pernyataannya positif,
maka penilaiannya diberikan adalah
sebagai berikut : Sangat Setuju (SS)
diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor
4, Kurang Setuju (KS) diberi skor 3,
Tidak Setuju (TS) diberi skor 2,
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
skor 1. Sedangkan untuk pernyataan
negatif, maka penilaiannya sebagai
berikut : Sangat Setuju (SS) diberi
skor 1, Setuju (S) diberi skor 2,
Kurang Setuju (KS) diberi skor 3,
Tidak Setuju (TS) diberi skor 4,
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
skor 5.
Instrument penelitian inii
disusun berdasarkan kisi-kisi
sebagai berikut ; instrument
konsentrasi belajar sebanyak 30
butir, berdasarkan atas pola dan isi
isntrument yang akan digunakan,
maka dibuatlah suatu rancangan
instrument yang disebut kisi-kisii
instrument.
Setelah instrumen penelitian
disusun, maka perlu diadakan uji
validitas isi. Validitas isi ini dilakukan
sebelum instrumen diujicobakan
kepada responden. Uji validitas
dalam penelitian ini dilakukan oleh
dua pakar (judges) yang bertujuan
untuk mencapai validitas isi
instrumen sebelum diujikan pada
responden. Penelitian ini dilakukan
oleh validitas ini (content validity)
dari kuesioner konsentrasi belajar dii
kelas yang telah disusun. Validitas
isi adalah validitas yang ditentukan
oleh derajat representivitas butir-
butir tes yang telah disusun mewakili
keseluruhan materi yang hendak
diukur tersebut.
Untuk menentukan koefisien
validitas ini, hasil penelitian dari
kedua pakar dimasukkan ke dalam
tabulasi silang (2x2) yang terdiri dari
dua kolom A, B, C dan D. Kolom A
adalah sel yang menunjukkan
ketidaksetujuan antara kedua
penilai. Kolom B dan C adalah sel
yang menunjukkan perbedaan
seseorang antara penilai pertama
dan kedua (penilai pertama setuju,
penilai kedua tidak setuju atau
sebaliknya). Kolom D adalah sel
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
yang menunjukkan persetujuan yang
valid antara kedua penilai (judges).
Tabel 02. Formula Gregory
Dari tabel di atas dapat dicari
validitas isi (content validity) dengan
menggunakan rumus Gregory :
VC =
Nilai validitas isi yang diperoleh
mencerminkan keseluruhan butir tes
yang dihasilkan. Untuk
mengklasifikasikan di kategori mana
koefisien validitas itu berada, maka
diketahui berdasarkan kriteria di
bawah ini. Koefisien bergerak dari +
s/d 1, dengan kriteria :
Tabel 03. Rancangan tabulasi
silang
Setelah analisis isi tersebut
dilakukan dengan melakukan uji
validitas butir melalui analisis butir.
“suatu angket (kuesioner) dikatakan
valid jika pertanyaan pada suatu
angket (kuesioner) mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan
diukur oleh angket (kuesioner)
tersebut” (santoso, 2000 : 270)
dalam penelitian ini nilai
kevaliditasan suatu data atau butir
pertanyaan yaitu :
rxy :
Kriteria yang digunakan adalah
dengan membandingkan harga rxy
dengan harga table kritik r product
moment, dengan ketentuan rxy
dikatakan valid apabila rxy > r table
pada taraf signifikansi 5%.
Setelah diadakan pengujian
validitas butir, kemudian dilanjutkan
dengan uji reliabilitas. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel jika
jawaban seseorang terhadap
pertanyaan / pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Untuk mencari reliabilitas
digunakan rumus Alpha, dimana
rumus ini digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen yang skornya
bukan satu dan nol, misalnya angket
atau soal bentuk uraian.
Dalam penelitian ini nilai
kereliabelan menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Pengujian ini
dilakukan dengan cara
membandingkan r Alpha dengan r
table dengan taraf signifikansi 5%.
Rumus Alpha Cronbach adalah
sebagai berikut
* +
∑( )
Metode yang digunakan
dalam menganalisis data adalah
analisis deskriptif dengan
menggunakan PAN (Penilaian
Acuan Norma). Analisis ini
digunakan untuk melihat atau
mengetahui peningkatan konsentrasi
belajar siswa yang ditentukan
dengan membandingkan konsentrasi
belajar siswa sebelum dilaksanakan
tindakan dan sesudah dilaksanakan
tindakan hingga mencapai rasa
percaya diri yang tinggi. Untuk
menentukan ukuran anggota dalam
penelitian digunakan aturan kurve
normal. Penentuan jumlah sampel
Penilaian
Judges
Judges I
Kurang
Relevan
Sangat
Relevan
Judges
II
Kurang
Releva
n
A (- -) B (+ -)
Sangat
Releva
n
C (- +) D (+ +)
D
(A + B + C + D)
N∑XY - (∑X)( ∑Y)
√{N∑X2
-(∑X)2
}{N∑Y2
-(∑Y)2
}
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
melalui kurve normal ditentukan
melalui daerah yang dibatasi oleh
kurve dan absisnya, daerah ini
dinyatakan dalam bentuk persen (%)
atau dalam proporsi. Jika dalam %
maka kurve meliputi 100%. Seluruh
daerah kurve dapat dibagi-bagi
menjadi 6 bagian yaitu 3 bagian
daerah diatas dan dibawah M
(mean).
Daerah yang dibagi-bagi
tersebut berdasarkan jarak 1
(standar deviasi) diatas maupun
dibawah M (mean). Maka dari itu M
+1 – M +3 terkategori
konsentrasi belajar tinggi, M -1 –
<M+1 terkategori konsentrasi
belajar sedang, dan M -3 – <M-
1 terkategori konsentrasi belajar
rendah. Dalam penelitian ini, peneliti
hanya memfokuskan pada siswa-
siswa yang konsentrasi belajar yang
rendah saja yang berada pada
daerah M -3 – <M-1 . Untuk itu
persentase daerah M -3 – <M-
1 dari 100% daerah kurve
menentukan jumlah sampel yang
akan diteliti. Untuk memperoleh M
(mean) dan jarak (standar
deviasi) dibantu dengan
menggunakan Program Microsoft
Excel 2007.
Adapun deskripsi data yang
diperoleh akan dicari arah
kecenderungannya dengan
membandingkan Mean Observasi
dengan Mean Ideal. Formula yang
digunakan sebagai berikut :
MI = ⁄ (skor tertinggi ideal +
skor terendah ideal)
SDI = ⁄ (skor tertinggi ideal -
skor terendah ideal)
Untuk mendapatkan skor
konsentrasi belajar, maka MI dan
SDI harus ditetapkan terlebih
dahulu. Dalam penelitian yang
disebarkan terdiri dari 35 butir. Cara
penskoran terhadap butir responden
adalah jika butir pernyataannya
positif maka rentangan skornya yaitu
5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk
sesuai (S), 3 kurang sesuai (KS), 2
tidak sesuai (TS), 1 sangat tidak
sesuai (STS). Sedangkan untuk
pernyataan negatif, maka nilainya
adalah sebagai berikut : nilai 1
sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai
(S), 3 kurang sesuai (KS), 4 untuk
tidak sesuai (TS), 5 untuk sangat
tidak sesuai (STS). Jadi skor
tertinggi idealnya adalah 175 dan
skor terendah idealnya adalah 35.
Dari hasil analisis maka diperolehlah
MI adalah 105 dan SDI adalah 23.
Kriteria penggolongan
konsentrasi belajar siswa, ditetapkan
berdasarkan lima jenjang katagori
seperti tabel di bawah ini :
NO SKOR KUALIFIKASI
1 MI + 1,5 SDI
MI +3SDI
Sangat tinggi (A)
2 MI + 0,5SDI
MI + 1,5SDI
Tinggi (B)
3 MI -0,5SDI ≤ MI
+0,5 SDI
Sedang (C)
4 MI -1,5SDI ≤ MI
-0,5 SDI
Rendah (D)
5 MI -3SDI ≤ MI -
1,5SDI
Sangat rendah
(E)
Kriteria keberhasilan
penelitian tindakan bimbingan
konseling ini sesuai dengan a
konsentrasi belajar siswa yang
sesuai dengan indikator-indikator
tersebut. Penelitian ini dikatakan
berhasil apabila siswa mencapai
skor yang sudah didapatkan dari
PAN (Penilaian Acuan Norma).
Siswa yang mencapai skor di bawah
skor yang di kategori sedang dan
menunjukkan konsentrasi yang di
alami siswa sudah dapat dinaikkan
melalui konseling eksistensial
humanistik dengan teknik meditasi.
Untuk menentukan pencapaian hasil
peningkatan konsentrasi belajar
pada siswa tersebut digunakan
sebuah pedoman penilaian.
Pedoman yang digunakan untuk
mengubah skor mentah menjadi
skor standar pada norma relatif
didasarkan atas Mean dan standar
deviasi. Mean dan standar Deviasi
tersebut dicari dengan
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
menggunakan rumus statistik
berdasarkan distribusi skor mentah
yang dicapai oleh siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil siklus I menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan
konsentrasi belajar dibandingkan
pada siklus awal, secara umum
siswa sudah paham akan
pentingnya konsentrasi belajar di
masa depan. Hal ini nampak dari
siswa sudah mulai konsentrasi
belajarnya tinggi, mau
mendengarkan guru pada saat
menerangkan materi, rajin membuat
tugas, rajin masuk kelas, dan aktif
didalam kelas untuk bertanya
ataupun menjawab soal.
Pada siklus II siswa kelas X
TKR 1 SMK Negeri 3 Singaraja
sudah dapat meningkatkan
konsentrasi belajar siswa dengan
melihat hasil tes akhir yang
diadakan. Sebelum tes diadakan
siswa masih memiliki konsentrasi
belajar sedang diberikan konseling
kelompok, konseling individual.
Siswa dilatih untuk dapat
meningkatkan konsentrasi belajar
yang baik. Dari hasil tes siklus II
yang telah diadakan dapat dilihat
perkembangannya dari grafik
persentase perbandingan hasil tes
siklus I dan siklus II.
Penerapan konseling kognitif
dengan teknik pembuatan kontrak
(contingency contracting) sangat
efektif digunakan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa, karena konseling kognitif
dapat memberikan pemahaman
tentang bagaimana kemampuan ia
dalam berfikir yang dimiliki sehingga
memiliki acuan dalam meningkatkan
konsentrasi belajar yang tepat.
PENUTUP
Kesimpulannya, bahwa
konseling kognitif dengan teknik
pembuatan kontrak mampu
meningkatkan konsentrasi belajar
pada siswa kelas X TKR 3 SMK
Negeri 3 Singaraja.Peningkatan
yang dicapai oleh 9 orang siswa
tersebut dikarenakan pemberian
tindakan pada konsentrasi belajar
siswa dengan konseling kognitif
teknik pembuatan kontrak
(contingency contracting)
mempunyai dampak yang positif
terhadap konsentrasi belajar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi belajar siswa dengan
konseling kognitif dengan teknik
pembuatan kontrak (contingency
contracting) sangat efektif untuk
membantu siswa di dalam
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa.
Dari simpulan di atas dapat
disampaikan beberapa saran
mengenai konseling kognitif dengan
teknik pembuatan kontrak
(contingency contracting) untuk
meningkatkan konsentrasi belajar
siswa:
a. Kepada siswa, sebaiknya
sebagai seorang pelajar lebih
meningkatkan konsentrasi
belajarnya untuk pencapaian
konsentrasi yang lebih baik lagi,
baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
b. Kepada guru BK, sebaiknya
lebih aktif dalam pemberian
layanan bimbingan konseling
karena dengan demikian dapat
membantu siswa yang
mengalami masalah maupun
yang tidak memiliki masalah
sehingga siswa dapat
mengembangkan konsentrasi
belajarnya baik di sosial
maupun akademiknya.
c. Kepada kepala sekolah,
sebaiknya mencari guru BK
yang ahli dibidangnya sehingga
dapat memberikan layanan
secara profesional, efektif dan
efisien, karena diharapkan guru
BK dapat membantu tumbuh
kembang anak dalam
mengembangkan konsentrasi
belajarnya, sehingga dapat
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014
bermanfaat untuk dirinya sendiri
maupun orang lain.
d. Kepada peneliti lain, karena
peneliti masih merasa jauh dari
kesempurnaan maka
diharapkan kepada peneliti
selanjutnya untuk lebih efektif
dalam proses pemberian
layanan sehingga hasil yang
diperoleh akan lebih maksimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu peneliti di
dalam proses penyusunan skripsi
yang berjudul “Penerapan Konseling
Kognitif dengan Teknik Pembuatan
Kontrak (Contingency Contracting)
untuk Meningkatkan Konsentrasi
Belajar pada Siswa Kelas X TKR1 di
SMK Negeri 3 Singaraja”, yaitu
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ni Ketut Suarni,
M.S., Kons, sebagai Ketua
Jurusan Bimbingan Konseling
Undiksha Singaraja.
2. Bapak Kadek Suranata,
S.Pd.,M.Pd.,Kons selaku dosen
pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan selama
penyusunan proposal dan
skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. I Ketut
Dharsana, M.Pd., Kons, selaku
pembimbing II yang telah
membantu dan membimbing
peneliti dalam menyusun skripsi
ini.
4. Bapak Drs. I Nyoman
Suastika,M.Pd, selaku Kepala
SMK Negeri 3 Singaraja, yang
telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian
sekaligus pengambilan data di
SMK Negeri 3 Singaraja.
5. Ibu Dra. Ni Wayan Wati, selaku
guru pamong di sekolah yang
telah banyak meluangkan
waktunya untuk membantu dan
membimbing penulis dalam
melaksanakan penelitian dan
pengambilan data selama PL-
BKS.
6. Siswa-siswi kelas X TKR1 SMK
Negeri 3 Singaraja yang telah
bersedia membantu peneliti
dalam pengambilan dan
pengumpulan data.
7. Teman-teman serta pihak lain
yang telah membantu peneliti di
dalam penyusunan skripsi ini.
DAFTAR RUJUKAN
Corey, Gerald. 2003. Toeri dan
Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung : PT
Refika Aditama
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.
Rahasia Sukses Belajar.
Jakarta. Rineka Cipta.
Dharsana, Ketut. 2010. Diktat
Konseling Karier dan
Problematik Konseling.
Singaraja : Jurusan
Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Undiksha.
Komalasari,G. dkk. 2011. Teori dan
Teknik Konseling. Jakarta :
PT Indeks 15 September
2009
Prayitno, Erman Amti. 2004 Dasar-
Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta, Rineka
Cipta, 2004.
Sedanayasa, Gede dan Suranata,
Kadek. 2010. Dasar-Dasar
Bimbingan Konseling.
Singraja.
Selameto. 2003. Belajar dan Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta.
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana.1996. Cara Belajar
Siswa Aktif. Bandung. Sinar
Baru Algensindo.

More Related Content

What's hot

Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematisFppi Unila
 
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelas
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelasPengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelas
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelasRahma Andhira
 
Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Fppi Unila
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Ghaniy Bahtiar
 
teori kognivistik
teori kognivistikteori kognivistik
teori kognivistikeryeryey
 
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)WaQhyoe Arryee
 
Jurnal Furi Endang Palupi
Jurnal Furi Endang PalupiJurnal Furi Endang Palupi
Jurnal Furi Endang PalupiNakamastar
 
Media pembelajaran
Media pembelajaranMedia pembelajaran
Media pembelajaranIlhamhasan
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Samali 101641562
Samali 101641562Samali 101641562
Samali 101641562Same Khusni
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaLukman
 
23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologiFithri Yani
 
Tugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarTugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarast_189
 

What's hot (18)

Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelas
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelasPengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelas
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa kelas
 
Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046Skripsi isti 06301241046
Skripsi isti 06301241046
 
Kognitif "Psikologi Pendidikan"
Kognitif "Psikologi Pendidikan"Kognitif "Psikologi Pendidikan"
Kognitif "Psikologi Pendidikan"
 
Cth dic d(1)
Cth dic d(1)Cth dic d(1)
Cth dic d(1)
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
 
Abstrak upload
Abstrak uploadAbstrak upload
Abstrak upload
 
Modul 5 kb 3
Modul 5 kb 3Modul 5 kb 3
Modul 5 kb 3
 
teori kognivistik
teori kognivistikteori kognivistik
teori kognivistik
 
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
Kelompok 7 kelas a2 12 (penerapan teori belajar dalam kehidupan)
 
Jurnal Furi Endang Palupi
Jurnal Furi Endang PalupiJurnal Furi Endang Palupi
Jurnal Furi Endang Palupi
 
Media pembelajaran
Media pembelajaranMedia pembelajaran
Media pembelajaran
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Samali 101641562
Samali 101641562Samali 101641562
Samali 101641562
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
 
23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi23698432 karya-ilmiah-biologi
23698432 karya-ilmiah-biologi
 
Tugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarTugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelar
 

Similar to 35 3940-1-sm

Metode Pembelajaran Kognitif.pptx
Metode Pembelajaran Kognitif.pptxMetode Pembelajaran Kognitif.pptx
Metode Pembelajaran Kognitif.pptxShandyAlviano2
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxmeimunah3
 
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...UswatunChasanah63
 
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)miera84
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tesanggadiyan
 
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdf
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdfproc_seminar_pgsd_2017_22.pdf
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdfRhemaSyalom
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfridafarida14
 
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptx
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptxppt karya tulis jenis metode belajar.pptx
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptxssuser03a9f9
 
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)Misc_ChaAlhedrah
 
MODUL 1 PDGK4202 PEMBELAJARAN IPA DI SD.pdf
MODUL 1  PDGK4202   PEMBELAJARAN IPA  DI  SD.pdfMODUL 1  PDGK4202   PEMBELAJARAN IPA  DI  SD.pdf
MODUL 1 PDGK4202 PEMBELAJARAN IPA DI SD.pdfTahang Flexter
 
PPD_Modul_6_FIX.pptx
PPD_Modul_6_FIX.pptxPPD_Modul_6_FIX.pptx
PPD_Modul_6_FIX.pptxarnifarisa1
 
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAIN
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAINMODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAIN
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAINFathmalyn Abdullah
 

Similar to 35 3940-1-sm (20)

Metode Pembelajaran Kognitif.pptx
Metode Pembelajaran Kognitif.pptxMetode Pembelajaran Kognitif.pptx
Metode Pembelajaran Kognitif.pptx
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docxProsiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
Prosiding seminar Nasional Pendidikan Fisik1.docx
 
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD_Modul 7_Evaluasi Proses dan Hasil Belajar I...
 
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
Kumpulan 17 oren- PENGURUSAN MURID (Kesediaan Belajar)
 
Contoh artikel Tes
Contoh artikel TesContoh artikel Tes
Contoh artikel Tes
 
KB 2 PPD.pdf
KB 2 PPD.pdfKB 2 PPD.pdf
KB 2 PPD.pdf
 
Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdf
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdfproc_seminar_pgsd_2017_22.pdf
proc_seminar_pgsd_2017_22.pdf
 
Karil waode rosmia
Karil waode rosmiaKaril waode rosmia
Karil waode rosmia
 
Kognitif
KognitifKognitif
Kognitif
 
uas the strategi.pdf
uas the strategi.pdfuas the strategi.pdf
uas the strategi.pdf
 
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptx
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptxppt karya tulis jenis metode belajar.pptx
ppt karya tulis jenis metode belajar.pptx
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
PENGURUSAN PEMBELAJARAN: PENGURUSAN PELAJAR(KUMPULAN OREN)
 
MODUL 1 PDGK4202 PEMBELAJARAN IPA DI SD.pdf
MODUL 1  PDGK4202   PEMBELAJARAN IPA  DI  SD.pdfMODUL 1  PDGK4202   PEMBELAJARAN IPA  DI  SD.pdf
MODUL 1 PDGK4202 PEMBELAJARAN IPA DI SD.pdf
 
PPD_Modul_6_FIX.pptx
PPD_Modul_6_FIX.pptxPPD_Modul_6_FIX.pptx
PPD_Modul_6_FIX.pptx
 
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAIN
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAINMODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAIN
MODUL KEMAHIRAN MENGGUNAKAN 5 DOMAIN
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

35 3940-1-sm

  • 1. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 PENERAPAN KONSELING KOGNITIF DENGAN TEKNIK PEMBUATAN KONTRAK (CONTINGENCY CONTRACTING) UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS X TKR1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA Diana Aprilia1 , Kadek Suranata2 , Ketut Dharsana3 123 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: Diana_aprilia32@yahoo.co.idsura@konselor.org,profdarsana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja dengan menerapkan konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan konseling. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKR1 yang berjumlah 23 orang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner, dan observasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari identifikasi, diagnosa, prognosa, konseling, evaluasi dan tahap refleksi. Hasil tindakan selanjutnya dipantau dengan observasi dan kuesioner kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan penilaian acuan norma (PAN).Hasil penelitian menunjukkan pada siklus 1 skor rata-rata subjek penelitian adalah 64 yaitu tergolong rendah. Pada siklus II terjadi peningkatan konsentrasi belajar dengan skor rata-rata 83 yaitu tergolong tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) dapat meningkatkan konsentrasi belajar. Kata kunci: konseling kognitif, teknik pembuatan kontrak (contingency contracting), konsentrasi belajar ABSTRACT This research study aims to improve concentration in class X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja by applying cognitive counseling with the technique of making the contract (contingency contracting). This study is an action research guidance counseling. The subjects were students of class X TKR1 totaling 23 people. In this study, the methods used for data collection was a questionnaire, and observation. This study was conducted in two cycles, and each cycle consisted of the identification, diagnosis, prognosis, counseling, evaluation and reflection phase. The results of subsequent action monitored by observation and questionnaires were analyzed descriptively using norm reference assessment (PAN). The results showed in cycle 1 average score of 64 is the subject of research is relatively low. In the second cycle increasing concentrations studied with an average score of 83 is considered high. Thus, it can be concluded that cognitive counseling with the technique of making the contract (contingency contracting) can increase the concentrations studied. Keywords: konseling kognitif, contract manufacturing engineering (contingency contracting), concentration learning
  • 2. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 PENDAHULUAN Dari hasil pengamatan peneliti di kelas, gejala-gejala yang ditunjukkan oleh siswa kelas X TKR1 di SMK Negeri 3 Singaraja adalah sebagai berikut ; ada beberapa siswa yang konsentrasi belajarnya tinggi, mau mendengarkan guru pada saat menerangkan materi, rajin membuat tugas, rajin masuk kelas, dan aktif didalam kelas untuk bertanya ataupun menjawab soal, ada beberapa siswa yang tidak fokus pada materi, sikap malas pada saat mengikuti pelajaran, membuat tugas lain disaat guru menjelaskan materi, sering bercanda pada saat guru menerangkan materi, sering mengobrol pada saat guru menjelaskan materi, jarang merespon atau lebih banyak diam jika diberikan pertanyaan oleh guru, dan sering menganggu teman- temannya pada saat belajar Dalam psikologi umum dalam Nugraha (2008) “Konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktifitas belajar”. Dalam definisi tersebut terdapat indikator, yaitu : (1) Memusatkan pikiran Menurut Sumartno (dalam Rachman 2010) yakni: Konsentrasi belajar adalah fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan. Definisi tersebut mengandung indikator: (1) Fokus perhatian, (2) Memperhatikan, (3) Memahami Maulana (2011:239) menjelaskan bahwa “Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal”. Berdasarkan pendapat diatas mengandung indikator: (1) pemusatan perhatian dan pikiran. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Konsentrasi Belajar adalah suatu pemusatan perhatian atau pikiran serta dapat memahami setiap materi pelajaran. Definisi diatas mengandung indikator: (1) Pemusatan pikiran, (2) Perhatian dalam belajar, (3) Memahami materi. Dari beberapa definisi tentang konsentrasi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan/ memusatkan dan menjaga pikiran terhadap pelaksanaan pembelajaran, dan memahami setiap materi. Ketika seseorang sedang berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dapat menyerap dan memahami informasi yang didapat. a. Pengertian konsentrasi belajar. Daud (2010) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi. b. Ciri-ciri konsentrasi belajar. Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi adalah sebagai berikut: 1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kognitif ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai dengan: Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan,. 1. Komprehensif dalam penafsiran. informasi,
  • 3. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 2. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, 3. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh. 2) Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai: 1. Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu, 2. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan, 3. Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang. 3) Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai: 1. Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru, 2. Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan- gerakan yang penuh arti. 4) Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar. Maka, teori konseling yang dipilih untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa yang menekankan pada perubahan pikiran dalam penelitian ini adalah teori konseling kognitif. Teori kognitif adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan teman. Piaget berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu, sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas dan masa remaja. Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks. Periode sensorimotor, Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub- tahapan: 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam
  • 4. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. 2.4 Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda. Menurut Piaget, tahapan pra- operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda- benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. 2.5 Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Untuk menemukan solusi dari permasalahan di atas, digunakan teknik Pembuatan kontrak. Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor. Prinsip dasar kontrak: 1. Kontrak disertai dengan penguatan. 2. Reinforcement diberikan dengan segera. 3. Kontrak harus dinegoisasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli konselor. 4. Kontrak harus fair. 5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak).
  • 5. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 6. Kontrak dilaksanakan secara terintegrasi dengan program sekolah. Langkah – langkah pembuatan kontrak: 1. Pilih tingkah laku yang akan diubah . 2. Tentukan data awal ( baseline data) (tingkah laku yang akan diubah). 3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan. 4. Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai jadwal kontrak. 5. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap. Indikator konsentrasi belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator konsentrasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Perilaku kognitif, ditengarahi dengan: 1. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan. 2. Komprehensif dalam penafsiran informasi. 3. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh. 4. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh. 2) Perilaku afektif, ditengarahi dengan: 1. Perhatian pada materi pelajaran. 2. Merespon bahan yang diajarkan. 3. Mengemukakan suatu ide. 3) Perilaku psikomotor, ditengarahi dengan: 1. Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru. 2. Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh arti. Adanya aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar. METODE Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK), yaitu penerapan konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) untuk meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa kelas X TKR1 di SMK Negeri 3 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. Subjek pada penelitian ini, yaitu kelas X TKR1 di SMK Negeri 3 Singaraja. Tempat penelitian yang peneliti gunakan adalah di SMK Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu : 1) Perencanaan, yang terdiri dari identifikasi, diagnosis dan prognosis, 2) Tindakan, yaitu termasuk dalam pemberian treatmen, 3) Pengamatan, termasuk dalam follow up, dan 4) Refleksi. Tahapan demi tahapan akan terus berulang secara siklus sampai terjadi peningkatan konsentrasi belajar yang diharapkan. a. Tahap Identifikasi Tahap identifikasi adalah proses pada tahap awal untuk mengidentifikasi yang berhubungan dengan data identitas diri siswa. b. Tahap Diagnosis Tahap diagnosis adalah suatu proses untuk menganalisis penyebab suatu masalah yang dihadapi oleh klien. Setelah diidentifikasi siswa yang memiliki konsentrasi belajar rendah, maka langkah selanjutnya adalah menentukan faktor penyebab siswa mengalamii masalah tersebut. c. Tahap Prognosis Tahap prognosis adalah suatu proses dan prosedur untuk menyiapkan rencana-rencana untuk melatih siswa atau konseli dalam sebuah upaya yang dilakukan dalam proses konseling. d. Tahap Pelaksanaan (Teatment)
  • 6. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 Treatment bertujuan untuk membantu siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang rendah agar dapat meningkatkan konsentrasi belajar di kelas. e. Tahap Pengamatan (Follow Up) Follow up/tindak lanjut atau evaluasi adalah tahap penilaian terhadap indikator-indikator yang tercantum dalam prognosa. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui hasil daripada tindakan yang dilakukan. f. Tahap Refleksi Refleksi adalah suatu proses pemikiran dan perenungan kembali pada tahap- tahap sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut kemudian ditindak lanjuti untuk menentukan rancangan tindakan berikutnya. Disusunnya kisi-kisi instrument ini bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan instrument dan bagian- bagiannya, sehingga perumusan tersebut menjadi petunjuk yang efektif untuk pembuatan soal. Dalam penelitian tentang penerapan konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa, instrument yang disiapkan, yaitu dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pada landasan teori. Kuesioner yang digunakan penulis pada penelitian ini disusun dan dikembangkan yang mengacu pada pola Likert. Jumlah jawaban terdiri dari lima pilihan yang menunjukkan kecenderungan kualitas dari variabel yang diukur dengan perjenjangan dari positif sampai negatif. Pemeberian skor jawaban sesuai dengan arah pernyataan yang akan dijawab. Apabila arah pernyataannya positif, maka penilaiannya diberikan adalah sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) diberi skor 5, Setuju (S) diberi skor 4, Kurang Setuju (KS) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, maka penilaiannya sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Kurang Setuju (KS) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 4, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 5. Instrument penelitian inii disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut ; instrument konsentrasi belajar sebanyak 30 butir, berdasarkan atas pola dan isi isntrument yang akan digunakan, maka dibuatlah suatu rancangan instrument yang disebut kisi-kisii instrument. Setelah instrumen penelitian disusun, maka perlu diadakan uji validitas isi. Validitas isi ini dilakukan sebelum instrumen diujicobakan kepada responden. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan oleh dua pakar (judges) yang bertujuan untuk mencapai validitas isi instrumen sebelum diujikan pada responden. Penelitian ini dilakukan oleh validitas ini (content validity) dari kuesioner konsentrasi belajar dii kelas yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representivitas butir- butir tes yang telah disusun mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Untuk menentukan koefisien validitas ini, hasil penelitian dari kedua pakar dimasukkan ke dalam tabulasi silang (2x2) yang terdiri dari dua kolom A, B, C dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan seseorang antara penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju, penilai kedua tidak setuju atau sebaliknya). Kolom D adalah sel
  • 7. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai (judges). Tabel 02. Formula Gregory Dari tabel di atas dapat dicari validitas isi (content validity) dengan menggunakan rumus Gregory : VC = Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien validitas itu berada, maka diketahui berdasarkan kriteria di bawah ini. Koefisien bergerak dari + s/d 1, dengan kriteria : Tabel 03. Rancangan tabulasi silang Setelah analisis isi tersebut dilakukan dengan melakukan uji validitas butir melalui analisis butir. “suatu angket (kuesioner) dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu angket (kuesioner) mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh angket (kuesioner) tersebut” (santoso, 2000 : 270) dalam penelitian ini nilai kevaliditasan suatu data atau butir pertanyaan yaitu : rxy : Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan harga table kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila rxy > r table pada taraf signifikansi 5%. Setelah diadakan pengujian validitas butir, kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan / pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mencari reliabilitas digunakan rumus Alpha, dimana rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan satu dan nol, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Dalam penelitian ini nilai kereliabelan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan r Alpha dengan r table dengan taraf signifikansi 5%. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut * + ∑( ) Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis deskriptif dengan menggunakan PAN (Penilaian Acuan Norma). Analisis ini digunakan untuk melihat atau mengetahui peningkatan konsentrasi belajar siswa yang ditentukan dengan membandingkan konsentrasi belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan dan sesudah dilaksanakan tindakan hingga mencapai rasa percaya diri yang tinggi. Untuk menentukan ukuran anggota dalam penelitian digunakan aturan kurve normal. Penentuan jumlah sampel Penilaian Judges Judges I Kurang Relevan Sangat Relevan Judges II Kurang Releva n A (- -) B (+ -) Sangat Releva n C (- +) D (+ +) D (A + B + C + D) N∑XY - (∑X)( ∑Y) √{N∑X2 -(∑X)2 }{N∑Y2 -(∑Y)2 }
  • 8. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 melalui kurve normal ditentukan melalui daerah yang dibatasi oleh kurve dan absisnya, daerah ini dinyatakan dalam bentuk persen (%) atau dalam proporsi. Jika dalam % maka kurve meliputi 100%. Seluruh daerah kurve dapat dibagi-bagi menjadi 6 bagian yaitu 3 bagian daerah diatas dan dibawah M (mean). Daerah yang dibagi-bagi tersebut berdasarkan jarak 1 (standar deviasi) diatas maupun dibawah M (mean). Maka dari itu M +1 – M +3 terkategori konsentrasi belajar tinggi, M -1 – <M+1 terkategori konsentrasi belajar sedang, dan M -3 – <M- 1 terkategori konsentrasi belajar rendah. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada siswa- siswa yang konsentrasi belajar yang rendah saja yang berada pada daerah M -3 – <M-1 . Untuk itu persentase daerah M -3 – <M- 1 dari 100% daerah kurve menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Untuk memperoleh M (mean) dan jarak (standar deviasi) dibantu dengan menggunakan Program Microsoft Excel 2007. Adapun deskripsi data yang diperoleh akan dicari arah kecenderungannya dengan membandingkan Mean Observasi dengan Mean Ideal. Formula yang digunakan sebagai berikut : MI = ⁄ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) SDI = ⁄ (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal) Untuk mendapatkan skor konsentrasi belajar, maka MI dan SDI harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian yang disebarkan terdiri dari 35 butir. Cara penskoran terhadap butir responden adalah jika butir pernyataannya positif maka rentangan skornya yaitu 5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk sesuai (S), 3 kurang sesuai (KS), 2 tidak sesuai (TS), 1 sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan untuk pernyataan negatif, maka nilainya adalah sebagai berikut : nilai 1 sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 kurang sesuai (KS), 4 untuk tidak sesuai (TS), 5 untuk sangat tidak sesuai (STS). Jadi skor tertinggi idealnya adalah 175 dan skor terendah idealnya adalah 35. Dari hasil analisis maka diperolehlah MI adalah 105 dan SDI adalah 23. Kriteria penggolongan konsentrasi belajar siswa, ditetapkan berdasarkan lima jenjang katagori seperti tabel di bawah ini : NO SKOR KUALIFIKASI 1 MI + 1,5 SDI MI +3SDI Sangat tinggi (A) 2 MI + 0,5SDI MI + 1,5SDI Tinggi (B) 3 MI -0,5SDI ≤ MI +0,5 SDI Sedang (C) 4 MI -1,5SDI ≤ MI -0,5 SDI Rendah (D) 5 MI -3SDI ≤ MI - 1,5SDI Sangat rendah (E) Kriteria keberhasilan penelitian tindakan bimbingan konseling ini sesuai dengan a konsentrasi belajar siswa yang sesuai dengan indikator-indikator tersebut. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa mencapai skor yang sudah didapatkan dari PAN (Penilaian Acuan Norma). Siswa yang mencapai skor di bawah skor yang di kategori sedang dan menunjukkan konsentrasi yang di alami siswa sudah dapat dinaikkan melalui konseling eksistensial humanistik dengan teknik meditasi. Untuk menentukan pencapaian hasil peningkatan konsentrasi belajar pada siswa tersebut digunakan sebuah pedoman penilaian. Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar pada norma relatif didasarkan atas Mean dan standar deviasi. Mean dan standar Deviasi tersebut dicari dengan
  • 9. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 menggunakan rumus statistik berdasarkan distribusi skor mentah yang dicapai oleh siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi belajar dibandingkan pada siklus awal, secara umum siswa sudah paham akan pentingnya konsentrasi belajar di masa depan. Hal ini nampak dari siswa sudah mulai konsentrasi belajarnya tinggi, mau mendengarkan guru pada saat menerangkan materi, rajin membuat tugas, rajin masuk kelas, dan aktif didalam kelas untuk bertanya ataupun menjawab soal. Pada siklus II siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 3 Singaraja sudah dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa dengan melihat hasil tes akhir yang diadakan. Sebelum tes diadakan siswa masih memiliki konsentrasi belajar sedang diberikan konseling kelompok, konseling individual. Siswa dilatih untuk dapat meningkatkan konsentrasi belajar yang baik. Dari hasil tes siklus II yang telah diadakan dapat dilihat perkembangannya dari grafik persentase perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II. Penerapan konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) sangat efektif digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa, karena konseling kognitif dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana kemampuan ia dalam berfikir yang dimiliki sehingga memiliki acuan dalam meningkatkan konsentrasi belajar yang tepat. PENUTUP Kesimpulannya, bahwa konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak mampu meningkatkan konsentrasi belajar pada siswa kelas X TKR 3 SMK Negeri 3 Singaraja.Peningkatan yang dicapai oleh 9 orang siswa tersebut dikarenakan pemberian tindakan pada konsentrasi belajar siswa dengan konseling kognitif teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) mempunyai dampak yang positif terhadap konsentrasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi belajar siswa dengan konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) sangat efektif untuk membantu siswa di dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Dari simpulan di atas dapat disampaikan beberapa saran mengenai konseling kognitif dengan teknik pembuatan kontrak (contingency contracting) untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa: a. Kepada siswa, sebaiknya sebagai seorang pelajar lebih meningkatkan konsentrasi belajarnya untuk pencapaian konsentrasi yang lebih baik lagi, baik di sekolah maupun di luar sekolah. b. Kepada guru BK, sebaiknya lebih aktif dalam pemberian layanan bimbingan konseling karena dengan demikian dapat membantu siswa yang mengalami masalah maupun yang tidak memiliki masalah sehingga siswa dapat mengembangkan konsentrasi belajarnya baik di sosial maupun akademiknya. c. Kepada kepala sekolah, sebaiknya mencari guru BK yang ahli dibidangnya sehingga dapat memberikan layanan secara profesional, efektif dan efisien, karena diharapkan guru BK dapat membantu tumbuh kembang anak dalam mengembangkan konsentrasi belajarnya, sehingga dapat
  • 10. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014 bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. d. Kepada peneliti lain, karena peneliti masih merasa jauh dari kesempurnaan maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih efektif dalam proses pemberian layanan sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu peneliti di dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar pada Siswa Kelas X TKR1 di SMK Negeri 3 Singaraja”, yaitu kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S., Kons, sebagai Ketua Jurusan Bimbingan Konseling Undiksha Singaraja. 2. Bapak Kadek Suranata, S.Pd.,M.Pd.,Kons selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan proposal dan skripsi. 3. Bapak Prof. Dr. I Ketut Dharsana, M.Pd., Kons, selaku pembimbing II yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini. 4. Bapak Drs. I Nyoman Suastika,M.Pd, selaku Kepala SMK Negeri 3 Singaraja, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian sekaligus pengambilan data di SMK Negeri 3 Singaraja. 5. Ibu Dra. Ni Wayan Wati, selaku guru pamong di sekolah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengambilan data selama PL- BKS. 6. Siswa-siswi kelas X TKR1 SMK Negeri 3 Singaraja yang telah bersedia membantu peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan data. 7. Teman-teman serta pihak lain yang telah membantu peneliti di dalam penyusunan skripsi ini. DAFTAR RUJUKAN Corey, Gerald. 2003. Toeri dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. Dharsana, Ketut. 2010. Diktat Konseling Karier dan Problematik Konseling. Singaraja : Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Komalasari,G. dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT Indeks 15 September 2009 Prayitno, Erman Amti. 2004 Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta, Rineka Cipta, 2004. Sedanayasa, Gede dan Suranata, Kadek. 2010. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Singraja. Selameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta. Sudjana, Nana.1996. Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung. Sinar Baru Algensindo.