1. 41
KEGIATAN BELAJAR 2:
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Deskripsi Umum
Selamat, karena anda telah menyelesaikan pembelajaran pada Kegiatan
Belajar 1 dan sekarang anda akan mendalami materi-materi pembelajaran
melalui perkuliahan pada Kegiatan Belajar 2. Pada bagian ini, ada empat
materi pembelajaran yang memerlukan pendalaman, dikusi dan sharing
bersama antar dosen-mahasiswa maupun antar sesama teman kelompok, yaitu
(1) definisi dan konsep dasar perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta
didik; (2) karakteristik perkembangan emosi, sosial, dan spiritual peserta
didik; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi, sosial, dan
spiritual peserta didik; (4) implikasi perkembangan emosional, sosial, dan
spiritual peserta didik dalam pembelajaran.
Mengapa anda perlu mempelajari perkembangan emosional, sosial dan
spiritual peserta didik? Jawabannya sederhana. Sebab setiap anak memiliki
tingkatan perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda-beda. Ada banyak
aspek yang melatari, membentuk dan berpengaruh terhadap tingkat
kematangan emosional, sosial dan spiritual seorang peserta didik. Setiap guru
dituntut agar memahami perkembangan peserta didiknya sehingga
memudahkan guru mendesain model pembelajaran, menggunakan metode
yang tepat, dan mengadapatasi kebiasaan-kebisaan baru yang dialami peserta
didik baik di masyarakat maupun di lingkungan sekolah masing-masing.
Peserta didik dewasa ini mengalami perkembangan teknologi dan informasi
melalui revolusi digitalisasi dan kecapatan mengkonsumsi, memproduksi, dan
menyebarkan sumber-sumber belajar secara online. Pada aspek ini, guru
memang harus tanggap, adaptif dan realistik terhadap perubahan dan
pekembangan peserta didik yang terus bergerak ke arah perubahan yang
begitu cepat terutama dalam bidang pendidikan. Secara teoretis,
perkembangan emosional, sosial, dan spiritual peserta didik mempengaruhi
proses pembelajaran di kelas maupun pembelajaran dengan bantuan aplikasi
online. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik yang professional,
kemampuan pedagogik guru akan memotivasi guru untuk mendesain
pembelajaran yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan peserta didik
3. 43
Petunjuk Penggunaan Modul
Agar proses pendalam materi pada Kegiatan Belajar 2 ini berjalan dengan
baik, maka mahasiswa diharapkan mengikuti petunjuk belajar berikut ini:
a) Sebelum membaca materi modul dalam KB 2 ini, renungkan terlebih
dahulu apa yang menjadi capaian pembelajaran, agar terbangun rasa
tanggung jawab dan kesungguhan dalam belajar.
b) Bacalah materi modul dengan cermat dan seksama, serta tambahkan
catatan-catatan seperlunya untuk membantu ingatan anda.
c) Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan dalam modul dengan sungguh-
sungguh. Jangan lupa gunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah
anda miliki sebelumnya.
d) Kerjakan tes formatif yang diberikan seoptimal mungkin dan gunakan
rambu-rambu jawaban untuk mengetahui seberapa tingi ketuntasan belajar
anda.
Selamat belajar dan semoga anda berhasil masuk pada pembelajaran
berikutnya.
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada Kegiatan Belajar 2 ini
diharapkan mahasiswa dapat merumuskan perkembangan kognitif peserta
didik untuk mendukung tugas keprofesian dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang mendidik agar membangun sikap dan
karakter generasi milenial Indonesia secara intelektual, moral, emosional,
spiritual, dan sosial.
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi dalam Kegiatan Belajar 2 ini, mahasiswa dapat:
1. Menelaah definisi dan konsep dasar perkembangan kognitif peserta
didik
2. Menguraikan karakteristik kemampuan proses dan ketrampilan kognitif
peserta didik
3. Menguraikan komponen keterampilan kognitif peserta didik
4. Mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
peserta didik
4. 44
Pokok Materi Dalam Peta Konsep
1. Definisi dan konsep dasar perkembangan kognitif peserta didik
2. Karakteristik kemampuan proses dan ketrampilan kognitif peserta didik
3. Komponen keterampilan kognitif peserta didik
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik
5. 45
Uraian Materi
A. Definisi dan konsep dasar perkembangan kognitif peserta didik
Istilah cognitve berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau
mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Secara sederhana, dapat dipahami bahwa
kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berpikir
lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Namun
ada beberapa aspek juga yang mempengaruhi perkembangan anak. Serupa
dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak
juga mengalami perkembangan tahap demi tahap.
Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini sangat memudahkan
peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak
mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan
masyarakat dan lingkungan. Kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesa (sinthesis),
evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan
mental (otak). Dari pengertian kognitf tersebut, dapat diartikan bahwa kognitif
memiliki persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal) (Dewi, 2022).
Istilah kognitif berasal dari kata cognition atau knowing yang artinya
konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak
dalam pemerolehan, organisasi atau penataan, dan penggunaan. Sedangkan
dalam arti luas, kognitif merupakan ranah kejiawaan yang berpusat di otak
dan berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) (Mulyani,
2018). Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali
ditunjukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2012).
Kognisi didefinisikan sebagai proses berpikir dimana informasi dari
pancaindera diubah, direduksi, dielaborasi, diperbaiki, dan digunakan. Istilah
kognitif menurut Chaplin adalah salah satu wilayah atau domain/ranah
psikologis manusia yang meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
6. 46
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kognitif juga memiliki hubungan dengan
kehendak dan perasaan yang berkaitan dengan wilayah rasa (Mauliya, 2019).
Secara sederhana perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai
perkembangan yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan proses
individu dalam kemampuan berfikirnya, seperti kemampuan memahami,
menalar, mengingat, menghafal, melakukan pemecahan masalah, dan
berkreatifitas. Pemahaman tentang perkembangan kogntif pada peserta didik
dapat digunakan sebagai acuan seorang pendidik dalam proses pembelajaran
dengan peserta didiknya dan menjadi dasar untuk perkembangan selanjutnya.
Sehingga dengan berkembangnya kemampuan kognitif peserta didik secara
optimal, maka akan mempermudah menguasai pengetahuan dan
pembelajaran dengan lebih luas sehingga peserta didik (Simanjuntak &
Siregar, 2022).
Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak
berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir
untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolok
ukur pertumbuhan kecerdasan (Khadijah (2016). Perkembangan kognitif
adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya
(Desmita, 2010: 103). Beberapa gagasan mengenai perkembangan kognitif anak
sebagaimana dikemukakan para ahli yang dikutip Sulyandari, (2021) disajikan
berikut ini.
Menurut Montesorri, kognitif adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan nalar dan kemampuan otak. Dalam gagasan Piaget, kognitif adalah
seluruh perjalanan perkembangan anak untuk membentuk kemampuan
kognitifnya mulai dari bayi hingga dewasa. Hal itu tentunya melibatkan
sebuah skema penting dalam hidup. Selanjutnya menurut Vygotsky, kognitif
adalah proses berpikir anak yang terjadi secara bertahap dengan pengaruh
stimulus dari luar. Purnamasari & Nurhayati, (2018) mendefinisikan
kemampuan kognitif dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Kognisi
itu sendiri adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal,
termasuk didalamnya mengamati, melihat memperhatikan, memberikan,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Sejalan
dengan gagasan-gagasan yang dikemukakan, maka menurut Fauzia (2023),
perkembangan kognitif adalah perubahan yang terjadi pada domian ranah
kognitif dimana aktifitas mental seperti berpikir, mengingat, berimajinasi,
7. 47
memecahkan masalah, berkreatifitas dan berbahasa, menjadi lebih baik, lebih
matang, lebih kompleks dan berfungsi dengan baik.
Kognisi adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Proses kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi)
yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada
ide-ide dan belajar. Setiap individu berpikir menggunakan inteleknya.
Kemampuan inteligensilah yang menentukan cepat tidaknya atau
terselesaikan tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi. Kecerdasan
merupakan kemampuan mental tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Tingkat
kecerdasan dapat membantu seseorang dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang muncul dalam kehidupannya. Kecerdasan sudah dimiliki
manusia sejak lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga dewasa.
Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin
sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca
inderanya (Sujiono, dkk (2013).
Mengacu pada berbagai definisi dan gagasan yang dikemukakan di atas,
maka disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah kematangan
pancaindera manusia melalaui kemampuan penalaran untuk berpikir, melihat,
berimajinasi, mengingat, menghafal, dan berkreasi melalui koordinasi dan
mobilisasi fungsi-fungsi kecerdasan sebagai dampak dari perkembangan fisik
dan psikis anak-anak. Dalam kaitan itu, perkembangan kognitif akan
menunjukkan setiap anak memiliki tahapan dan kecepatan yang berbeda-beda.
Serentak dengan itu, perkembangan kognitif setiap anak sebagai peserta didik
merupakan indikasi bagi bagi guru untuk mendesain pembelajaran
berdiferensiasi sehingga menjawa tujuan pembelajaran di sekolah.
B. Karakteristik Kemampuan Proses dan Ketrampilan Kognitif Peserta
Didik
Setiap anak memiliki tahapan perkembangan kognitif yang berbeda-beda.
Hal ini ditunjukkan melalui tingkat kematangan fisik maupun kognitif
sehingga bisa diamati karakteristiknya melalui suatu proses dan tahapan.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif dan karakteristik anak sebagai
peserta didik pada bagian ini diuraikan sesuai pandangan dari para ahli
psikologi yang tetap menjadi rujukan dan standar pengetahuan mengenai
8. 48
perilaku anak-anak hingga menjadi remaja dewasa. Beberapa teori mengenai
tahapan, proses pembentukan dan perkembangan kognitif anak dikemukakan
untuk membantu guru maupun orang tua mendalami aspek kognitif peserta
didik. Jean Piaget membagi tahapan kognitif anak atas empat tahapan yakni:
1. Periode Sensori Motor (usia 0 – 2 tahun)
Bagi anak pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indera). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti suatu objek itu ada bila
ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya, ia mulai berusaha
mencai objek yang awalnya mulai terlihat kemudian menghilang dari
pandangannya asal perpindahannya terlihat.
2. Praoperasional (usia 2 – 7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkret.
Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pengalaman
konkret dari pada pengalaman logis, sehingga jika ia melihat objek-objek
yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakannya berbeda pula.
3. Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda-benda konkret. Kemampuan ini terwujud dalam
memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan
serasi. Mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda
secara objektif.
4. Operasi Formal (11 tahun hingga dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan
menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan
benda-benda konkrit tidak diperlukan lagi. Anak dapat bernalar tanpa
harus berhadapan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran
terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya menggunakan
simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang
menyatakan hubungan diantara me mahami hubungan-hubungan konsep
promosi.
Empat tahapan perkembangan kognitif yang dikemukakan di atas mutlak
melalui empat proses kognitif juga yang disebut Piaget harus melibatkan
skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi, sebagaimana dikutip
Simanjuntak & Siregar, (2022) yakni; (a) skema merupakan struktur kognitif
9. 49
yang terdiri dari ide, gagasan dan konsep; (b) asimilasi adalah proses
penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
individu. Artinya apabila individu memperoleh informasi yang baru maka hal
tersebut akan berintegrasi dengan pengetahuan yang dimilikinya; (c) akomodasi
adalah proses penyesuaian atau perubahan struktur kognitif karena informasi
yang baru. Artinya pengetahuan yang sudah dimiliki harus disesuaikan
dengan informasi baru yang diterima, dan (d) ekuilibrasi yaitu kemampuan
menyeimbangkan antara asimilasi dan akomodasi.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Vygotsky (Simanjuntak &
Siregar, 2022) terbagi atas empat prinsip utama yakni; (a) pembelajaran sosial
(social learning); dimana peserta didik dapat belajar dari interaksi yang
dilakukannya dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten
atau cakap. Interaksi sosial tersebut dapat memancing terbentuknya ide baru
dan memperluas perkembangan intelektual peserta didik; (b) Zona
Perkembangan ZPD; dimana konsep ZPD (zone of proximal development) biasa
dikenal sebagai zona perkembangan yaitu orang terdekat peserta didik (guru,
teman sebaya, dan orang tua) yang diharapkan dapat membantu peserta didik
dalam memecahkan masalah. Maksudnya di sini, peserta didik yang tidak
mampu menyelesaikan sendiri tugasnya akan dapat terselesaikan dengan
bimbingan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sejawatnya, dan (c)
Scaffolding (perancahan); dimana Scaffholding merupakan proses memberikan
bantuan berupa petunjuk kepada peserta didik di awal tahap pembelajaran
yang diharapkan peserta didik dapat belajar secara mandiri kedepannya.
Menurut Brunner, (Simanjuntak & Siregar, 2022) terdapat tiga tahapan
perkembangan kognitif yang terjadi pada anak-anak yaitu:
1) Tahap Enaktif; pada tahap enaktif, individu belajar untuk memahami
lingkungan disekitarnya melalui kegiatan-kegiatan atau respon terhadap
suatu objek. Dalam artian memahami dunia sekitarnya dengan
menggunakan kemampuan motoriknya. Seperti melalui sentuhan,
pegangan dan gigitan.
2) Tahap Ikonik; pada tahap ikonik, individu memahami dunia sekitarnya
menggunakan visualisasi melalui penggunaan model dan gambar-gambar.
3) Tahap Simbolik; pada tahap simbolik, individu mampu memiliki gagasan
atau pemikiran abstrak, yaitu dengan memahami simbol-simbol bahasa,
logika, matematika, dan lain sebagainya.
10. 50
Menurut Ausubel, (Simanjuntak & Siregar, 2022) ada dua jenis belajar
yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote
learning).
a) Belajar bermakna (meaningful learning); belajar bermakna artinya bahan
materi pelajaran haruslah bermakna. Pengelompokkan proses belajar
menurut Ausebel bermakna dalam dua dimensi, yaitu: (1) berkaitan
dengan cara materi atau informasi yang disajikan ke peserta didik; (2) cara
peserta didik dapat mengaitkan materi pelajaran atau informasi dengan
konsep (struktur kognitif) yang dipelajari dan dipahaminya.
b) Belajar menghafal (rote learnig); rote learning atau belajar hafalan dapat
terjadi jika peserta didik tidak mampu mengaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan lama yang dikuasainya. Pada bagian kedua ini,
Ausebel menentukan alternatif menghafal sebagai cara terakhir jika
kemampuan peserta untuk mengaitkan pengetahuan yang lama dan baru
belum meningkat.
Keterampilan kognitif menurut Gagne seperti dikutip Nurhadi, (2020),
bahwa belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Pengolahan otak manusia :1) Reseptor; 2) Sensory register; 3) Short-term
memory; 4) Long-term memory; 5) Response generator. Salah satu teori yang
berasal dari psikolog kognitf adalah teori pemrosesan informasi yang
dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang
sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol informasi
yang diterimanya dan kemudian diteruskan.
2) Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris): yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan
mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek
dan sebagian hilang dalam sistem.
3) Short term memory (memory jangka pendek): menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan
11. 51
informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat
ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
4) Long Term memory (memori jangka panjang): menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan
dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
5) Response generator (pencipta respon): menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi
jawaban.
Karakteritik keterampilan proses kognitif juga dikemukakan dalam Modul
Perkembangan Peserta Didik (Pendis, 2020) yaitu; persepsi, memori dan atensi.
Masing-masing dijelaskan berikut.
a) Persepsi
Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah
dimiliki untuk memperoleh dan mengintrepetasi stimulus (rangsangan) yang
diterima oleh system alat indera manusia. Meskipun persepsi bergantung pada
indra manusia, proses kognitif yang ada pada diri manusia akan
memungkinkan terjadinya proses penyaringan, perubahan atau modifikasi
dari stimulus yang ada. Persepsi adalah proses kognitif yang kompleks untuk
menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali
sangat berbeda dengan kenyataan sesungguhnya. Persepsi meliputi suatu
interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu:
seleksi, penyusunan dan penafsiran.
b) Memori (Ingatan)
Memori adalah sistem kognitif manusia yang mempunyai fungsi
menyimpan informasi atau pengetahuan. Terdiri atas tiga bentuk yaitu;
memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang. Perlu
juga dipahami bahwa di samping strategi-strategi memori di atas, juga
terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia,
sifat-sifat anak (termasuk sikap, motivasi, dan kesehatan), serta pengetahuan
yang telah di peroleh anak sebelumnya.
c) Atensi
Aspek-aspek atensi seperti (a) Reseptor adjustment: penyesuaian alat indra
terhadap objek yang menjadi perhatianya, (b) Postural adjustment: penyesuaian
12. 52
sikap tubuh terhadap objek yang menjadi perhatiannya adalah yang menraih
perhatianya, (c) Muscle tention: adanya tegangan otot, Dalam hal ini
berhubungan dengan adanya perhatian, disitulah adanya pemusatan energi,
(d) Central nervous adjustment: penyesuaian saraf pusat dalam melakukan
perhatian. Hal ini dikarenakan dalam setiap penyesuaian mekanisme saraf
pusat yang mengaturnya, dan (e) Increases clearness: semakin jelas objek yang
menjadi perhatian, akan semakin menarik perhatian individu.
Berbagai teori dan gagasan yang dikemukakan para ahli di atas
menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik, kemampuan
proses dan ketrampilan kognitif yang berbeda-beda. Mereka tumbuh dan
berkembang dalam situasi dan rangsangan yang beragam. Faktor-faktor
dominan seperti keturunan, lingkungan, orang tua, guru, teman sebaya, usia,
dan lain-lain mutlak diperhatikan dalam memahami perkembangan kognitif
setiap anak.
C. Komponen keterampilan kognitif peserta didik
Keterampilan kognitif yang dimiliki setiap anak memiliki komponen
yang berbeda-beda sesuai tingkatan perkembangan usia masing-masing
kelompok. Secara teoretis, ada perbedaan pandangan dan prinsip terutama di
kalangan para ahli psikologi dalam aspek mengelompokkan keterampilan
kognitif anak-anak, dan utamanya anak-anak sebagai peserta didik. Dalam
kaitan itu, melalui Permendikbud nomor 137 tahun 2014, telah disepakati
untuk menyusun pengelompokkan dan pemetaan tingkat perkembangan anak
usia dini (AUD) termasuk aspek kognitif sebagai berikut.
Tabel 2.1
Kelompok Usia Lahir – 12 Bulan
Lingkup
Perkembanga
n
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
3 bulan 3 – 6 bulan 6 – 9 bulan 9 – 12 bulan
Kognitif 1.Mengenali 1. Memperhati Mengamati Memahami
13. 53
C. Mengenali
Lingkunga
n di
sekitarnya
wajah orang
terdekat
(ibu/ ayah)
2.Mengenali
suara orang
terdekat
(ibu/ ayah)
kan benda
yang ada di
hadapannya
2. Mendengark
an suara-
suara di
sekitarnya
3. Ingin tahu
lebih dalam
dengan
benda yang
dipegangnya
(misal: cara
membongka
r,
membanting
, dll)
berbagai
benda yang
bergerak
perintah
sederhana
D.Menunjukk
an reaksi
atas
rangsangan
Memperhatika
n benda
bergerak atau
suara/
mainan yang
menggantung
di atas tempat
tidur
Mengulurkan
kedua tangan
untuk
meminta
(misal:
digendong,
dipangku,
dipeluk)
1. Mengamat
i benda
yang
dipegang
kemudian
dijatuhkan
2. Menjatuhk
an benda
yang
dipegang
secara
berulang
3. Berpaling
ke arah
sumber
suara
1.Memberi
reaksi
menoleh
saat
namanya
dipanggil
2.Mencoba
mencari
benda yang
disembunyi
kan
3.Mencoba
membuka/
menutup
gelas/cang
kir
Pada tabel 2.1 tingkat pencapaian perkembangan anak dibagi atau
dikelompokkan atas usia 3 bulan, usia 3-6 bulan, 6-9 bulan, dan 9-12 bulan.
Kategori ini berbeda dengan 2 tahun ke atas pada tabel-tabel selanjutnya.
14. 54
Sebab pada kategori usia ini, perkembangan kognitif mereka sedikit berbeda
dari yang lain. Setiap bulan, aspek kognitif mereka berkembang dan memiliki
ciri-khas yang perlu diamati dan dievaluasi. Hal ini tentu menolong orang tua
maupun guru untuk menentukan model dan pendekatan berbeda dalam
pendampingan dan pembelajaran di rumah maupun di kelas.
Tabel 2.2
Kelompok Usia 12 – 24 Bulan
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
12 - 18 bulan 18 – 24 bulan
Kognitif
A.Belajar dan
peme-cahan
masalah
1. Menyebut beberapa
nama benda, jenis
makanan
2. Menanyakan nama benda
yang belum dikenal
3. Mengenal beberapa
warna dasar (merah,
biru, kuning, hijau)
4. Menyebut nama sendiri
dan orangorang yang
dikenal
1.Mempergunakan alat
permainan dengan cara
memainkannya tidak
beraturan, seperti balok
dipukul-pukul
2.Memahami gambar wajah
orang
3.Memahami milik diri
sendiri dan orang lain
seperti: milik saya, milik
kamu
4.Menyebutkan berbagai
nama makanan dan
rasanya (misal,garam-asin,
gula-manis)
B. Berpikir logis 1. Membedakan ukuran
benda (besarkecil)
2. Membedakan
penampilan yang rapi
atau tidak
3. Merangkai puzzle
sederhana
1.Menyusun balok dari
besar ke kecil atau
sebaliknya
2.Mengetahui akibat dari
suatu perlakuannya
(misal: menarik taplak
meja akan menjatuhkan
barang-barang di atasnya)
3.Merangkai puzzle
C. Berpikir
simbolik
Menyebutkan bilangan
tanpa menggunakan jari
dari 1 -10 tetapi masih suka
ada yang terlewat
Menyebutkan angka satu
sampai lima dengan
menggunakan jari
15. 55
Tabel 2.3
Kelompok Usia 2 – 4 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
2 – 3 Tahun 3 – 4 tahun
Kognitif
A.Belajar dan
Pemecahan
Masalah
1. Melihat dan menyentuh
benda yang
ditunjukkan oleh orang
lain
2. Meniru cara pemecahan
orang dewasa atau
teman
3. Konsentrasi dalam
mengerjakan sesuatu
tanpa bantuan orangtua
4. Mengeksplorasi sebab
dan akibat
5. Mengikuti kebiasaan
sehari-hari (mandi,
makan, pergi ke
sekolah)
1. Paham bila ada bagian
yang hilang dari suatu pola
gambar seperti pada
gambar wajah orang
matanya tidak ada, mobil
bannya copot, dsb
2. Menyebutkan berbagai
nama makanan dan
rasanya (garam, gula atau
cabai)
3. Menyebutkan berbagai
macam kegunaan dari
benda
4. Memahami persamaan
antara dua benda
5. Memahami perbedaan
antara dua hal dari jenis
yang sama seperti
membedakan antara buah
rambutan dan pisang;
perbedaan antara ayam
dan kucing
6. Bereksperimen dengan
bahan menggunakan cara
baru
7. Mengerjakan tugas sampai
selesai
8. Menjawab apa yang akan
terjadi selanjutnya dari
berbagai kemungkinan
9. Menyebutkan bilangan
angka 1-10
16. 56
10. Mengenal beberapa
huruf atau abjad tertentu
dari A-z yang pernah
dilihatnya
B. Berpikir
Logis
1. Menyebut bagian-
bagian suatu gambar
seperti gambar wajah
orang, mobil, binatang,
dsb
2. Mengenal bagian-
bagian tubuh (lima
bagian)
3. Memahami konsep
ukuran (besarkecil,
panjang-pendek)
4. Mengenal tiga macam
bentuk
5. Mulai mengenal pola
6. Memahami simbol
angka dan maknanya
1. Menempatkan benda
dalam urutan ukuran
(paling kecil-paling besar)
2. Mulai mengikuti pola
tepuk tangan
3. Mengenal konsep banyak
dan sedikit
4. Mengenali alasan mengapa
ada sesuatu yang tidak
masuk dalam kelompok
tertentu
5. Menjelaskan model/karya
yang dibuatnya
C. Berpikir
Simbolik
1. Meniru perilaku orang
lain dalam
menggunakan barang
2. Memberikan nama atas
karya yang dibuat
3. Melakukan aktivitas
seperti kondisi nyata
(misal: memegang
gagang telepon)
1. Menyebutkan peran dan
tugasnya (misal, koki
tugasnya memasak)
2. Menggambar atau
membentuk sesuatu
konstruksi yang
mendeskripsikan sesuatu
yang spesifik
3. Melakukan aktivitas
bersama teman dengan
terencana (bermain
berkelompok dengan
memainkan peran tertentu
seperti yang telah
direncanakan)
Tabel 2.4
17. 57
Kelompok Usia 4 – 6 Tahun
Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
4 – 5 Tahun 5 – 6 tahun
Kognitif
A.Belajar dan
Pemecahan
Masalah
1. Mengenal benda
berdasarkan fungsi
(pisau untuk memotong,
pensil untuk menulis)
2. Menggunakan benda-
benda sebagai permainan
simbolik (kursi sebagai
mobil)
3. Mengenal konsep
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
(gerimis, hujan, gelap,
terang, temaram, dsb)
4. Mengetahui konsep
banyak dan sedikit
5. Mengkreasikan sesuatu
sesuai dengan idenya
sendiri yang terkait
dengan berbagai
pemecahan masalah
6. Mengamati benda dan
gejala dengan rasa ingin
tahu
7. Mengenal pola kegiatan
dan menyadari
pentingnya waktu
8. Memahami
posisi/kedudukan dalam
keluarga, ruang,
lingkungan sosial (misal:
sebagai peserta
didik/anak/teman)
1.Menunjukkan aktivitas
yang bersifat eksploratif
dan menyelidik (seperti:
apa yang terjadi ketika air
ditumpahkan)
2.Memecahkan masalah
sederhana dalam
kehidupan sehari-hari
dengan cara yang fleksibel
dan diterima sosial
3.Menerapkan pengetahuan
atau pengalaman dalam
konteks yang baru
4.Menunjukkan sikap
kreatif dalam
menyelesaikan masalah
(ide, gagasan di luar
kebiasaan)
B. Berfikir Logis 1. Mengklasifikasikan
benda berdasarkan
1. Mengenal perbedaan
berdasarkan ukuran:
18. 58
fungsi, bentuk atau
warna atau ukuran
2. Mengenal gejala sebab-
akibat yang terkait
dengan dirinya
3. Mengklasifikasikan
benda ke dalam
kelompok yang sama
atau kelompok yang
sejenis atau kelompok
yang berpasangan
dengan 2 variasi
4. Mengenal pola (misal,
AB-AB dan ABC-ABC)
dan mengulanginya
5. Mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi
ukuran atau warna
“lebih dari”; “kurang
dari”; dan “paling/ter”
2. Menunjukkan inisiatif
dalam memilih tema
permainan (seperti: ”ayo
kita bermain pura-pura
seperti burung”)
3. Menyusun perencanaan
kegiatan yang akan
dilakukan
4. Mengenal sebab-akibat
tentang lingkungannya
(angin
bertiupmenyebabkan
daun bergerak, air dapat
menyebabkan sesuatu
menjadi basah)
5. Mengklasifikasikan
benda berdasarkan
warna, bentuk, dan
ukuran (3 variasi)
6. Mengklasifikasikan
benda yang lebih banyak
ke dalam kelompok yang
sama atau kelompok
yang sejenis, atau
kelompok berpasangan
yang lebih dari 2 variasi
7. Mengenal pola ABCD-
ABCD
8. Mengurutkan benda
berdasarkan ukuran dari
paling kecil ke paling
besar atau sebaliknya
C. Berfikir
Simbolik
1. Membilang banyak
benda satu sampai
sepuluh
1. Menyebutkan lambang
bilangan 1-10
2. Menggunakan lambang
19. 59
2. Mengenal konsep
bilangan
3. Mengenal lambang
bilangan
4. Mengenal lambang huruf
bilangan untuk
menghitung
3. Mencocokkan bilangan
dengan lambang bilangan
4. Mengenal berbagai
macam lambang huruf
vokal dan konsonan
5. Merepresentasikan
berbagai macam benda
dalam bentuk gambar
atau tulisan (ada benda
pensil yang diikuti
tulisan dan gambar
pensil)
Tabel-tabel yang diuraikan di atas mengenai tingkat pencapaian
perkembangan anak terutama anak usia dini (AUD), adalah hasil sinkronisasi
dan simpulan dari berbagai teori dari para ahli psikologi dan perilaku
manusia. Melalui Permendikbud nomor 137 tahun 2014, pemerintah
menentukan standar nasional perilaku perkembangan anak yang digunakan
untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini. Hasil riset Dewi,
(2022) yang mengkaji implementasi teori Jean Piaget dalam pembelajaran,
membagi kemampuan kognitif yang dimiliki anak menurut umur atau kelas
dan penerapannya pada kegiatan pembelajaran:
a) Kemampuan kognitif anak usia 7 tahun (kelas 1 SD).
Kemampuan kognitif anak pada usia ini masih pada tahap pengetahuan
dan pemahaman yang masih terbatas, meskipun anak sudah masuk ada fase
operasional konkret. Dalam konteks pendidikan, mengacu pada teori
Taksonomi Bloom bahwa pada fase ini anak memasuki jenjang yang paling
rendah yaitu C1 (mengingat) dan awal jenjang C2 (memahami).
b) Kemampuan kognitif anak usia 8 tahun (kelas 2 SD).
Kemampuan kognitif yang dimiliki pada fase ini tidak lebih buruk dari
fase sebelumnya. Pada dunia pendidikan anak mulai menapaki jenjang C2
yaitu memahami sesuatu dan menuju tahap C3 yaitu menerapkan sesuatu
yang lebih baik dan terampil. Anak sudah mampu membaca suatu bacaan
cerita secara mulus, membedakan golongan warna yang mempunyai
20. 60
kesamaan serta bisa menyelesaikan tugas yang berbentuk kolom dan baris.
Anak juga mulai mampu paham dengan pesan dalam suatu teks seperti cerpen
maupun dongeng, juga mampu dalam pengerjaan soal-soal yang berkaitan
dengan bacaan. Pada tahap ini kemampuan anak Juga sudah sampai pada
pengelompokan jenis dan pengurutan objek secara benar dan sigap.
c) Kemampuan kognitif anak usia 9 tahun (kelas 3 SD).
Pada fase ini, kemampuan kognitif semakin meningkat. Anak sudah bisa
memecahkan masalah yang lebih rumit, karena anak sudah cukup banyak
memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman dari proses-proses
sebelumnya. Anak sudah memasuki tingkat C3 yaitu menerapkan. Jika pada
tahap sebelumnya, materi yang diberikan cenderung berkaitan dengan objek
yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, di tahap ini anak sudah
mulai bisa untuk diajak pada pemikiran yang lebih jauh dalam berkhayal
terhadap suatu objek yang digambarkan. Anak- anak sudah bisa memahami
sebab akibat terjadinya sesuatu dan dapat mencari solusi dalam memecahkan
suatu masalah, tetapi masih membutuhkan bantuan guru atau teman sebaya.
d) Kemampuan kognitif anak usia 10 tahun (kelas 4 SD).
Pada fase ini anak memiliki daya kritis yang semakin baik, anak dapat
menelaah suatu masalah secara mendalam dengan berbagai dimensi.
Kemampuan kognitif pada ranah C3 yaitu menerapkan, fase ini lebih baik
daripada usia sebelumnya, anak bukan hanya mampu untuk menghitung dan
mengubah melainkan sudah dapat membandingkan objek-objek yang ada.
e) Kemampuan kognitif anak usia 11-12 tahun (kelas 5-6 SD).
Pada usia sebelumnya, anak bisa berfikir logis dan sistematis yang
mangacu terhadap objek empirik (nyata) yang dapat di tangkap oleh indra.
Berbeda dengan pada fase anak yang berada pada usia 11 tahun hingga 12
tahun ke atas, anak mulai mampu berpikir pada sesuatu yang
berkemungkinan terjadi. Fase ini disebut dengan fase operasional formal.
Ariyana, dkk (2018: 6-10) dalam Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi
Pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, membahas secara tuntas ranah
kognitif sebagaimana diulas secara luas berikut ini. Ranah kognitif meliputi
kemampuan dari peserta didik dalam mengulang atau menyatakan kembali
konsep/prinsip yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran yang telah
didapatnya. Proses ini berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir,
kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran pada ranah
21. 61
kognitif menurut Bloom merupakan segala aktivitas pembelajaran menjadi 6
tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi.
Tabel 2.5 Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom
PROSES KOGNITIF DEFINISI
C1 L
O
T
S
Mengingat Mengambil pengetahuan yang relevan dari
ingatan
C2 Memahami Membangun arti dari proses pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan
gambar
C3 Menerapkan/
Mengaplikasikan
Melakukan atau menggunakan prosedur
di dalam situasi yang tidak biasa
C4
H
O
T
S
Menganalisis Memecah materi ke dalam bagian-
bagiannya dan menentukan bagaimana
bagian-bagian itu terhubungkan
antarbagian dan ke struktur atau tujuan
keseluruhan
C5 Menilai/Mengevaluasi Membuat pertimbangan berdasarkan
kriteria atau standar
C6 Mengkreasi/Mencipta Menempatkan unsur-unsur secara
bersama-sama untuk membentuk
keseluruhan secara koheren atau
fungsional; menyusun kembali unsur-
unsur ke dalam pola atau struktur baru
Anderson dan Krathwoll melalui taksonomi yang direvisi memiliki
rangkaian proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif dengan
menambahkan dimensi pengetahuan, seperti:
1) Pengetahuan faktual. Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang
harus diketahui para peserta didik jika mereka akan dikenalkan dengan
suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya.
Elemen-elemen biasanya merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan
beberapa referensi konkret, atau "benang-benang simbol" yang
menyampaikan informasi penting. Sebagian terbesar, pengetahuan faktual
muncul pada level abstraksi yang relatif rendah. Dua bagian jenis
pengetahuan faktual adalah;
22. 62
▪ Pengetahuan terminologi meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal
dan non-verbal tertentu (contohnya kata-kata, angka-angka, tanda-tanda,
dan gambar-gambar).
▪ Pengetahuan yang detail dan elemen-elemen yang spesifik mengacu
pada pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-orang,
tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.
2) Pengetahuan konseptual. Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema,
model-model mental, atau teori-teori eksplisit dan implisit dalam model-
model psikologi kognitif yang berbeda. Pengetahuan konseptual meliputi
tiga jenis:
▪ Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas,
pembagian, dan penyusunan spesifik yang digunakan dalam pokok
bahasan yang berbeda.
▪ Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu
akademis dan digunakan untuk mempelajari fenomena atau
memecahkan masalah-masalah dalam disiplin ilmu.
▪ Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi bersama dengan hubungan-
hubungan diantara mereka yang menyajikan pandangan sistemis, jelas,
dan bulat mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok bahasan yang
kompleks.
3) Pengetahuan prosedural, "pengetahuan mengenai bagaimana" melakukan
sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup
rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural
sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah-langkah yang akan
diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma-
algoritma, teknik-teknik, dan metode-metode secara kolektif disebut
sebagai prosedur-prosedur.
▪ Pengetahuan keahlian dan algoritma spesifik suatu subjek
Pengetahuan prosedural dapat diungkapkan sebagai suatu rangkaian
langkah-langkah, yang secara kolektif dikenal sebagai prosedur.
Kadangkala langkah-langkah tersebut diikuti perintah yang pasti; di
waktu yang lain keputusan-keputusan harus dibuat mengenai langkah
mana yang dilakukan selanjutmya. Dengan cara yang sama, kadang-
kadang hasil akhirnya pasti; dalam kasus lain hasilnya tidak pasti.
Meskipun proses tersebut bisa pasti atau lebih terbuka, hasil akhir
tersebut secara umum dianggap pasti dalam bagian jenis pengetahuan.
23. 63
▪ Pengetahuan teknik dan metode spesifik suatu subjek
Pengetahuan teknik dan metode spesifik suatu subjek meliputi
pengetahuan yang secara luas merupakan hasil dari konsesus,
persetujuan, atau norma-norma disipliner daripada pengetahuan yang
lebih langsung merupakan suatu hasil observasi, eksperimen, atau
penemuan. Bagian jenis pengetahuan ini secara umum menggambarkan
bagaimana para ahli dalam bidang atau disiplin ilmu tersebut berpikir
dan menyelesaikan masalah-masalah daripada hasil-hasil dari pemikiran
atau pemecahan masalah tersebut.
▪ Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur-
prosedur yang tepat
Sebelum terlibat dalam suau penyelidikan, para peserta didik dapat
diharapkan mengetahui metode-metode dan teknik-teknik yang telah
digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan yang sama. Pada suatu
tingkatan nanti dalam penyelidikan tersebut, mereka dapat diharapkan
untuk menunjukkan hubungan-hubungan antara metode-meode dan
teknik-teknik yang mereka benar-benar lakukan dan metode-metode
yang dilakukan oleh peserta didik lain.
4) Pengetahuan metakognitif, Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan
mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan
pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada
peserta didik untuk lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan
dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para peserta didik akan
menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan
lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika
mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar
lebih baik.
▪ Pengetahuan strategi
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan mengenai strategi-strategi
umum untuk pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah.
▪ Pengetahuan mengenai tugas kognitif, termasuk pengetahuan
kontekstual dan kondisional
Para peserta didik mengembangkan pengetahuan mengenai strategi-
trategi pembelajaran dan berpikir, pengetahuan ini mencerminkan baik
strategistrategi umum apa yang digunakan dan bagaimana
menggunakan mereka.
▪ Pengetahuan diri
24. 64
Kewaspadaan-diri mengenai kaluasan dan kelebaran dari dasar
pengetahuan dirinya merupakan aspek penting pengetahuan-diri. Para
peserta didik perlu memperhatikan terhadap jenis strategi yang berbeda.
Kesadaran seseorang cenderung terlalu bergantung pada strategi
tertentu, dimana terdapat strategi-strategi yang lain yang lebih tepat
untuk tugas tersebut, dapat mendorong ke arah suatu perubahan dalam
penggunaan strategi.
Dalam kaitan untuk melihat kombinasi dari dimensi pengetahuan dan
proses berpikir dapat menggunakan matrik seperti yang terlihat di bawah ini.
Tabel 2.6
Kombinasi dimensi pengetahuan dan proses berpikir
Tingkat kemampuan berpikir dari sebuah pembelajaran dengan membuat
matrik sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang diinginkan. Pada matrik
hubungan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses berpikir, untuk
dimensi proses berpikir C1 s.d. C3 dengan seluruh dimensi pengetahuan dan
C1 s.d. C6 dengan dimensi pengetahuan faktual, masuk kategori keterampilan
berpikir tingkat rendah, sedangkan untuk C4 s.d. C6 untuk dimensi
pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif merupakan katagori
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
25. 65
Gambar 2.1 Kombinasi dari dimensi pengetahuan dan proses kognitif
Kata kerja yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan
ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut.
Tabel 2.7
Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Mengingat
(C1)
Memahami
(C2)
Mengaplik
asikan
(C3)
Menganalis
is
(C4)
Mengevalu
asi
(C5)
Mencipta/
Membuat
(C6)
Mengutip
Menyebut
kan
Menjelaska
n
Menggam
bar
Membilan
g
Mengident
ifik
asi
Mendaftar
Menunjuk
kan
Memberi
labe
l
Memberi
ind
eks
Memasagk
an
Membaca
Memperkir
aka
n
Menjelaska
n
Menceritak
an
Mengkatag
orik
an
Mencirikan
Merinci
Mengasosi
asik
an
Membandi
ngk
an
Menghitun
g
Mengkontr
aska
n
Menjalin
Menugaska
n
Mengurutk
an
Menentuka
n
Menerapka
n
Mengkalku
lasi
Memodifik
asi
Menghitun
g
Membangu
n
Mencegah
Menentuka
n
Menggamb
arkan
Mengguna
kan
Menilai
Mengaudit
Mengatur
Menganima
si
Mengumpu
lkan
Memecahk
an
Menegaska
n
Menganalis
is
Menyeleksi
Merinci
Menominas
ikan
Mendiagra
mkan
Mengkorel
asikan
Menguji
Mencerahk
an
Membagan
Membandi
ngkan
Menyimpul
kan
Menilai
Mengarahk
an
Mempredi
ksi
Memperjel
as
Menugaska
n
Menafsirka
n
Mempertah
ankan
Memerinci
Mengukur
Merangku
m
Membuktik
an
Memvalida
Mengumpul
kan
Mengabstrak
si Mengatur
Menganimas
i
Mengkatago
rikan
Membangun
Mengkreasik
an
Mengoreksi
Merencanak
an
Memadukan
Mendikte
Membentuk
Meningkatk
an
Menanggula
ngi
Menggeneral
isasi
Menggabun
27. 67
n
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta
didik
Ditinjau dari aspek psikologis, perkembangan kognitif anak tidak terlepas
dari adanya pengaruh atau rangsangan dari luar. Pembentukan maupun
perkembangan kognitif anak ditentukan juga oleh faktor-faktor yang
berpengaruh langsung baik dari dalam maupun luar anak-anak. Dalam kaitan
itu, Jean Piaget membagi empat faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif peserta didik yakni;
1) Hereditas; hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang
baru lahir untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu,
hereditas akan mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahun-tahun
mendatang.
2) Pengalaman; pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar
perkembangan struktur kognitif dalam hal ini sering kali disebut sebagai
pengalaman fisis dan logika matematis.
3) Transmisi Sosial; transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan
pengaruh budaya terhadap ola berpikir anak.
4) Ekuilibrasi; ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap
individu akan terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga
faktor tadi, yaitu hereditas, pengalaman, dan transmisi sosial.
Menurut Sujiono, dkk., (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak-anak dapat dikategorikan atas enam faktor,
yakni: hereditas atau keturunan, lingkungan kematangan, pembentukan,
minat, bakat, dan kebebasan. Masing-masing faktor diuraikan berikut ini.
1) Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi
lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf inteligensi sudah ditentukan sejak
anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya. Para ahli
psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat bahwa taraf
inteligensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan. Pembawaan
28. 68
ditentukan oleh ciri-ciri yang dibawa sejak lahir (batasan kesanggupan).
Meskipun anak-anak menerima latihan dan pelajaran yang sama,
perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada (Monks, Knoers dan Haditono,
1999).
2) Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.
Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut perkembangan
taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan
yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
3) Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
4) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan dapat dibedakan
menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar/ informal). Sehingga manusia berbuat
inteligen untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk
penyesuaian diri.
5) Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang
akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya, seseorang yang
memiliki bakat tertentu, akan semakin mudah dan cepat mempelajari hal
tersebut.
6) Kebebasan
Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam
29. 69
memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja menurut
pandangan Gunarsa dan Gunarsa yaitu; faktor endogen (nature) dan faktor
eksogen:
1) Faktor Endogen (Nature)
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik
maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu
yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya postur tubuh (tinggi badan),
bakat minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Kalau kondisi fisik
individu dalam keadaan normal berarti ia berasal dari keturunan yang
normal pula yaitu tidak memiliki gangguan. Hal ini dapat dipastikan orang
tersebut akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
normal. Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis dan psikososialnya. Perlu
diketahui bahwa kondisi fisik, psikis, atau mental yang sehat, normal dan
baik menjadi predisposisi bagi perkembangan berikutnya
2) Faktor Eksogen
Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan
perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari luar individu itu sendiri. Faktor ini di antaranya berupa lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya
sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana seorang
mangadakan relasi/ interaksi dengan individu atau sekelompok individu
didalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa keluarga, tetangga, teman,
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya
Forum Diskusi
Pada bagian ini anda diminta untuk memperdalam pemahaman dan
pengetahuan mengenai materi yang telah disampaikan di atas. Coba Anda
diskusikan tugas berikut dengan teman-teman kelompok di kelas!
Coba anda petakan kemudian diskusikan faktor-fakor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif peserta didik dari aspek keturunan/hereditas dan
kemudian hubungkan dengan pengaruh lingkungan baik langsung maupun
tidak langsung.
31. 71
Daftar Pustaka
Ariyana, Yoki., Ari, Pudjiastuti., Reisky, Bestary & Zamroni, (2018). Buku
Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
Dirjen GTK, Kemdikbud.
Desmita., 2010. Psikilogi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dewi, F. S. P. (2022). Konsep Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar
Dalam Implementasi Pembelajaran Menurut Teori Jean Piaget (Telaah Buku Teori
perkembangan Kognitif Jean Piaget). (Doctoral Dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).
Fauzia, W. (2023). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Feniks Muda
Sejahtera.
Khadijah, K. (2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing
Mauliya, A. (2019). Perkembangan Kognitif pada Peserta Didik SMP (Sekolah
Menengah Pertama) Menurut Jean Piaget. ScienceEdu: Jurnal Pendidikan
IPA, 2(2), 86-91.
Mulyani, Novi. (2018). Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media
Nurhadi, N. (2020). Teori Kognitivisme serta Aplikasinya dalam
Pembelajaran. EDISI, 2(1), 77-95.
Purnamasari, A., & Nurhayati, N. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-
Kanak. Kindergarten: Journal of Islamic Early Childhood Education, 1(2), 124-
132.
Simanjuntak, K. S. K., & Siregar, R. S. (2022). Perkembangan Kognitif Peserta
Didik dan Implementasi Dalam Kegiatan Pembelajaran. RIYADHAH-
Journal of STAI Nurul Ilmi Tanjungbalai, 1(1), 111-124.
Sujiono, Y. Nurani. (2006). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks Kelompok Gramedia
Sujiono, Y. N., Zainal, O. R., Rosmala, R., & Tampiomas, E. L. (2013). Hakikat
Pengembangan Kognitif. Metod. Pengemb. Kogn, 1-35.
Sulyandari, A. K. (2021). Perkembangan Kognitif dan Bahasa Anak Usia Dini.
Guepedia.
32. 72
Susanto, Ahmad. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Berbagai Aspeknya.
Jakarta: Kencana.
Zega, B. K., & Suprihati, W. (2021). Pengaruh Perkembangan Kognitif Pada
Anak. Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen), 3(1), 17-24.