1. YAYASAN PONPES NURUL IMAN NW MAMBEN LAUK
MTs. NW MAMBEN LAUK
MENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI KOLABORASI METODE
QUANTUM TEACHING DAN SNOWBALL THROWING
MAMBEN LAUK TAHUN PELAJARAN 2011-2012
DISUSUN
Oleh
S U H A I L I, S.E
NUPTK.
MTs. NW MAMBEN LAUK
MAMBEN LAUK KEC. WANASABA LOMBOK TIMUR NTB
TAHUN 2011
1
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman
terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi,
pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah
proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan
siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan
pada saat yang sama.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang
mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses
pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri
suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses
pembelajaran tersebut.
Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus
dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak
untuk selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang
bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum
siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang
bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi
dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan
ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SDN
Anjasmoro Semarang diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum
memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu
mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan.
Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu
menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat
2
3. ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam
pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan
proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses
pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran
sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi
yang disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang
dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti
memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain
pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS
pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 belum begitu memuaskan.
Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 71,29 berada pada urutan ke-4
setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35), dan
Matematika (rata-rata 74,12).
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Anjasmoro
Semarang maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif
pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model
Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas VI SDN Anjasmoro Semarang".
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS materi
Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang?
C. Tujuan
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam
meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas VI SDN
Anjasmoro Semarang.
3
4. D. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional
sebagai berikut :
1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat
kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia (Depdiknas, 2004).
3. Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan)
yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju".
Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada
siswa kelas VI Sekolah Dasar Anjasmoro Semarang.
4
5. BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoretis
1. Hasil Belajar IPS
a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SD
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa,
yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan
menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk
mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2).
Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru
dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan
pencapaian tujuan tersebut.
b. Ranah Hasil Belajar IPS
Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang
harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk
memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward
Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni
(a) ketrampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni
(a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)
ketrampilan motoris.
Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari
5
6. Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan
evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikmotoris,
(a) gerakan refleks,
(b) keterampilan gerakan dasar,
(c) kemampuan perseptual,
(d) keharmonisan atau ketepataan,
(e) gerakan keterampilan,
(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil
belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya
berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh
siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
a. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan
model pembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka
pengembangan kurikulum berbasis sekolah menyimpulkan bahwa model
pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat
mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan
menghargai setiap keberhasilan sekecil apapun (http://pps.upi.edu/org/abstrak
thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui
bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi
negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain
sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
6
7. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin
membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya.
b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada
di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan
belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan
suasana belajar (Bobby De Porter, 2002:89).
Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR,
yakni:Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget.
Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori
Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan
yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti
dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang
(Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).
Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan
rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja
(learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri
sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-
langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut: 1) guru menyampaikan materi
yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi
yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu
7
8. pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup
(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
B. Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran
IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing,
siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.
Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni
Tumbuhkan (memberikan apersepsi), Alami (memasangkan kartu kata dan
mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan
(melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan
Rayakan (memberi reward). Selengkapnya dapat disimak dalam kerangka berpikir
di bawah ini:
C. Hipotesis
Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil
kajian teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari
permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS
materi negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI SDN Anjasmoro
Semarang. Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1. Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .
2. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS
yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.
3. 85% siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang mengalami ketuntasan belajar
dalam materi negara-negara Asia Tenggara.
8
9. BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri
atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni:
1) perencanaan (planning),
2) tindakan (acting),
3) pengamatan (observing), dan
4) refleksi (reflecting). Menurut Zainal Aqib (2007:21),
Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
A. Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negara-
negara tetangga (Asia) dengan indikator:
(1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),
(2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan siklus 1
direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.
Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain:
a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan cerita
guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan dengan
pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.
b. Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal negaranya,
kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c.Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh
sebelumnya dengan bimbingan guru.
d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap kelompok
menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut
dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk
9
10. melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh
guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir
memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e. Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu tersebut
diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa, kemudian dinyanyikan
berulang-ulang.
f. Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam
pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa lagu-lagu seperti lagu
"Kamu Anak Cerdas".
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala
sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS
yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di
samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta
menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada
siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.
B. Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok
negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:
(1) mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga,
(2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya negara-
negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang anggota negara-
negara Asean yang sekarang. Siklus II direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung meliputi kegiatan sebagai berikut:
10
11. a. Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta
negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan
kelompok dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara.
b. Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah
satu negara di Asia Tenggara.
c. Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh
sebelumnya dengan bimbingan guru.
d. Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok
menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut
digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan
isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke
kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain
berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat
kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e. Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru
kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
f. Rayakan, kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan
reward berupa tepuk, misalnya dengan tepuk The Best.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan kepala
sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS
yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di
samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.
4. Refleksi Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru
maka peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah
tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan seterusnya
sampai mencapai indikator kinerja.
C. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif
dan kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara
11
12. kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis
mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif
presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase,
yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang sebagai berikut:
Tabel 3.1: Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase
Kriteria Nilai Penafsiran
Baik Sekali : 86 - 100 Hasil belajar baik sekali
Baik : 71 - 85 Hasil belajar baik
Cukup : 56 - 70 Hasil belajar cukup
Kurang : 41 - 55 Hasil belajar kurang
Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang (Depdiknas, 2002:4)
Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.
12
13. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Telah diketahui bahwa subjek penelitian berjumlaah 42 siswa. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus, yakni siklus I (pada tanggal 20
dan 27 Agustus 2007) dan siklus II (pada tanggal 3 dan 10 September 2007). Berikut
disajikan paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar IPS melalui kolaborasi
model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dan hasil observasi
terhadap proses pembelajaran.
A. Hasil Penelitian
Siklus I
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPS materi negara-
negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah
100, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar IPS sebesar 81,90. selengkapnya
dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar
IPS sebagai berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus I
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86-100 18 43% Baik Sekali
71-85 14 33% Baik
56-70 7 17% Cukup
41-45 3 7% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 43% siswa
berada pada kategori baik sekali, 33% baik, 17% cukup, dan 7% kurang. Selengkapnya
dapat dilihat dalam grafik batang berikut ini:
Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus I melalui kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 81,90 dan ketuntasan individual baru
13
14. mencapai 76,19%. Potret pembelajaran IPS belum mencapai tujuan yang diharapkan guru
yang tertuang dalam indikator kinerja > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai
ketuntasan belajar individual, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
2. Observasi Proses Pembelajaran IPS
Hasil observassi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa
perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walauupun
belum maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPS mulai
meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum
model Quantum Teaching dan Snowball Throwing diterapkan.
Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan
pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan
siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi
menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan benar
tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus tampil di depan
kelas, mereka berani tampil memimpin lagu atau pun menyanyi rangkuman materi di depan
kelas.
Perilaku lain yang menujukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang
diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya dapat
diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa dalam
menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu membuat
pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari. Siswa belum dapat menyelesaikan tugas
lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa
menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun kemampuan menjawab pertanyaan ada
peningkatan. Siswa dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.
Dari sudut guru kemampuan mengajar guru mulai ada peningkatan walaupun belum
signifikan. Guru sudah mulai mengelola ruang, fasilitas, strategi, interaksi dengan siswa,
dan evaluasi dengan baik. Namun untuk pengelolaan waktu masih belum dapat terlaksana
dengan efektif, karena guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran secara
kolaborasi. Kesan umum guru dalam mengajar masih sedikit kaku, kurang luwes dan
belum terlalu peka terhadap kondisi siswa.
Siklus II
1. Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPS materi negara-
negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
14
15. Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah
100, nilai terendah sebesar 65. selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi
bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar IPS sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar IPS Siklus II
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86-100 23 55% Baik Sekali
71-85 15 36% Baik
56-70 4 9% Cukup
41-45 0 0% Kurang
< 40 0 0% Sangat Kurang
Jumlah 42 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS melalui
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 55% siswa
berada pada kategori baik sekali, 36% baik, dan 9% cukup. Selengkapnya dapat dilihat
dalam grafik batang berikut ini:
Adapun rata-rata hasil belajar IPS Siklus II melalui kolaborasi model pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing sebesar 87,62 dan ketuntasan individual
mencapai 90,48%. Potret pembelajaran IPS sudah mencapai tujuan yang tertuang dalam
indikator kinerja yakni > 85% dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan
belajar individual, sehingga penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil, dan tidak perlu
mengadakan siklus berikutnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tinndakan penelitian
yang menyatakan : "Dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing, ada peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara
Asia Tenggara pada siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang", berarti diterima
kebenarannya.
2. Observasi Proses Pembelajaran IPS
Hasil observasi siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.
Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS lebih meningkat. Perhatian siswa
secara penuh tertuju pada materi pelajaran IPS. Semangat siswa lebih meningkat, semua
siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas atau kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPS.
15
16. Keberanian siswa mebgemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah
berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun mengungkapkan ide-
idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberaniannya menjawab
pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawabnya.
Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil di kelas. Masing-masing
siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di
kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu menyelesaikan
tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus
yang mudah dipahami dan sesuai dengan materi.
Aspek kecepatan siswa juga mengalami peningkatan. Siswa dapat menyelesaikan
tugas lebih awal. Kecepatan juga terlihat saat siswa menjawab pertanyan. Siswa dapat
menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Sehinga pelajaran dapat berlangsung dengan
lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi pada guru sebagai fasilitator
pembelajaran. Kualitas guru dalam mengajar lebih meningkat dibandingkan siklus
sebelumnya. Guru lebih tenang, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif,
terkesan luwes, dan dapat menguasai kelas, mengelola ruang, menggunakan model
pembelajaran, dan strategi dengan tepat. Hal yang lebih menggembirakan lagi guru
terkesan lebih kreatif, lebih bergairah mengajar, membawa suasana kelas menjadi menjadi
segar.
Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudaah memahami
materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar juga
meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika anatara guru dan siswa terjalin hubungan yang
dinamis, harmonis, dan menyenangkan.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS
materi Negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model Quantum Teaching dan
Snowball Thorwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan rata-rata siklus I (81,90) dan
siklus II (87,62). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar
76,19% dan siklus II sebesar 90,48% sehingga indikator kinerja penelitian tindakan kelas
ini seleai pada siklus II.
Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa penerapan
kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Thorwing dapat
16
17. meningkatkan hasil belajar siswa. Disampik aspek kognitif siswa, penerapan model
tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang
tampak yakni kesungguhan, keberanian, sementara aspek psikomotor dapat dilihat dari
kecepatan dan ketepatan siswa menyelesaikan serangkai tugas.
Hal tersebut dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran
terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah
kognitif, ranah efektif,dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan
kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan
menindakkritisi sebagai fenomena aktual bidak pendidikan kususnya dalam hal inovasi
pembelajaran.
17
18. BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan
bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia
tenggara pada siswa kelas VI SD Anjasmoro Semarang. Hal tersebut ditadai dari
ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-
rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II. Sedangkan untuk
pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar
90,48%.
Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari
rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin
meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Para guru sekolah dasar, hendaknya lebih memiliki kmitmen yang tinggi dalam
menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional,
mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
2. Para kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, hendaknya lebih mengintensifikiasikan
perannya sebagai supervisor agar guru sekolah dasar memiliki motivasi dalam
menerapkan model-model pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian
kesmpatan untuk mengikuti penataran, bintek, workshop, dan sejenisnya kepada
guru perlu mendapat perhatian
18
19. DAFTAR PUSTAKA
Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah.
Jakarta: Depdiknas.
.... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI.
Jakarta: Depdiknas.
.............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif.
Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif.
(www.puskur_balitbang_depdiknas.com).upadate 28 Agustus 2007.
Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yakarta: Bumi
Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tintin Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil
Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28
Agustus 2007.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
19