SlideShare a Scribd company logo
1 of 76
Pembelajaran Astronomi Bola
Via Internet
Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto
Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
2006
Fenomena Langit
Gerak Langit
Sistem Waktu
Sistem Koordinat dan Transformasinya
Koreksi Posisi Objek Langit (refraksi, aberasi,
paralaks, presisi, dan nutasi)
Teori Pergerakan Planet
Mata Kuliah AS 2210 Astronomi Bola (3 sks) untuk
tingkat dua mahasiswa Program Studi Astronomi ITB.
Materi:
PENDAHULUAN
Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.
Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
Melakukan transformasi antar sistem koordinat
yang berbeda.
Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan.
Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet.
Buku acuan
Astronomy: Principle and Practise, part 2, Roy,
A.E dan Clarke, D., 1988, Adam Hilger
Textbook on Spherical Astronomy, Smart, W. M.,
1980, Cambridge Univ. Press
A Workbook for Astronomy, Waxman J., 1986,
Cambridge University Press.
Unfolding Our Universe, Nicolson, I., 1999,
Cambridge University Press.
An Introduction to Astronomy, Huffer, C.M.,
Trinklein, F.E., Bunge, M., 1967, Holt, Rinehart
and Winston Inc.
Objek langit tampak bergerak pada bola langit
dengan jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi
penggambarannya dalam dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan
permukaan sebuah bola: baik cara memahami
maupun hubungan antar mereka.
Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?
Dilihat oleh mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada suatu
setengah bola raksasa yaitu Bola Langit
dengan diameter tak terhingga
Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan
arah dan bukan jarak, maka diperlukan suatu
tata koordinat: koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
Bab I Gerak Langit
1.1. Bola Langit
Dilihat dengan mata, bintang-bintang menempel pada
permukaan dalam suatu bola raksasa yang berpusat di
Bumi. Bola ini, yang radiusnya tak terhingga, disebut
bola langit.
Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah,
bukan dengan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat:
koordinat pada permukaan bola.
Dalam sistem koordinat langit, posisi bintang-bintang
hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan
lainnya. Umpamanya, bintang S1 dan bintang S2 terpisah
atau berjarak sudut 20 derajat.
Z
N
O
•
G1 G'1
*S2
S'2
*
S1
S'1
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2, didefinisikan sebagai
sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 = S'2OG'1. Tampak
bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan-
akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S'1 , S'2 dan G'1.
Bola langit yang memperlihatkan jarak sudut
*
Polaris
Bumi
Bola langit yang berputar
Kutub Langit Selatan (KLS)
KLU
Ekuator langit
Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pada bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
KLU dan KLS
Gambar Pergerakan Bintang Polaris
Bola langit yang berputar
KLS
KLU
Bumi
Ekuator langit
dan horizon
* Lingkaran harian bintang
Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS ini. Bintang-bintang akan tampak
berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan
tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut
lingkaran harian.
Gerak Langit
KLU KLS
Bumi
Ekuator langit
Bola langit
**
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah
garis dari Utara ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak
lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita
bisa melihat semua bintang.
Bola langit dilihat dari Ekuator
lingkaran harian bintang
Ekliptika
Maret
Juni
September
Desember
U
S
23½°
Ekliptika
Revolusi Bumi mengitari Matahari
Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
Gerak Matahari
Ekuator langit
Ekliptika
22 Jun
22 Des
21 Mar
23 Sep
Gerak tahunan Matahari pada bola langit
Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.
Bumi
Kutub Utara
Ekuator
•
Greenwich, England
Meridian Greenwich•
Suatu tempat
pada Bumi
Meridian suatu
tempat
bujur
lintang
Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
Sistem Koordinat
Ekliptika
Ekuator langit
Bola langit
KLU
Vernal equinox
α
δ
Asensiorekta dan Deklinasi
*
Lingkaran jam bintang
*
Lintasan vertikal bintang
KLU
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Nadir
U S
Horizon
pengamat
B
T
Azimuth
tinggi
Gambar 1.10 Sistem Horizon
Bab II Waktu
Ada tiga satuan dasar waktu.
• Hari, yaitu panjang waktu yang diperlukan bumi untuk
menyelesaikan satu kali rotasi.
• Tahun, yaitu interval waktu yang diperlukan bumi
untuk menempuh satu putaran terhadap matahari.
• Bulan (month), yaitu waktu yang diperlukan bulan
(moon) untuk menyelesaikan satu putaran terhadap
bumi.
2.1. Standar Waktu
Ada dua macam hari
Hari matahari (solar day), jika matahari sebagai acuan:
interval waktu dari saat matahari terbit ke matahari terbit
berikutnya atau matahari terbenam ke matahari
terbenam berikutnya.
Hari sideris (sidereal day), jika bintang sebagai acuan:
interval waktu dari saat suatu bintang tertentu berada di
atas kepala kita sampai bintang tersebut kembali berada
di atas kepala kita lagi.
Bumi pada t1
Bumi pada t2
ke bintang
Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris





















Satu hari matahari = 24 jam
Satu hari sideris = 23 jam 56 menit
~1°
U S
B Horizon
KLU
♀Pengamat
Z Meridian pengamat
Ekuator langit
Σ
T
2.2. Sudut Jam
Sudut jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah meninggalkan
meridian (titik sigma, Σ ) ke arah Barat
2.3. Waktu Sideris
Titik acuan waktu sideris adalah vernal equinox (titik γ = Aries).
Waktu Sideris Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam
vernal equinox (SJ(γ))
WSL = SJ(γ)
Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada pada meridian
lokal (SJ(γ)=0) dan berakhir ketika vernal equinox kembali
melintas meridian (23 jam 56 menit waktu hari kemudian)
Ekuator langit
KLU
Σ
WSL =
SJ (γ)
Vernal Equinox
(γ)
Definisi Waktu Sideris Lokal
Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat
lingkaran adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut
jam dari vernal equinox. Sudut jam diukur ke arah Barat
(searah jarum jam bila dilihat dari Utara) dari titik sigma, Σ,
ke vernal equinox.
Waktu Sideris
Ekuator langit
KLU
Σ SJ (∗)
Vernal quinox
WSL *
α (∗)
Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran
jamnya, mempunyai asensiorekta α (diukur ke arah Timur
dari titik γ) dan sudut jam, SJ (diukur ke arah Barat dari titik
sigma, Σ). Kita lihat bahwa
WSL = SJ(∗) + α(∗)
Jika ∗ (bintang) diganti dengan γ, kita mendapatkan,
WSL = SJ(γ) + α(γ)
Karena α(γ)=0, maka kita peroleh definisi pertama di
atas, yaitu
WSL = SJ(γ)
Ekuator langit
γ
Matahari pada
Autumnal Equinox
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z
Meridian
☼
Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September


Ekuator langit
Matahari pada
Vernal Equinox

KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z
☼
Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
Gerak Semu Planet
http://mars.jpl.nasa.gov/allabout/nightsky/images/2003/whereLosAngeles_br.jpg
Bagaimana gerak
Retrograde terjadi
Orbit Bumi
Orbit Mars
Venus
Bumi
Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Mars
Konjungsi
Oposisi
Orbit Bumi mengelilingi Matahari
Hukum II Keppler
Garis penghubung matahari-planet dalam selang waktu
sama menyapu luas yang sama.
Fasa Bulan
*
Lintasan vertikal bintang
KLU
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Nadir
U S
Horizon
pengamat
B
T
Azimuth
tinggi
Orbit Bumi
Ke Matahari
Arah Rotasi Bumi
Sore
Pagi

http://ifa.hawaii.edu/~barnes/ASTR110L_F05/moonphases.html
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
tersebut sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu akan
memotong di satu titik
Bidang Bola
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut belum tentu
sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
tentu memotong di satu
titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola
yang pusatnya berimpit dengan pusat bola →
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Kutub
Kutub
Pusat Bola
Lingkaran kecil
Lingkaran besar
Geometri Bola
Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180°
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°
Sifat-sifat
segitiga bola
Sudut A, B, dan C adalah sudut
bola; dan a, b, dan c adalah sisi-
sisi segitiga bola ABC.
0° < (a + b + c) < 360 °
180 ° < (A + B + C) < 540 °
a + b > c, a + c > b, b + c > a
a > b → A > B ; a = b → A =
B
Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
= A + B + C −π (rad)
a
b
c
Formula Segitiga
Bola
Empat buah formula yang
biasa digunakan adalah:
• Formula cosinus
demikian pula
• Formula sinus
• Formula analog untuk cosinus
• Formula empat bagian
Acoscsinbsinccosbcosacos ⋅⋅+⋅=
Bcosasincsinacosccosbcos ⋅⋅+⋅=
csin
Csin
bsin
Bsin
asin
Asin
==
AcosccosbsincsinbcosBcosasin ⋅⋅−⋅=⋅
BcotCsinbcotasinCcosacos ⋅−⋅=⋅
a
b
c
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub-
kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
Koordinat I(“absis”): dihitung dari titik asal sepanjang
lingkaran dasar utama
Koordinat II(“ordinat”): dihitung dari lingkaran dasar
utama ke arah kutub
KS
KU
Lingkaran Dasar Utama
Lingkaran Dasar Kedua
Pusat Bola
Tata Koordinat Bumi
Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
Koordinat I: bujur,  atau λ, dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° <  < 180° atau 0h
<  < 12h
ke timur dan ke barat
Koordinat II: lintang φ, dihitung:
0° < φ < 90° ke arah KU, dan
-90° < φ < 0° ke arah KS
Tata Koordinat Bumi
Tata Koordinat Horison
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Tata Koordinat Horison
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik Σ, yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h
< HA < 24h
Koordinat II: deklinasi, δ, diukur:
0° < δ < 90° ke arah KUL, dan
-90° < δ < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial I
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik γ, yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
Koordinat I: asensiorekta, α, diukur dari titik γ ke arah
timur: 0h
< α < 24h
Koordinat II: deklinasi, δ, diukur
0° < δ < 90° ke arah KUL, dan
-90° < δ < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Tata Koordinat Ekliptika
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
Titik asal: Titik γ
Koordinat I: bujur ekliptika, λ, diukur dari titik γ ke arah
timur: 0h
< λ < 24h
Koordinat II: lintang ekliptika, β, diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° < β < 90° ke arah KUE, dan
-90° < β < 0° ke arah KSE
Tata Koordinat Ekliptika
Lintasan Harian Benda Langit
Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak δ. Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90° dan h = 0°.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h
= 0 °), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2× HA adalah lama benda langit di atas horison.
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) ≤ 90° ; jika:
δ ≥ 90° - φ , untuk belahan bumi utara
δ ≤ φ- 90°, untuk belahan bumi selatan
Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) ≥ 90° ; jika:
δ ≤ φ - 90° , untuk belahan bumi utara
δ ≤ 90° -φ, untuk belahan bumi selatan
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18° di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108°
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90°, h = 0° → terbit/terbenam
* z = 96°, h = - 6° → fajar/senja sipil
* z = 102°, h = -12° → fajar/senja nautika
* z = 108°, h = -18° → fajar/senja astronomis
Pergerakan Tahunan Matahari
Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika → posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu → posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
Dalam 1 tahun, α berubah dari 0h
sampai 24h
dan δ berubah dari -23.27° sampai + 23.27°
Posisi titik γ tetap
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
Tanggal λ
(
h
)
β
(°)
α
(
h
)
δ
(°)
lokasi
21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi
22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim
panas
23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim
gugur
22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim
dingin
Posisi titik γ terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
Tanggal ∆α(h
) ∆HA (h
)
21 Maret 0 0
22 Juni 6 -6
23 Sept. 12 -12
22 Des. 18 -18
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.
Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya
akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.
Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
o
ζ
z
n Permukaan Bumi
Lapisan atmosfer terendah
± 150 km
± 800 km
i1
N
A
X
Z
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
Di batas permukaan pertama:
1
0
1
1
v
v
rsin
isin
=
Di lapisan berikutnya:
2
1
2
2
v
v
rsin
isin
=, dan seterusnya.
Tetapi dengan geometri sederhana: r1 = i2 , r2 = i3 , dan seterusnya
Sehingga kita peroleh:
1
1
0
1 rsin
v
v
isin 





=
2
1
0
isin
v
v






=
2
2
1
1
0
rsin
v
v
v
v












=
2
2
0
rsin
v
v






=
= ..........
n
n
0
rsin
v
v






=
Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).
Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.
Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.
Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').
Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :
sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan
, atau
Sehingga,
R = = k tan(z')
Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan.
Tetapi vn bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.
Pada temperatur (0°C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur.
Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah:
k = 16.27" P(millibars)/(273+T°C)
Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan
dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di
horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90°. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35′. Jika jarak zenit = 90°, maka jarak zenit benar
adalah 90°35′.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari ≡ 90°, maka H+∆H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z′ = 90° , dan z = 90°35′.
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
Matahari adalah 16′, maka:
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak Sudut refraksi
0° 35′21″
1° 24′45″
2° 18′24″
3° 14′24″
4° 11′43″
10° 5′18″
30° 1′41″
60° 0′34″
90° 0′00″
ecHcos.sec.sec
15
51
H δφ=∆
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.
α′−α = R sec δ′ sin η
δ′ − δ = R cos η
dengan η adalah sudut
paralaktik.
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90°, h′ = 0°, maka:
jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90° + R(z=90°)
tinggi pusat Matahari adalah : h = 0° − R(z=90°)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z = 90° + R(z=90°) + S
h = 0° − R(z=90°) − S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = −0°50′
h = +0°08
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), θ,
adalah : θ = 1′.93√l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
θ = 1′.78√l (dalam satuan menit busur).
Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57√l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87√l (dalam km).

More Related Content

What's hot

Bola langit dan tata koordinat
Bola langit dan tata koordinatBola langit dan tata koordinat
Bola langit dan tata koordinatRISCASHINTYA
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langiteli priyatna laidan
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialFaisal Widodo Bancin
 
Sistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langitSistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langityuliantomuchlas
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
 
Menghitung jarak dalam astronomi
Menghitung jarak dalam astronomiMenghitung jarak dalam astronomi
Menghitung jarak dalam astronomiDena Utomo
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyakipanji
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaSyamsud Dhuha
 
Kerja kursus Amali bulan
Kerja kursus Amali bulanKerja kursus Amali bulan
Kerja kursus Amali bulanirna zuzy
 

What's hot (20)

Bola langit dan tata koordinat
Bola langit dan tata koordinatBola langit dan tata koordinat
Bola langit dan tata koordinat
 
Tata koordinat
Tata koordinatTata koordinat
Tata koordinat
 
Takor ekliptika
Takor ekliptikaTakor ekliptika
Takor ekliptika
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Sistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langitSistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langit
 
Bola langit
Bola langitBola langit
Bola langit
 
Astronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalenderAstronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalender
 
Metode penentuan arah kiblat
Metode penentuan arah kiblatMetode penentuan arah kiblat
Metode penentuan arah kiblat
 
Takor horison
Takor horisonTakor horison
Takor horison
 
Laporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGILaporan DGN95 - RSGI
Laporan DGN95 - RSGI
 
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMakalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum Geodesi
 
Menghitung jarak dalam astronomi
Menghitung jarak dalam astronomiMenghitung jarak dalam astronomi
Menghitung jarak dalam astronomi
 
Arah kiblat
Arah kiblatArah kiblat
Arah kiblat
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Tinggi hilal
Tinggi hilalTinggi hilal
Tinggi hilal
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
 
Kerja kursus Amali bulan
Kerja kursus Amali bulanKerja kursus Amali bulan
Kerja kursus Amali bulan
 

Similar to OPTIMIZED ASTRONOMY BALL LEARNING

IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptx
IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptxIPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptx
IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptxIwanPermanaSuwarna1
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptxSabarNurohman2
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009eli priyatna laidan
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxssuser9a63291
 
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptMekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptRoniSaputra36
 
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semestaAstronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semestaDwiiRamadhanii1
 
Dasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktisDasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktisEdi PeranTauan
 
Proy. peta
Proy. petaProy. peta
Proy. petaaukfar
 
Pengantar astronomi
Pengantar astronomiPengantar astronomi
Pengantar astronomimaarif sains
 
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad raya
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad rayaBahan uh 3 geografi tata surya dan jagad raya
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad rayaSMAK 5 Penabur
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoAdhi Susanto
 

Similar to OPTIMIZED ASTRONOMY BALL LEARNING (20)

Asbol.pptx
Asbol.pptxAsbol.pptx
Asbol.pptx
 
IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptx
IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptxIPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptx
IPBA - pertemuan 5 (koordinat benda langit) 2018.pptx
 
Ta kor kunjaya
Ta kor kunjayaTa kor kunjaya
Ta kor kunjaya
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptx
 
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptMekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
 
Takor equator
Takor equatorTakor equator
Takor equator
 
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semestaAstronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
 
Waktu sholat
Waktu sholatWaktu sholat
Waktu sholat
 
Dasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktisDasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktis
 
Proy. peta
Proy. petaProy. peta
Proy. peta
 
59511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-201059511353 solusi-osn-astro-2010
59511353 solusi-osn-astro-2010
 
Pengantar astronomi
Pengantar astronomiPengantar astronomi
Pengantar astronomi
 
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad raya
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad rayaBahan uh 3 geografi tata surya dan jagad raya
Bahan uh 3 geografi tata surya dan jagad raya
 
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by marianoSoal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
Soal dan solusi osk astronomi 2013 by mariano
 

More from eli priyatna laidan

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1eli priyatna laidan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)eli priyatna laidan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikeli priyatna laidan
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017eli priyatna laidan
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2eli priyatna laidan
 

More from eli priyatna laidan (20)

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

OPTIMIZED ASTRONOMY BALL LEARNING

  • 1. Pembelajaran Astronomi Bola Via Internet Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung 2006
  • 2. Fenomena Langit Gerak Langit Sistem Waktu Sistem Koordinat dan Transformasinya Koreksi Posisi Objek Langit (refraksi, aberasi, paralaks, presisi, dan nutasi) Teori Pergerakan Planet Mata Kuliah AS 2210 Astronomi Bola (3 sks) untuk tingkat dua mahasiswa Program Studi Astronomi ITB. Materi:
  • 3. PENDAHULUAN Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Melakukan transformasi antar sistem koordinat yang berbeda. Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan. Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak planet.
  • 4. Buku acuan Astronomy: Principle and Practise, part 2, Roy, A.E dan Clarke, D., 1988, Adam Hilger Textbook on Spherical Astronomy, Smart, W. M., 1980, Cambridge Univ. Press A Workbook for Astronomy, Waxman J., 1986, Cambridge University Press. Unfolding Our Universe, Nicolson, I., 1999, Cambridge University Press. An Introduction to Astronomy, Huffer, C.M., Trinklein, F.E., Bunge, M., 1967, Holt, Rinehart and Winston Inc.
  • 5. Objek langit tampak bergerak pada bola langit dengan jarak tak terbatas. Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi penggambarannya dalam dua dimensi. Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan permukaan sebuah bola: baik cara memahami maupun hubungan antar mereka.
  • 6. Apa yang disebut dengan Astronomi Bola? Dilihat oleh mata, benda langit yang bertaburan di langit seolah melekat pada suatu setengah bola raksasa yaitu Bola Langit dengan diameter tak terhingga Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah dan bukan jarak, maka diperlukan suatu tata koordinat: koordinat 2 dimensi pada permukaan bola
  • 7. Bab I Gerak Langit 1.1. Bola Langit Dilihat dengan mata, bintang-bintang menempel pada permukaan dalam suatu bola raksasa yang berpusat di Bumi. Bola ini, yang radiusnya tak terhingga, disebut bola langit. Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah, bukan dengan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat: koordinat pada permukaan bola. Dalam sistem koordinat langit, posisi bintang-bintang hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan lainnya. Umpamanya, bintang S1 dan bintang S2 terpisah atau berjarak sudut 20 derajat.
  • 8. Z N O • G1 G'1 *S2 S'2 * S1 S'1 Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2, didefinisikan sebagai sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 = S'2OG'1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan- akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S'1 , S'2 dan G'1. Bola langit yang memperlihatkan jarak sudut
  • 9. * Polaris Bumi Bola langit yang berputar Kutub Langit Selatan (KLS) KLU Ekuator langit Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit. Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pada bola langit kita akan memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS). KLU dan KLS
  • 10.
  • 12.
  • 13. Bola langit yang berputar KLS KLU Bumi Ekuator langit dan horizon * Lingkaran harian bintang Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU) Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit (sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS ini. Bintang-bintang akan tampak berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian. Gerak Langit
  • 14. KLU KLS Bumi Ekuator langit Bola langit ** Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari Utara ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang. Bola langit dilihat dari Ekuator lingkaran harian bintang
  • 15. Ekliptika Maret Juni September Desember U S 23½° Ekliptika Revolusi Bumi mengitari Matahari Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
  • 16. Gerak Matahari Ekuator langit Ekliptika 22 Jun 22 Des 21 Mar 23 Sep Gerak tahunan Matahari pada bola langit Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada bola langit.
  • 17. Bumi Kutub Utara Ekuator • Greenwich, England Meridian Greenwich• Suatu tempat pada Bumi Meridian suatu tempat bujur lintang Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur Sistem Koordinat
  • 18. Ekliptika Ekuator langit Bola langit KLU Vernal equinox α δ Asensiorekta dan Deklinasi * Lingkaran jam bintang
  • 19. * Lintasan vertikal bintang KLU Meridian lokal pengamat Zenith Nadir U S Horizon pengamat B T Azimuth tinggi Gambar 1.10 Sistem Horizon
  • 20. Bab II Waktu Ada tiga satuan dasar waktu. • Hari, yaitu panjang waktu yang diperlukan bumi untuk menyelesaikan satu kali rotasi. • Tahun, yaitu interval waktu yang diperlukan bumi untuk menempuh satu putaran terhadap matahari. • Bulan (month), yaitu waktu yang diperlukan bulan (moon) untuk menyelesaikan satu putaran terhadap bumi. 2.1. Standar Waktu
  • 21. Ada dua macam hari Hari matahari (solar day), jika matahari sebagai acuan: interval waktu dari saat matahari terbit ke matahari terbit berikutnya atau matahari terbenam ke matahari terbenam berikutnya. Hari sideris (sidereal day), jika bintang sebagai acuan: interval waktu dari saat suatu bintang tertentu berada di atas kepala kita sampai bintang tersebut kembali berada di atas kepala kita lagi.
  • 22. Bumi pada t1 Bumi pada t2 ke bintang Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris                      Satu hari matahari = 24 jam Satu hari sideris = 23 jam 56 menit ~1°
  • 23. U S B Horizon KLU ♀Pengamat Z Meridian pengamat Ekuator langit Σ T 2.2. Sudut Jam Sudut jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah meninggalkan meridian (titik sigma, Σ ) ke arah Barat
  • 24. 2.3. Waktu Sideris Titik acuan waktu sideris adalah vernal equinox (titik γ = Aries). Waktu Sideris Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam vernal equinox (SJ(γ)) WSL = SJ(γ) Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada pada meridian lokal (SJ(γ)=0) dan berakhir ketika vernal equinox kembali melintas meridian (23 jam 56 menit waktu hari kemudian)
  • 25. Ekuator langit KLU Σ WSL = SJ (γ) Vernal Equinox (γ) Definisi Waktu Sideris Lokal Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat lingkaran adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut jam dari vernal equinox. Sudut jam diukur ke arah Barat (searah jarum jam bila dilihat dari Utara) dari titik sigma, Σ, ke vernal equinox. Waktu Sideris
  • 26. Ekuator langit KLU Σ SJ (∗) Vernal quinox WSL * α (∗) Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
  • 27. Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran jamnya, mempunyai asensiorekta α (diukur ke arah Timur dari titik γ) dan sudut jam, SJ (diukur ke arah Barat dari titik sigma, Σ). Kita lihat bahwa WSL = SJ(∗) + α(∗) Jika ∗ (bintang) diganti dengan γ, kita mendapatkan, WSL = SJ(γ) + α(γ) Karena α(γ)=0, maka kita peroleh definisi pertama di atas, yaitu WSL = SJ(γ)
  • 28. Ekuator langit γ Matahari pada Autumnal Equinox KLU Pengamat Horizon pengamat Z Meridian ☼ Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September  
  • 29. Ekuator langit Matahari pada Vernal Equinox  KLU Pengamat Horizon pengamat Z ☼ Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
  • 32.
  • 34. Venus Bumi Konjungsi dan Oposisi beberapa planet Mars Konjungsi Oposisi
  • 35. Orbit Bumi mengelilingi Matahari Hukum II Keppler Garis penghubung matahari-planet dalam selang waktu sama menyapu luas yang sama.
  • 37. * Lintasan vertikal bintang KLU Meridian lokal pengamat Zenith Nadir U S Horizon pengamat B T Azimuth tinggi
  • 38. Orbit Bumi Ke Matahari Arah Rotasi Bumi Sore Pagi 
  • 40. Geometri Bola dan Geometri Bidang Datar Bidang Datar Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke-2 garis tersebut sejajar Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu akan memotong di satu titik Bidang Bola Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke 2 garis tersebut belum tentu sejajar Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu belum tentu memotong di satu titik
  • 41. Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola → membagi bola menjadi 2 bagian sama besar Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola, tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang lingkaran besar dengan bola disebut kutub Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut perpotongannya disebut sudut bola
  • 44. Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan 2 lingkaran besar. Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut ke-3 2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari 180° 3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°
  • 45. Sifat-sifat segitiga bola Sudut A, B, dan C adalah sudut bola; dan a, b, dan c adalah sisi- sisi segitiga bola ABC. 0° < (a + b + c) < 360 ° 180 ° < (A + B + C) < 540 ° a + b > c, a + c > b, b + c > a a > b → A > B ; a = b → A = B Ekses sudut bola, yaitu selisih antara jumlah sudut-sudut A, B, dan C sebuah segitiga bola dengan radians (180°) adalah: E = A + B + C −π (rad) a b c
  • 46. Formula Segitiga Bola Empat buah formula yang biasa digunakan adalah: • Formula cosinus demikian pula • Formula sinus • Formula analog untuk cosinus • Formula empat bagian Acoscsinbsinccosbcosacos ⋅⋅+⋅= Bcosasincsinacosccosbcos ⋅⋅+⋅= csin Csin bsin Bsin asin Asin == AcosccosbsincsinbcosBcosasin ⋅⋅−⋅=⋅ BcotCsinbcotasinCcosacos ⋅−⋅=⋅ a b c
  • 47. Tata Koordinat Astronomi Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi: Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2 belahan, belahan utara dan belahan selatan Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran dasar utama Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub- kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar utama Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I Koordinat I(“absis”): dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar utama Koordinat II(“ordinat”): dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah kutub
  • 48. KS KU Lingkaran Dasar Utama Lingkaran Dasar Kedua Pusat Bola
  • 49. Tata Koordinat Bumi Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS) Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich Koordinat I: bujur,  atau λ, dihitung dari meridian Greenwich ke meridian pengamat: 0° <  < 180° atau 0h <  < 12h ke timur dan ke barat Koordinat II: lintang φ, dihitung: 0° < φ < 90° ke arah KU, dan -90° < φ < 0° ke arah KS
  • 51. Tata Koordinat Horison Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N) Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan Timur adalah titik kardinal Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur, 0° < A < 360° Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran horison: 0° < h < 90° ke arah Z, dan -90° < h < 0° ke arah N
  • 53. Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC) Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat Titik asal: Titik Σ, yang merupakan perpotongan meridian pengamat dengan lingkaran ekuator langit Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat: 0h < HA < 24h Koordinat II: deklinasi, δ, diukur: 0° < δ < 90° ke arah KUL, dan -90° < δ < 0° ke arah KSL
  • 55. Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC) Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat Titik asal: Titik γ, yang merupakan perpotongan ekuator dan ekliptika Koordinat I: asensiorekta, α, diukur dari titik γ ke arah timur: 0h < α < 24h Koordinat II: deklinasi, δ, diukur 0° < δ < 90° ke arah KUL, dan -90° < δ < 0° ke arah KSL
  • 57. Tata Koordinat Ekliptika Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan Kutub Selatan Ekliptika (KSE) Titik asal: Titik γ Koordinat I: bujur ekliptika, λ, diukur dari titik γ ke arah timur: 0h < λ < 24h Koordinat II: lintang ekliptika, β, diukur dari bidang ekliptika ke bintang : 0° < β < 90° ke arah KUE, dan -90° < β < 0° ke arah KSE
  • 59. Lintasan Harian Benda Langit Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar ekuator dan berjarak δ. Benda bergerak dari bawah horison ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit atau terbenam, z = 90° dan h = 0°. Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas (HA = 0h = 0 °), dan dari transit atas sampai terbenam. Jadi 2× HA adalah lama benda langit di atas horison.
  • 60. Bintang Sirkumpolar Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar. Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku: z(transit bawah) ≤ 90° ; jika: δ ≥ 90° - φ , untuk belahan bumi utara δ ≤ φ- 90°, untuk belahan bumi selatan Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku: z(transit atas) ≥ 90° ; jika: δ ≤ φ - 90° , untuk belahan bumi utara δ ≤ 90° -φ, untuk belahan bumi selatan
  • 61. Senja dan Fajar Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18° di bawah horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108° disebut sebagai fajar atau senja. * z = 90°, h = 0° → terbit/terbenam * z = 96°, h = - 6° → fajar/senja sipil * z = 102°, h = -12° → fajar/senja nautika * z = 108°, h = -18° → fajar/senja astronomis
  • 62. Pergerakan Tahunan Matahari Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika → posisinya dalam koordinat ekliptika berubah terhadap waktu → posisi pada koordinat ekuator juga berubah Dalam 1 tahun, α berubah dari 0h sampai 24h dan δ berubah dari -23.27° sampai + 23.27° Posisi titik γ tetap
  • 63. Posisi Matahari dalam koordinat ekuator II dan ekliptika Tanggal λ ( h ) β (°) α ( h ) δ (°) lokasi 21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi 22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim panas 23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim gugur 22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim dingin
  • 64. Posisi titik γ terhadap Matahari dalam peredaran harian dan tahunan Matahari Tanggal ∆α(h ) ∆HA (h ) 21 Maret 0 0 22 Juni 6 -6 23 Sept. 12 -12 22 Des. 18 -18
  • 65. Refraksi Posisi benda langit yang tampak di langit sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya, salah satu sebab adalah karena efek refraksi. Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan mengubah bayangan benda yang melewati suatu medium.
  • 66. Definisikan: Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah 1/kecepatan cahaya di dalam medium. Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada temperatur dan tekanannya, sehingga indeks refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan atmosfer yang berbeda.
  • 67. o ζ z n Permukaan Bumi Lapisan atmosfer terendah ± 150 km ± 800 km i1 N A X Z Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar bintang akibat atmosfer bumi.
  • 68. Refraksi di dalam atmosfer : Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan: n1 sin i = n2sin r, dengan : n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2, i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias.
  • 69. Di batas permukaan pertama: 1 0 1 1 v v rsin isin = Di lapisan berikutnya: 2 1 2 2 v v rsin isin =, dan seterusnya. Tetapi dengan geometri sederhana: r1 = i2 , r2 = i3 , dan seterusnya Sehingga kita peroleh: 1 1 0 1 rsin v v isin       = 2 1 0 isin v v       = 2 2 1 1 0 rsin v v v v             = 2 2 0 rsin v v       = = .......... n n 0 rsin v v       =
  • 70. Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga yang berperan hanyalah perbandingan antara v0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah). Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang ada di horison. Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'. Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z'). Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan : sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1. Sehingga, sin(z) = sin(z') + R cos(z'). Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan , atau Sehingga, R = = k tan(z')
  • 71. Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan. Tetapi vn bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah. Pada temperatur (0°C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur. Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah: k = 16.27" P(millibars)/(273+T°C) Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.
  • 72. Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari pusat kedua benda tersebut adalah 90°. Refraksi yang terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal. Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam adalah 35′. Jika jarak zenit = 90°, maka jarak zenit benar adalah 90°35′. Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat Matahari ≡ 90°, maka H+∆H adalah sudut jam pusat Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di horison, jadi z′ = 90° , dan z = 90°35′.
  • 73. Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi atasnya berada di horison, dan semi diameter Matahari adalah 16′, maka: Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi Lintang tampak Sudut refraksi 0° 35′21″ 1° 24′45″ 2° 18′24″ 3° 14′24″ 4° 11′43″ 10° 5′18″ 30° 1′41″ 60° 0′34″ 90° 0′00″ ecHcos.sec.sec 15 51 H δφ=∆
  • 74. Efek Refraksi pada asensiorekta dan deklinasi. α′−α = R sec δ′ sin η δ′ − δ = R cos η dengan η adalah sudut paralaktik.
  • 75. Koreksi Semi diameter Pada saat Matahari terbenam, z = 90°, h′ = 0°, maka: jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90° + R(z=90°) tinggi pusat Matahari adalah : h = 0° − R(z=90°) Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh semidiameter piringan Matahari , S , sehingga: z = 90° + R(z=90°) + S h = 0° − R(z=90°) − S Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam: h = −0°50′ h = +0°08
  • 76. Koreksi ketinggian di atas muka laut Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l (meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), θ, adalah : θ = 1′.93√l (dalam satuan menit busur). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: θ = 1′.78√l (dalam satuan menit busur). Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan: d = 3.57√l (dalam km). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: d = 3.87√l (dalam km).