SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
AS 2201 - Astronomi Bola
Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto
Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
PENDAHULUAN
● Menjelaskan posisi benda langit pada bola
langit.
● Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
● Melakukan transformasi antar sistem
koordinat yang berbeda.
● Melakukan koreksi terhadap posisi
pengamatan.
● Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet, serta fenomena gerhana dan okultasi.
Buku acuan
● SMART, W. M., 1980, Textbook on
Spherical Astronomy, Cambridge Univ.
Press
● ROY, A.E dan Clarke, D., 1988,
Astronomy: Principle and Practise, part 2,
Adam Hilger
● GREEN, Robin M., 1985, Spherical
Astronomy, Cambridge Univ. Press
● Astronomical Almanac
● Norton's Star Atlas or Norton's Star Atlas
2000
Objek langit tampak bergerak pada
bola langit, jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi,
tetapi permukaannya digambarkan
pada dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk
menggambarkan permukaan sebuah
bola: baik cara memahami maupun
hubungan antar mereka.
Apa yang disebut dengan Astronomi
Bola?
● Dalam pandangan mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada
suatu setengah bola raksasa→ Bola Langit
● Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan
arah, bukan jarak → perlu suatu tata
koordinat , koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
● → diperlukan ilmu yang mempelajari posisi
benda langit
Bab I Gerak Langit
1.1 Bola langit
Bayangkan bintang-bintang menempel pada permukaan bagian
dalam suatu bola raksasa yg berpusat di Bumi. Bola ini, yg
radiusnya tak terhingga, disebut bola langit.
Dlm sistem koordinat langit, hanya arah saja yg dipertimbangkan,
sedang jarak tidak. Jadi letak bintang-bintang hanya ditentukan
oleh arah mereka antara satu dengan lainnya.
Umpamanya, dua bintang terpisah atau berjarak sudut 10 derajat.
Z
N
O
∙
G1 G'1
*S2
S'2
*
S1
S'1
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 , dalam gambar.1.1
didefinisikan sebagai sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 =
S'2OG'1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak
diperhitungkan, seakan-akan mereka diproyeksikan pada bola
langit di S'1 , S'2 dan G'1.
Gambar 1.1 Bola langit yg memperlihatkan jarak sudut
*
Polaris
Bola langit yang berputar
Kutub Langit Selatan (KLS)
KLU
Bumi
Ekuator langit
Gambar 1.2 Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Ekuator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pd bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
Bola langit yang berputar
KLS
KLU
Bumi
Ekuator langit
dan horizon
* Lingkaran harian bintang
Gambar 1.3 Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) ada di Zenit. Bintang-bintang akan tampak berputar meling-
kar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tdk terbenam.
Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian.
1.2 Gerak langit
KLU KLS
Bumi
Ekuator langit
Bola langit
*
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, maka ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari
Utara ke Selatan. Oleh karena itu, dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus
di horizon Timur dan terbenam di horizon Barat.
Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang.
Gambar 1.4 Bola langit dilihat dari Ekuator
lintasan harian bintang
Ekliptika
Maret
Juni
September
Desember
U
S
23½°
1.3 Ekliptika
Gambar 1.6 Revolusi Bumi mengitari Matahari
Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
Gerak Matahari
Ekuator langit
Ekliptika
Matahari pada 22 Juni
Matahari pada
22 Desember
Matahari pada
21 Maret
Matahari pada
23 September
Gambar 1.7 Gerak Matahari pada bola langit
Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.
Bumi
Kutub Utara
Ekuator
∙
Greenwich, England
Meridian Greenwich
∙
Suatu tempat
pada Bumi
Meridian suatu
tempat
bujur
lintang
1.3 Sistem Koordinat
Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
Ekliptika
Ekuator langit
Bola langit
KLU
*
Lintasan jam bintang
Vernal equinox
α
δ
Gambar 1.9 Asensiorekta dan Deklinasi
*
Lintasan vertikal bintang
KLU
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Nadir
U S
Horizon
pengamat
B
T
Azimuth
tinggi
Gambar 1.10 Sistem Horizon
1°
Bumi pada t1
Bumi pada t2
ke bintang
Bab II Waktu
Gambar 2.1 Perbedaan antara hari Matahari dan hari Sideris
2.1 Standar Waktu
U S
B Horizon
KLU
♀
Pengamat
Z Meridian pengamat
Ekuator langit
Σ
T
*
2.2 Sudut Jam
Gambar 2.2 Definisi sudut jam
Ekuator langit
KLU
Σ
LST =
HA
(γ)
Vernal Equinox
(γ)
2.3 Waktu Sideris
Gambar 2.3 Definisi Waktu Sideris Lokal
Ekuator langit
KLU
Σ HA (*)
Vernal quinox
LST *
α (*)
Gambar 2.4 Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
Ekuator langit
γ
Matahari pada
Autumnal Equinox
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z
Meridian
☼
Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September
Ekuator langit
Matahari pada
Vernal Equinox
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z
☼
Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
+5o
0o
+10o
12h 00m 11h 40m 11h 20m 11h 00m 10h 40m
Juni 30
April 21
Mar 9
Jan 30 Jan 1
★
★
★
★
★
★
★
★
★
★
★
★
★
★
Gambar 4.1 Loop gerak semu Mars, 1965
4.1 Gerak Semu
Gambar 4.2 Bagaimana gerak
Retrograde terjadi
Gambar 4.3 Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Gambar 4.5 Orbit Bumi mengelilingi Matahari
Hukum II Keppler
Orbit Matahrai dan Beberapa Planet
Orbit Bumi
Ke Matahari
Arah Rotasi Bumi
Sore
Pagi
Penampakkan meteor sebelum dan sesudah tengah malam
Orbit Bumi
Ke Matahari
Arah Rotasi Bumi
Sore
Pagi
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
● Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
tersebut sejajar
● Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu akan
memotong di satu titik
Bidang Bola
● Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut belum tentu
sejajar
● Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
tentu memotong di satu
titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
● Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola
yang pusatnya berimpit dengan pusat bola →
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
● Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
● Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
● Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Geometri Bola
● Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
● Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180°
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°
Sifat-sifat segitiga
bola
Sudut A, B, dan C adalah sudut
bola; dan a, b, dan c adalah sisi-
sisi
segitiga bola ABC.
● 0° < (a + b + c) < 360 °
● 180 ° < (A + B + C) < 540 °
● a + b > c, a + c > b, b + c > a
● a > b → A > B ; a = b → A =
B
● Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
= A + B + C −π (rad)
Formula Segitiga
Bola
Empat buah formula yang
biasa digunakan adalah:
● Formula cosinus
demikian pula
● Formula sinus
● Formula analog untuk cosinus
● Formula empat bagian
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
● Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
● Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub-
kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
● Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
● Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar
utama
● Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah
kutub
Tata Koordinat Bumi
● Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
● Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
● Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
● Koordinat I: bujur, atau λ, dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° < < 180° atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat
● Koordinat II: lintang φ, dihitung:
0° < φ < 90° ke arah KU, dan
-90° < φ < 0° ke arah KS
Tata Koordinat Bumi
Tata Koordinat Horison
● Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
● Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
● Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
● Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
● Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Tata Koordinat Horison
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
● Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
● Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
● Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
● Titik asal: Titik Σ, yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
● Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h < HA < 24h
● Koordinat II: deklinasi, δ, diukur:
0° < δ < 90° ke arah KUL, dan
-90° < δ < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial I
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
● Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
● Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
● Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
● Titik asal: Titik γ, yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
● Koordinat I: asensiorekta, α, diukur dari titik γ ke arah
timur: 0h < α < 24h
● Koordinat II: deklinasi, δ, diukur
0° < δ < 90° ke arah KUL, dan
-90° < δ < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Tata Koordinat Ekliptika
● Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
● Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
● Titik asal: Titik γ
● Koordinat I: bujur ekliptika, λ, diukur dari titik γ ke arah
timur: 0h < λ < 24h
● Koordinat II: lintang ekliptika, β, diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° < β < 90° ke arah KUE, dan
-90° < β < 0° ke arah KSE
Tata Koordinat Ekliptika
Lintasan Harian Benda Langit
● Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak δ. Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90° dan h = 0°.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 °), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2× HA adalah lama benda langit di atas horison.
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
● Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) ≤ 90° ; jika:
δ ≥ 90° - φ , untuk belahan bumi utara
δ ≤ ⏐φ⏐- 90°, untuk belahan bumi selatan
● Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) ≥ 90° ; jika:
δ ≤ φ - 90° , untuk belahan bumi utara
δ ≤ 90° -⏐φ⏐, untuk belahan bumi selatan
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18° di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108°
disebut sebagai fajar atau senja.
● z = 90°, h = 0° → terbit/terbenam
● z = 96°, h = - 6° → fajar/senja sipil
● z = 102°, h = -12° → fajar/senja nautika
● z = 108°, h = -18° → fajar/senja astronomis
Pergerakan Tahunan Matahari
● Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika → posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu → posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
● Dalam 1 tahun, α berubah dari 0h sampai 24h
dan δ berubah dari -23.27° sampai + 23.27°
● Posisi titik γ tetap
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
Posisi titik γ terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.
Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya
akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.
Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
o
ζ
z
n Permukaan Bumi
Lapisan atmosfer terendah
± 150 km
± 800 km
i
N
A
X
Z
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90°. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35′. Jika jarak zenit = 90°, maka jarak zenit benar
adalah 90°35′.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari ≡ 90°, maka H+ΔH adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z′ = 90° , dan z = 90°35′.
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
Matahari adalah 16′, maka:
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak Sudut refraksi
0° 35′21″
1° 24′45″
2° 18′24″
3° 14′24″
4° 11′43″
10° 5′18″
30° 1′41″
60° 0′34″
90° 0′00″
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.
● α′−α = R sec δ′ sin η
● δ′ − δ = R cos η
dengan η adalah sudut
paralaktik.
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90°, h′ = 0°, maka:
● jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90° + R(z=90°)
● tinggi pusat Matahari adalah : h = 0° − R(z=90°)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S◉ , sehingga:
z = 90° + R(z=90°) + S◉
h = 0° − R(z=90°) − S◉
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h◉ = −0°50′
h⚪ = +0°08
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), θ,
adalah : θ = 1′.93√l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
θ = 1′.78√l (dalam satuan menit busur).
Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57√l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87√l (dalam km).

More Related Content

Similar to AS 2201 - Astronomi Bola

Similar to AS 2201 - Astronomi Bola (20)

tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)tata koordinat benda langit (astronomi)
tata koordinat benda langit (astronomi)
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Takor ekliptika
Takor ekliptikaTakor ekliptika
Takor ekliptika
 
Tata koordinat
Tata koordinatTata koordinat
Tata koordinat
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Sistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptxSistem koordinat benda langit.pptx
Sistem koordinat benda langit.pptx
 
Kuliah2. hdr
Kuliah2. hdrKuliah2. hdr
Kuliah2. hdr
 
Takor equator
Takor equatorTakor equator
Takor equator
 
Tatakoordinat
TatakoordinatTatakoordinat
Tatakoordinat
 
Waktu sholat
Waktu sholatWaktu sholat
Waktu sholat
 
Dasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktisDasar dasar hisab praktis
Dasar dasar hisab praktis
 
1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx1. Pengantar Astronomi.pptx
1. Pengantar Astronomi.pptx
 
Ta kor kunjaya
Ta kor kunjayaTa kor kunjaya
Ta kor kunjaya
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semestaAstronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
Astronomi dasar dan sifat-sifat alam semesta
 
Sistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langitSistem koordinat-benda-langit
Sistem koordinat-benda-langit
 
Proy. peta
Proy. petaProy. peta
Proy. peta
 
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).pptMekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
Mekanika Benda Langit (TPOA 2013).ppt
 
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptxEPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
EPHEMERIS HISAB RUKYAT.pptx
 
Pengantar astronomi
Pengantar astronomiPengantar astronomi
Pengantar astronomi
 

Recently uploaded

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

AS 2201 - Astronomi Bola

  • 1. AS 2201 - Astronomi Bola Suhardja D. Wiramihardja Endang Soegiartini Yayan Sugianto Program Studi Astronomi FMIPA Institut Teknologi Bandung
  • 2. PENDAHULUAN ● Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. ● Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. ● Melakukan transformasi antar sistem koordinat yang berbeda. ● Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan. ● Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak planet, serta fenomena gerhana dan okultasi.
  • 3. Buku acuan ● SMART, W. M., 1980, Textbook on Spherical Astronomy, Cambridge Univ. Press ● ROY, A.E dan Clarke, D., 1988, Astronomy: Principle and Practise, part 2, Adam Hilger ● GREEN, Robin M., 1985, Spherical Astronomy, Cambridge Univ. Press ● Astronomical Almanac ● Norton's Star Atlas or Norton's Star Atlas 2000
  • 4. Objek langit tampak bergerak pada bola langit, jarak tak terbatas. Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi permukaannya digambarkan pada dua dimensi. Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan permukaan sebuah bola: baik cara memahami maupun hubungan antar mereka.
  • 5. Apa yang disebut dengan Astronomi Bola? ● Dalam pandangan mata, benda langit yang bertaburan di langit seolah melekat pada suatu setengah bola raksasa→ Bola Langit ● Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan arah, bukan jarak → perlu suatu tata koordinat , koordinat 2 dimensi pada permukaan bola ● → diperlukan ilmu yang mempelajari posisi benda langit
  • 6. Bab I Gerak Langit 1.1 Bola langit Bayangkan bintang-bintang menempel pada permukaan bagian dalam suatu bola raksasa yg berpusat di Bumi. Bola ini, yg radiusnya tak terhingga, disebut bola langit. Dlm sistem koordinat langit, hanya arah saja yg dipertimbangkan, sedang jarak tidak. Jadi letak bintang-bintang hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan lainnya. Umpamanya, dua bintang terpisah atau berjarak sudut 10 derajat.
  • 7. Z N O ∙ G1 G'1 *S2 S'2 * S1 S'1 Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 , dalam gambar.1.1 didefinisikan sebagai sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 = S'2OG'1. Tampak bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan-akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S'1 , S'2 dan G'1. Gambar 1.1 Bola langit yg memperlihatkan jarak sudut
  • 8. * Polaris Bola langit yang berputar Kutub Langit Selatan (KLS) KLU Bumi Ekuator langit Gambar 1.2 Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Ekuator langit. Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pd bola langit kita akan memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS).
  • 9. Bola langit yang berputar KLS KLU Bumi Ekuator langit dan horizon * Lingkaran harian bintang Gambar 1.3 Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU) Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit (sebenarnya Bumi) ada di Zenit. Bintang-bintang akan tampak berputar meling- kar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tdk terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian. 1.2 Gerak langit
  • 10. KLU KLS Bumi Ekuator langit Bola langit * Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, maka ekuator langit membentang melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari Utara ke Selatan. Oleh karena itu, dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon Timur dan terbenam di horizon Barat. Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang. Gambar 1.4 Bola langit dilihat dari Ekuator lintasan harian bintang
  • 11. Ekliptika Maret Juni September Desember U S 23½° 1.3 Ekliptika Gambar 1.6 Revolusi Bumi mengitari Matahari Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
  • 12. Gerak Matahari Ekuator langit Ekliptika Matahari pada 22 Juni Matahari pada 22 Desember Matahari pada 21 Maret Matahari pada 23 September Gambar 1.7 Gerak Matahari pada bola langit Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada bola langit.
  • 13. Bumi Kutub Utara Ekuator ∙ Greenwich, England Meridian Greenwich ∙ Suatu tempat pada Bumi Meridian suatu tempat bujur lintang 1.3 Sistem Koordinat Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
  • 14. Ekliptika Ekuator langit Bola langit KLU * Lintasan jam bintang Vernal equinox α δ Gambar 1.9 Asensiorekta dan Deklinasi
  • 15. * Lintasan vertikal bintang KLU Meridian lokal pengamat Zenith Nadir U S Horizon pengamat B T Azimuth tinggi Gambar 1.10 Sistem Horizon
  • 16. 1° Bumi pada t1 Bumi pada t2 ke bintang Bab II Waktu Gambar 2.1 Perbedaan antara hari Matahari dan hari Sideris 2.1 Standar Waktu
  • 17. U S B Horizon KLU ♀ Pengamat Z Meridian pengamat Ekuator langit Σ T * 2.2 Sudut Jam Gambar 2.2 Definisi sudut jam
  • 18. Ekuator langit KLU Σ LST = HA (γ) Vernal Equinox (γ) 2.3 Waktu Sideris Gambar 2.3 Definisi Waktu Sideris Lokal
  • 19. Ekuator langit KLU Σ HA (*) Vernal quinox LST * α (*) Gambar 2.4 Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
  • 20. Ekuator langit γ Matahari pada Autumnal Equinox KLU Pengamat Horizon pengamat Z Meridian ☼ Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September
  • 21. Ekuator langit Matahari pada Vernal Equinox KLU Pengamat Horizon pengamat Z ☼ Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
  • 22. +5o 0o +10o 12h 00m 11h 40m 11h 20m 11h 00m 10h 40m Juni 30 April 21 Mar 9 Jan 30 Jan 1 ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ Gambar 4.1 Loop gerak semu Mars, 1965 4.1 Gerak Semu
  • 23. Gambar 4.2 Bagaimana gerak Retrograde terjadi
  • 24. Gambar 4.3 Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
  • 25. Gambar 4.5 Orbit Bumi mengelilingi Matahari Hukum II Keppler
  • 26. Orbit Matahrai dan Beberapa Planet
  • 27. Orbit Bumi Ke Matahari Arah Rotasi Bumi Sore Pagi Penampakkan meteor sebelum dan sesudah tengah malam
  • 28. Orbit Bumi Ke Matahari Arah Rotasi Bumi Sore Pagi
  • 29. Geometri Bola dan Geometri Bidang Datar Bidang Datar ● Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke-2 garis tersebut sejajar ● Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu akan memotong di satu titik Bidang Bola ● Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke 2 garis tersebut belum tentu sejajar ● Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu belum tentu memotong di satu titik
  • 30. Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola ● Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola → membagi bola menjadi 2 bagian sama besar ● Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola, tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola ● Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang lingkaran besar dengan bola disebut kutub ● Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut perpotongannya disebut sudut bola
  • 32. ● Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan 2 lingkaran besar. ● Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut ke-3 2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari 180° 3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°
  • 33. Sifat-sifat segitiga bola Sudut A, B, dan C adalah sudut bola; dan a, b, dan c adalah sisi- sisi segitiga bola ABC. ● 0° < (a + b + c) < 360 ° ● 180 ° < (A + B + C) < 540 ° ● a + b > c, a + c > b, b + c > a ● a > b → A > B ; a = b → A = B ● Ekses sudut bola, yaitu selisih antara jumlah sudut-sudut A, B, dan C sebuah segitiga bola dengan radians (180°) adalah: E = A + B + C −π (rad)
  • 34. Formula Segitiga Bola Empat buah formula yang biasa digunakan adalah: ● Formula cosinus demikian pula ● Formula sinus ● Formula analog untuk cosinus ● Formula empat bagian
  • 35. Tata Koordinat Astronomi Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi: ● Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2 belahan, belahan utara dan belahan selatan ● Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran dasar utama ● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub- kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar utama ● Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I ● Koordinat I: dihitung dari titik asal sepanjang lingkaran dasar utama ● Koordinat II: dihitung dari lingkaran dasar utama ke arah kutub
  • 36. Tata Koordinat Bumi ● Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator ● Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS) ● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat ● Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich ● Koordinat I: bujur, atau λ, dihitung dari meridian Greenwich ke meridian pengamat: 0° < < 180° atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat ● Koordinat II: lintang φ, dihitung: 0° < φ < 90° ke arah KU, dan -90° < φ < 0° ke arah KS
  • 38. Tata Koordinat Horison ● Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison ● Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N) ● Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian pengamat ● Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan Timur adalah titik kardinal ● Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur, 0° < A < 360° ● Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran horison: 0° < h < 90° ke arah Z, dan -90° < h < 0° ke arah N
  • 40. Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC) ● Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit ● Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) ● Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat ● Titik asal: Titik Σ, yang merupakan perpotongan meridian pengamat dengan lingkaran ekuator langit ● Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat: 0h < HA < 24h ● Koordinat II: deklinasi, δ, diukur: 0° < δ < 90° ke arah KUL, dan -90° < δ < 0° ke arah KSL
  • 42. Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC) ● Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator ● Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan Kutub Selatan Langit (KSL) ● Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat ● Titik asal: Titik γ, yang merupakan perpotongan ekuator dan ekliptika ● Koordinat I: asensiorekta, α, diukur dari titik γ ke arah timur: 0h < α < 24h ● Koordinat II: deklinasi, δ, diukur 0° < δ < 90° ke arah KUL, dan -90° < δ < 0° ke arah KSL
  • 44. Tata Koordinat Ekliptika ● Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika ● Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan Kutub Selatan Ekliptika (KSE) ● Titik asal: Titik γ ● Koordinat I: bujur ekliptika, λ, diukur dari titik γ ke arah timur: 0h < λ < 24h ● Koordinat II: lintang ekliptika, β, diukur dari bidang ekliptika ke bintang : 0° < β < 90° ke arah KUE, dan -90° < β < 0° ke arah KSE
  • 46. Lintasan Harian Benda Langit ● Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar ekuator dan berjarak δ. Benda bergerak dari bawah horison ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit atau terbenam, z = 90° dan h = 0°. Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas (HA = 0h = 0 °), dan dari transit atas sampai terbenam. Jadi 2× HA adalah lama benda langit di atas horison.
  • 47. Bintang Sirkumpolar Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar. ● Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku: z(transit bawah) ≤ 90° ; jika: δ ≥ 90° - φ , untuk belahan bumi utara δ ≤ ⏐φ⏐- 90°, untuk belahan bumi selatan ● Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku: z(transit atas) ≥ 90° ; jika: δ ≤ φ - 90° , untuk belahan bumi utara δ ≤ 90° -⏐φ⏐, untuk belahan bumi selatan
  • 48. Senja dan Fajar Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18° di bawah horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108° disebut sebagai fajar atau senja. ● z = 90°, h = 0° → terbit/terbenam ● z = 96°, h = - 6° → fajar/senja sipil ● z = 102°, h = -12° → fajar/senja nautika ● z = 108°, h = -18° → fajar/senja astronomis
  • 49. Pergerakan Tahunan Matahari ● Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika → posisinya dalam koordinat ekliptika berubah terhadap waktu → posisi pada koordinat ekuator juga berubah ● Dalam 1 tahun, α berubah dari 0h sampai 24h dan δ berubah dari -23.27° sampai + 23.27° ● Posisi titik γ tetap
  • 50. Posisi Matahari dalam koordinat ekuator II dan ekliptika
  • 51. Posisi titik γ terhadap Matahari dalam peredaran harian dan tahunan Matahari
  • 52. Refraksi Posisi benda langit yang tampak di langit sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya, salah satu sebab adalah karena efek refraksi. Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya akan mengubah bayangan benda yang melewati suatu medium.
  • 53. Definisikan: Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah 1/kecepatan cahaya di dalam medium. Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada temperatur dan tekanannya, sehingga indeks refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan atmosfer yang berbeda.
  • 54. o ζ z n Permukaan Bumi Lapisan atmosfer terendah ± 150 km ± 800 km i N A X Z Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar bintang akibat atmosfer bumi.
  • 55. Refraksi di dalam atmosfer : Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan: n1 sin i = n2 sin r, dengan : n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2, i adalah sudut datang, dan r adalah sudut bias.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59. Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari pusat kedua benda tersebut adalah 90°. Refraksi yang terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal. Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam adalah 35′. Jika jarak zenit = 90°, maka jarak zenit benar adalah 90°35′. Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat Matahari ≡ 90°, maka H+ΔH adalah sudut jam pusat Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di horison, jadi z′ = 90° , dan z = 90°35′.
  • 60. Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi atasnya berada di horison, dan semi diameter Matahari adalah 16′, maka: Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi Lintang tampak Sudut refraksi 0° 35′21″ 1° 24′45″ 2° 18′24″ 3° 14′24″ 4° 11′43″ 10° 5′18″ 30° 1′41″ 60° 0′34″ 90° 0′00″
  • 61. Efek Refraksi pada asensiorekta dan deklinasi. ● α′−α = R sec δ′ sin η ● δ′ − δ = R cos η dengan η adalah sudut paralaktik.
  • 62. Koreksi Semi diameter Pada saat Matahari terbenam, z = 90°, h′ = 0°, maka: ● jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90° + R(z=90°) ● tinggi pusat Matahari adalah : h = 0° − R(z=90°) Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh semidiameter piringan Matahari , S◉ , sehingga: z = 90° + R(z=90°) + S◉ h = 0° − R(z=90°) − S◉ Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam: h◉ = −0°50′ h⚪ = +0°08
  • 63. Koreksi ketinggian di atas muka laut Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l (meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), θ, adalah : θ = 1′.93√l (dalam satuan menit busur). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: θ = 1′.78√l (dalam satuan menit busur). Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan: d = 3.57√l (dalam km). Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: d = 3.87√l (dalam km).