Teknologi Pendidikan(TP) dirancang untuk membantu memecahkan permasalahan pendidikan, sehinggamampu memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Berbagai bentuk pengalaman belajar, baik yang dapat dicapai di dalam kelas maupun di luar kelas dan pesan-pesan pembelajaran, dapat dikemas dengan memperhatikan kaidah serta prinsip teknologi pendidikan. Dengan pemanfaatan teknologi pembelajaan diharapkan pesan pendidikan dapat dikemas lebih sistemik-sistematik baik dalam kemasan fisik maupun maya, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang maupun waktu, sehingga dapat diterima oleh peserta didik dengan baik, mudah, dan meluas, serta menciptakan pendidikan yang menyenangkan, fleksibel dalam dimensi waktu, ruang, serta mengembangkan potensi peserta didik secara individual. Oleh karena itu, kaidah serta prinsipteknologi pendidikan, seharusnya terimplementasikan ke dalam seluruh proses pendidikan mata kuliah /mata pelajaran, pengembangan diri, bahkan menjadi budaya sekolah. Dosen di Perguruan Tinggi dan guru di sekolah perlu mengintegrasikan dimensi-dimensi teknologi pendidikan ke dalam kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam rangka implementasi kaidah serta prinsip teknologi pendidikan ini tentunya masih banyak permasalahan yang terjadi, termasuk penyelenggaraan proses pembelajaran di prodi-prodi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran di perguruan tinggi.
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran
1. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran
Dedy Wiranto
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
dedy.wiranto@outlook.co.id
Abstrak
Teknologi Pendidikan(TP) dirancang untuk membantu memecahkan permasalahan pendidikan,
sehinggamampu memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Berbagai
bentuk pengalaman belajar, baik yang dapat dicapai di dalam kelas maupun di luar kelas dan
pesan-pesan pembelajaran, dapat dikemas dengan memperhatikan kaidah serta prinsip teknologi
pendidikan. Dengan pemanfaatan teknologi pembelajaan diharapkan pesan pendidikan dapat
dikemas lebih sistemik-sistematik baik dalam kemasan fisik maupun maya, yang tidak lagi
dibatasi oleh dimensi ruang maupun waktu, sehingga dapat diterima oleh peserta didik dengan
baik, mudah, dan meluas, serta menciptakan pendidikan yang menyenangkan, fleksibel dalam
dimensi waktu, ruang, serta mengembangkan potensi peserta didik secara individual. Oleh
karena itu, kaidah serta prinsipteknologi pendidikan, seharusnya terimplementasikan ke dalam
seluruh proses pendidikan mata kuliah /mata pelajaran, pengembangan diri, bahkan menjadi
budaya sekolah. Dosen di Perguruan Tinggi dan guru di sekolah perlu mengintegrasikan
dimensi-dimensi teknologi pendidikan ke dalam kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Dalam rangka implementasi kaidah serta prinsip teknologi pendidikan ini
tentunya masih banyak permasalahan yang terjadi, termasuk penyelenggaraan proses
pembelajaran di prodi-prodi Teknologi Pendidikan/Pembelajaran di perguruan tinggi.
Kata kunci: Pendidikan E-Learning, Pengembangan Media Belajar
Pendahuluan
1. Masalah
e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu e-learning sering disebut juga
dengan on-line course. Dalam berbagai literature e-learning tidak dapat dilepaskan dari
2. jaringan Internet, karena media ini yang dijadikan sarana untuk penyajian ide dan
gagasan pembelajaran. Namun dalam perkembangannya masih dijumpai kendala dan
hambatan untuk mengaplikasikan sistem e-learning ini, antara lain: (a) Masih kurangnya
kemampuan menggunakan Internet sebagai sumber pembelajaran; (b) Biaya yang
diperlukan masih relatif mahal untuk tahap-tahap awal; (c) Belum memadainya perhatian
dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui Internet dan (d) Belum memadainya
infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu
Selain kendala dan hambatan tersebut di atas, kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem
elearning ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan
peserta didik, karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran.
2. Tujuan Penulisan Artikel
Artikel ini akan mengembangan media pembelajaran berbasis komputer pada
pengembangan e-Learning untuk meningkatkan minat belajar siswa
Pembahasan
1. Permasalahan dalam pengembangan E-Learning
Di Era Globalisasi ini Internet merupakan media yang sangat cepat dalam
perkembangannya. Semua Informasi tersedia di Internet dan dapat diakses oleh siapa saja
dengan mudah, fleksibel ,cepat dan akurat. Hal inilah yang melandasi adanya ide untuk
memanfaatkan Internet sebagai media pembelajaran dalam rangka memajukan
pendidikan di Indonesia.
Istilah E–Learning merupakan gabungan dari dua kata yaitu E yang merupakan
singkatan dari Electronic (Elektronik) dan Learning (Belajar). Jadi E–Learning adalah
Belajar dengan menggunakan bantuan alat Elektronik. Lebih jelasnya E-Learning adalah
suatu proses belajar mengajar antara pengajar dengan muridnya tanpa harus bertatap
muka satu sama lain. Hal itu dikarenakan bantuan alat elektronik (tepatnya PC) yang
terkoneksi dengan Internet sehingga siswa dapat belajar di manapun dan kapanpun tanpa
harus datang ke kampus atau ke sekolah.
Saat ini penerapan E-Learning di Indonesia kurang bagus. Hal itu karena besarnya
biaya yang dibutuhkan dalam pengaplikasian E-Learning. Tidak semua perguruan tinggi
menggunakan E-Learning dalam proses pembelajarannnya. Hanya perguruan tinggi yang
3. besar saja (mampu dalam hal keuangan) yang mengaplikasikan E-Learning dalam
penyampaian bahan ajarnya, itupun tidak semua perguruan tinggi mengaplikasikannya.
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang mengaplikasikan E-Learning
diantaranya adalah UNP (Universitas Negeri Padang), UGM (Universitas Gadjah Mada)
dan ITB (Institut Teknologi Bandung). Dari ketiga perguruan tinggi diatas telah diketahui
bahwa ketiga perguruan tinggi tersebut memiliki dana yang cukup untuk membangun
jaringan E-Learning sehingga bisa mengaplikasikan E-Learning dalam proses
pembelajarannya.
Antusias pelajar / mahasiswa terhadap penerapan E-Learning dalam proses
pembelajaran merupakan kendala tersendiri dalam pengembangan aplikasi E-Learning di
Indonesia. Hal itu juga dilandasi oleh beberapa faktor, diantaranya banyak pelajar yang
tidak mau tahu dengan perkembangan Internet saai ini, mahalnya biaya penggunaan
Internet bagi ukuran kantong pelajar, dan masih banyak faktor lain yang melandasinya.
Penerapan E-Learning di Indonesia akan berjalan dengan baik jika faktor yang
menghambatnya dapat teratasi. Dari pihak universitas harus berusaha bagaimana caranya
dapat membangun jaringan E-Learning dan menarik minat mahasiswa untuk
menggunakannya dengan cara menyediakan fasilitas untuk penggunaan E-Learning. Dari
pihak mahasiswa sendiri harus lebih berfikir lagi untuk tidak menggunakan E-Learning
karena hal itu akan sangat merugikan diri sendiri.
2. Sebab kurang sosialisasi tentang cara penggunaannya.
Guru sebagai sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan juga membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat,
kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa
bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual.
Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM).
4. Akan tetapi saat ini Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak
ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan
muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum
daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok
guru berbuat asusila terhadap siswanya.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya
fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang
tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan
siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat
memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah
konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas
mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.
Hugget (1985) mencatat sejumlah besar politisi Amerika Serikat yang mengutuk para
guru kurang professional, sedangkan orangtua juga telah menuding mereka tidak
kompeten dan malas. Kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para guru karena
hasil didikan mereka dianggap tidak bermanfaat. Sudah tentu tuduhan dan protes dari
berbagai kalangan itu telah memerosotkan harkat para guru.
Sikap dan prilaku masyarakat seperti itu memang tidak sepenuhnya tanpa alasan
yang bersumber dari para guru .Ada sebagian guru yang terbukti memang berpenampilan
tidak mendidik.Ada yang member hukuman badan di luar batas normal kependidikan dan
lainnya.Kelemahan lain yang juga ada pada sebagian guru adalah kerendahan tingkat
kompetensi profesionalisme sebagai guru .Penguasaan terhadap materi dan metode
pengajaran masih berada di bawah standar (Syah, 1988).Selain itu, juga ada hasil
penelitian resmi yang menunjukkan kekurangmampuan guru, khususnya guru sekolah
dasar sebagaimana hasil penelitian Badan Litbang Depdikbud RI menyimpulkan , bahwa
kemampuan membaca para siswa SD kelas VI di Indonesia masih rendah. Kesimpulan ini
ditarik dari data penelitian yang cukup mengejutkan , yakni bahwa 76,95% siswa kelas
VI SD tidak dapat menggunakan kamus.Diantara yang mampu menggunakan kamus pun
ternyata hanya 5% yang dapat mencari kata dalam kamus bahasa Indonesia secara
sistematis dan benar.Menteri Koordinator Kesra yang menyoroti hasil penelitian tahun
1993 itu menyebutkan , bahwa kegagalan tersebut disebabkan pengajaran para guru
5. hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan makna (Balikbang Dipbuk RI
94)
Bukti lain kelemahan sebagaian guru ditunjukkan oleh hasil penelitian psiologi
yang melkibatkann responden sebanyak 1975 siswa SD Negeri dan Swasta di Jakarta.
Penelitian untuk disertasi doctor fakultas Psikologi UI itu menghasilkan kesimpulan
bahwa guru di sekolah-sekolah dasar tersebut tidak mamapu mengidentifikasi siswa
berbakat (Anonim, 1993).
Kenyataan-kenyataan negatif seperti ini cepat atau lambat akan menjatuhkan
prestise (wibawa yang berkenaan dengan prestasi), khususnya prestise profesionalisme
para guru. Ironisnya, kemerosotan prestise profesional sering diikuti dengan kemerosotan
prestise sosial dan prestise material (mutrofin 1993). Yaitu bahwa para guru kini kurang
dihargai masyarakat.
3. Media Pembelajaran Berbasis E-Learning
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002)
yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-
learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan
dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam
e-learning, yaitu:
• E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,
menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran
dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga
Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
• E-learning dikirimkan kepada pengguna melaluikomputer dengan menggunakan
standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat
bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi
tidak bisa dikolongkan sebagai elearning.
6. • E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan
teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet.
Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya :
a. menghemat waktu proses belajar mengajar,
b. mengurangi biaya perjalanan,
c. menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),
d. menjangkau wilayah geografis yang lebih luas,
e. melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan
juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning
bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut:
• E-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara on-line.
• E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi.
• E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan.
• Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka
akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih
baik.
7. 4. Gagasan dalam Pengembangan Media Pembelajaran
Macam-macam media pembelajaran
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Oleh karena itu media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu yaitu:
a. Berdasarkan kemampuan inderanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
• Media audio
Media audio merupakan media pembelajran yang menggunakan indera
pendengaran, karena media ini menghasilkan bunyi. Media ini sangat cocok untuk
siswa yang memiliki tipe belajar yang cenderung suka mendengarkan. Dengan
adanya media audio ini maka siswa yang memiliki tipe belajar yang suka
mendengarkan akan lebih mudah memahami materi yang dipelajari.
• Media visual
Media visual merupakan media pembelajaran yang menggunakan indera
penglihatan, karena media ini menghasilkan suatu rupa atau bentuk. Media ini
sangat cocok untuk siswa yang memiliki tipe belajar yang cenderung suka melihat.
Dengan adanya media visual ini maka siswa yang suka melihat akan lebih mudah
memahami materi yang dipelajari.
• Media audio visual
Media audio visual merupakan gabungan dari media audio dan media visual jadi
media audio visual menggunakan kemampuan indera pendengaran dan penglihatan.
Dengan media audio visual ini proses penyampaiaan materi akan lebih efektif.
b. Berdasarkan kemampuan liputannya, dibedakan menjadi 2 yaitu:
• Media pembelajaran dengan kemampuan liputan yang luas. Media jenis ini dapat
menjangkau tempat atau wilayah yang lebih luas dengan jumlah siswa yang
banyak. Dengan media ini maka siswa dapat mempelajari hal-hal yang lebih luas
dan dapat mengikuti perkembangan.
• Media pembelajaran dengan kemampuan liputan yang terbatas. Media jenis ini
hanya menjangkau wilayah yang sempit dan ruangan tertentu dengan jumlah siswa
yang terbatas.
c. Berdasarkan dimensinya, dibedakan menjadi 2 yaitu:
8. • Media 2 dimensi merupakan media yang mempunyai 2 ukuran yaitu panjang dan
lebar. Media 2 dimensi ini dapat berupa media bentuk papan, dan media cetak. Pada
media bentuk papan dan media cetak hanya dapat menampilkan hal yang memiliki
panjang dan lebar saja.
• Media 3 dimensi merupakan media yang mempunyai minimal 3 ukuran yaitu
panjang, lebar dan tinggi. Media 3 dimensi ini dapat berupa model (benda yang
menyerupai aslinya) dan realia (benda asli).
Dengan media 3 dimensi siswa akan lebih mudah memahami karena materi yang
dibicarakan memiliki contoh yang mirip dengan aslinya. Tidak hanya siswa yang
memiliki keuntungan, namun guru juga dpat lebih mudah menyampaikan materi yang
sedang diajarkan dengan contoh yang mirip dengan aslinya.
Media pembelajaran sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Dengan media
pembelajaran dapat memudahkan guru untuk menyampaikan informasi atau materi
kepada siswa dan siswa dapat lebih mudah mengerti atau memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehinga dapat memaksimalkan hasil yang akaan dicapai.
Syarat-syarat pembuatan media pembelajaran
Pembuatan media pembelajaaran yang akan digunakan harus memperhatikan dan
memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a. Faktor Edukatif
Faktor edukatif ini meliputi ketepatan daan kesesuaian media pembelajaran yang
digunakan dengan kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Pembuatan media pembelajaran harus sesuai dengan tingkat kemampuan atau
daya pikir siswa agar dapat mendorong kretivitasnya. Hal tersebut penting karena jika
media pembelajaran yang dibuat tidak sesuai dengan daya pikir siswa maka kreativitas
dan keaktivan siswa tidak akan berkembang dan akan mengalami kesulitan dalam
memahami materi pembelajaran. Jika hal itu terjadi maka siswa tidak akan mencapai
keberhasilan dan guru akan dianggap gagal dalam menyampaikan materi
pembelajaran.
b. Faktor Teknik Pembuatan
9. Faktor teknik pembuatan ini meliputi kebenaran atau tidak menyalahi konsep ilmu
pengetahuan, bahan dan bentuknya kuat, tahan lama dan lwes (fleksibel) sehingga
dapat dikombinasikan dengan alat atau media pembelajaran lainya. Jadi, media
pembelajaran yang satu dapat digabungkan dengan media pembelajaran lainnya,
namun media pembelajaran tersebut harus sesuai satu dengan yang lainnya.
c. Faktor Keindahan (Estetika)
Faktor keindahan ini meliputi bentuk yang estetis, ukuran serasi dan tepat dengan
kombinasi warna yang menarik. Dengan bentuk yang estetik dan warna yang menarik
dapat menarik perhatian siswa untuk menggunakan dan memahami media tersebut.
Jadi siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan baik sehingga mendapatkan
hasil yang maksimal. Guru juga dapat memberikan inovasi yang baru mengenai cara
mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran sangat bervariasi karena media pembelajaara
dapat digunakan dimana saja sesuai kebutuhan. Penggunaan media pembelajaran harus
sesuai dengan kondisi di maana media tersebut digunakan, agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan maksimal sesuaai tujuan yang diharapkan. Dilihat dari variasi
penggunaannya, media pembelajaran dapat digunakan secara perseorangan, kelompok
dan siswa dalam jumlah banyak (masal).
1. Media dapat digunakan secara perorangan
Media dapat digunakan oleh seseorang senirian saja (individual learning). Media
seperti ini biasanya dilengkapi dengan petunjuk penggunaan yang jelas sehingga
orang dapat melakukannya sendiri. Jadi dengan adanya petunjuk yang telah
disediakan seseorang yang akan menggunakan media tersebut dapat mengetahui dan
mengerti cara-cara penggunaanya beserta tujuan yang akan dicapai. Media jenis ini
tidak efektiv karena jika seseorang mengaalami kesulitan maka dia tidak dapat
berdiskusi sehingga harus memecahkan masalah itu sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Media dapat digunakan secara berkelompok
Media jenis ini dapat digunakan dalam kelompok kecil maupun besar. Dalam
kelompok kecil beraanggotakan 2 sampai 8 orang. Sedangkan dalm kelompok besar
10. beranggotakan 9 sampai 40 orang. Keuntungan dari media ini yaitu dapat melakukan
diskusi jika terdapat masalah yang timbul. Media yang digunakan secara
berkelompok harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
• Suara yang disajikan oleh media itu harus cukup keras. Hal ini perlu diperhatikan
karena dalam berkelompok terdiri dari beberapa orang sehingga suara yang
dihasilkan media harus keras agar semua anggota dapat memahami materi yng
dipelajari.
• Gambar atau tulisan dalam media tersebut harus cukup besar. Gambar dan tulisan
ini berpengaruh karena jika tulisn dan gambar kecil maka anggota kelompok akan
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang dilihat.
• Perlu alat penyaji yang dapat memperkeras suara dan membesarkan gambar. Alat
penyaji ini perlu karena dapat memudahkan anggota kelompok dalam memahami
materi yang ada dalam media pembelajaran.
3. Media yang digunakan secara masal
Media ini dapat digunakan oleh puluhan bahkan ratusan orang dan dapat digunakan
secara bersama-sama. Media yang dirancang seperti ini biasanya disiarkan oleh
pemancar seperti radio, televisi dan sebagainya. Media yang digunakan secara masal
ini biasanya disiarkan pada televisi edukasi.
Simpulan
Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning
perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan
semua pembelajaran pada internet. Hakekat e-learning adalah proses pembelajaran yang
dituangkan melalui teknologi internet. Disamping itu prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu
dipertimbangkan. Untuk menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games. Oleh
karena itu prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknyapembelajaran
konvensional. Disini perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai kebutuhan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan bisa
menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan kepribadian
sulit dilakukan. Disini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang e-learning. Oleh
karena itu saya sependapat bahwa dalam sistem pendidikan konvensional, fungsi e-learning
11. adalah untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan
untuk melek sumber belajar khususnya teknologi internet. Penerapan e-learning dalam proses
pembelajaran di UT masih dalam taraf pengembangan. Pengembangan perlu terus dilakukan
karena penerapan e-learning merupakan suatu bentuk education change dalam dunia pendidikan
baik di Indonesia maupun di dunia. Konsekuensi suatu perubahan adalah munculnya berbagai
kendala yang terjadi terutama karena ketidakbiasaan dan ketidaksiapan berbagai pihak dalam
menghadapi perubahan tersebut. Kendala-kendala yang muncul pada suatu perubahan harus
dilihat sebagai bagian dari perubahan itu sendiri yang hendaknya disikapi dengan optimisme.
Penerapan e-leraning dalam proses pembelajaran membutuhkan waktu dan usaha yang
berkesinambungan. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerapan e-learning sebagai suatu
perubahan dalam proses pembelajaran hendaknya juga menyiapkan diri untuk menghadapi
perubahan yang begitu pesat dalam teknologi informasi. Pengalaman UT dalam menerapkan e-
learning untuk kepentingan tutorial menunjukkan bagaimana proses perubahan berlangsung
secara bertahap namun berkesinambungan, dari tingkat universitas ke tingkat fakultas. Berbagai
cara perlu dicari dan uji coba berbagai penelitian untuk mencari cara yang paling dapat diterima
berbagai pihak, dalam hal ini mahasiswa, tutor, dan staf administrasi sebagai pengelola tutorial.
Peran budaya yang mempengaruhi mahasiswa dalam penggunaan teknologi mungkin perlu
menjadi pertimbangan utama dalam penelitian pengembangan e-learning di Indonesia. Dengan
mempertimbangkan kondisi dan budaya, maka diharapkan penerapan e-learning di dunia
pendidikan di Indonesia dapat dilakukan dengan maksimal.
Daftar pustaka
Adri, M. 2008. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengembangan Media Pembelajaran.
Baisoetii. (1998). Komputer dan Pendidikan. Yogyakarta.
Daniel, Jos (1986). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto (1988) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka, Cipta, Jakarta