Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Makalah seminar
1. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA-FISIKA INTERAFKIF
MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB KELAS VII SMP
NEGERI 3 KENDARI PADA MATERI POKOK KALOR
MAKALAH SEMINAR
OLEH:
NURSALNI ATNIARTI
A1C3 08 016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
2. BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses
komunikasi melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan
(guru), komponen peneriman pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri
yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang dalam proses
pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya
tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih
parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap isi pesan yang
disampaikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantar kita
pada era informasi. Dalam berbagai sisi kehidupan teknologi dan informasi sudah
menjadi kebutuhan vital yang dampaknya cukup berarti bagi aktivitas kehidupan
keseharian manusia. Manusia dapat berkomunikasi dengan siapa saja tanpa
mengenal ras/suku bangsa dimanapun mereka berada melalui jaringan
telekomunikasi dan komputer sehingga membentuk dunia baru yang disebut
sebagai masyarakat elektronis atau masyarakat internet.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, khususnya teknologi
informasi sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi
pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut, para guru dapat menggunakan
berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan
menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan
mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses
pembelajaran lebih menarik (Sanjaya, 2006:162). Selain itu, kemajuan teknologi
yang berkembang dengan cepat memberikan pengaruh di bidang pendidikan.
Dunia pendidikan dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan
informasi. Pemanfaatan kemajuan teknologi mampu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses belajar mengajar. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan
3. sebagai media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran
akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran pada saat itu.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell
(2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam
pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002)
menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning
digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan bentuk pembelajaran
konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet.
Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh
dan juga sistem pendidikan konvensional.
Kelebihan e-Learning yaitu: 1) Pembelajar dapat belajar kapan saja dan
dimana saja asal mereka mempunyai akses internet. 2) Efisiensi waktu dan biaya
perjalanan. 3) Pembelajar dapat memilih materi pembelajar sesuai dengan
pengetahuan dan interesnya. 4) Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum
diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas dan pengajar secara remote
melalui ruang chatting. 5) Mampu memfasilitasi dan menerapkan gaya belajar
yang bebeda melalui beragam aktivitas. Adapun kekurangan e-Learning yaitu: 1)
Pembelajar yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan
terbelakang/tertinggal dalam pembelajaran. 2) Pembelajar dapat merasakan
terisolasi dan bermasalah dalam interaksi sosial. 3) Pengajar tidak mungkin selalu
dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan. 4) Koneksi internet yang lambat
4. dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi. 5) Beberapa subjek/materi
pokok bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk e-Learning.
Dari hasil observasi diperoleh kenyataan bahwa proses pembelajaran
fisika yang terjadi di kelas masih berpusat pada guru. Sistem penyampaiannya
lebih banyak didominasi oleh guru dimana guru menyampaikan materi pelajaran
secara teoritis dengan penekanan utama pada penghafalan pengetahuan/fakta,
sehingga siswa cenderung pasif tanpa terlibat dalam proses pembelajaran yang
ada. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat, siswa tidak dapat memecahkan
masalah serta kurangnya aktivitas percobaan untuk menambah pengalaman siswa
dalam belajar. Sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dan kurang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran, akibatnya siswa hanya memiliki sejumlah fakta,
konsep, dan teori fisika yang diterima dari guru sebagai bahan informasi.
Peneliti memilih konsep Kalor pada penelitian ini karena konsep ini
memiliki banyak konsep-konsep yang bersifat abstrak bagi siswa SMP, misalnya:
konsep kalor serta parameter-parameternya. Penggunaan media pembelajaran
berbasis web mempunyai beberapa kelebihan dalam merubah konsep-konsep
kalor yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret sehingga penguasaan konsep
fisika siswa menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
mengembangkan bahan ajar IPA-Fisika interaktif berbasis web Kelas VII SMP
pada materi pokok Kalor?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengembangkan bahan ajar IPA-Fisika Interaktif berbasis Web pada
materi pokok Kalor bagi siswa SMP Kelas VII, dan
2. Untuk mendeskripsikan kelayakan bahan ajar IPA Fisika berbasis Web pada
materi pokok Kalor bagi siswa SMP kelas VII
5. BAB II
LANDASAN TEORI
1. Bahan Ajar
Muhaimin dalam modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar
mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Menurut Ahmad Sudrajad, bahan ajar adalah seperangkat
materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga
tercipta lingkungan/ suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Menurut Tim Sosialisasi KTSP, bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar adalah segala bentuk
bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Bahan ajar
atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan
kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum.
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangkamencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis- jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilaiyang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan.
6. Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.
b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan
kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan
perencanaan (planning), aktivitas-aktivitas pembelajaran dan
pengimplementasian (implementing), dan penilaian (assessing). Menurut
David A. Jacobsen dkk dalam bukunya “Methods for Teaching” memaparkan
bahwa di era standar-standar pengajaran, pendekatan yang dilaksanakan guru
dalam mengembangkan aktivitas pembelajaran apapun, yang harus mereka
lakukan pertama kali adalah merencanakan, kemudian menerapkan rencana-
rencana yang telah dibuat, dan akhirnya menilai keberhasilan aktivitasnya.
Dukungan, layanan serta ketersediaan bahan ajar yang beragam akan
sangat memberikan manfaat yang sangat besar pada siswa diantaranya
suasana dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menantang,
mendorong siswa agar memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk belajar
secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber informasi
dari guru.
Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar sendiri, antara lain; pertama, diperoleh bahan
ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit
untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan
dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan
7. ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
guru dengan siswa karena siswa.
Adapun peranan bahan ajar, menurut Iskandarwassid dan Dadang
Sunendar, adalah:
a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai
pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang
disajikan.
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
d. Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk
memotivasi peserta didik.
e. Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
f. Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna.
Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan
prinsisp-prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan
kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai
berikut:
Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan
KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan
mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta,
konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada
gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak
relevan dengan pencapaian SK dan KD.
8. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan
juga harus meliputi empat macam.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.
Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya,
jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu
untuk mempelajarinya.
2. E-Learning
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut
pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada
yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet,
dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai
sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-
learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media
internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer
yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan
Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan
internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Onno W.
Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang
digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi
elektronik internet.
9. Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria
dasar yang ada dalam e-learning, yaitu: (a). e-learning bersifat jaringan, yang
membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau
memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan
informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga
Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut. (b). e-learning
dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat
bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran
tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.(c). e-learning terfokus pada
pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang
menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Uraian di atas
menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan
teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk pembelajaran
konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi
internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan
jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan
konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan
memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001)
menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: (a). e-learning merupakan
penyampian informasi, komuni kasi, pendidikan, pelatihansecaraon-line.(b).
e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap
buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat
menjawab tantangan perkembangan globalisasi.(c). e-learning tidak berarti
menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan. (d). Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada
bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten
dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas
siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
10. 3. Web
Situs web (bahasa Inggris: web site) atau sering disingkat dengan
istilah situs adalah sejumlah halaman web yang memiliki topik saling terkait,
terkadang disertai pula dengan berkas-berkas gambar, video, atau jenis-jenis
berkas lainnya. Sebuah situs web biasanya ditempatkan setidaknya pada
sebuah server web yang dapat diakses melalui jaringan seperti internet,
ataupun jaringan wilayah lokal (LAN) melalui alamat internet yang dikenali
sebagai URL. Gabungan atas semua situs yang dapat diakses publik di
internet disebut pula sebagai Waring Wera Wanua atau lebih dikenal dengan
singkatan WWW. Meskipun setidaknya halaman beranda situs internet
umumnya dapat diakses publik secara bebas, pada prakteknya tidak semua
situs memberikan kebebasan bagi publik untuk mengaksesnya, beberapa situs
web mewajibkan pengunjung untuk melakukan pendaftaran sebagai anggota,
atau bahkan meminta pembayaran untuk dapat menjadi aggota untuk dapat
mengakses isi yang terdapat dalam situs web tersebut, misalnya situs-situs
berita, layanan surel (e-mail), dan lain-lain. Pembatasan-pembatasan ini
umumnya dilakukan karena alasan keamanan, menghormati privasi, atau
karena tujuan komersil tertentu.
Sebuah halaman web merupakan berkas yang ditulis sebagai berkas
teks biasa (plain text) yang diatur dan dikombinasikan sedemikian rupa
dengan instruksi-instruksi berbasis HTML, atau XHTML, kadang-kadang
pula disisipi dengan sekelumit bahasa skrip. Berkas tersebut kemudian
diterjemahkan oleh peramban web dan ditampilkan seperti layaknya sebuah
halaman pada monitor komputer.
Halaman-halaman web tersebut diakses oleh pengguna melalui
protokol komunikasi jaringan yang disebut sebagai HTTP, sebagai tambahan
untuk meningkatkan aspek keamanan dan aspek privasi yang lebih baik, situs
web dapat pula mengimplementasikan mekanisme pengaksesan melalui
protokol HTTPS.
11. Penemu situs web adalah Sir Timothy John ¨Tim¨ Berners-Lee,
sedangkan situs web yang tersambung dengan jaringan pertamakali muncul
pada tahun 1991. Maksud dari Tim ketika merancang situs web adalah untuk
memudahkan tukar menukar dan memperbarui informasi pada sesama
peneliti di tempat ia bekerja. Pada tanggal 30 April 1993, CERN (tempat
dimana Tim bekerja) mengumumkan bahwa WWW dapat digunakan secara
gratis oleh publik.
Sebuah situs web bisa berupa hasil kerja dari perorangan atau
individu, atau menunjukkan kepemilikan dari suatu organisasi, perusahaan.
biasanya pembahasan dalam sebuah situs web merujuk pada sebuah ataupun
beberapa topik khusus, atau kepentingan tertentu. Sebuah situs web bisa
berisi pranala yang menghubungkan ke situs web lain, demkian pula dengan
situs web lainnya. Hal ini terkadang membuat perbedaan antara situs web
yang dibuat oleh individu ataupun perseorangan dengan situs web yang
dibuat oleh organisasi bisnis menjadi tidak begitu jelas.
Situs web biasanya ditempatkan pada server web. Sebuah server web
umumnya telah dilengkapi dengan perangkat-perangkat lunak khusus untuk
menangani pengaturan nama ranah, serta menangani layanan atas protokol
HTTP yang disebut sebagai Server HTTP (bahasa Inggris: HTTP Server)
seperti Apache HTTP Server, atau Internet Information Services (IIS).
Situs web statis merupakan situs web yang memiliki isi tidak
dimaksudkan untuk diperbarui secara berkala sehingga pengaturan ataupun
pemutakhiran isi atas situs web tersebut dilakukan secara manual. Ada tiga
jenis perangkat utilitas yang biasa digunakan dalam pengaturan situs web
statis:
Editor teks merupakan perangkat utilitas yang digunakan untuk menyunting
berkas halaman web, misalnya: Notepad atau TextEdit.
Editor WYSIWYG, merupakan perangkat lunak utilitas penyunting halaman
web yang dilengkapi dengan antar muka grafis dalam perancangan serta
pendisainannya, berkas halaman web umumnya tidak disunting secara
12. lengsung oleh pengguna melainkan utilitas ini akan membuatnya secara
otomatis berbasis dari laman kerja yang dibuat oleh pengguna. perangkat
lunak ini misalnya: Microsoft Frontpage, Macromedia Dreamweaver.
Editor berbasis templat, beberapa utilitas tertentu seperti Rapidweaver dan
iWeb, pengguna dapat dengan mudah membuat sebuah situs web tanpa harus
mengetahui bahasa HTML, melainkan menyunting halaman web seperti
halnya halaman biasa, pengguna dapat memilih templat yang akan digunakan
oleh utilitas ini untuk menyunting berkas yang dibuat pengguna dan
menjadikannya halam web secara otomatis.
Situs web dinamis merupakan situs web yang secara spesifik didisain
agar isi yang terdapat dalam situs tersebut dapat diperbarui secara berkala
dengan mudah. Sesuai dengan namanya, isi yang terkadung dalam situs web
ini umumnya akan berubah setelah melewati satu periode tertentu. Situs
berita adalah salah satu contoh jenis situs yang umumnya
mengimplementasikan situs web dinamis.
Tidak seperti halnya situs web statis, pengimplementasian situs web
dinamis umumnya membutuhkan keberadaan infrastruktur yang lebih
kompleks dibandingkan situs web statis. Hal ini disebabkan karena pada situs
web dinamis halaman web umumnya baru akan dibuat saat ada pengguna
yang mengaksesnya, berbeda dengan situs web statis yang umumnya telah
membentuk sejumlah halaman web saat diunggah di server web sehingga saat
pengguna mengaksesnya server web hanya tinggal memberikan halaman
tersebut tanpa perlu membuatnya terlebih dulu.
Untuk memungkinkan server web menciptakan halaman web pada
saat pengguna mengaksesnya, umumnya pada server web dilengkapi dengan
mesin penerjemah bahasa skrip (PHP, ASP, ColdFusion, atau lainnya), serta
perangkat lunak sistem manajemen basisdata relasional seperti MySQL.
Struktur berkas sebuah situs web dinamis umumnya berbeda dengan
situs web statis, berkas-berkas pada situs web statis umumnya merupakan
sekumpulan berkas yang membentuk sebuah situs web. Berbeda halnya
dengan situs web dinamis, berkas-berkas pada situs web dinamis umumnya
13. merupakan sekumpulan berkas yang membentuk perangkat lunak aplikasi
web yang akan dijalankan oleh mesin penerjemah server web, berfungsi
memanajemen pembuatan halaman web saat halaman tersebut diminta oleh
pengguna. (http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web)
4. Pengembangan Model e-Learning
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai
tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga
termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998)
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet,
yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan,
yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan
sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan
antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi
disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya
saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada
siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya.
Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi
tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.Model
web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik
dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini
dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing
14. siswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati,
melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain
yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan
meteri pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik.
Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar
melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk
dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-
learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan
memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang
ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi
pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat
diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.
Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik
diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya.
Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar
komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat
terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau
pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo
menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan
setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar
games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer
sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter
15. yang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-
jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat
sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti
setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah
games. Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu
dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik
belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital
melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur
yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya
dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada
apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang
komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem
solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan
tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning perlu melibatkan
pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer,
seniman,dll.
5. Kalor
Kalor merupakan energi yang berpindah. Jika dua buah benda
disentuhkan atau dicampurkan, kalor secara alamiah selalu berpindah dari benda
yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Kalor berhenti mengalir
ketika suhu kedua benda sudah sama.
Bila secangkir air panas dibiarkan di atas meja maka lama kelamaan air
panas itu mendingin dengan sendirinya. Hal ini karena kalor mengalir dari air
panas dalam cangkir (suhu lebih tinggi) ke lingkungan sekitarnya (suhu lebih
rendah). Kalor berhenti mengalir ketika suhu air panas sama dengan suhu
lingkungan sekitarnya.
Kalor dapat mengubah suhu dan wujud zat. Hal ini dapat dibuktikan
ketika kita memanaskan sejumlah es (wujud zat padat). Suhu es batu terus
meningkat sampai mencapai titik leburnya, kira-kira 0oC pada tekanan normal 1
16. atm. Ketika es (wujud padat) melebur menjadi air (wujud cair), suhu tetap 0oC
sampai semua es telah berubah menjadi air. Jika kalor terus diberikan, suhu air
terus meningkat sampai air mencapai titik didihnya, kira-kira 100oC pada tekanan
normal 1 atm. Ketika air (wujud cair) mendidih menjadi uap air (wujud gas),
suhu tetap 100oC.
1. Kalor atau panas merupakan suatu bentuk energi, sedangkan suhu merupakan
ukuran atau tingkat panas suatu benda. Pada umumnya, suhu benda akan naik
jika menyerap kalor dan turun jika melepaskan kalor. Semakin lama
pemanasan berarti kalor yang diterima air semakin besar dan suhu air
semakin tinggi. Sehingga besarnya kalor (Q) yang diberikan pada sebuah
benda sebanding dengan kenaikan suhu benda itu ( ). Hubungan Q
dan dapat dituliskan:
2. Untuk menaikkan suhu yang sama, 2 kg air lebih lama atau perlu kalor lebih
banyak dari 1 kg air. Jumlah kalor (Q) yang diserap benda untuk menaikkan
suhu yang sama adalah sebanding dengan massa benda (m). Hubungan Q dan
m dapat dituliskan:
3. Untuk menaikkan suhu yang sama, jumlah massa zat sama, tetapi jenis zat
berbeda membutuhkan kalor yang berbeda pula. Kalor (Q) yang diperlukan
untuk menaikkan suhu bergantung pada jenis zat (c). Hubungan Q dan c
dapat dituliskan:
17. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikkan
suhunya sebesar 10C
Dari ketiga percobaan tersebut dapat diambil kesimpulan. Kalor yang dilepas /
diterima oleh zat ketika berubah suhunya, tergantung pada: massa zat (m), jenis zat
(c), dan perubahan suhu ( ). Sehingga dapat dirumuskan:
Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda Besarnya kalor suatu zat
menunjukkan berapa besar energi kinetik dari partikel-partikel penyusunnya.
Pengaruh kalor terhadap suatu benda selain akan mengubah suhu suatu benda bisa
mengakibatkan terjadinya perubahan wujud zat.
Kalor LeburBanyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk mengubah dari
wujud padat menjadi wujud cair pada titik leburnya dinamakan kalor lebur, dapat
dirumuskan:
18. 6. Gambaran Umum Tentang Incomedia WebSite X5 Evolution
Incomedia website x5 evolution merupakan software yang dirancang
untuk membuat website. Dalam software ini untuk membuat website utuh
hingga dibuplikasikan ke server online jaringan internet hanya memerlukan 5
langkah dasar, yang meliputi general settings, sitemap creation, page creation,
advanced settings, dan export.
Gambar 1.4. Tampilan jendela permulaan Incomedia Website X5 Evolution 9
a) Project Selection
Berisi kolom untuk membuat proyek baru dan kolom untuk
mengedit proyek-proyek website yang sudah dibuat sebelumnya.
19. Gambar 1.5. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution
b) General settings
Berisi kolom-kolom untuk mengisi setingan umum dari suatu website
yang dibuat meliputi judul website, pemilik website, alamat website,
deskripsi website yang dibuat, kata-kata kunci yang diinginkan untuk
website yang dibuat, pemilihan bahasa dan ikon website yang dibuat.
Selain itu di menu bagian kiri disuguhkan pemilihan template web dan
pengeditan grafik template web yang telah dipilih.
Gambar 1.6. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution pada
tahap general settings.
20. c) Sitemap creation
Berisi fitur-fitur untuk membuat pemetaan suatu website meliputi
penambahan, penghapusan, penamaan, pemindahan, dan penyalinan
halaman-halaman website yang akan dibuat.
Gambar 8. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution pada tahap
sitemap creation.
d) Page creation
Berisi pemilihan dan pengaturan objek-objek yang akan diisi dalam suatu
halaman website.
Gambar 1.7. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution pada tahap
page creation.
21. e) Advanced settings
Berisi pengaturan lanjutan dari website yang dibuat
Gambar 1.8. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution pada tahap
advanced settings.
f) Export.
Export adalah fitur untuk mengarahkan hasil akhir dari website
yang dibuat. Dalam jendela ini disuguhkan tiga pilihan yaitu pilihan
pertama adalah mengupload website yang telah dibuat ke internet, pilihan
kedua adalah membuat salinan website untuk disebarkan melalui media
penyimpanan baik cd-dvd, usb flash disk, maupun hardisk, dan pilihan
ketiga adalah membuat salinan proyek website yang dibuat ke dalam
suatu folder sehingga dapat digunakan di komputer lainnya.
Gambar 1.9. Jendela Kerja Incomedia Website X5 Evolution pada tahap
general settings.
22. 7. Kerangka Pemikiran
Dalam proses belajar mengajar tentunya dibutuhkan suatu alat bantu
untuk menyampaikan materi pembelajaran, agar lebih mudah diterima oleh
siswa. Alat Bantu pembelajaran salah satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar
yang digunakan sekarang ini tidak terbatas hanya pada buku-buku pelajaran
dan LKS, tetapi telah berkembang menggunakan sarana yang lebih mudah
seperti penggunaan buku sekolah elektronik (BSE).
Komputer sebagai salah satu media pembelajaran telah banyak
dikembangkan oleh para pendidik untuk membuat pembelajaran yang efektif.
Kemudian dengan memanfaatkan teknologi internet pada komputer, dimana
berkas berkas bahan ajar yang disimpan dalam suatu website dapat
menampilkan materi pelajaran dalam bentuk tulisan; gambar; suara; gambar
bergerak/film; simulasi-simulasi yang dapat membantu siswa lebih
memahami materi pembelajaran tersebut.
Akan tetapi, banyak dijumpai para pendidik yang menguasai materi
pembelajaran, tetapi tidak dapat menghadirkan banyak bentuk materi
pembelajaran tersebut dengan komputer. Perlunya suatu bahan ajar yang
interaktif dimana bisa digunakan oleh pendidik dan siswa agar dapat
menciptakan pembelajaran yang lebih efektif.
Bahan ajar interaktif berbasis web haruslah mudah digunakan yang
memuat navigasi-navigasi sederhana yang memudahkan pengguna. Selain itu,
harus menarik agar merangsang pengguna tertarik menjelajah seluruh isi web
sehingga seluruh materi pembelajaran yang terkandung di dalamnya dapat
terserap dengan baik. Materi pembelajaran yang terkandung didalamnya juga
harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, sesuai dengan kurikulum dan
mengandung banyak manfaat.
Bahan ajar interaktif berbasis web tersebut juga dapat diakses dengan
mengggunakan jaringan internet sehingga dapat dipelajari kapanpun
dibutuhkan selama jaringan internet itu ada.
23. DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M. 2000. Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan Nasional.
Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
________. 2003. Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Internet; Studi
Survei Kesiapan Dosen dalam Mengadopsi Inovasi e-learning. Jakarta:
Program Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bandung Press.
Aththibby, Arif Rahman. 2010. Perancangan media pembelajaran fisika berbasis
Animasi komputer untuk sekolah menengah atas Pokok bahasan hukum-
hukum newton tentang Gerak. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
http://aththibby.files.wordpress.com/2011/01/skripsi-arif-rahman-a1.pdf
Awang, Hizamnuddin. 2000. Teknografi Pengguna Internet. http://www.magazin.
jaringan.my/2000/november
Gafur, Abdul. 1994. Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola
dasar kegiatan belajar mengajar. Solo: Tiga
Serangkai.http://www.ascusc.org/jemc/vol16/issue1/abersole.html,
Kamarga, Hanny. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses
Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
Karim, Saeful. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Jakarta: PT
Setia Purna Inves.
24. Kodijat, Ardito M.. 2001. On-line Services pada Industri Pendidikan.
http://www.ristek.go.id /berita/ardito.htm.
Koran, Jaya Kumar C. 2002. Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan
pembelajaran di Sekolah Malasyia. (8 November 2002).
www.moe.edu.my/smartshool/neweb/Seminar/kkerja8.htm.
Majid, Abdul . 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pangarsa, Azis Tata. 2011. Pengembangan-Bahan-Ajar. http://blog.uin-
malang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/
Renggani. 2007. Inovasi Model e-Learning. http://renggani.blogspot.com/2007/07/
makalah-model-inovasi-e-learning.html
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP
Sudjana, N & Rivai. 1998. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Sudrajat, Ahmad. 2008. Pengembangan-Bahan-Ajar.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/download-
pengembangan-bahan-ajar/
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Wikipedia. 2012. Situs Web. http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web)