1. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Self Assessment
Self assessment merupakan metode yang digunakan oleh suatu organisasi
untuk melakukan perbaikan dan pengembangan mutu dari suatu program
(Wardoyo et al, 2011). Pada penelitian ini self assessment dilakukan dengan
melakukan deep interview terhadap tim pelaksana penanggulangan program TB di
Puskesmas Banguntapan I. Tim ini terdiri dari seorang petugas pemegang
program TB dan dokter koordinator program TB di Puskesmas Banguntapan I.
Hasil dari deep interview telah ditranskrip dan dikoding, selanjutnya hasil
transkrip dapat dilihat dibagian lampiran 1. Beberapa kesimpulan yang diambil
diantaranya adalah Puskesmas Banguntapan I belum memiliki standar prosedur
operasional atau SPO yang berkaitan dengan kegiatan home visit terhadap
penderita TB. Selama ini home visit dilakukan hanya dalam keadaan tertentu
misal seperti pasien mangkir dari pengobatan, kondisi pasien yang bertambah
parah, ataupun bila ada orang disekitar tempat tinggal pasien yang juga dicurigai
terkena TB.
4.2. Search Literatur
Metode search literature adalah metode yang digunakan untuk menunjang
metode self assessment melalui deep interview yang telah dilakukan sebelumnya.
Terkait dengan judul penelitian yaitu “Pembuatan Standar Prosedur Operasional
Home Visit Pasien dengan TB di Puskesmas Banguntapan I” maka dilakukan
pencarian literature di puskesmas Banguntapan I, perpustakaan FK UGM,
perpustakaan FK UII, www.medscape.com, www.nejm.org,
www.libmed.ugm.ac.id, dan www.uii.ac.id. Kata kunci yang digunakan pada
pencarian literatur adalah “Home Visit” “Kunjungan Rumah” “TBC”,
“Tuberculosis”, “DOT”, “TB Surveillance”, dan “SPO”. Literatur yang berhasil
ditemukan dan digunakan sebagai dasar pembuatan standar prosedur operasonal
edukasi bagi keluarga pasien dengan tuberkulosis dapat dilihat di lampiran 2.
2. Kesimpulan dari search literature tersebut adalah sebagian besar literatur
tidak menyebutkan standar prosedur operasional yang tepat tentang home visit
bagi pasien tuberkulosis secara detail. Terdapat beberapa literatur mancanegara
yang menuliskan SPO home visit terhadap pasien TB namun masih perlu
disesuaikan kembali dengan kondisi di Indonesia (lampiran 3).
4.3. Penyusunan Instrumen Penanganan Pasien TB dari Segi Keluarga
Setelah dibandingkan antara pelaksanaan home visit pasien TB di
Puskesmas Banguntapan I dengan search literatur yang telah dilakukan
sebelumnya, maka dibutuhkan beberapa instrument untuk membantu dalam
pengendalian infeksi pasien TB melalui kunjungan rumah. Instrumen yang akan
dibuat oleh penulis pada penelitian ini antara lain adalah penyusunan standar
prosedur operasional, pembuatan alur pelaksanaan home visit untuk keluarga, alat
bantu berupa daftar tilik (checklist) untuk petugas, dan lembar persetujuan bagi
keluarga untuk melegalkan tindakan home visit.
4.3a. Penyusunan Standar Prosedur Operasional
Standar Prosedur Operasional adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. Tujuan
dibentuk SPO ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan
tugas yang dilakukan secara proporsional, mmenunjang kelancaran dalam proses
pelaksanaan tugas dan kemudahan pengendalian, dan mempertegas tanggung
jawab dalam pelaksanaan tugas. Penyusunan SPO pada penelitian ini bersumber
dari literatur –literatur pada lampiran 2. Sedangkan SPO yang telah dibuat
mengenai home visit terhadap pasien dengan tuberkulosis dapat dilihat di
lampiran 3. SPO alur pelaksanaan home visit terhadap pasien dengan tuberkulosis
dapat dilihat pada lampiran 4.
3. 4.3b. Alat Bantu (Tools)
Instrumen berikutnya adalah instrument yang digunakan untuk membantu
petugas dalam melakukan home visit. Alat bantu yang dipilih oleh peneliti untuk
menunjang pelaksanaan home visit adalah daftar tilik (Checklist). Daftar tilik
yang akan digunakan disadur dari checklist yang disusun oleh USAID untuk FHI
(family health international). checklist tersebut terbagi dalam tiga bagian yaitu
checklist untuk rumah tangga, checklist untuk komunitas dan checklist untuk
organisasi. Dalam studi ini diambil checklist untuk rumah tangga. Checklist ini
nantinya dapat membantu petugas untuk melakukan komunikasi yang lebih
terarah dan efisien serta memudahkan melakukan pengamatan lingkungan rumah
pasien. Checklist dapat dilihat pada lampiran-7.
4.3c. Lembar Persetujuan
Instrumen selanjutnya adalah lembar persetujuan atau informed consent.
Persetujuan tindakan medis (informed consent) adalah pernyataan persetujuan
(consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa
paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan
kedokteran yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun
tertulis. Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara
dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter
terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan
lisan pun sesungguhnya sudah cukup. Penandatanganan formulir informed
consent secara tertulis hanya merupakan pengukuhan atas apa yang telah
disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu tanda bukti yang akan
disimpan di dalam arsip rekam medis pasien (Guwandi J, 2004). Lembar informed
consent ini digunakan untuk melegalkan persetujuan bahwa keluarga “setuju atau
tidak setuju” untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal dan jam yang telah
ditetapkan. Dilampirkan pula lembar pernyataan yang menyatakan bahwa petugas
memang telah melakukan kunjungan rumah pada tanggal dan jam yang dimaksud.
4. Lembar informed consent yang akan diberikan kepada perwakilan keluarga pasien
dan pasien dapat dilihat di lampiran 7.
4.4. Validasi Instrumen
Validasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengkonfirmasi instrumen
yang telah dibuat oleh penulis, sehingga hasil penelitian ini dapat diterapkan di
masyarakat, khususnya pada keluarga. Proses validasi pada penelitian ini
dilakukan oleh profesi ahli dan oleh pelaksana lapangan.
4.4a. Hasil Validasi oleh Profesi Ahli
Validasi ahli dilakukan oleh pemegang program tuberukulosis di
puskesmas Kabupaten Bantul. Metode validasi yang dilakukan adalah metode
kuantitatif yaitu dengan menghitung CVI atau content validation index. Proses
validasi dilakukan untuk memperoleh pertimbangan atas analisis yang telah
disusun, dengan maksud mendapat keputusan yang valid atas hasil analisis,
sehingga dapat dipresentasikan hasil standar prosedur operasional yang valid dan
dapat diterapkan oleh pemberi layanan kesehatan di lingkup keluarga. Hasil
validasi oleh profesi ahli dapat dilihat pada tabel 4.1.
4.4b. Hasil Validasi oleh Pelaksana Lapangan
Validasi dilakukan oleh pelaksana lapangan yang terdiri dari dokter (5
orang dokter pelaksana) dan surveilens. Validasi ini dilakukan untuk menilai style
dan feasibilitas dari instrument edukasi. Validasi ini dilakukan untuk menilai
apakah edukasi yang diberikan dapat dipresentasikan secara baik dan mudah atau
tidak, sehingga nantinya dapat diterapkan oleh pemberi layanan kesehatan
dilingkup keluarga. Hasil validasi yang telah dilakukan oleh pelaksana lapangan
dapat dilihat pada tabel 4.2.
5. Tabel 4.1. Hasil Validasi oleh Tenaga Profesional TB
Apakah Unsur di Bawah Ini Penting?
No Standar Prosedur Operasional STP TP P SP S
1. Hubungi Pasien sesegera mungkin setelah diketahui
TB positif
2. Petugas membuat janji bertemu dengan pasien di
rumah
3. Petugas melakukan kunjungan ke rumah pasien
sesuai perjanjian
3a Petugas Memakai Seragam formal disertai identitas
instansi dan petugas
3b. Petugas Membawa Alat perlindungan diri bagi
petugas
3c. Petugas Membawa Pot Sputum dan screening kit
3d. Petugas Membawa Formulir persetujuan kunjungan
rumah
3e. Petugas Membawa Lembar kuesioner
4. Petugas melakukan tanya jawab singkat kepada
pasien seputar keadaan penyakitnya saat ini (aspek
fisik dan mental)
4a. Menanyakan Jenis dan ketersediaan obat pasien
4b. Menanyakan Aturan penggunaan obat
4c. Menanyakan adanya Efek samping
4d. Menanyakan adanya penanggung jawab pemberian
obat
4e. Menanyakan dukungan keluarga dan sekitar
4f. Menanyakan kesulitan pasien yang berkaitan
dengan penyakit
5. Petugas meminta izin untuk melakukan pengecekan
lingkungan tempat tinggal pasien
6. Petugas melakukan pengecekan lingkungan tempat
tinggal pasien berdasarkan kuesioner
7. Petugas melakukan screening TB terhadap anggota
keluarga atau pribadi yang sering kontak dengan
6. pasien
8. Petugas melakukan edukasi TB kepada pasien dan
keluarganya sesuai SPO yang ada (hanya pada
kunjungan pertama)
9. Petugas mohon pamit dan mengingatkan pasien
kapan kembali kontrol dan kunjungan rumah
berikutnya
10. Petugas melakukan kunjungan rumah minimal 1
bulan sekali terhadap pasien TB.
STP : Sangat Tidak Penting P : Penting
TP : Tidak Penting SP : Sangat Penting
7. Tabel 4.2. Hasil Validasi oleh Penyusun Program “BATUK”
Apakah Unsur di Bawah Ini Penting?
No Standar Prosedur Operasional STP TP P SP S
1. Hubungi Pasien sesegera mungkin setelah diketahui
TB positif
2. Petugas membuat janji bertemu dengan pasien di
rumah
3. Petugas melakukan kunjungan ke rumah pasien
sesuai perjanjian
3a Petugas Memakai Seragam formal disertai identitas
instansi dan petugas
3b. Petugas Membawa Alat perlindungan diri bagi
petugas
3c. Petugas Membawa Pot Sputum dan screening kit
3d. Petugas Membawa Formulir persetujuan kunjungan
rumah
3e. Petugas Membawa Lembar kuesioner
4. Petugas melakukan tanya jawab singkat kepada
pasien seputar keadaan penyakitnya saat ini (aspek
fisik dan mental)
4a. Menanyakan Jenis dan ketersediaan obat pasien
4b. Menanyakan Aturan penggunaan obat
4c. Menanyakan adanya Efek samping
4d. Menanyakan adanya penanggung jawab pemberian
obat
4e. Menanyakan dukungan keluarga dan sekitar
4f. Menanyakan kesulitan pasien yang berkaitan
dengan penyakit
5. Petugas meminta izin untuk melakukan pengecekan
lingkungan tempat tinggal pasien
6. Petugas melakukan pengecekan lingkungan tempat
tinggal pasien berdasarkan kuesioner
7. Petugas melakukan screening TB terhadap anggota
keluarga atau pribadi yang sering kontak dengan
8. pasien
8. Petugas melakukan edukasi TB kepada pasien dan
keluarganya sesuai SPO yang ada (hanya pada
kunjungan pertama)
9. Petugas mohon pamit dan mengingatkan pasien
kapan kembali kontrol dan kunjungan rumah
berikutnya
10. Petugas melakukan kunjungan rumah minimal 1
bulan sekali terhadap pasien TB.
Apakah Tools yang Diberikan Mudah Untuk Dipahami?
No Standar Prosedur Operasional STM TM M SM
1. Edukasi pentingnya peran keluarga dalam penyakit TB
2. Edukasi penyakit TB secara umum
3.a. Edukasi pengertian penyakit TB
3.b
.
Edukasi penyebab penyakit TB
3.c. Edukasi tanda dan gejala penyakit TB
4. Edukasi pengobatan penyakit TB
4.a. Edukasi pentingnya kepatuhan minum OAT
4.b
.
Edukasi cara minum OAT
4.c. Edukasi efek samping OAT
5. Edukasi pemenuhan nutrisi dan istirahat
6. Edukasi pencegahan penyakit TB
6.a. Edukasi kapan keluarga dengan gejala batuk harus
memeriksakan diri ke dokter
6.b
.
Edukasi pentingnya sirkulasi di rumah
6.c. Edukasi pemakaian masker
6.d
.
Edukasi cara batuk dan membuang dahak
6.e. Edukasi pentingnya menjemur kasur dan bantal
STP : Sangat Tidak Penting P : Penting STM :
Sangat Tidak Mudah M : Mudah
TP : Tidak Penting SP : Sangat Penting TM : Tidak
Mudah SM : Sangat Muda