Kompos ibarat multi vitamin bagi tanah dan tanaman Memiliki kandungan hara yang lengkap Dapat menghemat penggunaan pupuk kimia Memperbaiki sifat fisik tanah ( tanah men jadi lebih gembur , Memperbaiki sifat kimia tanah ( meningkatkan nilai KTK / kapasitas.
1. KOMPOS JERAMI
H. Ahmad ZakariaH. Ahmad Zakaria
http://isroi.wordpress.com
Gapoktan Silih Asih dan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia
2. Pendahuluan
Dampak negatif penggunaan pupuk buatan/kimia
oleh petani:
- Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
- Kebutuhan pupuk kimia yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun
- Produktivitas lahan cenderung menurun dari tahun ke
tahun
- Perubahan pada sifat fisik dan kimia tanah pertanian
(tanah menjadi lebih keras, dll)
Saat ini pupuk kimia buatan harganya
mahal dan sulit diperoleh di pasaran.
http://isroi.wordpress.com
3. http://isroi.wordpress.com
Kandungan bahan organik yang rendah di
tanah-tanah sawah di Indonesia.
Kandungan bahan organik rata-rata hanya
2%, padahal kandungan bahan organik
yang ideal adalah 5%.
Akibatnya:
• Gejalan kelelahan lahan
• Aktivitas mikroba tanah rendah
• Kesuburan tanah berkurang
• Daya dukung lahan berkurang
Pendahuluan
4. SOLUSI
Meningkatkan kandungan bahan organikMeningkatkan kandungan bahan organik
tanah dengan cara memberikan kompos.tanah dengan cara memberikan kompos.
• Bahan untuk membuat kompos tersedia melimpah, yaitu
JERAMI PADI.
• Jerami belum dimanfaatkan, lebih banyak dibakar.
http://isroi.wordpress.com
5. FILOSOFI KOMPOS JERAMI
Innalillahi wa inna lillahiInnalillahi wa inna lillahi
roji’unroji’un
Dari asal kembali ke asalDari asal kembali ke asal
Dari tanah kembali keDari tanah kembali ke
tanahtanah
http://isroi.wordpress.com
6. Mengapa harus dibuat kompos …???
• Padi menyerap hara dalam
bentuk ion.
• Jerami adalah makromolekul
organik, tidak bisa langsung
diserap oleh padi.
• Jika jerami langsung
diaplikasikan ke lahan dalam
bentuk segar, justru akan
mengganggu pertumbuhan
tanaman padi.
http://isroi.wordpress.com
7. Apa itu kompos….????
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan proses
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
http://isroi.wordpress.com
8. Manfaat kompos
• Kompos ibarat multi vitamin bagi tanah dan
tanaman
• Memiliki kandungan hara yang lengkap
• Dapat menghemat penggunaan pupuk kimia
• Memperbaiki sifat fisik/struktur tanah (tanah
menjadi lebih gembur, dll)
• Memperbaiki sifat kimia tanah (meningkatkan nilai
KTK/kapasitas tukar kation = meningkatkan
efisiensi penyerapan hara)
• Meningkatkan kesuburan tanah
• Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
http://isroi.wordpress.com
9. Nilai hara kompos jerami
1 ha sawah = 15 ton jerami
15 ton jerami = 7.5 ton
kompos basah (kadar air 60%).
Kandungan hara kompos
(berdasarkan berat kering):
N = 1,8 %
P = 0.52%
K = 2.29%
1 ton kompos kering setara
dengan:
40 kg Urea
14 kg SP 36
38 kg KCl
*) hasil analisa hara kompos
bisa bervariasi untuk tempat
dan waktu yang berbeda.
Kompos dari 1 ha
sawah setara
dengan:
120 kg Urea
43 kg SP 36
277 kg KCl
http://isroi.wordpress.com
10. Aktivator Pengomposan Jerami
PROMI adalah formula mikroba unggul yang
mengandung mikroba pemacu pertumbuhan
tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali
penyakit tular tanah, dan dapat menguraikan limbah
padat organik.
PROMI terdiri dari tiga bagian, yaitu: PL T A
•PL yang berisi mikroba pelapuk
•T yang berisi mikroba T. harzianum DT 38
dan T pseudokoningii DT 39
•A yang berisi mikroba Aspergillus sp
12. MUDAH
• Teknologinya sederhana
• Dapat dilakukan sendiri oleh petani
• Tidak banyak merepotkan pekerjaan petani
• Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana dan
mudah diperoleh disekitar petani
• Dapat dilakukan langsung di lahan sawah
• Tidak memerlukan tempat khusus
• Tidak memerlukan perawatan intensif dan khusus
• Tidak memerlukan bahan-bahan lain
• Tidak perlu pencacahan atau mesin pencacah
http://isroi.wordpress.com
13. MURAH
Tidak memerlukan biaya yang besar
Tenaga kerja Rp. 26.000
Promi Rp. 7.700
Cetakan Rp. 5.000
Plastik Rp. 7.500
Jumlah Rp. 46.200
1 m3 jerami dapat dihasilkan kompos sebanyak ± 480 kg
Biaya pembuatan kompos jerami
Rp. 96,25/kg*)Rp. 96,25/kg*)
http://isroi.wordpress.com
*)
Ini hanya contoh biaya, biaya dan harga bisa
berbeda-beda di tempat dan waktu yang berbeda.
15. Aplikasi Kompos Jerami
• Kompos jerami diaplikasikan setelah olah
tanah dan sebelum tanam. Disebarkan
secara merata ke seluruh lahan sawah.
• Dengan menggunakan kompos jerami,
penggunaan pupuk kimia buatan
dikurangi secara bertahap.
Pupuk NPK yang
digunakan di Gapoktan
Silih Asih saat ini hanya
75 kg/ha.
Sejak adanya revolusi hijau pada tahun 60-an, pemerintah secara intensif mengajari petani untuk menggunakan pupuk buatan atau pupuk kimia. Sejak saat itu petani terbiasa selalu menggunakan pupuk kimia. Produktivitas pertanian memang meningkat dengan pesat. Akan tetapi dampak buruknya baru terasa setelah beberapa puluh tahun kemudian. Dampak buruk tersebut antara lain:
Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia
Kebutuhan pupuk kimia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
Produktivitas lahan menurun dari tahun ke tahun
Perubahan pada sifat fisik dan kimia tanah pertanian (tanah menjadi lebih keras, dll)
Salah satu akibat dari naiknya harga minyak dunia adalah naiknya harga pupuk buatan (Urea, SP-36, KCl, dan lain-lain). Meskipun secara resmi pemerintah tidak menaikkan harga pupuk untuk petani dengan memberikan subsisi, tetapi pada kenyataannya harga pupuk di lapangan tetap tinggi. Selain harganya yang tinggi pupuk buatan/kimia juga sulit diperoleh.
Kandungan bahan organik tanah di lahan sawah di Indonesia rata-rata hanya 2%.
Kandungan bahan organik tanah yang ideal adalah 5%.
Akibat berkurangnya kandungan bahan organik tanah:
Gejala kelelahan lahan. Agar mendapatkan hasil yang sama, tanah memerlukan pupuk yang lebih banyak daripada pupuk yang digunakan pada musim-musim sebelumnya.
Aktivitas mikroba tanah berkurang.
Kesuburan tanah menjadi rendah, sehingga
Daya dukung lahan berkurang.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, yaitu dengan memberikan kompos. Bahan untuk membuat kompos tersedia melimpah di sawah: jerami padi. Namun sayangnya saat ini petani padi lebih banyak membakar jerami daripada memamfaatkannya sebagai kompos.
Sebelum masuk ke materi pengomposan jerami perlu dipahami terlebih dahulu prinsip atau filosofi pengomposan jerami:
Innalillahi wa inna lillahi roji’un
Dari asal kembali ke asal
Dari tanah kembali ketanah
Tanaman padi mengambil hara/nutrisi dari dalam tanah. Hara ini diolah menjadi batang padi, daun, akar, dan bulir-bulir padi.
Ketika panen, hanya padi/beras yang kita makan. Sedangkan bagian tanaman padi yang lain tidak dimanfaatkan, yaitu jerami padi. Bagian ini kita kembalikan lagi ke dalam tanah agar terjadi siklus hara di dalam tanah tersebut. Jadi apa yang diambil dari tanah dikembalikan lagi ke dalam tanah. Sedikit kehilangan hara yang ada di dalam beras bisa digantikan dengan menambahkan sedikit pupuk.
Jerami harus dibuat kompos sebelum diaplikasikan ke lahan sawah. Jerami adalah bahan organik “mentah”. Hara yang ada di dalam jerami tersebut terikat di dalam ikatan organik dalam bentuk makro molekul (molekul yang besar-besar). Hara ini tidak bisa langsung dimanfaatkan atau diserap oleh tanaman padi.
Agar hara ini dapat diserap oleh tanaman, maka jerami harus didekomposisi terlebih dahulu. Makro molekul yang berukuran besar ‘dicacah’ menjadi berukuran yang lebih kecil. Sehingga hara-hara bisa larut menjadi ion dan dapat diserap oleh tanaman padi.
Apabila jerami ini langsung diaplikasikan ke sawah justru berakibat kurang baik bagi tanaman padi.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford,
2003). Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan
mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami
berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak
dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi
sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan
lebih cepat dan efisien.
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Kandungan unsur hara di dalam kompos cukup lengkap, meliputi unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, Mo, B, Cl) yang sangat diperlukan tanaman. Namun, unsur hara tersebut kandungannya tidak banyak dan jauh lebih sedikit jika dibandingkan kandungan hara tertentu pada pupuk kimia buatan. Oleh karena itu aplikasi kompos biasanya diperlukan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain kandungan hara, keunggulan lain kompos adalah kandungan bahan organik, juga asam humat dan asam fulfat yang bermanfaat untuk memacu pertumbuhan tanaman.
Dalam jangka pendek penggunaan kompos akan segera memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan aktivitas biologi tanah dengan mensuplai sebagian kebutuhan hara tanaman. Dalam jangka panjang aplikasi kompos dapat mengembalikan kesuburan dan produktivitas lahan. Dengan demikian aplikasi kompos adalah cermin kasih sayang untuk anak cucu kita.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Dari satu ha sawah dapat dihasilkan kurang lebih 10 – 15 ton jerami, tergantung dari hasil panennya. Atau kira-kira 3 kali GKG (Gabah Kering Giling).
Rendemen kompos jerami kurang lebih 50 – 60 %. Jadi dari 15 ton jerami bisa dihasilkan kurang lebih 7.5 ton kompos jerami padi (kompos basah dengan kadar air kurang lebih 60%) atau kira-kira 3 ton kompos kering.
Nilai hara kompos jerami kurang lebih adalah
N = 1.8 %
P = 0.52%
K = 2.29%
Jika dihitung dalam satu ton kompos kering kurang lebih setara dengan:
40 kg Urea
14 kg SP 36
38 kg KCl
Jadi kira-kira dalam satu ha sawah yang menghasilkan 7.5 ton jerami basah setara dengan
120 kg Urea
43 kg SP 36
277 kg KCl
Asumsi: dosis Promi : 0,5 kg/m3 jerami; rendemen kompos 60%; harga Promi Rp. 15.400/kg (+ppn); harga jerami Rp. 0/kg
Kompos jerami dapat dibuat segera setelah panen. Lama pembuatan antara 3 – 4 minggu. Aplikasi kompos dilakukan setelah olah tanah atau setelah bajak kedua dan sebelum tanam. Kompos disebarkan secara merata ke seluruh lahan sawah.
Kompos bisa juga diaplikasikan setelah tanah, yaitu disebarkan di antara barisan tanaman padi.