Pembuatan Kompos Organik dari Kotoran Kandang Sapi
1. I.
ACARA V
: Pembuatan Kompos
II. TANGGAL
: 26 Juli 2013
III. TUJUAN
: Mampu membuat kompos dengan bahan
dasar kotoran kandang
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos
merupakan
hasil
perombakan
bahan
organic
oleh
mikroorganisme dengan hasil akhir berupa bahan yang memiliki nisbah
jumlah C/N yang rendah (< 20). Bahan yang ideal untuk dikomposkan
sebaiknya bahan yang memiliki nisbah akhir sekitar 30. Kondisi ini dapat
dicapai dengan cara mencampur berbagai bahan yang tersedia.
Bahan organic yang memiliki jumlah nisbah yang lebih tinggi di atas 30
yaitu bahan berkayu dan berserat dengan kandungan lignin dan selulosa yang
tinggi akan terdekomposisi dalam waktu yan lebih lama. Sebaliknya jika
bahan organic yang akan dikomposkan sudah memiliki C/N yang terlalu
rendah yaitu bahan yang lunak atau berair akan mudah terjadi kehilangan N
selama proses dekomposisi berlangsung.
Kompos
yang
dihasilkan
melalui
proses
fermentasi
dengan
memanfaatkan teknologi mikrobia efektif sudah dikenal secara umum dengan
nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional.
Dosis pupuk adalah berat pupuk yang diberikan per satuan luas lahan
(ton/ha, kg/m2) atau persatuan berat media (g/kg) atau per tanaman
(g/tanaman). Konsentrasi adalah banyaknya larutan yang diencerkan dalam
pelarutan dikalikan dengan 100 % (ml/l x 100 %) dengan satuan %. Takaran
atau dosis penggunaan kompos segar di lahan secara umum adalah 2 kg/m2.
Begitu sampai di lahan kompos harus segera dicampur merata dengan tanah.
Kompos yang tidak segera digunakan dapat disimpan selama beberapa bulan.
Sebelum disimpan, kompos dikeringanginkan terlebih dahulu, baru kemudian
dimasukkan ke dalam karung plastic kedap air berwarna gelap. Karung
2. kompos di simpan di tempat kering terlindung dari hujan dan cahaya matahari
langsung.
Oleh karena itu, dalam pembuatan kompos lokasinya diusahakan pada
bangunan atau tanah yang datar, bebas dari genangan air serta ada tapa
sebagai pelindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Selain itu, juga
harus dekat dengan sumber bahan organic, sumber air sehingga
pengelolaannya mudah.
3. V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Cangkul
2. Centong
3. Karung
4. Ember
5. Parang
B. Bahan
1. Kotoran kandang sapi
2. Arang sekam
3. Daun-daunan legume
4. Dedak
5. Dolomite
6. Urea
7. Decomposer
8. Air
4. VI. CARA KERJA
1. Buat gundukan bahan kompos setinggi 60 cm yang terdiri dari 6 lapisan.
Masing-masing lapisan setebal 10 cm, berselang-seling antara kotoran
kandang dan bahan pengkaya.
2. Pada tiap lapisan taburkan decomposer dengan takaran sesuai yang telah
ditentukan.
3. Tambahkan air secukupnya sehingga kadar lengas tumpukan mencapai
sekitar 50%.
4. Kompos akan matang sekitar 4-6 minggu. Kompos setelah itu diayak
dengan ayakan. Bahan yang tidak lolos mata saringan dikomposkan
kembali.
5. VII. HASIL PENGAMATAN
Keterangan
: berasal dari campuran pupuk kandang, sekam, potongan
daun legume dan dengan pengurai “Superdegra”.
Tekstur kompos
: Mengumpal
Warna kompos
: Hitam kecoklatan
Suhunya
Bau
: Lembab
: Tidak berbau
6. VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah mengenai cara pembuatan kompos
berbahan
organik.
Seperti
kita
ketahui
kompos
memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Dalam praktikum pembuatan kompos ini kami menggunakan skitar 3
ember besar kotoran kandang sapi yang sudah berumur kurang lebih 2
minggu, menggunakan dedak, dolomite, urea, decomposer, air dan daundaun tanaman legume.
Daun-daun tanaman jenis legume digunakan karena tanaman ini
mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan
dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah
terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.
Sedangkan digunakan kotaran kandang sapi berumur kira-kira 2 minggu
digunakan karena jika menggunakan kotaran kandang yang baru keluar
dari hewan selain jijik bagi yang mengambilnya juga jika langsung
dicampur dengan tanah akan membuat suhu panas yang nantinya tidak
sesuai dengan suhu yang dibutuhkan mikroorganisme untuk proses
decomposer.
Langkah pertama, kita membuat sepetak tanah yang kemudian pada
bagian pinggirnya dibuat pembatas tanah dengan mencangkul sedalam
mata cangkul. Ini juga berfungsi sebagai parit agar kompos tidak
tergenang air. Kemudian pupuk kandang yang berumur 2 minggu
diletakkan pada petakan tersebut kemudian ditabur sekam, sementara daun
legume dicacah sehalus mungkin. Daun legume yang telah halus tersebut
dicampurkan pada pupuk kandang tersebut dan diratakan dengan cara
diaduk-aduk menggunakan cangkul. Sementara diaduk-aduk pupuk diberi
pengurai Superdegra. Hal ini agar mempercepat proses dekomposisi
bahan-bahan tersebut.
Setelah semua bahan tercampur, pupuk ditutup dengan karung dan
ditancapkan pasak agar pupuk tidak jatuh kemana-mana. Pupuk tersebut
didiamkan selama 2 minggu agar proses dekomposisi lebih maksimal.
7. Setelah 2 minggu hasilnya kompos tersebut menjadi gumpalan –gumpalan
kecil yang remah. Warnanya hitam kecoklatan, kondisinya lembab dan
tidak berbau.
Berkenaan degan tanaman dan tanah kompos akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas
mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui
dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
8. IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kompos merupakan hasil perombakan bahan organic oleh mikroorganisme
dengan hasil akhir berupa bahan yang memiliki nisbah jumlah C/N yang
rendah (< 20).
2. Pembuatan kompos organic menggunakan kotoran kandang sapi, daun
legume, dedak, urea, air dan decomposer.
3. Daun-daun tanaman jenis legume digunakan karena tanaman ini
mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan
dengan jenis tanaman lainnya.
4. Hasil pengamatan setelah 2 minggu yaitu kompos menjadi gumpalan –
gumpalan kecil yang remah. Warnanya hitam kecoklatan, kondisinya
lembab dan tidak berbau.
5. Fungsi kompos diantaranya akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman.
9. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Institut
Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Anonim. 2010. Petunjuk Praktikum Kesuburan dan Kesehatan Tanah. Institu
Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Lingga, P.P. 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Notohadiprawiro,T., Soekodarmodjo,S. dan E.Sukana. 1987. Pengelolaan
Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Bull. Fak.
Pertanian UGM : Yogyakarta.
Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Rinsema,W.T. 1983. Pupuk dan Cara pemupukan. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mengetahui
Yogyakarta,26 Juli 2013
Co Ass
Praktikan
(M. Aang Fahmi)
(Niko Utomo)
10. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
Disusun Oleh:
Nama
: Niko Utomo
NIM
: 12/14678/BP_SPKS
Kelas
: SPKS I
Jurusan
: Budidaya pertanian
Kelompok
: III (Tiga)
Acara V
: Pembuatan kompos
Co.Ass
: M. Aang Fahmi
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2013