2. LATAR BELAKANG
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
1. Volume sampah makin besar
2. Kebutuhan dana makin tinggi
3. Lahan TPA sulit dicari
4. Potensi pencemaran Lingkungan
5. Pemborosan sumber daya alam
3. PARADIGMA LAMA
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sumber
Sampah
Pewadahan Pengumpulan
dan
Pemindahan
Pengangku
tan
Pembuangan Akhir
5. PARADIGMA BARU
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sumber Sampah
Pewadahan
pemilahan dan
pengolahan di
rumah tangga :
kompos, daur-
ulang
Pengumpulan,
Pemindahan,
pengolahan
skala kawasan:
UDPK
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Pengolahan:
-Daur-ulang
-Kompos
-Pembakaran
-Pemadatan
6. DEFINISI PENGOLAHAN SAMPAH
• Pengolahan sampah merupakan bagian dari
penanganan sampah dan menurut UU no 18
Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses
perubahan bentuk sambah dengan mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
7. KEGIATAN PENGOLAHAN SAMPAH
• Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan
energi).
• Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa
pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran
(insinersi), dan lain-lain.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
9. TRANSFORMASI FISIK
• Pemisahan komponen sampah menjadi
komponenkomponennya, sehingga bersifat lebih
homogen untuk keperluan daur ulang.
• Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau
kompaksi untuk menekan kebutuhan ruang sehingga
mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan
pembuangan.
• Reduksi ukuran (pencacahan) dan volume juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan
pembuangan.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
11. TRANSFORMASI KIMIA
• Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan
menggunakan prinsip proses pembakaran atau
insenerasi.
• Proses pembakaran sampah dapat didefinisikan sebagai
pengubahan bentuk sampah padat menjadi fasa gas,
cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan
pelepasan energi panas.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
12. SYARAT PERUBAHAN KIMIA
1. Nilai kalor dari sampah, Persyaratan
nilai kalor adalah 4500 kJ/kg sampah agar
dapat terbakar.
2. Kadar air sampah.
3. Ukuran partikel.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
13. JENIS PEMBAKARAN
• Pembakaran stoikhiometrik.
• Pembakaran dengan udara berlebih.
• Gasifikasi, yaitu proses pembakaran di mana
produknya adalah gas-gas CO, H2, dan hidrokarbon.
• Pirolisis.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
14. TRANSFORMASI BIOLOGI
• Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme untuk mendekomposisi
sampah menjadi bahan stabil yaitu kompos.
• Komposting secara aerobik (produk berupa kompos).
• Penguraian secara anaerobik (produk berupa gas
metana, CO2 dan gasgas lain, humus atau lumpur).
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
15. SKALA KOMPOSTING
• Skala individu; yaitu pengolahan yang dilakukan oleh
penghasil sampah secara langsung di sumbernya
(rumah tangga/kantor).
• Contoh pengolahan pada skala individu ini adalah
pemilahan sampah atau komposting skala individu.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
16. PENGOMPOSAN KAWASAN
• Skala kawasan; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani
suatu lingkungan/ kawasan (perumahan, perkantoran, pasar, dll).
• Lokasi di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu). Proses
yang dilakukan berupa : pemilahan, pencacahan sampah organik,
pengomposan, penyaringan kompos, pengepakan kompos, dan
pencacahan plastik untuk daur ulang.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
17. PENGOMPOSAN KOTA
• Skala kota; yaitu pengolahan yang dilakukan untuk melayani
sebagian atau seluruh wilayah kota dan dikelola oleh pengelola
kebersihan kota.
• Lokasi pengolahan dilakukan di Instalasi Pengolahan Sampah
Terpadu (IPST) yang umumnya menggunakan bantuan peralatan
mekanis.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
18. PENGELOLA SAMPAH
Pengelola dari proses pengolahan ini sangat tergantung dari dimana proses pengolahan dilakukan.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
19. KOMPOS
• Kompos didefinisikan sejenis pupuk organik, dimana kandungan
unsur N, P dan K yang tidak terlalu tinggi, hal ini membedakan
kompos dengan pupuk buatan.
• Kompos sangat banyak mengandung unsur hara mikro yang
berfungsi membantu memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi gembur
• dan lebih mampu menyimpan air (Tchobanoglous et al.,1993).
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
20. PROSES KOMPOSTING
Metoda ini adalah proses biologi yang mendekomposisi sampah menjadi
kompos karena interaksi kompleks dari organisme/bakteri yang terdapat
secara alam
jenis mikroba yang diklasifikasikan dari cara hidupnya, yaitu :
Mikroba anaerobic (yaitu mikroba yang hidup tanpa oksigen); jenis
mikroba ini juga dibagi dalam 2-jenis yaitu : mesophilic (hidup pada
temperatur (20-40 oC), dan thermophilic (hidup pada temperatur (45-70
oC).
- Mikroba aerobic adalah mikroba yang hanya dapat hidup dengan
adanya oksigen. Sama dengan mikroba anaerobic berdasarkan fluktuasi
kondisi suhu di dalam tumpukan kompos dapat dibedakan menjadi
mesophilic dan thermophilic.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
22. KOMPOSTING AEROBIK
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan
memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang
menghasilkan energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport
elektron dari elektron donor menuju external electron acceptor adalah
oksigen.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
25. Komposting anaerobik
• Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang
berperan adalah bakteri obligate anaerobik. Proses berlangsung
dengan reaksi sebagai berikut :
Dalam proses ini terdapat potensi hasil yaitu gas bio, yang merupakan
sumber energi alternatif yang sangat potensial. Berdasarkan pendekatan
waste to energy (WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah organik dapat
menghasilkan 403 Kwh listrik.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
27. KEBERHASILAN KOMPOSTING
1. Kadar air, Kadar air berkisar antara 50-60%, optimum 55%.
2. Rasio C/N, Nilai C/N berkisar antara 25-50.
3. Temperatur, awal pengomposan berkisar antara 50-55oC,
sedangkan pada hari-hari berikutnya 55-60oC.
4. pH Rentang pH dipertahankan berkisar antara 7 sampai 7,5.
5. Ukuran partikel, Ukuran partikel berkisar antara 25-75 mm.
6. Blending dan Seeding , pencampuran Lumpur tinja untuk
meningkatkan rasio C/N.
7. Suplai oksigen, ditentukan berdasarkan komposisi sampah yang
dikomposkan.
8. Pengadukan, berfungsi untuk menjaga kadar air, menyeragamkan
nutrient dan mikroorganisme.
9. Kontrol pathogen, dilakukan dengan pengontrolan suhu, dimana
pathogen biasanya akan mati pada suhu 60-700C selama 24 jam.
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
32. DIAGRAM ALIR 3 R
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Pemilahan di Sumber
Organik
Sampah
basah
Anorganik
Plastik Kertas Gelas Logam Padat Cair
Pengomposan
Sampah di
Tempat
Sumber Sampah
Timbulan Sampah
Pewadahan
Komunal
Individual
Pengumpulan
Gerobak
terpisah
Pemulung
Pemindahan
Pemindahan
Pembuangan Akhir
Sampah
UDPK
Residu
Incinerator
Residu
R1, R2
R2, R3
R2
M2, M3
33. REDUCE
PRINSIP : MENGURANGI DAN MENGHEMAT
Contoh :
1. Jangan boros kalau anda belanja!
2. Perhitungkan dengan cermat setiap rencana belanja
anda!
3. Hemat memakai barang! Listrik, air, bahan bakar dll
4. Gunakan seperlunya saja, setiap pemakaian barang.
5. Jangan buang barang sisa yang masih dapat
dipakai!
6. Simpan barang sisa!
7. Pergunakan dahulu barang yang ada ( dalam
persediaan )!
8. Cegah pembuangan sampah di perjalanan / luar
rumah!
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
34. REUSE
• PRINSIP : MENGGUNAKAN KEMBALI TANPA
MENGALAMI PERLAKUAN
Contoh :
1. Pegunakanlah barang yg dapat anda pakai beberapa
kali!
2. Pakailah kertas pada kedua sisinya!
3. Sumbangkan dengan ikhlas barang yg telah tidak
anda gunakan kepada yang memerlukan!
4. Check persediaan barang anda 3 bln sekali untuk
disortir disumbangkan atau diberi nilai tambah!
5. Kreatiflah menggunakan kembali barang-barang
bekas anda!
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
35. RECYCLE
PRINSIP : MENGGUNAKAN KEMBALI DENGAN MENGALAMI
PERLAKUAN (MENDAUR ULANG)
Contoh :
1. Banggalah anda memakai pembung-kus / alas makanan
dari daun atau bahan lain yang mudah didaur ulang!
2. Hindari pemakaian plastik, styrofoam dll yang sukar
didaur ulang!
3. Kreatiflah mendaur ulang, sediakan waktu belajar! Sisa
kain menjadi selimut / lap. Biji plastik dari botol bekas.
Daur ulang kertas dan pengomposan sampah tidak sukar.
4. Pisahkanlah limbah / sampah organik dan anorganik!
5. Buatlah kompos dari sampah organik (daun kebun, sisa
bahan sayur)
6. Rapikan sampah anorganik (kertas, plastik, logam) agar
mudah diambil yang memerlukan untuk didaur ulang!
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
36. KONSEP 3R PADA SUMBER
PRODUSEN
1. Menghasilkan produk berbahan daur ulang
2. Menghasilkan produk yg mudah didaur ulang
3. Menghasilkan produk berdaya tahan lama
4. Memberi keterangan bahan yg digunakan
PENJUAL
1. Melakukan pengemasan yg hemat sampah
2. Menyediakan tampungan bahan daur ulang
PEMERINTAH
1. Menyediakan fasilitas pendukung 3R
2. Melakukan promosi / penyuluhan
KONSUMEN
1. Memilih produk berbahan daur ulang
2. Membeli barang yang benar diperlukan
3. Membeli barang berdaya tahan lama
4. Membatasi bungkus / kemasan
5. Melakukan pemilahan
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
37. KONSEP 3R PADA SUMBER
PERMUKIMAN
1. Pemanfaatan botol aqua, soft drink, dll
2. Pemilihan produk “refill”
3. Pengomposan sampah organik
4. Pembatasan penggunaan pampers
5. Mengganti tissue dengan sapu tangan
6. Menolak tas / pembungkus yg berlebihan
7. Melakukan pemilahan sampah basah/kering
8. Membatasi konsumtivitas
9. Pemanfaatan barang layak pakai
10. Bazar barang bekas
PERKANTORAN
1. Double side copy untuk laporan
2. Kertas bekas untuk notes, disposisi, dll
3. Melakukan pemilahan sampah kertas
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
38. KONSEP 3R PADA SUMBER
PASAR
1. Membuang bagian tak perlu dari produk
2. Membatasi penggunaan tas plastik
3. Pemilahan sampah organik + pengomposan
PENDIDIKAN
1. Pengomposan setempat
2. Pelaksanaan daur ulang sampah
3. Double side copy
PERHOTELAN DAN RESTAURAN
1. Pemilahan sampah makanan u/pakan ternak
2. Pengomposan setempat (hotel)
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
39. KONSEP 3R PADA SUMBER
PASAR
1. Membuang bagian tak perlu dari produk
2. Membatasi penggunaan tas plastik
3. Pemilahan sampah organik + pengomposan
PENDIDIKAN
1. Pengomposan setempat
2. Pelaksanaan daur ulang sampah
3. Double side copy
PERHOTELAN DAN RESTAURAN
1. Pemilahan sampah makanan u/pakan ternak
2. Pengomposan setempat (hotel)
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
40. SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Penanganan
3-R
Cara Pengerjaan
R-1 Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar
Gunakan produk yang dapat diisi ulang
Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang
memerlukan.
R-2 Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau
fungsi lainnya
Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.
Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.
R-3 Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah
terurai
Lakukan penanganan untuk sampah organik menjadi kompos
dengan berbagai cara yang telah ada (sesuai ketentuan) atau
manfaatkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing.
Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang
bermanfaat.
UPAYA 3 R PERMUKIMAN
41. SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
Penanganan 3-
R
Cara Pengerjaan
R-1 Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.
Sediakan jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas)
Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat
dihapus dan ditulis kembali.
Khusus untuk rumah sakit, gunakan insinerator untuk sampah medis.
Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
R-2 Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.
Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali.
R-3 Olah sampah kertas menjadi kertas kembali.
Olah sampah organik menjadi kompos.
UPAYA 3 R FASILITAS UMUM
42. SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO
UPAYA 3 R HOTEL, RESTAURAN DAN PERTOKOAN
Penanganan 3-R Cara Pengerjaan
R-1 Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan kemasan yang
dapat digunakan kembali.
Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/bungkusan untuk
produk yang dibelinya.
Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk yang benar-benar
memerlukannya.
Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam jumlah
besar.
Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastik belanjaan.
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang memerlukannya.
R-2 Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain,
seperti pakan ternak.
Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah
belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti
pelanggan setia.
Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang (minyak,
minuman ringan).
R-3 Jual produk-produk hasil daur-ulang sampah dengan lebih menarik.
Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur-ulang sampah.
Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat bagi proses
lainnya,
Lakukan penanganan sampah organik menjadi kompos atau memanfaatkannya
sesuai dengan kebutuhan.
Lakukan penanganan sampah anorganik.
46. • SANITARY LANDFILL DENGAN POTENSI GAS
METHANE YANG CUKUP TINGGI (ANALISIS MODEL
HASIL SURVEY LAP. PROF LAODE)
• RECYCLE DENGAN KARAKTERISTIK AN-ORGANIK 73%
BERPONTENSI UNTUK DAUR ULANG (KOMERSIAL)
• UNTUK MINIMASI SAMPAH ORGANIK DILAKUKAN
KOMPOSTING
• INCENERASI (LISTRIK) BELUM MEMADAI DARI SEGI
BATAS MINIMAL PRODUKSI SAMPAH 1000 TON/HARI
(BATAM 355,39 TON/HARI), DISAMPING KANDUNGAN
ORGANIKNYA MASIH BESAR
SYAFRUDIN, FT UNIVERSITAS DIPONEGORO