Dokumen tersebut membahas tentang program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, termasuk tujuan dan pelaksanaannya, serta pandangan berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga agama, dan tokoh masyarakat terhadap KB. Dokumen ini juga membandingkan pandangan Islam tentang perencanaan keluarga dengan program KB secara khusus.
1. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
Bagikan 0 Lainnya Blog Berikut» imamajibalfattih@gmail.com Dasbor Keluar
IPB-Engineer of Islamic Civilization
SENIN, 30 APRIL 2012
Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
[Nindira Aryudhani, S.Pi., M.Si.]
Muqodimah
Pada pertengahan Maret 2012 ada pemberitaan bahwa laju pertumbuhan penduduk
Kota Bogor tergolong cukup tinggi. Setiap tahunnya, rata-rata pertumbuhan penduduk kota
berjuluk ‘Kota Hujan’ itu mencapai 2,79%. Ketua Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor, Nia Kurniasih, mengatakan sensus penduduk
tahun 2000 mencatat jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 750.819 jiwa. Dengan laju
pertumbuhan di atas 2%, jumlahnya diperkirakan mencapai satu juta jiwa pada 2012. Laju
pertumbuhan penduduk idealnya 0,5%. “Kami harapkan tidak ada lagi keluarga yang tidak
menjadi peserta KB,” kata Nia. Untuk menggencarkan upaya pengendalian penduduk melalui
program KB, pihaknya telah meminta dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tahun ini, dua pihak
tersebut akan menyediakan seluruh kebutuhan alat kontrasepsi dan pendukung lainnya.
Bahkan, tahun ini tidak ada pengadaan dari APBD. Semuanya sudah dipenuhi oleh pemprov
dan BKKBN pusat (republikaonline, 19/03/2012). Hal ini sejalan dengan anggaran untuk
BKKBN tahun 2012 yang meningkat sekitar Rp 100 miliar dibandingkan tahun 2011. Anggaran
2011 Rp 2,4 Triliun, 2012 akan menjadi Rp 2,5 Triliun (okezone.com, 09/12/2011).
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html#more 1/6
2. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
Keluarga Berencana
Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam
sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua (Wikipedia, 20/04/2012).
Tujuan umum KB adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk. Dan tujuan khusus KB adalah meningkatkan jumlah
penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi, menurunkan jumlah angka kelahiran bayi dan
meningkatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Wikipedia,
20/04/2012).
Hingga saat ini, kesuksesan pelaksanaan program KB bukan hanya ditentukan oleh
kedisiplinan pasangan suami istri untuk menjalani program tersebut. Kesuksesan KB juga
tergantung pada media massa. Menurut Hardiyanto, Deputi Advokasi, Penggerakan, dan
Informasi pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), hal ini
karena media sebagai penyedia informasi bagi rakyat memiliki ‘power’ untuk mengajak
masyarakat mengerti hingga akhirnya turut serta dalam menyukseskan program KB
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html#more 2/6
3. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
(republikaonline, 21/02/2012).
Hardiyanto menjelaskan bahwa sejauh ini pihaknya sangat mengapresiasi peranan
media. Untuk itu, ia mengharapkan media juga menyampaikan informasi pentingnya KB ke
seluruh masyarakat di Tanah Air. Bahkan, pihaknya senantiasa menerima jika dikritik untuk
membangun program yang lebih baik lagi ke depannya. Menurutnya, BKKBN tidak hanya
berperan sebagai motivator penggerak masyarakat untuk bersama mencintai ‘keluarga kecil
bahagia’, namun juga berperan untuk mengurangi jumlah atau angka penduduk di Tanah Air
yang setiap tahunnya terus meningkat signifikan (republikaonline, 21/02/2012).
Keluarga Indonesia, Keluarga Berencana
Bicara rencana keluarga melalui program KB, baru-baru ini pun beredar berita
tentang vasektomi. Vasektomi merupakan salah satu tatacara dalam pelaksanaan program KB
dengan cara memotong saluran sperma yang menghubungkan buah zakar dengan kantong
sperma, sehingga tidak dijumpai lagi bibit dalam ejakulat seorang pria; tubektomi tindakan
sejenis pada perempuan (Wikipedia, 20/04/2012). Berita vasektomi ini dapat dikatakan
bermula dari Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Warga pria di kabupaten tersebut
diusulkan mendapat hadiah Rp 1 juta dari Kepala Daerah, jika bersedia memasang alat
kontrasepsi vasektomi (republikaonline, 13/04/2012).
Berita ini meluas, hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Situbondo, Jawa Timur,
mengeluarkan fatwa menghalalkan praktik vasektomi untuk program KB atau menjarangkan
kehamilan. Sugiri Syarief, Kepala BKKBN, menyatakan bahwa vasektomi dulu diharamkan
karena dilakukan dengan cara memutuskan, memotong permanen saluran vas diferens saluran
sperma laki-laki dari buah zakar ke saluran keluarnya. Tapi sekarang, vasektomi hanya
mengikat saluran vas deferens. Jika sewaktu-waktu diinginkan, maka ikatan itu bisa dibuka
kembali (suaramerdeka.com, 17/04/2012). Padahal, meski saluran sperma yang telah
dipotong/diputus bisa disambung kembali (rekanalisasi) dengan cara microsurgery, namun
kembalinya kesuburan tidak bisa seperti semula. Semakin lama seorang pria di-vasektomi
maka kembalinya kesuburan akan berkurang. Contohnya seorang klien yang telah di-
vasektomi selama 3 tahun lalu melakukan rekanalisasi maka kemampuan untuk mempunyai
anak tinggal 50%, lalu setelah 5 tahun akan turun menjadi 20% (doktersehat.com,
01/12/2009).
Syarief juga menyatakan bahwa fatwa MUI Situbondo tersebut telah
dikomunikasikan kepada MUI Jawa Timur, dan terus nanti ke MUI pusat. Dengan dukungan
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html#more 3/6
4. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
fatwa dari MUI, maka diharapkan peserta pria program Keluarga Berencana (KB) dapat
bertambah pesat. Saat ini peserta KB nasional ada 29 juta lebih orang, dan hanya 1,5% pria.
Mereka menggunakan kondom 0,8% dan vasektomi 0,7%. Di sisi lain, pengendalian
pertumbuhan penduduk yang kembali dimulai awal 2000 sudah berjalan sesuai perencanaan.
Lima tahun terakhir jumlah penduduk Ind onesia sudah lebih terkendali. Syarief menyebutkan
pertumbuhan penduduk Indonesia 2012 ini hanya 1,4%. Penduduk Indonesia saat ini
mencapai 270 juta jiwa. Menurut Syarief, sesungguhnya 95% penduduk Indonesia tahu
tentang program KB. Separo lebih atau 61,4% sudah jadi peserta aktif, dan 9,1% masih ragu-
ragu akan alat kontrasepsi yang dipakai dan biaya untuk mendapatkan pelayanan KB tersebut
(suaramerdeka.com, 17/04/2012). Yang juga menarik, Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono, menyatakan program untuk menekan
angka kelahiran dan kemiskinan tersebut harus dicontohkan oleh para pejabat pemerintah.
Atau dengan kata lain pejabat negara diimbau jangan punya anak banyak (okezone.com,
05/12/2011).
Bahkan, Nahdatul Ulama (NU) menyatakan dukungannya terhadap program KB
yang digalakkan BKKBN. Upaya sosialisasi akan terus ditingkatkan termasuk ke daerah-
daerah di seluruh Indonesia. Arief Mudatsir, Ketua PP Lembaga Kemaslahatan Keluarga
Nahdatul Ulama (LKKNU) dalam Rakornas dengan BKKBN di Jakarta (15/3/2012)
menyatakan, “Mengoptimalkan ulama di berbagai tempat gerakan KB sangat sukses kita
lakukan. Hal ini sudah berjalan sejak 1970-an sampai 2012. Tinggal kita tingkatkan peran dan
optimalisasi. Tidak ada kendala pada program sinergis yang kita susun dengan BKKBN.
Mengenai slogan ‘banyak anak banyak rejeki’, sudah tidak relevan dalam kehidupan modern
saat ini. Inilah yang mau kita ingatkan pada ulama, khususnya tentang konsep banyak anak
banyak rejeki. Agama sendiri mengajarkan untuk memperhatikan keluarga kita untuk
kemaslahatan di hari kemudian. Tidak banyak-banyak (anak), dua-lah.” (okezone.com,
15/03/2012).
Sebaliknya, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, Asrorun Niam Sholeh, mengatakan
dalam kajian ulama bahwa vasektomi dan tubektomi adalah ‘pemandulan tetap’. Ia juga
menegaskan, “Fatwa haram terhadap vasektomi dan tubektomi sudah dikeluarkan sejak 2009
karena setelah MUI mendengar pendapat ahli dan kajian dalam perspektif hukum Islam. Kami
sampai pada kesimpulan bahwa alat kontrasepsi itu adalah pemandulan tetap dan terlarang
dalam hukum Islam.” (BBC Indonesia, 17/04/2012).
Bagaimanapun, harus dipahami bersama bahwa KB bukanlah suatu kewajiban
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html#more 4/6
5. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
dengan konsekuensi dosa jika tidak dilaksanakan. Karena KB memang tidak memiliki status
fardhu (wajib) sebagaimana sholat lima waktu ataupun fardhu yang lain. Jadi tidak perlu takut
berdosa jika tidak menjadi akseptor KB. Meskipun LKKNU berniat membawa wacana fatwa
wajib Keluarga Berencana (KB) ke tengah Konferensi Besar Nahdatul Ulama 2012 di Cirebon,
karena program KB dinilai mampu membawa kemaslahatan umat (republikaonline,
15/03/2012). Dengan demikian, ayat berikut ini harus menjadi pengingat paling awal:
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS Al-Maidah [05]: 50).
Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
Merencanakan keluarga tidaklah semata-mata dengan KB. Firman Allah Swt: “Dan
nikahkanlah orang-orang yang masih sendiri (belum menikah) di antara kalian, demikian
pula orang-orang yang shalih dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan
kalian. Bila mereka dalam keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan
keutamaan dari-Nya.” (TQS An-Nuur [24]: 32). Dan sabda Rasulullaah saw: “Wahai sekalian
para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya
ia menikah….” (HR. Al-Bukhari, Muslim).
Setiap pernikahan tentu menargetkan regenerasi. Sabda Rasulullaah saw:
“Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena (pada hari kiamat
nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain.”
(HR. Abu Dawud no. 2050). Dan firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan Memberi Rezeki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”
(TQS Al-Israa [17]: 31).
Disamping itu, adalah hal krusial bagi umat Islam untuk menjaga kemaluannya dan
kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya dan pandangan istrinya dari yang haram.
Karena Allah Swt memerintahkan: “Katakanlah (ya Muhammad) kepada laki-laki yang
beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara
kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang
beriman: ‘Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara
kemaluan mereka…’.” (TQS An-Nur [24]: 30-31). Dalam ayat yang lain, Allah Swt memuji
orang-orang beriman yang salah satu sifat mereka adalah menjaga kemaluan mereka kecuali
ipb-engineerofislamiccivilization.blogspot.com/2012/04/merencanakan-keluarga-tanpa-keluarga.html#more 5/6
6. 11/27/12IPB-Engineer of Islamic Civilization: Merencanakan Keluarga tanpa Keluarga Berencana
kepada apa yang dihalalkan: “Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka kecuali
terhadap istri-istri mereka atau budak perempuan yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (TQS Al-Mu’minun [23]: 05-06).
Khatimah
Berdasarkan uraian di atas, maka telah jelas bahwa vasektomi, bahkan fatwa
penghalalannya, telah terlontar tanpa memperhatikan efek dominonya. Mengingat, zaman
kebebasan seperti saat ini masih sangat potensial membuat para pria lebih mudah tergoda
untuk ‘jajan di luar’ atau berzina. Apalagi tidak ada resiko kehamilan pada perempuan
manapun yang akan bebas dipergaulinya. Padahal zina adalah perbuatan yang dilaknat Allah
Swt, sebagaimana firman-Nya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (TQS Al-Israa [17]: 32).
Wallaahu a’lam bish showab [].
Diposkan oleh Muslimah Ideologis IPB di 8:56 AM
Label: Indonesia, keluarga, muslimah, perempuan, politik, sistem Islam, umat
Islam
4 komentar:
6/6