SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
MAHIRMAHIR
EJAAN BAHASA INDONESIAEJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKANYANG DISEMPURNAKAN
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan TimurKantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
MATERI EJAANMATERI EJAAN
1. Pengertian Ejaan
2. Sejarah Ejaan
3. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
PENGERTIANPENGERTIAN
• Kaidah-kaidah tentang cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat,
dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) dan
cara menggunakan tanda baca.
• Kaidah/sistem itu harus disepakati bersama
oleh pemakai bahasa Indonesia.
SEJARAHSEJARAH
1. Ejaan van Ophuijsen (ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin, 1901)
2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
(1947).
3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972)
1. Ejaan van Ophuijsen
• Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan
van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut
dirancang oleh van Ophuijsen dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.
• Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini
adalah sebagai berikut.
1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,
pajah, sajang.
2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer.
3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
2. Ejaan Soewandi
• Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan
Soewandi diresmikan menggantikan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh
masyarakat diberi julukan ejaan Republik.
• Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan
dengan pergantian ejaan itu adalah
sebagai berikut
1.Huruf oe diganti dengan u, seperti pada
guru, itu, umur.
2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,
seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di- pada
dirumah dan dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis dan dikarang.
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan(EYD)
• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
• Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat putusannya tanggal 12 Oktober
1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim,
Ketua), menyusun buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas
• Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
• Pada tahun 1987, kedua pedoman
tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan surat Putusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987.
• Beberapa hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah
sebagai berikut.
• Perubahan Huruf
• Ejaan Soewandi>Ejaan yang Disempurnakan
• djalan, djauh>jalan, jauh
• pajung, laju >payung, layu
• njonja, bunji>nyonya, bunyi
• isjarat, masjarakat>isyarat, masyarakat
• tjukup, tjutji >cukup, cuci
• tarich, achir> tarikh, akhir
KAIDAH EYDKAIDAH EYD
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)
1. Pemakaian Huruf
a. Nama huruf yang digunakan dalam EYD
b. Pelafalan singkatan dan kata
c. Pemenggalan kata
2. Penulisan Huruf
a. Penulisan huruf kapital
b. Penulisan huruf miring
KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)
3. Penulisan Kata
a. Penulisan kata dasar
b. Penulisan kata turunan
c. Penulisan kata ganti
d. Penulisan partikel
e. Penulisan kata depan
f. Penulisan singkatan dan akronim
g.penulisan angka dan lambang bilangan.
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
KAIDAH IKAIDAH I
PEMAKAIAN HURUFPEMAKAIAN HURUF
1. Nama Huruf yang Digunakan dalam EYD
2. Pelafalan Singkatan dan Kata
3. Pemenggalan Kata
Nama Huruf yang DigunakanNama Huruf yang Digunakan
dalam EYDdalam EYD
• Pelafalan huruf yang perlu diperhatikan:
C atau c dilafalkan ce bukan se
Q atau q dilafalkan ki bukan kyu
• Huruf diftong (ai, au, dan oi), yang pelafalannya sebagai
vokal diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y.
• Konsonan, yang terdiri atas gabungan huruf, yaitu kh,
ng, ny, dan sy.
• Dalam hal-hal yang bersifat khusus, dalam bahasa
Indonesia terdapat juga gabungan huruf yang lain, yakni
nk, seperti yang terdapat dalam kata sanksi ‘hukuman’,
tank, dan bank.
Pelafalan Singkatan dan KataPelafalan Singkatan dan Kata
• Singkatan kata, termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing,
menurut kaidah EYD harus dibaca huruf demi huruf dengan pelafalan
bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya, pelafalan singkatan
sering dipengaruhi oleh lafal daerah atau asing.
Singkatan/Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku
MTQ em te ki em te kyu
BBC be be ce bi bi si atau be be se
TV te ve ti vi
makin makin mangkin
pascasarjana pascasarjana paskasarjana
• Dalam hal akronim bahasa asing (singkatan yang dibaca seperti kata
atau diperlakukan sebagai kata) yang bersifat internasional, lazimnya
dilafalkan seperti bahasa asalnya.
Akronim Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Unesco yu nes ko u nes ko
Unicef yu ni sef u ni sef
Pemenggalan KataPemenggalan Kata
• Pemenggalan lazimnya dilakukan atas dasar suku kata
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-
suku kata itu tanpa jarak atau spasi. Tanda hubung itu
harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah
ujung baris, seperti yang sering terjadi pada pengetikan
manual. Namun, perlu diketahui bahwa suku kata atau
imbuhan yang berupa satu huruf tidak dilakukan
pemenggalan agar tidak terjadi satu huruf itu berdiri sendiri
pada akhir baris atau pangkal baris.
• Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pemenggalan suatu kata, yaitu apakah kata itu sebagai (1)
kata dasar, (2) kata berimbuhan, atau (3) gabungan kata
(suatu kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur kata).
1)1) Pemenggalan Kata DasarPemenggalan Kata Dasar
a) Huruf vokal berjajar yang berada di tengah kata dilakukan di antara kedua
vokal itu. Misalnya:
sa-at, la-in, ma-in, bu-ah, ka-it, bi-ang
b) Huruf konsonan—termasuk gabungan huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy
—yang diapit oleh huruf vokal, pemenggal-annya dilakukan sebelum huruf
konsonan. Misalnya:
hu-kum, ma-cam, ma-sya-ra-kat, ba-ha-sa, ke-nyang
c) Huruf konsonan berurutan yang berada di tengah kata, kecuali gabungan
huruf konsonan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan
itu.
Misalnya:
Ap-ril, lang-sung, bang-sa, ikh-las, cap-lok
d) Jika di tengah kata terdapat tiga huruf konsonan atau lebih,
pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama dan yang
kedua. Misalnya:
ab-strak, ben-trok, in-stru-men, in-stan-si, in-fra
2)2) PemenggalanPemenggalan Kata BerimbuhanKata Berimbuhan
• Kata yang mendapat imbuhan, baik awalan, akhiran, maupun partikel
yang lazimnya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedapat-dapatnya
kata dasarnya tersebut tidak dipenggal. Dengan kata lain, pemenggalan
dilakukan pada imbuhan. Misalnya:
pen-didik-an sebaiknya bukan pendi-dikan
pergi-lah sebaiknya bukan per-gilah
Catatan:
• Pada kata berimbuhan sisipan, pemenggalannya dilakukan sebagai
berikut. Misalnya:
ge-li-gi, te-lun-juk, si-nam-bung
• Perlu ditekankan bahwa nama orang tidak dipenggal atas suku katanya di
dalam pergantian baris. Pada nama orang hanya dapat dilakukan dengan
memisahkan nama orang itu atas unsur nama yang pertama dan kedua,
dan seterusnya.
3)3) Pemenggalan Gabungan KataPemenggalan Gabungan Kata
• Dalam bahasa Indonesia ada sebuah kata yang terdiri atas satu unsur atau
lebih yang salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur kata yang
lain, seperti kata pascasarjana dan pascapanen. Pemenggalan pada kata
seperti itu dilakukan melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan
antarunsurnya. Kedua, unsur kata yang dipisahkan dipenggal atas dasar
suku katanya. Misalnya:
pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na intro-speksi, in-tro-spek-si
trans-migrasi, trans-mig-ra-si bio-grafi, bi-o-gra-fi
• Kata eks- yang dapat dioposisikan dengan in- atau im- pemenggalannya
dilakukan dengan cara unsur ks tidak dipisahkan. Namun, jika eks- itu
tidak dapat diperlawankan dengan bentuk in atau im, pemenggalannya
dilakukan dengan cara memisahkan konsonan ks itu. Misalnya:
Bentuk eks- Bentuk in, im
ek-strem -
eks-ter-nal in-ter-nal
eks-tra-ku-ri-ku-ler in-tra-ku-ri-ku-ler
eks-pli-sit im-pli-sit
KAIDAH IIKAIDAH II
PENULISAN HURUFPENULISAN HURUF
1. Penulisan Huruf Kapital
2. Penulisan Huruf Miring
Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital
EYD memuat lima belas kaidah penulisan
huruf kapital. Namun, dalam makalah ini
hanya dibahas delapan kaidah yang
sering kurang kita pahami sehingga kita
sering menggunakannya secara salah.
Kedelapan kaidah tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Misalnya:
(1) Varida bertanya, “Kapan kita berangkat ke Jakarta?”
(2) “Besok pagi,” kata Imam, “kita akan berangkat.”
Perlu dicatat bahwa tanda baca yang digunakan
sebelum memulai petikan langsung bukan tanda titik
dua (:), tetapi tanda koma (,). Tanda baca akhir
(tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya)
dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
(1) Mudah-mudahan Yang Mahakuasa melindungi kita.
(2) Bimbinglah hamba-Mu ini ke jalan yang lurus.
(3) Kitab Alquran harus kita jadikan sebagai pedoman hidup.
Huruf pertama kata ganti Tuhan, yakni ku, mu, dan nya
dituliskan dengan huruf kapital serta dirangkaikan dengan
tanda hubung (-) pada kata yang mendahuluinya. Hal lain
yang berhubungan dengan keagamaan yang bukan nama
diri, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital, misalnya
nabi, puasa, imam, surga, dan neraka. Jadi, kata imam dan
nabi pada kalimat berikut tidak diawali dengan huruf kapital.
(1) Aulia diangkat sebagai imam masjid di kampungnya.
(2) Allah telah mengutus beberapa nabi.
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, dan keagamaan), jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya:
(1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
(2) Kapuspen TNI yang baru, Mayor Jenderal TNI Sjafri
Sjamsuddin,
sudah dilantik beberapa tahun yang lalu.
(3) Seminar itu dihadiri oleh Rektor IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama
orang, penulisannya harus dengan huruf kecil. Kita harus
dapat membedakan antara nama dan kata yang hanya
menunjukkan suatu jenis. Kata-kata yang sering ditulis
dengan menggunakan huruf awal kapital, misalnya jenderal,
rektor, presiden, menteri, nasional, internasional, perguruan
tinggi, dan bangsa merupakan nama jenis. Misalnya:
(1) Hari Rabu yang lalu, Ahmad Saladin dilantik sebagai rektor.
(2) Siapa menteri agama yang baru dilantik?
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama suku,
bahasa, dan bangsa. Misalnya:
bangsa Arab
suku Jawa
bahasa Melayu
Kata bangsa, suku, dan bahasa pada contoh tersebut merupa-
kan nama jenis, bukan nama diri sehingga ditulis dengan huruf
kecil.
5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
(1) Datangnya bulan Ramadan tahun 1418 Hijrah bertepatan
dengan datangnya tahun 1998 Masehi.
(2) Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, dikumandangkan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
(3) Yang sesungguhnya berhak merayakan hari Lebaran adalah
orang yang tingkat ketakwaannya bertambah.
(4) Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun Gajah.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
dalam geografi. Perhatikan contoh penulisan sebagai
berikut.
Benar Salah
Teluk Bintan teluk Bintan
Selat Karimata selat Karimata
Pulau Sedanau pulau Sedanau
Gunung Daik Lingga gunung Daik Lingga
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-
kata teluk, bukit, danau, selat, dan sungai ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:
(1) Anak-anak itu senang sekali berenang di sungai.
(2) Mereka telah menyeberangi selat yang sangat dalam.
Demikian pula dengan huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, jeruk bali, pisang ambon
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi ba-
dan, lembaga pemerintah dan tata kenegaraan, serta
dokumen resmi pemerintah. Misalnya:
Dewan Perwakilan Rakyat
Departemen Pendidikan Nasional
Undang-Undang Dasar 1945
Perhatikan penulisan berikut ini yang menggunakan huruf
kecil.
(1) Dia telah lama menjadi karyawan di salah satu kementerian.
(2) Menurut undang-undang di negara ini, perbuatan itu dapat
dikategorikan sebagai tindakan subversif.
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti
penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, atau paman yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan, serta kata ganti Anda. Misalnya:
(1) Kapan Bapak berangkat ke Malaysia?
(2) Tahukah Anda gaji pegawai negeri tahun ini dinaikkan?
(3) Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Perhatikan penulisan berikut ini.
(1) Kita berkewajiban menghormati ayah dan ibu kita.
(2) Semua adik dan kakak saya adalah pegawai negeri.
(3) Rumah paman terletak di samping masjid.
Kata ayah, ibu, adik, kakak, dan paman tidak ditulis dengan
huruf awal kapital karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.
Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring
• Huruf miring dalam cetakan, yang dalam
tulisan tangan atau ketikan manual
dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dipakai untuk menuliskan hal-hal sebagai
berikut.
1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan.
Misalnya:
(1) Sudahkah Anda membaca buku Panduan Berbahasa Indonesia
yang disusun oleh Imam Budi Utomo?
(2) Majalah Ajami’ah memuat hasil-hasil penelitian tentang
keagamaan yang dilakukan oleh para dosen IAIN.
(3) Artikel yang berjudul “Pengajaran Bahasa Asing” yang dimuat
dalam surat kabar Suara Merdeka perlu Anda baca.
2) Huruf miring dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata. Misalnya:
(1) Huruf pertama kata sukses adalah s.
(2) Dia tidak ditipu, tetapi tertipu.
(3) Kata daripada sering digunakan secara tidak tepat.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Misalnya:
(1) Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostana.
(2) Kata islah sering diartikan menjadi ‘rujuk kembali’.
(3) Apa artinya hablum-minallah dan hablum-minannas?
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketik manual, huruf atau kata yang
akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Namun, jika
akan dicetak tebal sebagai variasi dari cetak miring, huruf atau
kata itu diberi dua garis di bawahnya.
KAIDAH IIIKAIDAH III
PENULISAN KATAPENULISAN KATA
Di dalam EYD terdapat beberapa pasal yang mengatur
penulisan kata. Namun, tidak semua pasal itu akan
dibahas karena ada dua pasal yang secara umum
tampaknya tidak bermasalah, yakni penulisan kata dasar
dan penulisan kata si dan sang. Adapun beberapa pasal
yang dibahas adalah penulisan kata turunan, penulisan
kata ganti, penulisan partikel, penulisan kata depan,
penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan angka
dan lambang bilangan.
1.1. Penulisan Kata TurunanPenulisan Kata Turunan
Yang dimaksud dengan kata turunan kata
jadian adalah kata yang dibentuk dari hasil
afiksasi (penambahan awalan, akhiran,
dan sisipan), reduplikasi (pengulangan),
dan penggabungan. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan penulisan kata
turunan adalah sebagai berikut.
1) Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan yang langsung meng-
ikuti atau mendahuluinya. Misalnya:
Benar Salah
bertolak belakang bertolakbelakang
bertanggung jawab bertanggungjawab
sebar luaskan sebarluaskan
diuji coba diujicoba
2) Bentuk dasar yang berupa gabungan kata, jika mendapat
awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
Benar Salah
Mempertanggungjawabkan mempertanggung jawabkan
mengujicobakan menguji cobakan
dilatarbelakangi dilatar belakangi
3) Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
Benar Salah
multidimensi multi dimensi
proaktif pro aktif
ekstrakurikuler ekstra kurikuler
pascasarjana pasca sarjana
antarkota antar kota
subbagian sub bagian
semiprofesional semi profesional
Catatan:
(i)Jika bentuk terikat dikuti oleh kata yang huruf awalnya menggunakan huruf
kapital, di antara kedua unsur kata tersebut diberikan tanda hubung
( - ). Misalnya:
non-Arab, pan-Asianisme
(ii) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan kata, diikuti oleh kata esa atau
kata yang bukan kata dasar, gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya:
(1) Tuhan Yang Maha Esa selalu bersama kita.
(2) Dialah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Namun, jika kata maha bergabung dengan kata dasar selain kata esa,
gabungan kata tersebut ditulis serangkai, misalnya Mahakuasa dan
Mahakasih.
4) Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-) tanpa menggunakan spasi.
Misalnya:
Benar Salah
gerak-gerik gerak gerik, gerak - gerik
tunggang-langgang tunggang langgang
meja-meja tulis meja tulis - meja tulis
undang-undang undang undang, undang2
5) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
duta besar rumah sakit umum
mata kuliah segi tiga
orang tua meja tulis
6) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat
menimbulkan salah pengertian ditulis dengan menggunakan
tanda hubung (-) untuk menegaskan unsur pertalian
tersebut. Misalnya:
(1) UGM membuka program studi non-gelar.
(2) Fivin Fitriya Buditama membeli mesin-potong tangan dari luar negeri.
(3) Anak-istri saya rajin salat berjamaah di masjid.
Gabungan kata non-gelar, mesin-potong tangan, dan anak-istri
saya, jika tidak diberi tanda hubung seperti itu dapat
menimbulkan salah baca dan salah pengertian. Gabungan
kata mesin potong tangan, jika penulisannya tidak
menggunakan tanda hubung dapat diartikan sebagai ‘mesin
khusus untuk memotong tangan’. Padahal, yang dimaksudkan
gabungan kata itu adalah ‘mesin potong yang dijalankan
dengan tangan’.
7) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali beasiswa kepada
adakalanya radioaktif kilometer
akhirulkalam bumiputra manakala
alhamdulillah daripada manasuka
astagfirullah darmabakti matahari
bismillah kacamata olahraga
halalbihalal segitiga padahal
bagaimana sukacita kosakata
sebagaimana dukacita darmawisata
bilamana peribahasa wasalam
barangkali sediakala kasatmata
saptapesona sukarela belasungkawa
saputangan syahbandar paramasastra
2.2. Penulisan Kata GantiPenulisan Kata Ganti ku, kau,ku, kau,
mumu, dan, dan nyanya
Kata ganti ku- dan kau-, yang ada pertalian dengan aku dan
engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Demikian pula dengan kata ganti -ku, -mu, dan -nya—yang
ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
(1) Masalah yang kauusulkan telah kukemukakan dalam diskusi itu.
(2) Pensilku, bukumu, dan tasnya tersimpan di perpustakaan.
3.3. Penulisan PartikelPenulisan Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
(1) Bacalah buku ini dengan cermat.
(2) Apakah yang seharusnya kita lakukan?
(3) Apatah gunanya engkau bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
(1) Apa pun alasannya, ia tetap bersalah.
(2) Sekalipun diminta, sekali pun saya tidak akan menurutinya.
(3) Siapa pun yang bersalah harus dihukum.
Catatan:
Kelompok kata yang sudah lazim dianggap padu, misalnya adapun, walaupun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, maupun, kendatipun,
sungguhpun, dan kalaupun ditulis serangkai.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengIkutinya. Misalnya:
(1) PNS akan mendapat kenaikan gaji per 1 April.
(2) Persoalan tersebut akan dibahas satu per satu.
(3) Harga durian ini Rp12.000,00 per buah.
4.4. Penulisan Kata DepanPenulisan Kata Depan didi,, keke,,
dandan daridari
Dalam EYD dinyatakan bahwa kata depan di, ke dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. Namun, di- dan ke- sebagai
awalan dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Persoalan yang muncul adalah apa perbedaan di dan ke
sebagai kata depan dengan di- dan ke- sebagai awalan?
1) Ciri kata depan di dan awalan di-
A) Kata depan di
a) Selalu diikuti kata benda yang menyatakan arah atau tempat.
b) Posisinya dapat ditempati oleh kata ke dan dari.
c) Tidak dapat dioposisikan dengan awalan me-.
B) Awalan di-
a) Selalu diikuti oleh kata kerja.
b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari.
c) Dapat dioposisikan dengan awalan me-.
Misalnya:
di (Kata Depan) di- (Awalan)
di masjid (dari masjid) dilarang (*dari larang)
di samping (dari samping) dianjurkan (*dari anjurkan)
di atas (dari atas) dijual (*dari jual)
di luar (ke luar) diwariskan (mewariskan)
di sana (ke sana) diwasiatkan (mewasiatkan)
2) Ciri kata depan ke dan awalan ke-
A) Kata depan ke
a) Selalu diikuti oleh kata benda yang menyatakan arah atau
tempat.
b) Posisinya dapat tempati oleh kata dari dan di.
B) Awalan ke-
a) Tidak diikuti oleh kata benda.
b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari dan di.
c) Awalan ke- membentuk kata benda dari kata yang lain.
d) Awalan ke- yang berkombinasi dengan akhiran -kan dapat
menghasilkan kata kerja perintah.
Misalnya:
ke (Kata Depan) ke- (Awalan)
ke mana (dari mana) kemari (*dari mari)
ke jalan (dari jalan) ketua
ke belakang (dari belakang) kekasih, kehendak
ke samping (dari samping) kesampingkan
5.5. Penulisan Singkatan dan AkronimPenulisan Singkatan dan Akronim
Istilah singkatan dan akronim memiliki persamaan, yaitu
merupakan kependekan dari suatu kata atau frasa (kelompok
kata) sebagai pengganti bentuk yang lengkap. Namun, di
samping persamaan itu, terdapat unsur perbedaannya, yakni
sebagai berikut.
1) Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil dari huruf-
huruf pertama suatu kata atau frasa yang dieja huruf demi
huruf. Misalnya:
CBSA cara belajar siswa aktif
PKB Partai Kebangkitan Bangsa
2) Akronim adalah bentuk pendek yang biasanya merupakan
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
(dilafalkan) sebagai kata. Misalnya:
SIM surat izin mengemudi
tilang bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-
syarat berikut, yakni (1) jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah
suku kata yang lazim pada bahasa Indonesia (tujuh suku kata), (2)
akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim, (3)
hasil pengakroniman tidak berasosiasi pada hal-hal yang tidak patut
(tabu).
Di samping singkatan dan akronim, terdapat juga yang
disebut dengan bentuk singkat. Bentuk itu merupakan
bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari bentuk
lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua.
Misalnya:
lab bentuk singkat dari laboratorium
harian bentuk singkat dari surat kabar harian
Kaidah penulisan singkatan adalah sebagai berikut.
1)Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:
Imam B.U.
M.Sc. master of science
Sdr. Saudara
Kol. kolonel
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf
awal kata ditulis dengan huruf awal kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
SD sekolah dasar
Catatan:
Singkatan umum seperti yang terdapat dalam contoh di bawah ini penulisan yang benar adalah
sebagai berikut.
Benar Salah
dsb. d.s.b., dsb (tanpa titik)
sda. s.d.a., sda (tanpa titik)
a.n. a/n
d.a. d/a
u.b. ub., u/b
u.p. up., u/p
s.d. s/d
3) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
l liter
g gram
Rp (lambang mata uang Indonesia)
4) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
PAN Partai Amanat Nasional
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan
SIM surat izin mengemudi
5) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya:
Depag Departemen Agama
Akpol Akademi Kepolisian
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
6) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya:
siskamling sistem keamanan lingkungan
radar radio detecting and ranging
pemilu pemilihan umum
6.6. Penulisan Angka dan LambangPenulisan Angka dan Lambang
BilanganBilangan
Ketentuan untuk menuliskan lambang bilangan ada dua cara,
yaitu (1) dengan angka Arab atau angka Romawi dan (2)
dengan huruf. Akan tetapi, penggunaan lambang bilangan itu
sering dipertukarkan. Lambang bilangan yang seharusnya
dituliskan dengan huruf dituliskan dengan angka, atau
sebaliknya. Untuk itu, ejaan bahasa Indonesia menentukan
kaidah, antara lain, sebagai berikut.
1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika untuk
menyatakan satuan ukuran (panjang, luas, isi, dan berat),
satuan waktu, nilai uang, atau yang dipakai untuk menandai
nomor jalan, rumah, kamar pada alamat yang bukan
dokumen resmi, dan juga untuk menomori pada karangan
beserta bagian-bagiannya. Misalnya:
(1) Panjang bangunan itu 12 m, lebar 10 m.
(2) Berat kendaraan itu 365 kg.
(3) Dalam waktu 1 jam 30 menit, Anda harus dapat menempuh
jarak
100 km.
(4) Harga semangka itu Rp3.500,00 per buah.
(5) Saya tinggal di Jalan Soragan 238 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
(6) Perintah puasa Ramadan terdapat di dalam Alquran, Surat
Albaqarah:183.
2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyata-
kan lebih dari dua kata atau untuk menyatakan perincian
dinyatakan dengan angka. Misalnya:
(1) Selama tiga hari saja calon pegawai yang mendaftar berjumlah
tiga ribu orang.
(2) Seminar itu diikuti oleh 1.234 orang peserta.
(3) Menurut catatan, sarjana yang akan diwisuda berjumlah 500
orang, terdiri atas 199 laki-laki dan 301 perempuan.
3) lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak
terdapat lagi dalam awal kalimat. Misalnya:
Bentuk yang tidak benar
(1) 27 orang ditahan dalam unjuk rasa itu, sedangkan yang lain
diizinkan pulang.
(2) 10 ekor kambing kurban disembelih.
(3) 5 mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-Amin.
(4) 250 orang diundang dalam acara syukuran Pak Umar.
Bentuk yang benar
(1) Dalam unjuk rasa itu 27 orang ditahan, sedangkan yang lain diizinkan
pulang.
(2) Sepuluh ekor kambing kurban disembelih.
(3) Lima mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-
Amin.
(4) Dalam acara syukuran itu Pak Umar mengundang 250 orang.
4) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut. Misalnya:
(1) HUT Ke-65 RI akan kita peringati dengan sederhana.
(2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad informasi.
(3) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad informasi.
(4) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad informasi.
5) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an,
penulisannya sebagai berikut. Misalnya:
(1) Ayah saya lahir pada tahun 20-an.
(2) Ayah saya lahir pada tahun dua puluhan.
(3) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang 500-an.
(4) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang lima ratusan.
6) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi,
seperti dalam akta dan kuitansi. Misalnya:
Bentuk yang tidak benar
(1) Jumlah mahasiswa yang diwisuda hanya 45 (empat puluh lima) orang.
(2) Saya membeli 10 (sepuluh) ekor ayam buras di Pasar Kembang.
Bentuk yang Benar
(1) Jumlah mahasiswa yang ikut karyawisata ada 45 orang.
(2) Saya membeli sepuluh ekor ayam buras di Pasar Kembang.
Dalam dokumen resmi penulisan lambang bilangan yang dilambangkan
dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat, seperti contoh berikut.
(1) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga
Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga
Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu) rupiah.
Penulisan seperti itu dibenarkan menurut ejaan bahasa Indonesia untuk
menghindari kemungkinan adanya pengubahan angka-angka dari
orang yang tidak bertanggung jawab.
KAIDAH IVKAIDAH IV
PENULISAN UNSUR SERAPANPENULISAN UNSUR SERAPAN
• Sebagai bahasa yang hidup dan terbuka, bahasa Indonesia dapat menerima unsur
serapan dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, misalnya
Sanskerta, Arab, Belanda, Portugis, dan Inggris). Berdasarkan taraf integrasinya,
unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan.
• Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, misalnya jer basuki mawa bea, amar ma’ruf nahi munkar, dan fighter.
Meskipun pengucapannya masih mengikuti cara asing, unsur itu dapat dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia dengan digarisbawahi atau dimiringkan.
• Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia, seperti kata kiblat, takwa, efektif, dan sistem. Dalam kaitannya
dengan hal itu, pengubahan ejaan hanya dilakukan seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa asalnya.
• Selain hal tersebut, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
yang utuh. Kata seperti standardisasi dan implementasi merupakan unsur serapan
asing berakhiran yang diserap secara utuh. Di samping itu, kata dasar dari kata-kata
itu juga diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu standar dan implemen.
Hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan penyerapan
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1)Unsur serapan yang sudah lazim dieja atau ditulis secara
Indonesia tidak perlu diubah lagi. Misalnya:
kabar pikir
hadir iklan
perlu bengkel
sirsak kompor
2) Sekalipun dalam ejaan bahasa Indonesia menerima huruf q
dan x sebagai abjad, tetapi huruf itu hanya digunakan dalam
hal tertentu, seperti dalam pembedaan nama dan istilah
khusus, seperti Quran, xenon, dan nama-nama orang.
Berikut didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia yang sering salah pemakaiannya.
Kata asing Salah Benar
aphoteek apotik apotek
analysis analisa analisis
atlet atlit atlet
active aktiv aktif
activity aktifitas aktivitas
asas azas asas
adjective ajektif adjektif
balance balan balans
celebrity selebriti selebritas
commodity komoditi komoditas
carier karir karier
coordination kordinasi, kordinir koordinasi
consequency konsekwensi konsekuensi
definitie difinisi definisi
descriptive diskriptiv deskriptif
discrimination deskriminasi diskriminasi
Kata asing Salah Benar
essay esei esai
effective efektiv efektif
effectivity efektifitas efektivitas
export eksport ekspor
formal formil formal
frequency frekwensi frekuensi
haqiqah hakekat hakikat
hypotesis hipotesa hipotesis
import import impor
ijazah ijasah ijazah
jadwal jadual jadwal
khazanah khasanah khazanah
khotbah khutbah khotbah
liquidation likwidasi likuidasi
methode metoda metode
management menejemen manajemen
manager menejer manajer
nashihat nasehat nasihat
Kata asing Salah Benar
November Nopember November
operational operasionil operasional
organitation organisir organisasi
object obyek objek
production produsir produksi
psychis psikhis psikis
risk resiko risiko
system sistim sistem
syntesis sintesa sintesis
standard standard standar
standardization standarisasi standardisasi
survey survai survei
subject subyek subjek
technique tehnik teknik
theoretis teoritis teoretis
transport transport transpor
variety varitas varietas
wujud ujud wujud
zaman jaman zaman
KAIDAH IVKAIDAH IV
PEMAKAIAN TANDA BACAPEMAKAIAN TANDA BACA
• Di dalam EYD terdapat lima belas pasal yang mengatur
pemakaian tanda baca, yaitu (1) tanda titik, (2) tanda koma,
(3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6)
tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru,
(10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik,
(13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15)
tanda penyingkat (apostrof). Namun, dalam penyuluhan ini
hanya dibahas masalah pemakaian tanda baca yang memiliki
kekerapan pemakaian cukup tinggi dan sering menimbulkan
masalah bagi kebanyakan pemakai bahasa dalam ragam tulis
bahasa Indonesia. Beberapa kaidah tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Tanda Titik ( . )
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
W.S. Rendra
Imam B.U.
Muh. Arief S.H. (Susilo Handoyo)
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan. Misalnya:
Prof. Dr. H. Soewito
Kol. Drs. R. Harry Anwar, S.H.
Sdr. Syamsul Arifin, M.Hum
c. Tanda titik dipakai dalam menuliskan daftar pustaka,
yaitu untuk memisahkan di antara nama penulis,
tahun terbit, judul tulisan, dan tempat terbit. Misalnya:
Wedhawati dkk. 1995. Yang Penting Buat Anda. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Utomo, Imam Budi. 2011. Sastra Indonesia di Yogyakarta Periode
1981—2000. Yogyakarta: Curvaksara.
d. Tanda titik dipakai dalam bilangan yang menyatakan
jumlah ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
(1) Tebal buku itu 1.678 halaman.
(2) Di gudang itu masih tersimpan 96.456 ton beras yang siap
dibagikan kepada masyarakat miskin.
Akan tetapi, jika bilangan itu tidak menyatakan
jumlah, tanda titik tidak digunakan. Misalnya:
(1) Permasalahan itu dapat Anda temukan pada halaman 1234.
(2) Siapa yang mempunyai NIP 131967332?
(3) Silakan Anda hubungi pesawat 4321.
e. Tanda titik tidak dipakai di belakang tanggal surat,
alamat pengirim surat dan penerima surat. Misalnya:
Yth. Vindya Nuriljaza Buditama
Jalan Soragan 238, Ngestiharjo, Kasihan
Bantul 55182
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
Saya telah mengumpulkan bahan-bahan berupa bambu, paku,
gergaji, kertas, lem, dan benang.
Catatan:
Jika rincian itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan
tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika rincian itu terdiri
atas lebih dari dua unsur yang sebelum unsur terakhir diberi
kata dan, sebelum kata dan itu juga dibubuhi tanda koma.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat
setara, yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
(1) Saudara boleh pulang, tetapi selesaikan dahulu pekerjaan itu.
(2) Dia bukan mahasiswa IAIN, melainkan mahasiswa UII.
(3) Fiki dan Vindi sibuk belajar, sedangkan Fitri asyik bermain.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya. Misalnya:
(1) Karena tidak pernah belajar, ia tidak lulus ujian.
(2) Agar mendapatkan prestasi yang baik, Saudara harus belajar
dengan sungguh-sunguh.
(3) Meskipun hari hujan, ia tetap datang memenuhi janjinya.
Catatan:
Anak kalimat biasanya didahului oleh kata penghubung, antara
lain, adalah bahwa, walaupun, meskipun, karena, jika, agar,
supaya, sehingga, dan apabila. Jika anak kalimat mengiringi
induk kalimat, tanda koma tidak dipakai di antara induk kalimat
dan anak kalimatnya.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya:
(1) .... Oleh karena itu, pekerjaan itu harus dikerjakan dengan
sungguh-sungguh.
(2) .... Namun, tidak semua persoalan dapat dimengerti oleh anak
buahnya.
(3) .... Sehubungan dengan itu, ada satu hal yang diprioritaskan
penyelesaiannya.
Kata atau ungkapan penghubung antarkalimat,
antara lain, adalah akan tetapi, jadi, selain itu, oleh
sebab itu, meskipun demikian, sebaliknya, kemudian,
lagi pula, dalam pada itu, sementara itu, sebagai
simpulan, selanjutnya, akhirnya, bahkan, pertama,
kedua, dan dalam hubungan itu.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti
o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya:
(1) Kasihan, sudah lima bulan Anita tergolek di ranjang.
(2) Wah, indah sekali pemandangan di Belinyu.
Dalam ejaan lama, kata-kata itu diikuti dengan tanda
seru (!).
f. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, serta
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan. Misalnya:
•Surat itu telah dikirimkan kepada Kepala Kantor Bahasa
Provinsi Kepulauan Riau, Jalan Ketapang 2,
Tanjungpinang.
(2) Yogyakarta, 20 Mei 2011
i. Tanda koma dipakai--untuk menghindari salah
baca--di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat. Misalnya:
(1) Atas perhatian Saudara, saya mengucapkan terima kasih.
(2) Dalam pengajaran, kita memerlukan metode yang tepat.
Bandingkan dengan kalimat yang tidak menggunakan
koma berikut ini.
(1a) Atas perhatian Saudara saya mengucapkan terima kasih.
(2a) Dalam pengajaran kita memerlukan metode yang tepat.
3. Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenis dan setara; dalam kalimat
majemuk setara, tanda titik koma dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung. Misalnya:
(1) Hari sudah siang; dia belum keluar dari kamar tidurnya.
(2) Ayah mengajari Adik membaca Alquran; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya
asyik mendengarkan musik.
4. Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua sering dipakai secara tidak tepat, terutama
dalam kalimat yang mengandung rincian. Hal itu dapat
dihindari apabila penulis memperhatikan kaidah ejaan.
a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
(1) Saya sekarang memerlukan alat-alat tulis: pensil, penggaris, dan
kertas.
(2) Seseorang dapat diangkat menjadi PNS jika memenuhi beberapa
syarat: WNI, berkelakuan baik, berbadan sehat, dan berumur
maksimal empat puluh tahun.
b. Tanda titik dua dapat juga dipakai dalam teks drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan. Misalnya:
(1) Ketua : Novianti, S.Pd.
Sekretaris : Eko Andriyanto, S.E.
Bendahara : Zuryetti Muzar, S.E.
(2) Ayah : “Dari mana saja kau ini?”
Nanang : “Belajar di rumah teman”
Ayah : “Bohong!”
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor
dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, dan (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan. Misalnya:
Gatra, V (1997), 35:57.
Alquran, Surat Almaidah:3
Sebuah buku karya Imam dan Umar, Panduan Berbahasa
Indonesia, sudah terbit pada bulan Mei 2002.
Ayatrohaedi. 1996. Cerdas Berbahasa. Jakarta: Gramedia
5. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (i)
hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya:
(1) Benarkah kera telah ber-evolusi menjadi manusia?
(2) Pak Parto membeli mesin-potong tangan (mesin yang dijalankan
dengan tangan).
Bandingkan dengan kalimat berikut.
(1a) Benarkah kera berevolusi (melakukan revolusi) menjadi manusia?
(2a) Pak Parto membeli mesin potong-tangan (mesin khusus untuk
memotong tangan).
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an,
dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata. Misalnya:
(1) Pada tahun 2006 diadakan MTQ se-Bangka Belitung.
(2) Dia baru saja memperoleh hadiah ke-2 lomba kaligrafi.
(3) Dia lahir pada tahun 60-an.
(4) Akibat krisis moneter banyak perusahaan yang mem-PHK
karyawannya.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Misalnya:
(1) Kita dianjurkan untuk ber-fastabiqul khairat.
(2) Siapa berani men-tackle urusan yang sangat pelik itu?
6. Tanda Pisah ( — )
Tanpa pisah (—) dipakai untuk membatasi penyisipan kata
atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat, memberi penegasan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat lebih jelas. Untuk itu,
jika sisipan atau aposisi ditiadakan, makna kalimat tidak
terganggu. Selain itu, tanda pisah juga dipakai di antara dua
bilangan, atau nama kota dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’. Dalam pengetikan manual, tanda pisah
dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi,
baik sebelum maupun sesudahnya. Misalnya:
(1) Gunung Bintan—percaya atau tidak—menyimpan misteri.
(2) Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21—23 Juni 2011.
(3) Pemakaian tanda koma dapat dilihat pada EYD (1997:41—47).
(4) Tarif bus jurusan Pangkalpinang—Belinyu naik 25 persen.
7. Tanda Elipsis ( ... )
Selain digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, tanda
elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
digunakan empat buah titik; tiga buah untuk menandai
penghilangannya dan satu titik untuk menandai akhir
kalimat. Misalnya:
(1) Kalau begitu … ya, cepat dicarikan jalan keluarnya.
(2) Penentuan tanggal satu Syawal sering berbeda …. Masyarakat
diharapkan untuk dapat menyikapinya secara arif.
8. Tanda Petik ( “... “)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, judul syair, karangan, dan istilah
yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
(1) Kata Hamzah, “Anda akan pergi ke Jakarta hari ini.”
(2) Saudara silakan membaca artikel berjudul “Islam di Persimpangan
Jalan”, dalam majalah Khazanah, 34 (V) Maret 1964:7.
(3) Karena kerap keluar pada malam hari, ia dijuluki “si Kalong”.
9. Tanda Petik Tunggal ( ‘ ...’ )
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter-
jemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Di
samping itu, tanda petik tunggal juga dipakai untuk
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
(1) Ghasab ‘pinjam tanpa izin’ adalah perbuatan yang tidak baik.
(2) “Ketika berjalan di trotoar, seseorang menyapaku dari belakang, ‘Sodiq,
tunggu dulu!’, aku pun terkejut mengenali suara itu,” kata Pak Sodiq
Ridwan.
10. Tanda Apostrof ( ‘ )
Tanda apostrof dipakai sebagai tanda penyingkat atau
untuk menunjukkan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
(1) Anda ‘kan segera kusurati. (‘kan = akan)
(2) Keputusan ini ditetapkan di Pangkalpinang, 21 Juni ’11. (’11 = 2011)
Namun, sebaiknya angka tahun ditulis lengkap.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Fermentasi daging kelompok 1 1
Fermentasi daging kelompok 1 1Fermentasi daging kelompok 1 1
Fermentasi daging kelompok 1 1QorryAina9
 
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...risyanti ALENTA
 
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aasPengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aasUIN Alauddin Makassar
 
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRATPENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRATMutiara Nanda
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobAgung Dwi Julianto
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedanishamidah
 
Analisis Semantik - P6
Analisis Semantik - P6Analisis Semantik - P6
Analisis Semantik - P6ahmad haidaroh
 
Tugas ppt fermentasi asam laktat
Tugas ppt fermentasi asam laktatTugas ppt fermentasi asam laktat
Tugas ppt fermentasi asam laktatmarwahmoniCha
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)Siti Maulidah
 
Teknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomTeknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomNuruliswati
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2Noer Azza
 
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu KawiPenetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu KawiAnshori Suhendro
 

What's hot (20)

Fermentasi daging kelompok 1 1
Fermentasi daging kelompok 1 1Fermentasi daging kelompok 1 1
Fermentasi daging kelompok 1 1
 
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
Kelompok 2 prak-ask PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT PADA CUKA PASAR MENGGUNAKAN ...
 
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aasPengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
Pengujian kadar besi dalam air dengan metode aas
 
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRATPENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
 
Tes urin
Tes urinTes urin
Tes urin
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoed
 
Analisis Semantik - P6
Analisis Semantik - P6Analisis Semantik - P6
Analisis Semantik - P6
 
Tugas ppt fermentasi asam laktat
Tugas ppt fermentasi asam laktatTugas ppt fermentasi asam laktat
Tugas ppt fermentasi asam laktat
 
Pengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebarPengenceran & metode sebar
Pengenceran & metode sebar
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Laporan akhir praktikum
Laporan akhir praktikumLaporan akhir praktikum
Laporan akhir praktikum
 
Tape
TapeTape
Tape
 
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)
PIRANTI KELUARAN (OUTPUT)
 
Teknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomTeknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada Oncom
 
Titrasi asam basa
Titrasi asam basaTitrasi asam basa
Titrasi asam basa
 
Sni 01 3545-2004 madu
Sni 01 3545-2004 maduSni 01 3545-2004 madu
Sni 01 3545-2004 madu
 
1. bentuk dan ukuran revisi 2
1. bentuk dan ukuran   revisi 21. bentuk dan ukuran   revisi 2
1. bentuk dan ukuran revisi 2
 
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu KawiPenetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi
Penetapan Kadar MnO2 dalam Batu Kawi
 

Viewers also liked

Tugas kelompok ery ratu mud nana
Tugas kelompok ery ratu mud nanaTugas kelompok ery ratu mud nana
Tugas kelompok ery ratu mud nanataufiq99
 
RAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIARAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIAZUKI SUDIANA
 
Kata/Istilah Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah Baku dan Tidak BakuKata/Istilah Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah Baku dan Tidak BakuDwi Firli Ashari
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasaHIMTI
 
Materi Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia DasarMateri Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia Dasartaufiq husain
 
Powerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang BerbicaraPowerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang BerbicaraIkd Kurniawan
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasaroisah453
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 

Viewers also liked (11)

Tugas kelompok ery ratu mud nana
Tugas kelompok ery ratu mud nanaTugas kelompok ery ratu mud nana
Tugas kelompok ery ratu mud nana
 
ppt
pptppt
ppt
 
RAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIARAGAM BAHASA INDONESIA
RAGAM BAHASA INDONESIA
 
Kata/Istilah Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah Baku dan Tidak BakuKata/Istilah Baku dan Tidak Baku
Kata/Istilah Baku dan Tidak Baku
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasa
 
Materi Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia DasarMateri Bahasa Indonesia Dasar
Materi Bahasa Indonesia Dasar
 
Power poin membaca
Power poin membacaPower poin membaca
Power poin membaca
 
Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa IndonesiaRagam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa Indonesia
 
Powerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang BerbicaraPowerpoint tentang Berbicara
Powerpoint tentang Berbicara
 
ragam bahasa
ragam bahasaragam bahasa
ragam bahasa
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 

Similar to Mahir Berbahasa Indonesia

BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxArisSusanto47
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxArisSusanto47
 
Pengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi EjaanPengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi Ejaanariffikri12
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaRahmatia Azzindani
 
Ejaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.pptEjaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.pptAbdul Hamid
 
Ejaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBIEjaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBININI IBRAHIM
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Ibrahim Naki
 
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaEjaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaUNIB
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanconesti08com
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia illaaaaaa
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemsuraijmunir
 
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docx
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docxMakalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docx
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docxIppang4
 

Similar to Mahir Berbahasa Indonesia (20)

BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docxBAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
BAB V EJAAN BAHASA INDONESIA.docx
 
Pengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi EjaanPengertian dan Fungsi Ejaan
Pengertian dan Fungsi Ejaan
 
Sejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesiaSejarah ejaan bahasa indonesia
Sejarah ejaan bahasa indonesia
 
sesi 2.pptx
sesi 2.pptxsesi 2.pptx
sesi 2.pptx
 
Ejaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.pptEjaan Bahasa Indonesia.ppt
Ejaan Bahasa Indonesia.ppt
 
Tiyemmmmmmmm
TiyemmmmmmmmTiyemmmmmmmm
Tiyemmmmmmmm
 
Ejaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBIEjaan, EYD dan PUEBI
Ejaan, EYD dan PUEBI
 
EYD dan PUEBI
EYD dan PUEBIEYD dan PUEBI
EYD dan PUEBI
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
 
Ejaan
EjaanEjaan
Ejaan
 
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa IndonesiaEjaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
Ejaan, Diksi, Kalimat, dan Paragraf Bahasa Indonesia
 
Bahasa
BahasaBahasa
Bahasa
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
 
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
Cara pembentukan fonem bahasa indonesia
 
makalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonemmakalah mengenai cara pembentukan fonem
makalah mengenai cara pembentukan fonem
 
Bhs keb slide show
Bhs keb slide showBhs keb slide show
Bhs keb slide show
 
Ppt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesiaPpt. bhs.indonesia
Ppt. bhs.indonesia
 
Ejaan 2
Ejaan 2Ejaan 2
Ejaan 2
 
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docx
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docxMakalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docx
Makalah_Tentang_Ejaan_Bahasa_Indonesia.docx
 

More from Barlin Kesuma

ICT Megatrend and Project based learning
ICT Megatrend and Project based learningICT Megatrend and Project based learning
ICT Megatrend and Project based learningBarlin Kesuma
 
Challenges and opportunities in developing global citizens
Challenges and opportunities in developing global citizensChallenges and opportunities in developing global citizens
Challenges and opportunities in developing global citizensBarlin Kesuma
 
Project Based Learning
Project Based LearningProject Based Learning
Project Based LearningBarlin Kesuma
 
Improving 9th grader student’s achievement in learning english
Improving 9th grader student’s achievement in learning englishImproving 9th grader student’s achievement in learning english
Improving 9th grader student’s achievement in learning englishBarlin Kesuma
 
General conversation talks
General conversation talksGeneral conversation talks
General conversation talksBarlin Kesuma
 
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes Barlin Kesuma
 
CCU part 1: Introduction to the course
CCU part 1: Introduction to the courseCCU part 1: Introduction to the course
CCU part 1: Introduction to the courseBarlin Kesuma
 

More from Barlin Kesuma (13)

CV - May 2016
CV - May 2016CV - May 2016
CV - May 2016
 
Memulai Membuat PTK
Memulai Membuat PTKMemulai Membuat PTK
Memulai Membuat PTK
 
ICT Megatrend and Project based learning
ICT Megatrend and Project based learningICT Megatrend and Project based learning
ICT Megatrend and Project based learning
 
Challenges and opportunities in developing global citizens
Challenges and opportunities in developing global citizensChallenges and opportunities in developing global citizens
Challenges and opportunities in developing global citizens
 
Schools activities
Schools activitiesSchools activities
Schools activities
 
Project Based Learning
Project Based LearningProject Based Learning
Project Based Learning
 
Masyarakat china
Masyarakat chinaMasyarakat china
Masyarakat china
 
Improving 9th grader student’s achievement in learning english
Improving 9th grader student’s achievement in learning englishImproving 9th grader student’s achievement in learning english
Improving 9th grader student’s achievement in learning english
 
General conversation talks
General conversation talksGeneral conversation talks
General conversation talks
 
Islam di inggris
Islam di inggrisIslam di inggris
Islam di inggris
 
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes
CCU part 2: Greetings & Gift Giving Ettiquettes
 
CCU part 1: Introduction to the course
CCU part 1: Introduction to the courseCCU part 1: Introduction to the course
CCU part 1: Introduction to the course
 
Non Verbal Gestures
Non Verbal GesturesNon Verbal Gestures
Non Verbal Gestures
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

Mahir Berbahasa Indonesia

  • 1. MAHIRMAHIR EJAAN BAHASA INDONESIAEJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKANYANG DISEMPURNAKAN Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan TimurKantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
  • 2. MATERI EJAANMATERI EJAAN 1. Pengertian Ejaan 2. Sejarah Ejaan 3. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
  • 3. PENGERTIANPENGERTIAN • Kaidah-kaidah tentang cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) dan cara menggunakan tanda baca. • Kaidah/sistem itu harus disepakati bersama oleh pemakai bahasa Indonesia.
  • 4. SEJARAHSEJARAH 1. Ejaan van Ophuijsen (ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, 1901) 2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947). 3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972)
  • 5. 1. Ejaan van Ophuijsen • Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
  • 6. • Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut. 1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang. 2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer. 3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
  • 7. 2. Ejaan Soewandi • Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik.
  • 8. • Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut 1.Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur. 2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat. 3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  • 9. 4. Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah dan dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis dan dikarang.
  • 10. 3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD) • Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
  • 11. • Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas
  • 12. • Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
  • 13. • Pada tahun 1987, kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
  • 14. • Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
  • 15. • Perubahan Huruf • Ejaan Soewandi>Ejaan yang Disempurnakan • djalan, djauh>jalan, jauh • pajung, laju >payung, layu • njonja, bunji>nyonya, bunyi • isjarat, masjarakat>isyarat, masyarakat • tjukup, tjutji >cukup, cuci • tarich, achir> tarikh, akhir
  • 16. KAIDAH EYDKAIDAH EYD 1. Pemakaian Huruf 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan Kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca
  • 17.
  • 18. KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan) 1. Pemakaian Huruf a. Nama huruf yang digunakan dalam EYD b. Pelafalan singkatan dan kata c. Pemenggalan kata 2. Penulisan Huruf a. Penulisan huruf kapital b. Penulisan huruf miring
  • 19. KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan) 3. Penulisan Kata a. Penulisan kata dasar b. Penulisan kata turunan c. Penulisan kata ganti d. Penulisan partikel e. Penulisan kata depan f. Penulisan singkatan dan akronim g.penulisan angka dan lambang bilangan. 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca
  • 20. KAIDAH IKAIDAH I PEMAKAIAN HURUFPEMAKAIAN HURUF 1. Nama Huruf yang Digunakan dalam EYD 2. Pelafalan Singkatan dan Kata 3. Pemenggalan Kata
  • 21. Nama Huruf yang DigunakanNama Huruf yang Digunakan dalam EYDdalam EYD • Pelafalan huruf yang perlu diperhatikan: C atau c dilafalkan ce bukan se Q atau q dilafalkan ki bukan kyu • Huruf diftong (ai, au, dan oi), yang pelafalannya sebagai vokal diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y. • Konsonan, yang terdiri atas gabungan huruf, yaitu kh, ng, ny, dan sy. • Dalam hal-hal yang bersifat khusus, dalam bahasa Indonesia terdapat juga gabungan huruf yang lain, yakni nk, seperti yang terdapat dalam kata sanksi ‘hukuman’, tank, dan bank.
  • 22. Pelafalan Singkatan dan KataPelafalan Singkatan dan Kata • Singkatan kata, termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing, menurut kaidah EYD harus dibaca huruf demi huruf dengan pelafalan bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya, pelafalan singkatan sering dipengaruhi oleh lafal daerah atau asing. Singkatan/Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku MTQ em te ki em te kyu BBC be be ce bi bi si atau be be se TV te ve ti vi makin makin mangkin pascasarjana pascasarjana paskasarjana • Dalam hal akronim bahasa asing (singkatan yang dibaca seperti kata atau diperlakukan sebagai kata) yang bersifat internasional, lazimnya dilafalkan seperti bahasa asalnya. Akronim Lafal Baku Lafal Tidak Baku Unesco yu nes ko u nes ko Unicef yu ni sef u ni sef
  • 23. Pemenggalan KataPemenggalan Kata • Pemenggalan lazimnya dilakukan atas dasar suku kata dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku- suku kata itu tanpa jarak atau spasi. Tanda hubung itu harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah ujung baris, seperti yang sering terjadi pada pengetikan manual. Namun, perlu diketahui bahwa suku kata atau imbuhan yang berupa satu huruf tidak dilakukan pemenggalan agar tidak terjadi satu huruf itu berdiri sendiri pada akhir baris atau pangkal baris. • Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemenggalan suatu kata, yaitu apakah kata itu sebagai (1) kata dasar, (2) kata berimbuhan, atau (3) gabungan kata (suatu kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur kata).
  • 24. 1)1) Pemenggalan Kata DasarPemenggalan Kata Dasar a) Huruf vokal berjajar yang berada di tengah kata dilakukan di antara kedua vokal itu. Misalnya: sa-at, la-in, ma-in, bu-ah, ka-it, bi-ang b) Huruf konsonan—termasuk gabungan huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy —yang diapit oleh huruf vokal, pemenggal-annya dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: hu-kum, ma-cam, ma-sya-ra-kat, ba-ha-sa, ke-nyang c) Huruf konsonan berurutan yang berada di tengah kata, kecuali gabungan huruf konsonan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan itu. Misalnya: Ap-ril, lang-sung, bang-sa, ikh-las, cap-lok d) Jika di tengah kata terdapat tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama dan yang kedua. Misalnya: ab-strak, ben-trok, in-stru-men, in-stan-si, in-fra
  • 25. 2)2) PemenggalanPemenggalan Kata BerimbuhanKata Berimbuhan • Kata yang mendapat imbuhan, baik awalan, akhiran, maupun partikel yang lazimnya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedapat-dapatnya kata dasarnya tersebut tidak dipenggal. Dengan kata lain, pemenggalan dilakukan pada imbuhan. Misalnya: pen-didik-an sebaiknya bukan pendi-dikan pergi-lah sebaiknya bukan per-gilah Catatan: • Pada kata berimbuhan sisipan, pemenggalannya dilakukan sebagai berikut. Misalnya: ge-li-gi, te-lun-juk, si-nam-bung • Perlu ditekankan bahwa nama orang tidak dipenggal atas suku katanya di dalam pergantian baris. Pada nama orang hanya dapat dilakukan dengan memisahkan nama orang itu atas unsur nama yang pertama dan kedua, dan seterusnya.
  • 26. 3)3) Pemenggalan Gabungan KataPemenggalan Gabungan Kata • Dalam bahasa Indonesia ada sebuah kata yang terdiri atas satu unsur atau lebih yang salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur kata yang lain, seperti kata pascasarjana dan pascapanen. Pemenggalan pada kata seperti itu dilakukan melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan antarunsurnya. Kedua, unsur kata yang dipisahkan dipenggal atas dasar suku katanya. Misalnya: pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na intro-speksi, in-tro-spek-si trans-migrasi, trans-mig-ra-si bio-grafi, bi-o-gra-fi • Kata eks- yang dapat dioposisikan dengan in- atau im- pemenggalannya dilakukan dengan cara unsur ks tidak dipisahkan. Namun, jika eks- itu tidak dapat diperlawankan dengan bentuk in atau im, pemenggalannya dilakukan dengan cara memisahkan konsonan ks itu. Misalnya: Bentuk eks- Bentuk in, im ek-strem - eks-ter-nal in-ter-nal eks-tra-ku-ri-ku-ler in-tra-ku-ri-ku-ler eks-pli-sit im-pli-sit
  • 27. KAIDAH IIKAIDAH II PENULISAN HURUFPENULISAN HURUF 1. Penulisan Huruf Kapital 2. Penulisan Huruf Miring
  • 28. Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital EYD memuat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Namun, dalam makalah ini hanya dibahas delapan kaidah yang sering kurang kita pahami sehingga kita sering menggunakannya secara salah. Kedelapan kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
  • 29. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: (1) Varida bertanya, “Kapan kita berangkat ke Jakarta?” (2) “Besok pagi,” kata Imam, “kita akan berangkat.” Perlu dicatat bahwa tanda baca yang digunakan sebelum memulai petikan langsung bukan tanda titik dua (:), tetapi tanda koma (,). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.
  • 30. 2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: (1) Mudah-mudahan Yang Mahakuasa melindungi kita. (2) Bimbinglah hamba-Mu ini ke jalan yang lurus. (3) Kitab Alquran harus kita jadikan sebagai pedoman hidup. Huruf pertama kata ganti Tuhan, yakni ku, mu, dan nya dituliskan dengan huruf kapital serta dirangkaikan dengan tanda hubung (-) pada kata yang mendahuluinya. Hal lain yang berhubungan dengan keagamaan yang bukan nama diri, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital, misalnya nabi, puasa, imam, surga, dan neraka. Jadi, kata imam dan nabi pada kalimat berikut tidak diawali dengan huruf kapital. (1) Aulia diangkat sebagai imam masjid di kampungnya. (2) Allah telah mengutus beberapa nabi.
  • 31. 3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, dan keagamaan), jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya: (1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim. (2) Kapuspen TNI yang baru, Mayor Jenderal TNI Sjafri Sjamsuddin, sudah dilantik beberapa tahun yang lalu. (3) Seminar itu dihadiri oleh Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama orang, penulisannya harus dengan huruf kecil. Kita harus dapat membedakan antara nama dan kata yang hanya menunjukkan suatu jenis. Kata-kata yang sering ditulis dengan menggunakan huruf awal kapital, misalnya jenderal, rektor, presiden, menteri, nasional, internasional, perguruan tinggi, dan bangsa merupakan nama jenis. Misalnya: (1) Hari Rabu yang lalu, Ahmad Saladin dilantik sebagai rektor. (2) Siapa menteri agama yang baru dilantik?
  • 32. 4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama suku, bahasa, dan bangsa. Misalnya: bangsa Arab suku Jawa bahasa Melayu Kata bangsa, suku, dan bahasa pada contoh tersebut merupa- kan nama jenis, bukan nama diri sehingga ditulis dengan huruf kecil.
  • 33. 5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: (1) Datangnya bulan Ramadan tahun 1418 Hijrah bertepatan dengan datangnya tahun 1998 Masehi. (2) Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. (3) Yang sesungguhnya berhak merayakan hari Lebaran adalah orang yang tingkat ketakwaannya bertambah. (4) Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun Gajah.
  • 34. 6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Perhatikan contoh penulisan sebagai berikut. Benar Salah Teluk Bintan teluk Bintan Selat Karimata selat Karimata Pulau Sedanau pulau Sedanau Gunung Daik Lingga gunung Daik Lingga Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata- kata teluk, bukit, danau, selat, dan sungai ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: (1) Anak-anak itu senang sekali berenang di sungai. (2) Mereka telah menyeberangi selat yang sangat dalam. Demikian pula dengan huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: garam inggris, gula jawa, jeruk bali, pisang ambon
  • 35. 7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi ba- dan, lembaga pemerintah dan tata kenegaraan, serta dokumen resmi pemerintah. Misalnya: Dewan Perwakilan Rakyat Departemen Pendidikan Nasional Undang-Undang Dasar 1945 Perhatikan penulisan berikut ini yang menggunakan huruf kecil. (1) Dia telah lama menjadi karyawan di salah satu kementerian. (2) Menurut undang-undang di negara ini, perbuatan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan subversif.
  • 36. 8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, atau paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, serta kata ganti Anda. Misalnya: (1) Kapan Bapak berangkat ke Malaysia? (2) Tahukah Anda gaji pegawai negeri tahun ini dinaikkan? (3) Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih. Perhatikan penulisan berikut ini. (1) Kita berkewajiban menghormati ayah dan ibu kita. (2) Semua adik dan kakak saya adalah pegawai negeri. (3) Rumah paman terletak di samping masjid. Kata ayah, ibu, adik, kakak, dan paman tidak ditulis dengan huruf awal kapital karena bukan sebagai kata ganti atau sapaan.
  • 37. Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring • Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan manual dinyatakan dengan tanda garis bawah, dipakai untuk menuliskan hal-hal sebagai berikut.
  • 38. 1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan. Misalnya: (1) Sudahkah Anda membaca buku Panduan Berbahasa Indonesia yang disusun oleh Imam Budi Utomo? (2) Majalah Ajami’ah memuat hasil-hasil penelitian tentang keagamaan yang dilakukan oleh para dosen IAIN. (3) Artikel yang berjudul “Pengajaran Bahasa Asing” yang dimuat dalam surat kabar Suara Merdeka perlu Anda baca.
  • 39. 2) Huruf miring dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: (1) Huruf pertama kata sukses adalah s. (2) Dia tidak ditipu, tetapi tertipu. (3) Kata daripada sering digunakan secara tidak tepat. 3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: (1) Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostana. (2) Kata islah sering diartikan menjadi ‘rujuk kembali’. (3) Apa artinya hablum-minallah dan hablum-minannas? Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketik manual, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Namun, jika akan dicetak tebal sebagai variasi dari cetak miring, huruf atau kata itu diberi dua garis di bawahnya.
  • 40. KAIDAH IIIKAIDAH III PENULISAN KATAPENULISAN KATA Di dalam EYD terdapat beberapa pasal yang mengatur penulisan kata. Namun, tidak semua pasal itu akan dibahas karena ada dua pasal yang secara umum tampaknya tidak bermasalah, yakni penulisan kata dasar dan penulisan kata si dan sang. Adapun beberapa pasal yang dibahas adalah penulisan kata turunan, penulisan kata ganti, penulisan partikel, penulisan kata depan, penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan angka dan lambang bilangan.
  • 41. 1.1. Penulisan Kata TurunanPenulisan Kata Turunan Yang dimaksud dengan kata turunan kata jadian adalah kata yang dibentuk dari hasil afiksasi (penambahan awalan, akhiran, dan sisipan), reduplikasi (pengulangan), dan penggabungan. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penulisan kata turunan adalah sebagai berikut.
  • 42. 1) Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan yang langsung meng- ikuti atau mendahuluinya. Misalnya: Benar Salah bertolak belakang bertolakbelakang bertanggung jawab bertanggungjawab sebar luaskan sebarluaskan diuji coba diujicoba 2) Bentuk dasar yang berupa gabungan kata, jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya: Benar Salah Mempertanggungjawabkan mempertanggung jawabkan mengujicobakan menguji cobakan dilatarbelakangi dilatar belakangi
  • 43. 3) Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: Benar Salah multidimensi multi dimensi proaktif pro aktif ekstrakurikuler ekstra kurikuler pascasarjana pasca sarjana antarkota antar kota subbagian sub bagian semiprofesional semi profesional Catatan: (i)Jika bentuk terikat dikuti oleh kata yang huruf awalnya menggunakan huruf kapital, di antara kedua unsur kata tersebut diberikan tanda hubung ( - ). Misalnya: non-Arab, pan-Asianisme (ii) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan kata, diikuti oleh kata esa atau kata yang bukan kata dasar, gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya: (1) Tuhan Yang Maha Esa selalu bersama kita. (2) Dialah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Namun, jika kata maha bergabung dengan kata dasar selain kata esa, gabungan kata tersebut ditulis serangkai, misalnya Mahakuasa dan Mahakasih.
  • 44. 4) Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-) tanpa menggunakan spasi. Misalnya: Benar Salah gerak-gerik gerak gerik, gerak - gerik tunggang-langgang tunggang langgang meja-meja tulis meja tulis - meja tulis undang-undang undang undang, undang2 5) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar rumah sakit umum mata kuliah segi tiga orang tua meja tulis
  • 45. 6) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) untuk menegaskan unsur pertalian tersebut. Misalnya: (1) UGM membuka program studi non-gelar. (2) Fivin Fitriya Buditama membeli mesin-potong tangan dari luar negeri. (3) Anak-istri saya rajin salat berjamaah di masjid. Gabungan kata non-gelar, mesin-potong tangan, dan anak-istri saya, jika tidak diberi tanda hubung seperti itu dapat menimbulkan salah baca dan salah pengertian. Gabungan kata mesin potong tangan, jika penulisannya tidak menggunakan tanda hubung dapat diartikan sebagai ‘mesin khusus untuk memotong tangan’. Padahal, yang dimaksudkan gabungan kata itu adalah ‘mesin potong yang dijalankan dengan tangan’.
  • 46. 7) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali beasiswa kepada adakalanya radioaktif kilometer akhirulkalam bumiputra manakala alhamdulillah daripada manasuka astagfirullah darmabakti matahari bismillah kacamata olahraga halalbihalal segitiga padahal bagaimana sukacita kosakata sebagaimana dukacita darmawisata bilamana peribahasa wasalam barangkali sediakala kasatmata saptapesona sukarela belasungkawa saputangan syahbandar paramasastra
  • 47. 2.2. Penulisan Kata GantiPenulisan Kata Ganti ku, kau,ku, kau, mumu, dan, dan nyanya Kata ganti ku- dan kau-, yang ada pertalian dengan aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Demikian pula dengan kata ganti -ku, -mu, dan -nya—yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: (1) Masalah yang kauusulkan telah kukemukakan dalam diskusi itu. (2) Pensilku, bukumu, dan tasnya tersimpan di perpustakaan.
  • 48. 3.3. Penulisan PartikelPenulisan Partikel 1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: (1) Bacalah buku ini dengan cermat. (2) Apakah yang seharusnya kita lakukan? (3) Apatah gunanya engkau bersedih hati? 2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: (1) Apa pun alasannya, ia tetap bersalah. (2) Sekalipun diminta, sekali pun saya tidak akan menurutinya. (3) Siapa pun yang bersalah harus dihukum. Catatan: Kelompok kata yang sudah lazim dianggap padu, misalnya adapun, walaupun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, maupun, kendatipun, sungguhpun, dan kalaupun ditulis serangkai. 3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengIkutinya. Misalnya: (1) PNS akan mendapat kenaikan gaji per 1 April. (2) Persoalan tersebut akan dibahas satu per satu. (3) Harga durian ini Rp12.000,00 per buah.
  • 49. 4.4. Penulisan Kata DepanPenulisan Kata Depan didi,, keke,, dandan daridari Dalam EYD dinyatakan bahwa kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Namun, di- dan ke- sebagai awalan dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Persoalan yang muncul adalah apa perbedaan di dan ke sebagai kata depan dengan di- dan ke- sebagai awalan?
  • 50. 1) Ciri kata depan di dan awalan di- A) Kata depan di a) Selalu diikuti kata benda yang menyatakan arah atau tempat. b) Posisinya dapat ditempati oleh kata ke dan dari. c) Tidak dapat dioposisikan dengan awalan me-. B) Awalan di- a) Selalu diikuti oleh kata kerja. b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari. c) Dapat dioposisikan dengan awalan me-. Misalnya: di (Kata Depan) di- (Awalan) di masjid (dari masjid) dilarang (*dari larang) di samping (dari samping) dianjurkan (*dari anjurkan) di atas (dari atas) dijual (*dari jual) di luar (ke luar) diwariskan (mewariskan) di sana (ke sana) diwasiatkan (mewasiatkan)
  • 51. 2) Ciri kata depan ke dan awalan ke- A) Kata depan ke a) Selalu diikuti oleh kata benda yang menyatakan arah atau tempat. b) Posisinya dapat tempati oleh kata dari dan di. B) Awalan ke- a) Tidak diikuti oleh kata benda. b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari dan di. c) Awalan ke- membentuk kata benda dari kata yang lain. d) Awalan ke- yang berkombinasi dengan akhiran -kan dapat menghasilkan kata kerja perintah. Misalnya: ke (Kata Depan) ke- (Awalan) ke mana (dari mana) kemari (*dari mari) ke jalan (dari jalan) ketua ke belakang (dari belakang) kekasih, kehendak ke samping (dari samping) kesampingkan
  • 52. 5.5. Penulisan Singkatan dan AkronimPenulisan Singkatan dan Akronim Istilah singkatan dan akronim memiliki persamaan, yaitu merupakan kependekan dari suatu kata atau frasa (kelompok kata) sebagai pengganti bentuk yang lengkap. Namun, di samping persamaan itu, terdapat unsur perbedaannya, yakni sebagai berikut.
  • 53. 1) Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil dari huruf- huruf pertama suatu kata atau frasa yang dieja huruf demi huruf. Misalnya: CBSA cara belajar siswa aktif PKB Partai Kebangkitan Bangsa 2) Akronim adalah bentuk pendek yang biasanya merupakan gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan (dilafalkan) sebagai kata. Misalnya: SIM surat izin mengemudi tilang bukti pelanggaran Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat- syarat berikut, yakni (1) jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada bahasa Indonesia (tujuh suku kata), (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim, (3) hasil pengakroniman tidak berasosiasi pada hal-hal yang tidak patut (tabu).
  • 54. Di samping singkatan dan akronim, terdapat juga yang disebut dengan bentuk singkat. Bentuk itu merupakan bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari bentuk lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua. Misalnya: lab bentuk singkat dari laboratorium harian bentuk singkat dari surat kabar harian
  • 55. Kaidah penulisan singkatan adalah sebagai berikut. 1)Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Imam B.U. M.Sc. master of science Sdr. Saudara Kol. kolonel 2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf awal kata ditulis dengan huruf awal kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat SD sekolah dasar Catatan: Singkatan umum seperti yang terdapat dalam contoh di bawah ini penulisan yang benar adalah sebagai berikut. Benar Salah dsb. d.s.b., dsb (tanpa titik) sda. s.d.a., sda (tanpa titik) a.n. a/n d.a. d/a u.b. ub., u/b u.p. up., u/p s.d. s/d
  • 56. 3) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: cm sentimeter kVA kilovolt-ampere kg kilogram l liter g gram Rp (lambang mata uang Indonesia) 4) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: PAN Partai Amanat Nasional IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan SIM surat izin mengemudi
  • 57. 5) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Depag Departemen Agama Akpol Akademi Kepolisian Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia 6) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: siskamling sistem keamanan lingkungan radar radio detecting and ranging pemilu pemilihan umum
  • 58. 6.6. Penulisan Angka dan LambangPenulisan Angka dan Lambang BilanganBilangan Ketentuan untuk menuliskan lambang bilangan ada dua cara, yaitu (1) dengan angka Arab atau angka Romawi dan (2) dengan huruf. Akan tetapi, penggunaan lambang bilangan itu sering dipertukarkan. Lambang bilangan yang seharusnya dituliskan dengan huruf dituliskan dengan angka, atau sebaliknya. Untuk itu, ejaan bahasa Indonesia menentukan kaidah, antara lain, sebagai berikut.
  • 59. 1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika untuk menyatakan satuan ukuran (panjang, luas, isi, dan berat), satuan waktu, nilai uang, atau yang dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, kamar pada alamat yang bukan dokumen resmi, dan juga untuk menomori pada karangan beserta bagian-bagiannya. Misalnya: (1) Panjang bangunan itu 12 m, lebar 10 m. (2) Berat kendaraan itu 365 kg. (3) Dalam waktu 1 jam 30 menit, Anda harus dapat menempuh jarak 100 km. (4) Harga semangka itu Rp3.500,00 per buah. (5) Saya tinggal di Jalan Soragan 238 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. (6) Perintah puasa Ramadan terdapat di dalam Alquran, Surat Albaqarah:183.
  • 60. 2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyata- kan lebih dari dua kata atau untuk menyatakan perincian dinyatakan dengan angka. Misalnya: (1) Selama tiga hari saja calon pegawai yang mendaftar berjumlah tiga ribu orang. (2) Seminar itu diikuti oleh 1.234 orang peserta. (3) Menurut catatan, sarjana yang akan diwisuda berjumlah 500 orang, terdiri atas 199 laki-laki dan 301 perempuan.
  • 61. 3) lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi dalam awal kalimat. Misalnya: Bentuk yang tidak benar (1) 27 orang ditahan dalam unjuk rasa itu, sedangkan yang lain diizinkan pulang. (2) 10 ekor kambing kurban disembelih. (3) 5 mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-Amin. (4) 250 orang diundang dalam acara syukuran Pak Umar. Bentuk yang benar (1) Dalam unjuk rasa itu 27 orang ditahan, sedangkan yang lain diizinkan pulang. (2) Sepuluh ekor kambing kurban disembelih. (3) Lima mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al- Amin. (4) Dalam acara syukuran itu Pak Umar mengundang 250 orang.
  • 62. 4) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Misalnya: (1) HUT Ke-65 RI akan kita peringati dengan sederhana. (2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad informasi. (3) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad informasi. (4) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad informasi. 5) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an, penulisannya sebagai berikut. Misalnya: (1) Ayah saya lahir pada tahun 20-an. (2) Ayah saya lahir pada tahun dua puluhan. (3) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang 500-an. (4) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang lima ratusan.
  • 63. 6) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi, seperti dalam akta dan kuitansi. Misalnya: Bentuk yang tidak benar (1) Jumlah mahasiswa yang diwisuda hanya 45 (empat puluh lima) orang. (2) Saya membeli 10 (sepuluh) ekor ayam buras di Pasar Kembang. Bentuk yang Benar (1) Jumlah mahasiswa yang ikut karyawisata ada 45 orang. (2) Saya membeli sepuluh ekor ayam buras di Pasar Kembang. Dalam dokumen resmi penulisan lambang bilangan yang dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat, seperti contoh berikut. (1) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah). (2) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu) rupiah. Penulisan seperti itu dibenarkan menurut ejaan bahasa Indonesia untuk menghindari kemungkinan adanya pengubahan angka-angka dari orang yang tidak bertanggung jawab.
  • 64. KAIDAH IVKAIDAH IV PENULISAN UNSUR SERAPANPENULISAN UNSUR SERAPAN • Sebagai bahasa yang hidup dan terbuka, bahasa Indonesia dapat menerima unsur serapan dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, misalnya Sanskerta, Arab, Belanda, Portugis, dan Inggris). Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan. • Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya jer basuki mawa bea, amar ma’ruf nahi munkar, dan fighter. Meskipun pengucapannya masih mengikuti cara asing, unsur itu dapat dipakai dalam konteks bahasa Indonesia dengan digarisbawahi atau dimiringkan. • Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti kata kiblat, takwa, efektif, dan sistem. Dalam kaitannya dengan hal itu, pengubahan ejaan hanya dilakukan seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa asalnya. • Selain hal tersebut, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian yang utuh. Kata seperti standardisasi dan implementasi merupakan unsur serapan asing berakhiran yang diserap secara utuh. Di samping itu, kata dasar dari kata-kata itu juga diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu standar dan implemen.
  • 65. Hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1)Unsur serapan yang sudah lazim dieja atau ditulis secara Indonesia tidak perlu diubah lagi. Misalnya: kabar pikir hadir iklan perlu bengkel sirsak kompor 2) Sekalipun dalam ejaan bahasa Indonesia menerima huruf q dan x sebagai abjad, tetapi huruf itu hanya digunakan dalam hal tertentu, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus, seperti Quran, xenon, dan nama-nama orang.
  • 66. Berikut didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang sering salah pemakaiannya. Kata asing Salah Benar aphoteek apotik apotek analysis analisa analisis atlet atlit atlet active aktiv aktif activity aktifitas aktivitas asas azas asas adjective ajektif adjektif balance balan balans celebrity selebriti selebritas commodity komoditi komoditas carier karir karier coordination kordinasi, kordinir koordinasi consequency konsekwensi konsekuensi definitie difinisi definisi descriptive diskriptiv deskriptif discrimination deskriminasi diskriminasi
  • 67. Kata asing Salah Benar essay esei esai effective efektiv efektif effectivity efektifitas efektivitas export eksport ekspor formal formil formal frequency frekwensi frekuensi haqiqah hakekat hakikat hypotesis hipotesa hipotesis import import impor ijazah ijasah ijazah jadwal jadual jadwal khazanah khasanah khazanah khotbah khutbah khotbah liquidation likwidasi likuidasi methode metoda metode management menejemen manajemen manager menejer manajer nashihat nasehat nasihat
  • 68. Kata asing Salah Benar November Nopember November operational operasionil operasional organitation organisir organisasi object obyek objek production produsir produksi psychis psikhis psikis risk resiko risiko system sistim sistem syntesis sintesa sintesis standard standard standar standardization standarisasi standardisasi survey survai survei subject subyek subjek technique tehnik teknik theoretis teoritis teoretis transport transport transpor variety varitas varietas wujud ujud wujud zaman jaman zaman
  • 69. KAIDAH IVKAIDAH IV PEMAKAIAN TANDA BACAPEMAKAIAN TANDA BACA • Di dalam EYD terdapat lima belas pasal yang mengatur pemakaian tanda baca, yaitu (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda penyingkat (apostrof). Namun, dalam penyuluhan ini hanya dibahas masalah pemakaian tanda baca yang memiliki kekerapan pemakaian cukup tinggi dan sering menimbulkan masalah bagi kebanyakan pemakai bahasa dalam ragam tulis bahasa Indonesia. Beberapa kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
  • 70. 1. Tanda Titik ( . ) a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya: W.S. Rendra Imam B.U. Muh. Arief S.H. (Susilo Handoyo) b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Prof. Dr. H. Soewito Kol. Drs. R. Harry Anwar, S.H. Sdr. Syamsul Arifin, M.Hum c. Tanda titik dipakai dalam menuliskan daftar pustaka, yaitu untuk memisahkan di antara nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, dan tempat terbit. Misalnya: Wedhawati dkk. 1995. Yang Penting Buat Anda. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Utomo, Imam Budi. 2011. Sastra Indonesia di Yogyakarta Periode 1981—2000. Yogyakarta: Curvaksara.
  • 71. d. Tanda titik dipakai dalam bilangan yang menyatakan jumlah ribuan atau kelipatannya. Misalnya: (1) Tebal buku itu 1.678 halaman. (2) Di gudang itu masih tersimpan 96.456 ton beras yang siap dibagikan kepada masyarakat miskin. Akan tetapi, jika bilangan itu tidak menyatakan jumlah, tanda titik tidak digunakan. Misalnya: (1) Permasalahan itu dapat Anda temukan pada halaman 1234. (2) Siapa yang mempunyai NIP 131967332? (3) Silakan Anda hubungi pesawat 4321. e. Tanda titik tidak dipakai di belakang tanggal surat, alamat pengirim surat dan penerima surat. Misalnya: Yth. Vindya Nuriljaza Buditama Jalan Soragan 238, Ngestiharjo, Kasihan Bantul 55182
  • 72. 2. Tanda Koma ( , ) a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya telah mengumpulkan bahan-bahan berupa bambu, paku, gergaji, kertas, lem, dan benang. Catatan: Jika rincian itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika rincian itu terdiri atas lebih dari dua unsur yang sebelum unsur terakhir diberi kata dan, sebelum kata dan itu juga dibubuhi tanda koma. b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara, yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: (1) Saudara boleh pulang, tetapi selesaikan dahulu pekerjaan itu. (2) Dia bukan mahasiswa IAIN, melainkan mahasiswa UII. (3) Fiki dan Vindi sibuk belajar, sedangkan Fitri asyik bermain.
  • 73. c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: (1) Karena tidak pernah belajar, ia tidak lulus ujian. (2) Agar mendapatkan prestasi yang baik, Saudara harus belajar dengan sungguh-sunguh. (3) Meskipun hari hujan, ia tetap datang memenuhi janjinya. Catatan: Anak kalimat biasanya didahului oleh kata penghubung, antara lain, adalah bahwa, walaupun, meskipun, karena, jika, agar, supaya, sehingga, dan apabila. Jika anak kalimat mengiringi induk kalimat, tanda koma tidak dipakai di antara induk kalimat dan anak kalimatnya.
  • 74. d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: (1) .... Oleh karena itu, pekerjaan itu harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. (2) .... Namun, tidak semua persoalan dapat dimengerti oleh anak buahnya. (3) .... Sehubungan dengan itu, ada satu hal yang diprioritaskan penyelesaiannya. Kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, antara lain, adalah akan tetapi, jadi, selain itu, oleh sebab itu, meskipun demikian, sebaliknya, kemudian, lagi pula, dalam pada itu, sementara itu, sebagai simpulan, selanjutnya, akhirnya, bahkan, pertama, kedua, dan dalam hubungan itu.
  • 75. e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: (1) Kasihan, sudah lima bulan Anita tergolek di ranjang. (2) Wah, indah sekali pemandangan di Belinyu. Dalam ejaan lama, kata-kata itu diikuti dengan tanda seru (!). f. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, serta (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: •Surat itu telah dikirimkan kepada Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau, Jalan Ketapang 2, Tanjungpinang. (2) Yogyakarta, 20 Mei 2011
  • 76.
  • 77. i. Tanda koma dipakai--untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: (1) Atas perhatian Saudara, saya mengucapkan terima kasih. (2) Dalam pengajaran, kita memerlukan metode yang tepat. Bandingkan dengan kalimat yang tidak menggunakan koma berikut ini. (1a) Atas perhatian Saudara saya mengucapkan terima kasih. (2a) Dalam pengajaran kita memerlukan metode yang tepat.
  • 78. 3. Tanda Titik Koma ( ; ) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian- bagian kalimat yang sejenis dan setara; dalam kalimat majemuk setara, tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya: (1) Hari sudah siang; dia belum keluar dari kamar tidurnya. (2) Ayah mengajari Adik membaca Alquran; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya asyik mendengarkan musik.
  • 79. 4. Tanda Titik Dua ( : ) Tanda titik dua sering dipakai secara tidak tepat, terutama dalam kalimat yang mengandung rincian. Hal itu dapat dihindari apabila penulis memperhatikan kaidah ejaan. a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: (1) Saya sekarang memerlukan alat-alat tulis: pensil, penggaris, dan kertas. (2) Seseorang dapat diangkat menjadi PNS jika memenuhi beberapa syarat: WNI, berkelakuan baik, berbadan sehat, dan berumur maksimal empat puluh tahun.
  • 80. b. Tanda titik dua dapat juga dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: (1) Ketua : Novianti, S.Pd. Sekretaris : Eko Andriyanto, S.E. Bendahara : Zuryetti Muzar, S.E. (2) Ayah : “Dari mana saja kau ini?” Nanang : “Belajar di rumah teman” Ayah : “Bohong!” c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Gatra, V (1997), 35:57. Alquran, Surat Almaidah:3 Sebuah buku karya Imam dan Umar, Panduan Berbahasa Indonesia, sudah terbit pada bulan Mei 2002. Ayatrohaedi. 1996. Cerdas Berbahasa. Jakarta: Gramedia
  • 81. 5. Tanda Hubung ( - ) a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya: (1) Benarkah kera telah ber-evolusi menjadi manusia? (2) Pak Parto membeli mesin-potong tangan (mesin yang dijalankan dengan tangan). Bandingkan dengan kalimat berikut. (1a) Benarkah kera berevolusi (melakukan revolusi) menjadi manusia? (2a) Pak Parto membeli mesin potong-tangan (mesin khusus untuk memotong tangan).
  • 82. b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya: (1) Pada tahun 2006 diadakan MTQ se-Bangka Belitung. (2) Dia baru saja memperoleh hadiah ke-2 lomba kaligrafi. (3) Dia lahir pada tahun 60-an. (4) Akibat krisis moneter banyak perusahaan yang mem-PHK karyawannya. c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Misalnya: (1) Kita dianjurkan untuk ber-fastabiqul khairat. (2) Siapa berani men-tackle urusan yang sangat pelik itu?
  • 83. 6. Tanda Pisah ( — ) Tanpa pisah (—) dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, memberi penegasan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat lebih jelas. Untuk itu, jika sisipan atau aposisi ditiadakan, makna kalimat tidak terganggu. Selain itu, tanda pisah juga dipakai di antara dua bilangan, atau nama kota dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Dalam pengetikan manual, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi, baik sebelum maupun sesudahnya. Misalnya: (1) Gunung Bintan—percaya atau tidak—menyimpan misteri. (2) Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21—23 Juni 2011. (3) Pemakaian tanda koma dapat dilihat pada EYD (1997:41—47). (4) Tarif bus jurusan Pangkalpinang—Belinyu naik 25 persen.
  • 84. 7. Tanda Elipsis ( ... ) Selain digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, digunakan empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangannya dan satu titik untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: (1) Kalau begitu … ya, cepat dicarikan jalan keluarnya. (2) Penentuan tanggal satu Syawal sering berbeda …. Masyarakat diharapkan untuk dapat menyikapinya secara arif.
  • 85. 8. Tanda Petik ( “... “) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, judul syair, karangan, dan istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya: (1) Kata Hamzah, “Anda akan pergi ke Jakarta hari ini.” (2) Saudara silakan membaca artikel berjudul “Islam di Persimpangan Jalan”, dalam majalah Khazanah, 34 (V) Maret 1964:7. (3) Karena kerap keluar pada malam hari, ia dijuluki “si Kalong”.
  • 86. 9. Tanda Petik Tunggal ( ‘ ...’ ) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter- jemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Di samping itu, tanda petik tunggal juga dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: (1) Ghasab ‘pinjam tanpa izin’ adalah perbuatan yang tidak baik. (2) “Ketika berjalan di trotoar, seseorang menyapaku dari belakang, ‘Sodiq, tunggu dulu!’, aku pun terkejut mengenali suara itu,” kata Pak Sodiq Ridwan.
  • 87. 10. Tanda Apostrof ( ‘ ) Tanda apostrof dipakai sebagai tanda penyingkat atau untuk menunjukkan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: (1) Anda ‘kan segera kusurati. (‘kan = akan) (2) Keputusan ini ditetapkan di Pangkalpinang, 21 Juni ’11. (’11 = 2011) Namun, sebaiknya angka tahun ditulis lengkap.