Teks tersebut membahas tentang ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). Secara singkat, teks tersebut menjelaskan tentang pengertian EYD, sejarah perkembangan ejaannya, dan beberapa kaidah utama EYD seperti penulisan huruf, kata, dan tanda baca.
1. MAHIRMAHIR
EJAAN BAHASA INDONESIAEJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKANYANG DISEMPURNAKAN
Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan TimurKantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur
2. MATERI EJAANMATERI EJAAN
1. Pengertian Ejaan
2. Sejarah Ejaan
3. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
3. PENGERTIANPENGERTIAN
• Kaidah-kaidah tentang cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat,
dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) dan
cara menggunakan tanda baca.
• Kaidah/sistem itu harus disepakati bersama
oleh pemakai bahasa Indonesia.
4. SEJARAHSEJARAH
1. Ejaan van Ophuijsen (ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin, 1901)
2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
(1947).
3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972)
5. 1. Ejaan van Ophuijsen
• Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan
van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut
dirancang oleh van Ophuijsen dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim.
6. • Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini
adalah sebagai berikut.
1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,
pajah, sajang.
2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer.
3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
7. 2. Ejaan Soewandi
• Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan
Soewandi diresmikan menggantikan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh
masyarakat diberi julukan ejaan Republik.
8. • Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan
dengan pergantian ejaan itu adalah
sebagai berikut
1.Huruf oe diganti dengan u, seperti pada
guru, itu, umur.
2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,
seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
9. 4. Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di- pada
dirumah dan dikebun, disamakan dengan
imbuhan di- pada ditulis dan dikarang.
10. 3. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan(EYD)
• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
11. • Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan
surat putusannya tanggal 12 Oktober
1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim,
Ketua), menyusun buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan
kaidah ejaan yang lebih luas
12. • Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
13. • Pada tahun 1987, kedua pedoman
tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan surat Putusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987.
14. • Beberapa hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah
sebagai berikut.
15. • Perubahan Huruf
• Ejaan Soewandi>Ejaan yang Disempurnakan
• djalan, djauh>jalan, jauh
• pajung, laju >payung, layu
• njonja, bunji>nyonya, bunyi
• isjarat, masjarakat>isyarat, masyarakat
• tjukup, tjutji >cukup, cuci
• tarich, achir> tarikh, akhir
16. KAIDAH EYDKAIDAH EYD
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
17.
18. KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)
1. Pemakaian Huruf
a. Nama huruf yang digunakan dalam EYD
b. Pelafalan singkatan dan kata
c. Pemenggalan kata
2. Penulisan Huruf
a. Penulisan huruf kapital
b. Penulisan huruf miring
19. KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)
3. Penulisan Kata
a. Penulisan kata dasar
b. Penulisan kata turunan
c. Penulisan kata ganti
d. Penulisan partikel
e. Penulisan kata depan
f. Penulisan singkatan dan akronim
g.penulisan angka dan lambang bilangan.
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
20. KAIDAH IKAIDAH I
PEMAKAIAN HURUFPEMAKAIAN HURUF
1. Nama Huruf yang Digunakan dalam EYD
2. Pelafalan Singkatan dan Kata
3. Pemenggalan Kata
21. Nama Huruf yang DigunakanNama Huruf yang Digunakan
dalam EYDdalam EYD
• Pelafalan huruf yang perlu diperhatikan:
C atau c dilafalkan ce bukan se
Q atau q dilafalkan ki bukan kyu
• Huruf diftong (ai, au, dan oi), yang pelafalannya sebagai
vokal diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y.
• Konsonan, yang terdiri atas gabungan huruf, yaitu kh,
ng, ny, dan sy.
• Dalam hal-hal yang bersifat khusus, dalam bahasa
Indonesia terdapat juga gabungan huruf yang lain, yakni
nk, seperti yang terdapat dalam kata sanksi ‘hukuman’,
tank, dan bank.
22. Pelafalan Singkatan dan KataPelafalan Singkatan dan Kata
• Singkatan kata, termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing,
menurut kaidah EYD harus dibaca huruf demi huruf dengan pelafalan
bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya, pelafalan singkatan
sering dipengaruhi oleh lafal daerah atau asing.
Singkatan/Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku
MTQ em te ki em te kyu
BBC be be ce bi bi si atau be be se
TV te ve ti vi
makin makin mangkin
pascasarjana pascasarjana paskasarjana
• Dalam hal akronim bahasa asing (singkatan yang dibaca seperti kata
atau diperlakukan sebagai kata) yang bersifat internasional, lazimnya
dilafalkan seperti bahasa asalnya.
Akronim Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Unesco yu nes ko u nes ko
Unicef yu ni sef u ni sef
23. Pemenggalan KataPemenggalan Kata
• Pemenggalan lazimnya dilakukan atas dasar suku kata
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-
suku kata itu tanpa jarak atau spasi. Tanda hubung itu
harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah
ujung baris, seperti yang sering terjadi pada pengetikan
manual. Namun, perlu diketahui bahwa suku kata atau
imbuhan yang berupa satu huruf tidak dilakukan
pemenggalan agar tidak terjadi satu huruf itu berdiri sendiri
pada akhir baris atau pangkal baris.
• Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan
pemenggalan suatu kata, yaitu apakah kata itu sebagai (1)
kata dasar, (2) kata berimbuhan, atau (3) gabungan kata
(suatu kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur kata).
24. 1)1) Pemenggalan Kata DasarPemenggalan Kata Dasar
a) Huruf vokal berjajar yang berada di tengah kata dilakukan di antara kedua
vokal itu. Misalnya:
sa-at, la-in, ma-in, bu-ah, ka-it, bi-ang
b) Huruf konsonan—termasuk gabungan huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy
—yang diapit oleh huruf vokal, pemenggal-annya dilakukan sebelum huruf
konsonan. Misalnya:
hu-kum, ma-cam, ma-sya-ra-kat, ba-ha-sa, ke-nyang
c) Huruf konsonan berurutan yang berada di tengah kata, kecuali gabungan
huruf konsonan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan
itu.
Misalnya:
Ap-ril, lang-sung, bang-sa, ikh-las, cap-lok
d) Jika di tengah kata terdapat tiga huruf konsonan atau lebih,
pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama dan yang
kedua. Misalnya:
ab-strak, ben-trok, in-stru-men, in-stan-si, in-fra
25. 2)2) PemenggalanPemenggalan Kata BerimbuhanKata Berimbuhan
• Kata yang mendapat imbuhan, baik awalan, akhiran, maupun partikel
yang lazimnya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedapat-dapatnya
kata dasarnya tersebut tidak dipenggal. Dengan kata lain, pemenggalan
dilakukan pada imbuhan. Misalnya:
pen-didik-an sebaiknya bukan pendi-dikan
pergi-lah sebaiknya bukan per-gilah
Catatan:
• Pada kata berimbuhan sisipan, pemenggalannya dilakukan sebagai
berikut. Misalnya:
ge-li-gi, te-lun-juk, si-nam-bung
• Perlu ditekankan bahwa nama orang tidak dipenggal atas suku katanya di
dalam pergantian baris. Pada nama orang hanya dapat dilakukan dengan
memisahkan nama orang itu atas unsur nama yang pertama dan kedua,
dan seterusnya.
26. 3)3) Pemenggalan Gabungan KataPemenggalan Gabungan Kata
• Dalam bahasa Indonesia ada sebuah kata yang terdiri atas satu unsur atau
lebih yang salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur kata yang
lain, seperti kata pascasarjana dan pascapanen. Pemenggalan pada kata
seperti itu dilakukan melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan
antarunsurnya. Kedua, unsur kata yang dipisahkan dipenggal atas dasar
suku katanya. Misalnya:
pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na intro-speksi, in-tro-spek-si
trans-migrasi, trans-mig-ra-si bio-grafi, bi-o-gra-fi
• Kata eks- yang dapat dioposisikan dengan in- atau im- pemenggalannya
dilakukan dengan cara unsur ks tidak dipisahkan. Namun, jika eks- itu
tidak dapat diperlawankan dengan bentuk in atau im, pemenggalannya
dilakukan dengan cara memisahkan konsonan ks itu. Misalnya:
Bentuk eks- Bentuk in, im
ek-strem -
eks-ter-nal in-ter-nal
eks-tra-ku-ri-ku-ler in-tra-ku-ri-ku-ler
eks-pli-sit im-pli-sit
28. Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital
EYD memuat lima belas kaidah penulisan
huruf kapital. Namun, dalam makalah ini
hanya dibahas delapan kaidah yang
sering kurang kita pahami sehingga kita
sering menggunakannya secara salah.
Kedelapan kaidah tersebut adalah
sebagai berikut.
29. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung. Misalnya:
(1) Varida bertanya, “Kapan kita berangkat ke Jakarta?”
(2) “Besok pagi,” kata Imam, “kita akan berangkat.”
Perlu dicatat bahwa tanda baca yang digunakan
sebelum memulai petikan langsung bukan tanda titik
dua (:), tetapi tanda koma (,). Tanda baca akhir
(tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya)
dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.
30. 2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
(1) Mudah-mudahan Yang Mahakuasa melindungi kita.
(2) Bimbinglah hamba-Mu ini ke jalan yang lurus.
(3) Kitab Alquran harus kita jadikan sebagai pedoman hidup.
Huruf pertama kata ganti Tuhan, yakni ku, mu, dan nya
dituliskan dengan huruf kapital serta dirangkaikan dengan
tanda hubung (-) pada kata yang mendahuluinya. Hal lain
yang berhubungan dengan keagamaan yang bukan nama
diri, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital, misalnya
nabi, puasa, imam, surga, dan neraka. Jadi, kata imam dan
nabi pada kalimat berikut tidak diawali dengan huruf kapital.
(1) Aulia diangkat sebagai imam masjid di kampungnya.
(2) Allah telah mengutus beberapa nabi.
31. 3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
(kehormatan, keturunan, dan keagamaan), jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya:
(1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
(2) Kapuspen TNI yang baru, Mayor Jenderal TNI Sjafri
Sjamsuddin,
sudah dilantik beberapa tahun yang lalu.
(3) Seminar itu dihadiri oleh Rektor IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti nama
orang, penulisannya harus dengan huruf kecil. Kita harus
dapat membedakan antara nama dan kata yang hanya
menunjukkan suatu jenis. Kata-kata yang sering ditulis
dengan menggunakan huruf awal kapital, misalnya jenderal,
rektor, presiden, menteri, nasional, internasional, perguruan
tinggi, dan bangsa merupakan nama jenis. Misalnya:
(1) Hari Rabu yang lalu, Ahmad Saladin dilantik sebagai rektor.
(2) Siapa menteri agama yang baru dilantik?
32. 4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama suku,
bahasa, dan bangsa. Misalnya:
bangsa Arab
suku Jawa
bahasa Melayu
Kata bangsa, suku, dan bahasa pada contoh tersebut merupa-
kan nama jenis, bukan nama diri sehingga ditulis dengan huruf
kecil.
33. 5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama tahun, bulan, hari,
hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:
(1) Datangnya bulan Ramadan tahun 1418 Hijrah bertepatan
dengan datangnya tahun 1998 Masehi.
(2) Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, dikumandangkan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
(3) Yang sesungguhnya berhak merayakan hari Lebaran adalah
orang yang tingkat ketakwaannya bertambah.
(4) Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun Gajah.
34. 6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
dalam geografi. Perhatikan contoh penulisan sebagai
berikut.
Benar Salah
Teluk Bintan teluk Bintan
Selat Karimata selat Karimata
Pulau Sedanau pulau Sedanau
Gunung Daik Lingga gunung Daik Lingga
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-
kata teluk, bukit, danau, selat, dan sungai ditulis dengan huruf
kecil. Misalnya:
(1) Anak-anak itu senang sekali berenang di sungai.
(2) Mereka telah menyeberangi selat yang sangat dalam.
Demikian pula dengan huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
garam inggris, gula jawa, jeruk bali, pisang ambon
35. 7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi ba-
dan, lembaga pemerintah dan tata kenegaraan, serta
dokumen resmi pemerintah. Misalnya:
Dewan Perwakilan Rakyat
Departemen Pendidikan Nasional
Undang-Undang Dasar 1945
Perhatikan penulisan berikut ini yang menggunakan huruf
kecil.
(1) Dia telah lama menjadi karyawan di salah satu kementerian.
(2) Menurut undang-undang di negara ini, perbuatan itu dapat
dikategorikan sebagai tindakan subversif.
36. 8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti
penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, atau paman yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan, serta kata ganti Anda. Misalnya:
(1) Kapan Bapak berangkat ke Malaysia?
(2) Tahukah Anda gaji pegawai negeri tahun ini dinaikkan?
(3) Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Perhatikan penulisan berikut ini.
(1) Kita berkewajiban menghormati ayah dan ibu kita.
(2) Semua adik dan kakak saya adalah pegawai negeri.
(3) Rumah paman terletak di samping masjid.
Kata ayah, ibu, adik, kakak, dan paman tidak ditulis dengan
huruf awal kapital karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.
37. Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring
• Huruf miring dalam cetakan, yang dalam
tulisan tangan atau ketikan manual
dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dipakai untuk menuliskan hal-hal sebagai
berikut.
38. 1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan.
Misalnya:
(1) Sudahkah Anda membaca buku Panduan Berbahasa Indonesia
yang disusun oleh Imam Budi Utomo?
(2) Majalah Ajami’ah memuat hasil-hasil penelitian tentang
keagamaan yang dilakukan oleh para dosen IAIN.
(3) Artikel yang berjudul “Pengajaran Bahasa Asing” yang dimuat
dalam surat kabar Suara Merdeka perlu Anda baca.
39. 2) Huruf miring dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata. Misalnya:
(1) Huruf pertama kata sukses adalah s.
(2) Dia tidak ditipu, tetapi tertipu.
(3) Kata daripada sering digunakan secara tidak tepat.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Misalnya:
(1) Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostana.
(2) Kata islah sering diartikan menjadi ‘rujuk kembali’.
(3) Apa artinya hablum-minallah dan hablum-minannas?
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketik manual, huruf atau kata yang
akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Namun, jika
akan dicetak tebal sebagai variasi dari cetak miring, huruf atau
kata itu diberi dua garis di bawahnya.
40. KAIDAH IIIKAIDAH III
PENULISAN KATAPENULISAN KATA
Di dalam EYD terdapat beberapa pasal yang mengatur
penulisan kata. Namun, tidak semua pasal itu akan
dibahas karena ada dua pasal yang secara umum
tampaknya tidak bermasalah, yakni penulisan kata dasar
dan penulisan kata si dan sang. Adapun beberapa pasal
yang dibahas adalah penulisan kata turunan, penulisan
kata ganti, penulisan partikel, penulisan kata depan,
penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan angka
dan lambang bilangan.
41. 1.1. Penulisan Kata TurunanPenulisan Kata Turunan
Yang dimaksud dengan kata turunan kata
jadian adalah kata yang dibentuk dari hasil
afiksasi (penambahan awalan, akhiran,
dan sisipan), reduplikasi (pengulangan),
dan penggabungan. Beberapa kaidah
yang berkaitan dengan penulisan kata
turunan adalah sebagai berikut.
42. 1) Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan yang langsung meng-
ikuti atau mendahuluinya. Misalnya:
Benar Salah
bertolak belakang bertolakbelakang
bertanggung jawab bertanggungjawab
sebar luaskan sebarluaskan
diuji coba diujicoba
2) Bentuk dasar yang berupa gabungan kata, jika mendapat
awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
Benar Salah
Mempertanggungjawabkan mempertanggung jawabkan
mengujicobakan menguji cobakan
dilatarbelakangi dilatar belakangi
43. 3) Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
Benar Salah
multidimensi multi dimensi
proaktif pro aktif
ekstrakurikuler ekstra kurikuler
pascasarjana pasca sarjana
antarkota antar kota
subbagian sub bagian
semiprofesional semi profesional
Catatan:
(i)Jika bentuk terikat dikuti oleh kata yang huruf awalnya menggunakan huruf
kapital, di antara kedua unsur kata tersebut diberikan tanda hubung
( - ). Misalnya:
non-Arab, pan-Asianisme
(ii) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan kata, diikuti oleh kata esa atau
kata yang bukan kata dasar, gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya:
(1) Tuhan Yang Maha Esa selalu bersama kita.
(2) Dialah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Namun, jika kata maha bergabung dengan kata dasar selain kata esa,
gabungan kata tersebut ditulis serangkai, misalnya Mahakuasa dan
Mahakasih.
44. 4) Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-) tanpa menggunakan spasi.
Misalnya:
Benar Salah
gerak-gerik gerak gerik, gerak - gerik
tunggang-langgang tunggang langgang
meja-meja tulis meja tulis - meja tulis
undang-undang undang undang, undang2
5) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:
duta besar rumah sakit umum
mata kuliah segi tiga
orang tua meja tulis
45. 6) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat
menimbulkan salah pengertian ditulis dengan menggunakan
tanda hubung (-) untuk menegaskan unsur pertalian
tersebut. Misalnya:
(1) UGM membuka program studi non-gelar.
(2) Fivin Fitriya Buditama membeli mesin-potong tangan dari luar negeri.
(3) Anak-istri saya rajin salat berjamaah di masjid.
Gabungan kata non-gelar, mesin-potong tangan, dan anak-istri
saya, jika tidak diberi tanda hubung seperti itu dapat
menimbulkan salah baca dan salah pengertian. Gabungan
kata mesin potong tangan, jika penulisannya tidak
menggunakan tanda hubung dapat diartikan sebagai ‘mesin
khusus untuk memotong tangan’. Padahal, yang dimaksudkan
gabungan kata itu adalah ‘mesin potong yang dijalankan
dengan tangan’.
46. 7) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali beasiswa kepada
adakalanya radioaktif kilometer
akhirulkalam bumiputra manakala
alhamdulillah daripada manasuka
astagfirullah darmabakti matahari
bismillah kacamata olahraga
halalbihalal segitiga padahal
bagaimana sukacita kosakata
sebagaimana dukacita darmawisata
bilamana peribahasa wasalam
barangkali sediakala kasatmata
saptapesona sukarela belasungkawa
saputangan syahbandar paramasastra
47. 2.2. Penulisan Kata GantiPenulisan Kata Ganti ku, kau,ku, kau,
mumu, dan, dan nyanya
Kata ganti ku- dan kau-, yang ada pertalian dengan aku dan
engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Demikian pula dengan kata ganti -ku, -mu, dan -nya—yang
ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
(1) Masalah yang kauusulkan telah kukemukakan dalam diskusi itu.
(2) Pensilku, bukumu, dan tasnya tersimpan di perpustakaan.
48. 3.3. Penulisan PartikelPenulisan Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
(1) Bacalah buku ini dengan cermat.
(2) Apakah yang seharusnya kita lakukan?
(3) Apatah gunanya engkau bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
(1) Apa pun alasannya, ia tetap bersalah.
(2) Sekalipun diminta, sekali pun saya tidak akan menurutinya.
(3) Siapa pun yang bersalah harus dihukum.
Catatan:
Kelompok kata yang sudah lazim dianggap padu, misalnya adapun, walaupun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, maupun, kendatipun,
sungguhpun, dan kalaupun ditulis serangkai.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengIkutinya. Misalnya:
(1) PNS akan mendapat kenaikan gaji per 1 April.
(2) Persoalan tersebut akan dibahas satu per satu.
(3) Harga durian ini Rp12.000,00 per buah.
49. 4.4. Penulisan Kata DepanPenulisan Kata Depan didi,, keke,,
dandan daridari
Dalam EYD dinyatakan bahwa kata depan di, ke dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. Namun, di- dan ke- sebagai
awalan dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Persoalan yang muncul adalah apa perbedaan di dan ke
sebagai kata depan dengan di- dan ke- sebagai awalan?
50. 1) Ciri kata depan di dan awalan di-
A) Kata depan di
a) Selalu diikuti kata benda yang menyatakan arah atau tempat.
b) Posisinya dapat ditempati oleh kata ke dan dari.
c) Tidak dapat dioposisikan dengan awalan me-.
B) Awalan di-
a) Selalu diikuti oleh kata kerja.
b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari.
c) Dapat dioposisikan dengan awalan me-.
Misalnya:
di (Kata Depan) di- (Awalan)
di masjid (dari masjid) dilarang (*dari larang)
di samping (dari samping) dianjurkan (*dari anjurkan)
di atas (dari atas) dijual (*dari jual)
di luar (ke luar) diwariskan (mewariskan)
di sana (ke sana) diwasiatkan (mewasiatkan)
51. 2) Ciri kata depan ke dan awalan ke-
A) Kata depan ke
a) Selalu diikuti oleh kata benda yang menyatakan arah atau
tempat.
b) Posisinya dapat tempati oleh kata dari dan di.
B) Awalan ke-
a) Tidak diikuti oleh kata benda.
b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari dan di.
c) Awalan ke- membentuk kata benda dari kata yang lain.
d) Awalan ke- yang berkombinasi dengan akhiran -kan dapat
menghasilkan kata kerja perintah.
Misalnya:
ke (Kata Depan) ke- (Awalan)
ke mana (dari mana) kemari (*dari mari)
ke jalan (dari jalan) ketua
ke belakang (dari belakang) kekasih, kehendak
ke samping (dari samping) kesampingkan
52. 5.5. Penulisan Singkatan dan AkronimPenulisan Singkatan dan Akronim
Istilah singkatan dan akronim memiliki persamaan, yaitu
merupakan kependekan dari suatu kata atau frasa (kelompok
kata) sebagai pengganti bentuk yang lengkap. Namun, di
samping persamaan itu, terdapat unsur perbedaannya, yakni
sebagai berikut.
53. 1) Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil dari huruf-
huruf pertama suatu kata atau frasa yang dieja huruf demi
huruf. Misalnya:
CBSA cara belajar siswa aktif
PKB Partai Kebangkitan Bangsa
2) Akronim adalah bentuk pendek yang biasanya merupakan
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
(dilafalkan) sebagai kata. Misalnya:
SIM surat izin mengemudi
tilang bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-
syarat berikut, yakni (1) jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah
suku kata yang lazim pada bahasa Indonesia (tujuh suku kata), (2)
akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim, (3)
hasil pengakroniman tidak berasosiasi pada hal-hal yang tidak patut
(tabu).
54. Di samping singkatan dan akronim, terdapat juga yang
disebut dengan bentuk singkat. Bentuk itu merupakan
bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari bentuk
lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua.
Misalnya:
lab bentuk singkat dari laboratorium
harian bentuk singkat dari surat kabar harian
55. Kaidah penulisan singkatan adalah sebagai berikut.
1)Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:
Imam B.U.
M.Sc. master of science
Sdr. Saudara
Kol. kolonel
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf
awal kata ditulis dengan huruf awal kapital dan tidak diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
SD sekolah dasar
Catatan:
Singkatan umum seperti yang terdapat dalam contoh di bawah ini penulisan yang benar adalah
sebagai berikut.
Benar Salah
dsb. d.s.b., dsb (tanpa titik)
sda. s.d.a., sda (tanpa titik)
a.n. a/n
d.a. d/a
u.b. ub., u/b
u.p. up., u/p
s.d. s/d
56. 3) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
l liter
g gram
Rp (lambang mata uang Indonesia)
4) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
PAN Partai Amanat Nasional
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan
SIM surat izin mengemudi
57. 5) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf awal
kapital. Misalnya:
Depag Departemen Agama
Akpol Akademi Kepolisian
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
6) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya:
siskamling sistem keamanan lingkungan
radar radio detecting and ranging
pemilu pemilihan umum
58. 6.6. Penulisan Angka dan LambangPenulisan Angka dan Lambang
BilanganBilangan
Ketentuan untuk menuliskan lambang bilangan ada dua cara,
yaitu (1) dengan angka Arab atau angka Romawi dan (2)
dengan huruf. Akan tetapi, penggunaan lambang bilangan itu
sering dipertukarkan. Lambang bilangan yang seharusnya
dituliskan dengan huruf dituliskan dengan angka, atau
sebaliknya. Untuk itu, ejaan bahasa Indonesia menentukan
kaidah, antara lain, sebagai berikut.
59. 1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika untuk
menyatakan satuan ukuran (panjang, luas, isi, dan berat),
satuan waktu, nilai uang, atau yang dipakai untuk menandai
nomor jalan, rumah, kamar pada alamat yang bukan
dokumen resmi, dan juga untuk menomori pada karangan
beserta bagian-bagiannya. Misalnya:
(1) Panjang bangunan itu 12 m, lebar 10 m.
(2) Berat kendaraan itu 365 kg.
(3) Dalam waktu 1 jam 30 menit, Anda harus dapat menempuh
jarak
100 km.
(4) Harga semangka itu Rp3.500,00 per buah.
(5) Saya tinggal di Jalan Soragan 238 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
(6) Perintah puasa Ramadan terdapat di dalam Alquran, Surat
Albaqarah:183.
60. 2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyata-
kan lebih dari dua kata atau untuk menyatakan perincian
dinyatakan dengan angka. Misalnya:
(1) Selama tiga hari saja calon pegawai yang mendaftar berjumlah
tiga ribu orang.
(2) Seminar itu diikuti oleh 1.234 orang peserta.
(3) Menurut catatan, sarjana yang akan diwisuda berjumlah 500
orang, terdiri atas 199 laki-laki dan 301 perempuan.
61. 3) lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak
terdapat lagi dalam awal kalimat. Misalnya:
Bentuk yang tidak benar
(1) 27 orang ditahan dalam unjuk rasa itu, sedangkan yang lain
diizinkan pulang.
(2) 10 ekor kambing kurban disembelih.
(3) 5 mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-Amin.
(4) 250 orang diundang dalam acara syukuran Pak Umar.
Bentuk yang benar
(1) Dalam unjuk rasa itu 27 orang ditahan, sedangkan yang lain diizinkan
pulang.
(2) Sepuluh ekor kambing kurban disembelih.
(3) Lima mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-
Amin.
(4) Dalam acara syukuran itu Pak Umar mengundang 250 orang.
62. 4) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut. Misalnya:
(1) HUT Ke-65 RI akan kita peringati dengan sederhana.
(2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad informasi.
(3) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad informasi.
(4) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad informasi.
5) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an,
penulisannya sebagai berikut. Misalnya:
(1) Ayah saya lahir pada tahun 20-an.
(2) Ayah saya lahir pada tahun dua puluhan.
(3) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang 500-an.
(4) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang lima ratusan.
63. 6) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi,
seperti dalam akta dan kuitansi. Misalnya:
Bentuk yang tidak benar
(1) Jumlah mahasiswa yang diwisuda hanya 45 (empat puluh lima) orang.
(2) Saya membeli 10 (sepuluh) ekor ayam buras di Pasar Kembang.
Bentuk yang Benar
(1) Jumlah mahasiswa yang ikut karyawisata ada 45 orang.
(2) Saya membeli sepuluh ekor ayam buras di Pasar Kembang.
Dalam dokumen resmi penulisan lambang bilangan yang dilambangkan
dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat, seperti contoh berikut.
(1) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga
Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga
Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu) rupiah.
Penulisan seperti itu dibenarkan menurut ejaan bahasa Indonesia untuk
menghindari kemungkinan adanya pengubahan angka-angka dari
orang yang tidak bertanggung jawab.
64. KAIDAH IVKAIDAH IV
PENULISAN UNSUR SERAPANPENULISAN UNSUR SERAPAN
• Sebagai bahasa yang hidup dan terbuka, bahasa Indonesia dapat menerima unsur
serapan dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, misalnya
Sanskerta, Arab, Belanda, Portugis, dan Inggris). Berdasarkan taraf integrasinya,
unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan.
• Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, misalnya jer basuki mawa bea, amar ma’ruf nahi munkar, dan fighter.
Meskipun pengucapannya masih mengikuti cara asing, unsur itu dapat dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia dengan digarisbawahi atau dimiringkan.
• Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia, seperti kata kiblat, takwa, efektif, dan sistem. Dalam kaitannya
dengan hal itu, pengubahan ejaan hanya dilakukan seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa asalnya.
• Selain hal tersebut, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
yang utuh. Kata seperti standardisasi dan implementasi merupakan unsur serapan
asing berakhiran yang diserap secara utuh. Di samping itu, kata dasar dari kata-kata
itu juga diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu standar dan implemen.
65. Hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan penyerapan
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1)Unsur serapan yang sudah lazim dieja atau ditulis secara
Indonesia tidak perlu diubah lagi. Misalnya:
kabar pikir
hadir iklan
perlu bengkel
sirsak kompor
2) Sekalipun dalam ejaan bahasa Indonesia menerima huruf q
dan x sebagai abjad, tetapi huruf itu hanya digunakan dalam
hal tertentu, seperti dalam pembedaan nama dan istilah
khusus, seperti Quran, xenon, dan nama-nama orang.
66. Berikut didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia yang sering salah pemakaiannya.
Kata asing Salah Benar
aphoteek apotik apotek
analysis analisa analisis
atlet atlit atlet
active aktiv aktif
activity aktifitas aktivitas
asas azas asas
adjective ajektif adjektif
balance balan balans
celebrity selebriti selebritas
commodity komoditi komoditas
carier karir karier
coordination kordinasi, kordinir koordinasi
consequency konsekwensi konsekuensi
definitie difinisi definisi
descriptive diskriptiv deskriptif
discrimination deskriminasi diskriminasi
67. Kata asing Salah Benar
essay esei esai
effective efektiv efektif
effectivity efektifitas efektivitas
export eksport ekspor
formal formil formal
frequency frekwensi frekuensi
haqiqah hakekat hakikat
hypotesis hipotesa hipotesis
import import impor
ijazah ijasah ijazah
jadwal jadual jadwal
khazanah khasanah khazanah
khotbah khutbah khotbah
liquidation likwidasi likuidasi
methode metoda metode
management menejemen manajemen
manager menejer manajer
nashihat nasehat nasihat
68. Kata asing Salah Benar
November Nopember November
operational operasionil operasional
organitation organisir organisasi
object obyek objek
production produsir produksi
psychis psikhis psikis
risk resiko risiko
system sistim sistem
syntesis sintesa sintesis
standard standard standar
standardization standarisasi standardisasi
survey survai survei
subject subyek subjek
technique tehnik teknik
theoretis teoritis teoretis
transport transport transpor
variety varitas varietas
wujud ujud wujud
zaman jaman zaman
69. KAIDAH IVKAIDAH IV
PEMAKAIAN TANDA BACAPEMAKAIAN TANDA BACA
• Di dalam EYD terdapat lima belas pasal yang mengatur
pemakaian tanda baca, yaitu (1) tanda titik, (2) tanda koma,
(3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6)
tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru,
(10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik,
(13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15)
tanda penyingkat (apostrof). Namun, dalam penyuluhan ini
hanya dibahas masalah pemakaian tanda baca yang memiliki
kekerapan pemakaian cukup tinggi dan sering menimbulkan
masalah bagi kebanyakan pemakai bahasa dalam ragam tulis
bahasa Indonesia. Beberapa kaidah tersebut adalah sebagai
berikut.
70. 1. Tanda Titik ( . )
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
W.S. Rendra
Imam B.U.
Muh. Arief S.H. (Susilo Handoyo)
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan. Misalnya:
Prof. Dr. H. Soewito
Kol. Drs. R. Harry Anwar, S.H.
Sdr. Syamsul Arifin, M.Hum
c. Tanda titik dipakai dalam menuliskan daftar pustaka,
yaitu untuk memisahkan di antara nama penulis,
tahun terbit, judul tulisan, dan tempat terbit. Misalnya:
Wedhawati dkk. 1995. Yang Penting Buat Anda. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Utomo, Imam Budi. 2011. Sastra Indonesia di Yogyakarta Periode
1981—2000. Yogyakarta: Curvaksara.
71. d. Tanda titik dipakai dalam bilangan yang menyatakan
jumlah ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
(1) Tebal buku itu 1.678 halaman.
(2) Di gudang itu masih tersimpan 96.456 ton beras yang siap
dibagikan kepada masyarakat miskin.
Akan tetapi, jika bilangan itu tidak menyatakan
jumlah, tanda titik tidak digunakan. Misalnya:
(1) Permasalahan itu dapat Anda temukan pada halaman 1234.
(2) Siapa yang mempunyai NIP 131967332?
(3) Silakan Anda hubungi pesawat 4321.
e. Tanda titik tidak dipakai di belakang tanggal surat,
alamat pengirim surat dan penerima surat. Misalnya:
Yth. Vindya Nuriljaza Buditama
Jalan Soragan 238, Ngestiharjo, Kasihan
Bantul 55182
72. 2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
Saya telah mengumpulkan bahan-bahan berupa bambu, paku,
gergaji, kertas, lem, dan benang.
Catatan:
Jika rincian itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan
tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika rincian itu terdiri
atas lebih dari dua unsur yang sebelum unsur terakhir diberi
kata dan, sebelum kata dan itu juga dibubuhi tanda koma.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat
setara, yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Misalnya:
(1) Saudara boleh pulang, tetapi selesaikan dahulu pekerjaan itu.
(2) Dia bukan mahasiswa IAIN, melainkan mahasiswa UII.
(3) Fiki dan Vindi sibuk belajar, sedangkan Fitri asyik bermain.
73. c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya. Misalnya:
(1) Karena tidak pernah belajar, ia tidak lulus ujian.
(2) Agar mendapatkan prestasi yang baik, Saudara harus belajar
dengan sungguh-sunguh.
(3) Meskipun hari hujan, ia tetap datang memenuhi janjinya.
Catatan:
Anak kalimat biasanya didahului oleh kata penghubung, antara
lain, adalah bahwa, walaupun, meskipun, karena, jika, agar,
supaya, sehingga, dan apabila. Jika anak kalimat mengiringi
induk kalimat, tanda koma tidak dipakai di antara induk kalimat
dan anak kalimatnya.
74. d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya:
(1) .... Oleh karena itu, pekerjaan itu harus dikerjakan dengan
sungguh-sungguh.
(2) .... Namun, tidak semua persoalan dapat dimengerti oleh anak
buahnya.
(3) .... Sehubungan dengan itu, ada satu hal yang diprioritaskan
penyelesaiannya.
Kata atau ungkapan penghubung antarkalimat,
antara lain, adalah akan tetapi, jadi, selain itu, oleh
sebab itu, meskipun demikian, sebaliknya, kemudian,
lagi pula, dalam pada itu, sementara itu, sebagai
simpulan, selanjutnya, akhirnya, bahkan, pertama,
kedua, dan dalam hubungan itu.
75. e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti
o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal
kalimat. Misalnya:
(1) Kasihan, sudah lima bulan Anita tergolek di ranjang.
(2) Wah, indah sekali pemandangan di Belinyu.
Dalam ejaan lama, kata-kata itu diikuti dengan tanda
seru (!).
f. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, serta
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan. Misalnya:
•Surat itu telah dikirimkan kepada Kepala Kantor Bahasa
Provinsi Kepulauan Riau, Jalan Ketapang 2,
Tanjungpinang.
(2) Yogyakarta, 20 Mei 2011
76.
77. i. Tanda koma dipakai--untuk menghindari salah
baca--di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat. Misalnya:
(1) Atas perhatian Saudara, saya mengucapkan terima kasih.
(2) Dalam pengajaran, kita memerlukan metode yang tepat.
Bandingkan dengan kalimat yang tidak menggunakan
koma berikut ini.
(1a) Atas perhatian Saudara saya mengucapkan terima kasih.
(2a) Dalam pengajaran kita memerlukan metode yang tepat.
78. 3. Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenis dan setara; dalam kalimat
majemuk setara, tanda titik koma dapat dipakai sebagai
pengganti kata penghubung. Misalnya:
(1) Hari sudah siang; dia belum keluar dari kamar tidurnya.
(2) Ayah mengajari Adik membaca Alquran; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya
asyik mendengarkan musik.
79. 4. Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua sering dipakai secara tidak tepat, terutama
dalam kalimat yang mengandung rincian. Hal itu dapat
dihindari apabila penulis memperhatikan kaidah ejaan.
a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
(1) Saya sekarang memerlukan alat-alat tulis: pensil, penggaris, dan
kertas.
(2) Seseorang dapat diangkat menjadi PNS jika memenuhi beberapa
syarat: WNI, berkelakuan baik, berbadan sehat, dan berumur
maksimal empat puluh tahun.
80. b. Tanda titik dua dapat juga dipakai dalam teks drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan. Misalnya:
(1) Ketua : Novianti, S.Pd.
Sekretaris : Eko Andriyanto, S.E.
Bendahara : Zuryetti Muzar, S.E.
(2) Ayah : “Dari mana saja kau ini?”
Nanang : “Belajar di rumah teman”
Ayah : “Bohong!”
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor
dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, dan (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan. Misalnya:
Gatra, V (1997), 35:57.
Alquran, Surat Almaidah:3
Sebuah buku karya Imam dan Umar, Panduan Berbahasa
Indonesia, sudah terbit pada bulan Mei 2002.
Ayatrohaedi. 1996. Cerdas Berbahasa. Jakarta: Gramedia
81. 5. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (i)
hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya:
(1) Benarkah kera telah ber-evolusi menjadi manusia?
(2) Pak Parto membeli mesin-potong tangan (mesin yang dijalankan
dengan tangan).
Bandingkan dengan kalimat berikut.
(1a) Benarkah kera berevolusi (melakukan revolusi) menjadi manusia?
(2a) Pak Parto membeli mesin potong-tangan (mesin khusus untuk
memotong tangan).
82. b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an,
dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata. Misalnya:
(1) Pada tahun 2006 diadakan MTQ se-Bangka Belitung.
(2) Dia baru saja memperoleh hadiah ke-2 lomba kaligrafi.
(3) Dia lahir pada tahun 60-an.
(4) Akibat krisis moneter banyak perusahaan yang mem-PHK
karyawannya.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Misalnya:
(1) Kita dianjurkan untuk ber-fastabiqul khairat.
(2) Siapa berani men-tackle urusan yang sangat pelik itu?
83. 6. Tanda Pisah ( — )
Tanpa pisah (—) dipakai untuk membatasi penyisipan kata
atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat, memberi penegasan adanya aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat lebih jelas. Untuk itu,
jika sisipan atau aposisi ditiadakan, makna kalimat tidak
terganggu. Selain itu, tanda pisah juga dipakai di antara dua
bilangan, atau nama kota dengan arti ‘sampai dengan’ atau
‘sampai ke’. Dalam pengetikan manual, tanda pisah
dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi,
baik sebelum maupun sesudahnya. Misalnya:
(1) Gunung Bintan—percaya atau tidak—menyimpan misteri.
(2) Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21—23 Juni 2011.
(3) Pemakaian tanda koma dapat dilihat pada EYD (1997:41—47).
(4) Tarif bus jurusan Pangkalpinang—Belinyu naik 25 persen.
84. 7. Tanda Elipsis ( ... )
Selain digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, tanda
elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
digunakan empat buah titik; tiga buah untuk menandai
penghilangannya dan satu titik untuk menandai akhir
kalimat. Misalnya:
(1) Kalau begitu … ya, cepat dicarikan jalan keluarnya.
(2) Penentuan tanggal satu Syawal sering berbeda …. Masyarakat
diharapkan untuk dapat menyikapinya secara arif.
85. 8. Tanda Petik ( “... “)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan, judul syair, karangan, dan istilah
yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Misalnya:
(1) Kata Hamzah, “Anda akan pergi ke Jakarta hari ini.”
(2) Saudara silakan membaca artikel berjudul “Islam di Persimpangan
Jalan”, dalam majalah Khazanah, 34 (V) Maret 1964:7.
(3) Karena kerap keluar pada malam hari, ia dijuluki “si Kalong”.
86. 9. Tanda Petik Tunggal ( ‘ ...’ )
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter-
jemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Di
samping itu, tanda petik tunggal juga dipakai untuk
mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
(1) Ghasab ‘pinjam tanpa izin’ adalah perbuatan yang tidak baik.
(2) “Ketika berjalan di trotoar, seseorang menyapaku dari belakang, ‘Sodiq,
tunggu dulu!’, aku pun terkejut mengenali suara itu,” kata Pak Sodiq
Ridwan.
87. 10. Tanda Apostrof ( ‘ )
Tanda apostrof dipakai sebagai tanda penyingkat atau
untuk menunjukkan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
(1) Anda ‘kan segera kusurati. (‘kan = akan)
(2) Keputusan ini ditetapkan di Pangkalpinang, 21 Juni ’11. (’11 = 2011)
Namun, sebaiknya angka tahun ditulis lengkap.