1. i
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
“TEKNOLOGI BERSIH”
PABRIK TAHU SARI MURNI MOJOSONGO
Dosen Pembimbing
Ir. Haryanto AR, MS
NIP. 19630705 199003 1 002
KELOMPOK 8
1. ABDUL AZIS (D500130055)
2. SABDA AJI KURNIAWAN (D500130058)
3. DENITA RAYANIE S. (D500130064)
4. MOCHAMMAD RENDRA P. (D500130077)
5. KEKSI LUKITA SIWI (D500130086)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
2. ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
JUDUL : LAPORAN TEKNOLOGI PENCEGAHAN
PENCEMARAN TEKNOLOGI BERSIH PABRIK TAHU
SARI MURNI MOJOSONGO
Kelompok : Abdul Azis D500130055
Sabda Aji Kurniawan D500130058
Denita Rayanie S. D500130064
Mochammad Rendra P. D500130077
Keksi Lukita Siwi D500130086
Dosen Pembimbing : Ir. Haryanto AR, MS
Surakarta, 9 Juni 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
Ir. H. Haryanto AR, MS
NIP. 19630705 199003 1 002
Mengetahui,
Kepala Laboratorium
Teknik Kimia
Tri Widayatno, ST, M.Sc
NIK. 960
Bapak Aco Warso
3. iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat
Praktikum Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Limbah (PTPPL) jurusan
Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 2015. Praktikum ini
telah dilaksanakan di Pabrik Tahu Sari Murni Mojosongo. Dengan tujuan utama,
yaitu untuk mengetahui proses pembuatan dan pengolahan limbah pabrik tahu
Sari Murni.
Dalam menyusun laporan ini ada beberapa kendala yang ditemui, namun
berkat kerjasama tim dan bimbingan dari para pembimbing kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini sudah disiapkan oleh penulis dengan segenap hati, tetapi
penulis sadar masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan
laporan ini. Maka dari itu, penulis mengharap kritik dan saran untuk perbaikan
oleh penulis ke depannya.
Surakarta, 4 Juni 2015
Penulis
4. iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ...................................................................................... ii
Kata Pengantar................................................................................................. iii
Daftar isi ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
BAB III LIMBAH TAHU...................................................................................... 4
BAB IV HASIL DISKUSI.................................................................................... 7
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12
LAMPIRAN ....................................................................................................... 13
A. TUGAS KHUSUS.................................................................................. 13
B. DOKUMENTASI.................................................................................... 15
C. LOG BOOK........................................................................................... 17
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahu merupakan makanan tradisional sebagian besar masyarakat di
Indonesia, yang digemari hampir seluruh lapisan masyarakat. Selain
mengandung gizi yang baik, rasanya yang enak serta harganya terjangkau,
disamping itu pembuatan tahu juga relatif murah dan sederhana. Hal
tersebut menyebabkan banyak dari masyarakat Indonesia memilih untuk
menjalankan bisnis industri pembuatan tahu skala rumahan tangga
(industri kecil), dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat
efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan baku) dirasakan masih
rendah dan dapat dipastikan tingkat produksi limbah yang dihasilkan juga
sangat tinggi.
Kegiatan industri tahu di Indonesia di dominasi oleh usaha-usaha
kecil dengan skala terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini juga sangat tersebar
di seluruh wilayah Indonesia. Sumber daya manusia yang terlibat pada
umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, serta belum banyak
yang melakukan pengolahan limbah. Limbah hasil sisa produksi tahu pada
umumnya dibuang langsung ke lingkungan sehingga mengakibatkan
dampak pencemaran yang cukup besar. Limbah produksi tahu yang
berupa limbah cair dan limbah padat bila dibuang langsung ke lingkungan
tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan berbagai
masalah seperti polusi (air, udara), kesehatan masyarakat disekitar
industri, serta dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dalam
batasan ekosistem lokal hingga biosfer. Sebelum limbah di buang ke
lingkungan, sangat perlu adanya suatu proses pengolahan pada limbah
untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalisisr dampak dari limbah
sisa industri tahu terhadap ekosistem sekitar, terutama terhadap kesehatan
masyarakat sekitar industri.
Hal itulah yang telah di terapkan oleh home industry yang dimiliki
bapak Aco Warso. Beliau telah berinisiatif untuk mendirikan usaha yang
dapat memenuhi salah satu kebutuhan masyarakat sekitar, yaitu industri
tahu Sari Murni yang terletak di Mojosongo dengan jumlah pegawai 16
orang. Industri tersebut berkapasitas 8 kwintal per hari yang beroperasi tiap
hari. Industri tahu Sari Murni milik bapak Aco Warso tersebut, telah
menerapkan prinsip 3R yaitu Reuse, Recycle dan Recovery. Dengan
bantuan pemerintah dan mahasiswa UMS, limbah cair yang dihasilkan oleh
industri tahu tersebut sudah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, dan
limbah padatnya dapat digunakan sebagai bahan baku tempe gembus,
makanan ternak, dan lain-lain.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum teknologi bersih, sebagai berikut :
1. Mempelajari diskripsi proses produksi tahu dengan tujuan untuk
menemukan peluang untuk meningkatkan efisiensi proses produksi.
2. Mencari penyelesaian atas peluang yang telah ditemukan dengan
memanfaatkan dasar-dasar teknologi kimia.
‘
6. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tahu
Menurut Hardjo, 1964 dalam Suhaidi, 2003 pengertian kedelai
(Glycine max Merr) merupakan salah satu hasil pertanian yang sangat
penting artinya sebagai bahan makanan, karena jumlah dan mutu protein
yang dikandungnya sangat tinggi yaitu sekitar 40 % dan susunan asam
amino essensialnya lengkap serta sesuai sehingga protein kedelai
mempunyai mutu yang mendekati mutu protein hewani
Tahu menurut standar industri Indonesia, adalah makanan padat
yang dicetak dari susu kedelai dengan proses pengendapan protein pada
titik isoelektriknya tanpa atau dengan penambahan bahan lain yang
diijinkan (Anonim, 1990).
Sarwono dan Saragih, 2003 dalam Pamungkas dan Brahmana, 2015
berpendapat bahwa tahu merupakan salah satu komoditas potensial di
Indonesia. Karena selain harganya yang relatif terjangkau, apabila
dibandingkan dengan produk lain seperti daging, tahu juga memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi, selaras dengan bahan bakunya yaitu
kedelai yag juga mengandung protein yang tinggi.
Jenis-jenis tahu Menurut Sarwono dan Saragih 2003, dalam Saputra,
2006, menyatakan bahwa tahu terdiri dari berbagai jenis, yaitu tahu putih,
tahu kuning, tahu sutra, tahu cina, tahu keras, dan tahu kori. Perbedaan
dari berbagai jenis tahu tadi adalah pada proses pengolahannya dan jenis
penggumpal yang digunakannya.
Tahu merupakan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai
gizi yang tinggi, terutama karena mutu protein dan daya cerna yang tinggi.
Akan tetapi tahu termasuk bahan pangan yang mudah rusak sehingga
digolongkan dalam High Perisable Food (Saputra, 2006).
Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi pada 100 g Tahu Segar (Depkes, 1996) :
Komposisi Jumlah
Energi (kal)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Vitamin B1(mg)
Vitamin B2 (mg)
Niacin (mg)
6
86,7
7,9
4,1
0,4
0,1
0,9
150
0,2
0,04
0,02
0,4
B. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Tahu
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan
mikrobiologis pada tahu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Mustafa,
2006). :
1. Adanya bakteri yang tahan panas seperti golongan pembentuk
spora dan bersifat termodurik
2. Adanya bakteri kontaminan yang mencemari tahu pada saat proses
pembuatan tahu sampai selesai
7. 3
3. Suhu penyimpanan
4. Adanya enzim tahan panas yang dihasilkan oleh jenis mikroba
tertentu yang dapat menghidrolisis lemak tahu
Berdasarkan Suprapti, 2005 dalam Rosida, dkk, 2011 beberapa hal yang
menyebabkan kondisi (kualitas) tahu berbeda-beda adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat kepadatan
Pembuatan tahu padat seperti halnya tahu kediri, memerlukan
bahan (bakal tahu) yang jauh lebih banyak daripada bahan yang
diperlukan dalam pembuatan tahu gembur.
2. Adanya bau asam
Tahu yang dicetak tidak terlalu padat, umumnya relatif lebih
mudah rusak (karena kadar airnya lebih tinggi). Oleh karena itu,
umumnya tahu gembur dipasarkan atau dijual dalam keadaan
direndam air. Selain mengawetkan, perlakuan ini juga dapat
mencegah mengecilnya ukuran tahu karena kandungan airnya
keluar (apabila tidak direndam). Namun, air perendaman tersebut
harus diganti setiap hari. Apabila tidak, tahu akan menjadi berlendir,
berbau dan berasa asam.
3. Penampilan
Penampilan produk tahu menyangkut warna serta
keseragaman bentuk dan ukurannya. Warna yang biasa digunakan
untuk tahu adalah kuning, disamping warna aslinya (putih).
Sementara, untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang sama
dapat digunakan cetakan.
4. Cita rasa tahu
Cita rasa tahu akan menjadi lebih lezat apabila ke dalam
bakal tahu (sebelum dicetak) ditambahkan bahan-bahan yang dapat
berfungsi sebagai penyedap rasa, seperti garam dan flavour
buatan.
Sedangkan pemanfaatkan limbah tahu yang berupa padat yaitu
dapat dapat diolah kembali menjadi tempe gembus, oncom atau dapat pula
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti ayam, bebek, sapi, kambing
dan sebagainya.
8. 4
BAB III
LIMBAH TAHU
Industri tahu saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu
industri rumah tangga yang tersebar luas, baik dikota besar maupun kecil.
Industri tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair dan padat
Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Sedangkan
limbah cair dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan, dan
pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi
(Husni dan Esmiralda, 2010).
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam limbah industri tahu yakni
karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi kekeruhan, zat padat,
suhu, bau, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik kimia dibedakan menjadi dua,
yaitu (Husin, 2008) :
1. Kimia Organik, yang meliputi kandungan organik (BOD, COD,
TOC), oksigen terlarut (DO), minyak/lemak, nitrogen total,dan lain
lain.
2. Kimia Anorganik, yang meliputi pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, Sulfur, H2S,
dan lain lain.
Menurut MetCalf dan Eddy, 2003 Beberapa karakteristik limbah cair
industri tahu antara lain:
1. Padatan tersuspensi, yaitu padatan yang melayang layang dan
tidak terlarut dalam air. Padatan tersuspensi sangat erat
hubungannya dengan kekeruhan air. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, maka air semaik keruh.
2. BOD (Biological Oxygen Demand), parameter untuk menilai
jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah Oksigen
yang diperlukan untuk mengurai zat organik.
3. COD (Chemical Oxygen Demand), jumlah oksigen yang
diperlukan oleh oksidator untuk mengoksidasi seluruh material, baik
organik maupun non organik yang terdapat dalam air.
4. Nitrogen-Total (N-Total), terdiri atas campuran N-Organik, N-
amonia, nitrat dan nitrit (Sawyer et al, 1994 dalam Husin, 2008).
Dapat dihitung dengan analitik dengan metode Kjeldahl.
5. Derajat keasaman (pH), Air limbah tahu sifatnya cenderung asam,
Hal ini mengakibatkan air limbah tahu mengeluarkan bau busuk.
Menurut Nuriswanto, 1995 yang diacu dalam Sudaryati, dkk, 2007 dalam
penelitiannya bahwa air limbah industri tahu memiliki angka COD (Chemical
Oxygen Demand) antara 1940-4800 mg/L, BOD (Biological Oxygen Demand)
antara 1070-2600 mg/L, padatan tidak larut antara 2100-3800 mg/L dan pH
antara 4,5 – 5,7. Air limbah tersebut dihasilkan dari ± 875 L per 35 kg bahan
baku kedelai. Sementara menurut kajian analisis resiko dari limbah tahu oleh
Damayanti, dkk, 2004 diperoleh rata-rata kandungan pencemaran limbah tahu
yaitu COD 7050 mg/l, BOD 5389,5 mg/l, N-Total 161,5 mg/l, P-Total 81,6 mg/l,
dan pH 4,11. Adapun standar baku mutu limbah air tahu yang dapat dilepas ke
badan sungai menurut Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004, dapat
dilihat pada Tabel 1.
9. 5
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Tahu
No. Parameter Industri Tahu
Kadar Maks (Mg/l) Beban Pencemaran
(Kg/ton kedelai)
1. Temperatur 38 -
2. BOD 150 3
3. COD 275 5,5
4. TSS 100 22
5. pH 6,0 – 9,0
6. Debit Maksimal 20 m2/ton kedelai
Sumber: Perda Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004
Menurut Husni dan Esmiralda, 2010 Selain bahan bahan diatas, pada
pabrik tahu umumnya juga memproduksi gas-gas yang biasa ditemukan seperti
gas nitrogen (N2), oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3),
karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari
dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air buangan.
Limbah cair yang dikeluarkan oleh industri-industri masih menjadi
masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri-industri,
terutama industri rumah tangga mengalirkan langsung air limbahnya ke selokan
atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Demikian pula dengan industri tahu
yang pada umumnya merupakan industri rumah tangga (Husni dan Esmiralda,
2010).
Keadaan ini akibat masih banyaknya pengrajin tahu yang belum mengerti
akan kebersihan lingkungan dan disamping itu pula tingkat ekonomi yang masih
rendah, sehingga pengolahan limbah akan menjadi beban yang cukup berat bagi
mereka. Namun demikian keberadaan industri tahu harus selalu didukung baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat karena makanan tahu merupakan
makanan yang digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia,
disamping nilai gizinya tinggi harganya pun relatif murah (Husni dan Esmiralda,
2010).
Herlambang, 2002 dalam Husni dan Esmiralda, 2010 menyatakan bahwa
dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu
adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya
bahan organik. Apabila konsentrasi bahan organik terlalu tinggi, maka akan
tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa
amonia, karbondioksida, asam asetat, hidrogen sulfida, dan metana. Senyawa
tersebut sangat toksit bagi sebagian besar hewan air, dan dapat menimbulkan
gangguan terhadap keindahan yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan
bau. Bila kondisi anaerobik terus dibiarkan maka air limbah akan berubah warna
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk.
Di pabrik tahu Sari Murni untuk pengolahan limbah cair menggunakan
bak penampung air limbah dengan proses anaerob, sehingga akan
10. 6
menghasilkan gas metan yang kemudian dimanfaatkan kembali sebagai gas
rumah tangga yang dipergunakan untuk mendukung proses pemasakan/
pembuatan tahu. Gas ini dialirkan melalui pipa-pipa yang tersambang dalam
suatu rangkaian ke bak penampung air limbah tersebut. Dalam skala rumah
tangga gas ini sangatlah cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
namun dalam skala industri seperti pembuatan tahu sendiri masih kurang dan
membutuhkan gas lain/ bahan bakar lain. Kelemahannya penggunaan gas ini
hanya dapat dimanfaatkan dalam jarak yang berdekatan dari suatu bak
penampung air limbah tahu, maksimal jarak yang dapat memanfaatkan gas ini
yaitu sekitar 30 meter. Untuk pengolahan limbah padat yaitu memanfaatkan
limbah padat tersebut untuk pakan ternak dan pupuk kompos.
Pengolahan dalam pabrik Sari Murni dapat juga melakukan inovasi
dengan menggunakan lumpur aktif untuk menurunkan kadar BOD, seperti yang
ttertera dalam jurnal Sudaryati, dkk, 2007. Ia meneliti bahwa pengolahan limbah
tahu cair dapat dilakukan dengan pembuatan lumpur aktif dengan bahan 50%
bahan limbah cair tahu, 25% lumpur aktif dari rumah pemotongan
hewanpesanggrahan, dan 25% lumpur dari sungai Badung. Pembuatan lumpur
aktif ini terbukti dapat menurunkan kadar COD hingga 46,645 mg/L, kadar VSS
2.265 mg/L.
11. 7
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
A. Karakteristik Pabrik Tahu Sari Murni
Pada umumnya tahu dibuat oleh para pengrajin atau industri rumah
tangga dengan peralatan dan teknologi yang sederhana. Urutan proses
atau cara pembuatan tahu pada semua industri kecil tahu pada umumnya
hampir sama dan kalaupun ada perbedaan hanya pada urutan kerja atau
jenis zat penggumpal protein yang digunakan.
Pada pabrik tahu yang dikunjungi, Pabrik Sari Murni tidak ada
perbedaan dengan pabrik tahu pada umumnya. Dengan teknologi yang
sudah maju sejak berdirinya pada tahun 1993, pengembangan terdapat
pada cara pemasakan menggunakan steam yang lebih efisien. Selain itu
mesin penggiling dimodifikasi agar dapat menambah kapasitas bahan
baku.
Dari proses, kendala yang dihadapi hampir tidak ada. Yang menjadi
faktor kendala yaitu mutu kedelai yang berbeda-beda. Dapat terlihat dari
pati (sari tahu) yang dihasilkan, jika dihasilkan lapisan pati tahu yang
kurang tebal maka pati dari tahu tersebut kurang bagus. Dan untuk
mengatasi hal tersebut, biasanya Pabrik Sari Murni menambah bahan baku
pembuatan tahu, sehingga dihasilkan tahu yang sesuai dengan resep
resep pabrik.
Pabrik Tahu Sari Murni memproduksi lebih dari satu jenis tahu.Tahu
yang diprooduksi yaitu, Tahu Solo, Tahu Sumedang, dan Tahu Keras
(Tahu Wonogiri). Produksi tahu Sari Murni selalu menyesuaikan dengan
permintaan konsumen sekitar. Permintaan konsumen yang tinggi, pabrik
tahupun juga memadai dengan fasilitas yang ada, dengan lahan yang luas
dimanfaat untuk 4 proses pembuatan tahu sekaligus.
Spesifikasi alat pada Pabrik Sari Murni yang digunakan pada proses
pembuatan tahu adalah sebagai berikut :
1. Ketel
Bahan : stainless steel
Tinggi : 110 cm
Diameter : 120 cm
Motor : 7,5 kW
Penggilingan (healer) : 10 inchi
2. Filtrasi
Bahan : Kain Sifon
Ukuran : 1,5m x 1,5m
3. Pencetakan
Bahan : Kayu dan Besi
Ukuran : 52 x 52 cm yang berisi 90 tahu setelah dicetak
12. 8
Adapun diagram alir proses pembuatan tahu pada Pabrik Tahu Sari
Murni, sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram Alir proses pembuatan tahu di Pabrik Tahu Sari Murni
SISA
AIR ASAM
AMPAS
TAHU
ASAM
CUKA
Penyaringan
Bak
Pengasam
an
Pencetakan
Penggilingan
Bahan
baku
(kedelai)
STEAM
AIR
Bubur
Kedelai
Perebusan
Perendaman
(sekaligus pencucian)
AIR
CUCIAN
13. 9
B. Pengolahan Limbah Tahu
Gambar 2. Diagram Alir Proses pengolahan limbah tahu Pabrik Sari Murni
Pada Pabrik tahu Sari Murni, sudah terdapat pengolahan limbah cair
yang dimanfaatkan sebagai biogas seperti gambar di atas. Pada awalnya, dana
diperoleh dari bantuan pemerintah (Kementrian Lingkungan Hidup) serta
banyaknya akademika yang tertarik untuk mengembangkan pengolahan limbah
tahu. Dan pada tahun 1999, dibangun sistem bak anaerob untuk menampung
gas yang dihasilkan dari limbah cair tahu.
Untuk limbah cair, ada dua sumber (seperti pada Gambar 1.), air cucian
dan sisa air asam. Untuk air cucian, langsung mengalir pada pipa yang menuju
pada sistem pengolahan limbah. Sedangkan 50% air asam digunakan kembali
untuk pengasaman pada pengolahan tahu esok hari, dan 50% lainnya langsung
dialirkan menuju sistem pengolahan limbah.
Pengolahan limbah yang ada yaitu proses biologi anaerobik
merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang banyak digunakan.
Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan hasilnya bagus.
Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air
limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi
anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam
transformasi senyawa komplek organik menjadi metana. Selebihnya
terdapat interaksi sinergis antara bermacammacam kelompok bakteri yang
berperan dalam penguraian limbah. Kelompok bakteri non metanogen yang
bertanggung jawab untuk proses hidrolisis dan fermentasi terdiri dari bakteri
anaerob fakultatif dan obligat. Mikroorganisme yang diisolasi dari digester
anaerobik adalah Clostridium spp., Peptococcus anaerobus, Bifidobacterium
spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium spp., Lactobacillus, Actonomyces,
Staphylococcus, and Eschericia coli.
Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan
proses pengolahan limbah secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis,
fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan asidogenesis), dan
metanogenesis. Selama proses hidrolsis, bakteri fermentasi mengubah materi
organik kompleks yang tidak larut, seperti selulosa menjadi molekul-molekul
yang dapat larut, seperti asam lemak, asam amino dan gula. Materi polimer
komplek dihidrolisa menjadi monomer-monomer, contoh : selulosa menjadi gula
atau alkohol. Molekul-molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan
14. 10
oleh kelompok bakteri selanjutnya. Hidrolisis molekul kompleks dikatalisasi
oleh enzim ekstra seluler seperti selulase, protease, dan lipase. Walaupun
demikian proses penguraian anaerobik sangat lambat dan menjadi terbatas
dalam penguraian limbah selulolitik yang mengandung lignin.
Pada proses fermentasi (asidifikasi), bakteri asidogenik
(pembentuk asam) merubah gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam-
asam organik (asam asetat, propionate, butirat, laktat, format) alkohol dan
keton (etanol, methanol, gliserol dan aseton), asetat, CO2 dan H2. Produk
utama dari proses fermentasi ini adalah asetat. Hasil dari fermentasi ini
bervariasi tergantung jenis bakteri dan kondisi kultur seperti pH dan suhu.
Tahap ketiga yaitu tahap metagogenesis (metanasi), merupakan
tahap pembentukan gas metan dari asam asetat dan H2 serta CO2. Proses
Metanasi dilakukan oleh dua grup mikroorganisme yang secara kolektif disebut
metanogenik. Kelompok pertama, aceticlastic methanogens, membagi asetat
ke dalam metan dan karbondioksida. Kelompok kedua, hydrogen
memanfaatkan metanogen, yaitu menggunakan hidrogen sebagai donor
elektron dan CO2 sebagai aseptor elektron untuk memproduksi metan.
Bakteri di dalam proses anaerobik, yaitu bakteri acetogens, juga mampu
menggunakan CO2 untuk mengoksidasi dan bentuk asam asetat. Dimana
asam asetat dikonversi menjadi metan. Sekitar 72% metan yang diproduksi
dalam digester anaerobik adalah formasi dari asetat.
Salah satu contoh pengolahan limbah secara anerob adalah
system anaerobik biogas. Penggunaan system anaerobik biogas ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan, karena
dengan fermentasi bakteri anaerob (bakteri metan) maka tingkat
pengurangan pencemaran lingkungan dengan parameter BOD, COD akan
berkurang sampai 90%. Sistem ini banyak dipakai dengan pertimbangan ada
manfaat yang bisa diambil yaitu pemanfaatan biogas yang sangat
memungkinkan digunakan sebagai sumber energi karena gas metan sama
dengan gas elpiji (liquid petroleum gas/LPG).
15. 11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari praktikum pencemaran lingkungan dengan konsentrasi teknologi
bersih, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari kunjungan ke Pabrik Tahu, limbah yang ada berupa padat, cair, dan
udara. Padat berupa ampas tahu dari sisa penyaringan. Limbah cair ada
dua sumber, yaitu air cucian kedelai, dan air sisa pengasaman. Untuk
udara yaitu asap hitam dari hasil pembakaran kayu untuk penghasil steam.
2. Sistem pengolahan limbah yang ada baru lingkup limbah cair berupa
sistem bak anaerob. Selain bak anaerob, air pengasaman juga dapat
digunakan kembali sebagai bahan lumpur aktif dengan penambahan
lumpur sungai, dan lumpur rumah pemotongan hewan. Lumpur ini dapat
mengurangi kadar COD, sehingga 50% air tahu yang dibuang ke sungai
pada pabrik Sari Murni mengalami treatment ini dan kandungan
berbahayanya dapat berkurang. Selain itu untuk limbah padat digunakan
untuk kebutuhan ternak dan untuk udara belum ada penanganan
limbahnya.
3. Saran untuk pabrik Tahu Sari Murni yaitu, tempat yang digunakan harus
dalam keadaan yang bersih agar sterilnya tahu terjaga. Penggantian filter
pada bak anaerob harus dikontrol dan pemasangan elektrostatis
presipitator (ESP) untuk pengelolaan asap hitam (karbon).
16. 12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Mutu dan Cara Uji Tahu. Jakarta: Depatemen Perindustrian RI.
Damayanti A, J Hermana, A Masduqi. 2004. Analisis Resiko Lingkungan dari
Pengolahan Limbah Pabrik Tahu dengan Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.).
Jurnal Purifikasi, (4)5:151-156.
Darsono V. 2007. Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob Dan Aerob.
Jurnal Teknologi Industri 1 1(1): 9-20.
Depkes. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Husin, Amir. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofiltrasi
Anaerob dalam Reaktor Fixed-Bed. Tesis. Universitas Sumatra Utara.
Husni, Hayatul dan Esmiralda. 2010. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri
Tahu terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio Lin). Universitas Andalas.
MetCalf dan Eddy. 1930. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and
Reuse, 4th ed. McGraw Hill Book Co. New York.
Mustafa, R. M. 2006. Studi Efektivitas Bahan Pengawet Alami dalam
Pengawetan Tahu. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya
Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal: 9-12.
Pamungkas, R. B., Brahmana, R. K. M. R. 2015 Analisa Strategi Pengembangan
Bisnis Melalui Metode Competitive Posiotioning Analysis Terhadap
Perusahaan Tahu Eka Sari. Jurnal Agora 3 (1) : 105-112
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004.
Rosida, D. F., Hardiyanti, Qomariah., Murtiningsih. 2011. Kajian Dampak
Substitusi Kacang Tunggak pada Kualitas Fisik dan Kimia Tahu. Jurnal
UPN Veteran 5(2):138-149.
Saputra, Sigit Jaya. 2006 Pemilihan Bahan Pengawet yang Sesuai pada
Produk Tahu Putih. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Suhaidi, I. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Jenis Zat
Penggumpal terhadap Mutu Tahu . Fakultas Pertanian. Jurusan
Teknologi Pertanian. Universitas Sumatra Utara, USU Digital Library.
Sudaryati NLG, IW Kasa, IWB Suyasa. 2007. Pemanfaatan Sedimen Perairan
Tercemar sebagai Bahan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Limbah Cair
Industri Tahu. Ecotrophic 3(1 ):21 -29.
17. 13
LAMPIRAN
A. TUGAS KHUSUS
SOAL
1. Carilah 2 masalah yang dialami eoleh pabrik tahu tersebut yang
berkaitan dengan kurang efisiennya proses produksi sehingga tidak
sesuai dengan teknologi bersih
2. Berdasarkan masalah yang ada maka carilah solusi dengan
memanfaatkan teknologi kimia
JAWAB
Dari survei di Mojosongo, didapatkan dua permasalahan pencemaran
limbah ke lingkungan. Yang pertama adalah masalah limbah pabrik di Sari
Murni, yang kedua adalah tidak sesuai dengan green technologi.
Dari pengolahan pabrik tahu Sari Murni di Mojosongo, limbah
buangan yang dihasilkan ada tiga, yaitu limbah padat (ampas tahu), sisa air
asam, dan air cucian yang banyak mengandung protein. Sayangnya,
limbah cair yang ada tidak semuanya diolah oeleh Pabrik Sari Murni, hanya
50% yang diolah dari limbah cair dan 100% untuk ampas tahu.
Pada pabrik tahu Sari Murni, limbah padat (ampas tahu) diolah
sebagai pakan ternak, sedangkan hanya 50% limbah cair yang diolah
menjadi bahan baku pembuatan biogas. Sehingga 50% air limbah di
pabrik tersebut dibuang ke kali.
Sedangkan untuk kaitannya dengan green chemistry adalah
lingkungan sekitar yang terpapar limbah. Ada dua bagian lingkungan yang
terkena, yaitu udara dan air. Untuk udara, penyebaran asap hitam hasil
pembakaran kayu yang panasnya dimanfaatkan untuk pengasil steam.
Dalam asap hitam yang langsung dilepas ke udara lingkungan
mengandung karbon, karbon monoksida, dan pengotor lainnya. Selain itu,
dari lingkup air ada sisa pembuatan tahu yang tidak melewati sistem
pengolahan limbah. Dari kunjungan ke pabrik, terlihat pada kali yang
terletak tepat dibelakangnya, air yang mengalir keruh dan banyak sampah
yang tertumpuk pada kali tersebut. Ini jelas sangat merugikan lingkungan
yang ada disekitar pabrik tahu, belum lagi bila ada sumur yang digunakan
didekat kali tersebut.
Solusi untuk permasalahan diatas adalah dengan pemasangan
elektrostatis presipitator (ESP) pada proses pembakaran kayu untuk
penghasil steam. Dengan adanya ESP ini, partikel partikel mikron sisa
pembakaran kayu bisa tertangkap, karena tingkat efisiensi ESP ini bisa
mencapai 99%. Sehingga udara yang dihasilkan bisa tidak mencemari
lingkungan, khususnya lingkungan pabrik tahu yang memapari karyawan.
Tetapi, pemasangan ESP di Indonesia masih belum bisa digunakan,
dikarenakan kondisi pengrajin tahu yang menengah ke bawah dan tempat
yang teerbatas. Sedangkan harga ESP sendieri yang cukup mahal
menyebabkan sulit dijagkau oleh masyarakate pengrajin tahu.
Sedangkan untuk pemecahan masalah green chemistry adalah
dengan pembersihan saluran menuju ke sungai secara beerkala oleh
warga sekitar. Selain sungai, kontrol terhadap sistem pengolahan limbah
yang harus terjaga. Sebab, jika tidak dikontrol, filter yang ada pada sistem
dapat menumpuk dan tersumbat sehingga tidak efisien. Filter yang terbuat
dari botol plastik yang diisi dengan benang harus diganti dengan filter yang
mempunyai efisiensi lebih tinggi, sebagai contoh nano filter yang terbuat
dari arang. Nano filter bisa diterapkan pada pabrik Sari Murni, dikarenakan
18. 14
arang sangat murah dan megandung karbon yang dapat diaktifkan untuk
menyerap partikel partikel pengotor sehingga limbah yang dihasilkan
memiliki nilai bahaya yang lebih rendah.
Selain itu, pabrik tahu Sari Murni bersama pabrik tahu sekitar
dapat menerapkan isi pada jurnal Sudaryati, dkk, 2007 dapat
memanfaatkan 50% air tahu sisa yang dibuang ke sungai dengan
cara membuat saluran penangan limbah berbentuk lumpur aktif
dengan cara memcampur bahan 50% air limbah tahu, 25% lumpur
aktif dari rumah pemotongan hewan, dan 25% lumpur dari sungai di
Mojosongo. Sehingga kawasan pabrik tahu Mojosongo dapat meminimalisir
limbah cair tahu yang keluar.
Asisten Pembimbing,
(Ika Anik Trisnani)
19. 15
B. DOKUMENTASI
Gambar 10. Bahan baku pembuatan
tahu
Gambar 3. Kedelai yang direndam
Gambar 4. Limbah padat dari pabrik
tahu
Gambar 5. Alat penggiling kedelai
Gambar 6. Proses pembuatan tahu
sutra
Gambar 7. Perebusan Bubur
Kedelai
Gambar 8. Proses penyaringan sari
tahu dan ampas tahu
Gambar 9. Sungai sekitar tercemar
20. 16
Gambar 10. Steam untuk proses
pemasakan
Gambar 11. Pemanfaatan biogas
sebagai pengganti
LPG
Gambar 12. Pemanfaatan limbah cair
tahu yang digunakan
sebagai asam cuka alami
Gambar 13. Proses pencetakan tahu
Gambar 14. Kolam yang berisi ikan
sebagai indikator
keberhasilan
pengolahan limbah
cair tahu