SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
EKONOMI PEMBANGUNAN
MAKALAH
INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI
PENGANGGURAN TERDIDIK DI KALIMANTAN BARAT
DISUSUN OLEH :
DWI BAMBANG DESWANTORO
NIM. B205312004
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
ANGKATAN XVI STAR BPKP
TAHUN 2016
2
INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN TERDIDIK DI
KALIMANTAN BARAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di
negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya
jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan
modal untuk berinvestasi
Pengangguran saat ini dipandang sebagai salah satu indikator kemiskinan karena per
definisinya penganggur adalah penduduk yang mencari kerja (looking for work). Dikaitkan
dengan kemiskinan, karena argumentasinya belum bekerja, mereka merupakan kelompok
penduduk strata ekonomi rendah yang membutuhkan pekerjaan. Argumentasi ini tidak
seluruhnya benar, karena banyak dijumpai kelompok penduduk tidak bekerja karena
lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan pendidikannya dan mereka memilih tidak
bekerja dari pada asal kerja (F Foli, 1986). Di negara-negara maju, seorang pengangguran
memperoleh jaminan sosial dalam bentuk bantuan makan. Sebaliknya di negara berkembang,
seseorang agar bisa hidup harus bekerja sekalipun bekerja asal kerja, sehingga jumlah
pengangguran (terbuka) relatif kecil. Oleh sebab itu, fenomena pengangguran (terbuka) di
negara berkembang yang patut diwaspadai bagi stabilitas ekonomi sosial adalah
pengangguran terdidik (skilled unemployement). Kelompok ini jumlahnya tidak banyak tetapi
berpotensi menimbulkan kerusuhan atau krisis jika lapangan kerja yang ada ternyata tak
mampu menampung mereka. Mereka adalah kelompok terdidik, berpendidikan minimal
SLTA dan memiliki akses ekonomi, sosial, maupun politik (Widodo, 2009).
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat, Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di daerah itu pada Agustus 2011 sebesar 3,88 persen atau sebanyak 86,6 ribu
orang. Angka ini menunjukan terjadi penurunan dibanding Agustus 2010 sebesar 4,62
persen. Daerah dengan TPT tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 7,26 persen dan Kota
3
Singkawang 5,34 persen. Sementara TPT terendah di Kabupaten Kapuaten Kapuas Hulu 2,50
persen dan Kayong Utara 2,56 persen.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kalbar menurut hasil survei angkatan
kerja nasional (Sarkernas) Agustus 2011 sebesar 73.93 persen dengan angkatan kerja
sebanyak 2,23 juta orang. Angka ini lebih besar atau naik 0,76 point dibandingkan Agustus
2010 sebesar 73,17 persen. TPAK tertinggi terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu 77,48 persen
dan Sekadau 77,26 persen. Sedangkan yang terendah di Kota Pontianak 63,87 persen dan
Kota Singkawang 67,17 persen.
Penganggur terdidik sebenarnya memiliki potensi besar secara ekonomi. Dari segi
usia mereka pada umumnya muda (usia produktif), memiliki motivasi kuat untuk
menghasilkan output. Mereka juga mempunyai pemahaman bahwa lebih baik menganggur
dari pada asal bekerja, karena jika asal kerja mereka tidak akan berbeda dengan pekerja
informal. Selama menganggur mereka masih mampu menghidupi dirinya. Sebagai kelompok
penduduk yang terdidik, kesadaran politik sosial mereka cukup tinggi, dan cenderung kritis
tatkala melihat dan mengalami sendiri pasar kerja tidak berlangsung secara fair misalnya,
atau pemerintah selaku regulator tidak menjalankan peranannya dengan baik. Dengan
demikian, permasalahannya menjadi komprenhensif. Solusi secara parsial hanya
menghasilkan stabilitas sesaat dan akan berbahaya dimasa mendatang..
Salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran terutama pengangguran terdidik
adalah dengan mengembangkan industri kreatif di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat
mempunyai potensi pengembangan industri kreatif karena Kalimantan Barat memiliki
kombinasi yang baik antara talenta yang dimiliki oleh penduduknya dan banyaknya budaya
lokal yang mengakar kuat dalam masyarakat.
Perkembangan Industri kreatif di Indonesia sangat pesat Berdasarkan studi pemetaan
industri kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan Tahun 2007 diperoleh informasi
bahwa kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat pada lima
indikator utama, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan,
ekspor dan dampak terhadap sektor lain.
Menurut data Departemen Perdagangan, industri kreatif pada 2006 menyumbang Rp
104,4 triliun, atau rata-rata 4,75% terhadap PDB nasional selama 2002-2006. Jumlah ini
melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang memberikan
4
kontribusi paling besar nasional adalah fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan
(18%).
Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja
nasional yang hanya sebesar 0,54%. Namun, ia baru memberikan kontribusi ekspor sebesar
7%, padahal di negara-negara lain, seperti Korsel, Inggris dan Singapura, rata-rata di atas
30%.
Kedepan, ekonomi kreatif secara umum dan industri kreatif khususnya diyakini akan
menjadi primadona. Ada tiga alasan yang mendasari keyakinan tersebut, yaitu hemat energi
karena lebih berbasis pada kreativitas, lebih sedikit menggunakan sumber daya alam, dan
menjanjikan keuntungan lebih tinggi. Ketiga faktor di atas juga ditopang oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang belimpah. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 230
juta. Populasi yang berusia 15-29 tahun berkisar 40,2 juta atau hampir 18,4% merupakan
pasar yang sangat gemuk bagi produk-produk industri kreatif.
Berdasarkan data tersebut potensi perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
terutama Kalimantan Barat sangat besar, sehingga diharapkan Industri Kreatif dapat menjadi
solusi mengatasi pengangguran terutama penganguran terdidik di Kalimantan Barat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari pengangguran dan pengangguran terdidik?
2. Bagaimana gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat?
3. Apa faktor yang mempengaruhi tingginya pengganguran terdidik di Kalimantan Barat?
4. Apa yang dimaksud dengan Industri Kreatif?
5. Bagaimana perkembangan industri kreatif di Indonesia serta potensi perkembangannya
di Kalimantan Barat?
6. Bagaimana strategi pengembangan industri kreatif dapat mengurangi pengangguran
terdidik?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Memperoleh gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat
2. Mengetahui bagaimana peran industri kreatif dalam mengurangi pengangguran terdidik
3. Mengetahui strategi pengembangan industri sehingga dapat mengatasi pengangguran
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pengangguran dan Pengangguran Terdidik
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan
tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
Pengangguran Terdidik adalah seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi
negeri atau swasta dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para
penganggur terdidik biasannya dari kelompok masyarakat menengah ke atas, yang
memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran
terdidik sangat berkaitan dengan Masalah kependidikan di negara berkembang pada
umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik,
fasilitas, dan Kurangnya lapangan pekerjaan yang akan berimbas pada kemapanan sosial dan
eksistensi pendidikan dalam pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang tengah
berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui
pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan
bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan.
Dari total jumlah penduduk hanya sebagian yang bekerja, dan sebagian lainnya tidak
bekerja. Mereka yang bekerja adalah mereka yang berminat untuk bekerja, telah berusaha
mencari atau menciptakan pekerjaan, dan berhasil mendapatkan atau mengembangkan
pekerjaan. Sedangkan mereka yang tidak bekerja adalah mereka yang sedang berusaha
mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan tetapi belum berhasil, dan mereka yang berniat
untuk tidak bekerja. Mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha mendapatkan
(mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil mendapatkannya (menemukannya)
disebut pengangguran. Istilah pengangguran (unemployment) tidak berkaitan dengan mereka
yang berniat untuk tidak bekerja seperti siswa atau mahasiswa (sekalipun ada yang sambil
bekerja atau berusaha mencari pekerjaan sambil sekolah atau kuliah, mereka diasumsikan
tidak mencari pekerjaan), ibu rumah tangga yang sengaja memfokuskan diri untuk mengurus
keluarga, atau penduduk usia kerja yang karena kondisi fisik mereka tidak dapat bekerja
6
sehingga tidak mencari kerja (Djohanputro, 2006), Pengangguran merupakan salah satu
persoalan dalam pembangunan.
Pengangguran dapat dikelompokan menurut sumber atau penyebabnya.
Pengangguran menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara pencari kerja dengan
pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak
dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih
baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, jumlah pengangguran rendah dan
pekerjaan mudah diperoleh. Sedangkan pengusaha sulit memperoleh pekerja. Untuk itu
pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang akan mendorong para
pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari kerja baru yang lebih
tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari pekerjaan
baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.
2. Pengangguran Silikal
Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat
kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh.
Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong pengusaha
menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran
berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat mengalami penurunan.
Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai
hubungan juga akan mengalami kemerosontan dalam permintaan terhadap produksinya.
Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi
pekerja atau menutup perusahaannya, maka pengangguran akan bertambah.
3. Pengangguran Struktual
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh perubahan
struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian
akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini
ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor yaitu munculnya barang baru yang lebih
baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut, biaya pengeluaran
7
sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat
menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu
akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian
pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.
4. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan
mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun rumput telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian
lainnya. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat
lubah, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Di pabrik ada
kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang berlaku.
Menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu:
1. Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan
lowongan pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam
perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu
pekerjaan. Mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Pengangguran terbuka
dapat pula dikarenakan kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga manusia, atau akibat kemunduran perkembangan suatu
industri.
2. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena terlalu
banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga
kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Pengangguran ini
terutama terjadi di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan
tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor.
Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara
berkembang seringkali didapati jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih
8
banyak dari yang sebenarnya diperlukan agar ia dapat menjalankan kegiatannya dengan
efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi. Contohnya keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar
mengerjakan luas tanah yang sangat sempit. Contoh lain pengangguran tersembunyi
adalah orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau
tidak sepadan dengan kemampuannya.
3. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu
tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi di sektor pertanian
dan perikanan. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu di mana
kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan
masa menanam berikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa
menuai hasilnya adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Pada periode
tersebut banyak di antara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak
melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Jenis
pengangguran ini hanya sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu.
4. Pengangguran Setengah Menganggur
Kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang disertai
pertambahan penduduknya yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses
urbanisasi. Salah satu tujuan dari urbanisasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di
kota-kota. Tidak semua orang yang hijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekerjaan.
Banyak di antara mereka yang terpaksa menganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada
pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja
mereka lebih rendah dari jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga
dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari.
2.2. Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial
Berdasarkan teori Fungsional Struktural, masalah sosial timbul karena terjadinya
ketidak seimbangan lembaga-lembaga sosial sehingga menyebabkan fungsi lembaga-
lembaga tersebut terganggu. Pengangguran dalam hal ini, terjadi akibat kepincangan lembaga
ekonomi dan menimbulkan masalah bagi lembaga sosial.
9
Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada penyimpangan
norma-norma masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan masalah-masalah sosial
lainnya, seperti kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, premanisme, prostitusi, dan lain-
lain.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak
masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial. Suka atau tidak suka,
pengangguran selalu berkorelasi dengan kemiskinan yang identik dengan kebodohan,
kejahatan dan perilaku menyimpang lainnya. Indikator masalah social ini bisa dilihat dari
begitu banyaknya anak-anak yang orang tuanya menganggur, yang mulai turun ke jalan.
Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka
adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan
yang baik.
Ironisnya, apa yang terjadi saat ini adalah banyak para penganggur yang mencari
jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi
pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak
sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah
satu kelompok tertentu.. Belum lagi dengan semakin menjamurnya prostitusi di Indonesia,
sebuah pilihan hidup akibat himpitan ekonomi.
2.3. Gambaran Pengangguran di Kalimantan Barat
Berdasarkan data BPS /Sakernas tahun 2010 s/d 2014 tingkat pengangguran terbuka
di Kalimantan barat dapat digambar sebagai berikut :
Tabel.I .
Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat tahun 2010-2013
Tahun
Angkatan
Kerja
Bekerja Pengangguran
Tingkat
Pengangguran
Terbuka - TPT
(%)
2010 2,197,325 2,095,705 101,620 4.62
2011 2,233,195 2,146,572 86,623 3.88
2012 2,182,524 2,106,514 76,010 3.48
2013 2,140,166 2,053,823 86,343 4.03
Rata-Rata 4.01
Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Pada Tabel I menggambarkan tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat
selama 2010 s/d 2013 , dengan tingkat penggangguran rata-rata 4,01, selama beberapa tahun
10
dalam rentang waktu tahun 2010 s/d 2013 terlihat cenderung turun, pada tahun 2010 tingkat
pengangguran sebesar 4,62% atau sebanyak 101.620 orang, lalu pada tahun 2011 tingkat
pengangguran turun cukup signifikan menjadi 3,88% atau dengan jumlah pengangguran
sebanyak 86.623 orang, selanjutya pada tahun 2012 tingkat pengangguran turun lagi menjadi
sebesar 3,48% dengan jumlah pengangguran sebanyak 76.010 orang sedangkan pada tahun
2013 tingkat pengganguran naik menjadi 4,03 dengan jumlah pengganguran sebesar 86.343
orang. Mengenai data tingkat penggangguran pada tingkat Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 s/d 2013 dapat digambarkan pada tabel berikut
Tabel II
Tingkat Pengangguran Pada Kabupaten/Kota Kalimantan Barat 2010-2013
No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013
Rata-
rata
1 SAMBAS 4.53 2.99 3.11 3.03 3.42
2 BENGKAYANG 3.21 3.32 3.30 2.30 3.03
3 LANDAK 4.61 3.18 4.80 3.24 3.96
4 MEMPAWAH 7.80 3.35 4.67 5.66 5.37
5 SANGGAU 3.62 3.27 1.39 0.78 2.26
6 KETAPANG 3.90 3.70 1.95 4.70 3.56
7 SINTANG 2.35 3.38 2.05 2.24 2.51
8 KAPUAS HULU 2.25 2.50 1.58 2.09 2.10
9 SEKADAU 2.31 2.93 0.60 1.44 1.82
10 MELAWI 1.30 3.08 2.90 3.99 2.82
11 KAYONG UTARA 4.29 2.56 6.96 4.66 4.62
12 KUBU RAYA 6.20 4.52 6.06 9.26 6.51
13 PONTIANAK 7.79 7.26 5.35 6.12 6.63
14 SINGKAWANG 8.05 5.34 5.75 4.59 5.93
Kalimantan Barat 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01
Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Tabel II mengambarkan tingkat pengangguran pada Kabupaten/Kota Kalimantan
Barat tahun 2010-2013 , dimana berdasarkan data tersebut rata-rata tingkat pengangguran
terendah adalah Kabupaten Sekadau yaitu 1,82% dan tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar
6,63%. Berdasarkan data tersebut yang patut dicermati adalah pada posisi tiga besar tingkat
pengangguran tertinggi yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Singkawang.
Tingkat pengangguran di Kota Pontianak dan Kota Singkawang relatif lebih tinggi di
bandingkan dengan daerah kabupaten. Hal ini dikarenakan, sebagai daerah perkotaan tidak
11
bisa menghindari arus urbanisasi (migrasi), sehingga perkembangan jumlah penduduk yang
cepat diperkotaan tidak diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya
timbul pengangguran.
Tingkat pengangguran di Kota Singkawang dari tahun ke tahun mengalami
penurunan yang cukup signifikan singkawang dari 8.05% pada tahun 2010 menjadi 4,59%
pada tahun 2013 meskipun secara rata-rata diatas rata-rata provinsi, namun dari angka
tersebut terlihat keberhasilan Kota Singkawang dalam menekan angka pengangguran,
berbeda dengan Kabupaten Kubu Raya dimana tingkat pengangguran pada tahun 2013 naik
menjadi 9,26% , kenaikan tingkat pengangguran pada Kabupaten Kubu Raya terjadi karena
Kabupaten Kubu Raya sebagai kabupaten peyangga ibu kota provinsi tidak dapat
menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, sedangkan pertambahan angkatan kerja
terus bertambah seiring adanya urbanisasi (migrasi) karena ibu kota provinsi yaitu Kota
Pontianak yang semakin sempit.
Untuk daerah kabupaten yang sebagian besarnya tingkat pengangguran relatif rendah.
Walaupun dengan pendidikan yang relatif rendah, tersedianya sektor primer di pedesaan
yang untuk memasuki lapangan pekerjaan ini tidak dengan persyaratan khusus, sehingga
mempermudah penduduk untuk bekerja, dengan demikian tingkat pengangguran kabupaten
lainnya relatif lebih rendah.
Selanjutnya data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan pada tahun 2010-2013 pada Kalimantan Barat dapat digambar sebagai berikut
Tabel III
Tingkat Pengangguran berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di
Kalimantan Barat
No.
Pendidikan Tertinggi yang
ditamatkan
Tingkat Pengangguran
(%)
Rata-rata
(%)
2010 2011 2012 2013
1 Tidak/Belumpernahsekolah 1.88 2.23 0.77 1.27 1.54
2 Tidak/BelumTamatSD 2.20 1.54 1.63 2.10 1.87
3 SekolahDasar 2.96 2.06 2.77 2.55 2.58
4 SLTP Umum 5.19 5.50 4.65 3.93 4.82
5 SLTP Kejuruan 2.66 4.14 1.37 0.00 2.04
6 SMA 9.22 9.19 7.07 9.14 8.65
7 SMK 10.99 5.40 6.88 8.53 7.95
8 DiplomaI/II 1.57 1.99 2.60 1.27 1.86
12
9 DiplomaIII/ Akademi 9.54 4.12 3.94 4.90 5.63
10 DiplomaIV / Universitas 14.67 8.36 2.86 5.21 7.77
Jumlah 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01
Diolah dari sumber : BPS BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013)
Tabel III menggambarkan tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, berdasarkan data tersebut tingkat pengangguran dengan rata-rata tertinggi
terjadi pada tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dengan persentase rata-rata 8,65% dan 7,95% disusul dari tamatan
Universitas/Diploma IV sebesar 7,77% dan tamatan Diploma III/Akademi sebesar 5,63%.
Hal menggambarkan bahwa tingkat pengangguran rata-rata tertinggi berasal dari
pengangguran terdidik dimana tamatan pendidikan tertinggi minimal adalah Sekolah
Menengah Atas atau Kejuruan hingga perguruan tinggi.
Tingginya tingkat pengangguran terdidik mengindikasikan setiap tahun SMA/SMK
dan Universitas meluluskan para siswa dan sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak
semua lulusan sekolah dan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja, permasalahan
pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non terdidik, justru lebih
kompleks pengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja
disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik apalagi yang berasal dari universitas
dengan bekal ilmu yang dimiliki menginginkan bekerja disektor formal agar mendapat gaji
tinggi dan prestise di tengah masyarakat.
2.4. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya pengangguran terdidik
Menurut Moelyono dalam Sutomo, dkk (1999), menyatakan bahwa meningkatnya
pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan
maka makin tinggi pula aspirasinya untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja
yang lebih sesuai dengan keinginan, sehingga proses untuk mencari kerja lebih lama pada
kelompok pencari kerja terdidik disebabkan tenaga kerja terdidik lebih banyak mengetahui
perkembangan informasi di pasar kerja, dan lebih berkemampuan untuk memilih pekerjaan
yang diminati dan menolak pekerjaan yang tidak disukai.
Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan
pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan
jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas baik umum
13
maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang
ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja, bukan
pencipta kerja. Padahal, untuk menjadi seorang lulusan yang siap kerja, mereka perlu
tambahan keterampilan di luar bidang akademik yang mereka kuasai. Selain itu terdapat
penyebab lain yang membuat tingginya pengangguran terdidik yaitu:
1. Para pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka maunya
bekerja di tempat yang langsung menempatkan mereka di posisi yang enak, dapat
banyak fasilitas, dan maunya langsung dapat gaji besar.Padahal dewasa ini lapangan
kerja di sektor formal mengalami penurunan,hal itu disebabkan melemahnya kinerja
sektor riil dan daya saing Indonesia, yang menyebabkan melemahnya sektor industri
dan produksi manufaktur yang berorientasi ekspor. Melemahnya sektor riil dan daya
saing Indonesia secara langsung menyebabkan berkurangnya permintaan untuk
tenaga kerja terdidik, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran
terdidik. Dengan kata lain, persoalan pengangguran terdidik muncul karena adanya
informalisasi pasar kerja. Sebenarnya Sektor pertanian, kelautan, perkebunan, dan
perikanan adalah contoh bidang-bidang yang masih membutuhkan tenaga ahli.
Namun para sarjana tak mau bekerja di tempat-tempat seperti itu dan mereka
umumnya juga tidak mau memulai karier dari bawah.
2. Ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi
penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga
kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi
status, atau masalah keahlian khusus.
3. Semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang
aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang
beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih besar
daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980),
yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara
lain disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan
demikian angkatan kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat
pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
14
4. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal (tenaga kerja terdidik yang
jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di
sektor formal yang jumlahnya relatif kecil).
5. Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan memperoleh
lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar
menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Kemudian faktor
gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau universitas memilih menganggur
karena tidak sesuai dengan bidangnya.
6. Rendahnya kualitas lulusan baik dari tingkat akademi ataupun universitas. Lulusan
yang memiliki kualitas tidak terlalu bagus menyebabkan ketika seorang lulusan tidak
mampu mendapatkan pekerjaan sesuai harapan dan tingkat pendidikan maupun
jurusan keilmuan yang diambilnya maka ia tidak mampu mendirikan atau
menciptakan sebuah usaha yang mampu menyerap dirinya maupun orang lain ke
dalam lapangan pekerjaan.
7. Budaya malas juga sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran
sarjana di Indonesia.
8. Meningkatnya angka pengangguran terdidik di perkotaan juga disebabkan karena
ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja.
Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak
terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota
maupun secara sektoral. Selain itu, lulusan sarjana dari daerah pedesaan juga banyak
yang berurbanisasi ke kota besar untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
ijazahnya namun faktanya tidak semua lulusan sarjana tersebut mendapat pekerjaan
sesuai yang ia inginkan dan akhirnya hanya menambah jumlah pengangguran terdidik
di perkotaan.
9. Banyak pemuda “menggantungkan” nasibnya pada CPNS, padahal menjadi PNS
bukanlah udara segar menjamin kemakmuran hidup. Karena kenyataanya, banyak
PNS miskin dan belum mampu memenuhi kehidupan layak bagi keluarga mereka.
Untuk menangani masalah pengangguran terdidik perlu solusi jangka panjang
mengingat jumlah pengangguran terdidik semkain meningkat tiap tahunnya. Salah satu cara
15
untuk menangani masalah pengangguran terdidik ini adalah dengan menumbuhkan jiwa
kewirausahaan melalui pendidikan formal, maupun melalui pelatihan-pelatihan informal,
sehingga dengan tumbuhnya jiwa kewirausahaan dapat mengubah mindset dari mencari
pekerjaan menjadi membuat pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki.
Para penggangguran terdidik dapat menjalankan kewirausahaan yang salah satunya adalah
Industri kreatif, karena potensi pengembangan industri kreatif di Kalimantan barat sangat
besar karena daerah kita memiliki berbagai macam budaya dan kekayaan tradisi dengan
keunikan-keunikan nya serta sumber daya alam melimpah dan sumber daya manusia yang
terdidik.
2.5. INDUSTRI KREATIF
Sekarang ini kita sedang menuju pada era kreatif yang ditandai dengan berkembangnya
industri kreatif yang menggunakan ide dan keterampilan individu sebagai modal utama. Jadi,
industri kreatif tak lagi sepenuhnya mengandalkan modal besar dan mesin produksi. Menurut
John Howkins, dalam bukunya The Creative Economy, orang-orang yang memiliki ide akan
lebih kuat dibandingkan orang-orang yang bekerja dengan mesin produksi, atau bahkan
pemilik mesin itu sendiri
Menurut buku Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025, definisi industri kreatif sering
kali merujuk pada UK Department for Culture, Media, and Sport (DCMS) Task Force 1998,
lembaga yang mengelola industri kreatif di Inggris. Departemen Perindustrian RI pun
kemudian menggunakan definisi yang hampir serupa. Industri kreatif di Indonesia
kemudian didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Pengembangan industri kreatif di Indonesia dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kementerian ini bekerja melalui Sekretariat Jenderal,
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran
Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya, Direktorat Jenderal
Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK, Inspektorat Jenderal, serta Badan
Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
16
Klasifikasi industri kreatif bagi menjadi 15 subsektor industri kreatif. klasifikasi industri
kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industry kreatif yang dilakukan oleh
DCMS Inggris, yang disesuikan dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
)tahun 2005. Ke-15 subsektor tersebut adalah:
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan
distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi
iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik,
tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan
radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet,
edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau
samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha) 5 digit; 73100
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi
baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape
architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur
taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit;
73100
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-
barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui
lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan,
kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi
produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal
sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan
yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu,
kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain,
marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi
dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
17
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior,
desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset
pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki,
dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya,
konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi
video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di
dalamnya manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik,
tata suara, penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan
distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan
edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-
mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan
konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian
kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik
etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata
pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan
kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko,
materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat
berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga
mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro
film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan
18
data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain
dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan
piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan
lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan
station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang
menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan
tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru,
alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar;
termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan
bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan
ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan
produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di
pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas
Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar
negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki
warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber
keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan
pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali
menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan
pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati
masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha
rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan
ketoprak.
19
Industri kreatif diyakini mempunyai kontribusi signifikan untuk meningkatkan
perekonomian suatu bangsa. Di semua negara, termasuk Indonesia berusaha
mengembangkan industri berbasis industri kreatif, karena mampu menyumbang pundi-pundi
negara melalui Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di Indonesia sepanjang tahun 2008
setidaknya industri kreatif ini menyerap sekitar 5 juta orang tenaga kerja, dengan kontribusi
PDB sekitar 6,3 persen. (Koran Tempo, 8 Agustus 2008).
Bagi bangsa Indonesia yang memiliki keragaman sosial kultural yang dapat dikemas
menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan industri kreatif sekaligus dapat dijadikan
sentra ekonomi rakyat menuju kompetisi pasar global. Ini merupakan pasar potensial dan
menjanjikan sebagai peluang kewirausahaan industri kreatif.
Dari 14 sektor industri kreatif yang dianggap bagian dari ekonomi kreatif yakni,
periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, film/video dan
fotografi, permainan interaktif, musik, seni, pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan
komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, serta riset dan pengembangan ,pada tahun
2006 saja industri kreatif mampu memberikan kontribusi 6,3 persen terhadap perekonomian
nasional sebesar Rp.104,6 triliun. Selanjutnya sebanyak 5,8 persen terhadap penyerapan
tenaga kerja, 10,6 persen terhadap ekspor, 6,1 persen dari jumlah perusahaan. Sementara,
persentase paling besar di sektor fashion sebanyak 44 persen, kerajinan 27,7 persen, desain
7,03 persen, dan periklanan 6,8 persen.
Melihat potensi tersebut, menunjukkan betapa besar prospek yang dimiliki industri
kreatif dalam menanggulangi pengangguran dan kemiskinan, yang kiranya akan jauh lebih
baik bila dukungan pemerintah lebih serius lagi, dalam hal ini Kementerian Perdagangan,
sebab industri kreatif memberikan harapan baru akan munculnya suatu usaha atau kegiatan
ekonomi yang lebih banyak mengandalkan sentuhan kreatif yang membawa ke level
kehidupan lebih baik. Selain itu produktivitas sektor industri kreatif lebih tinggi dari
keseluruhan produktivitas tenaga kerja nasional, karena ekonomi kreatif membawa segenap
talenta, bakat, dan hasrat individu untuk menciptakan “nilai tambah” melalui hadirnya
produk/jasa kreatif.
Pada dasarnya pertumbuhan industri kreatif didorong oleh kapitalisasi kreativitas dan
inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa dengan kandungan kreatif. Intinya, kandungan
20
kreatif yang tinggi terhadap masukan dan keluaran aktivitas ekonomi ini. Istilah industri
kreatif memang masih relatif baru. Maka, tak heran kalau pengertiannya belum didefinisikan
secara jelas. Secara umum dapat dikatakan bahwa industri kreatif adalah sistem kegiatan
manusia kelompok atau individu yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi,
pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, estetika, intelektual
dan emosional bagi para pelanggan di pasar.
2.6. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia dan Kalimantan Barat
2.6.1. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia
Perkembangan industri kreatif Indonesia mulai signifikan, dankian memiliki
keragaman yang akhirnya mampu membentuk pasar sendiri baik di dalam maupun di luar
negeri. Kondisi ini secara signifikan memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang
juga kian besar, tak hanya mendatangkan devisa dan mendorong pertumbuhan tapi juga
mampu menyerap tenaga kerja.
Saat ini sumber daya alam baik berupa migas, kehutanan, maupun kelautan sudah
kian menipis. Maka, industri jasa dan industri kreatif akan menjadi tumpuan di masa depan.
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar menyumbang perekonomian nasional dan
penyerapan tenaga kerja.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri kreatif merupakan salah satu
pilar dalam membangun ekonomi nasional, karena mampu menciptakan sumber daya
manusia yang berdaya saing di era globalisasi, sekaligus menyejahterakan masyarakat, yang
membuatnya dipandang sangat strategis.
"Perkembangan ekonomi kreatif menunjukkan gambaran yang positif, di mana sektor
ini tumbuh 5,76 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74
persen, dengan nilai tambah sebesar Rp 641,8 triliun atau 7 persen dari PDB nasional," kata
Menperin. Dari sisi tenaga kerja, lanjutnya, sektor ini mampu menyerap 11,8 juta tenaga
kerja atau 10,7 persen dari angkatan kerja nasional, diikuti dengan jumlah unit usaha
mencapai angka 5,4 juta unit atau 9,7 persen dari total unit usaha. Sementara itu, aktivitas
ekspor industri ini pun baik, yakni mencapai Rp118 triliun atau 5,7 persen dari total ekspor
nasional. Dari 15 subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan, terdapat tiga subsektor
yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDB, yaitu kuliner sebesar Rp209 triliun atau
32,5 persen, fesyen sebesar Rp182 triliun atau 28,3 persen dan kerajinan sebesar Rp93 triliun
21
atau 14,4 persen. Melihat lebih dalam pada kinerja ekspor industri fesyen dan kerajinan,
ekspor industri fesyen mencapai Rp76,7 triliun atau meningkat 8 persen dibandingkan tahun
2012. Sejalan dengan fesyen, pada industri kerajinan pun terdapat peningkatan kinerja ekspor
yakni mencapai Rp21,7 triliun atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh INSEAD dalam mengukur Indeks Inovasi
Global tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat 87 dari 126 negara, meningkat dari
peringkat 99 di tahun 2012. Meskipun Indonesia telah menunjukkan peningkatan, negara-
negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand masih tetap unggul, dengan peringkat 71 dan
48 masing masing. Namun demikian, upaya pemerintah telah membawa peringkat ekspor
barang kreatif Indonesia bertumbuh secara dramatis dari peringkat 85 di tahun 2013 menjadi
peringkat 25 di tahun 2014. di tengah kelesuan bisnis sektor lain, khususnya bisnis komoditas
(batu bara, karet, batu bara dan lain-lain), juga tekstil, sektor industri kreatif tetap positif
perkembangannya Rata-rata pertumbuhan di sektor ini 7-10 persen (2000-2015)
Industri kreatif domestik juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Memasuki era
pasar bebas ASEAN akhir 2015, industri kreatif dalam negeri harus bersaing dengan produk-
produk impor dengan harga dan kualitas yang kompetitif, khususnya produk-produk dari
Singapura, Malaysia dan Thailand. Dalam persaingan industri kreatif ASEAN, Thailand dan
Vietnam kerap disebut memiliki karakteristik paling serupa dengan Indonesia. Berbeda
dengan Singapura yang memiliki kekuatan di bidang teknologi dan Malaysia yang seimbang
dalam hal teknologi serta inovasi budaya.
Karena itu perlu disusun sebuah kode etik agar persaingan menjadi fair dan
kompetitif serta saling menghargai keunggulan industri kreatif masing-masing negara
terutama di kawasan Asean. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan
kenaikan jumlah masyarakat berpendapatan menengah menjadikan Indonesia sebuah pasar
yang sangat menarik, tidak hanya bagi negara-negara di kawasan ASEAN, tetapi juga negara
lain seperti Jepang, Korea, China, dan Eropa. Karena itu, industri kreatif ini sangat
bergantung pada kualitas SDM. Bonus demografi di Indonesia dapat mendorong
berkembangnya industri kreatif asal diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM.
Faktor lainnya adalah menciptakan brand image produk lokal. Strategi marketing dan
branding produk industri kreatif Indonesia perlu ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan
nilai tambah dan berdaya saing. Salah satu langkah untuk memperkuat posisi pemain lokal
22
adalah melalui ajang FGD Expo. Karena dengan mengedepankan empat pilar yaitu Printing,
Packaging, Promotion dan Publishing ajang ini akan semakin mempercepat dan memperkuat
daya saing industri kreatif Indonesia
2.6.2. Potensi Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat
Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat saat ini cukup potensial dengan
sering diadakannya expo produk-produk lokal yang melibatkan kalangan pelaku industri
kreatif, dan baru-baru ini diadakan sebuah expo dipontianak yamg di ikuti oleh komunitas-
komunitas kreatif di Pontianak maupun seluruh daerah di Kalimantan Barat. Subsektor dari
industri kreatif yang telah berkembang di Kalimantan Barat antara lain :
1. Sektor kerajinan : Kekayaan budaya dan sumber daya alam di Kalimantan Barat
menjadi modal besar yang menjadikan sektor kerajinan berkembang pesat,
kerajinan yang menjadi unggulan di Kalimantan Barat antara lain :
 Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya : Tenun
Daerah Sambas Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten
Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik ) Tenun Ensaid Panjang Kabupaten
Sintang ( Dayak Desa / Ibanik) Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk /
Kelompok Ibanik ),
 Keramik di Singkawang
 Kerajinan Anyam Manik
 Anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju
Manik dan baju Burik)
 Kerajinan Anyam Rotan atau bamboo Bakul, keranjang, ambinan, dsb.
tersebar di Pontianak, Kapuas Hulu, dan Sintang
Barang kerajianan tersebut biasanya di jual di pasar lokal sebagai
cendaramata khas daerah sebagai penunjang pariwisata, sedangkan sebagian
ada yang sudah menjadi produk yang di ekspor ke mancanegara.
2. Sektor seni pertunjukan: pada sektor ini menjadi daya tarik pariwisata di
Kalimantan Barat , Seperti Festival Cap Go Meh, dan Pertunjukan Tarian-Tarian
Daerah
3. Kuliner : Beraneka ragamnya kuliner khas daerah Kalimantan Barat menjadikan
sektor kuliner ini akan terus berkembang
23
4. Video,Film dan Fotografi : Sepanjang tahun 2015 geliat perfilman lokal di
Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain
penggiat film terdahulu yang tetap aktif, banyak pula sutradara muda yang baru
muncul dan menggarap filmnya secara serius. Media apresiasi juga semakin
terbuka, antusias masyarakat pun meningkat, banyak film yang diproduksi dan
diapresiasi tinggi oleh masyarakat. Selain itu sutradara Kalbar yang berhasil
menggarap film bioskop skala nasional. Film berjudul Pontianak Untold Story
(Pontien) yang bertema horor itu digarap sineas muda asal Pontianak Agung
Trihatmodjo. Mengangkat tentang sejarah dan asal mula Kota Pontianak, serta
melibatkan tiga artis jaminan box office ibukota
Selain sektor industri kreatif diatas masih banyak sektor lainnya yang sedang
berkembang yang sangat diminati oleh anak muda terdidik antara lain Musik, dan fashion,
dibutuhkan peran pemerintah untuk mengembangkan industri kreatif ini diantara adalah
memberi pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar dalam usaha mengembangkan Industri
Kreatif dapat di kemas secara menarik dan memiliki daya jual / komersil yang tinggi.
2.7. Strategi Pengembagan Industri Kreatif
Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 diarahkan pada pencapaian visi
“Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia“, dengan misi
“Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan
Nasional” untuk:
1) Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan domestik bruto
Indonesia;
2) Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang
mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer;
3) Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru
di industri kreatif
4) Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif;
Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi &
generasi yang akan datang;
5) Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan
dan warisan budaya nusantara;
24
6) Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial;
Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara (national
branding) Indonesia di mata dunia Internasional.
Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut, atas pertimbangan sinkronisasi
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan
pertimbangan karakteristik Industri Kreatif Indonesia, pengembangan industri kreatif di
Indonesia dibagi menjadi 2 tahap utama, yaitu: tahap penguatan (2008-2014); dan tahap
akselerasi (2015-2025). Beberapa indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi
ekonomi kreatif pada tahap akselerasi (2025) adalah
1. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB mencapai mencapai 9-11% dari PDB riil
nasional;
2. Kontribusi ekspor industri kreatif mencapai 12-13% dari ekspor nasional, dengan
nilai nominal sekitar Rp. 500 triliun;
3. Kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif terhadap tenaga kerja nasional
pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah pekerja sekitar 12,3
juta;
4. Pertumbuhan paten, hak cipta, merek, desain industri, yaitu masing-masing sebesar
4%, 38,94%, 6% dan 39,7%;
5. Menumbuhkembangan 10 kawasan kreatif potensial di wilayah Indonesia;
6. Terdapat tambahan 525 merek lokal yang terpercaya dan telah secara legal terdaftar
di Dirjen HKI Indonesia dan juga di kantor paten negara tujuan ekspor.
Upaya pengembangan industri kreatif tidak terlepas dari model pengembangan
ekonomi kreatif. Setidaknya terdapat 6 (Enam) pilar dalam model pengembangan ekonomi
kreatif di Indonesia, yaitu:
1. Sumber daya insani (people) : Sumber daya insani modal utama dalam industry
kreatif, sehingga sumber daya insani ini harus di tumbuhkan talenta kreatif agar
industry kreatof ini semakin berkembang
2. Industry. Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan
produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara
atau area tertentu. Industri yang menjadi perhatian dalam pilar ini khususnya adalah
industri kreatif atau aktivitas para pelaku industri kreatif.
25
3. Technology. Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas balk material dan
non material, yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mental atau fisik untuk
mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain, teknologi bukan hanya mesin ataupun alat
bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau
metode-metode, atau aktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. Teknologi ini
akan merupakan enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata.
4. Resources. Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan
dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas yang dimiliki oleh
sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri kreatif ini. Sumber daya
meliputi sumber daya alam, material maupun ketersediaan lahan yang menjadi input
penunjang dalam industri kreatif.
5. Institution. Institution dalam pilar pengembangan industri kreatif dapat didefinisikan
sebagai tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma, adat,
aturan, serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial ini bisa bersifat informal, seperti
sistem nilai, adat istiadat, atau norma, maupun bersifat formal dalam bentuk peraturan
perundang-undangan.
6. Financial Intermediary. Lembaga intermediasi keuangan adalah lembaga yang
beperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan, balk
dalam bentuk modal/ekuitas mapun pinjaman/kredit. Lembaga intermediasi keuangan
merupakan salah satu elemen penting untuk untuk menjembatani kebutuhan keuangan
bagi pelaku dalam industri kreatif.
Berdasarkan indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi ekonomi kreatif
pada tahap akselerasi (2025) yaitu kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif
terhadap tenaga kerja nasional pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah
pekerja sekitar 12,3 juta. maka industry kreatif ini dapat menjadi satu solusi dalam mengatasi
pengangguran terdidik, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah menyusun road
map dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola pikir dan moodset kreatif yang
didukung oleh talenta dan pekerja kreatif maka disusun arah kebijakan dan strategi yang
disajikan pada tabel berikut:
26
Tabel. IV
Arah Kebijakan & Strategi dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola
pikir dan moodset kreatif yang didukung oleh talenta dan pekerja kreatif
No Arah Kebijakan Strategi
1. Peningkatan jumlah SDM
kreatif yang berkualitas secara
berkesinambungan (sustainable)
dan tersebar merata
(widespread) di wilayah
nusantara
a) Meningkatkan anggaran pendidikan nasional
sesuai amanat undang‐undang &
mengupayakan proporsi yang signifikan bagi
peningkatan kreativitas
b) Melakukan kajian tentang kurikulum
berorientasi kreativitas & pembentukan
entrepreneurship terhadap tumbuhnya
kreativitas anak didik dan melakukan revisi
sesuai kebutuhan
c) Melakukan kajian tentang kurikulum
berorientasi kreativitas & pembentukan
entrepreneurship terhadap tumbuhnya
kreativitas anak didik dan melakukan revisi
sesuai kebutuhan
d) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional
lewat kurikulum yang berorientasi kreativitas
& pembentukan entrepreneurship
e) Membangun akses pertukaran informasi &
pengetahuan (knowledge sharing) di
masyarakat lewat ruang publik baik secara
fisik maupun maya, dalam skala nasional
maupun internasional
2. Peningkatan jumlah dan
perbaikan kualitas lembaga
pelatihan dan talenta kreatif
a) Membangun lembaga tinggi seni budayadan
ilmu pengetahuan & teknologidi propinsi-
propinsi yang talenta kreatifnya tinggi tapi
belum terwadahi
b) Memperbaiki infrastruktur dan kualitas
27
pengajaran di lembaga pendidikan yang telah
ada namun mengalami kendala keuangan,
infrastruktur dan tenaga pengajar
c) Membangun mekanisme public‐private,
partnership antara pemerintah dan industry
kreatif yang atraktif untuk mengembangkan
pendidikan berkualitas dengan sumber dana
masyarakat/swasta
d) Mendorong (memberikan insentif &
kemudahan) pihak swasta untuk membangun
lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas,
berbiaya terjangkau dan bernilai guna
e) Menciptakan link and match antara lulusan
pendidikan tinggi dengan sektor industri
kreatif yang membutuhkan
f) Menjamin sistem standardisasi mutu
pendidikan tinggi dengan evaluasi yang
berkala, efektif dan obyektif
3. Penekanan komitmen dan
Political will Pemerintah untuk
meningkatkan penghargaan
masyarakat terhadap insan
kreatif sebagai profesi yang
membawa nilai tambah secara
ekonomi & sosial
a) Memberi dukungan bagi insan kreatif
berbakat yang mendapat kesempatan di dunia
internasional
b) Memberikan dukungan pada kegiatan dan
organisasi seni budaya dan iptek yang
berperan dalam industri kreatif
c) Menyelenggarakan acara dan program yang
menggali mengangkat dan mempromosikan
talenta kreatif yang ada di masyarakat
d) Mengupayakan mekanisme remunerasi, yang
proporsional yang membuat angkatan kerja
tertarik pada profesi dalam industri kreatif
e) Membangun mekanisme kemitraan antara
28
insan kreatif terkemuka dan yang potensial
untuk dikembangkan lewat proses mentoring
4. Peningkatan jumlah entrepreneur
kreatif secara signifikan
sehingga mendorong tumbuhnya
lapangan kerja kreatif
a) Mendukung para entrepreneur kreatif yang
membutuhkan kemudahan dalam memulai
dan menjalankan usaha, baik dari aspek
permodalan, perijinan maupun pemasaran
b) Mendorong para wirausahawan sukses untuk
berbagi pengalaman, keahlian dan
dukungannya pada potensi wirausahawan
yang ada di pendidikan tinggi lewat studium
generale, seminar, mentoring dan pelatihan
c) Membangun mekanisme kemitraan antara
pelaku bisnis sebagai wadah business
coaching
5. Pengakuan dunia internasional
terhadap kualitas insan kreatif
Indonesia yang kiprahnya
secara langsung maupun tidak
langsung dapat dirasakan oleh
bangsa Indonesia
a) Membangun basis data talenta kreatif
Indonesia di berbagai belahan dunia dan
mempromosikan secara aktif prestasi dan
cerita sukses insan kreatif Indonesia di
dalam dan luar negeri
b) Memfasilitasi jejaring antar para talenta
kreatif Indonesia di mancanegara untuk
terjadinya knowledge sharing
c) Mendorong terjadinya kerjasama, sharing
pengetahuan dan karya bersama antar para
talenta kreatif Indonesia di mancanegara
dengan di dalam negeri
d) Memfasilitasi talenta kreatif dari
mancanegara untuk datang ke Indonesia
dengan tujuan sebagai sumber belajar dan
bertukar informasi lewat mekanisme
penghargaan yang proporsional
29
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Pengangguran terdidik di Kalimantan Barat terbilang tinggi berdasarkan data
BPS dari 2010 s/d 2013 rata-rata tingkat pengangguran pada tamatan SMA/SMK –
Sarjana/ universitas berkisar kurang lebih 7-8% hal ini disebabkan kurang selarasnya
perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak
sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang
pendidikan atas baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke
dalam lapangan pekerjaan yang ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya
menghasilkan pencari kerja, bukan pencipta kerja. Oleh karena itu pemerintah sekarang
sedang berusaha mengembangkan Industri Kreatif sebagai solusi mengatasi
pengangguran, Pengembangan industri kreatif sangat potensial di Kalimantan Barat
karena daerah ini memiliki berbagai macam budaya dan tradisi yang merupakan ciri
daerah yang apabila di kemas dengan baik akan memiliki daya jual/komersial yang
tinggi, untuk itu di butuhkan peran pemerintah untuk menumbuhkan talenta –talenta
kreatif di Kalimantan Barat dimana talenta-talenta tersebut merupakan modal utama
dalam mengembangkan Industri Kreatif yang dapat mengangkat potensi- potensi daerah
yang ada di Kalimantan Barat melalui pelatihan-pelatihan serta kurikulum pendidikan
yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan serta kreatifitas.
3.2. Saran
Saran utama yang disampaikan ditujukan secara khusus kepada Biro Pusat Statistik,
Sebagai badan yang sudah mapan dalam perhitungan kontribusi-kontribusi ekonomi,
maka Biro Pusat Statistik sebaiknya melakukan perhitungan kontribusi ekonomi industri
kreatif secara rutin, baik tahunan maupun triwulanan agar tersedia data atas
perkembangan Industri Kreatif di seluruh Indonesia.
30
DAFTAR PUSTAKA
Yarlina Yacoub, 2014, Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Wurdiyanti Yuli Astuti, 2014, Pengangguran Terdidik di Perkotaan
Eddy Jusuf, 2010, Industri Kreatif Solusi Pengangguran dan Kemiskinan
Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Kabupaten/Kota
danMenurut Provinsi dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di
Kalimantan Barat, 2010-2013
Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kalimantan
Barat, 2010-2013
Biro Pusat Statistik, Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK
dan TPT di Kalimantan Barat, 2010–2013
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Industri Kreatif Indonesia Tahun 2009
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Pengembangan Ekonomi Kreatf
Indonesia 2025

More Related Content

What's hot

Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanInas Intishar
 
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan ppt
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan pptPermintaan, penawaran, dan harga keseimbangan ppt
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan pptIntan Saktia
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)M Abdul Aziz
 
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaPerbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaQuinta Nursabrina
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanianNursyidah alit
 
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde PelangiPPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde PelangiYesica Adicondro
 
Proposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessProposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessCyberSpace
 
Bisnis Plan Ayam Geprek
Bisnis Plan Ayam GeprekBisnis Plan Ayam Geprek
Bisnis Plan Ayam GeprekAdam Rifaldi
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMagdalena Palma Renia
 
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Ibnu Kurniawan Soetomo
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptsiti aisah
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesiaSugeng Budiharsono
 
Proposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong RumahanProposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong RumahanYenny Agustin
 
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianFungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianOpissen Yudisyus
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategiknasruddien
 
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraKetahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraRatri nia
 

What's hot (20)

Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan ppt
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan pptPermintaan, penawaran, dan harga keseimbangan ppt
Permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan ppt
 
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
Hasil Observasi UMKM Kedai T-Minul - Manajemen Koperasi dan UMKM (Laporan)
 
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurnaPerbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
Perbedaan pasar monopoli dan pasar persingan sempurna
 
Peran sektor pertanian
Peran sektor pertanianPeran sektor pertanian
Peran sektor pertanian
 
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde PelangiPPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
 
Proposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - businessProposal Business Plan - business
Proposal Business Plan - business
 
Ppt pkm k
Ppt pkm kPpt pkm k
Ppt pkm k
 
Bisnis Plan Ayam Geprek
Bisnis Plan Ayam GeprekBisnis Plan Ayam Geprek
Bisnis Plan Ayam Geprek
 
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
 
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
Koperasi (permasalahan koperasi & solusi)
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesia
 
Proposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong RumahanProposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
Proposal Usaha Toko Kelontong Rumahan
 
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomianFungsi & peranan uang dalam perekonomian
Fungsi & peranan uang dalam perekonomian
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
 
Ppt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasionalPpt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasional
 
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela NegaraKetahanan Nasional dan Bela Negara
Ketahanan Nasional dan Bela Negara
 
Pemilihan Portofolio
Pemilihan PortofolioPemilihan Portofolio
Pemilihan Portofolio
 

Viewers also liked

Pentingnya Industri Kreatif Skala Lokal
Pentingnya Industri Kreatif Skala LokalPentingnya Industri Kreatif Skala Lokal
Pentingnya Industri Kreatif Skala LokalDepok Creative
 
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesiaPengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesiaTogar Simatupang
 
Citi accelerating pathways survey
Citi accelerating pathways surveyCiti accelerating pathways survey
Citi accelerating pathways surveyDita Firdiana
 
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU)
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU) Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU)
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU) Dita Firdiana
 
Industri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa BaratIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa BaratTogar Simatupang
 
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...Jiantari Marthen
 
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...CATUR FEBRI
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguranMakalah pengangguran
Makalah pengangguranNeo Fakhlur
 
Makalah seni rupa terapan
Makalah seni rupa terapanMakalah seni rupa terapan
Makalah seni rupa terapanWarnet Raha
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguran Makalah pengangguran
Makalah pengangguran melly lydea
 
Makalah ekonomi indonesia
Makalah ekonomi indonesiaMakalah ekonomi indonesia
Makalah ekonomi indonesiaDini Sri Rahayu
 
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019Andrie Trisaksono
 
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019Dadang Solihin
 
Makalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasiMakalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasivitalfrans
 
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025Andrie Trisaksono
 
Carta de Atenas
Carta de AtenasCarta de Atenas
Carta de AtenasAline Naue
 

Viewers also liked (20)

Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
Wirausaha Mengurangi Pengangguran dan Menambah Kesempatan Kerja
 
Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa
 
Pentingnya Industri Kreatif Skala Lokal
Pentingnya Industri Kreatif Skala LokalPentingnya Industri Kreatif Skala Lokal
Pentingnya Industri Kreatif Skala Lokal
 
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesiaPengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
 
Citi accelerating pathways survey
Citi accelerating pathways surveyCiti accelerating pathways survey
Citi accelerating pathways survey
 
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU)
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU) Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU)
Revitalisasi Jejaring Lapangan Kerja Bagi Kaum Muda Indinesia (JEJAKMU)
 
Industri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa BaratIndustri Kreatif Jawa Barat
Industri Kreatif Jawa Barat
 
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 0...
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguranMakalah pengangguran
Makalah pengangguran
 
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...
Makalah PASAR TENAGA KERJA DIMANA TERJADI PROSES PERTEMUAN LOWONGAN KERJA DAN...
 
Makalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasiMakalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasi
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguranMakalah pengangguran
Makalah pengangguran
 
Makalah seni rupa terapan
Makalah seni rupa terapanMakalah seni rupa terapan
Makalah seni rupa terapan
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguran Makalah pengangguran
Makalah pengangguran
 
Makalah ekonomi indonesia
Makalah ekonomi indonesiaMakalah ekonomi indonesia
Makalah ekonomi indonesia
 
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019
Rencana Aksi Jangka Menengah Ekonomi Ereatif 2015-2019
 
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019
Renstra Badan Ekonomi Kreatif 2015-2019
 
Makalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasiMakalah manajemen operasi
Makalah manajemen operasi
 
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025
 
Carta de Atenas
Carta de AtenasCarta de Atenas
Carta de Atenas
 

Similar to INDUSTRI KREATIF SOLUSI

Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaResuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaFahmy Metala
 
PENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIAPENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIADivaAudrey
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanDede Adi Nugraha
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
KetenagakerjaanDhanymdmdp
 
1076 article text-1760-1-10-20170508
1076 article text-1760-1-10-201705081076 article text-1760-1-10-20170508
1076 article text-1760-1-10-20170508Chan Barbieckyu
 
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...LSP3I
 
PENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIAPENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIADivaAudrey
 
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya ManusiaIlmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusiarahmitaokt
 
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMari belajar Exact
 
Perekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaPerekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaridhanur2
 
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxPP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxMuhammadAkram782743
 
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaContoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaTerminal Purba
 
Apriandah ( 41116110023 ) makalah pancasila
Apriandah ( 41116110023 )   makalah pancasilaApriandah ( 41116110023 )   makalah pancasila
Apriandah ( 41116110023 ) makalah pancasilaAp Riandah
 
Ketenaga_Kerjaan
Ketenaga_KerjaanKetenaga_Kerjaan
Ketenaga_KerjaanAlvin Viz
 
Sistem perekonomian indonesia
Sistem perekonomian indonesiaSistem perekonomian indonesia
Sistem perekonomian indonesiaPipit Pitriyanti
 
Judul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiJudul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiYasirecin Yasir
 

Similar to INDUSTRI KREATIF SOLUSI (20)

Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian IndonesiaResuman Kasar Perekonomian Indonesia
Resuman Kasar Perekonomian Indonesia
 
PENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIAPENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIA
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
1076 article text-1760-1-10-20170508
1076 article text-1760-1-10-201705081076 article text-1760-1-10-20170508
1076 article text-1760-1-10-20170508
 
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
 
PENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIAPENGANGGURAN DI INDONESIA
PENGANGGURAN DI INDONESIA
 
Pengangguran
Pengangguran Pengangguran
Pengangguran
 
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya ManusiaIlmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
Ilmu Pengetahuan Sosial - Sumber Daya Manusia
 
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguran
 
Perekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaPerekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesia
 
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxPP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
 
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaContoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
 
Apriandah ( 41116110023 ) makalah pancasila
Apriandah ( 41116110023 )   makalah pancasilaApriandah ( 41116110023 )   makalah pancasila
Apriandah ( 41116110023 ) makalah pancasila
 
Pengangguran
Pengangguran Pengangguran
Pengangguran
 
Penduduk dan ketenagakerjaan
Penduduk dan ketenagakerjaanPenduduk dan ketenagakerjaan
Penduduk dan ketenagakerjaan
 
Penduduk dan Ketenagakerjaan
Penduduk dan KetenagakerjaanPenduduk dan Ketenagakerjaan
Penduduk dan Ketenagakerjaan
 
Ketenaga_Kerjaan
Ketenaga_KerjaanKetenaga_Kerjaan
Ketenaga_Kerjaan
 
Sistem perekonomian indonesia
Sistem perekonomian indonesiaSistem perekonomian indonesia
Sistem perekonomian indonesia
 
Judul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiJudul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomi
 

Recently uploaded

konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfPerkuliahanDaring
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 

INDUSTRI KREATIF SOLUSI

  • 1. EKONOMI PEMBANGUNAN MAKALAH INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN TERDIDIK DI KALIMANTAN BARAT DISUSUN OLEH : DWI BAMBANG DESWANTORO NIM. B205312004 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI UNIVERSITAS TANJUNGPURA ANGKATAN XVI STAR BPKP TAHUN 2016
  • 2. 2 INDUSTRI KREATIF SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN TERDIDIK DI KALIMANTAN BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi Pengangguran saat ini dipandang sebagai salah satu indikator kemiskinan karena per definisinya penganggur adalah penduduk yang mencari kerja (looking for work). Dikaitkan dengan kemiskinan, karena argumentasinya belum bekerja, mereka merupakan kelompok penduduk strata ekonomi rendah yang membutuhkan pekerjaan. Argumentasi ini tidak seluruhnya benar, karena banyak dijumpai kelompok penduduk tidak bekerja karena lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan pendidikannya dan mereka memilih tidak bekerja dari pada asal kerja (F Foli, 1986). Di negara-negara maju, seorang pengangguran memperoleh jaminan sosial dalam bentuk bantuan makan. Sebaliknya di negara berkembang, seseorang agar bisa hidup harus bekerja sekalipun bekerja asal kerja, sehingga jumlah pengangguran (terbuka) relatif kecil. Oleh sebab itu, fenomena pengangguran (terbuka) di negara berkembang yang patut diwaspadai bagi stabilitas ekonomi sosial adalah pengangguran terdidik (skilled unemployement). Kelompok ini jumlahnya tidak banyak tetapi berpotensi menimbulkan kerusuhan atau krisis jika lapangan kerja yang ada ternyata tak mampu menampung mereka. Mereka adalah kelompok terdidik, berpendidikan minimal SLTA dan memiliki akses ekonomi, sosial, maupun politik (Widodo, 2009). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di daerah itu pada Agustus 2011 sebesar 3,88 persen atau sebanyak 86,6 ribu orang. Angka ini menunjukan terjadi penurunan dibanding Agustus 2010 sebesar 4,62 persen. Daerah dengan TPT tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 7,26 persen dan Kota
  • 3. 3 Singkawang 5,34 persen. Sementara TPT terendah di Kabupaten Kapuaten Kapuas Hulu 2,50 persen dan Kayong Utara 2,56 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kalbar menurut hasil survei angkatan kerja nasional (Sarkernas) Agustus 2011 sebesar 73.93 persen dengan angkatan kerja sebanyak 2,23 juta orang. Angka ini lebih besar atau naik 0,76 point dibandingkan Agustus 2010 sebesar 73,17 persen. TPAK tertinggi terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu 77,48 persen dan Sekadau 77,26 persen. Sedangkan yang terendah di Kota Pontianak 63,87 persen dan Kota Singkawang 67,17 persen. Penganggur terdidik sebenarnya memiliki potensi besar secara ekonomi. Dari segi usia mereka pada umumnya muda (usia produktif), memiliki motivasi kuat untuk menghasilkan output. Mereka juga mempunyai pemahaman bahwa lebih baik menganggur dari pada asal bekerja, karena jika asal kerja mereka tidak akan berbeda dengan pekerja informal. Selama menganggur mereka masih mampu menghidupi dirinya. Sebagai kelompok penduduk yang terdidik, kesadaran politik sosial mereka cukup tinggi, dan cenderung kritis tatkala melihat dan mengalami sendiri pasar kerja tidak berlangsung secara fair misalnya, atau pemerintah selaku regulator tidak menjalankan peranannya dengan baik. Dengan demikian, permasalahannya menjadi komprenhensif. Solusi secara parsial hanya menghasilkan stabilitas sesaat dan akan berbahaya dimasa mendatang.. Salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran terutama pengangguran terdidik adalah dengan mengembangkan industri kreatif di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat mempunyai potensi pengembangan industri kreatif karena Kalimantan Barat memiliki kombinasi yang baik antara talenta yang dimiliki oleh penduduknya dan banyaknya budaya lokal yang mengakar kuat dalam masyarakat. Perkembangan Industri kreatif di Indonesia sangat pesat Berdasarkan studi pemetaan industri kreatif yang dilaksanakan Departemen Perdagangan Tahun 2007 diperoleh informasi bahwa kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat pada lima indikator utama, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, jumlah perusahaan, ekspor dan dampak terhadap sektor lain. Menurut data Departemen Perdagangan, industri kreatif pada 2006 menyumbang Rp 104,4 triliun, atau rata-rata 4,75% terhadap PDB nasional selama 2002-2006. Jumlah ini melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang memberikan
  • 4. 4 kontribusi paling besar nasional adalah fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%). Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar 0,54%. Namun, ia baru memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%, padahal di negara-negara lain, seperti Korsel, Inggris dan Singapura, rata-rata di atas 30%. Kedepan, ekonomi kreatif secara umum dan industri kreatif khususnya diyakini akan menjadi primadona. Ada tiga alasan yang mendasari keyakinan tersebut, yaitu hemat energi karena lebih berbasis pada kreativitas, lebih sedikit menggunakan sumber daya alam, dan menjanjikan keuntungan lebih tinggi. Ketiga faktor di atas juga ditopang oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang belimpah. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 230 juta. Populasi yang berusia 15-29 tahun berkisar 40,2 juta atau hampir 18,4% merupakan pasar yang sangat gemuk bagi produk-produk industri kreatif. Berdasarkan data tersebut potensi perkembangan Industri Kreatif di Indonesia terutama Kalimantan Barat sangat besar, sehingga diharapkan Industri Kreatif dapat menjadi solusi mengatasi pengangguran terutama penganguran terdidik di Kalimantan Barat. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari pengangguran dan pengangguran terdidik? 2. Bagaimana gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat? 3. Apa faktor yang mempengaruhi tingginya pengganguran terdidik di Kalimantan Barat? 4. Apa yang dimaksud dengan Industri Kreatif? 5. Bagaimana perkembangan industri kreatif di Indonesia serta potensi perkembangannya di Kalimantan Barat? 6. Bagaimana strategi pengembangan industri kreatif dapat mengurangi pengangguran terdidik? 1.3. Tujuan Penulisan 1. Memperoleh gambaran pengangguran terdidik di Kalimantan Barat 2. Mengetahui bagaimana peran industri kreatif dalam mengurangi pengangguran terdidik 3. Mengetahui strategi pengembangan industri sehingga dapat mengatasi pengangguran
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Pengangguran dan Pengangguran Terdidik Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Pengangguran Terdidik adalah seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi negeri atau swasta dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Para penganggur terdidik biasannya dari kelompok masyarakat menengah ke atas, yang memungkinkan adanya jaminan kelangsungan hidup meski menganggur. Pengangguran terdidik sangat berkaitan dengan Masalah kependidikan di negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan Kurangnya lapangan pekerjaan yang akan berimbas pada kemapanan sosial dan eksistensi pendidikan dalam pandangan masyarakat. Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada. Dalam arti lain, tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan. Dari total jumlah penduduk hanya sebagian yang bekerja, dan sebagian lainnya tidak bekerja. Mereka yang bekerja adalah mereka yang berminat untuk bekerja, telah berusaha mencari atau menciptakan pekerjaan, dan berhasil mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan. Sedangkan mereka yang tidak bekerja adalah mereka yang sedang berusaha mendapatkan atau mengembangkan pekerjaan tetapi belum berhasil, dan mereka yang berniat untuk tidak bekerja. Mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha mendapatkan (mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil mendapatkannya (menemukannya) disebut pengangguran. Istilah pengangguran (unemployment) tidak berkaitan dengan mereka yang berniat untuk tidak bekerja seperti siswa atau mahasiswa (sekalipun ada yang sambil bekerja atau berusaha mencari pekerjaan sambil sekolah atau kuliah, mereka diasumsikan tidak mencari pekerjaan), ibu rumah tangga yang sengaja memfokuskan diri untuk mengurus keluarga, atau penduduk usia kerja yang karena kondisi fisik mereka tidak dapat bekerja
  • 6. 6 sehingga tidak mencari kerja (Djohanputro, 2006), Pengangguran merupakan salah satu persoalan dalam pembangunan. Pengangguran dapat dikelompokan menurut sumber atau penyebabnya. Pengangguran menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu: 1. Pengangguran Friksional Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi antara pencari kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan. Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak dapat memperoleh pekerjaan, tetapi karena sedang mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, jumlah pengangguran rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sedangkan pengusaha sulit memperoleh pekerja. Untuk itu pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Hal inilah yang akan mendorong para pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari kerja baru yang lebih tinggi gajinya atau lebih sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari pekerjaan baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur. 2. Pengangguran Silikal Pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Perekonomian tidak selalu berkembang dengan teguh. Adakalanya permintaan agregat lebih tinggi, dan hal ini mendorong pengusaha menaikkan produksi untuk itu lebih banyak pekerja baru digunakan dan pengangguran berkurang. Akan tetapi pada masa lainnya permintaan agregat mengalami penurunan. Kemunduran ini menimbulkan efek kepada perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan juga akan mengalami kemerosontan dalam permintaan terhadap produksinya. Kemerosotan permintaan agregat ini mengakibatkan perusahaa-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, maka pengangguran akan bertambah. 3. Pengangguran Struktual Pengangguran struktural adalah pengangguran yang akibatkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Tidak semua industri dan perusahaan dalam perekonomian akan terus berkembang maju sebagian akan mengalami kemunduran. Kemerosotan ini ditimbulkan oleh salah satu atau beberapa faktor yaitu munculnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan atas barang tersebut, biaya pengeluaran
  • 7. 7 sudah sangat tinggi dan tidak mampu bersaing, dan ekspor produksi industri sangat menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan itu akan menyebabkan kegiatan produksi dalam industri tersebut menurun, dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur. 4. Pengangguran Teknologi Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. Contohnya racun rumput telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan, sawah dan lahan pertanian lainnya. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja untuk membuat lubah, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil. Di pabrik ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia. Pengangguran dapat juga dikelompokkan menurut ciri pengangguran yang berlaku. Menurut cara ini terdapat 4 jenis pengangguran yaitu: 1. Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang terjadi karena pertambahan lowongan pekerjaan lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Pengangguran terbuka dapat pula dikarenakan kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga manusia, atau akibat kemunduran perkembangan suatu industri. 2. Pengangguran Tersembunyi Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga kerja sampai jumlah tertentu tidak akan mengurangi jumlah produksi. Pengangguran ini terutama terjadi di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan tergantung kepada banyak faktor. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan, mesin yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai. Di banyak negara berkembang seringkali didapati jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih
  • 8. 8 banyak dari yang sebenarnya diperlukan agar ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar mengerjakan luas tanah yang sangat sempit. Contoh lain pengangguran tersembunyi adalah orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginannya atau tidak sepadan dengan kemampuannya. 3. Pengangguran Musiman Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Bentuk pengangguran terutama terjadi di sektor pertanian dan perikanan. Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu di mana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa menuai hasilnya adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Pada periode tersebut banyak di antara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Jenis pengangguran ini hanya sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. 4. Pengangguran Setengah Menganggur Kelebihan penduduk di sektor pertanian di negara-negara berkembang disertai pertambahan penduduknya yang cepat telah menimbulkan percepatan dalam proses urbanisasi. Salah satu tujuan dari urbanisasi tersebut adalah untuk mencari pekerjaan di kota-kota. Tidak semua orang yang hijrah ke kota-kota dapat memperoleh pekerjaan. Banyak di antara mereka yang terpaksa menganggur sepenuh waktu. Disamping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka lebih rendah dari jam kerja normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. 2.2. Masalah Pengangguran dan Krisis Sosial Berdasarkan teori Fungsional Struktural, masalah sosial timbul karena terjadinya ketidak seimbangan lembaga-lembaga sosial sehingga menyebabkan fungsi lembaga- lembaga tersebut terganggu. Pengangguran dalam hal ini, terjadi akibat kepincangan lembaga ekonomi dan menimbulkan masalah bagi lembaga sosial.
  • 9. 9 Pengangguran menjadi masalah sosial tidak karena bersumber pada penyimpangan norma-norma masyarakat, tetapi karena ia rawan menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya, seperti kemiskinan, meningkatnya kriminalitas, premanisme, prostitusi, dan lain- lain. Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial. Suka atau tidak suka, pengangguran selalu berkorelasi dengan kemiskinan yang identik dengan kebodohan, kejahatan dan perilaku menyimpang lainnya. Indikator masalah social ini bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang orang tuanya menganggur, yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik. Ironisnya, apa yang terjadi saat ini adalah banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya. Bahkan tidak sedikit mereka yang dibayar untuk berbuat rusuh atau anarkis demi kepentingan politik salah satu kelompok tertentu.. Belum lagi dengan semakin menjamurnya prostitusi di Indonesia, sebuah pilihan hidup akibat himpitan ekonomi. 2.3. Gambaran Pengangguran di Kalimantan Barat Berdasarkan data BPS /Sakernas tahun 2010 s/d 2014 tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan barat dapat digambar sebagai berikut : Tabel.I . Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat tahun 2010-2013 Tahun Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka - TPT (%) 2010 2,197,325 2,095,705 101,620 4.62 2011 2,233,195 2,146,572 86,623 3.88 2012 2,182,524 2,106,514 76,010 3.48 2013 2,140,166 2,053,823 86,343 4.03 Rata-Rata 4.01 Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013) Pada Tabel I menggambarkan tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat selama 2010 s/d 2013 , dengan tingkat penggangguran rata-rata 4,01, selama beberapa tahun
  • 10. 10 dalam rentang waktu tahun 2010 s/d 2013 terlihat cenderung turun, pada tahun 2010 tingkat pengangguran sebesar 4,62% atau sebanyak 101.620 orang, lalu pada tahun 2011 tingkat pengangguran turun cukup signifikan menjadi 3,88% atau dengan jumlah pengangguran sebanyak 86.623 orang, selanjutya pada tahun 2012 tingkat pengangguran turun lagi menjadi sebesar 3,48% dengan jumlah pengangguran sebanyak 76.010 orang sedangkan pada tahun 2013 tingkat pengganguran naik menjadi 4,03 dengan jumlah pengganguran sebesar 86.343 orang. Mengenai data tingkat penggangguran pada tingkat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 s/d 2013 dapat digambarkan pada tabel berikut Tabel II Tingkat Pengangguran Pada Kabupaten/Kota Kalimantan Barat 2010-2013 No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 Rata- rata 1 SAMBAS 4.53 2.99 3.11 3.03 3.42 2 BENGKAYANG 3.21 3.32 3.30 2.30 3.03 3 LANDAK 4.61 3.18 4.80 3.24 3.96 4 MEMPAWAH 7.80 3.35 4.67 5.66 5.37 5 SANGGAU 3.62 3.27 1.39 0.78 2.26 6 KETAPANG 3.90 3.70 1.95 4.70 3.56 7 SINTANG 2.35 3.38 2.05 2.24 2.51 8 KAPUAS HULU 2.25 2.50 1.58 2.09 2.10 9 SEKADAU 2.31 2.93 0.60 1.44 1.82 10 MELAWI 1.30 3.08 2.90 3.99 2.82 11 KAYONG UTARA 4.29 2.56 6.96 4.66 4.62 12 KUBU RAYA 6.20 4.52 6.06 9.26 6.51 13 PONTIANAK 7.79 7.26 5.35 6.12 6.63 14 SINGKAWANG 8.05 5.34 5.75 4.59 5.93 Kalimantan Barat 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01 Sumber : BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013) Tabel II mengambarkan tingkat pengangguran pada Kabupaten/Kota Kalimantan Barat tahun 2010-2013 , dimana berdasarkan data tersebut rata-rata tingkat pengangguran terendah adalah Kabupaten Sekadau yaitu 1,82% dan tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 6,63%. Berdasarkan data tersebut yang patut dicermati adalah pada posisi tiga besar tingkat pengangguran tertinggi yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Singkawang. Tingkat pengangguran di Kota Pontianak dan Kota Singkawang relatif lebih tinggi di bandingkan dengan daerah kabupaten. Hal ini dikarenakan, sebagai daerah perkotaan tidak
  • 11. 11 bisa menghindari arus urbanisasi (migrasi), sehingga perkembangan jumlah penduduk yang cepat diperkotaan tidak diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya timbul pengangguran. Tingkat pengangguran di Kota Singkawang dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan singkawang dari 8.05% pada tahun 2010 menjadi 4,59% pada tahun 2013 meskipun secara rata-rata diatas rata-rata provinsi, namun dari angka tersebut terlihat keberhasilan Kota Singkawang dalam menekan angka pengangguran, berbeda dengan Kabupaten Kubu Raya dimana tingkat pengangguran pada tahun 2013 naik menjadi 9,26% , kenaikan tingkat pengangguran pada Kabupaten Kubu Raya terjadi karena Kabupaten Kubu Raya sebagai kabupaten peyangga ibu kota provinsi tidak dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, sedangkan pertambahan angkatan kerja terus bertambah seiring adanya urbanisasi (migrasi) karena ibu kota provinsi yaitu Kota Pontianak yang semakin sempit. Untuk daerah kabupaten yang sebagian besarnya tingkat pengangguran relatif rendah. Walaupun dengan pendidikan yang relatif rendah, tersedianya sektor primer di pedesaan yang untuk memasuki lapangan pekerjaan ini tidak dengan persyaratan khusus, sehingga mempermudah penduduk untuk bekerja, dengan demikian tingkat pengangguran kabupaten lainnya relatif lebih rendah. Selanjutnya data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2010-2013 pada Kalimantan Barat dapat digambar sebagai berikut Tabel III Tingkat Pengangguran berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kalimantan Barat No. Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Tingkat Pengangguran (%) Rata-rata (%) 2010 2011 2012 2013 1 Tidak/Belumpernahsekolah 1.88 2.23 0.77 1.27 1.54 2 Tidak/BelumTamatSD 2.20 1.54 1.63 2.10 1.87 3 SekolahDasar 2.96 2.06 2.77 2.55 2.58 4 SLTP Umum 5.19 5.50 4.65 3.93 4.82 5 SLTP Kejuruan 2.66 4.14 1.37 0.00 2.04 6 SMA 9.22 9.19 7.07 9.14 8.65 7 SMK 10.99 5.40 6.88 8.53 7.95 8 DiplomaI/II 1.57 1.99 2.60 1.27 1.86
  • 12. 12 9 DiplomaIII/ Akademi 9.54 4.12 3.94 4.90 5.63 10 DiplomaIV / Universitas 14.67 8.36 2.86 5.21 7.77 Jumlah 4.62 3.88 3.48 4.03 4.01 Diolah dari sumber : BPS BPS Kalimantan Barat (Data Sakernas 2010-2013) Tabel III menggambarkan tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, berdasarkan data tersebut tingkat pengangguran dengan rata-rata tertinggi terjadi pada tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan persentase rata-rata 8,65% dan 7,95% disusul dari tamatan Universitas/Diploma IV sebesar 7,77% dan tamatan Diploma III/Akademi sebesar 5,63%. Hal menggambarkan bahwa tingkat pengangguran rata-rata tertinggi berasal dari pengangguran terdidik dimana tamatan pendidikan tertinggi minimal adalah Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan hingga perguruan tinggi. Tingginya tingkat pengangguran terdidik mengindikasikan setiap tahun SMA/SMK dan Universitas meluluskan para siswa dan sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan sekolah dan perguruan tinggi dapat tertampung di dunia kerja, permasalahan pengangguran terdidik jika dibandingkan dengan pengangguran non terdidik, justru lebih kompleks pengangguran terdidik sebab pengangguran non terdidik bersedia untuk bekerja disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik apalagi yang berasal dari universitas dengan bekal ilmu yang dimiliki menginginkan bekerja disektor formal agar mendapat gaji tinggi dan prestise di tengah masyarakat. 2.4. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya pengangguran terdidik Menurut Moelyono dalam Sutomo, dkk (1999), menyatakan bahwa meningkatnya pengangguran tenaga kerja terdidik disebabkan oleh makin tingginya tingkat pendidikan maka makin tinggi pula aspirasinya untuk mendapatkan kedudukan atau kesempatan kerja yang lebih sesuai dengan keinginan, sehingga proses untuk mencari kerja lebih lama pada kelompok pencari kerja terdidik disebabkan tenaga kerja terdidik lebih banyak mengetahui perkembangan informasi di pasar kerja, dan lebih berkemampuan untuk memilih pekerjaan yang diminati dan menolak pekerjaan yang tidak disukai. Penyebab utama pengangguran terdidik adalah kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas baik umum
  • 13. 13 maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja, bukan pencipta kerja. Padahal, untuk menjadi seorang lulusan yang siap kerja, mereka perlu tambahan keterampilan di luar bidang akademik yang mereka kuasai. Selain itu terdapat penyebab lain yang membuat tingginya pengangguran terdidik yaitu: 1. Para pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka maunya bekerja di tempat yang langsung menempatkan mereka di posisi yang enak, dapat banyak fasilitas, dan maunya langsung dapat gaji besar.Padahal dewasa ini lapangan kerja di sektor formal mengalami penurunan,hal itu disebabkan melemahnya kinerja sektor riil dan daya saing Indonesia, yang menyebabkan melemahnya sektor industri dan produksi manufaktur yang berorientasi ekspor. Melemahnya sektor riil dan daya saing Indonesia secara langsung menyebabkan berkurangnya permintaan untuk tenaga kerja terdidik, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran terdidik. Dengan kata lain, persoalan pengangguran terdidik muncul karena adanya informalisasi pasar kerja. Sebenarnya Sektor pertanian, kelautan, perkebunan, dan perikanan adalah contoh bidang-bidang yang masih membutuhkan tenaga ahli. Namun para sarjana tak mau bekerja di tempat-tempat seperti itu dan mereka umumnya juga tidak mau memulai karier dari bawah. 2. Ketidakcocokkan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status, atau masalah keahlian khusus. 3. Semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang lebih besar daripada membuka usaha sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980), yang menemukan gejala meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara lain disebabkan adanya keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan demikian angkatan kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
  • 14. 14 4. Terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal (tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil). 5. Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di samping faktor kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Kemudian faktor gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau universitas memilih menganggur karena tidak sesuai dengan bidangnya. 6. Rendahnya kualitas lulusan baik dari tingkat akademi ataupun universitas. Lulusan yang memiliki kualitas tidak terlalu bagus menyebabkan ketika seorang lulusan tidak mampu mendapatkan pekerjaan sesuai harapan dan tingkat pendidikan maupun jurusan keilmuan yang diambilnya maka ia tidak mampu mendirikan atau menciptakan sebuah usaha yang mampu menyerap dirinya maupun orang lain ke dalam lapangan pekerjaan. 7. Budaya malas juga sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia. 8. Meningkatnya angka pengangguran terdidik di perkotaan juga disebabkan karena ketidakseimbangan pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kesempatan kerja. Adanya kesenjangan antara angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga kerja (migrasi) baik secara spasial antara desa-kota maupun secara sektoral. Selain itu, lulusan sarjana dari daerah pedesaan juga banyak yang berurbanisasi ke kota besar untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya namun faktanya tidak semua lulusan sarjana tersebut mendapat pekerjaan sesuai yang ia inginkan dan akhirnya hanya menambah jumlah pengangguran terdidik di perkotaan. 9. Banyak pemuda “menggantungkan” nasibnya pada CPNS, padahal menjadi PNS bukanlah udara segar menjamin kemakmuran hidup. Karena kenyataanya, banyak PNS miskin dan belum mampu memenuhi kehidupan layak bagi keluarga mereka. Untuk menangani masalah pengangguran terdidik perlu solusi jangka panjang mengingat jumlah pengangguran terdidik semkain meningkat tiap tahunnya. Salah satu cara
  • 15. 15 untuk menangani masalah pengangguran terdidik ini adalah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan formal, maupun melalui pelatihan-pelatihan informal, sehingga dengan tumbuhnya jiwa kewirausahaan dapat mengubah mindset dari mencari pekerjaan menjadi membuat pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Para penggangguran terdidik dapat menjalankan kewirausahaan yang salah satunya adalah Industri kreatif, karena potensi pengembangan industri kreatif di Kalimantan barat sangat besar karena daerah kita memiliki berbagai macam budaya dan kekayaan tradisi dengan keunikan-keunikan nya serta sumber daya alam melimpah dan sumber daya manusia yang terdidik. 2.5. INDUSTRI KREATIF Sekarang ini kita sedang menuju pada era kreatif yang ditandai dengan berkembangnya industri kreatif yang menggunakan ide dan keterampilan individu sebagai modal utama. Jadi, industri kreatif tak lagi sepenuhnya mengandalkan modal besar dan mesin produksi. Menurut John Howkins, dalam bukunya The Creative Economy, orang-orang yang memiliki ide akan lebih kuat dibandingkan orang-orang yang bekerja dengan mesin produksi, atau bahkan pemilik mesin itu sendiri Menurut buku Pengembangan Industri Kreatif Indonesia 2025, definisi industri kreatif sering kali merujuk pada UK Department for Culture, Media, and Sport (DCMS) Task Force 1998, lembaga yang mengelola industri kreatif di Inggris. Departemen Perindustrian RI pun kemudian menggunakan definisi yang hampir serupa. Industri kreatif di Indonesia kemudian didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Pengembangan industri kreatif di Indonesia dikelola oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kementerian ini bekerja melalui Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK, Inspektorat Jenderal, serta Badan Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif.
  • 16. 16 Klasifikasi industri kreatif bagi menjadi 15 subsektor industri kreatif. klasifikasi industri kreatif Indonesia ini mengacu pada studi pemetaan industry kreatif yang dilakukan oleh DCMS Inggris, yang disesuikan dengan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia )tahun 2005. Ke-15 subsektor tersebut adalah: 1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100 2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100 3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang- barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan. 4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
  • 17. 17 5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya manajemen produksi film, penulisan skrip, tata sinematografi, tata artistik, tata suara, penyuntingan gambar, sinetron, dan eksibisi film. 8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata- mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. 9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film. 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan
  • 18. 18 data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. 13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi. 14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen. 15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir cost kecil tetapi memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha kuliner, assesoris, cetak sablon, bordir dan usaha rakyat kecil seperti penjual bala-bala, bakso, comro, gehu, batagor, bajigur dan ketoprak.
  • 19. 19 Industri kreatif diyakini mempunyai kontribusi signifikan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Di semua negara, termasuk Indonesia berusaha mengembangkan industri berbasis industri kreatif, karena mampu menyumbang pundi-pundi negara melalui Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di Indonesia sepanjang tahun 2008 setidaknya industri kreatif ini menyerap sekitar 5 juta orang tenaga kerja, dengan kontribusi PDB sekitar 6,3 persen. (Koran Tempo, 8 Agustus 2008). Bagi bangsa Indonesia yang memiliki keragaman sosial kultural yang dapat dikemas menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan industri kreatif sekaligus dapat dijadikan sentra ekonomi rakyat menuju kompetisi pasar global. Ini merupakan pasar potensial dan menjanjikan sebagai peluang kewirausahaan industri kreatif. Dari 14 sektor industri kreatif yang dianggap bagian dari ekonomi kreatif yakni, periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fashion, film/video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni, pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, serta riset dan pengembangan ,pada tahun 2006 saja industri kreatif mampu memberikan kontribusi 6,3 persen terhadap perekonomian nasional sebesar Rp.104,6 triliun. Selanjutnya sebanyak 5,8 persen terhadap penyerapan tenaga kerja, 10,6 persen terhadap ekspor, 6,1 persen dari jumlah perusahaan. Sementara, persentase paling besar di sektor fashion sebanyak 44 persen, kerajinan 27,7 persen, desain 7,03 persen, dan periklanan 6,8 persen. Melihat potensi tersebut, menunjukkan betapa besar prospek yang dimiliki industri kreatif dalam menanggulangi pengangguran dan kemiskinan, yang kiranya akan jauh lebih baik bila dukungan pemerintah lebih serius lagi, dalam hal ini Kementerian Perdagangan, sebab industri kreatif memberikan harapan baru akan munculnya suatu usaha atau kegiatan ekonomi yang lebih banyak mengandalkan sentuhan kreatif yang membawa ke level kehidupan lebih baik. Selain itu produktivitas sektor industri kreatif lebih tinggi dari keseluruhan produktivitas tenaga kerja nasional, karena ekonomi kreatif membawa segenap talenta, bakat, dan hasrat individu untuk menciptakan “nilai tambah” melalui hadirnya produk/jasa kreatif. Pada dasarnya pertumbuhan industri kreatif didorong oleh kapitalisasi kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk atau jasa dengan kandungan kreatif. Intinya, kandungan
  • 20. 20 kreatif yang tinggi terhadap masukan dan keluaran aktivitas ekonomi ini. Istilah industri kreatif memang masih relatif baru. Maka, tak heran kalau pengertiannya belum didefinisikan secara jelas. Secara umum dapat dikatakan bahwa industri kreatif adalah sistem kegiatan manusia kelompok atau individu yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik, estetika, intelektual dan emosional bagi para pelanggan di pasar. 2.6. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia dan Kalimantan Barat 2.6.1. Perkembangan Industri Kreatif di Indonesia Perkembangan industri kreatif Indonesia mulai signifikan, dankian memiliki keragaman yang akhirnya mampu membentuk pasar sendiri baik di dalam maupun di luar negeri. Kondisi ini secara signifikan memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang juga kian besar, tak hanya mendatangkan devisa dan mendorong pertumbuhan tapi juga mampu menyerap tenaga kerja. Saat ini sumber daya alam baik berupa migas, kehutanan, maupun kelautan sudah kian menipis. Maka, industri jasa dan industri kreatif akan menjadi tumpuan di masa depan. Ekonomi kreatif memiliki potensi besar menyumbang perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan industri kreatif merupakan salah satu pilar dalam membangun ekonomi nasional, karena mampu menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing di era globalisasi, sekaligus menyejahterakan masyarakat, yang membuatnya dipandang sangat strategis. "Perkembangan ekonomi kreatif menunjukkan gambaran yang positif, di mana sektor ini tumbuh 5,76 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74 persen, dengan nilai tambah sebesar Rp 641,8 triliun atau 7 persen dari PDB nasional," kata Menperin. Dari sisi tenaga kerja, lanjutnya, sektor ini mampu menyerap 11,8 juta tenaga kerja atau 10,7 persen dari angkatan kerja nasional, diikuti dengan jumlah unit usaha mencapai angka 5,4 juta unit atau 9,7 persen dari total unit usaha. Sementara itu, aktivitas ekspor industri ini pun baik, yakni mencapai Rp118 triliun atau 5,7 persen dari total ekspor nasional. Dari 15 subsektor ekonomi kreatif yang dikembangkan, terdapat tiga subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDB, yaitu kuliner sebesar Rp209 triliun atau 32,5 persen, fesyen sebesar Rp182 triliun atau 28,3 persen dan kerajinan sebesar Rp93 triliun
  • 21. 21 atau 14,4 persen. Melihat lebih dalam pada kinerja ekspor industri fesyen dan kerajinan, ekspor industri fesyen mencapai Rp76,7 triliun atau meningkat 8 persen dibandingkan tahun 2012. Sejalan dengan fesyen, pada industri kerajinan pun terdapat peningkatan kinerja ekspor yakni mencapai Rp21,7 triliun atau meningkat 7,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh INSEAD dalam mengukur Indeks Inovasi Global tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat 87 dari 126 negara, meningkat dari peringkat 99 di tahun 2012. Meskipun Indonesia telah menunjukkan peningkatan, negara- negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand masih tetap unggul, dengan peringkat 71 dan 48 masing masing. Namun demikian, upaya pemerintah telah membawa peringkat ekspor barang kreatif Indonesia bertumbuh secara dramatis dari peringkat 85 di tahun 2013 menjadi peringkat 25 di tahun 2014. di tengah kelesuan bisnis sektor lain, khususnya bisnis komoditas (batu bara, karet, batu bara dan lain-lain), juga tekstil, sektor industri kreatif tetap positif perkembangannya Rata-rata pertumbuhan di sektor ini 7-10 persen (2000-2015) Industri kreatif domestik juga menghadapi tantangan yang cukup berat. Memasuki era pasar bebas ASEAN akhir 2015, industri kreatif dalam negeri harus bersaing dengan produk- produk impor dengan harga dan kualitas yang kompetitif, khususnya produk-produk dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Dalam persaingan industri kreatif ASEAN, Thailand dan Vietnam kerap disebut memiliki karakteristik paling serupa dengan Indonesia. Berbeda dengan Singapura yang memiliki kekuatan di bidang teknologi dan Malaysia yang seimbang dalam hal teknologi serta inovasi budaya. Karena itu perlu disusun sebuah kode etik agar persaingan menjadi fair dan kompetitif serta saling menghargai keunggulan industri kreatif masing-masing negara terutama di kawasan Asean. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan kenaikan jumlah masyarakat berpendapatan menengah menjadikan Indonesia sebuah pasar yang sangat menarik, tidak hanya bagi negara-negara di kawasan ASEAN, tetapi juga negara lain seperti Jepang, Korea, China, dan Eropa. Karena itu, industri kreatif ini sangat bergantung pada kualitas SDM. Bonus demografi di Indonesia dapat mendorong berkembangnya industri kreatif asal diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM. Faktor lainnya adalah menciptakan brand image produk lokal. Strategi marketing dan branding produk industri kreatif Indonesia perlu ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dan berdaya saing. Salah satu langkah untuk memperkuat posisi pemain lokal
  • 22. 22 adalah melalui ajang FGD Expo. Karena dengan mengedepankan empat pilar yaitu Printing, Packaging, Promotion dan Publishing ajang ini akan semakin mempercepat dan memperkuat daya saing industri kreatif Indonesia 2.6.2. Potensi Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat Perkembangan Industri Kreatif di Kalimantan Barat saat ini cukup potensial dengan sering diadakannya expo produk-produk lokal yang melibatkan kalangan pelaku industri kreatif, dan baru-baru ini diadakan sebuah expo dipontianak yamg di ikuti oleh komunitas- komunitas kreatif di Pontianak maupun seluruh daerah di Kalimantan Barat. Subsektor dari industri kreatif yang telah berkembang di Kalimantan Barat antara lain : 1. Sektor kerajinan : Kekayaan budaya dan sumber daya alam di Kalimantan Barat menjadi modal besar yang menjadikan sektor kerajinan berkembang pesat, kerajinan yang menjadi unggulan di Kalimantan Barat antara lain :  Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya : Tenun Daerah Sambas Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik ) Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik) Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik ),  Keramik di Singkawang  Kerajinan Anyam Manik  Anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)  Kerajinan Anyam Rotan atau bamboo Bakul, keranjang, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Kapuas Hulu, dan Sintang Barang kerajianan tersebut biasanya di jual di pasar lokal sebagai cendaramata khas daerah sebagai penunjang pariwisata, sedangkan sebagian ada yang sudah menjadi produk yang di ekspor ke mancanegara. 2. Sektor seni pertunjukan: pada sektor ini menjadi daya tarik pariwisata di Kalimantan Barat , Seperti Festival Cap Go Meh, dan Pertunjukan Tarian-Tarian Daerah 3. Kuliner : Beraneka ragamnya kuliner khas daerah Kalimantan Barat menjadikan sektor kuliner ini akan terus berkembang
  • 23. 23 4. Video,Film dan Fotografi : Sepanjang tahun 2015 geliat perfilman lokal di Kalimantan Barat (Kalbar) mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain penggiat film terdahulu yang tetap aktif, banyak pula sutradara muda yang baru muncul dan menggarap filmnya secara serius. Media apresiasi juga semakin terbuka, antusias masyarakat pun meningkat, banyak film yang diproduksi dan diapresiasi tinggi oleh masyarakat. Selain itu sutradara Kalbar yang berhasil menggarap film bioskop skala nasional. Film berjudul Pontianak Untold Story (Pontien) yang bertema horor itu digarap sineas muda asal Pontianak Agung Trihatmodjo. Mengangkat tentang sejarah dan asal mula Kota Pontianak, serta melibatkan tiga artis jaminan box office ibukota Selain sektor industri kreatif diatas masih banyak sektor lainnya yang sedang berkembang yang sangat diminati oleh anak muda terdidik antara lain Musik, dan fashion, dibutuhkan peran pemerintah untuk mengembangkan industri kreatif ini diantara adalah memberi pelatihan-pelatihan kewirausahaan agar dalam usaha mengembangkan Industri Kreatif dapat di kemas secara menarik dan memiliki daya jual / komersil yang tinggi. 2.7. Strategi Pengembagan Industri Kreatif Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025 diarahkan pada pencapaian visi “Bangsa Indonesia yang berkualitas hidup dan bercitra kreatif di mata dunia“, dengan misi “Memberdayakan Sumber Daya Insani Indonesia Sebagai Modal Utama Pembangunan Nasional” untuk: 1) Peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap pendapatan domestik bruto Indonesia; 2) Peningkatan ekspor nasional dari produk/jasa berbasis kreativitas anak bangsa yang mengusung muatan lokal dengan semangat kontemporer; 3) Peningkatan penyerapan tenaga kerja sebagai dampak terbukanya lapangan kerja baru di industri kreatif 4) Peningkatan jumlah perusahaan berdaya saing tinggi yang bergerak di industri kreatif; Pengutamaan pada pemanfaatan pada sumber daya yang berkelanjutan bagi bumi & generasi yang akan datang; 5) Penciptaan nilai ekonomis dari inovasi kreatif, termasuk yang berlandaskan kearifan dan warisan budaya nusantara;
  • 24. 24 6) Penumbuhkembangan kawasan-kawasan kreatif di wilayah Indonesia yang potensial; Penguatan citra kreatif pada produk/jasa sebagai upaya pencitraan negara (national branding) Indonesia di mata dunia Internasional. Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut, atas pertimbangan sinkronisasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan pertimbangan karakteristik Industri Kreatif Indonesia, pengembangan industri kreatif di Indonesia dibagi menjadi 2 tahap utama, yaitu: tahap penguatan (2008-2014); dan tahap akselerasi (2015-2025). Beberapa indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi ekonomi kreatif pada tahap akselerasi (2025) adalah 1. Kontribusi industri kreatif terhadap PDB mencapai mencapai 9-11% dari PDB riil nasional; 2. Kontribusi ekspor industri kreatif mencapai 12-13% dari ekspor nasional, dengan nilai nominal sekitar Rp. 500 triliun; 3. Kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif terhadap tenaga kerja nasional pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah pekerja sekitar 12,3 juta; 4. Pertumbuhan paten, hak cipta, merek, desain industri, yaitu masing-masing sebesar 4%, 38,94%, 6% dan 39,7%; 5. Menumbuhkembangan 10 kawasan kreatif potensial di wilayah Indonesia; 6. Terdapat tambahan 525 merek lokal yang terpercaya dan telah secara legal terdaftar di Dirjen HKI Indonesia dan juga di kantor paten negara tujuan ekspor. Upaya pengembangan industri kreatif tidak terlepas dari model pengembangan ekonomi kreatif. Setidaknya terdapat 6 (Enam) pilar dalam model pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu: 1. Sumber daya insani (people) : Sumber daya insani modal utama dalam industry kreatif, sehingga sumber daya insani ini harus di tumbuhkan talenta kreatif agar industry kreatof ini semakin berkembang 2. Industry. Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara atau area tertentu. Industri yang menjadi perhatian dalam pilar ini khususnya adalah industri kreatif atau aktivitas para pelaku industri kreatif.
  • 25. 25 3. Technology. Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas balk material dan non material, yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mental atau fisik untuk mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain, teknologi bukan hanya mesin ataupun alat bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau metode-metode, atau aktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. Teknologi ini akan merupakan enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata. 4. Resources. Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas yang dimiliki oleh sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri kreatif ini. Sumber daya meliputi sumber daya alam, material maupun ketersediaan lahan yang menjadi input penunjang dalam industri kreatif. 5. Institution. Institution dalam pilar pengembangan industri kreatif dapat didefinisikan sebagai tatanan sosial dimana termasuk di dalamnya adalah kebiasaan, norma, adat, aturan, serta hukum yang berlaku. Tatanan sosial ini bisa bersifat informal, seperti sistem nilai, adat istiadat, atau norma, maupun bersifat formal dalam bentuk peraturan perundang-undangan. 6. Financial Intermediary. Lembaga intermediasi keuangan adalah lembaga yang beperan menyalurkan pendanaan kepada pelaku industri yang membutuhkan, balk dalam bentuk modal/ekuitas mapun pinjaman/kredit. Lembaga intermediasi keuangan merupakan salah satu elemen penting untuk untuk menjembatani kebutuhan keuangan bagi pelaku dalam industri kreatif. Berdasarkan indikator yang digunakan atas pencapaian visi dan misi ekonomi kreatif pada tahap akselerasi (2025) yaitu kontribusi penyerapan tenaga kerja industri kreatif terhadap tenaga kerja nasional pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 9-11%, dengan jumlah pekerja sekitar 12,3 juta. maka industry kreatif ini dapat menjadi satu solusi dalam mengatasi pengangguran terdidik, untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah menyusun road map dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola pikir dan moodset kreatif yang didukung oleh talenta dan pekerja kreatif maka disusun arah kebijakan dan strategi yang disajikan pada tabel berikut:
  • 26. 26 Tabel. IV Arah Kebijakan & Strategi dengan sasaran membentuk masyarakat dengan pola pikir dan moodset kreatif yang didukung oleh talenta dan pekerja kreatif No Arah Kebijakan Strategi 1. Peningkatan jumlah SDM kreatif yang berkualitas secara berkesinambungan (sustainable) dan tersebar merata (widespread) di wilayah nusantara a) Meningkatkan anggaran pendidikan nasional sesuai amanat undang‐undang & mengupayakan proporsi yang signifikan bagi peningkatan kreativitas b) Melakukan kajian tentang kurikulum berorientasi kreativitas & pembentukan entrepreneurship terhadap tumbuhnya kreativitas anak didik dan melakukan revisi sesuai kebutuhan c) Melakukan kajian tentang kurikulum berorientasi kreativitas & pembentukan entrepreneurship terhadap tumbuhnya kreativitas anak didik dan melakukan revisi sesuai kebutuhan d) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional lewat kurikulum yang berorientasi kreativitas & pembentukan entrepreneurship e) Membangun akses pertukaran informasi & pengetahuan (knowledge sharing) di masyarakat lewat ruang publik baik secara fisik maupun maya, dalam skala nasional maupun internasional 2. Peningkatan jumlah dan perbaikan kualitas lembaga pelatihan dan talenta kreatif a) Membangun lembaga tinggi seni budayadan ilmu pengetahuan & teknologidi propinsi- propinsi yang talenta kreatifnya tinggi tapi belum terwadahi b) Memperbaiki infrastruktur dan kualitas
  • 27. 27 pengajaran di lembaga pendidikan yang telah ada namun mengalami kendala keuangan, infrastruktur dan tenaga pengajar c) Membangun mekanisme public‐private, partnership antara pemerintah dan industry kreatif yang atraktif untuk mengembangkan pendidikan berkualitas dengan sumber dana masyarakat/swasta d) Mendorong (memberikan insentif & kemudahan) pihak swasta untuk membangun lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas, berbiaya terjangkau dan bernilai guna e) Menciptakan link and match antara lulusan pendidikan tinggi dengan sektor industri kreatif yang membutuhkan f) Menjamin sistem standardisasi mutu pendidikan tinggi dengan evaluasi yang berkala, efektif dan obyektif 3. Penekanan komitmen dan Political will Pemerintah untuk meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap insan kreatif sebagai profesi yang membawa nilai tambah secara ekonomi & sosial a) Memberi dukungan bagi insan kreatif berbakat yang mendapat kesempatan di dunia internasional b) Memberikan dukungan pada kegiatan dan organisasi seni budaya dan iptek yang berperan dalam industri kreatif c) Menyelenggarakan acara dan program yang menggali mengangkat dan mempromosikan talenta kreatif yang ada di masyarakat d) Mengupayakan mekanisme remunerasi, yang proporsional yang membuat angkatan kerja tertarik pada profesi dalam industri kreatif e) Membangun mekanisme kemitraan antara
  • 28. 28 insan kreatif terkemuka dan yang potensial untuk dikembangkan lewat proses mentoring 4. Peningkatan jumlah entrepreneur kreatif secara signifikan sehingga mendorong tumbuhnya lapangan kerja kreatif a) Mendukung para entrepreneur kreatif yang membutuhkan kemudahan dalam memulai dan menjalankan usaha, baik dari aspek permodalan, perijinan maupun pemasaran b) Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman, keahlian dan dukungannya pada potensi wirausahawan yang ada di pendidikan tinggi lewat studium generale, seminar, mentoring dan pelatihan c) Membangun mekanisme kemitraan antara pelaku bisnis sebagai wadah business coaching 5. Pengakuan dunia internasional terhadap kualitas insan kreatif Indonesia yang kiprahnya secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia a) Membangun basis data talenta kreatif Indonesia di berbagai belahan dunia dan mempromosikan secara aktif prestasi dan cerita sukses insan kreatif Indonesia di dalam dan luar negeri b) Memfasilitasi jejaring antar para talenta kreatif Indonesia di mancanegara untuk terjadinya knowledge sharing c) Mendorong terjadinya kerjasama, sharing pengetahuan dan karya bersama antar para talenta kreatif Indonesia di mancanegara dengan di dalam negeri d) Memfasilitasi talenta kreatif dari mancanegara untuk datang ke Indonesia dengan tujuan sebagai sumber belajar dan bertukar informasi lewat mekanisme penghargaan yang proporsional
  • 29. 29 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Pengangguran terdidik di Kalimantan Barat terbilang tinggi berdasarkan data BPS dari 2010 s/d 2013 rata-rata tingkat pengangguran pada tamatan SMA/SMK – Sarjana/ universitas berkisar kurang lebih 7-8% hal ini disebabkan kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai dengan jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada. Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja, bukan pencipta kerja. Oleh karena itu pemerintah sekarang sedang berusaha mengembangkan Industri Kreatif sebagai solusi mengatasi pengangguran, Pengembangan industri kreatif sangat potensial di Kalimantan Barat karena daerah ini memiliki berbagai macam budaya dan tradisi yang merupakan ciri daerah yang apabila di kemas dengan baik akan memiliki daya jual/komersial yang tinggi, untuk itu di butuhkan peran pemerintah untuk menumbuhkan talenta –talenta kreatif di Kalimantan Barat dimana talenta-talenta tersebut merupakan modal utama dalam mengembangkan Industri Kreatif yang dapat mengangkat potensi- potensi daerah yang ada di Kalimantan Barat melalui pelatihan-pelatihan serta kurikulum pendidikan yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan serta kreatifitas. 3.2. Saran Saran utama yang disampaikan ditujukan secara khusus kepada Biro Pusat Statistik, Sebagai badan yang sudah mapan dalam perhitungan kontribusi-kontribusi ekonomi, maka Biro Pusat Statistik sebaiknya melakukan perhitungan kontribusi ekonomi industri kreatif secara rutin, baik tahunan maupun triwulanan agar tersedia data atas perkembangan Industri Kreatif di seluruh Indonesia.
  • 30. 30 DAFTAR PUSTAKA Yarlina Yacoub, 2014, Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Wurdiyanti Yuli Astuti, 2014, Pengangguran Terdidik di Perkotaan Eddy Jusuf, 2010, Industri Kreatif Solusi Pengangguran dan Kemiskinan Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Berdasarkan Kabupaten/Kota danMenurut Provinsi dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kalimantan Barat, 2010-2013 Biro Pusat Statistik, Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kalimantan Barat, 2010-2013 Biro Pusat Statistik, Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT di Kalimantan Barat, 2010–2013 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Industri Kreatif Indonesia Tahun 2009 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Pengembangan Ekonomi Kreatf Indonesia 2025