1. Kebisingan
1. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang
rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan
waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
2. Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan
a. Zona A : Intensitas 35 – 45 dB.
Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan
kesehatan/sosial & sejenisnya.
b. Zona B : Intensitas 45 – 55 dB.
Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.
c. Zona C : Intensitas 50 – 60 dB.
Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
d. Zona D : Intensitas 60 – 70 dB.
Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan
sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)
a. Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
b. Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung
telinga (earmuff dan earplug)
c. Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff
d. Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
2. 3. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk
sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas
untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang
masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap
untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut :
No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA) PEMAPARAN
HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
4. Pengukuran Kebisingan
Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
a. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas
hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan
untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana,
misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan,
misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah
mikrofon alat pengukur yang digunakan.
b. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur
kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar
isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya
dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau
untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orangeuntuk tingkat
kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan
intensitas antara 85 – 90 dBA.
3. c. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan
pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak
interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi
beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak
tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.
5. Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu
pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit
tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di
klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1. Mesin: Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
2. Vibrasi : Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan : Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan
udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
6. Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Bising yang kontinu
Bising di mana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.
Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising
ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik
berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
4. Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.
b. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang
berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang,
misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
c. Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan
suara ledakan mercon, meriam.
d. Bising impulsif berulang
e. Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya
mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya
mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi
ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan
atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
3. Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini
akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
7. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi
dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguanAuditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguannon Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci
dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
5. a. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal
ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan
sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan
organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan
elektrolit.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan
lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.
e. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran
adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area
bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan
6. terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi
4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai
frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang
akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara
cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Tingginya level suara
b. Lama paparan
c. Spektrum suara
d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS
akan lebih besar
e. Kepekaan individu
f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh
synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya
quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
g. Keadaan Kesehatan
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh
alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa
pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara
yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang
telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala
yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya
7. dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan
daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran .
Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan
tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur
malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
6. Pengendalian dan Pengobatan Kebisingan
Pengendalian bising merupakan cara bagaimana dapat mencegah pengaruh kebisingan
terhadap kesehatan psikologis maupun fisiologis manusia. beberapa pengendalian
kebisingan diantaranya :
a. isolasi yaitu Menjauhkan diri dari sumber suara, dapat melindungi orang dari
epidemic bising.
b. membuat penghalang berupa tumbuhan( rumput, semak, pohon), dinding (akustik,
kayu, bata/batu)
c. memakai earplug ( sumbat telinga) yang akan mencegah ini akan mengurangi
kebisingan 10 – 30 dB.
d. gunakan ear muffs atau penutup telinga; ini akan mengurangi kebisingan 20 – 40
dB
e. Gunakan helm; ini akan mengurangi kebisingan 5 – 15 dB
f. Jauhi sumber suara (speaker) jika anda seorang dugem sejati.
Pengobatan yang dilakukan tergantung dari penyebabnya. Karena itu pertama kali
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan dengan tujuan untuk mencari sumber penyebab.
Bagi para pekerja industri dan juga pabrik untuk menghindari terpapar bising sebaiknya
pengelola perusahaan menyediakan pencegahan alat atau mengurangi tingkat kebisingan.