SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
1. Pengertian kebisingan 
2. Jenis-jenis kebisingan 
3. Skala intensitas Kebisingan 
4. Baku Tingkat Kebisingan 
5. Sumber-sumber kebisingan 
6. Pengukuran kebisingan 
7. Dampak kebisingan 
8. Faktor yang mempengaruhi 
kebisingan 
9. Pengendalian kebisingan
1. PENGERTIAN 
(Kep. Men. LH No.48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan) 
• Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari 
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu 
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan 
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan; 
• Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang 
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. 
• Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal 
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke 
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak 
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan 
kenyamanan lingkungan.
2. Jenis-jenis kebisingan
1. Bising yang kontinyu 
• Bising yang kontinyu : Jenis bising ini mempunyai tingkat 
tekanan suara yang relative sama selama terjadinya bising. 
Contoh: air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik, mesin 
industri, dan lain-lain. 
• Bising kontinyu dibagi menjadi, yaitu: 
a. Wide spectrum: bising dengan spektrum frekuensi yang 
luas, bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB 
untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti suara 
kipas angin, suara mesin tenun. 
b.Norrow spectrum: bising ini juga relative tetap, akan 
tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja 
(frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, 
katup gas.
2. Bising terputus-putus 
• Bising jenis ini sering disebut juga intermittent 
noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak 
terus-menerus, melainkan ada periode relative 
tenang . misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal 
terbang, kereta api. 
3. Bising impulsive 
• Bising ini memiliki perubahan intensitas suara 
melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan 
biasanya mengejutkan pendengarannnya seperti 
suara tembakan, suara ledakan mercon, meriam. 
4. Bising impulsive berulang 
• Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini 
terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa. 
Catatan tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, 
walaupun sesaat.
3. SKALA INTENSITAS KEBISINGAN
4. Standar Nilai ambang batas (NAB) 
kebisingan 
Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal 
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang 
ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga 
tidak menimbulkan gangguan kesehatan 
manusia dan kenyamanan lingkungan 
(KepMenLH No.48 Tahun 1996). 
Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas 
(NAB)) peruntukan kawasan/lingkungan dapat 
dilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48 
Tahun 1996) :
»Nilai Ambang Batas (threshold limit value) : batas pemaparan 
yang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu. 
»Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasi 
dimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan kerjanya 
selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali 
tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak 
diinginkan. 
»Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi 
untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya 
tidak melebihi ambang batas 85 dBA.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN 
KEPMENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996, LAMPIRAN I 
PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN 
TINGKAT 
KEBISINGAN dB (A) 
A. PERUNTUKAN KAWASAN: 
1. PERUMAHAN 55 
2. PERDAGANGAN & JASA 70 
3. PERKANTORAN & PERDANGANGAN 65 
4. RUANG TERBUKA HIJAU 50 
5. INDUSTRI 70 
6. PEMERINTAHAN DAN FASILITAS UMUM 60 
7. REKREASI 70 
8. KHUSUSNYA 
 BANDAR UDARA, STASIUN KERETA API & 
PELABUHAN LAUT 
70 
 CAGAR BUDAYA 60 
B. LINGKUNGAN KEGIATAN 
1. RUMAH SAKIT ATAU SEJENISNYA 55 
2. SEKOLAH ATAU SEJENISNYA 55 
3. TEMPAT IBADAH ATAU SEJENISNYA 55
BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENURUT ZONA 
PERUNTUKAN 
KEPMENKES No. 718 THN. 1987 
ZONA KAWASAN 
BAKU TINGKAT 
KEBISINGAN 
dB (A) 
A KAWASAN PENELITIAN, RUMAH SAKIT, 
PERAWATAN KESEHATAN ATAU SOSIAL 
35 - 45 
B KAWASAN PERUMAHAN, PENDIDIKAN 
DAN REKREASI 
45 – 55 
C KAWASAN PERKANTORAN, PERTOKOAN, 
PERDAGANGAN & PASAR 
50 – 60 
D KAWASAN INDUSTRI, PABRIK, STASIUN 
KERETA API DAN TERMINAL BUS 
60 - 70
Zona Kebisingan menurut IATA (International 
Air Transportation Association) 
1. Zona A: intensitas > 150 dB → daerah 
berbahaya dan harus dihindari 
2. Zona B: intensitas 135-150 dB → individu 
yang terpapar perlu memakai pelindung 
telinga (earmuff dan earplug) 
3. Zona C: 115-135 dB → perlu memakai 
earmuff 
4. Zona D: 100-115 dB → perlu memakai 
earplug
NAB KEBISINGAN ( 
Kepmen 51/Men/1999 )
5. Sumber-sumber kebisingan 
1. Mesin 
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin. 
2. Vibrasi 
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang 
ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak 
seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda 
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan 
lain-lain. 
3. Pergerakan udara, gas dan cairan 
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, 
gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri 
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas 
buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Contoh…
6. Pengukuran kebisingan 
• Mengukur overall level > sound level meter 
(satuan dBA) 
• Mengukur kebisingan pada setiap level 
frekuensi > SLM dengan frekuensi analyzer 
• Menentukan eksposur kebisingan pada 
pekerja > noise dosimeter (satuan dBA)
Pengukuran akibat bising 
Untuk mengevaluasi akibat 
pemaparan terhadap kehilangan 
pendengaran, kenyamanan, 
interferensi komunikasi dan 
mengumpulkan informasi untuk 
pengontrolan.
ALAT UKUR BISING 
• Sound Level Meter (SLM ). 
• Noise Dosimeter 
• Sound Level Meter + Oktave 
Band Analizer ( SLM OBA ). 
• Audiometer 
• Dll.
Sound Level Meter 
• Sound level meter, mencatat 
keseluruhan suara yang 
dihasilkan tanpa memperhatikan 
frekuensi yang berhubungan 
dengan bising total (30-130 d) – 
(20-20.000Hz) 
• Sound level meter dengan octave 
band analyzer, mengukur level 
bising pada berbagai batas oktaf 
di atas range pendengaran 
manusia dengan mempergunakan 
filter menurut oktaf yang 
diinginkan (narrow band 
analyzers untuk spektrum sempit 
2-200 Hz)
AUDIOMETER 
• Alat untuk mengukur batas ambang 
dengar telinga pada berbagai 
frekwensi. 
• Suara yg penting dlm komunikasi 
antara 125 – 8000 Hz. 
• Bunyi didengar sbg rangsangan2 kpd 
telinga dng melalui hantaran udara dan 
hantaran tulang. 
• Setiap frekwensi -5 dB sampai 90 dB. 
• Hasil dicatat dlm audiogram.
NOISE KALIBRATOR 
SOUND 
LEVEL 
METER 
NOISE 
MEASUREMENT 
KIT 
NOISE DOSIMETER
PENGUKURAN PADA 
PEKERJA 
DOSEBADGER
7. Dampak kebisingan 
• Menurut Depnaker yang dikutip oleh 
Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai 
pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari 
gangguan ringan berupa gangguan terhadap 
konsentrasi kerja, pengaruh dalam 
komunikasi dan kenikmatan kerja sampai 
pada cacat yang berat karena kehilangan 
daya pendengaran (tuli) tetap.
8. DAMPAK KEBISINGAN 
1. Gangguan fisiologis: peningkatan tekanan darah (mmHg), 
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama 
pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan 
gangguan sensoris, ketegangan otot Kontraksi pembuluh darah, 
Meningkatnya tekanan darah, Meningkatnya denyut jantung, 
Meningkatnya produksi adrenalin, gangguan pencernaan 
2. Gangguan psikologik, yang berupa: 
- Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur 
- Mudah marah 
- Kepala pusing & Cepat lelah 
- Menurunkan daya kerja 
- Menimbulkan stress 
3. Gangguan keseimbangan ( melayang,vertigo, mual). 
4. Gangguan komunikasi (tdk dengar isyarat/tanda bahaya ) 
5. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang, 
jika dibiarkan berlanjut dapat menderita ketulian yang bersifat: 
Sementara, permanen, trauma akustik, prebycusis, titinus.
International Standard Organization (ISO) 
mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan 
1. Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidak 
dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40 
dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A)) 
2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang tidak 
dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 40-55 
dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)). 
3. Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak dapat 
mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55 dB(A) 
(hearing loss >55 dB(A))). 
4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A) masih 
dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan pendengaran.
8. Faktor yang mempengaruhi bahaya 
kebisingan 
1. Intensitas Kebisingan 
Makin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untuk 
terjadinya gangguan pendengaran. 
2. Frekuensi Kebisingan 
Makin tinggi frekuensi kebisingan, makin besar 
kontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran. 
3. Jenis Kebisingan 
Kebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untuk 
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripada 
kebisingan yang terputus-putus. 
4. Lama Pemaparan 
Makin lama pemaparannya, makin besar risiko untuk 
terjadinya gangguan pendengaran.
5. Lama Tinggal 
Makin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan, makin 
besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran. 
6. Umur 
Pada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang dengan 
bertambahnya umur. 
7. Kerentanan Individu 
Tidak semua individu yang terpapar dengan kebisingan pada 
kondisi yang sama akan mengalami perubahan nilai ambang 
pendengaran yang sama pula. 
Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap individu pada 
kebisingan berlainan, tergantung dari kerentanan tiap-tiap 
individu. 
8. Lokasi pekerja 
Apabila lokasi pekerja semakin dekat dengan sumber bising 
maka makin besar resiko untuk terkena bahaya kebisingan
9. PENGENDALIAN KEBISINGAN 
a. Pengendalian pada 
sumber 
b. Pengendalian pada 
perambatannya 
c. Pengendalian pada 
pendengar
a. Pengendalian pada sumber 
kebisingan 
Menurunkan tkt bising pd sumber : 
• Modifikasi mesin 
• Penempatan alat peteram pada sumber getaran 
• Isolasi : bhn/konst. Yg dpt mengurangi perjalan suara 
berupa tabir/ruang tttp. 
• Eliminasi 
• Substitusi 
• Maintenance 
• Rotasi mesin 
• Dsb
b. Pengendalian pada media 
perambatannya kebisingan 
• Isolasi mesin sumber kebisingan pada ruangan tertentu 
• Pemakaian bahan peredam suara: ijuk atau busa 
• Pemasangan barrier: beton, gundukan tanah & baja dgn 
geometri tertentu, green belt 
• Buffer zone 
• Pengaturan jarak 
• Tumbuhan 
> Rumput 
> Semak 
> pohon 
• Dinding 
> Kayu 
> Bata/batu
c. Pengendalian kebisingan pada 
penerima bising 
Barrier 
APD : 
> Ear plug (red 25-30 dBA) = < 100 dBA 
> Ear muff (red 30-40 dBA) = > 100 dBA 
PENYUMBAT TELINGA (BAHAN KARET: 18-25 
db, COTTON WOOL: 8 dB ) 
Penempatan pekerja sesuai dengan 
kepekaan thd bising
Ear plugs 
Properly fitted Wrongly fitted
Ear muffs 
Proper clamping force Worn-out head band
BARRIER-BARIER ATAU PANEL
ISOLASI PEKERJA/MESIN DI TEMPAT BISING 
BAHAN ABSORBERBAHAN BARRIER
Bising- Ainur & Vibri & Vanda

More Related Content

What's hot

Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...infosanitasi
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianAdelina Hutauruk
 
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmasLaporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmascandrahp99
 
Promosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerjaPromosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerjaLila Kania
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...Muhamad Imam Khairy
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiSyaiful Bahri
 
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanPendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanAsyifa Robiatul adawiyah
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehatHadik27
 
Sosialisasi pis pk &amp; germas
Sosialisasi pis pk &amp; germasSosialisasi pis pk &amp; germas
Sosialisasi pis pk &amp; germasHeni Yuniarti
 
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)Angga Yumam Sukmanto
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehatsanggede
 
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiKang Margino
 
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR Dayu Agung Dewi Sawitri
 
ppt budaya Keselamatan.pptx
ppt budaya Keselamatan.pptxppt budaya Keselamatan.pptx
ppt budaya Keselamatan.pptxIrfanRosihan1
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaMuhammad Arafat
 
Kuesioner kepemilikan jamban sehat
Kuesioner kepemilikan jamban sehatKuesioner kepemilikan jamban sehat
Kuesioner kepemilikan jamban sehatAnisa Rahmah
 

What's hot (20)

Kebisingan
KebisinganKebisingan
Kebisingan
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
Kepmen Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/vii/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyg...
 
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga SanitarianPermenkes  No 32  Tahun 2013 Ttg  Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
Permenkes No 32 Tahun 2013 Ttg Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian
 
Kesling ttu
Kesling ttuKesling ttu
Kesling ttu
 
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmasLaporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas
Laporan bulanan hasil imunisasi rutin bayi puskesmas
 
Promosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerjaPromosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
 
form-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasiiform-inspeksi-sanitasii
form-inspeksi-sanitasii
 
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanPendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehat
 
Sosialisasi pis pk &amp; germas
Sosialisasi pis pk &amp; germasSosialisasi pis pk &amp; germas
Sosialisasi pis pk &amp; germas
 
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)
CV Angga Yumam Sukmanto (Ahli K3 Umum)
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehat
 
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
 
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
 
ppt budaya Keselamatan.pptx
ppt budaya Keselamatan.pptxppt budaya Keselamatan.pptx
ppt budaya Keselamatan.pptx
 
Kesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan BencanaKesehatan Lingkungan Bencana
Kesehatan Lingkungan Bencana
 
Kuesioner kepemilikan jamban sehat
Kuesioner kepemilikan jamban sehatKuesioner kepemilikan jamban sehat
Kuesioner kepemilikan jamban sehat
 

Similar to Bising- Ainur & Vibri & Vanda

( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptxarief337821
 
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptxnanangprasetyo12
 
Bising dan kesan kepada kesihatan
Bising dan kesan kepada kesihatanBising dan kesan kepada kesihatan
Bising dan kesan kepada kesihatanHamidi Saidin
 
05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptxadimastiawan
 
76586707 makalah-fisling-akustik
76586707 makalah-fisling-akustik76586707 makalah-fisling-akustik
76586707 makalah-fisling-akustikningsih11995
 
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] Dionisius Kristanto
 
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHerry Prakoso
 
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.pptcupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.pptLennyRajagukguk1
 
environment pollution topic 4-sound pollution
environment pollution topic 4-sound pollutionenvironment pollution topic 4-sound pollution
environment pollution topic 4-sound pollutionNatalie Ulza
 
Economic environment - Sound pollution
Economic environment - Sound pollutionEconomic environment - Sound pollution
Economic environment - Sound pollutionVicky Fakhrurrazi
 

Similar to Bising- Ainur & Vibri & Vanda (20)

( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
 
Kebisingan,,
Kebisingan,,Kebisingan,,
Kebisingan,,
 
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
 
kebisingan
kebisingankebisingan
kebisingan
 
Bising dan kesan kepada kesihatan
Bising dan kesan kepada kesihatanBising dan kesan kepada kesihatan
Bising dan kesan kepada kesihatan
 
Bising noising
Bising noisingBising noising
Bising noising
 
Kliping pencemaran suara
Kliping pencemaran suaraKliping pencemaran suara
Kliping pencemaran suara
 
Kliping pencemaran suara
Kliping pencemaran suaraKliping pencemaran suara
Kliping pencemaran suara
 
Polusi suara
Polusi  suaraPolusi  suara
Polusi suara
 
05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx
 
76586707 makalah-fisling-akustik
76586707 makalah-fisling-akustik76586707 makalah-fisling-akustik
76586707 makalah-fisling-akustik
 
Pencemaran Suara
Pencemaran SuaraPencemaran Suara
Pencemaran Suara
 
Tugas kebisingan
Tugas kebisinganTugas kebisingan
Tugas kebisingan
 
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
 
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
 
Pencemaran bunyi
Pencemaran bunyiPencemaran bunyi
Pencemaran bunyi
 
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.pptcupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
 
environment pollution topic 4-sound pollution
environment pollution topic 4-sound pollutionenvironment pollution topic 4-sound pollution
environment pollution topic 4-sound pollution
 
Audiometri praktek
Audiometri praktekAudiometri praktek
Audiometri praktek
 
Economic environment - Sound pollution
Economic environment - Sound pollutionEconomic environment - Sound pollution
Economic environment - Sound pollution
 

More from Ainur

Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2Ainur
 
Jenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkupJenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkupAinur
 
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaPenyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaAinur
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatAinur
 
chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample Ainur
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
LeptospirosisAinur
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelAinur
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatAinur
 
Metode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimentalMetode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimentalAinur
 
Vitamin
Vitamin Vitamin
Vitamin Ainur
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiAinur
 
Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makananSistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makananAinur
 
SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3Ainur
 
Ainur antibiotik dalam kehamilan
Ainur   antibiotik dalam kehamilanAinur   antibiotik dalam kehamilan
Ainur antibiotik dalam kehamilanAinur
 
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk Ainur
 
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapiAinur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapiAinur
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxAinur
 
Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Ainur
 
Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)Ainur
 

More from Ainur (20)

Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
Ainur Pujianti (1321010001) - proses tahap 2
 
Jenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkupJenis evaluasi dan ruang lingkup
Jenis evaluasi dan ruang lingkup
 
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat KerjaPenyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
 
chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample chi square 2 sample & k sample
chi square 2 sample & k sample
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Metode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampelMetode pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel
 
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakatPeran serta dalam pengembangan masyarakat
Peran serta dalam pengembangan masyarakat
 
Metode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimentalMetode penelitian eksperimental
Metode penelitian eksperimental
 
Vitamin
Vitamin Vitamin
Vitamin
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur Pujianti
 
Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makananSistem pencernaan makanan
Sistem pencernaan makanan
 
SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3SMK3 & P2K3
SMK3 & P2K3
 
Ainur antibiotik dalam kehamilan
Ainur   antibiotik dalam kehamilanAinur   antibiotik dalam kehamilan
Ainur antibiotik dalam kehamilan
 
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
Ainur Pujianti - Akibat Kepadatan Penduduk
 
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapiAinur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
Ainur pujianti - pengobatan alternatif aromaterapi
 
Hiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptxHiperkes revisi.pptx
Hiperkes revisi.pptx
 
Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)Tanah longsor (BLT)
Tanah longsor (BLT)
 
Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)Jaringan hewan (ainur - vanda)
Jaringan hewan (ainur - vanda)
 

Bising- Ainur & Vibri & Vanda

  • 1.
  • 2. 1. Pengertian kebisingan 2. Jenis-jenis kebisingan 3. Skala intensitas Kebisingan 4. Baku Tingkat Kebisingan 5. Sumber-sumber kebisingan 6. Pengukuran kebisingan 7. Dampak kebisingan 8. Faktor yang mempengaruhi kebisingan 9. Pengendalian kebisingan
  • 3. 1. PENGERTIAN (Kep. Men. LH No.48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan) • Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan; • Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. • Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
  • 5. 1. Bising yang kontinyu • Bising yang kontinyu : Jenis bising ini mempunyai tingkat tekanan suara yang relative sama selama terjadinya bising. Contoh: air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik, mesin industri, dan lain-lain. • Bising kontinyu dibagi menjadi, yaitu: a. Wide spectrum: bising dengan spektrum frekuensi yang luas, bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun. b.Norrow spectrum: bising ini juga relative tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
  • 6. 2. Bising terputus-putus • Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relative tenang . misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api. 3. Bising impulsive • Bising ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarannnya seperti suara tembakan, suara ledakan mercon, meriam. 4. Bising impulsive berulang • Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa. Catatan tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
  • 7.
  • 8. 3. SKALA INTENSITAS KEBISINGAN
  • 9. 4. Standar Nilai ambang batas (NAB) kebisingan Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996). Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas (NAB)) peruntukan kawasan/lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48 Tahun 1996) :
  • 10. »Nilai Ambang Batas (threshold limit value) : batas pemaparan yang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu. »Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasi dimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan kerjanya selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan. »Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA.
  • 11. BAKU TINGKAT KEBISINGAN KEPMENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996, LAMPIRAN I PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN TINGKAT KEBISINGAN dB (A) A. PERUNTUKAN KAWASAN: 1. PERUMAHAN 55 2. PERDAGANGAN & JASA 70 3. PERKANTORAN & PERDANGANGAN 65 4. RUANG TERBUKA HIJAU 50 5. INDUSTRI 70 6. PEMERINTAHAN DAN FASILITAS UMUM 60 7. REKREASI 70 8. KHUSUSNYA  BANDAR UDARA, STASIUN KERETA API & PELABUHAN LAUT 70  CAGAR BUDAYA 60 B. LINGKUNGAN KEGIATAN 1. RUMAH SAKIT ATAU SEJENISNYA 55 2. SEKOLAH ATAU SEJENISNYA 55 3. TEMPAT IBADAH ATAU SEJENISNYA 55
  • 12. BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENURUT ZONA PERUNTUKAN KEPMENKES No. 718 THN. 1987 ZONA KAWASAN BAKU TINGKAT KEBISINGAN dB (A) A KAWASAN PENELITIAN, RUMAH SAKIT, PERAWATAN KESEHATAN ATAU SOSIAL 35 - 45 B KAWASAN PERUMAHAN, PENDIDIKAN DAN REKREASI 45 – 55 C KAWASAN PERKANTORAN, PERTOKOAN, PERDAGANGAN & PASAR 50 – 60 D KAWASAN INDUSTRI, PABRIK, STASIUN KERETA API DAN TERMINAL BUS 60 - 70
  • 13. Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) 1. Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari 2. Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug) 3. Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff 4. Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
  • 14. NAB KEBISINGAN ( Kepmen 51/Men/1999 )
  • 15. 5. Sumber-sumber kebisingan 1. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin. 2. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain. 3. Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
  • 16.
  • 18. 6. Pengukuran kebisingan • Mengukur overall level > sound level meter (satuan dBA) • Mengukur kebisingan pada setiap level frekuensi > SLM dengan frekuensi analyzer • Menentukan eksposur kebisingan pada pekerja > noise dosimeter (satuan dBA)
  • 19. Pengukuran akibat bising Untuk mengevaluasi akibat pemaparan terhadap kehilangan pendengaran, kenyamanan, interferensi komunikasi dan mengumpulkan informasi untuk pengontrolan.
  • 20. ALAT UKUR BISING • Sound Level Meter (SLM ). • Noise Dosimeter • Sound Level Meter + Oktave Band Analizer ( SLM OBA ). • Audiometer • Dll.
  • 21. Sound Level Meter • Sound level meter, mencatat keseluruhan suara yang dihasilkan tanpa memperhatikan frekuensi yang berhubungan dengan bising total (30-130 d) – (20-20.000Hz) • Sound level meter dengan octave band analyzer, mengukur level bising pada berbagai batas oktaf di atas range pendengaran manusia dengan mempergunakan filter menurut oktaf yang diinginkan (narrow band analyzers untuk spektrum sempit 2-200 Hz)
  • 22. AUDIOMETER • Alat untuk mengukur batas ambang dengar telinga pada berbagai frekwensi. • Suara yg penting dlm komunikasi antara 125 – 8000 Hz. • Bunyi didengar sbg rangsangan2 kpd telinga dng melalui hantaran udara dan hantaran tulang. • Setiap frekwensi -5 dB sampai 90 dB. • Hasil dicatat dlm audiogram.
  • 23. NOISE KALIBRATOR SOUND LEVEL METER NOISE MEASUREMENT KIT NOISE DOSIMETER
  • 25.
  • 26. 7. Dampak kebisingan • Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
  • 27. 8. DAMPAK KEBISINGAN 1. Gangguan fisiologis: peningkatan tekanan darah (mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris, ketegangan otot Kontraksi pembuluh darah, Meningkatnya tekanan darah, Meningkatnya denyut jantung, Meningkatnya produksi adrenalin, gangguan pencernaan 2. Gangguan psikologik, yang berupa: - Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur - Mudah marah - Kepala pusing & Cepat lelah - Menurunkan daya kerja - Menimbulkan stress 3. Gangguan keseimbangan ( melayang,vertigo, mual). 4. Gangguan komunikasi (tdk dengar isyarat/tanda bahaya ) 5. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang, jika dibiarkan berlanjut dapat menderita ketulian yang bersifat: Sementara, permanen, trauma akustik, prebycusis, titinus.
  • 28. International Standard Organization (ISO) mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan 1. Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40 dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A)) 2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 40-55 dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)). 3. Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55 dB(A) (hearing loss >55 dB(A))). 4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A) masih dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan pendengaran.
  • 29. 8. Faktor yang mempengaruhi bahaya kebisingan 1. Intensitas Kebisingan Makin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran. 2. Frekuensi Kebisingan Makin tinggi frekuensi kebisingan, makin besar kontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran. 3. Jenis Kebisingan Kebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untuk menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripada kebisingan yang terputus-putus. 4. Lama Pemaparan Makin lama pemaparannya, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran.
  • 30. 5. Lama Tinggal Makin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan, makin besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran. 6. Umur Pada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang dengan bertambahnya umur. 7. Kerentanan Individu Tidak semua individu yang terpapar dengan kebisingan pada kondisi yang sama akan mengalami perubahan nilai ambang pendengaran yang sama pula. Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap individu pada kebisingan berlainan, tergantung dari kerentanan tiap-tiap individu. 8. Lokasi pekerja Apabila lokasi pekerja semakin dekat dengan sumber bising maka makin besar resiko untuk terkena bahaya kebisingan
  • 31. 9. PENGENDALIAN KEBISINGAN a. Pengendalian pada sumber b. Pengendalian pada perambatannya c. Pengendalian pada pendengar
  • 32. a. Pengendalian pada sumber kebisingan Menurunkan tkt bising pd sumber : • Modifikasi mesin • Penempatan alat peteram pada sumber getaran • Isolasi : bhn/konst. Yg dpt mengurangi perjalan suara berupa tabir/ruang tttp. • Eliminasi • Substitusi • Maintenance • Rotasi mesin • Dsb
  • 33. b. Pengendalian pada media perambatannya kebisingan • Isolasi mesin sumber kebisingan pada ruangan tertentu • Pemakaian bahan peredam suara: ijuk atau busa • Pemasangan barrier: beton, gundukan tanah & baja dgn geometri tertentu, green belt • Buffer zone • Pengaturan jarak • Tumbuhan > Rumput > Semak > pohon • Dinding > Kayu > Bata/batu
  • 34. c. Pengendalian kebisingan pada penerima bising Barrier APD : > Ear plug (red 25-30 dBA) = < 100 dBA > Ear muff (red 30-40 dBA) = > 100 dBA PENYUMBAT TELINGA (BAHAN KARET: 18-25 db, COTTON WOOL: 8 dB ) Penempatan pekerja sesuai dengan kepekaan thd bising
  • 35. Ear plugs Properly fitted Wrongly fitted
  • 36. Ear muffs Proper clamping force Worn-out head band
  • 38. ISOLASI PEKERJA/MESIN DI TEMPAT BISING BAHAN ABSORBERBAHAN BARRIER