Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
RAMAH SAMPAH RAMAH DOMPET
1. RAMAH SAMPAH RAMAH DOMPET
Afifi Rahmadetiassani
Fakta yang kita hadapi saat ini adalah volume sampah di banyak tempat bertambah
akibat pesatnya pertumbuhan penduduk menyebakan pembuangan sampah terus meningkat
yang dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan dan akan bertambah parah apabila
tidak ada upaya penanggulangan. Sampah menjadi permasalahan yang sangat penting di
seluruh Negara khsusnya di kota-kota besar yang memiliki aktivitas dan jumlah penduduk
yang tinggi seperti Jakarta.
Permasalahan sampah di Jakarta menjadi semakin rumit pada saat kondisi di mana
sumber dan penampungan sampah tidak sebagaimana mestinya. Sampah yang semestinya
hanya ditemukan di tempat penampungan sampah, namun kenyataannya banyak ditemukan di
saluran pembuangan air dan sungai yang menumpuk serta menyumbat aliran air, kemudian
pada kondisi volume air yang tinggi dapat menyebabkan banjir yang airnya terkontaminasi
secara fisik, kimia dan biologi dari sampah. Selain itu, permasalahan sampah juga menyentuh
ranah penumpukan yang dapat disebabkan oleh minimnya tempat pembuangan dan
pengeolaan sampah di setiap daerah. Faktor utama yang paling berpengaruh adalah minimnya
kesadaran masyarakat mengenai pengeloaan sampah yang benar, hal tersebut terlihat pada
kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah tidak pada tempatnya.
Pada kondisi lain, pengeloaan sampah yang banyak membutuhkan biaya yang tinggi.
Termasuk biaya pengangkutan, transportasi dan gaji tenaga pengangkut. Pada beberapa
perumahan atau perkantoran, biasanya ada iuran atau sumbangan rutin untuk membiayai
pengelolaan sampah, namun, pada kondisi menghasilkan sampah yang semakin pesat, maka
hal tersebut akan berbading lurus dengan biaya yang ditimbulkan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya ekonomis untuk
mengurangi sampah dan menjadikannya sebagai gaya hidup ramah lingkungan ramah dompet
berupa tindakan-tindakan sederhana sebagai berikut:
1. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai
Kecendrungan masyarakat yang selalu ingin serba praktis juga menimbulkan masalah
yang besar. Seperti contohnya selalu menggunakan nasi kotak untuk menjamu tamu daripada
menggunakan prasmanan yang memiliki efek sampah yang sedikit; penggunaan sedotan yang
2. berlebihan; penggunaan plastik untuk membungkus makanan serta pembelian minuman
ringan berupa kaleng atau plastik yang bisa diganti dengan cara membeli minuman ringan
dengn menggunakan botol kaca sehingga dapat dikembalikan juga menimbulkan efek yang
besar (Arif dkk., 2009)
2. Menggunakan bahan pengganti
Contoh penggunaan bahan pengganti yang dapat dilakukan sehari-hari adalah selalu
membawa tempat minum sebagai penghematan pembelian air mineral dan pengendalian
sampah yang dihasilkan dari botol air mineral. Seperti yang terdapat pada simulasi lampiran
1, dengan asumsi setiap individu mengkonsumsi delapan liter air putih sehari, maka satu
individu yang menggunakan tempat minum setiap hari dan mengisi secara refill mampu
menghemat uang sebesar Rp 1,775,789. Namun sistem ini belum sepenuhnya efisien karena
belum banyak masyarakat yang melakukannya, sehingga sarana untuk refill minuman masih
bukan merupakan hal yang mudah dijumpai.
3. Menggunakan barang yang awet
Kecenderung masyarakat membeli suatu barang dengan harga murah namun tidak
selalu melihat kualitas dan daya tahan barang tersebut. Kebiasaan tersebut tanpa disadari
menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada membeli barang yang awet dengan harga yang
lebih mahal. Seperti contoh simulasi pada lampiran 2, jika satu individu membeli tas harga
murah dengan kualitas yang standart daya tahan satu tahun maka pengeluaran yang
dibutuhkan membeli setiap tahunnya akan lebih besar jika dibandingkan dengan satu individu
membeli tas yang awet lima tahun dengan harga yang lebih mahal. Total sampah yang
dihasilkan akan lebih sedikit dibandingkan dengan pembelian tas murah dengan daya tahan
tahun.
4. Menggunakan bahan organik yang cepat mengalami daur ulang (mendaur ulang
barang-barang yang tidak terpakai)
Penggunaan barang seperti plastik, kaleng, kertas memiliki daya penguraian yang
berbeda-beda. Seperti yang dikutip Arif dkk (2009) kertas dapat diurai selama 2-5 bulan;
Kulit buah diurai selama 6 bulan; Filter rokok diurai selama 10-12 tahun; Alumunium diurai
selama 80-100 tahun; Baterai bekas diurai selama 100 tahun; Plastik yang tertimbun ditanah
diurai selama 200-1000 tahun; Styrofoam tidak dapat diurai sama sekali dan lain-lain.
3. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat sudah semestinya untuk
mengendalikan sampah yang dikeluarkan dan mengolah sampah-sampah yang dihasilkan
untuk menjadi barang yang dapat dipakai kembali. Apabila hal tersebut dapat menjadi gaya
hidup, maka dampak positif yang ditimbulkan adalah masyarakat dapat membantu program
pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan dengan kegiatan daur ulang dan
meningkatkan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat; dengan kata lain, biaya yang
dikeluarkan untuk mengolah sampah berkurang.
4. Simulasi Lampiran 1
Nama
barang
Jenis
barang
Volume
(L)
Harga
Model
Volume
(air/L/hari)
Model Waktu (360 hari) Extra Nominal Keterangan
air mineral botol 0.5 Rp 3,000.00 6000 Rp 2,160,000.00 Rp 2,160,000.00
galon 19 Rp 15,000.00 789 Rp 284,210.53 Rp 100,000.00 Rp 384,210.53 Botol minum
Total Penghematan
Rp 1,775,789.47
Jika diasumsikan 1 individu membutuhkan air sebanyak 1 L setiap harinya, dengan membeli air mineral dengan hargaRp 3000 dengan
kemasan 500 mL maka biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 6000 untuk memenuhi 1 L. Jika dikakulasikan selama 1 tahun maka kebutuhan
1 individu adalah sebesar Rp 6000 x 360 hari = Rp 2.160.000/tahun/L.
Jika setiap harinya 1 individu membawa tempat minum dan sudah ada sistem air isi ulang disetiap tempat, maka biaya yang dikeluarkan
adalah sebesar Rp 384.210/tahun/L. Hal ini diasumsikan jika penyediaan air isi ulang tersebut mnggunakan gallon dengan isi 19 L yang berharga
Rp 15.000, maka harga per Liternya adalah Rp 15.000/19 L = Rp 789. Bila dikaulasikan untuk 1 tahun maka dibutuhkan biaya sebesar Rp
285.210/tahun/L. Namun karena ini menggunakan tempat minum, maka diasumsikan harga tempat minum adalah Rp 100.000 maka total
keseluruahn yang dikeluarkana adalah Rp 384.210/tahun/L. Jika dibandingkan dengan pembelian air minum setiap harinya, penggunaan tempat
minum akan menghemat Rp 1.775.789/tahun/L.
5. Simulasi Lampiran 2
Nama
barang
Kualitas
Barang Harga Daya Tahan (Tahun) Model Waktu (360 hari) Nominal
Tas
Standart 50,000.00 0.5 100,000.00 Rp 100,000.00
Bagus 250,000.00 5 50,000.00 Rp 50,000.00
Total Penghematan Rp 50,000.00
Jika diasumsikan 1 individu kecendrungan membeli tas dengan harga murah namun memiliki kualitas standart yang memiliki daya tahan
selama 6 bulan dengan harga Rp 50.000 maka untuk memenuhi selama 1 tahun dibutuhkan biaya Rp 100.000. Jika dibandingkan dengan
membeli barang yang lebih bagus yang memiliki daya tahan 5 tahun dengan harga Rp 250.000 maka dalam 1 tahun akan mengeluarkan biaya Rp
50.000. Hal ini dapat menghemat Rp 50.000 setiap tahunnya.