1. DEPO AIR KEJUJURAN STANSA
Artikel : Lili Andajani
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi, “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Apakah pasal itu sudah ada gaungnya dan terlaksana ? Apakah benar
semua rakyat Indonesia sudah mendapatkan hak mendasarnya seperti Air yang layak minum
dan udara bersih untuk menunjang kualitas hidup yang baik ? Apakah hanya orang yang
memiliki uang saja yang boleh menikmati air bersih dan udara bersih ?
Sebagai warga negara yang kritis tentu hal ini juga menjadi pemikiran. Dimusim
kemarau yang panjang ini, harga air mineral kemasan tiba-tiba naik. Konon khabarnya
beberapa sumber mata air yang dikuasai oleh Perusahaan air mineral kemasan tidak lagi
mengeluarkan air. Kita akan diam saja ? Kalau perusahaan air kemasan menaikan harga, kita
ikuti saja ? Karena itu sudah “Nasib” ?
Mari kita lihat perhitungan berikut. Biasanya, harga air galon 19 liter adalah Rp
11.000,00. Harga air kemasan plastik 600 ml biasanya berkisar Rp 1.500,00. Kalau saja air
yang 19 liter ini diisikan ke dalam kemasan 600 ml, maka = (19 X 1000 ml ) : 600 ml =
berkisar 31 botol. Maka harga air saja, tanpa kemasan per 600 ml adalah 11.000 : 31 botol =
Rp 355,00. Kalau kita mengonsumsi air kemasan 600 ml dengan harga Rp 1.500, maka
harga airnya adalah Rp 355 dan harga kemasannya adalah Rp 1.500 – 355 = Rp 1.145,00.
Airnya begitu murah, tetapi kemasannya yang nantinya kita buang (baca : tidak kita makan /
minum) begitu mahal. Plastik kemasan air mineral itu sendiri, kalau berakhir di tempat
sampah, atau mengotori air sungai, laut dan tanah, menjadi bahan pencemar yang terurainya
ribuan tahun. Bahkan kalau dibiarkan saja, sampah-sampah ini sangat mengganggu daur
alami air. Nah, sebenarnya kita sebagai konsumen, berhak menentukan sikap yang lebih
ramah lingkungan untuk mengonsumsi sesuatu, termasuk air minum.
Atas dasar pemikiran-pemikiran di atas SMPK Stanislaus membuka “DEPO AIR
KEJUJURAN”. Setiap siswa dihimbau untuk membawa botol minum sendiri, agar sampah
plastik yang dihasilkan oleh sekolah semakin berkurang. Botol minum yang dibawa sendiri
ini, boleh diisi sendiri dengan air galon, yang disediakan di “DEPO AIR KEJUJURAN”
dengan secara sadar mengisi uang dengan sukarela di tempat yang disediakan. Di “DEPO
AIR KEJUJURAN” ini, tidak ada penunggu yang menghitung jumlah uang yang disetor oleh
pengguna air. Tetapi disediakan tulisan himbauan, agar siswa secara sadar mengisi tempat
uang agar “DEPO AIR KEJUJURAN” dapat terus disediakan secara berkelanjutan, untuk
menyediakan air minum yang layak untuk setiap siswa STANSA secara murah, tanpa
harus menambah jumlah sampah plastik sekolah, yang bisa saja turut mencemari
lingkungan dan merusak daur alami air.