Konvensi perserikatan bangsa bangsa tentang keanekaragaman hayati (cbd) rio de janerio-brazil, 1992
1. KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG
KEANEKARAGAMAN HAYATI (CBD) RIO de JANERIO-BRAZIL, 1992
TUGAS BIOLOGI KONSERVASI
Oleh : Afifi Rahmadetiassani (083112620150008)
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2011
2. Konvensi keanekaragaman hayati merupakan konvensi Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang ditandatangani oleh 157 kepala negara atau wakil
pemerintahan pada waktu diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth
Summit). KTT Bumi dengan dukungan PBB ini diadakan pada tanggal 3-14 Juni
1992 di Rio de Janerio, Brazil. Konvensi ini lebih dikenal dengan nama United
Nations Conventions on Biological Diversity (UN CBD).
Sebelum konvensi ini diajukan dalam Earth Summit, sebelumnya telah
diadakan 3 pertemuan penting yang membahas persiapan konvensi ini, antara lain
pertemuan yang bersifat teknis dan pertemuan para pakar yang diadakan antara
bulan November 1988 dan Mei 1992. Pada tanggal 17 Juni 1987, dibentuk tim Ad
Hoc Working Group of Experts on Biological Diversity (kelompok kerja khusus
yang berisi pakar di bidang keanekaragaman hayati). Hasil dari pembentukan
kelompok itu adalah pengadaan tiga sidang dalam rentan waktu November 1998
dan Juli 1990. Pada laporan akhir Ad Hoc Working Group of Experts, Governing
Council No 15/34 tanggal 25 Mei 1989 dibentuk Ad Hoc Working Group of
Legal and Technical Experts yang memiliki kewenangan dalam merundingkan
perangkat hukum internasional untuk pelestarian dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara lestari.
Tim Ad Hoc tersebut telah menyelenggarakan sidang-sidang sebagai
berikut :
1. Sesi Pertama kelompok kerja tim Ad Hoc hukum dan ahli bidang
keanekaragaman hayatidi Nairobi, Kenya. Pertemuan pertama
diselenggarakan antara tanggal 19-23 November 1990.
2. Pertemuan kedua, dilaksanakan di Nairobi, Kenya antara tanggal 25 Februari-
6 Maret 1991.
3. Pertemuan ketiga meruapakan pertemuan Tim Perundingan Internasional
untuk CBDdi Madrid, Spanyol pada tanggal 24 Juni - 31 Juli 1991. Dalam
sidang ini disajikan dan dibahas konsep (draft) CBD.
4. Pertemuan keempat Tim Perundingan Internasional untuk CBDdi Nairobi,
Kenya pada tanggal 23 September-2 Oktober 1991.
3. 5. Pertemuan kelima Tim Perundingan Internasional untuk CBDdi Jenewa,
Swiss pada tanggal 25 November- 4 Desember 1991.
6. Pertemuan keenam Tim Perundingan Internasional untuk CBDdi Nairobi,
Kenya antara tanggal 6-15 Februari 1992.
7. Sidang terakhir diadakan di Nairobi, Kenya pada tanggal 11-22 Mei 1992.
Pada sidang terakhir ini disusun Nairobi Final Act of the Conference for the
Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity.
Hampir semua negara diundang untuk berpartisipasi dalam pertemuan
pengesahan teks Konvensi yang telah disetujui. Selain 157 negara, ikut hadir pula
Masyarakat Eropa dan beberapa badan-badan dalam Perserikatan Bangsa-bangsa
dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional sebagai peninjau.
Setelah pengesahan ini dikeluarkan Resolution Adopted by the Conference for
the Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity
berjumlah 4 buah yang semuanya ini disahkan pada tanggal 22 Mei 1992 yang
berisi tentang :
1. Kesepakatan Finansial Sementara ( Interim Financial Agreement).
2. Kerjasama Internasional untuk konservasi keanekaragaman hayati dan
pemanfaatan yang berkelanjutan untuk menuju CBD
3. Adanya saling keterhubungan antara CBD dengan promosi pertanian yang
berkelanjutan
4. Penghargaan kepada Pemerintah Repubik Kenya.
Selain itu dikeluarkan juga “Declarations Made at the Time of Adoption of
the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity”, yang diantaranya
berisi saran, keberatan, usul perubahan dan penyempurnaan.
Setelah berbagai persoalan yang menyangkut draft konvensi dapat
dipersiapkan maka draft tersebut diajukan dalam KTT Bumi yang kemudian
ditandatangani oleh para wakil negara. Lebih dari 160 negara telah
menandatangani konvensi ini. Namun konvensi ini akan berlaku efektif setelah 90
hari dengan terpenuhinya syarat ratifikasi, yaitu adanya negara ke 30 yang
menandatangani konvensi ini, dalam hal ini adalah Mongolia yang ikut
menandatangani pada tanggal 30 September 1993. Sehingga Konvensi
4. Keanekaragaman hayati ini berlaku efektif pada tanggal 29 Desember 1993,
setelah 18 bulan sejak terbuka untuk ditandatangani pada KTT Bumi 1992.Berikut
negara-negara yang telah menandatangani Konvensi ini hingga akhir Desember
1993 :
1. Antigua 23. Cook Islands
2. Barbuda 24. Saint Kitts and Nevis
3. Mexico 25. Czech
4. Armenia 26. Republic Saint Lucia
5. Monaco 27. Denmark
6. Australia 28. Seychelles
7. Spain 29. Ecuador
8. Bahama 30. Mongolia
9. Nauru 31. Fiji
10. Barbados 32. Sweden
11. Nepal 33. Germany
12. Belarusia 34. Tunisia
13. New Zealand 35. Uganda
14. Belize 36. Japan
15. Norway 37. Uruguay
16. Burkina 38. Maldives
17. Faso 39. Vanatau
18. PNG 40. Marshall Island
19. Canada 41. Zambia
20. Phillipines 42. Mauritius
21. China (UNEP, 1993)
22. Portugal
Sejak Konvensi ini telah memenuhi syarat ratifikasi, beberapa negara
kemudian menyusul untuk meratifikasi konvensi ini sebanyak 180 negara dengan
tujuan utama untuk melindungi keanekaragaman hayati, memanfaatkan
keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, dan membagi manfaat keuntungan
5. yang diperoleh dari produk hasil keanekaragaman hayati, dalam hal ini dengan
membuat hak kepemilikan intelektual (Intelectual Property Right-IPR).
Pada tanggal 11-15 Oktober 1993 Intergovernmental Committee on the
Convention on Biological Diversity (ICCBD) telah mengadakan pertemuan, yang
bertujuan untuk mempersiapkan pertemuan pertama para pihak penandatangan
konvensi. Pertemuan ini mendiskusikan kebijakan, kelembagaan serta membuat
beberapa rekomendasi.
Konsep CBD
Konsep-konsep mengenai keanekaragaman hayati yang telah ada perlu
dilakukan dalam bentuk hukum yang dapat ditaati oleh negara-negara di dunia.
Hal ini karena keanekaragaman hayati sudah merupakan kekayaan dunia yang
bermanfaat bagi proses kehidupan di bumi yang juga kelak akan diwariskan bagi
generasi mendatang. Seperti umumnya suatu konvensi internasional, Konvensi
Keanekaragaman hayati ini memiliki bagian-bagian yang dapat disingkat.Bagian-
bagian tersebut adalah :
a. Batang Tubuh : Terdiri atas pembukaan dengan 42 Pasal, yaitu :
Pasal 1 : Berisi tujuan konvensi
Pasal 2 : Pemakaian istilah
Pasal 3 : Asas konvensi
Pasal 4 : Kerangka hukum
Pasal 5 : Kerangka kerjasama
Pasal 6 : Upaya umum pelestarian dan pendayagunaan berkelanjutan
Pasal 7 : Identifikasi dan pemantauan
Pasal 8 : Pelestarian in-situ
Pasal 9 : Pelestarian ex-situ
Pasal 10 : Pendayagunaan berkelanjutan dari komponen keanekaragaman
hayati
Pasal 11 : Upaya intensif
Pasal 12 : Penelitian dan pelatihan
Pasal 13 : Pendidikan masyarakat dan peningkatan kesadaran
6. Pasal 14 : Analisis dampak dan meminimisasi dampak negatif
Pasal 15 : Akses pada sumber genetika
Pasal 16 : Akses dan alih teknologi
Pasal 17 : Pertukaran informasi
Pasal 18 : Kerjasama teknik dan ilmiah
Pasal 19 : Penanganan bioteknologi dan persebaran keuntungannya
Pasal 20 : Sumber pendanaan
Pasal 21 : Mekanisme pendanaan
Pasal 22 : Hubungan dengan konvensi internasional lainnya
Pasal 23 : Konperensi para pihak
Pasal 24 : Sekretariat
Pasal 25 : Badan penunjang untuk nasihat-nasihat ilmiah teknis dan
teknologi
Pasal 26 : Laporan para pihak
Pasal 27 : Penyelesaian perselisihan
Pasal 28 : Pengesahan protokol
Pasal 29 : Perubahan konvensi atau protokol
Pasal 30 : Pengesahan dan perubahan lampiran
Pasal 31 : Hak suara
Pasal 32 : Hubungan antara konvensi dan protokolnya
Pasal 33 : Penandatangan
Pasal 34 : Ratifikasi, penerimaan atau persetujuan
Pasal 35 : Keikutsertaan
Pasal 36 : Berlakunya konvensi
Pasal 37 : Reservasi
Pasal 38 : Pengunduran diri
Pasal 39 : Pengaturan pendanaan sementara
Pasal 40 : Pengaturan sekretariat sementara
Pasal 41 : Depositary
Pasal 42 : Teks asli
7. b. Lampiran (Annexes), lampiran ini terdiri dari :
1. Lampiran I : Indentifikasi dan Monitoring
2. Lampiran II : Bagian I tentang arbritase dibagi menjadi 17 Pasal dan
bagian II tentang konsiliasi dibagi menjadi 6 Pasal
c. Daftar Negara Penandatangan pada masa Konferensi dari tanggal 3 - 14 Juni
1992.
Konvensi ini mengatur banyak persoalan di hampir seluruh bidang seperti
politik, sosial, biologi,ekonomi, hukum, hingga masalah teknologi. Namun
demikian hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan memperlancar
operasionalisasi konvensi ini.
Agenda 21
Agenda ini membahas tentang upayauntuk menghubungkan isu
lingkungan dengan berbagi macam masalah pembangunan. Rencana kerja yang
dirumuskan antara lain untuk menghadapi masalah-masalah atmosfir, degradasai
lahan, desertifikasi, pembangunan kawasaan pegunungan, pertanian dan
perkembangan desa, deforestasi, lingkungan akutik dan polusi.
Dalam merealisasikan CBD, salah satu upaya yang dilakukan adalah
Konvensi Aarhus dimana isinya mangharuskan pemerintah untuk memberikan
data lingkungan, hak-hak kepada masyarakat, organisasi dan negara untuk
melakukan penyelidikan terhadap penyebab suatu masalah lingkungan hidup dan
melakuan aksi untuk menguranginya. Jadi, 40 negara yang menandatangani
konvensi ini, mangakui hak masyarakat untuk hidup di lingkungan yang sehat.
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangai CBD, melalui
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia telah manghasilkan beberapa progres
yaitu :
1. Meratifikasi CBD dengan UU no. 5.1994 tentang pengesahan UN CBD.
2. Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia
2003-2020
3. Melakukan penyeliaan pelaksanaan CBD dengan menyusun Laporan
Nasional ke-3
8. 4. Pengembangan Kerangka Kerja Nasional Keanekaragaman Hayati
5. Meratifikasi Protokol Cartagena dengan UU no. 21/ 2004 tentang pengesahan
Protokol Cartagena atas CDB
6. Menerbitkan PP no.21/2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa
Genetika
7. Pengembangan modul modular untuk harmonisasi perlaporan nasional CBD.
8. Menjadi tuan rumah Konvesi Biodiversitas di Indonesia (Bali, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Hardjasoemantri, K. Hukum Perlindungan Lingkungan; Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta, 1991
Indrawan, M. Primack, R. B. Supriyatna, J. Biologi Konservasi. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta, 2007
Mac Kinnon, K. Alam Asli Indonesia. Yayasan Hijau-PT Gramedia. Jakarta, 1986
McNeely, J.A. Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta, 1992
Pramudianto, A. Keanekaragaman Hayati Dalam Perkembangan Hukum
Lingkungan Internasional.
www.staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/keanekaragaman_hayati_
dalam_ perkembangan_hukum_lingkungan_internasional/htm. 4
November 2011.
Terjemahan Resmi Salinan Naskah Asli Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Tentang Keanekaragaman Hayati
UNEP Newsletter Asia Pasifik October-Desember 1993 Vol 10 No. 4
United Nations. The Global Partnership for Environment and development, A
Guide to Agenda 21. UNCED. Geneva, 1992