SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Suara Karya 
Minggu, 13 Januari 2008 
Sebotol Mineral 
Cerpen: Isbedy Stiawan ZS 
PEREMPUAN paruh usia bertutup kepala itu cepat sekali lenyap. Seperti ditelan remang 
senja. Seteleh mengucapkan terima kasih atas sebotol minertal untuk bernuka puasa. Mas 
Tohari berkali-kali keluar rumah makan, ingin mencari ibu itu. Tetapi, tak juga dilihatnya 
bayang-bayang ibu itu sedikit pun. Mas Tohari tampak gelisah, seperti menyesali diri. 
"Ibu itu mungkin sudah jauh," kata Halim. Mereka baru tersadar setelah mas Tohari 
berkali-kali mendongakkan kepalanya keluar pintu, mencari ibu paruh usia yang berpakaian 
agak kumuh-betutup kela sejenis selendang digulung menyembunyikan rambutnya. 
"Kukiran masih dekat. Mungkin ia masuk gang," ujar mas Tohari. Ia hendak mengajak 
Halim, teman kami yang lain. "Kau ikut aku, Lim, siapa tahu ibu tadi belum jauh. Siapa 
tahu mengaso di gang sebelah." 
Halim beringsut dari kursi. Hidangan untuk berbuka puasa sudah disajikan. Di Ubud ini 
hanya sedikit mereka menemukan rumah makan yang bisa menyelerakan lidah: masakan 
Padang. Dan, dari sedikit itu hanya rumah makan ini paling tepat dengan lidah mereka. Itu 
sebabnya, untuk sahur dan berbuka puasa, rumah makan ini menjadi pilihan. 
Semula mas Tohari dan Wira tak tahu rumah makan yang mampu menggairahkan lidah. 
Untunglah Halim yang kebetulan menyewa sepeda motor mengeliling setiap liku Ubud, dan 
dapatlah rumah makan khas Minang ini. Sejak itu-selama 5 hari di Ubud dalam rangka 
mengikuti suatu kegiatan internasional-mereka ketagihan mampir ke rumah makan sebelah 
Timur kota Ubud ini. 
Dan, senja tadi seorang ibu paruh usia muncul di depan pintu. Ia ingin membeli sebotol 
mineral ukuran besar degan memberi uang Rp5 ribu. Tentu saja, penjual yang hanya 
pegawai tak memberi karena uang ibu tidak cukup. Mas Tohari segera meminta pedagang 
itu agar memberikan sebotol mineral itu pada ibu. "Ambillah, ibu. Saya yang bayar," kata 
mas Tohari. 
"Alhamudillah. Terima kasih, uang ini untuk jajan buka puasa saya hari ini," kata ibu itu 
segera berlalu. Begitu cepat. Sebab hanya beberapa detik dari kepergiannya, mereka 
tersadar kalau ibu itu tak saja membutuhkan sebotol mineral untuk menghilangkan 
dahaganya, melainkan ia amat memerlukan uang-setidaknya-untuk membeli makanan 
untuk berbuka puasa. 
"Ya Allah, kita sudah menganiaya diri kita," keluh mas Tohari. Usia Mas Tohari tertua di 
antara mereka. Ia juga dikenal sebagai ustad dan pemilik sekolah Islam di kotanya. Mas 
Tohari adalah, ah, tak perlulah kusebut profesinya yang lain yang konon cukup banyak itu. 
Tapi, kali ini ia merasa terlecehkan. Rasa peduli sesama manusia kini teruji. Ia menyadari 
uang untuk membayar sebotol mineral buat ibu untuk bebruka puasa tiada nilanya, dengan 
uang yang dimilikinya di saku. Selama ini aku menggembor-gemborkan bahwa mencintai 
Tuhan sama artinya mengasihi orang-orang telantar, miskin, dan papa. Ia menggumam. 
Yang lain hanya memandangnya kosong.
Mas Tohari seperti tak sedap duduk. Seperti ada paku yang menancap di kursinya. Ia 
gelisah sekali. Ia menyadari iblis yang teramat kikir sudah memengaruhi rasa kesetiaannya 
pada sesama. Mengapa tadi ia tak sekalian memberikan uang barang Rp50 ribu atau Rp100 
ribu, toh tak akan menumpaskan isi sakunya? Seharusnya aku tadi segera memberi uang 
padanya. Tapi, kenapa tak jadi? Ia menggumam lagi. Menyesal sekali. 
"Sudahlah, mas, mungkin rezeki ibu itu bukan di sini, bukan dari kita," Dendi berujar. Ia 
lalu mempersilahkan mas Tohari untuk menyantap. Hidangan sudah tersaji. Waktu berbuka 
sudah tiba. Bersegera memecahkan puasa adalah wajib. Namun mas Tohari tak lagi 
berselera mencecap sajian. Hanya membasahi tenggorokannya dengan seteguk air, 
kemudian keluar, setelah ia memberi uang Rp 100 ribu kepada Wira untuk membayar pada 
pemilik warung. Ia juga mengingatkan teman-temannya supaya jangan lupa membayar 
sebotol mineral untuk ibu paru usia tadi. 
Mas Tohari kemudian mencari ibu paruh usia yang seakan lesap dalam keremangan 
maghrib. Sendiri. 
Ia susuri sepanjang jalan di Ubud menuju Barat. Tak terasa ia melangkah mendekati Casa 
Luna, Warung Arys, Puri Palace-tempat di mana ia kemarin diundang makan dan 
pembukaan sebuah festival internasional. Kemarin aku makan di tempat mewah ini, dengan 
hidangan selera para turis namun tidak selera lidahku yang lokal ini. Aku hanya mencicipi 
sekadar untuk selanjutnya kubiarkan tersisa di meja sampai pelayan memungutnya kembali, 
dan menyajikan makanan lain. Tetapi, senja tadi aku diuji oleh seorang ibu paro usia. 
Hanya dengan sebotol mineral yang tak sanggup ia bayar untuk membuka puasanya, tentu 
tanpa makanan. 
Dan, aku seperti masabodo pada nasibnya. Hanya membayar sebotol mineral yang tak lebih 
dari Rp 10 ribu. Sungguh, aku sudah kehilangan rasa syukurku. Apa gunanya aku seharian 
menahan haus dan lapar, kalau hatiku tak tergerak menyaksikan orang yang untuk 
membuka puasa pun tak lagi punya. Berulang-ulang ia menyesali keteledorannya. 
Menyesal mengapa hatinya tak menggerakkan tangannya untuk merogoh sakunya, dan 
memberi selembar atau dua lembar Rp 5 ribuan kepada ibu paro usia tadi? 
Teman-temannya pun tak mengingatkan. Mereka juga baru tersadar dan seolah ingin 
berlomba berbuat amal, setelah ibu itu menghilang. Amal yang tiada gunanya. Niat yang 
cuma sebatas bibir. 
Mas Tohari belum juga kembali ke rumah makan. Waktu sudah pukul 21.15. Teman-temannya 
yang ditinggal mas Tohari mulai gelisah. Mereka khawatir mas Tohari tersesap 
dalam keasingan kota Ubud. Was-was kalau-kalau mas Tohari tak tak tahu jalan ke 
penginapan. 
"Kita harus cari mas Tohari. Aku khawatir ia kesasar!" ajak Halim. 
"Ah, tak mungkinlah. Mas Tohari bukan anak-anak lagi. Ia bisa bertanya pada orang ke 
mana jalan ke penginapannya," bantah Wira. 
"Siapa tahu dia benar-benar kesasar. Mas Tohari pergi dalam keadaan kalut, perasaan 
bersalah, pikirannya tentu lagi kosong!" Dendi mendukung Halim. 
"Oke, kalau begitu!" akhirnya Wira menyetujui. "Kita berbagi arah. Halim ke Barat, Dendi 
ke Timur. Dan aku ke Utara. Jam 23 nanti kita bertemu di depan Casaluna, ya," 
* * *
MENCARI mas Tohari di tempat asing bukan gampang. Mereka pendatang yang baru tiba 
beberapa hari ini, dan belum seluruh lekuk-liku tubuh Ubud dijelajahi. Jalan yang mereka 
ketahui hanya dari penginapan ke Indus, Gaya Fusion, Four Session Hotel, Casaluna, Puri 
Palace, dan rumah makan khas Minang ini. hanya sejengkal dari beribu meter "kampung 
dunia" para turin ini. 
Ketika berjumpa di Casaluna seperti waktu yang disepakati, ketiganya menggeleng. Mereka 
makin disergap cemas yang sangat. Kekhawatiran tak akan bertemu lagi mas Tohari, 
membuat wajahnya pasi. 
Halim mengusulkan agar melaporkan ke pania. Wira menolak, sebab ia merasakan yang 
mereka lakukan belum maksimal. Tetapi, Dendi ngotot sebaiknya meminta bantuan pihak 
kepolisian untuk mencari mas Tohari. 
"Bagaimana caranya kita harus menemukan mas Tohari malam ini juga!" kata Dendi. 
"Siapa yang membiarkan mas Tohari hilang?" Wira berujar dengan suara sedikit meninggi. 
"Tapi, bukan begitu caranya. Jangan cepat menyerah. Kita belum maksimal mencarinya. 
Bagaimana kalau kita cari lagi? Kita susuri jalan ke rumah makan tadi? Di sana aku lihat 
tadi ada gang, agak gelap dan pengap memang, siapa tahu mas Tohari ada di sana." 
"Aku tak yakin mas Tohari ke sana. Aku lihat sendiri tadi ia berbelok ke kanan, bukan 
masuk ke gang itu," elak Halim. 
"Kupikir bisa kita coba usulan Wira." 
"Ah, aku malas. Kalian saja," sela Halim. "Aku menunggu di sini saja, siapa tahu mas 
Tohari ke sini." 
Tanpa berpikir lagi, Wira dan Dendi segera kembali menyusuri jalan ke arah rumah makan. 
Ia masuki gang pengap dan gelap tak jauh dari rumah makan tadi. Tetapi, selain rumah-rumah 
kumuh dan gubuk-gubuk terbuat triplek di dalam gang itu, mereka tak mendapati 
mas Tohari. 
Entah di mana dan ke mana mas Tohari. Kecemasan mereka makin menjadi-jadi. Saling 
merutuk diri mengapa tak menemani mas Tohari mencari ibu paruh usia yang misterius itu? 
Sampai esok pagi mas Tohari tak kembali ke penginapan. Dan, ibu paro usia yang telah 
membuat hibuk itu, teramat sulit untuk dijumpai lagi di Ubud yang tak terjengkal luasnya 
oleh kaki mereka. Pohonan yang rindang dan lebat-sangat banyak menghiasi dan menjadi 
khas Bali-bisa saja menenggelamkan orang semacam ibu tadi. 
Dan, mas Tohari sia-sia menemukan ibu itu. Sementara ketiga rekannya juga sia-sia 
menunggu kedatangannya. Layaknya mendapati sebatang jarum di keluasan padang pasir. 
*** 
(persembahan buat Ahmad Tohari, Marhalim, dan Wiratmadinata) 
* Ubud-Lampung, September-Oktober 2007

More Related Content

What's hot

What's hot (18)

PELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIKPELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIK
 
Cerita nyata yg mengharukan
Cerita nyata yg mengharukanCerita nyata yg mengharukan
Cerita nyata yg mengharukan
 
Di balik tawa
Di balik tawaDi balik tawa
Di balik tawa
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
Cerita
CeritaCerita
Cerita
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
Menebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di JalankuMenebus Dosa Di Jalanku
Menebus Dosa Di Jalanku
 
Apologi e
Apologi eApologi e
Apologi e
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
Karena dia
Karena diaKarena dia
Karena dia
 
ILANA TAN " summer in seoul "
ILANA TAN "  summer in seoul "ILANA TAN "  summer in seoul "
ILANA TAN " summer in seoul "
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)Ibu meninggal (hudan hidayat)
Ibu meninggal (hudan hidayat)
 
Aq mencintai suaimi ku
Aq mencintai suaimi kuAq mencintai suaimi ku
Aq mencintai suaimi ku
 
short story
short storyshort story
short story
 
Sampai jumpa di surga
Sampai jumpa di surgaSampai jumpa di surga
Sampai jumpa di surga
 
Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)Perempuan kedua (labibah zain)
Perempuan kedua (labibah zain)
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 

Viewers also liked

Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Arvinoor Siregar SH MH
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Arvinoor Siregar SH MH
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Arvinoor Siregar SH MH
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Arvinoor Siregar SH MH
 
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Arvinoor Siregar SH MH
 

Viewers also liked (15)

Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Tak bisa pulang (eh kartanegara)
Tak bisa pulang (eh kartanegara)Tak bisa pulang (eh kartanegara)
Tak bisa pulang (eh kartanegara)
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Serpih persahabatan (eni muslihah)
Serpih persahabatan (eni muslihah)Serpih persahabatan (eni muslihah)
Serpih persahabatan (eni muslihah)
 
Tentang musim (lan fang)
Tentang musim (lan fang)Tentang musim (lan fang)
Tentang musim (lan fang)
 
Perkawinan rahasia (evi idawati)
Perkawinan rahasia (evi idawati)Perkawinan rahasia (evi idawati)
Perkawinan rahasia (evi idawati)
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Pintu yang terkunci (azizah hefni)
Pintu yang terkunci (azizah hefni)Pintu yang terkunci (azizah hefni)
Pintu yang terkunci (azizah hefni)
 
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
 
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
 
Sepatu tuhan (ugoran prasad)
Sepatu tuhan (ugoran prasad)Sepatu tuhan (ugoran prasad)
Sepatu tuhan (ugoran prasad)
 

Similar to Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)

Similar to Sebotol mineral (isbedy stiawan zs) (20)

Timbunan sampah (edi supardi emon)
Timbunan sampah (edi supardi emon)Timbunan sampah (edi supardi emon)
Timbunan sampah (edi supardi emon)
 
Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti
 
Part 2 luka luka hidup yang telah berlalu
Part 2 luka luka hidup yang telah berlaluPart 2 luka luka hidup yang telah berlalu
Part 2 luka luka hidup yang telah berlalu
 
Kelompok borobudur
Kelompok  borobudurKelompok  borobudur
Kelompok borobudur
 
Paman Don.docx
Paman Don.docxPaman Don.docx
Paman Don.docx
 
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latifCerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
Cerita singkat perjalanan hidup dan pendidikan abdul latif
 
Lifeline
LifelineLifeline
Lifeline
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Garwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docxGarwo Omah Dowo.docx
Garwo Omah Dowo.docx
 
Dhukun
DhukunDhukun
Dhukun
 
Cerpen bahasa indonesia fathul
Cerpen bahasa indonesia fathulCerpen bahasa indonesia fathul
Cerpen bahasa indonesia fathul
 
Dgt
DgtDgt
Dgt
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
Kelompok Cerpen "Robohnya Surau Kami"
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
Cerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docxCerpen Racik Kopi.docx
Cerpen Racik Kopi.docx
 
fieldnotes juli 2013
fieldnotes juli 2013fieldnotes juli 2013
fieldnotes juli 2013
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Recently uploaded

Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024ADYSULISTIYO2
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 

Recently uploaded (9)

Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 

Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)

  • 1. Suara Karya Minggu, 13 Januari 2008 Sebotol Mineral Cerpen: Isbedy Stiawan ZS PEREMPUAN paruh usia bertutup kepala itu cepat sekali lenyap. Seperti ditelan remang senja. Seteleh mengucapkan terima kasih atas sebotol minertal untuk bernuka puasa. Mas Tohari berkali-kali keluar rumah makan, ingin mencari ibu itu. Tetapi, tak juga dilihatnya bayang-bayang ibu itu sedikit pun. Mas Tohari tampak gelisah, seperti menyesali diri. "Ibu itu mungkin sudah jauh," kata Halim. Mereka baru tersadar setelah mas Tohari berkali-kali mendongakkan kepalanya keluar pintu, mencari ibu paruh usia yang berpakaian agak kumuh-betutup kela sejenis selendang digulung menyembunyikan rambutnya. "Kukiran masih dekat. Mungkin ia masuk gang," ujar mas Tohari. Ia hendak mengajak Halim, teman kami yang lain. "Kau ikut aku, Lim, siapa tahu ibu tadi belum jauh. Siapa tahu mengaso di gang sebelah." Halim beringsut dari kursi. Hidangan untuk berbuka puasa sudah disajikan. Di Ubud ini hanya sedikit mereka menemukan rumah makan yang bisa menyelerakan lidah: masakan Padang. Dan, dari sedikit itu hanya rumah makan ini paling tepat dengan lidah mereka. Itu sebabnya, untuk sahur dan berbuka puasa, rumah makan ini menjadi pilihan. Semula mas Tohari dan Wira tak tahu rumah makan yang mampu menggairahkan lidah. Untunglah Halim yang kebetulan menyewa sepeda motor mengeliling setiap liku Ubud, dan dapatlah rumah makan khas Minang ini. Sejak itu-selama 5 hari di Ubud dalam rangka mengikuti suatu kegiatan internasional-mereka ketagihan mampir ke rumah makan sebelah Timur kota Ubud ini. Dan, senja tadi seorang ibu paruh usia muncul di depan pintu. Ia ingin membeli sebotol mineral ukuran besar degan memberi uang Rp5 ribu. Tentu saja, penjual yang hanya pegawai tak memberi karena uang ibu tidak cukup. Mas Tohari segera meminta pedagang itu agar memberikan sebotol mineral itu pada ibu. "Ambillah, ibu. Saya yang bayar," kata mas Tohari. "Alhamudillah. Terima kasih, uang ini untuk jajan buka puasa saya hari ini," kata ibu itu segera berlalu. Begitu cepat. Sebab hanya beberapa detik dari kepergiannya, mereka tersadar kalau ibu itu tak saja membutuhkan sebotol mineral untuk menghilangkan dahaganya, melainkan ia amat memerlukan uang-setidaknya-untuk membeli makanan untuk berbuka puasa. "Ya Allah, kita sudah menganiaya diri kita," keluh mas Tohari. Usia Mas Tohari tertua di antara mereka. Ia juga dikenal sebagai ustad dan pemilik sekolah Islam di kotanya. Mas Tohari adalah, ah, tak perlulah kusebut profesinya yang lain yang konon cukup banyak itu. Tapi, kali ini ia merasa terlecehkan. Rasa peduli sesama manusia kini teruji. Ia menyadari uang untuk membayar sebotol mineral buat ibu untuk bebruka puasa tiada nilanya, dengan uang yang dimilikinya di saku. Selama ini aku menggembor-gemborkan bahwa mencintai Tuhan sama artinya mengasihi orang-orang telantar, miskin, dan papa. Ia menggumam. Yang lain hanya memandangnya kosong.
  • 2. Mas Tohari seperti tak sedap duduk. Seperti ada paku yang menancap di kursinya. Ia gelisah sekali. Ia menyadari iblis yang teramat kikir sudah memengaruhi rasa kesetiaannya pada sesama. Mengapa tadi ia tak sekalian memberikan uang barang Rp50 ribu atau Rp100 ribu, toh tak akan menumpaskan isi sakunya? Seharusnya aku tadi segera memberi uang padanya. Tapi, kenapa tak jadi? Ia menggumam lagi. Menyesal sekali. "Sudahlah, mas, mungkin rezeki ibu itu bukan di sini, bukan dari kita," Dendi berujar. Ia lalu mempersilahkan mas Tohari untuk menyantap. Hidangan sudah tersaji. Waktu berbuka sudah tiba. Bersegera memecahkan puasa adalah wajib. Namun mas Tohari tak lagi berselera mencecap sajian. Hanya membasahi tenggorokannya dengan seteguk air, kemudian keluar, setelah ia memberi uang Rp 100 ribu kepada Wira untuk membayar pada pemilik warung. Ia juga mengingatkan teman-temannya supaya jangan lupa membayar sebotol mineral untuk ibu paru usia tadi. Mas Tohari kemudian mencari ibu paruh usia yang seakan lesap dalam keremangan maghrib. Sendiri. Ia susuri sepanjang jalan di Ubud menuju Barat. Tak terasa ia melangkah mendekati Casa Luna, Warung Arys, Puri Palace-tempat di mana ia kemarin diundang makan dan pembukaan sebuah festival internasional. Kemarin aku makan di tempat mewah ini, dengan hidangan selera para turis namun tidak selera lidahku yang lokal ini. Aku hanya mencicipi sekadar untuk selanjutnya kubiarkan tersisa di meja sampai pelayan memungutnya kembali, dan menyajikan makanan lain. Tetapi, senja tadi aku diuji oleh seorang ibu paro usia. Hanya dengan sebotol mineral yang tak sanggup ia bayar untuk membuka puasanya, tentu tanpa makanan. Dan, aku seperti masabodo pada nasibnya. Hanya membayar sebotol mineral yang tak lebih dari Rp 10 ribu. Sungguh, aku sudah kehilangan rasa syukurku. Apa gunanya aku seharian menahan haus dan lapar, kalau hatiku tak tergerak menyaksikan orang yang untuk membuka puasa pun tak lagi punya. Berulang-ulang ia menyesali keteledorannya. Menyesal mengapa hatinya tak menggerakkan tangannya untuk merogoh sakunya, dan memberi selembar atau dua lembar Rp 5 ribuan kepada ibu paro usia tadi? Teman-temannya pun tak mengingatkan. Mereka juga baru tersadar dan seolah ingin berlomba berbuat amal, setelah ibu itu menghilang. Amal yang tiada gunanya. Niat yang cuma sebatas bibir. Mas Tohari belum juga kembali ke rumah makan. Waktu sudah pukul 21.15. Teman-temannya yang ditinggal mas Tohari mulai gelisah. Mereka khawatir mas Tohari tersesap dalam keasingan kota Ubud. Was-was kalau-kalau mas Tohari tak tak tahu jalan ke penginapan. "Kita harus cari mas Tohari. Aku khawatir ia kesasar!" ajak Halim. "Ah, tak mungkinlah. Mas Tohari bukan anak-anak lagi. Ia bisa bertanya pada orang ke mana jalan ke penginapannya," bantah Wira. "Siapa tahu dia benar-benar kesasar. Mas Tohari pergi dalam keadaan kalut, perasaan bersalah, pikirannya tentu lagi kosong!" Dendi mendukung Halim. "Oke, kalau begitu!" akhirnya Wira menyetujui. "Kita berbagi arah. Halim ke Barat, Dendi ke Timur. Dan aku ke Utara. Jam 23 nanti kita bertemu di depan Casaluna, ya," * * *
  • 3. MENCARI mas Tohari di tempat asing bukan gampang. Mereka pendatang yang baru tiba beberapa hari ini, dan belum seluruh lekuk-liku tubuh Ubud dijelajahi. Jalan yang mereka ketahui hanya dari penginapan ke Indus, Gaya Fusion, Four Session Hotel, Casaluna, Puri Palace, dan rumah makan khas Minang ini. hanya sejengkal dari beribu meter "kampung dunia" para turin ini. Ketika berjumpa di Casaluna seperti waktu yang disepakati, ketiganya menggeleng. Mereka makin disergap cemas yang sangat. Kekhawatiran tak akan bertemu lagi mas Tohari, membuat wajahnya pasi. Halim mengusulkan agar melaporkan ke pania. Wira menolak, sebab ia merasakan yang mereka lakukan belum maksimal. Tetapi, Dendi ngotot sebaiknya meminta bantuan pihak kepolisian untuk mencari mas Tohari. "Bagaimana caranya kita harus menemukan mas Tohari malam ini juga!" kata Dendi. "Siapa yang membiarkan mas Tohari hilang?" Wira berujar dengan suara sedikit meninggi. "Tapi, bukan begitu caranya. Jangan cepat menyerah. Kita belum maksimal mencarinya. Bagaimana kalau kita cari lagi? Kita susuri jalan ke rumah makan tadi? Di sana aku lihat tadi ada gang, agak gelap dan pengap memang, siapa tahu mas Tohari ada di sana." "Aku tak yakin mas Tohari ke sana. Aku lihat sendiri tadi ia berbelok ke kanan, bukan masuk ke gang itu," elak Halim. "Kupikir bisa kita coba usulan Wira." "Ah, aku malas. Kalian saja," sela Halim. "Aku menunggu di sini saja, siapa tahu mas Tohari ke sini." Tanpa berpikir lagi, Wira dan Dendi segera kembali menyusuri jalan ke arah rumah makan. Ia masuki gang pengap dan gelap tak jauh dari rumah makan tadi. Tetapi, selain rumah-rumah kumuh dan gubuk-gubuk terbuat triplek di dalam gang itu, mereka tak mendapati mas Tohari. Entah di mana dan ke mana mas Tohari. Kecemasan mereka makin menjadi-jadi. Saling merutuk diri mengapa tak menemani mas Tohari mencari ibu paruh usia yang misterius itu? Sampai esok pagi mas Tohari tak kembali ke penginapan. Dan, ibu paro usia yang telah membuat hibuk itu, teramat sulit untuk dijumpai lagi di Ubud yang tak terjengkal luasnya oleh kaki mereka. Pohonan yang rindang dan lebat-sangat banyak menghiasi dan menjadi khas Bali-bisa saja menenggelamkan orang semacam ibu tadi. Dan, mas Tohari sia-sia menemukan ibu itu. Sementara ketiga rekannya juga sia-sia menunggu kedatangannya. Layaknya mendapati sebatang jarum di keluasan padang pasir. *** (persembahan buat Ahmad Tohari, Marhalim, dan Wiratmadinata) * Ubud-Lampung, September-Oktober 2007