1. Apologi*é || Fahluluk Wardoyo
Apologi*é
Kupacu gas motor ini sekecang-kencangnya berbelok ke kiri menikung di sebuah
jalan beberpa kali hampir saja terjatuh. Ternyata baru aku sadari kacamataku tertinggal di
kamar, namun sekarang hal itu bukanlah prioritas utamaku. Semua tidak terlihat jelas lampu
motor yang lupa tidak aku nyalakan membuat pandanganku begitu terbatas. Ku kerahkan
semua tenaga ini, ku lihat sekitar dengan kejelasan yang mungkin hanya 20% dari
pengelihatan orang normal. Ku berkeliling sekitar tikungan rumahku, dengan pacuan gas
yang hampir tidak aku kurangi sehingga membuat malam itu begitu gaduh. Perasaanku amat
sangat tersiksa, orang yang aku sayangi tersakiti dengan perbuatan yang aku lakukan hingga
dia kabur dan tidak mau memaafkan aku. Air mata menetes di pipiku, pikiranku sangat kacau
hingga tepat di depan gang ada sebuah mobil melaju sangat kencang, perhatianku yang begitu
besar untuk orang itu membuat mobil yang semakin dekat hampir saja menabrakku. Ku
banting kemudi ku, hapir saja aku terjatuh. Sejenak aku ingat bahwa ini adalah motor
temanku, ku jaga motor itu agar tidak sampai lecet dan ku korbankan lengan kiriku untuk ku
jadikan poros keseimbanganku.
Rasa linu yang sangat luar biasa, merasuk dalam tubuh yang tengah mengalami
kekacauan ini. Namun sekali lagi ku terus mencari temanku, bagiku keselamatan dia sangat
berharga di bandingkan dengan hidupku. Seketika aku menghentikan motor yang telah ku
kenakan, rasa lelah dan sangat penuh gejolak rasa marah terhadap diri sendiri. Ya Allah, aku
sangat mencintai temanku itu jangan berikan dia kesusahan. Berikanlah semua kesusahannya
untukku, untuk aku tanggung dan aku pertanggung jawabkan semuanya.
Dengan ku gendong tanganku yang semakin linu, ku beberapa kaki turut merasakan
akibat kejadian tadi. Luka kecil yang tidak akan lagi ku hiraukan, sebelum ku menemukan
temanku itu. Tiba-tiba suara dering hand phone yang ternyata berisi message dari temanku.
Aku hanya ingin mengantarnya pulang, dan jika seandainya aku dibenci tidak apa-apa
asalkan dia bisa pulang dengan selamat. Kini aku pun sadar, hal semacam permohonan maaf
tidak akan mudah meluluhkan hati temanku itu. Beberapa kali pesan yang menuntutku untuk
segera pulang dan rasa kecewa akan semua tindakanku. Malam yang sangat panjang, ku
2. Apologi*é || Fahluluk Wardoyo
menuju rumahnya berharap dia sudah dirumahnya namun kenapa juga hati ini masih tidak
tenang seolah dia masih dalam marah bahaya. Berulang aku telpon namun semua panggilan
yang aku buat di tolak olehnya, sangat sedih aku rasakan. Semakin lama pun tangan ini sudah
tidak sanggup lagi merasakan bebannya, perlahan aku memutari kompleks rumahku dan
akhirnya aku pulang ke rumah setelah pesan yang dia kirim menunjukan kecewa dan marah
yang luar biasa.
Akhirya aku sampai di rumah, namun sekali lagi aku mengalami shock yang sangat di
hati ini. Tidak lama aku sampai di rumah, sekali lagi pesan dari temanku masuk yang
menunjukan dia mau menemui aku di salah satu jalan menuju kepulangannya. Cukup jauh
sudah dia jalan kaki, dan aku tidak habis pikir kenapa dia sampai melakukan hal ini aku
merasa sangat bersalah. Sekitar 5 menit aku sampai di tempat itu, dan terlihat temanku yang
sedang berjalan. Sangat kecewa jelas terlihat di wajah polosnya itu, hampir tidak bisa aku
lupakan semua yang telah terjadi ini.
“Al, maafin aku. Aku sangat menyesal dengan perbuatanku tadi, aku mohon maaf
Al.”
“Sudahlah, sebaiknya kamu cepat pulang. Bagaimana dengan tanganmu?” Jawab ia.
“Aku tidak apa-apa kok, aku mohon maafin aku ya Al.”
“Sekarang ke dokter ayo, katanya tanganmu terkilir. Maaf ya sudah membuat kamu
seperti ini.” Jawab ia dengan wajah kecewa.
“Tidak usah, tolong antar aku ke rumahku saja, please!!!” Memelas aku.
Diantarkan aku ke rumah dan mencoba mengatakan semua penyesalanku kepadanya,
namun yang terlihat hanyalah sebuah kekecewaan di wajahnya. Rasa marah jelas menutup
semua rasa maafku kepadanya, hanya bisa berharap keesokan hari ia akan bisa kembali
menyapaku. Tuhan, berikan lapang hatinya untukku, rasa sayangku amat sangat besar
untuknya, aku pun tidak mau kehilangan dia. Setelah bertemu akhirnya aku antar dia ke
rumahnya walau keadaan sudah sangat kacau aku mencoba mengerti perasaannya, mungkin
dia membuatuhkan penenangan di hatinya setelah kejadian barusan. Aku harus memberikan
kesempatan ini, agar dia tidak berlarut-larut dalam perasaan marah.
3. Apologi*é || Fahluluk Wardoyo
Kepulangannya mungkin akan menjadi perjumpaan terakhirku dengannya karena aku
yakin, dia sangatlah kecewa. Mebuat pikiranku semakin bersalah dan jatuh dalam sebuah
penyesalan yang mendalam. Selalu ku ingat wajahnya, walau tetes air mata terus mengalir
sakitpun tidak lagiaku rasakan. Hanya dia yang bisa membuat hati ini tenang, rasa bersalahku
akan selalu ada dan selalu merundung dalam setiap hari-hariku selanjutnya. Sesampainya aku
di rumah langsung ku basuh luka yang kotor, dan langsung masuk kedalam kamar tidur. Mata
ini selalu memperhatikan sekitar, membayangkan sosoknya ketika dikamar kecil ini. Air mata
yang sudah mulai kering di pipiku mulai terbasahi kembali dan mulai aku tulis semua apa
yang telah terjadi di dalam diaryku. Kucurahkan segala rasa penyesalan ini, penyesalan yang
akan selalu ku tanggung sampai dia memaafkan aku, hingga semua kembali seperti sedia
kala. Tapi mungkin hanyala sebuah angan sesaatku, dia tidak akan memaafkan aku dan
sangat jelas terlihat rasa kecewa yang ia tunjukan hingga melakukan hal itu sudah mewakili
seberapa rasa marahnya dia denganku.
Kupadangi satu per satu fotonya yang telah aku simpan, menuju sebuah deperesi berat
aku rasakan. Padahal ia amat sangat baik kepadaku, walaupun beberapa kali ia mengacuhkan
aku ketika ku menyatakan perasaan yang aku rasakan kepadanya. Itulah yang membuat aku
amat sangat nyaman dengan sosoknya yang begitu tenang, tidak terlalu merisaukan akan
sebuah hubungan yang biasanya di alami oleh seorang pemuda lainnya. Dia berbeda degan
yang lain, caranya memberikan sebuah perhatian cukup untuk membuat aku tenang dalam
segala hal. Dia juga menjadi sebuah inspirator dalam hidupku, tidak sedikit cerita yang telah
aku dengar darinya dan beberapa karya telah aku selesaikan dengan tanganku sendiri.
Berbagai masukan yang ia katakan kucoba lakukan, dan semuanya begitu terasa mudah
ketika sesuatu yang sulit aku kerjakan dengan sungguh-sungguh dan dengan kemampuanku
sendiri.
Beberapa kemenangan dan beasiswa aku dapatkan dari karyaku itu, Tuhan telah
menunjukan sesuatu pertemuan kami dengan keberkahan yang luar biasa. Harapanku, ini
akan menjadi sebuah pengalaman baru untuk lebih berhati-hati dalam bertindak. Janjiku
untuk menjagamu memang telah aku langgar, penyesalan dan permintaan maafku mungkin
tidak akan menghapus kenangan buruk ini dan mungkin akan menjadi sebuah memori yang
paling buruk yang kamu alami, namun satu hal yang perlu kau ketahui.
Aku sangat menyesal.
4. Apologi*é || Fahluluk Wardoyo
BIODATA PENULIS
Nama : Fahluluk WArdoyo
Tempat, tanggal lahir : Batang, 7 April 1994
Alamat : Jl.Uripsumoharjo 32 Batang, Gg.Arjuna Rt 01 Rw 05 Sambong
Kebrok Batang, 51212 Kab.Batang, Jawa Tengah.
Nomor telpon : 0857-428-428-30
Kategori : Umum
Akun Facebook : Ne-yo Jr.