1. ANALISIS INTERTEKSTUALITAS PUISI ”KUSANGKA” KARYA AMIR HAMZAH
DENGAN PUISI “PENERIMAAN” KARYA CHAIRIL ANWAR
Oleh :Samsul arifin
NPM : (110401080093)
FAKULTAS KEGURUAN DAN LIMU PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2011/2012
2. ANALISIS INTERTEKSTUALITAS PUISI ”KUSANGKA” KARYA AMIR HAMZAH
DENGAN PUISI “PENERIMAAN” KARYA CHAIRIL ANWAR
A. PENGANTAR
Hubungan intertekstualitas antara satu karya sastra dengan karya sastra yang lain dalam
sastra Indonesia. karya sezaman maupun zaman sebelumnya banyak terjadi. Misalnya,
hubungan intertekstual antara karya-karya Pujangga Baru dengan Angkatan 45. Untuk
mendapatkan dan memahami makna penuh sebuah puisi perlu dilihat hubungan intertekstual
ini. Misalnya, beberapa puisi Chairil Anwar mempunyai hubungan intertekstual dengan sajak-
sajak Amir Hamzah. Hubungan intertekstual ini menunjukkan adanya persamaan dan
pertentangan dalam hal konsep estetik dan pandangan hidup yang berlawanan. Contoh :
”Kusangka” (Amir Hamzah) dengan ” Penerimaan” (Chairil Anwar) memiliki hubungan
intertekstual.
B. PARAFRASE
1. PUISI ”KUSANGKA” KARYA AMIR HAMZAH
SI aku mencintai wanita yang di sangka murni ternyata sudah tidak murni lagi.hati si
aku sangatlah hancur dan kecewa terhadapwanita yang di cintainya.si aku merasakan
kebimbangan silih berganti menghampirinya.si aku berharap si wanita masih murni(perawan)
dan belum terjamah oleh pemuda lain.wanita yang di cintai si aku ternyata sungguh sudah tidak
murni lagi dan sudah di jamah oleh pemuda berpuluh puluh kali .siwanita sudah tidak tercium
wangi kemurniaanya.si wanita yang di cintai si aku sangat pandai menyembunyikan
kebohongan,si aku bermimpi dan menghayal bisa terbang ke angkasa bersamawanita murni.si
wanita murni bersinar dengan penuh kebohongan kemudian si aku berbicara kepada wanita
yang di cintainya dan merenungkan wanita tersebut.di saat fajar si aku mempunyai impian dan
mengigau akan wanita yang di cintai belum terjamah pemuda lain.si aku melihat di sekeliling
banyak godaan dan kumbang bernyanyi .si aku mencintai wanita yang disangka murni, tetapi
ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi. Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak
perawan lagi.si aku menyangka wanita tersebut adalah bidadari tetapi matanya selalu
3. memancarkan asmara .si wanita yang di cintai janganlah di ganggu karena jika di ganggu akan
timbul masalah yang sangat besar.
2. PUISI “PENERIMAAN” KARYA CHAIRIL ANWAR
Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga. Si aku
masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih menunggu
kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang dicintainya
sudah tidak murni lag, sudah seperti bunga yang sarinya terbagi, yaitu sudah dihinggapi
kumbang lain. Wanita itu jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku
dan jangan malu untuk menemui si aku. Si aku pun tetap menerima apapun yang sudah terjadi
dengan menerimanya sepenuh hati walaupun wanita itu sudah tidak perawan lagi. jangan
mendua lagi bahkan bercermin pun si aku enggan berbagi.
C. PEMBAHASAN ANALISIS STRUKTUR KEPUITISAN
Ada kriteria dalam menganalisis struktur kepuitisan yaitu:
a) Pilihan Kata
Kata-kata di dalam sajak adalah kata-kata yang sama sekali berbeda dengan teks dalam
bentuk yang lain. Kata-kata dalam sajak memiliki peran sangat esensial karena tidak saja harus
mampu menyampaikan gagasan tetapi juga dituntut untuk mampu menggambarkan imaji sang
penyair dan memberikan impresi ke dalam diri pembacanya, karena itu kata-kata dalam puisi
lebih mengutamakan intuisi, imajinasi, dan sintesis. Pilihan kata yang tedadap dalam puisi
“Penerimaan” karya Chairil Anwar,
Chairil Anwar menggunakan pilihan kata yang sangat indah, karena kata-kata yang
digunakan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami misalnya dalam sajak yang berjudul
“Penerimaan”. Selain itu penyusunan kata-katanya sangat tepat dan pemilihan untuk
pembentukan sebuah sajak memperhatikan kesesuaiaan kata yang digunakan serta penyusunan
antar kata sangat indah.
4. b) Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan merupakan alat yang dipergunakan penyair untuk mencpai spek
kepuitisan. Dalam penulisan sebuah sajak bahasa kiasan digunakan untuk memperindah
tampilan. Basasa kiasan dipergunakan untuk memperindah sajak-sajak yang ditulis penyair.
Bahasa sajak yang tedapat dalam puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar adalah sebagai
berikut:
Repetisi
Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam sajak terdapat
dalam:
Kalau kau mau ku terima kau kembali...
Kalau kau mau kuterima kembali...
Simile atau Persamaan
Simile atau Persamaan adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal lain seperti terdapat dalam “Bak kembang sari sudah
terbagi “
Pesonifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati
seolah-olah hidup. Dalam sajak “Sedang dengan cermin aku enggan berbagi “
c) Citraan
Dalam sajak “Penerimaan” citraan yang digunakan misalnya yaitu citraan penglihatan
tedapat dalam “ aku masih tetap sendiri, sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi”
Cermin dapat dilihat dengan indera mata sehingga menggunakan citraan penglihatan.
5. D. Hubungan Intertekstual “kusangka” dengan “penerimaan”
Untuk mendapat makna penuh sebuah sajak puisi tidak boleh melupakan hubungan
sejarahnya, baik dengan keseluruhan sajak-sajak peyair sendiri, sajak-sajak sesamanya,
maupun dengan sajak sastra zaman sebelumnya.
Sajak Chairil Anwar merupakan penyimpangan terhadap konsep estetik Amir Hamzah
yang masih meneruskan konsep estetik sastra lama. Pandangan romantik Amir Hamzah
ditentang dengan pendangan realistiknya. Sajak “Kusangaka” menunjukkan kesejajaran
gagasan yang digambarkan dalam enam sajak tersebut. Amir Hamzah menggunakan ekspresi
romantik secara metaforis-alegoris dengan membandingkan gadis dengan bunga. Pada bait
terakhir dimetaforkan sebagai bidadari (hauri) dan merpati. Dapat disimpulkan bahwa si aku
mencintai gadis yang disangka murni tetapi ternyata sesungguhnya sudah tidak murni lagi.
Sudah dijamah oleh pemuda lain/ suda tidak perawan lagi “ Rupanya teratai patah
kelopak/Dihinggapi kumbang berpuluh kali’. Kulihat kumbang keliling berlagu/kelopakmu
terbuka menerima cembu” Hal tersebut menimbulkan kekeewaan dan menyebabkan hati si
aku remuk atau hancur. Wasangka dan was-was silih berganti.Dengan demikian, si aku tidak
mau bersama gadis yang sudah tidak murni lagi, sebab akan terkena kuku “merpati”
Gadis yang masih murni (disangka murni) diumpamakan
“ cempaka kembang”
“baharu kembang belum terkena sinar matahari”
“ cempaka harum”
“ seroja terapung di paya putih seperti awan”dan
“seperti bidadari (hauri) bertudung lingkup yang bulu matanya menambah panah asmara “
Gambaran tersebut sangat bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya yang sangat
menyakitkan bagi si aku dan sangat kecewa setelah mengetahui kisah yang sebenarnya. Jadi, si
aku merasa kecewa karena pikiran romantik bahwa gadis yang dicintainya itu harus masih
murni dan tetap murni, setia pada si aku, tidak boleh menerima cinta orang lain, namun
kenyataan berlainan. Tidak sesuai dengan keinginan si aku. Sikap romantik digambarkan
dengan bahasa yang indah, mengambil objek dari alam sebagai perumpamaan, sehingga seperti
natural.
6. Sebaliknya Chairil Anwar dalam sajaknya itu menampilkan tampak yang lain dalam
mendiskripsikan atau menanggapi gadis yang sudah tidak murni lagi. Sangat berlawanan
dengan apa yang ditampilkan oleh Amir Hamzah. Ia berpandangan realistik, si aku mau
menerima kembali wanita(kekasihnya, istrinya) yang barang telah berselingkuh dengan laki-
laki lain. Si aku mau menerima kembali asal mau kembali kepada si aku tanpa da rasa curiga.
Si aku masih sendiri, tidak mencari wanita lain sebagai pasangan hidupnya karena masih
menunggu kembalinya wanita yang dicintainya itu. Si aku mengetahui bahwa gadis yang
dicintainya sudah tidak murni lagi dan sudah seperti bunga yang sarinya terbagi yaitu sudah
dihinggapi kumbang lain. jika ingin mau diterima kembali harus berani bertemu dengan si aku
dan jangan malu untuk menemui si aku. Digambarkan “Djangan tunduk! Tantang aku
dengan berani”. Si aku pun tetap menerima dengan sepenuh hati walaupun wanita itu sudah
tidak perawan lagi.
Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bunga (kembang). Wanita yang sudah
tidak murni digambarkan sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi . Ini hampir sama dengn
perumpamaan yang dilakukan Amir Hamzah : “Rupanya teratai patah kelopak/dihinggapi
kumbang berpuluh kali dan kulihat kumbang keliling berlaga” Sedangkan Chairil Anwar
”Kutau kau bukan yang dulu lagi/ bak kembang sari sudah terbagi”. Namun, Chairil Anwar
tetap menggunakan bahasa keseharian dalam pengungkapan dan menggunakan gaya eksresif
yang padat.
7. D. KESIMPULAN
Sajak “Penerimaan” karya Chairil Anwar mempunyai kesamaan dengan sajak
“Kusangka” karya Amir Hamzah akan tetapi ada juga perbedaan-perbedaan dalam
mengekspresikannnya. Perbedaan itu terdapat dalam mengapresiasikan seorang perempuan
yang terdapat dalam sajak itu.
Puisi Chairil anwar biasanya bercerita keadaan yang muram, sedih, pilu, namun ada
juga sajak yang berisi perasaan si aku dalam keadaan yang gembira, bahagia, dan senang.
Dalam puisi Chairil anwar yang bertema percintaan, tokoh si aku merasa senang maupun sedih.
Kesamaan itu dapat dilihat dari penggunaan kata atau pilihan kata yang terdapat dalam sajak.
Jika dianalisis antar teks di atas, maka dapatlah dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.
Bahwa keenam bait sajak “Kusangka” menunjukkan kesejajaran gagasan dan tema antara
keduanya. Selanjutnya dalam penggunaan bahasa keduanya berbeda namun sama intensitas
dan hakikatnya. Chairil Anwar membandingkan wanita dengan bunga (kembang). Wanita
yang sudah tidak murni itu diumpamakan sebagai bunga yang sarinya sudah terbagi (bak
kembang sari sudah terbagi). Jadi, ini dekat dengan perumpamaan yang dipergunakan oleh
Amir Hamzah: “Rupanya tertai patah kelopak/ dihinggapi kumbang berpuluh kali dan kulihat
kumbang keliling berlaga/ kelopakmu terbuka menerima cumbu”. Chairil Anwar: “kutahu kau
bukan yang dulu lagi/ bak kumbang sari sudah terbagi”. Begitulah sehingga secara intensif
intertekstualitas kedua puisi itu masih dapat didiskusikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,Chairil. Deru Campur Debu. Jakarta : Dian Rakyat, 2006.
Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Pradopo,Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2009.
Sayuti. Suminto A. Perkenalan dengan Puisi. Yogyakarta:Gama Media, 2002.
8. KUSANGKA
Kusangka cemburu kembang setangkai
Rupanya melur telah diseri …
Hatiku remuk mengenangkan ini
Wasangka dan was-was silih berganti.
Kuharap cempaka baharu kembang
Belum tahu sinar matahari….
Rupanya teratai patah kelopak
Dihinggapi kumbang berpuluh kali.
Kupohonkan cempaka
Harum mula terserak…
Melati yang ada
Pandai tergeletak…..
Mimpiku seroja terapung di paya
Teratai putih awan angkasa …
Rupanya mawar mengandung Lumpur
Kaca piring bunga renungan …
Igauanku subuh, impiaku malam
Kuntum cempaka putih bersih …
Kulihat kumbang keliling berlagu
Kelopakmu terbuka menerima cumbu.
Kusangka hari bertudung lingkup
Bulu mata menyangga panah asmara
Rupanya merpati jangan dipetik
Kalau dipetik menguku segera.
Amir Hamzah( Deru Campur debu)
9. PENERIMAAN
Kalau kau mau keterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau keterima kau kembali
Untuku sendiri tapi
Sedangkan dengan cermin aku enggan berbagi
Chairil anwar (Deru Campur debu, 1959:36)