Kisah meja dapur menceritakan tentang kehidupan sehari-hari di dapur rumah tangga. Meja dapur menjadi saksi bisu aktivitas memasak dan obrolan seputar urusan rumah tangga dan pasar. Meja dapur menjadi tempat berbagi makanan dan saling memagut daging layaknya pengantin baru.
4. w. muttaqien ahmadiv
Kumpulan Sajak
Judul: bung!
oleh: W. MUTTAQIEN AHMAD
Penerbit: Kedai Buku Sinau
Gambar Sampul: adhiklaud
Tata Letak Sampul dan Isi: Wees Skool
Katalog Dalam Terbitan
ISBN: 978-979-15449-5-5
Penerbit Kedai Buku Sinau
www.kedaisinau.com
pemesanan buku via sms ke 0815 8840310
5. v
Daftar Isi
daftar isi v
biodata x
2 baris tentang struktur dan progres atau cuma sebuah kemungkinan-yang tersisa
adalah kerja xi
bulan di jakarta
peristiwa 2
terlalu tua untuk puisi 3
sympathy for the devil 4
di puncak 6
bulan di jakarta 8
mana 9
jakarta 27 10
kisah meja dapur 12
blues ramadhan 13
ahai de’ 14
di matamu sajak 16
pada sebuah esei 17
memento 18
masih ada tapi 19
jalan ibu 20
tepiku sepikau 21
lima 22
terjemahkan lagi 24
rumah 25
tanduk mata 26
membaca perang 27
aku menulis kota 28
jika ini syair 29
kisah nun 30
jerusalem 31
insomnium 32
hutan luka 33
on muscle museum 34
dalam bis kota 35
6. vi w. muttaqien ahmad
purnama 36
padamu 37
malam 14 februari 38
suatu hari di kedai kopi
habituasi 40
suatu pagi bersama satir 41
secangkir cuaca 42
suatu hari di kedai kopi 43
1000 berhala 44
7.30 di beranda rumah 45
sang penyair 46
39 47
buat sahabat 48
peringatan 49
ketika hujan 50
7, anjing, dan kau 51
hening 52
bung! 53
pemula 54
keheningan puisi persis seperti gelembung
soda yang kaget ketika ada yang suka
tanahku 56
entah apa 57
asmara bunga 58
dusta dalam kaca 59
adriana 60
demam tubuh mendekati ramalan dan dunia liar 61
permainan 62
kemungkinan 63
dialog 64
menu 65
belajar menulis puisi 66
keheningan puisi persis seperti gelembung soda yang kaget ketika ada yang suka
67
catatan pejalan 68
sebuah senja 69
sesuatu terjadi padaku kemarin terjadi padamu esok di tempat yang sama 70
7. vii
sekopi 72
apa yang diingat kota tentang lelaki 73
@tubuh 74
jalan 75
logika perlawanan 76
langit lain 77
tembagapura 78
sudah waktunya 79
diaspora 80
kepada mia 81
dialah kata 82
sinta 83
yang paling sepi 84
yang paling puisi 85
puisi yang datang padamu 86
selain di sekitaran sini, tak ada arus lain 87
sajak senja 88
korupsi 89
dunia itu tuna 90
sebuah pembuka catatan yang bersembunyi di kerak kopi 91
dia cuma mendengarkan lagu the beatles 92
pada posisi ke sembilan belas 93
mimpi-mimpi yang kemudian disebut
rumah yang tidak bisa tidur
selamat pagi komunis 96
kepada resty 98
mimpi-mimpi yang kemudian disebut rumah yang tidak bisa tidur 99
99 sajadah 104
batu bersurat 105
adalah manusia-manusia yang ingin tetap tinggal dalam rumah mereka yang sedang
terbakar 106
setan 107
diberitahu tentang kau 108
kita bermusuhan saja 109
kartu-kartu menulis masa depan 111
malam bulan 112
rambut takdirku 113
ilusi tentang akhir 114
kemanisan 115
habib 116
8. viii w. muttaqien ahmad
benang magenta 117
willy pada suatu malam 118
surat untuk saut beranjak tua 119
guru pertama 120
lupakan januari 122
dalam sebuah judul yang masih ragu 123
biografi kerinduan
sajak perjalanan 126
suatu pagi, sebuah kerinduan 128
careful with that axe, agung 136
hari besar 138
10. x w. muttaqien ahmad
BIODATA
Widhyanto Muttaqien Ahmad, lahir dan besar
di Jakarta. Kini berdagang buku, menyeduh
kopi, dan bekerja sebagai peneliti lepas.
11. xi
2 baris tentang struktur dan
progres atau cuma sebuah
kemungkinan-yang tersisa adalah
kerja
pada mulanya kata-kata dipekerjakan
kemudian ia berubah menjadi tuan
w.m.a
2012
13. 2 w. muttaqien ahmad
peristiwa
sebuah lubang
ingatan yang tak tembus
dan bola cahaya
menyaksikan hamparan aksara
2012
14. 3
Terlalu tua untuk puisi
ia menggambar noda. di geligi dan sepatunya. noda yang sudah
berumur. menutupnya di bawah daun pepaya. kemudian memasaknya
bersamatelurtelurberisipuisi.sebuahpuisiyangcumaberisigambargambar
yang mirip kepala. tubuhnya terlalu sepuh untuk melakukan perjalanan
yang mulai kadaluarsa. ia memilih bertelur saja. telurnya disiapkan untuk
sarapan. ia memasak dengan sangat lama. membumbuinya dengan uap
keringat yang telah menjadi noda di sela ketiak seorang presiden yang
selalu bangun kesiangan. waktu makan presiden sering bernyanyi.
ia menyanyi mentah saja sejak telurtelurnya lebih dulu mendalu. ia
memasak sendiri telur di wajahnya. orangorang memandangnya sampai
jatuh waktu. telurtelur gugur satusatu membatalkan diri.
ia menggendong noda di klise dan warna petang. mencari
penginapan.
15. 4 w. muttaqien ahmad
sympathy for the devil
‘ Debu menjadi bintang, menjelma mahluk, dan kembali ke
asal ?‘
Bising disini, industri kepedihan penghasil cinta, dijual
dijalan-jalan, kaki lima, mall, kampung kumuh, Pondok
Indah, komplek pelacuran, Kota Satelit, Pelabuhan, Kawasan
Berikat, kurikulum wajib di sekolah
Kita memulainya, mencipta kepedihan dengan cinta, fantasi
kanak-kanak sampai sado masochist: terasing
Dilipatgandakan fungsinya dengan berbagai kepentingan atas
nama. Puing dan arang, amis warna merahnya. Jika kurang
kita buat lagi subtitusinya: kecemburuan
Sekarang salahkan semua pada rasa frustasi. Geliat libido
yang menggelora. Bagaimana caramu merasakannya?
Mengkhayalkannya sehingga menjadi teori baru, yang lebih
ajaib dari rock n’ roll atau reggae ?
Kepedihan, Cemburu, dan Frustasi. Mesin waktu yang eksotis,
wajar namun menyedihkan.
‘ Seem I,m not alone in being alone…’ *
Aku di dalamnya juga setengah manusia disini. Mencari
Damai menebus dosa. Absurd !
Menjelajah berbagai media-das sein. das sollen. Bagai arloji,
mengulang tanda yang sama. Sejarah! Sesuatu selalu datang
dan pergi. Tak ada ruang kosong. Sia-sia aku menunggu atau
mengejarnya.
Man proposed, God disposed
Biasa saja itu kesimpulannya, bangun pagi, seduh kopi
campurkan susu bila perlu, beri gula sedikit saja atau
tambahkan sesuai selera. Duduk di teras, baca koran-jangan
banyak komentar, tegur tetangga-senyum, tindih istrinya bila suami
berangkat kerja. Lalu pikirkan hal lain: spontanitas.
Yap, dunia hanya gejala ketika Tuhan ingin mengatur semuanya.
16. 5
Selanjutnya sampaikan simpatiku pada para pendosa, para
pemain gagah-penantang para tuannya, dan selalu bertanya
untuk apa ini semua. Apakah aku menggenapkan atau
mengganjilkan, atau disini aku cuma untuk berkeringat, lain
tidak.
Setan, you aturlah!
Sympathy for The Devil, diambil dari lagu Rolling Stones
* Message in The Bottle, The Police
17. 6 w. muttaqien ahmad
di puncak
dalam sorot cahaya-yang nyata adalah selayar kabut
setiap gerak seperti bayang
batang basah merunduk- ujung hari terpetik
mengucap bahagia
segala dingin menjadi intim-sesaat saja lahirkan bunyi
hangat sungai mengalir ke sawah
2012
18. 7
yang mati begitu saja
digenggam musim mawar mencair
bulan Agustus orangorang meniup lilin
bersama nabinabi sedap malam
: bersila-sila di kuburan
orangorang tidak pergi tidak datang
lahir dan mati begitu saja
rumputrumput kering dan hijau
liar di antara sebotol mawar
wewangian kesedihan rayakan pahlawan
: juga mati begitu saja
2011
19. 8 w. muttaqien ahmad
BULAN DI JAKARTA
bagianku matahari anakku bulan
kota menyala malam
anakku menanaknya di kepala
membaginya ke kawan sebaya
Jakarta syahdu bagi perindu
gelandangan sempurnakan ritusnya
anakku tidak pernah kecewa
melihat peminta-minta
dan tato yang didagangkan di bis kota
murah saja walau tak begitu sederhana
bulan melahirkan kengerian
terasa bagai pernyataan kehidupan
orangorang melewati takdirnya
berakhir di keluarga
atau dengan anjing plus topi miring
anakku bulan memantulkan matahari
cincin gerhana kering di mata
serupa Jakarta disiang hari
adakah menyala malam
yang gagal disembunyikannya
2011
20. 9
MANA
kotakota milik pelarian
sedang para penjudi
berumah di kartu mati
belum genap kalah
berharap bulan kembali belah
katakata milik pedagang
: kau pasar apa menjual mana
menunjuk neraka yang sama
‘Tuhanku aku masih menyebut namaMu ?’
segumpal tanah berebut darah
2011
Catatan
Mana [kata benda] tenaga hidup yangg tidak berpribadi dan ada pada manusia,
binatang, tumbuhan, dan segala macam benda, biasanya untuk jimat atau fetis, serta
membawa keberuntungan bagi pemiliknya, tetapi akan menimbulkan kerugian bagi
orang yang tidak menghiraukannya (menurut pandangan orang Melanesia)
‘Tuhanku aku masih menyebut namaMu’ diambil dari sajak Doa, Chairil Anwar, 1943
21. 10 w. muttaqien ahmad
Jakarta 27
jika bukan kau mendesak di bising sirene
siang ini masih ampang
tapi ini berita serak, disini
awal parade bukan semata duka
ada air mata masih muda
menghentikan sementara percakapan
dengan tunduk
tengadah
atau lupa
pada buku 30 Tahun Indonesia Merdeka
“apa yang bisa kulakukan tanpa yang absurd dan yang sementara?1
jika bukan kau yang mendesak di lengkung senja
sore ini masih sama, disana
aku bisa saja menemani kau menemui kekasihmu
dan masih mungkin bercakap-cakap
layaknya temu wicara, mungkin
aku sebagian yang datang
dan bersimpuh
di tilam yang lama
salah satu dari kita
pastilah bertanda luka
“kalau kau mau kuterima kau kembali/untukku sendiri/ tapi sedang
dengan cermin aku enggan berbagi”2
jika bukan kau
pasti aku
yang hanya khayal
atau sekadar sembunyi
pada yang harum
pada yang darah
yang ku ingin
akhir yang telanjang
bukan klimaks yang terjuntai
atau mimpi mengapung
seperti senyum Bapak Pembangunan
22. 11
“terbangnya burung/hanya bisa dijelaskan/dengan bahasa batu”3
jika di angka ini kau berdiam
mungkin aku menujumu
dengan terseret
dengan terserak
buka kembali nilam tua
dan mulai mengeja
angka-angka
batu-batu
dan sihirmu
kubingkai sempurna
2008
Catatan
1 Gunawan Mohamad, dalam Untuk Frida Kahlo
2 Chairil Anwar, dalam Penerimaan
3 Sapardi Joko Damono, dalam Terbangnya Burung
23. 12 w. muttaqien ahmad
kisah meja dapur
buat ER: sebuah meja dapur adalah segalanya
‘meja dapur yang kita pilih mestilah besar dan kuat, juga celemek yang
kau kenakan mestilah tembus pandang’
sedikitnya ia menambahkan mentega dan lada
di hadapannya sebuah ketagihan yang terus bekerja
dapurnya pencerah sekaligus pencahar
yang menggelontorkan ocehan tentang harga pasar
naiknya cabe, bawang, dan tempe seperti bulu ayam
di meja kita saling memagut daging
setiap hari layaknya pengantin baru
mendatangi pasar seperti baru kenalan
dan aku bilang pada anakku - kita ini harus bangga jadi bangsa tempe,
biar diinjak-injak tetap terasa enak-
dan aku memeras garam di punggungmu
otakku telentang melihat meja dapur
yang kosong sambil menyiapkan nasi kepal
kebahagian mustahil tanpa bumbu
ususku mengunyah bungabunga
melelehkannya di tungku bawah perutmu
meja siangmalam menggilirmu huluhilir
dengan atau tanpa celemek itu
2011
24. 13
BLUES RAMADHAN
di dalam masjid
setiap orang berkhotbah
telinga terus teriak
sudutsudut seperti pasar gelap
tawar menawar pakaian dalam
seorang mungkin khusuk
dalam penderitaan
dalam kemiskinan
berdoa sampai tiba malam lebaran
di teras mendengung
tetangga bicara tetangga
sambil mengepulkan asap tembakau
di taman anakanak letupkan petasan
di mimbar terjadi ledakan
-di tambang-tambang mawar
kita masih gemar berperang
dan lupa pada keindahan timbangan-
lantai masjid semakin berkeringat
memikul hutang tak terangkat
terbenam di lubang masa depan
dunia dan akhirat beranjak tua
bersama dengannya kita renta
menapaki bulan pucat
kita berdoa untuk diri sendiri
berpunggungan menatap masa depan
di taman anakanak masih letupkan petasan
wajah kita sempat marah
dalam doa yang penuh curiga
di jalan orangorang lapar
-seribu malam kita bersujud
untuk diri sendiri, dan surgapun sepi-
2011
25. 14 w. muttaqien ahmad
ahai de’
setiap 17 Agustus aku melihat garuda di atas podium
dengan sayap dibentang meraih kiri dan kanan
disambut jerit tangan
bertepuk peluh mengucap
takut bosan lepas tangan
darah seperti diperas
di ruang sidang dan sofa pemirsa
senyum dibuat sekhidmat nota statistik
30 juta miskin pencapaiannya
ini hidup dinamis progresif artinya
tetangga 2 orang hilang pekerjaan pagi ini
kerabat 10 orang mundur besok sore
20 juta sahabat masih serabutan
aku sendiri menimbun utang
dan tukang ojek harus menaikkan harga seribu perak
jarak jauh dan dekat
gurauan ini semestinya dihentikan
tapi semua nampaknya sanggup bertahan
manggut-manggut mengiya-iya
o bulat o panjang oo bergantian
disambut pekik merdeka
aku tumben merindukan iklan
dan celetukan
‘ahai de!’
mendengar pidato itu
aku lupa cara mengucap sialan
soalnya waktu terasa menjauh
dan aku punya keyakinan
yang membacanya juga tidak percaya
pada angka dan pendengar setianya
‘ahai de!’
anakku 4 tahun sedang gemar garuda pancasila
tapi ia bukan penggemar bola
lagunya saja membuatnya bangga
karena menghapalnya dalam beberapa hari saja
aku semangat sekali memperbaiki nadanya
menjawab pertanyaan tentang ‘akulah pendukungmu’
26. 15
dan ‘patriot proklamasi’
di pidatomu tak kutemukan jawabnya
padahal anakku ingin ku sekolahkan disana
pidato diakhiri tanpa Bagimu Negeri
begitu banyak diagram struktur utang
bukan untuk petani atau nelayan
dan wajah Dewi SRI tidak lagi dikenali
harapan digantung wakil rakyat yang sibuk Blackberry
akhir pidatomu menyalami undangan luar negeri
dengan peta investasi ditemani staf ahli bidang ad hoax
membagi janji World Bank yang mendebet rekening generasi ke
generasi
240 juta orang dilenyapkan dalam pidatomu, tidak - 240 juta orang
adalah komoditas yang tergadai-lengkap dalam proposalmu
seperti bolongbolong jalan sepanjang trans Sumatra
dan berkaplingkapling kuburan di lahan sawit dan tambangtambang
yang selalu siap memanen bencana
setiap 17 Agustus aku melihat garuda di atas podium
dengan sayap dibentang meraih kiri dan kanan
sepertinya telah lama menyerah
‘ahai de!’
2011
27. 16 w. muttaqien ahmad
di matamu sajak
katakata yang menghuni tubuhku ranggas
ia merindukan aroma kerontang tanah
yang tibatiba basah
semoga tak abadi luka itu
api terlanjur kutanam di matamu
yang tanah yang air saling jamah jelma mula
di matamu sajak ajak bicara
2011
28. 17
pada sebuah esei
sebuah karunia lahir dari sebatang kata
sebagian menulisnya sebagai kategori
seolah menemukannya begitu saja
sebagian lagi mengucapnya
ambil getah, kulit, dan masak daunnya
menyuguhkannya sebagai obat dan adat istiadat
di kota kata-kata dihuni oleh orangorang
tempat-tempat dikalkulasi, gerak badan dibatasi
hilirmudik rumah-gerobak, truk satpol PP, dan calo
katakata diokupasi, hidup dikalibrasi
sebatang kata jatuh bersuara nyaring
orangorang sibuk merindukan tempat imaji berbaring
2011
29. 18 w. muttaqien ahmad
memento
siapa mesti dipersalahkan
atas semua hening nestapa ini
: kelahiran berkalikali
dari dering telepon
bagaimana memadamkan kemungkinan
yang dibawa angin dan senja yang sembunyi
: lapislapis ingatan
bergeming dan berangsur kering
kemana takjub ini mesti kuarahkan
setelah junub mesti kau peluk lagi
: gairah tak boleh mati
pintupintu biarkan terkunci
2011
30. 19
masih ada tapi
kubuka kulkas di kepalamu. katakata tersimpan kaku
kubuka pula laci hatimu. menawar yang paling ingin
kubawakan koper untuk memulai perjalanan dingin ini
: meski kau katakan tapi
2011
31. 20 w. muttaqien ahmad
jalan ibu
Sendirian keluyuran untuk dikenali sebagai saya
Sebutir kota, tengah dan tepinya retak
Disana, orang-orang melahirkan saya yang lain
Ibu menunggu dengan segelas teh hangat, telor ceplok, dan nasi
masih mengenali dan tersenyum
Nak,
Sendirian ibu di rumah. Dikenali sebagai ibu
membuat banyak jalan
tak retak
tak bertepi
tak pernah pergi
2011
32. 21
tepiku sepikau
tapi kau tepiku
kini sepimusepiku
tanpa kau
tepiku sepikau
sesepi tepi kususur
kau menepi sepi
bersisi-sisi mautkah
kau sepiku
dekap segala asing
memencil dari kata purba
di tubir mimpi Aku lihat
Rusuk Kucing, gigil
sepertikau sepiku
2012
33. 22 w. muttaqien ahmad
Lima
Seperti jeda retina
dan kepak sayap lalat
waktuku semakin akademis
Dan mekarlah sajak itu
Menangis
Bila besok datang
Besok begitu baik
Datang dan ceritakanlah jika demikian
Bila besok datang
Besok catat hari ini
Datang di sini
Seseorang
Beberapa orang
Mencari
Sekelompok
Beberapa kelompok
Mencari
Teruslah mabuk
Jadilah pengikut
setialah
Jangan lepaskan
kepercayaan
puisi
revolusi
Lawanlah, sekompi
udara
laut
darat
dan,
Teruslah mabuk
Di setiap waktu
34. 23
Jangan puas
Di bilangan lima
Mungkin akan ada tanya
Kapan dan bagaimana
Hanya mabuk
Dengan apa padanya
Sila-sila terjadi
Intim dan dekat
2009
35. 24 w. muttaqien ahmad
Terjemahkan lagi
Ini kulahirkan kembali
bukan sunyi
Seperti rindu
cuma lalu
Anak-anak dan warna ungu
tanah merah dan dadu
Yang berawal dalam sapuan waktu
berakhir di para empu
Secangkir kopi perjalanan
tandas dalam hirupan dongengan
Menunggu kepulangan
lapuk kupunya kematian
Kau belum bertanya
tentang dewa-dewa luka
Apa lupa meraja
seperti lapar yang kau bawa
Sekeping tubuh
selekas subuh
Kurengkuh ruh
dari kata yang mulai rubuh
Kutanam hujan dalam mata
pada dunia tak sempurna
Sampai matahari menerjemahkan bunga-bunga
sebagai peta persetubuhan rasa
2009
36. 25
Rumah
dalam rumah dimana gelisah susut mimpi beranak mimpi
dalam rumah dimana telanjang dan mabuk bukan cemar
dalam rumah dimana asal-usul adalah masa depan
dalamrumahsoreitusepedadikayuhjanji,kitatidaksedangmembuat
menara, tapi taman, seperti hasrat bocah pada buah mangga
dalam rumah malam itu sajadah menjadi tangga, kita juga tidak ingin
menggelar murka, tapi merajut bunga, dimana kumbang segala duka
tertarik pada seberkas warna
dalam rumah pagi itu kompor menjadi almanak, kita memasak
untuk waktu kini, juga menyediakan angka-angka bagi yang datang
kemudian
dalam rumah siang itu daun-daun runcing rumput nengadah, kita
sedang membuat kolam di angkasa, di masa datang kita urai cahayanya
dalam rumah kita membuat peta-peta, menyusuri jalan-jalannya,
yang bernama dan tak, yang bergelombang dan tak, yang berliku dan
tak, yang menanjak dan tak
dalam rumah kita terus telanjang dan mabuk kepayang, berjanji
untuk kembali di masa depan
2010
37. 26 w. muttaqien ahmad
tanduk mata
ditanduk mata
payudara mengugurkan daundaun
-tak ada pancaroba di belahan ini-
sebuah sumur garam ditambang
di tumpukan luka
hujan mengamuk
pada hitam mata
-catatkan-
bagaimana wajah kehampaan
tibatiba serupa kata mata
2011
38. 27
membaca perang
yang bertempur tidak bertafakur. ia memandang padamu yang
sedarah semerah amarah. tidak mungkin perang disebabkan cinta lalu
menghadirkannya
semesta perang bukan semesta kerinduan. ia memandang ke
bukan cahaya. kubaca pelan-pelan dendam yang mengular. kesumat
bersambat
menusuk pengertian
yang membaca cinta tidak perlu curiga. menahan lapar mata
mencemburui si buta. hakikat cinta adalah cahaya
berpinak di hati
2011
39. 28 w. muttaqien ahmad
aku menulis kota
telah sampai
titik
waktu terhitung lebih dari satu
temboktembok belum habis ditulis
aku keburu selesai
koma
di jalan ke kota
2008
40. 29
Jika ini syair
1.
jika ini syair maka inilah suatu yang sempurna seperti bentuk
payudara
jika kau membencinya maka jauhilah masa kecilmu
jika ia melukaimu bersyukurlah kau masih merasa
jika hidup begitu berat maka kematian tak akan sanggup kau
tanggung
2.
di atas segalanya yang paling indah adalah katalog seni
jika bukan doa yang manja maka isinya melulu luka yang baik
3.
na na na na na na na
dan aku tak mampu lagi sembunyi
4.
dan kau berkata ‘ini tisu, basuh pucatmu’
dengan putih dan kesepian yang kita bagi
5.
jika ini syair yang datang bersama hujan maka ini bukanlah
komedi
jika kau tidak sedang dalam keadaan senang maka dekatilah pintu
jika ia mengarahkan pandangannya padamu bersyukurlah masih
ada jalan keluar
jika hidup berarti maka seperti itulah mati
41. 30 w. muttaqien ahmad
kisah nun
lengkung aku memalumu
membusur lekukmu
mengarung langit ambang
puncak tuk dijejak
: hidup memangku bintang
melamunkan Kau
menjelajah bidangbidang rahasia
2011
42. 31
Jerusalem
ketika tuhan disalib dia tidak tahu
di kota ini terlarang untuk mengatakan dosa
karena selain tidak ada, juga menghina yang kuasa
di salib
tuhan berkata
Eli Eli Lama Sabaktani
di kota ini
penghuninya kagum akan kebesaran tuhan
dan tuhan berkata aku anugerahkan otak cemerlang
kalian dapat menciptakan Aku
dan sejarah berulang
Aku menyalib Tuhan
lalu menangis keras di tembok ratapan
:tuhan mengapa cuma kau yang bisa mati berkali-kali?
2006
43. 32 w. muttaqien ahmad
insomnium
yang rindu menyebutmu
segala terlihat tak tampak
udara yang kuhirup, denyut pembuluh darah
asin-asam keringat laut, harum lumut, soda air kelapa
hasrat maut-menawar semua harga
ini hidup deburan tak henti, mengunjungi segala anti
gumuk mimpi rekam sejarah
di situ meliang rindu
dan gumam tak henti
2012
44. 33
hutan luka
luka sepi
di hutan gugur daun
bunyi angin jadi sajak cinta
di telinga kijang dan bunga rumput
luka sembuh
di hutan embun lumut
gerak angin jadi lukisan
pada batu dan pasir
luka buka
di kedalaman kawah
kata hati
jadi cuka
di gigir dan dasarnya
meninggi luka
jauh berjarak
di gelap hutan
dari keramaian peradaban
kuburan dosa
jadi lumpur mendera desa
kalut hutan
di keramaian
bergegas
sempoyongan bergelondong
jadi luka
yang hilang dari peta
2006
45. 34 w. muttaqien ahmad
on muscle museum
sembilu
tumbuh
seusia tubuh
seonggok tendon
tercabik ingkar
luka beban masa
lalu
hati seperti butuh pengakuan
mari pergi!
kembali menjadi
dengan-tanpamu
sembilu
tumbuh
di kamar paling sementara
lenyapkan bahasa
: kau berkata tentang sesuatu yang jatuh dari bunyi yang keluar dari
telinga sebagai aksen
aduh, semesta yang kupahami hanya bunyi Basic English dan
bahasamu seperti konser air yang digelontorkan ke kali depan rumah
dari kloset duduk bermerek American Standard
Catatan
Muscle Museum sebuah lagu ciptaan MUSE
46. 35
dalam bis kota
kutemui kau menyanyi lagu pujian
di sebelahmu duduk kebosanan
penat dengan keindahan harapan
kau dia dan aku bergantian bertukar peran
bersepaham tanpa saling menatap
ramahmu dikupas marah
kau dia dan aku bertaruh hidup dengan satu lemparan
ganjil dan genap
apapun terambil bersiap lenyap
melaju saja
kepala atau ekor
sama murahnya
kau dia dan aku nanar bertatapan
menahan muntah keluar
2007
47. 36 w. muttaqien ahmad
Purnama
Purnama pecah
Malam terbelah
Orangorang punah wajah
2011
48. 37
Padamu
doaku sampaikah padamu
yang kupetik dari pagi
dan kudatangi lewat laku
sayangku, semakin ajal
segala terjal segala kental
kubawa padamu
2011
49. 38 w. muttaqien ahmad
malam 14 Februari
ada bahaya di rumpun kata
sesuatu lelah berlari
tidak, bersembunyi
dari sisa imaji
yang resmi dan tak resmi
sungguh,
kapan mata bosan jadi saksi
ada bahaya di rumpun kata
menduri di retina
2012
51. 40 w. muttaqien ahmad
habituasi
di kepalaku ada setumpuk pasir
menyusun waktu
sampai bertemu dengan kebun binatang
yang membawa sekwintal kotoran
peristiwa pertemuan itu
kita ulang dan rayakan
kamar, dapur, kantor, kakus
- tidak lagi personal -
pasir di kepalaku menjadi bagian dari waktumu
sekwintal kotoran itu melekat dalam tubuhku
2011
52. 41
suatu pagi bersama satir
sebuah pohon mangga di depan rumah memiliki sarang lebah
angin sering menggugurkan bunga
hujan mematahkan cahaya membuat lengkung warna
kupingku menjadi semacam caping menahan deras suara di jalan
lalu motor disebut monster oleh anakku
dan sebuah kepompong dipelihara di hatinya
seperti ia belajar membuang sampah permen pada tempatnya
aku tetap tidak menenggelamkan gula pada cangkir pagi
kubiarkan kopi bermandi matahari
anakku menanam berani dan menyiram melati
melati dari jidah di Jakarta yang hadir kala banjir
aku menceritakan suatu misteri tentang datangnya banjir
ada Nuh di Jakarta mengajarkan ilmu alam
pagi ini di kolam padma aku melihat banjir itu
orangorang yang tidak hanyut naik di daun padma
yang tersisa seperti dikepit di ketiak air
anakku bertanya, apakah bungkus permen penyebabnya
kepompong di hatinya pagi ini bermetamorfosa
menyisiri satu bab pagi ini
2011
53. 42 w. muttaqien ahmad
secangkir cuaca
ia duduk sendiri saja. bersudut dengan sebuah meja
ia memesan kemungkinan dan secangkir cuaca
di sampingnya jendela setengah menjerit. menyimpan kejutan
langit berkacakaca. bersikukuh dengan cerita
ia duduk sendiri saja. bersamanya detik bergeletak
ia tidak lagi menginginkan apapun kecuali jendela
di langit kaca memburamkan dirinya
di sampingnya cuaca menyimpan cerita
2011
54. 43
suatu hari di kedai kopi
Tertanda tutup untuk dahaga
Terbuka pintu-pintu rahasia
pakaianku tidak cukup pantas untuk mengucap
salam pada tanda baca
beribu tahun berulang dihampiri pengelana
seorang yang purba
mencoba menerka seribu tahun berikutnya
menetak sabda
di kedai kopi suatu hari
tempat orang-orang lupa
ajal mungkin tiba pada teguk ke tiga
dan mulut yang kering mengucap asma
meruncing makna harum bunga
2011
55. 44 w. muttaqien ahmad
1000 berhala
seribu batu terlempar
tak mampu hancurkan yang terbelenggu:
berhala akal
nafsumu lebih pejal-berjejal
tanpa musim terbenam
1000 berhala selama 1000 bulan
ragu berkepanjangan, kau manusia:
gemar menyusun misterinya
sedangkan kami terbelenggu takdir dan terusir
tak pernah punya rahasia
2011
56. 45
7.30 di beranda rumah
sebuah matahari
menetas dalam otak
bungabunga mekar kemudian
memeluk cahaya
57. 46 w. muttaqien ahmad
sang penyair
Ia mati. Dan menjadi laut.
Aku berenang di kedalamannya
Menyusur ombak kata-kata dan pulau amsalnya
Ia mati. Dan menjadi kota.
Aku klayapan di jalan gelap dan terang
Dengan kakitangan yang lapar dan penyakit menular
Ia mati. Dan menjadi tanah.
Orang-orang menanamnya dan menulisi nisannya:
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(dan ia benar hidup, melampaui kematiannya tanpa menolak mati)
Ia kembali. Mempekerjakan sajak
Di negeri yang kehilangan harga diri
Aku laki-laki akan menjadi ibu yang melahirkan diri
Ia lakilaki pecinta yang tidak bisa menolak Ida
Perempuan menciptakan sajaknya yang lakilaki
Ia kembali berdiri. Dan tumpas segala luka
Bung ayo bung! Rebut kembali segala yang kita punya
Aku ingin kembali ke kuburnya. Menulis
: Dusta tidak bisa dibiarkan sehidupmati dengan kita
2011
58. 47
39
kuhadiahkan setangkup pelangi
hanya karena ia tidak bertempat
kecuali berkawin dengan cahaya
umur kita demikian adanya
lepas-berhadapan dengan silam
dan tanah berpapan
ia yang tidak pandai berhitung
mungkin bisa lebih bahagia, kukira
kelak akan ada yang bertanya
jawab saja, ia pergi mengurai cahaya
2011
59. 48 w. muttaqien ahmad
buat sahabat
ia di sana merampas bayangmu
sedangkan kau, baru saja membunuh perintahmu sendiri
menelan sumpah:
sajak-sajak itu kelak jadi alasmu
juga puncakmu
dengan kepala babi atau sapi
sama suci bagi tuhan dan tamu
dan, pisau itu mesti digunakan
tak boleh ragu mari rayakan
sebab itu kepala punya makna
2011
61. 50 w. muttaqien ahmad
KETIKA HUJAN
inikah awal penghujan
dendam tanah rendam air mata
sesiap pandangmu ke hulu
dan anakanak di atap
bersama perabot susun langit
segaris air sembilu
lenyapkan beton membiru
warna segala pasti
alirkan sungai gelondongan
hutan gergasi timbun janji
usia bumi selengan lagi
inikah awal penghujan
anakanak berenang di jalan
2011
62. 51
7, ANJING, DAN KAU
kau orang yang cemberut di sayap waktu
7 lainnya membayangkan aman
bersama anjing menawan
berebut ruang bersepaham
kau membaca tak mau percaya
7 lainnya memetik cahaya
bersama anjing peladang
membajak masa depan
kau orang yang cemberut di riap malam
percaya tapi penuh curiga
2011
63. 52 w. muttaqien ahmad
Hening
aku membungkusmu dengan abu
jantungku
ketidakhadiranmu berdetak
aku menamaimu rindu
2009
65. 54 w. muttaqien ahmad
pemula
Laut menatapmu seperti dirinya tumbuh dalam dirimu
Rupamu seperti rumah
Isinya melulu kesunyian yang membuat bahagia
Lalu suara asing
Seperti biola saat pertama kali ditemukan
Dan gelombang penasaran pecah di batu karang
Suaranya cipratan cat dikuas teratur
Itukah kesederhanaan perasaan
Semuanya seakan seperti pemula
2006
67. 56 w. muttaqien ahmad
tanahku
tanahku masih bingung
orangorang tidak bisa pulang
angin dingin putuskan sesimpul darah
segumpal asa dibunuh marah
bukan suaraku bukan mulutmu
tanahku masih bingung
orangorang lupa rumah
serimba peta buta disusur
suarasuara tidak bisa tidak kuikat serta
kubunuh dia dengan pena
2011
68. 57
entah apa
tubuhmu menjelma
entah apa
jika benda tentu jarakmu cuma berbatas ajal
mungkin warna
aku bergerak di atasmu
sehingga berhingga
sebatas lingkaran
sampai usia kita mencapai semesta
aku menjelma
entah apa
jika persetubuhan tentu gerakku cuma berbatas hasrat
kau menyelubungiku dengan rahasia
walau kita tertentu
tak mampu juga kita menamakannya
aku
kau
menjelma entah apa
anehnya kita terus mengulanginya
2006
69. 58 w. muttaqien ahmad
asmara bunga
bunga disinggahi mimpi, rasanya seperti hujan
manis. musim ini ia menunggu panggilan yang memuji namanya.
bunga menari, matanya menghadap matahari. warnanya hitam.
kemudian putih. rasa yang pernah ia bayangkan
dan sebelum ada mimpi ia punya leluhur seperti yang diceritakan
hujan.
ketika bermain cinta. bunga menghitung setiap detik.
meminta hujan untuk memejamkan mata.
cuma di kegelapan cahaya menjadi sumber keabadian.
sebentar, hujan memberikan butirannya kepada matahari.
bunga menatap hujan yang menjadi surga warna.
hujan terus memejamkan mata, tubuhnya disiangi terang.
berharap tak pernah usai.
hujan menceritakan asal usul yang dibawa dari langit
tidak pernah ada kemenangan, ia semburat warna di kehijauan
rerumputan atau biru di udara
keajaiban kecil yang memanjakan mata
sampai musim yang memisahkan. bunga ganti disiang angin
menyerbuk mimpi- kisah lama yang dikenalnya
bunga mengunjungi leluhur sambil menafsirkan cerita hujan
ia menemukan mempelai
ternyata awal
2006
70. 59
Dusta Dalam Kaca
Ketika aku sendiri dalam cinta
Aku mulai berkaca
Ah, sama sekali kita tidak serupa
Mustahil, aku tak akan berubah
Kau juga
Hatiku sekuat tenaga melawanmu
Ternyata tak sampai setengah
Begitu sunyi seakan kita bertengkar sengit
Tapi itu bayanganku sendiri
Dua pertiga hatiku memujamu
Syarafku juga tak kuasa menahan hasrat
Menyentuhmu seperti luka
Inderaku pasrah menerima jika itu datang darimu
Ah, kaca juga mampu berdusta
Ketika aku sendiri dalam cinta*
2006
*salah satu bab dalam sebuah buku
71. 60 w. muttaqien ahmad
adriana
pada ketinggian
aku datangi gigir gunung
memandangmu leluasa
dalam fana cakrawala
mataku dibutakan cahaya
daundaun cemara gemetar
dalam lafaz yang kering
angin dingin dan hamparan pasir
menunjuk arah pulang
mendaki waktumu
apakah abadi rupamu, kasihku
2011
72. 61
demam tubuh mendekati ramalan
dan dunia liar
termometer pecah
berkata tidak
lalu ya
pada demam
seonggok ingatan
berkata tidak
tapi ya
lalu tidak
pada dendam
tubuh rubuh
api batu menimbun
keyakinan limbung
berkata ya
lalu tidak
pada Lubang Buaya
sekilo ingatan
terlanjur dicuri orang
bersamanya aroma laut,
matakata, dan sebaris hari
tempat tubuh bersandar
2011
mengenang Pablo Neruda, Aidit, dan Laut
73. 62 w. muttaqien ahmad
permainan
kehidupan
tak terkejar
tumpas
lepas
sebagian lancung
orangorang meluap
kalap
tempat
tambat buta
massa dan lupa
ingatan nyaris sepi
ngelak ditebak
74. 63
kemungkinan
Tertinggal acak di sisa makan siang
Gigitan kemarin kau hapus dengan tissue
Di bibirku terbaca pernyataanmu
Kita selesai sampai disini
Sementara di kaca restoran
Dua lelaki menangis berciuman
Kemudian berpisah-bertukar senyum
Ini yang akan kita lakukan
Mewarnai hati langit
Dunia yang bukan hitam-putih
Kita bahkan belum sempat memulai
Dan pengamen mulai menyanyikan lagu
Seperti mendongengi kita
Syair mereka terdengar meracau
Matamu kering airmata
Menyatu dalam gelas yang dikosongkan
Malam kemarin lupakanlah
Penyatuan itu latihan kemungkinan
Di meja sebelah
Lelaki perempuan menyisir coklat
Banana split memisahkan mereka
Aku mencari penutup di matamu
Tak ada apa-apa, tak ada siapa-siapa
Ingatanku mengoleksi kontur tubuhmu
Menyasar sampai tak jumpa
Pelayan yang menghampiri
Menambahkan susu pada kopi
Senyumnya mengatakan sore ini begitu bergula
Jika aku tak bisa bercerita di sisi tubuhmu saat subuh yang gaduh
Aku akan bercerita di sisi makammu saat magrib yang menggayut
2006
75. 64 w. muttaqien ahmad
dialog
jangan mencontek nanti jadi bodoh
bodoh mencontek nanti
jangan jadi bodoh
nanti
jadi
mencontek
jangan
bodoh
2006
77. 66 w. muttaqien ahmad
belajar menulis puisi
ada puisi di dalam kopi, di setiap gigitan kerupuk
bukan di dalam buku
ada puisi ikut keriting mangkok indomie
ada puisi pesanan setengah matang di dalam sosis roti
menghirup kopi setiap hari, membaca puisi
puisi garing renyah, bergaram bisa dimakan setiap orang
tak perlu berkerut kening, semua puisi bisa dipesan
asyik, bercangkir-cangkir puisi setiap hari, satu puisi
sekurangnya satu hari
ada puisi tenderloin, dijual di depan kedai
daging segar masih bisa basah oleh keringat
bunyinya lenguh, berdecap-decap gaduh
puisi berkeringat cocok untuk yang bersendiri
ada puisi lahir dari kata-kata milik seniman
yang penuh dengan makna hidup
kadang menjadi sisi paling gelap
puisi seperti ini tidak bisa dihirup setiap hari, karena seniman
hidup sesuka hati
2006
78. 67
keheningan puisi persis seperti
gelembung soda yang kaget ketika
ada yang suka
yaitu ketika kenyataan sulit ditafsir
puisi ditulis cuma sebagai jejak
lawan tanding bagi rasio
tersentak ketika dibuka paksa
2007
79. 68 w. muttaqien ahmad
catatan pejalan
hampir kekal kaki-temali
memanen debu batu pecah
mungkin ini jalan pulang
tapi bukankah tak ada jalan balik kembali
2011
80. 69
sebuah senja
terdengar laut-
menepuk karang pada awalnya
kemudian siput-
menekuk di hangat tepi
sejauh angin menabrak laut
dan ikan-ikan mengunci malam
dahan mawar terpetik tangan
segala bunyi adalah cumbuan
sebelum malam benar malam
semesta jingga melumat cakrawala
dengan sunyi waktu mendengar
segala cumbu adalah harapan
2011
81. 70 w. muttaqien ahmad
sesuatu terjadi padaku kemarin
terjadi padamu esok di tempat yang
sama
yang mengikat diri pada segulung angin
semerbak aroma lembah subur
sebiji kemerahan di langit malu-malu
sebatang tegak membelah lidah air
ini tanah Hindia Belanda dengan noni kopi
bercampur keringat tropika
anak kuli pemilik negeri
senyum nyai di ujung hari
sepadang susu sebidang budak
secangkir demi secangkir mimpi
tidak dikenali sebagai asali
seperti kampung seperti saudara
yang mengikat diri pada segumpal ingatan
membusuk akar sisa tualang
mengular waktu jejadian
sekejap yang laknat merayap
ini tanah Hindia Belanda tanpa muka
noni tunduk pada bayang benda
kulikuli menulis hari
tanpa pakaian tanpa rupa
kala sabit menyela malam
melirik asa melepas bayangan
ini oasis cahaya
kerjap di tanah kelahiran
mungkin ini yang diimpikan
secangkir janji ditambah rasa heran
disulam kisah negeri seberang
susul menyusul bahasa perang
ini tanah Hindia Belanda
sementara merahputih hilang di jemuran
82. 71
matahari bersinar di semua benua
disini semakin menusuk mata
tangan mengepal mulut tersumpal
dan bulan puncak purnama
noninoni dan budakbudak saling menyayat
sempurna sungai luka
yang mengikat diri pada kemarin
inilah secangkir kompeni
tanpa tanah tanpa air
secangkir kopi masa depan
2011
83. 72 w. muttaqien ahmad
sekopi
sebuah tempat dimana asam dan pahit bertemu
dalam buta malam
serongga hasrat berdenting, tenggelamkan aku-
tenggelamkan aku dalam ingatanmu
2011
84. 73
apa yang diingat kota tentang
lelaki
Apa yang diingat kota
Dan menjadi lelaki
Jalan merana
Gedung mendaki
Sarapan lewat di rel
Makan siang debu trotoar
Makan malam dalam perjalanan
Anak-anak diasuh televisi
Pembantu lebih genit dari istri
Apa yang diingat lelaki
Dan menjadi kota
Rumah yang sepi
Tagihan sebelum gaji
Iklan di jam istirahat
Parfum isi ulang
Ciuman pengingat perkawinan
Dan persenggamaan liar
Dengan wajah perempuan di jalan
Apa yang diingat lelaki
Tentang menjadi
Kota tanpa jahitan
Keluarga mengabur ke maya
Bercengkrama dengan marah
Bersendiri dengan masalah
Dan apa yang bisa ditanyakan kota pada sepi
Tentang lelaki yang semakin tidak dikenali
Namun begitu percaya diri
2010
85. 74 w. muttaqien ahmad
@TUBUH
awalnya ia tanda baca. matanya koma. mulutnya seru. tangannya
petik. kakinya titik tiga. hidungnya tanda tanya. telinganya parenthesis.
lidahnya garis miring. kelaminnya tanda sambung. kulitnya dalam
kurung. hatinya titik. ia lebih suka dengan pertidaksamaan. kemudian
seluruh hidupnya ia hayati dengan titik dua.
2011
86. 75
jalan
begini saja, kita cari jalan pulang. kau di sebelah sana dan aku di sisi
ini. kita tetap bisa saling tatap tanpa banyak cakap. jangan lupa jalan kita
sama walau jaraknya terpisah berdepa-depa. jika bertemu lampu merah
berhenti saja, karena suaraku tidak sampai ke seberang sana. jika bertemu
perempatan, itulah saat kita berpisah.
begini saja, jika kemalaman aku bersedia mengirimkan cahaya,
asalkan kau mau bermain mata. rumahku pintu masa kecilmu. nanti
ku sediakan susu dan benang sulam, agar kau tetap terjaga. jika jarum
menusukmu jangan mengaduh, karena ia pertanda kau masih bisa
bahagia
2011
87. 76 w. muttaqien ahmad
Logika Perlawanan
Pertama, kubuatkan tenda sederhana untuk meletakkan mimpi,
biar tidak tersapu angin dan debu yang suka menyelimuti sampul
yang kau pakai. Kedua, kutaruh kamper wangi untuk membuatmu
tetap kering dan dijauhi serangga yang jorok. Ketiga, kucarikan
kau teman untuk berbincang dan membuat ramai suasana.
Keempat, kutanam berbagai kembang agar kau betah duduk
menunggu di beranda. Semuanya kucipta agar kau
menyukaiku dengan cara yang berbeda.
Jawabmu, jauhi cinta. Pertama, ia akan balik memilihmu, bukan
kau yang memilihnya. Kedua, ia tidak cukup dirawat dengan
keinginan. Ketiga, perselingkuhan jadi kembaran jiwanya.
Keempat, ia tidak memiliki pintu masuk untuk diketuk, hanya
ruang yang kau bisa masuki dari segala arah. Jika beban cinta
yang kau tanam maka tenggelam.
Mimpi yang kubuat jadi nyata, bukan tanpa masalah. Pertama, ia
jadi mahluk yang punya kehendak. Kedua, ia memiliki sifat bosan
dankekanak-kanakan.Ketiga,alurpikirnyakadangtidakkumengerti.
Keempat, ia jadi makin cantik dan membuatku cemburu pada semua
yang tidak ada. Aku ingin membunuhnya namun ia meringkusku
lebih dulu.
Pertama, tenda yang kubuat berubah jadi penjara, angin dan debu
jadi karibku. Kedua, pikiranku jadi jorok setelah segala
percakapan tentang cinta. Ketiga, kawanmu jadi musuhku.
Keempat, aku lupa menyiram semua yang kutanam. Kau lari
dengan mahluk aneh lain yang kubuat untuk menjadi kawan
baikmu.
2006
88. 77
LANGIT LAIN
buat AM
‘itu perahu, riwayatmu dulu’
berkawan kita sekarang. kau sebut juga sesuatu itu: proletar dan
borjuis bersatulah. cukupkan cerita yang memisahkan kita seperti
tubuh pekerja tanpa kepala. semalaman menukarnukar kamar. melihat
cangkircangkir yang lalai menilai kesanggupan ginjal dan perang
kesekian. dan tubuhtubuh busuk mulai menyusun dasar kemanusiaan.
kitabersepakatsekarang:menetapkankesunyianyanglahirdari‘potongan
kuku’. langit yang berdiam di tubuh sendiri. langit lain yang mesti kita
perhatikan hadir lewat bocah yang belum pernah membaca puisi
berkawan kita sekarang. kau sebut juga sesuatu itu: payudara adalah
jeda-adalah langit lain, yang keluar darinya semacam hasrat yang
menciptakan lubang dan selapis hutan ingatan yang tidak mengijinkan
dusta menjadi sebuah kampung
dan rahim perempuan adalah revolusi. nyalakanlah
2012
89. 78 w. muttaqien ahmad
tembagapura
: teringat winnetou
tanah rumah ladang
perjanjian suci dan impian
kemudian prairi memerah
darah kami membangun New York
bukankah rahasia
di Freeport roh leluhur
tak mampu menahan
para pemburu bison
menjadi imigran yang lebih bermartabat
ini memang buruk
dan masih ada lagi
jalanjalan di New York penuh kematian
dari sebuah ras manusia yang dikenal
cuma memiliki bahasa memberi
2011
90. 79
sudah waktunya
sepatah kata, kupungut dan kuselipkan di telingamu. tak perlu
curiga, sebab waktu tak berjenis kelamin. dan kematian tak melulu lewat
sesuatu yang jahat dan dingin. sepatah kata, kupungut dari kerumunan.
ia mungkin sihir. mungkin perintah. sepatah kata mulai bekerja. sudah
waktunya.
2012
91. 80 w. muttaqien ahmad
diaspora
Nyalakan angin
Ledaklah!
Biarkan semua menyebar,
menghampiri bunga
menjelajah dataran rumput
mencari tanah baru.
Tanam benih
Bajaklah!
Terima semua yang merekah
rela dimasuki
rela disemai
cinta itu katanya buta.
Tuntunlah tangannya
Genggamlah!
Beri semua keyakinan
tentang warna
tentang bunyi
dunia sunyi tanpa mereka.
Torehkan mimpi
Pandanglah!
Barangkali nanti luput
dipikirkan
dikerjakan
Setelah ini kita berlalu
2006
92. 81
kepada mia
bajingan kau, cinta yang nyaring
aku yang memiliki kekasih terpaku padamu
gugur di rindang pengetahuan
malam adalah beban
kau, bukan lagi gadis kecil
mondar-mandir membawa kemarau
-aih, cinta tak beranjak-
tidak pernah takluk pada akal sehat
borgol dan kesumat hasrat
begitu banyak penyair Mia
meratapi puisinya sendiri
terus kelaparan
sedang aku memberimu daging utuh berpeluh
kau dapat mencubitnya saat kau lapar
puisiku lemang bersantan
bajingan kau, cinta tak berjarak
gagal bersekutu setan di kepala
lain waktu Mia, kucuri ranjangmu
2009
93. 82 w. muttaqien ahmad
dialah kata
andai ia kukawin
apa jadinya anak kita
anak kita sudah mulai belajar nama
dan pandai bercerita
ia juga jatuh cinta padamu!
2010
95. 84 w. muttaqien ahmad
Yang paling sepi
ada kesepian yang
demikian
: saat-saat
dimana puisi di kepala gaib tiba-tiba
2008
96. 85
Yang paling puisi
Yang paling puisi bukan terletak pada gadis
Sajak pernikahan itu gombalku ditapis
Berumah-rumahan dengan puisi
jalan kelinci
Beranak-pinak di langit kamar
Begitu bercahaya
2008
97. 86 w. muttaqien ahmad
puisi yang datang padamu
puisi yang kau bilang omong kosong itu
campuran hati, jali, lemak usia, batuk, 40 helai uban
suatu saat, mungkin-kau baru bisa mengerti
usia puisi bergantung pada kefasihan bunyi
yang lindap diantara isi dan imaji
puisi yang kau kutuk itu
melulu Aku, masa lalu, dan sekaum asing
kata yang memang setengah mampus
untuk hidup di belantara dusta
yang samar makna dan mulanya
puisi yang kau harapkan itu
enggan datang di belukar nalar
yang alpa merasai katakata seperti
dingin garpu di piring kosongmu
yang gemetar menantang lapar
2011
98. 87
selain di sekitaran sini, tak ada
arus lain
kalau kau benar puisi yang kucari mendekatlah-mari bermain
di taman sekitar sini seluruh diksi telah keruh
berguguran dicium karbondioksida
satu-satunya harapan hanyalah aliran sungai
dipenuhi batubatu sembunyi.
kalau kau benar puisi yang ingin kulayari
sandung aku dengan waktumu. sebab aku tertentu dan kau,
hanya kau yang tahu. selain sungai itu tidak ada arus lain
tempat pikiran hanyut. di sekitaran sini cuma satu yang patut
melepas kalut. kita semulut kata. dan aku, murid pertamamu.
2011
99. 88 w. muttaqien ahmad
sajak senja
gerimis kali ini adalah sajak senja pertama
pohonpohon begitu ritmis mencipta suara
di tanah yang menjadi basa. sekabut harap
tawarkan percakapan kecuali sunyi. dingin
yang mengendap. sejulur masa lalu terangkat
di cabang cemara yang menyimpan matahari.
senja pertama begitu resah. menanti kekasih
rebah di malam yang penuh remah. ingatanku
gugur di bawah batang cemara. menunggu
getah lilin menyalakan sebuah kisah. menetaskan
kembali bayangmu di dinding cuaca. gerimis kali ini
mungkin sebuah kebaikan. segaris air ditangkup
kembali di hati. menggenapkan suasana senja ini
dingin itu penyebab aku kembali menyelimutimu.
masa lalu menyentuhmu hingga mekar
kembali kenangan yang pernah gabuk bersama angin
dalam cuaca seperti ini matahari mungkin bukan dibutuhkan
kenangan meroyak buntu malam nanti
sebuah janji pertemuan yang berisik
kita pelajari kembali peta yang paling purba di atas tubuhmu
2011
100. 89
Korupsi
waktu dilipat-lipat masuk saku celana
sang isteri tak boleh lihat
begitu boros hidup ini
pikirnya sambil menyenangkan hati
terbayang kelamin lain
berpendar-pendar bintang antrian
kali ini pasti tidak ketahuan
gumamnya keseribu kali
mari-mari menerawang janji
ke cahaya pelaminan
bersegel rusak dipukau iseng
tangan meremas-remas lipatan waktu di celana
aku semakin muda saja
2006
101. 90 w. muttaqien ahmad
Dunia itu tuna
Aku yang menyempurnakannya
Nyata kata
Berbiaklah
Bukan harus ternak
Karena sejenak adalah jejak
Mengalirlah
Tolak semua ancaman
Dan hidup yang tak kau harapkan
2006
102. 91
sebuah pembuka catatan yang
bersembunyi di kerak kopi
Ada rumah harum Berbuah di tempat orang banyak
Beribu kilometer dari tempat kita Atap dan pintunya persis
milik kita Segala warna di dalamnya adalah doa
Ada rumah harum
Sekawan dengan maksud kita Mengeja anakanak sampai pada relung
kuntum Berbeda di setiap lekuknya Ruang dalamnya mengucap
cerita yang sama
2007
103. 92 w. muttaqien ahmad
dia cuma mendengarkan lagu the
beatles
dia cuma mendengarkan lagu The Beatles
dari Liverpool ke Tangerang
di kamar dengan cd bajakan
di tengah polusi dan bau got
air hitam menggenang
dan jemuran penuh baju biru dan werpak
istirahat di shift ke tiga
terdengar It’s a kind hard night
belum genap satu jam
kawan datang ajak berdiskusi
tentang gaji dan jatah kopi
seorang mengambil gitar di pojokan
I’ve been working like a dog
jika saja petani mereka tentu sedekah di sawah
di tempat panas begini cuma ada rencana
seperti sebelumnya hampir mampus
bukan karena orgasme tapi diberangus
mereka cuma minta audiensi
sambil memikirkan anak-isteri
when I’ am home everything will be right
dan polisi datang menggadang asumsi
mereka salah ideologi
2010
104. 93
pada posisi ke sembilan belas
Seorang perempuan mulanya menjamahi buku terbuka di dipannya.
Mengambil posisi terlentang dengan buku di atasnya. Ia mulai bergumam.
Semalaman ia mencari nikmat dan sentimen pada setiap kalimat. Puncak
demi puncak ia ungkap. Sebenarnya, aku belum lelah membaca, katanya
pada posisi kesembilan belas. Cuma aku takut merasa bosan pada derit
dipan. Ia jungkalkan buku dan mulai merapihkan seprai -Tak usah
terlalu serius lain kali, harapan yang terlalu tebal hanya bikin purapura-
2012
107. 96 w. muttaqien ahmad
selamat pagi komunis
yang benar dari pernyataanmu
cuma anak istriku makan apa
berikan padaku satu alasan
untuk hidup sekarang
atau menyerah kalah
selembar demi selembar komunike pergi
menuju tempat yang kau dengar
ikuti aku
kulihat kebalikan
kita belum bebas apalagi puas
satu komunikemu menyatakan jalan yang membebaskan di
pagi hari ketika kebenaran bertanya tentang makan siapa hari ini
seseorang yang berpikir selalu benar
mungkin kakanak-kanakan
selamat pagi komunis
gambar sepia wajahmu populer di sini
seperti guguran perempuan menjajakan diri sekadar
mendapatkan selembar blue jeans dan kaset rock ‘n roll
hidup disini penuh kesenangan
sementara pesanmu kemuraman hidup
komunike keduamu: suatu saat ini dunia menyatu
para majikan sekarang adalah buruh yang berhasil
dan besok buruh bebas tanpa kelas yang diciptakan
dari pemenangan kuasa
selamat pagi komunis
satu-satunya kenyataan adalah materi perubahan
mungkin terlihat jika kau bergerak ke arah kanan
ditempat sejarah bukan mistik
dan perbedaan bukan ancaman
108. 97
yang benar dari pernyataanmu
cuma anak istriku makan apa
sementara di rumah sanak keluarga memulai hari dengan
tontonan selingkuhan Superman dan Madonna
selamat pagi komunis
semalaman bercengkrama denganmu
pagi ini aku mau berbenah diri
kau,
terserah padamu!
2006
109. 98 w. muttaqien ahmad
kepada resty
Akhirnya ia membebaskanku, meminta darinya
untuk terus menjauh. Berkirim surat-bertukar kabar
walau aku tahu tidak akan pernah dibaca. Aku ingin tahu
apapun tentangnya. Tentang dunia yang tidak pernah ia alami.
Mengajaknya mampir ke kedai es krim, saling memandang
menjilati manis lewat sisa es krim di bibirmu
sambil menikmati ejakulasi mata seperti katamu.
Aku bersetuju dengan itu. Akhirnya ia membebaskanku dalam
satu kali pertemuan di kedai es krim itu. Kau pergi ke dalam gelas
es krim, abadi di situ.
110. 99
mimpi-mimpi yang kemudian disebut
rumah yang tidak bisa tidur
# bulan sepotong semangka
udara menggigil. ketika
bulan tepat di seberang kedai tak berpengunjung
karena sudah setengah gaji. setengah
hidup. menahan setengah bulan
untuk setengah mati. berusaha tidak beku rasa panas mata
cukup nasi di lemari pendingin. biar tidak basi
lauk yang bisa dipanaskan besok pagi
atau matikan saja selera
seperti pertama kali bulan menggetarkan udara. dengan
lingkaran pelangi di sekitarnya. bagai
santa. bercengkerama di kebun yang penuh pohon buah
pikiran memenuhi udara. tidak cukup
untuk dimengerti. saat udara
sesak. seperti masa kanak-kanak yang kembali. mengangguk
terpesona kepada permainan bayangan
tajuk dibuat untuk memantulkan cahayanya
setelah setengah bulan menunggu
disaat udara masih leluasa. menggeser
angin ke arah barat atau timur
dengan upacara sederhana
yang disajikan oleh kekerasan waktu. fiksi
dan ode yang diceritakan kembali. dianiaya
tak terduga. tak dipercaya walau darah mengalir nyata
di lembaran-lembaran laporan. cerita mulut ke mulut.
pelataran kebun buah tempat pesta. dan
cermin kamar mandi kusam penuh goresan
luka yang tidak membuat jera
sepotong demi sepotong bulan dimakan
udara tidak pernah tersia-sia. dibagi
berbagi perasaan. bukan
untuk sekarang. genderang ditabuh cepat
dan nyaring dengan sesuatu yang dipercaya. cuma
dirasakan. seperti kematian
111. 100 w. muttaqien ahmad
bahkan seperti kehidupan sebenarnya. bukan
tentang pelajaran kehidupan
yang cuma sepenggal kebajikan tertunda pelaksanaannya
sepenggal lagi disisakan waktu
untuk masa depan
jika pengorbanan sampai pada bentuk yang sempurna
namun bulan masih setengah semangka
sebelumnya sabit. berteman
dengan rumput, bintang, atau atap masjid
setengah lagi terlempar. di depan
kedai. sekarang
tepat di seberang
telah menjadi pucat
udara kembali menggigil
mengingat masa lalu. kemudian
waktu menghitung mundur
sampai setengah mendekati nol
membeku udara di pesta Bulan Sepotong Semangka
# namun hidup terlanjur berarti
1.
waktuku tak banyak
aku menyerah
bukan berarti kalah
pisaumu dedahkan mimpi dan surat cinta
dari sahabat yang membabi saja
butaku belum apa-apa
belum amien
2.
namun hidup terlanjur berarti
adakah pesona lain kecuali musim yang tunduk
tengadah menatap kemungkinan pada mata langit
mungkin sesekali liar tak terkejar
tapi tak mengapa
kita masih punya lupa
hidup ini terlanjur berarti
walau hanya mengembara tangan kita kuasa memberi
112. 101
# yang membuat seisi pertemuan cemburu
yang membuat seisi pertemuan cemburu
penanda tidak pernah salah
waktu menjadikannya lambang
yang berawal di keinginan aksara
untuk memulai percakapan
buat ramai bikin megah
yang membuat seisi pertemuan cemburu
percakapan soliter
ketika bebas dan jauh
mencari titik beku perasaan
sebelum dan sesudahnya arah sudah ditetapkan
seperti mencari bagian yang hilang dalam sebuah lukisan
padahal hanya keanehan yang belum bisa dimengerti
sebuah penanda
selalu berakhir seru
yang membuat seisi pertemuan cemburu
rendez vous bunga
merah berbunga
semua tanda lebur didalamnya
pengetahuan
perguruan
gincu
kaukah itu
akhir riwayatku, au revoir
# setiap yang datang adalah orang yang tepat
terima kasih #1
untuk tidak merasa iba
bersikap sesuai dengan apa yang dipercaya ada
walau hati berdentam berbunyi gentar
warnanya sepucat buku putih itu
malam nanti
mari pergi
mencari tempat lain untuk bercakap-cakap
disini kita seperti orang gila
berteman suara ketikan
113. 102 w. muttaqien ahmad
mulai pagi
ingatlah di dingin dinding ada mata
di cangkir kopi ada telinga
membaca kata-kata yang pingsan
ketika berbaris di kuning kertas pesan
(siang ini ada kemeriahan di kamar besuk)
terima kasih #2
untuk kepercayaan yang diberikan
kita telah bertukar darah bertukar catatan
bukanlah sebuah kejahatan memiliki ketakutan
untuk hidup dalam gelap
ketakutan jenis itu adalah kekuatan yang membuat iri ilmuwan
api dimatamu menebas gelap
menghidupkan mahluk rekaan yang menghuni otak
jika berkenan ajaklah aku berpetualang
jadi pencuri atau penyelundup
karena masih banyak yang tidak mampu
masuk ke dalam kelas seperti kita
karena salah asuhan atau salah baca
(ada yang mangkir namun tetap tersenyum)
terima kasih #3
saatnya main di kebun belakang
kita tanam rumput
ia hidup paling awal dan mati paling akhir
cocok untuk menyemai kata-kata yang akan kita jadikan cerita
ketika hari itu datang
sungguh aku senang
sebab bukan kekalahan seperti yang diberitakan
aku cuma berpindah ruangan
jika kau bersetia
lunasi utangku
bukan karena bangkrut tapi karena terlanjur berjanji
buku kita nanti bersampul oranye saja
(sebab senja adalah niscaya)
114. 103
# jalan, warna, dan gairah kota yang pasang surut
1.
pada sebuah pagi berkaca kecemasan
dusta persetubuhan dalam kota terlampau kasar
kelopakmu kubakar pelan-pelan
sampai gairah menguncup
2.
percakapan kemarin berisi jenuh
penuh keinginan sementara orang
mengejar kesepian mencabuti bunga-bunga
ke puncak jerit
bahagia karena kau terus asing
3.
bibir sunggingkan merah dingin
mengadu gaduh kuning rock n roll
warna yang diinginkan seperti salah perlakuan
kota seperti bingung. kehilangan ramuan
4.
di sebuah kedai yang sama sekali tidak seperti bar
sayup-sayup penonton tak beranjak
menanti kematian dirinya sendiri sebagai aktor
dari panggung yang hilang berahi bertualang
5.
sebuah kota selalu muda. lebih baik demikian
cuma keteguhan bunyi. mencari sudut tampil
seperti syair rolling stone, you cant’t always get what you want
untuk mengingatmu: akal sehat dan asesorisnya
2007
115. 104 w. muttaqien ahmad
99 sajadah
setelah sujud di tempatmu
hatiku terpaut pada semua mahluk
hasratpun tak kuasa untuk membayangkanmu
merangkul yang hidup di semua jalanmu
kemudian terbakar sepertiga malam
bukan rumah, badan, atau kitab
aku lenyap di hasrat menujumu
bukan pada rupa buruk di depan cermin
semakin panjang sajadah
semakin haus akan wajahmu
semakin memasuki dirimu
semakin rindu untuk bertemu takdirmu
dalam permainan yang melulu dunia
tanganmu semakin berjarak
dalam pertaruhan keyakinan
aku kehilangan suara-suara yang berbeda
mungkin ini saat yang tepat untuk berhenti bertaruh
menghitung kembali sajadah yang lapuk
sambil melihat abu dan arang
yang dihasilkan doa-doa yang saling rajam
mungkin kita bisa meminta katak untuk meminta hujan
menabur segala kebaikannya pada semua yang dianggap suci
dalam tempurung mungkin kita tidak bisa melihat langit lain
yang juga tempat bersujud
2009
116. 105
batu bersurat
suratan pada bata merah senja
menyahut dalam tubuh kota terakota
beribu tahun bergenang dupa
tempat pendeta mengunci tasbihnya
dalam seru undakan waktu
batu-batu menyebut namaMu
2009
117. 106 w. muttaqien ahmad
Adalah manusia-manusia yang
ingin tetap tinggal dalam rumah
mereka yang sedang terbakar
lompatlah ketika periuk belum panas
karena setiap perubahan menyelamatkan
apabila tepat di terik waktu
jika perlahan maka kau tidak pernah tahu
dirimu meregang ajal dalam panas kolam
periuk itu seperti batok kelapa di kepalamu
menjadi tempurung takut
yang membuatmu nikmat ketika disantap
2009
119. 108 w. muttaqien ahmad
diberiTahu tentang kau
buat: RPD
kutemani kau. lalu
di bangku taman. hujan peluru berkesudahan
kita masih sehat. amunisi kita tersisa tiga
simpan satu. enyahkan dia
punguti kerikil. suara diinjak hening
ambil satu. tahbiskan
percuma mencari kesamaan. citacita cuma bermusim
aku berguguran. lalu
kesiap lenyap. di bangku taman
ditemani kau. menimbun meluruh
‘mengutuk aku’
2007
120. 109
kita bermusuhan saja
kita bermusuhan saja. sebelum amnesia
mengingat kita sekomplot. dalam ketidakacuhan
-seorang membakar diri di rumah kita-
bahasa api
tanah airkah bagi petani
yang kita preteli harga dirinya dengan merampas tanah
dan kitapun menjual diri untuk membangun jalan-jembatan
untuk memisahkan nusa
bangsa komplotan padu dalam kepayang pemakluman
bendera putih dikibarkan
-seorang yang waras bertanya bagaimana bisa-
sehalaman merah rasa api
kita memesan darah melipur kesucian
setiap hari harus ada korban
genapi darah biru
aku rasa kita memang bermusuhan saja
koreng di lutut belum sembuh benar
dan kau sudah mengokang sebutir peluru
-satu remaja tewas, semacam patriot mengancam satu sekolahan-
dulu pahlawan berharap tumbuh seribu satu patriot di tanah ini
sekarang belum tentu pahlawan bersesakan dalam tanah Kalibata
anaknya tidak pernah tumbuh-malah menembak lututku
membantai petani sambil menuding orang yang pergi mengaji
kita memang sekomplot penonton
di bahu dua malaikat tegur-tapi tak bisa mencegah orang
berbelanja
jalan-jembatan menandur bencana
dan kau terus memupur citra
kita memang sekomplot-bicara perlahan
mata kita celingungkan cari teman
ah, semoga tak bertemu matamata
ya, kuputuskan kita bermusuhan
walau zaman kita sama tapi kau terlalu norak
bahkan untuk generasi berikutnya kau tetap norak
kau terlambat tak tumbuh tak utuh
jembatan-jalan kau bangun tak lebih
seperti perahu ditakdirkan untuk tidak berlayar
haus tanah rakus darah
121. 110 w. muttaqien ahmad
sementara bendera di atasnya kehilangan warna merah
-korban terus berjatuhan, orangorang mengunduh video di laptop
mereka- kita duduki kotakota, semacam pelabuhan bebas melayarkan
semangat -Freeport-mengeras tertawa
satu tanahkah kita, tanya sebuah letupan
orangorang menari telanjang bersama bintang
kemudian kita musnahkan
kita ditakdirkan untuk bermusuhan, bukan
api melahap satu orang, satu rumah, satu masjid, satu gereja, satu
desa
dan kita masih bungkam atas isyarat yang ingin disampaikan
2011
122. 111
Kartu-kartu Menulis Masa Depan
Pagi ini penuh dengan kertas plano, spidol, dan kartu-kartu
kosong. Setelah kemarin menggambar masa kini,
sekarang adalah merekam kejadian besok.
Semangat ini, vital untuk perubahan, tapi
mengubahmu bukan aku. Mengubah kalian bukan kita.
Barisan hari esok rapih tertempel di tembok, sementara
di luar, pada kenyataan lain tembok sudah penuh diisi
tulisan: tidak ada masa depan atau hancurlah para tiran.
Ada juga tulisan sederhana. Tolak kenaikan harga.
Tembok dipenuhi oleh kata kerja. Di luar dan pada
kartu yang akan dibariskan hari ini. Tidak ada subjek.
Hidup di kartu yang dijajarkan sungguh enak, sebab dan
akibatnya jelas. Semuanya akan selesai begitu saja seiring dengan
logika yang ada. Di luar sana orang menumpahkan darah dan kering
keringatnyaberusahamencampakkanlogikamerekasendiri. Berpikir
sama dengan mengulur waktu yang tidak lagi nyata.
Hidup saja yang sederhana, artinya apa adanya. Belum ada
sama dengan tidak mungkin. Percuma berkhayal
menikmati ladang, hutan, dan laut yang terhampar di
depan mata, dan memperkirakan apa yang akan terjadi.
Buang saja pelajaran hitung dagang dan peluang, itu
tidak berlaku disini; kenyataan diluar berteriak nyaring.
Sementara kartu-kartu kosong itu sudah terisi. Satu kalimat
pendek, lima sampai enam suku kata, sesuai
instruksinya. Sebait puisi tertulis: kami miskin karena
tidak punya tanah. Kartu-kartu itu berbaris, menjadi
sebab atau menjadi akibat, menjadi nomor satu atau
sepuluh. Begitu seterusnya kenyataan dibeberkan,
pernyataan dipertanyakan.
Diluar kartu-kartu tersebut berserabutan, ada yang bunuh diri
ada yang dibunuh karena lain dengan kenyataan yang
lain. Ada yang berubah menjadi coretan di dinding,
banyak yang dilupakan, ada yang secara sah dipenjara
karena beda versi, kebanyakan hilang demi kebaikan.
123. 112 w. muttaqien ahmad
malam bulan
malam bulan
gelap memunggungimu
- mencatat yang paling telanjang
2011
124. 113
rambut takdirku
rambutku mencuri dunia
kuwarnai merah-hitam
panjang kusut menutup maksud usia
mataku adalah kemudaan yang sebentar
mencari keindahan yang terpancar
berumah di punggung perempuan
mulutku adalah keabadian kutukan
rakus mengunyah kitab
dahaga kupuasi dengan durhaka
tanganku mencuri hati seperti kucing mengintip ikan
kepalan keras hanya untuk membela diri
beratus kepala kena hantam tipuan
rambutku hutan bambu
menyasar di setiap rumpunnya
aku lari di atas rambutku
kenangan masa muda dan segalanya
mencuri tempat kembali
2007
125. 114 w. muttaqien ahmad
ilusi tentang akhir
ternyata
Akhir
Hidup
Adalah
Dia
lepas kata dari tulangnya, melayang jadi lengkung di periuk
waktu. hutan hilang, sawah jadi gudang barang, gunung jadi
lempung, muntahannya kudekap lelap tertidur. Kau
memberinya susu dari laut yang terang membawa serta
ibu, sepeda, tetangga, kawan sepermainan, dan gedung
sekolah. dari riwayat yang kuterima turun-temurun Kau akan
tiba di seluruh kota menyelesaikan yang tak bisa ditunda.
empat lapis tanah merah digali buat kebun doa, diucapkan
matahari yang saat itu oranye sempat singgah di pantai.
namun tak sempat datang bersama pasang. lalu gemuruh pindah
dari langit ke laut yang seperti agar-agar merah disentil anak kecil
yang usil. pelabuhan ikan pindah ke pasar, jualan tubuh legam
telanjang. perahu nelayan di jalanjalan sepanjang kota
menerima tamu asing yang asyik bicara ilusi tentang akhir
kabarnya dimulai dari ujung pulau ini.
pertemuan Dia di semenanjung yang sepi ini kini ramai
dibicarakan orang:
kampung-kampung kehilangan penghuninya
di periuk waktu susut
2005
127. 116 w. muttaqien ahmad
Habib
kantong bunga, serupa rumah tanpa dinding, selembar tikar
tempat para pencari menari
angin tidak menyurutkan ingin
ya kekasih, ya habib, tidak cukup rindu ini sampai
tidak juga rancak rebana menjadi bunyi
sunyi juga yang menghantarkan nyalamu
dalam riuh hasrat adakah usai jalanmu
dari pantai yang penuh kapal terbelenggu
ke samudera pemahaman seperti kebebasan
yang memalu-malu
kuburan, kebuli, dan kopi jahe
tidak bosan juga balada Timur didendangkan
aroma subuh dan malaikat yang diandaikan hadir
merenda pendengaran dengan yang intim
ah, yang asing dalam dirimu tiba-tiba menjadi organ bertumbuh
dalam diriku, cair seperti mentega di atas kue kamir itu
ya habib, mungkin tanda ini yang ditunggu
cinta yang tidak pura-pura
2010
128. 117
benang magenta
berdua kita menatap laut
langit magenta mulai menetes
menggaris kelambu udara
kupakaikan pada tubuhmu
(jemarimu menganyam benang pemberian langit yang seusia
dengan kita sore itu)
berdua kita menenggelamkan laut
dalam gulungan kertas
yang diikat benang magenta
tegak meski telah kuyup
(masih ada ruang tertutup tak lelah dimasuki doa yang barusan
lahir setelah peristiwa laki-laki dan perempuan ingin jadi
sempurna)
2006
129. 118 w. muttaqien ahmad
Willy pada suatu malam
begini Willy, aku sudah makan
kau bersikukuh menawarkan lapar
jalanjalan penuh siksa dan dendam
kita, berhenti saja.
Tidak, katamu syahdu
ini bukan ajal.
semacam tradisi kau ganti dengan deru
segala penjuru kau buru
kita tanam pamflet di dinding kota
terutama di kompleks pelacuran
rumah para pejabat dan gubernuran bukankah segala neraka ada
disana.
kota semacam citacita yang kemudian jadi cuka
-kau melihat anak muda dari desa, membenci agraria-
tak ada yang lampau atau lapuk
kecuali penjara, enyahkan ia dalam dirimu
aku menjadi lapar.
rumahku semakin renta
begini Willy, aku akan membacakan pamflet
hari ini di Kalibata
ada calon pahlawan menunggu kata
dan orangorang dari Parlemen
mencuri ingatan dari kita
apa yang lebih mulia Willy
dendam atau lupa
begini saja Willy, aku tidak ingin berjarak
dari lapar atau pelacur
sejenis kelenjar tak bisa diam
dalam diriku. memanggil namamu,
mungkin sebuah dosa. aku memakan buahmu
sampai jumpa
2011
130. 119
surat untuk saut beranjak tua
saut menimbun luka. saat hari raya ia membaginya. ini sebuah
kesetiaan pada puisi. disusun dari lumpur di Sidoarjo sampai emas di
Papua. inilah bumiputera, semacam waktu yang ingin kita peram dan
didihkan. puisi yang menyediakan hantaran menguliti batangbatang
hutan kayu-sembilukah itu sebab puisimu menyusun akibat. hari raya
ini kita masih panen air mata. dan tuak sesaat menyatukan kita. orang
rudin juga berhak pesta, pukimak dengan neraka. dalam telanjang
masingmasing kata beradu mata. langit tetap penuh rahasia. saut berlayar
dengan puisi yang penuh bunga api. mautkah yang dilabuhkan atau
semata menghindar dari pusaran.
2011
131. 120 w. muttaqien ahmad
Guru Pertama
suluh diri kenal dia dekat
suluk dia jadi ada tidak begitu jauh dari kisah
awan bercerita tentang asal usul hujan sambil membiarkan
dirinya hilang
disiang udara yang matang awan turun jadi latar belakang
pagelaran katak
yang senang menandai hari dengan teriakkan kakawin
sambil memanggil ular yang malas berkejaran dengan nasib
katak kawin sambil bermain
nasib telurnya tergantung ikan yang tidak sedang dilanda
kekeringan kolam
airnya melimpah tenang menggoyang teratai yang mabuk doa
sejuta kehidupan berlindung dibawahnya
katak besar makanan ular
katak kecil santapan ikan
katak kawin lagi setelah awan kembali berkisah
betina semedi di atas teratai
altar doa persetubuhan
terus diulang seperti kebaikan
ikan dan ular melihat di kejauhan
sambil meramal waktu
berkenalan dengan ajal
siapa yang pergi lebih dulu
ular melirik ikan
tenang berteman diam
nyanyian katak dihentikan kemarau
kemana awan pergi berbulan-bulan
ikan-ikan, katak, dan teratai terjaga
satu-satu menjemput awan
ular berkelindan membuka kitab kakawin
meninggalkan kulit jadi jejak usia
ikan menjemput awan ke hulu
sambil mencari kedalaman udara
batu-batu bersahutan
memanggil nama-nama yang berkunjung
133. 122 w. muttaqien ahmad
lupakan januari
seperti itukah kebimbangan kita. setiap pagi memikirkan rantai
dan roda. di januari yang basah ini buah mangga dibelah cuaca. di
sebatang pagi kita memandang sebilah cuaca dengan kilatan waktunya.
ia seperti mewartakan: rantai dan rodamu tidak mungkin mencapai
tujuan. seperti mangga yang berbuah begitu saja, peta kita seolah
hadir begitu saja sama seperti rantai dan roda yang tumbuh di tubuh
kita. mungkin kita tidak perlu memusingkan sebatang, sehutan, atau
segurun pagi. tapi apa guna pagi jika demikian. bahkan ketika berak
jam 5.30 pagi kitapun tidak sanggup menahan rantai dan roda yang
memaksa kita mengitari kemarin dan 2 menit lebih 1 liter beras yang
harus dimasak hari ini. januari mungkin memiliki harapan yang
berbeda, seperti pagi yang dianggap awal. apakah ada kelebihan lain
dari urutan waktu yang kian semu. sementara roda dan rantai tanpa
almanak kerja terus membuat jalanjalan yang kita lupakan kemudian.
2012
134. 123
dalam sebuah judul yang masih
ragu
siapa mentautkan dia dalam kita
dalam sekat tibatiba beranjak
hasrat. kita berdua saling pandang
di bumi, abadilah surga itu
kenangan yang membuat kita
satusatu cemas terbit
setelah anggur itu kita telan.
kita, masihkah surga?
ataukah kita cuma mencandra
Dia, sekedar alibi keteguhan
cemburu yang ingin kita terakan
dan, bumi-inilah semacam kehadiran
masa lalu-sebelum aku bertemu Hawa
yang lebih suka terang dan telanjang
dari kegaiban yang mencurigakan.
Tapi, siapakah yang menciptakan Hawa
kita, masihkah membutuhkan neraka?
sebab aku masih merenggut separuh jembut
Tuhan, membentang selapang. Cinta pertamaku
bukan pada sekarang, sejarah, atau yang khayal
dan waktu bertumbuh dalam pertanyaan ini.
2011
137. 126 w. muttaqien ahmad
sajak perjalanan
1.
kita pergi jauh sayang
dari dataran katakata
sepantai luka akan menunggu
kita tinggalkan saja bayangbayang
walau hati masih lekat di kampung
sejarah kini milik kita
- genggam itu saja sayang-
senja keemasan di tangan
2.
dalam perjalanan kau masih membawa pintu
walau tak pernah kau izinkan sebiji tamu mampir di situ
seseorang berjalan dengan pintu yang kekar belum cukup mengenal
dunia-sebuah jendela mesti kau bawa juga, dari sana perjalanan ini
dapat menampung cuaca yang memanjakan mata
3.
dalam pandang langit lengang
mata kita mengaliri jalanan lempang
sebaris bangau menyisir ladang kerontang
: apakah sungguh ada perjumpaan
4.
janjiku seperti warna mawar
tak bisa kubilang yang mana
kau pilih saja-duriku tetap sama
menyemak dan sedap menyentuhmu
janjiku utuh pada setiap kelopaknya
yang mengantar perjalanan duri
sampai ke pelaminannya
5.
dalam surat yang kubaca pagi bertumbuhan
setelah perjalanan malam. bumi memberi kabar
: tak ada lagi mukjizat
138. 127
6.
-malam yang melahirkan bahaya dan laut pasrah-SPD
cuaca yang gelisah melahirkan rindu
petir menuntun pada yang perlu
-cahaya, seberkas saja- sebuah jalan pulang
menyambarmu hingga rekah
seperti buku terbuka
anatomi tubuhmu menghanyutkan malu
yang lebur kemudian adalah waktu
demam ditularkan angin
dan terbit di tempat jauh
cuaca yang gelisah membuatku kabur
denganmu segalanya serba boneka
masa kecil yang datang kemudian
-kita mainmain dengan takdir- sebuah topografi rahasia
lengkung demi lengkungnya kita isi dengan cairan
lelehan manis yang melaporkan kejadian-kemenangan
jalanjalan kita buat karena suka
cuaca yang gelisah melahirkan rindu
kita menjahitnya di atas perca ingatan
7.
memulai perjalanan panjang ini
-rasa haus jadikan langit-
berikan yang paling fana
pada pagi pertama.
di ujung perjalanan ini
percakapan seperti mekar bunga
langit menurunkan matanya
pada yang paling wujud
2011
139. 128 w. muttaqien ahmad
Suatu Pagi, Sebuah Kerinduan
1.
Sebuah pagi yang pasti
Sebuah biduk
Siapa saja yang pulang bersahaja
: ia yang selalu tahu jalan kembali dan berada di depan
berkorban dan menelusuri jalan yang sunyi
Ia yang tidak pernah sendiri namun tahu kapan waktu berhenti
Pada kematian, ia menyeru:
Kau tak mampu menyiangku walau itu memisahkanku dengan
kesayangan
Aku mengenalmu seumur hidupku
Kau tak lebih dari pergantian waktu
Sedang aku yang memekarkan cahaya
Pada hitam jubahmu, kuberikan tanda
: harapan
2.
Sebuah pagi yang pasti
Kopi dan rokok yang seharusnya ada
Sepat mata dan sisa obrolan yang dibawa angin
Kau kemana
Katamu, menjauh
Kau dimana
Jawabmu, di sini
Kau tidak apa-apa
Tubuhmu seperti begitu terjal
Dan aku mendaki jawab di matamu
3.
kau selalu berkata
‘aku yakin’
4.
ternyata kau tidak butuh kartu-kartu untuk menghadap tuhanmu,
lebih banyak rindu yang menjadi pembelamu
5.
aku membuat rumah yang tidak besar, tapi seluruh dunia sanggup
mengisinya
rumahku tanpa taman dan air terjun, cuma hutan tropika
140. 129
di sana ada petani, nelayan, dan anak muda
aku membaca soekarno, hatta, iqbal, dan karl marx
aku mencuri dari nabi-nabi
aku menyusuri perasaan orang kebanyakan
dan keadilan yang bersemayam di setiap hati
ternyata tidak ada yang lebih berantakan dibanding tidak
memenuhi janji
maka, aku berjanji diantar sebanyak orang
ketika aku tidak lagi mungkin berjanji
kudefinisikan sebagai investasi
6.
kau juga selalu berkata
‘kamu bisa’
7.
kembali pagi,
tidak semua pagi adalah permulaan
seperti gerimis ini
yang dimulai sejak awal kita puasa
sebenarnya ini rahasia
dan menariknya hanya itu aturan permainan kita
kau ber ci luk ba
dari kamar ke kamar
dan seperti biasa,
aku kena!
8.
aku bicara pada anakku
‘dia cuma tidak lagi bisa bersedih’
hanya itu
apakah itu tanda bahagia
anakku tertawa
(dia baru berumur dua tahun dan bening matanya
mengingatkanku padanya)
9.
kau berkata, jangan terlalu sering ke sini
terlalu putih dan steril
dan
‘aku tidak akan menangis’
10.
kau tidak berubah, katamu suatu pagi
141. 130 w. muttaqien ahmad
setidaknya rambutmu yang kukenal dengan baik
bagaimana kabar istri dan anakmu
dan rumah yang kau idamkan
apakah sudah memenuhi segala keinginanmu
cuma di sana sumber air mata
‘sebuah keluarga yang saling memaafkan ketika hendak berangkat
tidur’
dan bahagia
11.
aku bilang teruslah bermimpi
kau menandaskan teruslah bertindak
12.
tiba-tiba kamu ada dimana-mana
menyala-nyala
dan gaib
13.
kamu sebentuk mimpi
tidak sungguhan
tidak ada yang begitu sempurna
tapi kau tularkan juga bisa mu
di setiap penjuru
dan kau tepati janji kita
sumpah pemuda entah jilid berapa
dimulai dari kampungmu
14.
akhirnya aku menangis
hanya ketika kau tersenyum membaca stiker
buku, kopi, dan puisi bercangkir-cangkir
itu kamu yang selalu tahu
pindahkan saja ke kepala semua orang
dan kau tuangkan puisi itu dari pulau ke pulau
berdua kita menangis
15.
bukan pagi seperti ini yang aku maksudkan
tapi kesedihan ini tak terelakkan
kau juga yang padamkan
dengan nisan yang bertonjolan
kau darwis
aku mayit
142. 131
kita menari dalam alunan yang sama
cuma namaku belum tertera
16.
kata maju tidak berdiam di ruang tunggu
17.
kawanmu masih juga bertanya
apa yang membuat kau berbeda
jawabku, ada pada keyakinan
termasuk keyakinan akan adanya perbedaan
kawanmu masih juga bertanya
tapi jawabnya terbawa padamu, kataku
‘yang bukan materi hadir bersamamu’
18.
pelajaran hari ini bukan pelajaran tentang diam
besok pelajaran tentang melawan
sejarah adalah masa depan
19.
ketika kita berdua terkunci
dalam ruang kosong
dan kau tiba-tiba menggambarinya dengan beraneka warna
aku kebingungan memilih yang ku suka
20.
: kita baru memulai
lalu kau bergerak tanpa jeda
21.
kubacakan lagi sebaris sajak yang ku ciptakan untukmu
‘kau miskin, maka aku ada’
ternyata semesta yang mesti kita jaga
pantas tak pantas
cukup ya cukup
bukan mata untuk mata
tapi hanya butuh satu pertemuan
kau sanggup mencairkan segala dendam
kita berdua mestinya fakir
namun semestamu tak cukup untuk memenuhi aku
143. 132 w. muttaqien ahmad
22.
kota ini semakin berkeringat
ia ranggas ketika upah ini belum juga terbayar
mulutmu bisa menjaga bencana
namun kota ini semakin tidak kau kenali
dalam setiap keluh kau bertanya bagaimana peradaban ini bisa
bernyali
jika setiap tafsir cuma dijelajahi lewat wikipedia
23.
setiap benang yang direntang cuma membutuhkan simpul
bukan merah atau basah
24.
seluruh lukamu
kukemas dalam kata
sampai waktunya kubuka
saat kau bilang
aku siap menghidangkan sebuah sop ayam dalam jiwa yang tenang
semoga kau tidak menaruh curiga ini barang jiplakan
25.
pasir yang penuh dengan remis ini tak jadi menu senin sore ketika
pagi yang pasti datang bersama kematian yang biasa dengan orang-
orang yang tak biasa mengirimkan doa yang tak putus-putusnya dan
cerita yang tidak ada perawinya kecuali tema yang sama yang tidak
pernah bosan dijadikan suasana yang seperti perundingan tentang
sesuatu yang tinggal ketika kau pergi meninggalkan meja yang
bergelinjang:
kau belum tua-tua amat, sialan
tapi lidahmu sudah demikian sempurna
26.
kau pernah bilang aku mesum
aku bilang telanjang seharusnya sebagian dari iman
dan kau sekarang benar-benar telanjang
dan aku gagal berpikir segala hal yang mesum
kecuali tentang kau yang pernah bilang
27.
aku bacakan sebaris sajak
istrimu mengatakan tenang dan kau seperti kesenangan
…pada pagi hari. jangan terjaga sayang.
144. 133
jangan terjaga1
.
jika ini adalah kemudahan yang diberikan. jangan pernah terjaga.
istrimu bangun dan mungkin berkata: terimakasih tuhan
28.
mimpi kita mungkin seragam. tidak
jika kau belum berani mengarung pertanyaan itu berdua tigaan
empatan
sekampung. jika sudah
jangan lepaskan genggaman
29.
cerita perang dan kebenaran hanya membuat bosan
juga perjuangan dan kemenangan
tolong ceritakan hal-hal yang sederhana
seperti keyakinan orang-orang biasa
30.
sebelas dua belas
mantra yang kau ucapkan setiap kali melihat setan
31.
kau tentu memahami setiap ketidakakuran kita akan bermuara
pada sejenis kesepakatan yang penuh tanda tanya. dan kesempatan
yang kesekian mengajarkanku arti sebuah kata pembelajaran.
senjataku ketidakpastian, cukup kau musnahkan dengan keyakinan.
32.
di pulau kau jaring cinta
pada gelap dan purnama
sampai kering air mata
pasir dan angin meminjam bahasamu
sekedar menulis kata: legenda
tapi kau curi juga mereka
untuk anak di gunung-gunung
dan kau jelmakan air mata
menjadi kehidupan
dengan wajahmu yang ada di mana-mana
ku rasa
1 ‘kopi yang tidak diminum’, sajak dorothea rosa herliani, nikah ilalang, 2003. Penerbit
Indonesia Tera.
145. 134 w. muttaqien ahmad
33.
berdua kita kikuk. bersalaman bersidekap
sambil menyebut nama-nama. asing rasanya
jika harus melepaskan keinginan. kita
belum pernah berpelukan rasanya. hambar
suasana keburu kau timpali dengan gurih air mata
34.
pernah datang suatu permintaan
maukah kau menyusun kembali logika
kupikir-pikir itu kerja macam apa
ternyata sangat sederhana:
satu tambah satu belum tentu dua
35.
transformasi itu telah sempurna
dari zahir menjadi ide-ide
yang terlacak jejaknya
bermuara pada yang satu
samudera pengertian yang kau kenalkan padaku
36.
warna hati itu seperti kemudaan
dan curiga mempercepat pelapukan
pertanyaan tentang kemudahan
dijawab dengan berbagai skenario masa depan
37.
mungkin, terasku akan menggantikan aroma kopi
yang ditingkahi diskusi
hanya itu yang bisa kusembahkan. aroma kopi
juga yang menempel pada janji kita
38.
Aku mencintaiMu
Aku juga menyukai Abu Nuwas
dari sekian banyak imam
tinggal satu saja yang tidak terdaftar
sebagai yang fakih untuk urusan masa depan
Aku menuliskan daftar baru
Jika salah setidaknya dapat satu
146. 135
39.
rumah kami yang belum sempat kau singgahi
berinterior seperti dunia yang kau ingin reka
jika ada perubahan, tentu tentang semua hal yang kau katakan
tentang keluarga, komunitas, dan indonesia raya
yang lamat-lamat kau senandungkan hampir tanpa bersuara
40.
aku bertaruh tentang semua hal. kau berkali lempar dadu enam
terlalu pagi, mungkin
untuk menilai semua kerja
bagimu permainan baru dimulai
selepas azan, kau bersembahyang sendirian
menemui tuhan. aku bertaruh kau lempar lagi dadu enam
41.
cuma seperti ini rasanya
berlaksa kawan datang menjenguk pada suatu pagi
hanya untuk sebuah upacara
kau tersenyum dan bergeming
42.
anggap saja ini musik blues
yang ku pakaikan sebagai pengganti tahlil
semoga kau bergoyang riang disana
43 hanya angka
tidak lebih tidak kurang
jika itu ditambahkan tujuh belas atau sepuluh
angka itu membuka keheningan yang persis sama
2009
147. 136 w. muttaqien ahmad
Careful With That Axe, Agung
(di ambil dari lagu Pink Floyd, Careful with That Axe, Eugene)
kampak itu menetak batubatu di kepala
ada satudua katakata terjebak dalam waktu
kita memulainya dari sebuah gema
terengah juga memaki sambil menghirup kopi
yang kau buatkan pahit saja
seperti hidup katamu, nyalakanlah
dan kaupun dengan ganja amat bergetah
memandang dunia begitu membosankan
aku bermimpi membuat rumah katamu
sebuah keluarga, mungkin
yang tidak terbuat dari batubatu
aku ingat malam itu
perempuanmu pergi
ia membaca tubuh lain, mungkin cuaca
dalam malam waktu berhenti
kita seperti tidak sempat bertemu pagi
mimpi berikan saja pada pendusta
Kafka, Kundera, dan Bumi Manusia, mungkin lebih
semesta kita cuma sekamar studio
sempat pula kita berutang
pada warung yang susah payah
menjual makna statiska dan hitung dagang
lupakan saja, kita mungkin tetap miskin
kau, bahagiakah
seperti ketika waktu kita tangkap
kau suka sekali bermain kampak
memotong logika yang kadung mapan
dunia lebih indah mungkin tanpa kehadiran tuhan
itukah abadimu
cinta yang tetap menjadi luka
dalam tubuhmu ada matahari
yang terus senja dan keletihan
berwarna ungu psychedelic di arah Barat
ada rahasia disana
sebuah sumber, di langit yang tidak berbatas
dan kampakmu sekali lagi menebas
148. 137
satudua logika pecah
untukmu, hanya motif tersisa
mungkin ini percakapan terakhir kita
mungkin aku tidak merasa kehilangan
mungkin kau juga tidak pernah mengingatku
mungkin aku abai pada setiap batukmu
mungkin kau memang menginginkan waktu meringkusmu
mungkin sahabatmu cuma malam
ketika kampak yang kau gunakan dapat jelas terlihat
bening, dingin, dan cukup mahir mengiris prasangka
dari keyakinan tentang Us and Them, dan Neraka
mungkin aku hanya ingin menyeka sedikit debu
dari setiap sisa pertemuan kita
mungkin itu dapat menjadi kebaikan
setidaknya, aku berusaha mendapatkan gema
dari taksu yang kau punya
waktu yang kita tangkap telah lepas
aku tidak bisa menahannya lebih lama, kau juga
mungkin inilah salah satu hari yang kau tunggu
di antara harihari di Gunung Elba
kemenangan atas rasa takut
menjadi unggun perdebatan
di setiap sisigelap bulan
ada manusia cuma bicara kemanusiaan
agama, letakkan dalam lembar logika
jadi peta yang paling hening
‘rest in philosophy’ aku bersepakat dengan itu
sungguh, disini akupun menyerap ketenangan yang sama
meneruskan membaca, La Divina Comedia
2012
149. 138 w. muttaqien ahmad
Hari Besar
Adagio ma non tropo e molto espressivo
Anakku lahir
kunamakan Satir
Ia melesat
secepat angin
Kegemarannya mengambil jalan pintas. menembusi ilalang, putri
tidur, dan mengaduh. Satir, ganggang, dan kupu-kupu sama menikmati
cahaya. Dia laksana Abu Nuwas menari-bernyanyi dan menangis seperti
Shakespeare
Pada matanya kulihat Dunia
ini versi sungguhan dari sebuah imaji di luar semesta
buku dan igauan dosen tentang kemajuan
Datang dari bayangan kapal dagang, kambing kloningan, dan
sekarang ideologi gadungan (seperti es krim palsu milik Shadow Master,
anakku). Maka kubacakan syair Judas Priest: Rock Hard Ride Free, /Rock
with a purpose/Got a mind that won’t bend/Diehard resolution/That is true
to the end dari album Defenders of The Faith lagu Ebes keren katanya.
aku ceritakan juga sejarah kaleng Coca Cola. Ihwal globalisasi, sungguh
anakku tak melulu tentang saham dan hegemoni pengetahuan
shalat malam dan dansa-dansi serupa Mc Donald atau Hoka-hoka
Bento juga, inilah tradisi yang bukan partikular yang ingin Ebes kenalkan
padamu.
Anakku tidak bertanya tentang apa yang terjadi di perut Bunda
sungguh Freud ada di kelakuan kita sekarang
Ia malah gemar menyapa polisi dan tentara.
‘Hai Bapak Polisi’, katanya berbinar, di matanya ada Dunia Baru- yang
tidak pernah kubaca pernah ditemukan Portugis, Inggris, Spanyol, atau
Belanda. Sial, sekarang mereka mengekspor pemain bola-melatih kita
pula. Globalisasi anakku bukan cuma basa-basi. Ia seranjang dengan
mimpi dan ketika meninggalkan rumah, ia menempel di tubuh kita,
bahkan udara yang kita hirup di Sukaraja mengandung frekuensi yang
dikapitalisasi di Singapura.
Satir kukenalkan dengan Sutardji dan ia bertanya hebat mana dengan
Dora Emon. Ia berfoto bersama dengan Rendra, pulangnya mengemis
boneka Ultraman. Globalisasi bukan Hantu, tapi seperti Hantu rekaan
150. 139
Satir, kejam dan suka memuja anak-anak. Satir tertawa, ketika Bunda
mengusir imajinya, hus, hus, hus.
Anakku lahir
kunamakan Godilkooh
Ia menggeram
sekuat ingin
Takjub pada bintang, kunang-kunang dan tikus dapur. Seperti Chen
Lung, ia jungkir balik, pukul beranak pukul. Dan tidak banyak bertanya
seperti Sitting Bull.
Dengannya segala macam aroma hujan kukenalkan. Hujan mencipta
tradisi, kataku sok tahu. Setidaknya, tradisi kawin Ebes danBunda. Dalam
rahim hujan, cahaya dipendarkan menjadi pelangi. Tradisi itu yang
ingin Ebes pelajari, setumpuk buku yang kian menjadi aneh itu sebab
utama. Tradisi membaca dari TK ke SD mengenalkan dukun Apache
menjadi namamu. Diponegoro menjadi sibuk di hutan-Jati, taktik gerilya
diteruskan Sudirman. Sebab buku mengenalkan mereka pada gurun di
madrasah Jawa. Matahari mereka sama anakku, langit mereka abadi
di kepala. Tentang Dwifungsi, Ebes m(b)uram, sayang: menyebabkan
tentara keleleran di jalan dan bar dangdut murahan. ‘What’s done is done
and life is a gun/Life is a gun on the run/Oh my dear, isn’t life a gun/A
story shotgun that came undone, itu kata, Jay Malinowski, dalam album
Bright Light and Brushes.’ Ia bersenjata gitar sayang, dan syair. Persis
Rhoma Irama, Sang Satria Bergitar, kawan terdekat tentara kita yang kini
tergantikan oleh Tiga Macan, Dewi Persik, dan jurus ngebor, ngecor,
ngedol. Semua seperti pencak silat anakku, di atas langit ada langit. Itu
tradisi sayang, seperti hujan yang bermusim.
Tapi Godilkooh tidak tertarik pada tradisi, sopan santun dan
kulonuwon. Semua dilabrak. Lepas dari tatapan dan menantang.
Anakku lahir
kunamakan Astagina
Ia menjerit
sebening belati
Ia belum berkisah tentang apa-apa, kecuali malam yang hiruk
pikuk.
Tiga bulan pertama setelah caesar ia masih menerima setumpuk
ciuman dari dua Abangnya. Ciuman Yang Paling Basah, begitu kami
menyebutnya. Tidurnya tenang sekali. Ia seperti lahir dengan sempurna
151. 140 w. muttaqien ahmad
– 111111 - bilangan biner: Yes. Tidak ada takdir buruk sepertinya,
tangisnyapun terdengar indah dan tidak menyedihkan. Padanya
kuperdengarkan Kesaksian, ‘banyak orang hilang nafkahnya-banyak
orang dirampas haknya/mereka dihinakan tanpa daya, ya tanpa daya,
terbiasa hidup sangsi’ dari album Kantata Takwa. Tak ada takdir buruk
Astagina.
Yang ada kemiskinan, bayi kurang gizi, epidemi, penggusuran,
kebangkrutanm pasar saham dan kebangkrutan kulakan recehan. Yang
ada kaya dan miskin. Kehidupan yang mengelak. Kematian di jalan,
jembatan, pesawat, bis kota, dan tempat kerja. Tapi seperti tidak terjadi
apa-apa, Astagina. Semua baik-baik saja. Alangkah bahaya masa depan!
Sekali lagi, seperti tidak terjadi apa-apa.
Tidak ada yang berubah di kurikulum, zebra cross, dan hutan kita.
Semua lolos, Astagina. Lolos dari kesadaran dan tercuri dari keberanian.
Lolos dan tercuri. Mungkin memang bukan apa-apa, belum seberapa,
atau sudah semestinya. Maka, sekali lagi Astagina, yang ada cuma
kaya dan miskin. Dan kita sepertinya putus asa, patah bergerak, sebab
memikirkannya sama dengan menghujam belati di ulu hati.
Astagina dengan bijak berkomentar: Ouou ngggg ouuu bunnn
ouuuooouu. Kukira ia sangat tertarik dengan cerita ini, seperti aku
terpukau oleh Catatan Pinggir, walau tak paham benar, isi dan manfaatnya
bagi pembela, terbela, dan terdakwa atas kasus yang tidak selesai setiap
minggunya lewat aforisma GM, muskil rasanya menunjuk akhir, mencari
jalan lain untuk menyusun kembali Negara, bahkan menetapkan jalan
menuju(N)ya.
(N) bisa besar dan kecil, Astagina- kukira ini seharusnya berimbas
pada irama dan tekanan suara, ternyata tidak. Aku sarankan ia dikurung
saja, jika bahasamu berubah kelak. Tidak cukup hanya memandang besar
dan kecil. Yang ada kaya dan miskin, Astagina. (N) besar bisa sangat
berkuasa, dalam syair Kesaksian: merekalah yang menghinakan. Tapi
itu tentu saja (sekali lagi) bukan takdir buruk.
Allegro moderato-Adagio
Pekerjaanku membungkus kepala dan menikam kuping. Terkadang
kelebihan kata-kata. 10 tahun percuma. Kepala yang kubungkus kalah
oleh jambu Bangkok, jeruk Shanghai, dan apel Washington. Telinga yang
kutikam berdarah tidak tuli apalagi. Telinga-telinga tersebut tidakl agi
selembar daun. Tapi menjadi tembok yang dipenuhi hujatan dan iklan.
Kemudian aku menjual buku. Dengan ransel besar aku mendaki
152. 141
kota-kota. Membuat jalan dari serat papirus dan pinus. Hutan-hutan
kemudian dibongkar supaya rakyat pintar dan buat modal aku berjualan.
Orang-orang di sekitar hutan malah tidak pernah melihat aku membawa
ransel besar itu. Kawanku mengajak pergi melihat jerih payahku. Hutan
hilang dan masyarakat sama sekali tidak mengerti mengapa buku dalam
ranselku tidak pernah menuliskan korbanan mereka.
Akupunbergantipekerjaan.Menjadipenghasut.Mengajakmasyarakat
untuk percaya pada pembangunan yang budiman dan pemaaf. Dan
seperti yang aku pelajari dari anakku, mengajarkan mereka bahwa tidak
ada takdir buruk. Khotbahku menyimpan rasa takut di laukpauk anakku.
Sebagaiseorangpenghasutakutidakpernahberhasil100%.Walaupunada
beberapa kuping yang ku tikam dan berdarah cuma disebabkan mereka
tidak makan sekolah dan tidak terlampau sering menonton televisi. Cat
phyloxpun belum dibarter dengan jamur, ulin, rotan, madu, dan tuak.
Aku dianyam bahagia di hutan. Buku-buku yang kubaca seperti mustahil
diterjemahkan. Seperti sabda langit, sabda orang-orang berjenggot dari
abad Pencerahan di Eropa sampai Abad Perang Dingin di Amerika
menjadi lucu, seperti kera yang masih mencoba menjadi manusia, percaya
pada keterbatasan sumberdaya, sambil terus menerus membuat senjata,
merampas kayu-fosil yang berisi waktu. Orang-orang di hutan lebih suka
menerjemahkan dengung kumbang, semak, pohonan, dan hujan. Aku
merasa seperti barang bungkusan dan melihat kawan-kawan seperti
bingkisan, diserahkan sekolah ke pabrik-pabrik perakitan.
Sekarang aku berjual kopi, kusisipkan pada setiap buku sebagai
lampiran . Kopiku mengalir dari senja sampai dini hari. Setiap pagi sisa
kopi kujadikan humus percakapan. Aku seperti kehilangan takutku pada
lauk-pauk anakku. Mereka senang sekali rasa pahit kopi. Di pikiranku
segala getir berubah menjadi rencana. Aku menambah madu pada setiap
cangkir kopi dan buku, dan orang-orang mulai membincang resep pada
setiap percakapan. Aku mencoba percaya tidak ada takdir buruk.
Aku ingin menanam anakku di abu vulkanik berumur ribuan
tahun. Sementara tempatku berdiam adalah sebuah kota kolonial rumah
gubernur jenderal. Sekarang gubernur jenderal telah cuti. Pekerjaannya
diteruskan walikota. Kotaku sekarang berantakan. Sebuah kota tanpa
trotoar dan selokan. Aku pulang pergi dari kedai kopi ke rumah. Kedai
kopiku ada di sebuah kota kolonial pula, tempat para tentara latihan. dan
pegawai negeri plesiran. Orang-orang bule senang mampir ke dua kota
itu. Mereka senang dengan pohon-pohon besar seperti orangorang di
hutan. Mereka juga senang dengan cah kangkung dengan kuah kartu pos
bergambar sawah-sawah yang tidak ada lagi. Sawah-sawah itu sekarang
menjadi saham-saham yang dijadikan indikator ekonomi sebuah negeri
153. 142 w. muttaqien ahmad
petani. Yang rodarodanya patah saat lepas landas, dan sekarang dengan
parasut menggantung di atap orang.
Andante ma non troppo e molto cantabile
Halaman rumah terdiri dari tiga pohon mangga, satu manggis, kopi,
jambu bol, dan nangka. Semua kuberi nama seperti binatang kesayangan.
Ada melati dan kamboja untuk menyapa tamu di asbak yang kuiisi air.
Setiap pagi, mereka seperti berkaca-kaca. Air yang kusiramkan pada
mereka perlahan menjadi keteduhan. Tempat burung-burung bermain
setiap pagi di kepalaku dan anakku. Mampir juga di kerumun ibu-ibu
di pengkolan jalan yang membeli sayuran sambil membincang kabar
burung yang berubah isi dan intonasinya.
Rumahku dibuat dari batako, adukan semen yang tidak sempurna,
dan ubin kualitas tiga, dan bunga yang merindingkan. Rumah ini
dikembangkan oleh pengembang yang terlihat makin hari makin tambun
dan ingin terlihat muda. Dengan kening licin mengkilat dan bahasa
Indonesia ala kadarnya, pengembang memberikan janji layaknya politisi
(sementara rumahku baru tiga hari telah retak dan bocor sanasini). Setiap
rapat ia seperti siap dilempar pot bunga, cuma tidak pernah dilakukan
karena rapat selalu dilakukan di sebuah masjid yang kebetulan namanya
sama dengan nama belakangku. Aku tidak tahu mengapa aku bisa
mendapatkan diriku di sebuah tempat yang nama belakangnya sama
dengan nama belakangku. Aku mencintai tempat itu, berak disana,
mengetik laporan, dan meniduri istriku setiap malam. Ini kulakukan
untuk bertahan hidup. Di rumah inilah aku tinggal, merasa tentram
sekaligus sekarat oleh tagihan.
Sebuah rumah banyak harapan. Disanalah orangorang menuliskan
sejarah. Namun rumah juga bisa seperti tempat pengasingan, selalu
berkabut, dan membuat orangorang kembali melihat peta. Aku
mendekap harapan sekaligus kecemasan. Anakku mengajarkan kerelaan,
rasa penasaran, dan sikap pemberontakan usia tiga tahunan. Dalam
pemberontakannya ia seperti masa bodoh dan terus mencari titik
kesetimbangan. Ia seperti malaikat kecil yang menjadi penunjuk jalan,
bersamanya kematian walau niscaya seperti tidak begitu menakutkan.
Peta Lacanian ternyata ku temukan dari anakku, dan seperti sebuah duel
jalanan kami sepertinya begitu saling memperhatikan masing-masing
gerakan. Darinya aku belajar kelakuan dan teladan dan ia belajar siasat
dan kesempatan. Dalam rumah kami menjelajahi setiap yang mustahil
jika kupikirkan sendirian.
154. 143
Rumah yang sebelumnya aku ingin bangun, ternyata lebih baik
aku temukan. Berlima kami mencari rumah di gugusan bintang
dengan perasaan lapar, anganangan, dan jalanjalan yang tidak lagi bisa
memberitahu umurnya sendiri, kecuali dandelion ungu di sela aspal yang
retak sepertinya tahu bagaimana mestinya hidup.
Presto
esok hariku dipenuhi bunga
tubuhku dimangsa serigala:
hitung dagang dan utang-piutang
dan aku seperti perawan
di altar persembahan ilmu ekonomi
pertama kali disentuh hasrat rupiah
anakku berkata tentang hidup
dan mengkhayal tentang bahaya di laut
mangsa hari ini cerita tentang alpa membaca
gagal menafsir ancaman dalam surat perjanjian
informasi dibuat berjarak
dari bayangbayang kematian
aku berharap pada Astagina
kelak kemurahatian datang dari pedagang bunga
membolehkan kita menyatakan cinta lepas dari kelipatan
bungabunga terus mekar
di sisi kiri rekening kehidupan
suarasuara benda kutukar dengan keheningan
disini hidup seperti berselisih terus dengan kenyataan
dan aku terus menerus beradupandang dengan statistika
dan menumpuk percaya pada kesementaraan
kapanpun namun sekarang nyatanya
untuk benar percaya pada tidak ada takdir buruk
ada rumah kenang, rumah yang dibawa dalam ingatan
perlahan aku menjadi rumah bagi anakanakku
mendongengkan kembali penemuan dunia baru
dan cerita tentang orangorang yang pergi mencari pulang
155. 144 w. muttaqien ahmad
sampai pada sebuah dunia yang teramat maya
aku berani untuk percaya
yang kekal hanyalah citacita
tidak ada sesal ataupun wilayah terlarang
seperti tidak ada laknat dalam kejam tindakan
peluru yang lepas selalu membuka kemungkinan
Molto-adagio-Andante
dibulanApriliniakumenukararitdenganpenggaris.mulaimengukur
orbit. perasaan pahit kutuangkan ke cangkir. tidak lagi ada entah dalam
kalender. juga luapan keinginan. karena sebaikbaiknya secangkir kopi
yang ingin ku suguhkan adalah kopi yang tidak tumpah.
apapun tidak ingin aku sangkal, pun Globalisasi yang ku jadikan
subsub judul dalam sajak untuk setiap kening yang ku cium untuk ku
baca kembali kelak bersama anakanak yang tumbuh semakin hebat.
Sementara tradisi adalah apa yang mesti kau cipta, sebab kaupun tidak
bisa utuh menjadi bagian darinya ataupun sembuh dari lukaluka yang
diciptakan sebelumnya.
tentang bunga, sebut saja dengan nama sebenarnya
ia tetap menarik dan penuh kepentingan
Alegro
Untuk yang manis dan bertahan demi cinta. Seharusnya ini tidak
ditulis, karena cepat atau lambat kita akan bosan dengan kata-kata,
akankah kita?
Aku akan membuatnya cepat dan bermartabat. Sebab terlalu banyak
waktu yang kita lewati hanya dengan alasan untuk bertahan hidup. Kali
ini akumulasi pengetahuan haruslah sepadan dengan riang kehidupan
Yang kutahu, tidak ada yang lebih mendebarkan dalam hidup. Selain
menikmati waktu senggang berdua dan orgasme bersama. Karena kau
selalu berusaha menyenangkan dan berbeda setiap harinya
semenitlebihlamatakmengapa.yangterucaptidakmungkinkitatarik
kembali, ia telah berdiri sendiri-anak-anak kita kelak menafsirkannya
2012
156.
157. pemandangan keseharian Commuter Line
Jabodetabek
bung!
sekumpulan sajak w. muttaqien ahmad
2 baris tentang struktur dan progres atau cuma sebuah kemungkinan-yang tersisa adalah kerja
peristiwa
terlalu tua untuk puisi
sympathy for the devil
di puncak
bulan di jakarta
mana
jakarta
kisah meja dapur
blues ramadhan
ahai de’
di matamu sajak
pada sebuah esei
memento
masih ada tapi
jalan ibu
tepiku sepikau
lima
terjemahkan lagi
rumah
tanduk mata
membaca perang
aku menulis kota
undangan
kisah nun
jerusalem
insomnium
hutan luka
on muscle museum
dalam bis kota
purnama
padamu
malam 14 februari
habituasi
suatu pagi bersama satir
secangkir cuaca
suatu hari di kedai kopi
1000 berhala
sang penyair
39
buat sahabat
peringatan
ketika hujan
7, anjing, dan kau
judi
bung!
pemula
7.30 di beranda rumah
tanahku
entah apa
asmara bunga
dusta dalam kaca
adriana
demam tubuh mendekati ramalan dan dunia liar
retno edan
kemungkinan
dialog
huft
belajar menulis puisi
keheningan puisi persis seperti gelembung soda yang kaget ketika ada yang suka
catatan pejalan
sebuah senja
sesuatu terjadi padaku kemarin terjadi padamu esok di tempat yang sama
sekopi
apa yang diingat kota tentang lelaki
@tubuh
jalan
logika perlawanan
langit lain
tembagapura
sudah waktunya
diaspora 80
kepada mia
dialah kata
sinta
yang paling sepi
yang paling puisi
puisi yang datang padamu
selain di sekitaran sini, tak ada arus lain
sajak senja
korupsi
dunia itu tuna
sebuah pembuka catatan yang bersembunyi di kerak kopi
dia cuma mendengarkan lagu the beatles
pada posisi ke sembilan belas
selamat pagi komunis
kepada resty
mimpi-mimpi yang kemudian disebut rumah yang tidak bisa tidur
99 sajadah
batu bersurat
adalah manusia-manusia yang ingin tetap tinggal dalam rumah mereka yang
sedang terbakar
setan
diberitahu tentang kau
kita bermusuhan saja
kartu-kartu menulis masa depan
malam bulan
rambut takdirku
ilusi tentang akhir
kemanisan
habib
benang magenta
willy pada suatu malam
surat untuk saut beranjak tua
guru pertama
lupakan januari
dalam sebuah judul yang masih ragu
sajak perjalanan
suatu pagi, sebuah kerinduan
careful with that axe, agung
hari besar
Widhyanto Muttaqien Ahmad, lahir dan besar
di Jakarta. Kini berdagang buku, menyeduh kopi,
dan bekerja sebagai peneliti lepas.