SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Download to read offline
Departemen Teknik Kelautan
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lab. DCOS – Kamis, 20 Juli 2017
Dosen Pembimbing:
Yoyok Setyo Hadiwidodo, S.T., M.T., Ph.D.
Suntoyo, S.T., M.Eng., Ph.D.
O U T L I N E
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Batasan Masalah
5. Manfaat
6. Dasar Teori
7. Metodologi
8. Pengumpulan Data
9. Analisis dan Pembahasan
10. Daftar Pustaka
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
1. Tuntutan yang terus tinggi
akan kebutuhan produksi
hidrokarbon mengakibatkan
adanya inovasi teknologi
perancangan bangunan
lepas pantai.
2. Struktur terapung memiliki
kelebihan dibandingkan
dengan struktur terpancang
karena berbasis MOPU.
3. FSO adalah salah satu
struktur terapung untuk
kegiatan eksplorasi
hidrokarbon di lepas pantai.
L A T A R B E L A K A N G
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 1-2
4. Sistem tambat adalah salah
satu teknologi struktur
terapung yang berkembang
untuk dapat meredam
pergerakan struktur
terapung yang ditambat.
5. SBM adalah jenis sistem
tambat yang sering
digunakan pada kapal.
CALM adalah konfigurasi
yang paling umum dari tipe
SBM untuk digunakan.
6. Diperlukan analisis
tegangan lokal maksimum
chain stopper agar kekuatan
rantai jangkar yang
dihubungkan antara SBM
dengan dasar laut dapat
beroperasi aman.
l a n j u t a n…
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
R U M U S A N M A S A L A H
1. Bagaimana perilaku gerak terhadap kapal FSO
dan hexagonal SBM akibat beban gelombang
pada saat terapung bebas pada kondisi riil?
2. Berapa besar tension maksimum rantai jangkar
yang menghubungkan hexagonal SBM dengan
seabed?
3. Berapa besar tegangan lokal maksimum yang
terjadi pada struktur chain stopper karena
pergerakan kapal FSO yang tertambat pada saat
offloading?
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 2-3
T U J U A N
1. Mengetahui perilaku gerak yang terjadi pada
kapal FSO dan hexagonal SBM akibat beban
lingkungan pada saat terapung bebas pada
kondisi riil.
2. Mengetahui besaran tension maksimum pada
rantai jangkar yang menghubungkan antara
hexagonal SBM dengan seabed.
3. Mengetahui besaran tegangan lokal maksimum
yang terjadi pada struktur chain stopper karena
pergerakan kapal FSO yang tertambat pada saat
offloading.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 3
B A T A S A N M A S A L A H
1. Penelitian ini adalah studi kasus pada kekuatan
struktur hexagonal SBM yang tertambat di lokasi
perairan Kepulauan Seribu milik PT. Adidaya
Energi Mandiri.
2. Sistem tambat yang digunakan adalah SBM tipe
CALM yang berbentuk hexagonal.
3. Kapal FSO yang digunakan untuk analisis
berkapasitas 308625 DWT – VLCC (Very Large
Crude Carrier).
4. Boarding platform, rope guard, chain, house,
product swivel, pipe platform, turntable
assembly, dan piping assembly serta riser tidak
dimodelkan sehingga pergerakan housenya pun
diabaikan.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 3
4. Data lingkungan yang digunakan merupakan data
lingkungan wilayah perairan Kepulauan Seribu
tahun 2004-2014.
5. Perhitungan tegangan lokal maksimum pada
struktur chain stopper difokuskan pada beban
gaya tarik maksimum hexagonal SBM dengan
jangkar.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
M A N F A A T
1. Menerapkan pengetahuan dari Mekanika Teknik,
Perancangan dan Konstruksi Bangunan Laut,
Hidrodinamika, dan Olah Gerak Bangunan Apung
untuk mengetahui respons kapal FSO dan
hexagonal SBM akibat beban lingkungan dan
besaran tension hawser dan rantai jangkar pada
hexagonal SBM.
2. Mengetahui prosedur cara menghitung dan
menganalisis besaran tegangan lokal maksimum
pada struktur chain stopper yang ada pada
hexagonal SBM.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 4
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
GERAKAN MURNI KAPAL
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
 Gerakan Surge (x) Murni
(𝐌 + 𝐌 𝟏
′
) ሷ𝐱 + 𝐛 𝟏 ሶ𝐱 = 𝐅𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
 Gerakan Sway (y) Murni
𝐌 + 𝐌 𝟐
′
ሷ𝐲 + 𝐛 𝟐 ሶ𝐲 = 𝐅𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
 Gerakan Heave (z) Murni
𝐌 + 𝐌 𝟑
′
ሷ𝐳 + 𝐛 𝟑 ሶ𝐳 + 𝛒𝐠(𝐀 𝐰𝐩)𝐳 = 𝐅𝟑 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
 Gerakan Roll (φ) Murni
𝐌𝐤 𝐱𝐱
𝟐
+ 𝐌 𝟒
′
𝐤 𝐱𝐱
′ 𝟐 ሷ𝛟 + 𝐛 𝟒
ሶ𝛟 + 𝐌𝐠𝐆𝐌 𝐓 𝛟 = 𝐅𝟒 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
 Gerakan Pitch (θ) Murni
(𝐌𝐤 𝐲𝐲
𝟐
+ 𝐌 𝟓
′
𝐤 𝐲𝐲
′ 𝟐
) ሷ𝛉 + 𝐛 𝟓
ሶ𝛉 + 𝐌𝐠𝐆𝐌 𝐋 𝛉 = 𝐅𝟓 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
 Gerakan Yaw (ψ) Murni
𝐌𝐤 𝐳𝐳
𝟐
+ 𝐌 𝟔
′
𝐤 𝐳𝐳
′ 𝟐 ሷ𝛙 + 𝐛 𝟔
ሶ𝛙 = 𝐅𝟔 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭
hal. 15-17
GERAKAN COUPLED MOTION KAPAL
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
 Persamaan umum gerakan interaksi kapal:
෍
𝐤=𝟏
𝟔
𝐌𝐣𝐤 + 𝐀𝐣𝐤 ሷ𝛈 𝐤 + 𝐁𝐣𝐤 ሶ𝛈 𝐤 + 𝐂𝐣𝐤 𝛈 𝐤 = 𝐅𝐣 𝐞𝐢𝐰𝐭, 𝐣 = 𝟏, 𝟐, … , 𝟔
Keterangan,
Mjk : komponen matriks massa umum bangunan apung
Ajk : komponen matriks massa tambah gerakan tertentu
Bjk : komponen matriks koefisien redaman umum
Cjk : koefisien-koefisien gaya hidrostatik pengembalian
Fj : amplitudo gaya eksitasi dalam besaran kompleks
 Amplitudo respons gerakan kapal:
ഥ𝛈𝐣 = ෍
𝐤=𝟏
𝟔
𝐊 𝐣𝐤
−𝟏
𝐅𝐣; 𝐣 = 𝟏, 𝟐, … , 𝟔
hal. 17-18
TEORI GELOMBANG REGULER
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
 Fungsi potensial teori gelombang reguler
𝛟 =
𝛇 𝟎 𝐠
𝛚
𝐜𝐨𝐬𝐡 𝐤 𝐰(𝐳 + 𝐝)
𝐜𝐨𝐬𝐡(𝐤 𝐰 𝐝)
𝐜𝐨𝐬 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱
 Kecepatan dan percepatan gelombang reguler
𝐮 =
𝐝𝛟
𝐝𝐱
; 𝐰 =
𝐝𝛟
𝐝𝐳
& ሶ𝐮 =
𝐝𝐱
𝐝𝐭
; ሶ𝐰 =
𝐝𝐳
𝐝𝐭
 Tekanan dinamis atau gelombang reguler (perairan dangkal dan dalam)
𝐩 = 𝛒𝐠𝛇 𝟎 𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱 & 𝐩 = 𝛒𝐠𝛇 𝟎 𝐞 𝐤 𝐰 𝐳
𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱
hal. 18-20
RESPONSE AMPLITUDE OPERATOR
RAO adalah fungsi atau operator matematis untuk mengetahui respons
oleh bangunan apung yang berdasarkan amplitudonya sebagai akibat
beban eksitasi gelombang dalam rentang frekuensi atau periode tertentu.
 Gerakan translasi (Surge, Sway, dan Heave)
𝐑𝐀𝐎 =
𝛇 𝐤𝟎
𝛇 𝟎
(𝐦/𝐦)
 Gerakan rotasi (Roll, Pitch, dan Yaw)
𝐑𝐀𝐎 =
𝛇 𝐤𝟎
𝐤 𝐰 𝛇 𝟎
=
𝛇 𝐤𝟎
Τ𝛚 𝟐 𝐠 𝛇 𝟎
(𝐫𝐚𝐝/𝐫𝐚𝐝)
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 21
SPEKTRUM RESPONS BANGUNAN APUNG
PADA GELOMBANG ACAK
Spektrum respons pada gelombang acak didapatkan dari hasil
transformasi spektrum gelombang untuk mengetahui respons
strukturnya.
 Spektrum respons struktur
𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 = 𝐑𝐀𝐎 𝟐 × 𝐒 𝛇(𝛚 𝐞)
Keterangan,
𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 : spektrum respons struktur (m2-sec)
𝐒 𝛇(𝛚 𝐞) : spektrum energi gelombang (m2-sec)
𝐑𝐀𝐎 𝟐
: transfer function
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Transformasi spektrum gelombang menjadi spektrum respons
hal. 22-26
Spektrum JONSWAP adalah salah satu model spektrum energi gelombang
–𝑺 𝜻(𝝎 𝒆) yang memiliki kemiripan fisik lingkungan dengan perairan laut
Indonesia umumnya namun tidak seganas North Sea yang merupakan
lokasi hasil eksperimannya.
 Spektrum gelombang JONSWAP
𝐒 𝛇(𝛚 𝐞) = 𝛂 ∙ 𝐠 𝟐
∙ 𝛚−𝟓
∙ 𝐞𝐱𝐩 −𝟏. 𝟐𝟓
𝛚
𝛚 𝐩
−𝟒
∙ 𝛄
𝐞𝐱𝐩 −𝟎.𝟓∙
𝛚−𝛚 𝐩
𝛔∙𝛚 𝐩
𝟐
Keterangan,
𝜶 :
5
16
∙
𝐻 𝑆
2
∙𝜔 𝑝
4
𝑔2 ∙ 1 − 0.287 ∙ ln 𝛾
Hs : tinggi gelombang signifikan (m)
wp : frekuensi puncak – peak wave frequency (rad/s)
𝛔 : parameter bentuk (shape parameter),
: 0.07 jika w ≤ wo dan 0.09 jika w ≥ wo
𝛄 : parameter ketinggian (peakedness parameter)
: ൞
𝜑 ≤ 3.6 → 5.0
3.6 < 𝜑 < 5.0 → exp(5.75 − 1.15𝜑)
𝜑 ≥ 5.0 → 1.0
ϕ : Τ𝑇𝑝 𝐻𝑠
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Dari spektrum gelombang dapat diketahui parameter-parameter
gelombang yang terdapat pada tabel berikut untuk setiap gerakan 6 DoF:
 Luasan di bawa kurva spektrum untuk momen ke-0
Keterangan,
mn : momen ke-n
𝛚 𝐰
𝐧
: frekuensi gelombang (rad/s)
𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 : spektrum respons struktur untuk setiap derajat
kebebasan η (m2-sec)
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Profil Gelombang Amplitudo Tinggi
Gelombang rata-rata 1.25 𝑚0 2.5 𝑚0
Gelombang signifikan 2.00 𝑚0 4.00 𝑚0
Rata-rata 1:10 gelombang tertinggi 2.55 𝑚0 1.25 𝑚0
Rata-rata 1:100 gelombang tertinggi 3.44 𝑚0 1.25 𝑚0
Amplitudo dan tinggi gelombang pada spektrum
𝐦 𝐧 = න
0
∞
𝛚 𝐰
𝐧
∙ 𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 𝐝𝛚 𝐰
l a n j u t a n…
M
E
T
O
D
O
L
O
G
I
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
hal. 35-36
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
PENGUMPULAN DATA
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Principle dimension dari utility support vessel
Dimensi mooring line
Dimensi hexagonal SBM
Parameter Unit Nilai
Length overall m 330
Length between
perpendicular
m 319
Breadth m 57
Depth m 30
Draft m 21
Displacement ton 300000
Parameter Unit Nilai
Circumscribed diameter m 14
Height m 5.5
Displacement mT 408
XCG/YCG m 0/0
ZCG from MWL m 1.75
Rxx m 3.61
Ryy m 3.61
Rzz m 3.61
Parameter Unit Nilai
Mooring line point 6
Type - Chain, stud less
Length m 300
Diameter m 0.108
Axial stiffeners kN 995183.493
Minimum breaking load kN 3380.732
hal. 38-41
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Hasil perhitungan data sebaran gelombang pada perairan Kepulauan Seribu 2004-2014
dengan metode distribusi probabilitas Weibull untuk kurun waktu 10, 50, dan 100-
tahunan:
Berikut adalah lokasi perairan Kepulauan Seribu dengan kedalaman ±40 meter pada garis
lintangnya 5°26'40.0"S dan garis busurnya 106°14'42.0"E:
Parameter Unit
Year Return Period
1 10 100
Tinggi Gelombang Signifikan m 1.89 1.98 2.02
Puncak Periode Gelombang s 9.33 9.51 9.58
Kecepatan Angin knot 17.87 18.80 19.18
Kecepatan Arus m/s 0.57 0.64 0.66
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
P E R M O D E L A N
1. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
MAXSURF Modeller – Body Plan View
MAXSURF Modeller – Side Plan View
MAXSURF Modeller – Top Plan View
hal. 42-45
l a n j u t a n…
MOSES 7.0
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
MOSES 7.0
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
2. Hexagonal Single Buoy Mooring
V A L I D A S I P E R M O D E L A N
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Karakteristik Unit Data Awal MAXSURF Validitas Status
Displacement (∆) t 308625 304896 99% OK!
Volume (displaced) (∇) m3 301098 297459 99% OK!
Wetted Surface Area (WSA) m2 27026 26984.96 100% OK!
Prismatic coeffisien (Cp) 0.826 0.824 100% OK!
Block coeffisien (Cb) 0.823 0.821 100% OK!
Max. sect. area coeff. (Cm) 0.996 0.997 100% OK!
Max sect. area m2 1104 1118 99% OK!
Height above the keel (KB) m 11 10.529 99% OK!
Moment to Trim per cm (MTc) T.m 3850.454 3901.665 99% OK!
1. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT (MAXSURF)
hal. 42-45
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
2. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT (MOSES)
Karakteristik Unit Data Awal MOSES Validitas Status
Draft amidships (T) m 20 20.5 100% OK!
Displacement (∆) t 308625 309659.8 100% OK!
Longitudinal Centre of
Buoyancy (LCB)
m -153 -152 99% OK!
Longitudinal Metacentric
Radius of Keel (KML)
m 412.162 413.74 100% OK!
Longitudinal Metacentric
Radius of Buoyancy (BML)
m 401.568 403.02 100% OK!
l a n j u t a n…
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
3. Hexagonal Single Buoy Mooring (MOSES)
Karakteristik Unit Data Awal MOSES Validitas Status
Circumscribed diameter m 14 14 100% OK!
Height m 5.5 5.514 100% OK!
Displacement mT 408 402 99% OK!
l a n j u t a n…
P E R H I T U N G A N R A D I U S O F G Y R A T I O N
 Radius girasi roll (Bureau Veritas)
𝑲 𝒙𝒙 = 𝟎, 𝟐𝟗𝒙𝑩 𝟏 +
𝟐𝑲𝑮
𝑩
𝟐
 Radius girasi pitch dan yaw (Bureau Veritas)
𝑲 𝒚𝒚 = 𝑲 𝒛𝒛 =
𝟏
𝟏𝟐
𝑳 𝒘𝒍
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
FSO - full load (T = 20.67 m )
Titik Berat Kapal (meter) Radius Girasi Kapal (meter)
x y z kxx kyy kzz
163.91 0.00 17.61 22.84 93.93 93.93
FSO - ballast (T = 18.32 m )
Titik Berat Kapal (meter) Radius Girasi Kapal (meter)
x y z kxx kyy kzz
174.58 0.00 14.09 20.57 93.93 93.93
hal. 46
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Kapal FSO 330 M – SURGE, SWAY, HEAVE
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOSurge,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOSway,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOHeave,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
hal. 52-53
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
1.8
2.1
2.4
2.7
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAORoll,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
Kapal FSO 330 M – ROLL, PITCH, YAW
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOYaw,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOPitch,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
Full Load 90 deg.
Ballast 90 deg.
Full Load 135 deg.
Ballast 135 deg.
Full Load 180 deg.
Ballast 180 deg.
hal. 54-56
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Kapal FSO 330 M – SUMMARY
Moda
Gerakan
Unit
RAO MAX. FSO Full Load
90 deg. 135 deg. 180 deg.
Surge m/m 0.003 0.690 0.974
Sway m/m 0.987 0.697 0.000
Heave m/m 1.452 0.999 0.997
Roll deg/m 1.883 1.278 0.000
Pitch deg/m 0.243 0.670 0.673
Yaw deg/m 0.016 0.249 0.000
Moda
Gerakan
Unit
RAO MAX. FSO Ballast
90 deg. 135 deg. 180 deg.
Surge m/m 0.002 0.693 0.978
Sway m/m 0.990 0.699 0.000
Heave m/m 1.387 0.999 0.997
Roll deg/m 2.594 1.299 0.001
Pitch deg/m 0.197 0.658 0.670
Yaw deg/m 0.023 0.259 0.000
hal. 57
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOSurge,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOSway,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOHeave,ζx0/ζ0(m/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
Hexagonal SBM – SURGE, SWAY, HEAVE
hal. 58-59
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAORoll,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOPitch,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
RAOYaw,ζx0/ζ0(deg/m)
Frekuensi Gelombang, w (rad/s)
90 derajat
135 derajat
180 derajat
Hexagonal SBM – ROLL, PITCH, YAW
hal. 60-61
R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Moda
Gerakan
Unit
RAO MAX. Hexagonal SBM
90 deg. 135 deg. 180 deg.
Surge m/m 0.001 0.535 0.756
Sway m/m 0.998 0.706 0.000
Heave m/m 1.000 1.000 1.000
Roll deg/m 7.319 5.343 0.000
Pitch deg/m 0.154 6.477 8.318
Yaw deg/m 0.003 3.193 0.000
Hexagonal SBM – SUMMARY
hal. 61-62
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Spektrum Gelombang JONSWAP
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
WaveSpectralDensity,Sr(ω)inm2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
hal. 62
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0.000
0.002
0.004
0.006
0.008
0.010
0.012
0.014
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
SURGESpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
SWAYSpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
HEAVESpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
Kapal FSO 330 M – SURGE, SWAY, HEAVE
hal. 63-64
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
ROLLSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
0.040
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
PITCHSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
YAWSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
Kapal FSO 330 M – ROLL, PITCH, YAW
hal. 65-67
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Amplitudo ekstrem gerakan
6 DoF kapal FSO
Tinggi gelombang signifikan
Hs = 1.89 m Hs = 1.98 m Hs = 2.02 m
Surge (m) 0.2218 0.2492 0.2607
Sway (m) 1.4404 1.5920 1.6549
Heave (m) 2.3488 2.6775 2.8148
Roll (deg) 2.3676 2.7716 2.9452
Pitch (deg) 0.3753 0.4455 0.4761
Yaw (deg) 0.3269 0.3774 0.3987
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
OCIMF merekomendasikan mengenai area drifting yang diizinkan yaitu daerah yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi gerakan pengangkutan kapal dengan arah longitudinal
(surge) dan lateral (sway) harus memiliki rentang efektif ± 3.1 m.
Jika gerakan kapalnya melebihi kriteria maka proses offloading harus dihentikan dan bila
intensitas gerakan sudah di bawah rentang yang diizinkan dapat dilanjutkan kembali
proses tersebut.
Kapal FSO 330 M – SUMMARY
hal. 67
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
SURGESpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
SWAYSpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
HEAVESpectralDensity,Sr(ω)in
m2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
Hexagonal SBM – SURGE, SWAY, HEAVE
hal. 68-70
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
0.0
1.5
3.0
4.5
6.0
7.5
9.0
10.5
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
ROLLSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.0
1.5
3.0
4.5
6.0
7.5
9.0
10.5
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
PITCHSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
YAWSpectralDensity,Sr(ω)in
deg2/(rad/s)
Wave Frequency, ω (rad/s)
Hs = 1.89 meter
Hs = 1.98 meter
Hs = 2.02 meter
Hexagonal SBM – ROLL, PITCH, YAW
hal. 70-72
J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Amplitudo ekstrem gerakan
6 DoF kapal FSO
Tinggi gelombang signifikan
Hs = 1.89 m Hs = 1.98 m Hs = 2.02 m
Surge (m) 2.7672 2.9880 3.0785
Sway (m) 3.6815 3.9750 4.0952
Heave (m) 3.9041 4.2018 4.3237
Roll (deg) 15.9576 16.7130 17.0149
Pitch (deg) 16.8930 17.6839 18.0001
Yaw (deg) 7.5142 7.8752 8.0197
Hexagonal SBM – SUMMARY
hal. 72
PERMODELAN SISTEM TAMBAT KAPAL DAN SBM
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Konfigurasi mooring line pada kapal FSO dalam bentuk in line
Konfigurasi mooring line pada kapal FSO dalam bentuk between line
180o arah gelombang
180o arah gelombang
hal. 73
ANALISIS TEGANGAN PADA MOORING LINE
Pengecekan safety factor dari pemilihan desain mooring line dari data
awal dengan cara membagi MBL berdasarkan data yang ada dengan
tegangan mooring line yang didapat dari hasil simulasi oleh Orcaflex 9.2a.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Kriteria faktor keamanan tegangan mooring line dari ABS 2014
Kriteria tegangan yang diizinkan untuk ASTM A148 (585 MPa yield stress)
SAFETY FACTORS (ABS)
Kondisi Axial Stress Shear Stress Von Mises
Operating 1.67 2.5 1.67
Survival 1.25 1.88 1.25
ALLOWABLE STRESS (MPa)
Kondisi Axial Stress Shear Stress Von Mises
Operating 350 234 350
Survival 468 311 468
hal. 74-78
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Empat skenario analisis tegangan pada mooring line dilakukan untuk
kondisi lingkungan operasi dan badai (survival) dengan arah pembebanan
gelombang 180o terhadap heading kapal FSO sebagaimana berikut:
SBM konfigurasi in line – FSO kondisi full load
SBM konfigurasi between line – FSO kondisi full load
SBM konfigurasi in line – FSO kondisi ballast
SBM konfigurasi between line – FSO kondisi ballast
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Tension maksimum mooring line dari empat kondisi - OPERASI
Condition Line
Tension Time MBL
S. F.
S. F.
Status
(kN) (s) (kN) (ABS)
FL B L ML1 1003.49 4729.70 3380.732 3.37 1.67 OK!
FL B L ML1 1157.31 9525.40 3380.732 2.92 1.67 OK!
B I L ML1 1011.86 4729.60 3380.732 3.34 1.67 OK!
B B L ML1 1178.73 7899.90 3380.732 2.87 1.67 OK!
Tampak atas simulasi Orcaflex 9.2 kondisi 4 – OPERASI (7899.90 s)
180o arah gelombang
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Tension maksimum mooring line dari empat kondisi - OPERASI
Condition Line
Tension Time MBL
S. F.
S. F.
Status
(kN) (s) (kN) (ABS)
FL B L ML1 1021.98 9629.70 3380.732 3.37 1.67 OK!
FL B L ML1 1183.10 10497.80 3380.732 2.92 1.67 OK!
B I L ML1 1662.27 10498.10 3380.732 3.34 1.67 OK!
B B L ML1 1512.99 10497.80 3380.732 2.87 1.67 OK!
Tampak atas simulasi Orcaflex 9.2 kondisi 3 – BADAI (10498.10 s)
180o arah gelombang
ANALISIS TEGANGAN PADA CHAIN STOPPER
Diperlukan pengonversian format file DWG model chain stopper yang
telah ada ke file IGES sebagai input geometry untuk ANSYS Mechanical
16.2 (Static Structural).
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Model struktur chain stopper dari AutoCAD 2017 (.dwg) ke ANSYS 16.2 (.iges)
hal. 79-84
Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas meshing yang bertujuan untuk
mengetahui ukuran yang optimum atau konsistensi – keakuratan hasil
dari jumlah elemen yang digunakan.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Pemberian area fixed support dan gaya pada chain stopper (N)
l a n j u t a n…
45 mm, 50.625
40 mm, 51.391
35 mm, 50.861
44
49
54
2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
TeganganVonMises(MPa)
Jumlah Elemen
Ukuran Maks. Jumlah
Elemen
Von Mises
Error
(mm) (MPa)
75 2210 47.659 -
70 2558 49.350 3.55%
65 2809 48.281 2.17%
60 3322 44.238 8.37%
55 3886 53.129 20.10%
50 3886 52.146 1.85%
45 4858 50.625 2.92%
40 6117 51.391 1.51%
35 8006 50.861 1.03%
Selanjutnya dilakukan pemberian beban (loading) pada chain stopper dari
hasil analisis tegangan maksimum mooring line dengan Orcaflex 9.2
sebelumnya.
Dua skenario analisis dilakukan berdasarkan pemberian beban tegangan
maksimum mooring line untuk kondisi operasi dan badai sebagaimana
berikut:
 Tegangan maksimum mooring line (operation) : 1178732.18 N
 Tegangan maksimum mooring line (survival) : 1662274.90 N
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Pemberian area fixed support dan gaya pada chain stopper (N)
l a n j u t a n…
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Hasil analisis statis pada struktur chain stopper
Parameter Operation Survival
Von Mises Stress (MPa) 328.69 463.53
Allow. Von Mises Stress (MPa) 350 468
Stress Ratio 0.94 0.99
Tabel berikut menunjukkan hasil running (Solve) ANSYS Mechanical – Static
Structural untuk tegangan Von Mises (Equivalent Stress) dari pembebanan
yang diberikan saat kondisi operasi dan badai pada chain stopper.
Gambar berikut adalah model hasil running ANSYS Mechanical 17.2 untuk
mengetahui tegangan Von Mises (Pa) pada kondisi operasi.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Hasil running berupa tegangan Von Mises (Pa) tampak iso dan detail - OPERASI
l a n j u t a n…
Gambar berikut adalah model hasil running ANSYS Mechanical 17.2 untuk
mengetahui tegangan Von Mises (Pa) pada kondisi badai.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
Hasil running berupa tegangan Von Mises (Pa) tampak isometri dan detail - BADAI
l a n j u t a n…
D A F T A R P U S T A K A
1. ABS. (2004). Guide for Building and Classing: Floating Production Installations. Houston,
Texas USA: American Bureau of Shipping.
2. API Recommended Practice 2SK. (1997). Recommended Practice for Design and Analysis
of Stationkeeping Systems for Floating Structures. Washington D.C.: American Petroleum
Institute.
3. Ardhiansyah, F. (2011, 08 Senin). Diambil kembali dari Fahmy is Here:
http://jagunglimabelas.blogspot.co.id/2011/08/jari-jari-girasi.html
4. Azkia, N. N. (2016). Analisis Tegangan Lokal Maksimum Konstruksi Panama Chock Pada
Sistem Tandem Offloading FSO Arco Ardjuna, Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik
Kelautan ITS.
5. Bhattacharyya, R. (1978). Dynamics of Marine Vehicles. Annapolis: John Wiley & Sons Inc.
6. Djatmiko, B. E. (2014). Hidrodinamika I - Teori Gelombang Airy (PowerPoint). ITS Surabaya.
7. Djatmiko, E. B. (2012). Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak.
Surabaya: ITS Press.
8. DNV. (2004). DNV OS E301 - Position Mooring. Norway: Det Norske Veritas.
9. DNV. (2010). DNV RP C205 - Environmental Conditions and Environmental Loads. Norway:
Det Norske Veritas.
10. Faltinsen, O. M. (1990). Sea Loads on Ships and Offshore Structures. United Kingdom:
Cambridge University Press.
11. Ferdinand P. Beer, E. R. (2012). Mechanics of Materials sixth edition. New York America:
McGraw-Hill.
12. Jamhari H. B. M., F. N. (2015). Hydrodynamic II Class Homework Report: Barge Laydown
Responses Analysis. Surabaya: Teknik Kelautan ITS.
13. Journée, J., & Massie., W. (2001). Offshore Hydromechanics (First Edition). Delft: Delft
University of Technology.
14. Lewis, W. E. (1989). Principles of Naval Architecture (Second Revision), Volume III -
Motions in Waves and Controllability. Jersey City, NJ: Society of Naval Architects and
Marine Engineers.
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
15. Murtedjo, M. (2004). Perancangan Lines Plan Bangunan Laut Terapung. Surabaya: ITS
Press.
16. Mustofa, J. H. (2016). Mengulas Ulang (Resume) Mengenai Konsep Tegangan sebagai
Pengantar Kuliah Teori Pelat dan Cangkang. Surabaya: Teknik Kelautan ITS Surabaya.
17. Nallayarasu. (2015). Offshore Structures Analysis and Design. Chennai: Department of
Ocean Engineering, IIT Madras India.
18. OCIMF. (2009). Tandem Mooring and Offloading Guidelines for Conventional Tankers at
F(P)SO Facilities. Seamanship International.
19. Oguz Yilmaz, A. I. (1994). Hydrodynamic Design of Moored Floating Platforms. Elseiver.
20. Petropedia Inc. (2017, Februari 22). Mobile Offshore Production Unit (MOPU). Diambil
kembali dari Petropedia: https://www.petropedia.com/definition/7707/mobile-offshore-
production-unit-mopu
21. PT. Adidaya Energi Mandiri. (2015). BANNER HEX BUOY 01 GLOBAL STRUCTURE ANALYSIS.
Jakarta.
22. Soedjono, J. J. (1998). Diktat Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Laut II. Surabaya: Jurusan
Teknik Kelautan ITS.
23. Wikipedia. (2017, Februari 15). Floating Production Storage and Offloading. Diambil
kembali dari Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Floating_production_storage_and_offloading
24. Wikipedia. (2017, Februari 19). Single Buoy Mooring. Diambil kembali dari Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Single_buoy_mooring
Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
l a n j u t a n…
Analisis Tegangan Lokal Maksimum Struktur Chain Stopper pada Hexagonal Single Buoy Mooring terhadap FSO saat Sistem Offloading

More Related Content

What's hot

Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12
Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12 Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12
Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12 Yuli Siregar
 
Makalah management penerbangan nasional
Makalah management penerbangan nasionalMakalah management penerbangan nasional
Makalah management penerbangan nasionalAni Istiana
 
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manual
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions ManualMechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manual
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manualpofojufyv
 
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-DiracStatistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-DiracSamantars17
 
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAI
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAIANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAI
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAIIing Pamungkas
 
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikTermodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikjayamartha
 
Sistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaSistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaGunawan Manalu
 
Impedance matching of the RF sputtering system
Impedance matching of the RF sputtering systemImpedance matching of the RF sputtering system
Impedance matching of the RF sputtering systemSeong-Hun Choe
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Yusrizal Mahendra
 
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDER
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDERPT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDER
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDERDps Cargo
 
Makalah distribusi kecepatan molekul
Makalah distribusi kecepatan molekulMakalah distribusi kecepatan molekul
Makalah distribusi kecepatan molekulDesi Elsa
 
How merchant ships operate (version 1)
How merchant ships operate (version 1)How merchant ships operate (version 1)
How merchant ships operate (version 1)gianbisa
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-irina mirda
 
Exponential formula presentation
Exponential formula presentationExponential formula presentation
Exponential formula presentationOliver Zhang
 
Fisika Kuantum Potensial Tanggul
Fisika Kuantum Potensial Tanggul Fisika Kuantum Potensial Tanggul
Fisika Kuantum Potensial Tanggul Nurul Shufa
 

What's hot (20)

Paper msdm
Paper msdmPaper msdm
Paper msdm
 
Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12
Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12 Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12
Listrik Statis, Medan Magnet dan Induksi Elektromagnet Fisika Kelas 12
 
Makalah management penerbangan nasional
Makalah management penerbangan nasionalMakalah management penerbangan nasional
Makalah management penerbangan nasional
 
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMAGERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
 
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manual
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions ManualMechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manual
Mechanics of Materials 9th Edition Hibbeler Solutions Manual
 
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-DiracStatistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
Statistik Bose-Enstein & Statistik Fermi-Dirac
 
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAI
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAIANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAI
ANALISIS FUNGSI - REKAYASA NILAI
 
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatikTermodinamika (6) c proses_kuasistatik
Termodinamika (6) c proses_kuasistatik
 
Sistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbolaSistem Navigasi hiperbola
Sistem Navigasi hiperbola
 
Impedance matching of the RF sputtering system
Impedance matching of the RF sputtering systemImpedance matching of the RF sputtering system
Impedance matching of the RF sputtering system
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
 
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDER
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDERPT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDER
PT. Duo Pancaran Sinar | DOMESTIC FREIGHT FORWARDER
 
Makalah distribusi kecepatan molekul
Makalah distribusi kecepatan molekulMakalah distribusi kecepatan molekul
Makalah distribusi kecepatan molekul
 
How merchant ships operate (version 1)
How merchant ships operate (version 1)How merchant ships operate (version 1)
How merchant ships operate (version 1)
 
Training isps code
Training isps codeTraining isps code
Training isps code
 
estatica
estaticaestatica
estatica
 
Handout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-iHandout listrik-magnet-i
Handout listrik-magnet-i
 
Exponential formula presentation
Exponential formula presentationExponential formula presentation
Exponential formula presentation
 
Fisika Kuantum Potensial Tanggul
Fisika Kuantum Potensial Tanggul Fisika Kuantum Potensial Tanggul
Fisika Kuantum Potensial Tanggul
 
Kepil (mooring buoy)
Kepil (mooring buoy)Kepil (mooring buoy)
Kepil (mooring buoy)
 

Similar to Analisis Tegangan Lokal Maksimum Struktur Chain Stopper pada Hexagonal Single Buoy Mooring terhadap FSO saat Sistem Offloading

Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1niwan21
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionAkbar Dwi Wahyono
 
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.ppt
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.pptMuh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.ppt
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.pptIKky21
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperlina meliana
 
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedesRachmatz Ibrahim
 
06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan struktur06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan strukturDevian Tri Andriana
 
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...MuhammadAzkaBintangA
 
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasar
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasarModul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasar
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasarMOSES HADUN
 
Modul 5-muatan tidak langsung
Modul 5-muatan tidak langsungModul 5-muatan tidak langsung
Modul 5-muatan tidak langsungMOSES HADUN
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingNurul Lailyah
 
Bab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanBab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanAsep Mulyadi
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakMaman Asep
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizik
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizikRpt tingkatan 5 2016 subjek fizik
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizikNurdalila Roslin
 
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Sylvester Saragih
 
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Vempi Satriya
 

Similar to Analisis Tegangan Lokal Maksimum Struktur Chain Stopper pada Hexagonal Single Buoy Mooring terhadap FSO saat Sistem Offloading (20)

Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
Tugas Perencanaan Pelabuhan Kelompok 2
 
Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1Presentasi materi-ajar1
Presentasi materi-ajar1
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
 
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.ppt
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.pptMuh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.ppt
Muh Rifki Presentasi Perencanaan Dermaga Pelabuhan.ppt
 
4312100026 - Presentasi
4312100026 - Presentasi4312100026 - Presentasi
4312100026 - Presentasi
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
 
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
144061 id-analisis-kekuatan-konstruksi-crane-pedes
 
bangunan pantai.ppt
bangunan pantai.pptbangunan pantai.ppt
bangunan pantai.ppt
 
06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan struktur06. bab 6 kajian perencanaan struktur
06. bab 6 kajian perencanaan struktur
 
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
Desain Rekayasa II FIXED JACKET PLATFORM 70.000 BOPD by Muhammad Azka Bintang...
 
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasar
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasarModul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasar
Modul 5-muatan tidak langsung, pada statika dan mekanika dasar
 
Modul 5-muatan tidak langsung
Modul 5-muatan tidak langsungModul 5-muatan tidak langsung
Modul 5-muatan tidak langsung
 
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantlingAnalisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
Analisa umur kelelahan (fatigue life) scantling
 
Bab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhanBab iv tugas pelabuhan
Bab iv tugas pelabuhan
 
29 78-1-pb
29 78-1-pb29 78-1-pb
29 78-1-pb
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizik
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizikRpt tingkatan 5 2016 subjek fizik
Rpt tingkatan 5 2016 subjek fizik
 
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
Peran k3 dalam eksplorasi tambang bawah laut 2
 
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...
 

Recently uploaded

Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS GeodetikPengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetikzulmushawir2
 
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptxSTRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptxanggawatmaja
 
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptxRahmanTaufiq4
 
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptxPerencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptxNadhifMuhammad5
 
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxPROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxadista7
 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptxarisvanrush
 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxHeriGeologist
 

Recently uploaded (15)

Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS GeodetikPengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
Pengukuran Topografi menggunakan GPS Geodetik
 
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di DepokKlinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
Klinik Obat Aborsi Di Depok Wa 082223109953 Klinik Aborsi Di Depok
 
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptxSTRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
STRUKTUR KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI -.pptx
 
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakartaObat Aborsi jakarta WA 082223109953  Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
Obat Aborsi jakarta WA 082223109953 Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Di jakarta
 
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx
2. Bp. Suwardi-MATERI RAKOR DITJEN PLANOLOGI DAN TL.pptx
 
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptxPerencanaan Pelabuhan perikanan  id.pptx
Perencanaan Pelabuhan perikanan id.pptx
 
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
Jual Obat Aborsi Samarinda ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jua...
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
 
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptxPROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
PROSEDUR DALAM MELAKUKAN PERHITUNGAN PEKERJAAN PINTU.pptx
 
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
Jual Obat Aborsi Batam ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik Jual Ob...
 
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
703618627-PPT-INVESTIGASI-KECELAKAAN-KERJA.pptx
 
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
obat aborsi Pangkal pinang Wa 082223109953 Jual obat aborsi Cytotec asli Di P...
 
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
Jual Obat Aborsi Jakarta Selatan 0822 2310 9953 Klinik Jual Obat Cytotec Asli...
 
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptxMetode_Sampling bahan galian mineral.pptx
Metode_Sampling bahan galian mineral.pptx
 
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai PenuhObat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
Obat Aborsi Sungai Penuh 082223109953 Jual Cytotec Asli Di Sungai Penuh
 

Analisis Tegangan Lokal Maksimum Struktur Chain Stopper pada Hexagonal Single Buoy Mooring terhadap FSO saat Sistem Offloading

  • 1. Departemen Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab. DCOS – Kamis, 20 Juli 2017
  • 2. Dosen Pembimbing: Yoyok Setyo Hadiwidodo, S.T., M.T., Ph.D. Suntoyo, S.T., M.Eng., Ph.D.
  • 3. O U T L I N E 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan 4. Batasan Masalah 5. Manfaat 6. Dasar Teori 7. Metodologi 8. Pengumpulan Data 9. Analisis dan Pembahasan 10. Daftar Pustaka Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 4. 1. Tuntutan yang terus tinggi akan kebutuhan produksi hidrokarbon mengakibatkan adanya inovasi teknologi perancangan bangunan lepas pantai. 2. Struktur terapung memiliki kelebihan dibandingkan dengan struktur terpancang karena berbasis MOPU. 3. FSO adalah salah satu struktur terapung untuk kegiatan eksplorasi hidrokarbon di lepas pantai. L A T A R B E L A K A N G Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 1-2
  • 5. 4. Sistem tambat adalah salah satu teknologi struktur terapung yang berkembang untuk dapat meredam pergerakan struktur terapung yang ditambat. 5. SBM adalah jenis sistem tambat yang sering digunakan pada kapal. CALM adalah konfigurasi yang paling umum dari tipe SBM untuk digunakan. 6. Diperlukan analisis tegangan lokal maksimum chain stopper agar kekuatan rantai jangkar yang dihubungkan antara SBM dengan dasar laut dapat beroperasi aman. l a n j u t a n… Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 6. R U M U S A N M A S A L A H 1. Bagaimana perilaku gerak terhadap kapal FSO dan hexagonal SBM akibat beban gelombang pada saat terapung bebas pada kondisi riil? 2. Berapa besar tension maksimum rantai jangkar yang menghubungkan hexagonal SBM dengan seabed? 3. Berapa besar tegangan lokal maksimum yang terjadi pada struktur chain stopper karena pergerakan kapal FSO yang tertambat pada saat offloading? Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 2-3
  • 7. T U J U A N 1. Mengetahui perilaku gerak yang terjadi pada kapal FSO dan hexagonal SBM akibat beban lingkungan pada saat terapung bebas pada kondisi riil. 2. Mengetahui besaran tension maksimum pada rantai jangkar yang menghubungkan antara hexagonal SBM dengan seabed. 3. Mengetahui besaran tegangan lokal maksimum yang terjadi pada struktur chain stopper karena pergerakan kapal FSO yang tertambat pada saat offloading. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 3
  • 8. B A T A S A N M A S A L A H 1. Penelitian ini adalah studi kasus pada kekuatan struktur hexagonal SBM yang tertambat di lokasi perairan Kepulauan Seribu milik PT. Adidaya Energi Mandiri. 2. Sistem tambat yang digunakan adalah SBM tipe CALM yang berbentuk hexagonal. 3. Kapal FSO yang digunakan untuk analisis berkapasitas 308625 DWT – VLCC (Very Large Crude Carrier). 4. Boarding platform, rope guard, chain, house, product swivel, pipe platform, turntable assembly, dan piping assembly serta riser tidak dimodelkan sehingga pergerakan housenya pun diabaikan. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 3
  • 9. 4. Data lingkungan yang digunakan merupakan data lingkungan wilayah perairan Kepulauan Seribu tahun 2004-2014. 5. Perhitungan tegangan lokal maksimum pada struktur chain stopper difokuskan pada beban gaya tarik maksimum hexagonal SBM dengan jangkar. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n…
  • 10. M A N F A A T 1. Menerapkan pengetahuan dari Mekanika Teknik, Perancangan dan Konstruksi Bangunan Laut, Hidrodinamika, dan Olah Gerak Bangunan Apung untuk mengetahui respons kapal FSO dan hexagonal SBM akibat beban lingkungan dan besaran tension hawser dan rantai jangkar pada hexagonal SBM. 2. Mengetahui prosedur cara menghitung dan menganalisis besaran tegangan lokal maksimum pada struktur chain stopper yang ada pada hexagonal SBM. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 4
  • 11. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 12. GERAKAN MURNI KAPAL Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS  Gerakan Surge (x) Murni (𝐌 + 𝐌 𝟏 ′ ) ሷ𝐱 + 𝐛 𝟏 ሶ𝐱 = 𝐅𝟏 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭  Gerakan Sway (y) Murni 𝐌 + 𝐌 𝟐 ′ ሷ𝐲 + 𝐛 𝟐 ሶ𝐲 = 𝐅𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭  Gerakan Heave (z) Murni 𝐌 + 𝐌 𝟑 ′ ሷ𝐳 + 𝐛 𝟑 ሶ𝐳 + 𝛒𝐠(𝐀 𝐰𝐩)𝐳 = 𝐅𝟑 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭  Gerakan Roll (φ) Murni 𝐌𝐤 𝐱𝐱 𝟐 + 𝐌 𝟒 ′ 𝐤 𝐱𝐱 ′ 𝟐 ሷ𝛟 + 𝐛 𝟒 ሶ𝛟 + 𝐌𝐠𝐆𝐌 𝐓 𝛟 = 𝐅𝟒 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭  Gerakan Pitch (θ) Murni (𝐌𝐤 𝐲𝐲 𝟐 + 𝐌 𝟓 ′ 𝐤 𝐲𝐲 ′ 𝟐 ) ሷ𝛉 + 𝐛 𝟓 ሶ𝛉 + 𝐌𝐠𝐆𝐌 𝐋 𝛉 = 𝐅𝟓 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭  Gerakan Yaw (ψ) Murni 𝐌𝐤 𝐳𝐳 𝟐 + 𝐌 𝟔 ′ 𝐤 𝐳𝐳 ′ 𝟐 ሷ𝛙 + 𝐛 𝟔 ሶ𝛙 = 𝐅𝟔 𝐜𝐨𝐬 𝛚 𝐞 𝐭 hal. 15-17
  • 13. GERAKAN COUPLED MOTION KAPAL Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS  Persamaan umum gerakan interaksi kapal: ෍ 𝐤=𝟏 𝟔 𝐌𝐣𝐤 + 𝐀𝐣𝐤 ሷ𝛈 𝐤 + 𝐁𝐣𝐤 ሶ𝛈 𝐤 + 𝐂𝐣𝐤 𝛈 𝐤 = 𝐅𝐣 𝐞𝐢𝐰𝐭, 𝐣 = 𝟏, 𝟐, … , 𝟔 Keterangan, Mjk : komponen matriks massa umum bangunan apung Ajk : komponen matriks massa tambah gerakan tertentu Bjk : komponen matriks koefisien redaman umum Cjk : koefisien-koefisien gaya hidrostatik pengembalian Fj : amplitudo gaya eksitasi dalam besaran kompleks  Amplitudo respons gerakan kapal: ഥ𝛈𝐣 = ෍ 𝐤=𝟏 𝟔 𝐊 𝐣𝐤 −𝟏 𝐅𝐣; 𝐣 = 𝟏, 𝟐, … , 𝟔 hal. 17-18
  • 14. TEORI GELOMBANG REGULER Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS  Fungsi potensial teori gelombang reguler 𝛟 = 𝛇 𝟎 𝐠 𝛚 𝐜𝐨𝐬𝐡 𝐤 𝐰(𝐳 + 𝐝) 𝐜𝐨𝐬𝐡(𝐤 𝐰 𝐝) 𝐜𝐨𝐬 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱  Kecepatan dan percepatan gelombang reguler 𝐮 = 𝐝𝛟 𝐝𝐱 ; 𝐰 = 𝐝𝛟 𝐝𝐳 & ሶ𝐮 = 𝐝𝐱 𝐝𝐭 ; ሶ𝐰 = 𝐝𝐳 𝐝𝐭  Tekanan dinamis atau gelombang reguler (perairan dangkal dan dalam) 𝐩 = 𝛒𝐠𝛇 𝟎 𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱 & 𝐩 = 𝛒𝐠𝛇 𝟎 𝐞 𝐤 𝐰 𝐳 𝐬𝐢𝐧 𝛚𝐭 − 𝐤 𝐰 𝐱 hal. 18-20
  • 15. RESPONSE AMPLITUDE OPERATOR RAO adalah fungsi atau operator matematis untuk mengetahui respons oleh bangunan apung yang berdasarkan amplitudonya sebagai akibat beban eksitasi gelombang dalam rentang frekuensi atau periode tertentu.  Gerakan translasi (Surge, Sway, dan Heave) 𝐑𝐀𝐎 = 𝛇 𝐤𝟎 𝛇 𝟎 (𝐦/𝐦)  Gerakan rotasi (Roll, Pitch, dan Yaw) 𝐑𝐀𝐎 = 𝛇 𝐤𝟎 𝐤 𝐰 𝛇 𝟎 = 𝛇 𝐤𝟎 Τ𝛚 𝟐 𝐠 𝛇 𝟎 (𝐫𝐚𝐝/𝐫𝐚𝐝) Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS hal. 21
  • 16. SPEKTRUM RESPONS BANGUNAN APUNG PADA GELOMBANG ACAK Spektrum respons pada gelombang acak didapatkan dari hasil transformasi spektrum gelombang untuk mengetahui respons strukturnya.  Spektrum respons struktur 𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 = 𝐑𝐀𝐎 𝟐 × 𝐒 𝛇(𝛚 𝐞) Keterangan, 𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 : spektrum respons struktur (m2-sec) 𝐒 𝛇(𝛚 𝐞) : spektrum energi gelombang (m2-sec) 𝐑𝐀𝐎 𝟐 : transfer function Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Transformasi spektrum gelombang menjadi spektrum respons hal. 22-26
  • 17. Spektrum JONSWAP adalah salah satu model spektrum energi gelombang –𝑺 𝜻(𝝎 𝒆) yang memiliki kemiripan fisik lingkungan dengan perairan laut Indonesia umumnya namun tidak seganas North Sea yang merupakan lokasi hasil eksperimannya.  Spektrum gelombang JONSWAP 𝐒 𝛇(𝛚 𝐞) = 𝛂 ∙ 𝐠 𝟐 ∙ 𝛚−𝟓 ∙ 𝐞𝐱𝐩 −𝟏. 𝟐𝟓 𝛚 𝛚 𝐩 −𝟒 ∙ 𝛄 𝐞𝐱𝐩 −𝟎.𝟓∙ 𝛚−𝛚 𝐩 𝛔∙𝛚 𝐩 𝟐 Keterangan, 𝜶 : 5 16 ∙ 𝐻 𝑆 2 ∙𝜔 𝑝 4 𝑔2 ∙ 1 − 0.287 ∙ ln 𝛾 Hs : tinggi gelombang signifikan (m) wp : frekuensi puncak – peak wave frequency (rad/s) 𝛔 : parameter bentuk (shape parameter), : 0.07 jika w ≤ wo dan 0.09 jika w ≥ wo 𝛄 : parameter ketinggian (peakedness parameter) : ൞ 𝜑 ≤ 3.6 → 5.0 3.6 < 𝜑 < 5.0 → exp(5.75 − 1.15𝜑) 𝜑 ≥ 5.0 → 1.0 ϕ : Τ𝑇𝑝 𝐻𝑠 Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n…
  • 18. Dari spektrum gelombang dapat diketahui parameter-parameter gelombang yang terdapat pada tabel berikut untuk setiap gerakan 6 DoF:  Luasan di bawa kurva spektrum untuk momen ke-0 Keterangan, mn : momen ke-n 𝛚 𝐰 𝐧 : frekuensi gelombang (rad/s) 𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 : spektrum respons struktur untuk setiap derajat kebebasan η (m2-sec) Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Profil Gelombang Amplitudo Tinggi Gelombang rata-rata 1.25 𝑚0 2.5 𝑚0 Gelombang signifikan 2.00 𝑚0 4.00 𝑚0 Rata-rata 1:10 gelombang tertinggi 2.55 𝑚0 1.25 𝑚0 Rata-rata 1:100 gelombang tertinggi 3.44 𝑚0 1.25 𝑚0 Amplitudo dan tinggi gelombang pada spektrum 𝐦 𝐧 = න 0 ∞ 𝛚 𝐰 𝐧 ∙ 𝐒 𝛈 𝛚 𝐞 𝐝𝛚 𝐰 l a n j u t a n…
  • 20. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n…
  • 21. PENGUMPULAN DATA Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Principle dimension dari utility support vessel Dimensi mooring line Dimensi hexagonal SBM Parameter Unit Nilai Length overall m 330 Length between perpendicular m 319 Breadth m 57 Depth m 30 Draft m 21 Displacement ton 300000 Parameter Unit Nilai Circumscribed diameter m 14 Height m 5.5 Displacement mT 408 XCG/YCG m 0/0 ZCG from MWL m 1.75 Rxx m 3.61 Ryy m 3.61 Rzz m 3.61 Parameter Unit Nilai Mooring line point 6 Type - Chain, stud less Length m 300 Diameter m 0.108 Axial stiffeners kN 995183.493 Minimum breaking load kN 3380.732 hal. 38-41
  • 22. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n… Hasil perhitungan data sebaran gelombang pada perairan Kepulauan Seribu 2004-2014 dengan metode distribusi probabilitas Weibull untuk kurun waktu 10, 50, dan 100- tahunan: Berikut adalah lokasi perairan Kepulauan Seribu dengan kedalaman ±40 meter pada garis lintangnya 5°26'40.0"S dan garis busurnya 106°14'42.0"E: Parameter Unit Year Return Period 1 10 100 Tinggi Gelombang Signifikan m 1.89 1.98 2.02 Puncak Periode Gelombang s 9.33 9.51 9.58 Kecepatan Angin knot 17.87 18.80 19.18 Kecepatan Arus m/s 0.57 0.64 0.66
  • 23. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 24. P E R M O D E L A N 1. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS MAXSURF Modeller – Body Plan View MAXSURF Modeller – Side Plan View MAXSURF Modeller – Top Plan View hal. 42-45
  • 25. l a n j u t a n… MOSES 7.0 Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 26. l a n j u t a n… MOSES 7.0 Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 2. Hexagonal Single Buoy Mooring
  • 27. V A L I D A S I P E R M O D E L A N Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Karakteristik Unit Data Awal MAXSURF Validitas Status Displacement (∆) t 308625 304896 99% OK! Volume (displaced) (∇) m3 301098 297459 99% OK! Wetted Surface Area (WSA) m2 27026 26984.96 100% OK! Prismatic coeffisien (Cp) 0.826 0.824 100% OK! Block coeffisien (Cb) 0.823 0.821 100% OK! Max. sect. area coeff. (Cm) 0.996 0.997 100% OK! Max sect. area m2 1104 1118 99% OK! Height above the keel (KB) m 11 10.529 99% OK! Moment to Trim per cm (MTc) T.m 3850.454 3901.665 99% OK! 1. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT (MAXSURF) hal. 42-45
  • 28. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 2. Kapal FSO 330 M – 308625 DWT (MOSES) Karakteristik Unit Data Awal MOSES Validitas Status Draft amidships (T) m 20 20.5 100% OK! Displacement (∆) t 308625 309659.8 100% OK! Longitudinal Centre of Buoyancy (LCB) m -153 -152 99% OK! Longitudinal Metacentric Radius of Keel (KML) m 412.162 413.74 100% OK! Longitudinal Metacentric Radius of Buoyancy (BML) m 401.568 403.02 100% OK! l a n j u t a n…
  • 29. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 3. Hexagonal Single Buoy Mooring (MOSES) Karakteristik Unit Data Awal MOSES Validitas Status Circumscribed diameter m 14 14 100% OK! Height m 5.5 5.514 100% OK! Displacement mT 408 402 99% OK! l a n j u t a n…
  • 30. P E R H I T U N G A N R A D I U S O F G Y R A T I O N  Radius girasi roll (Bureau Veritas) 𝑲 𝒙𝒙 = 𝟎, 𝟐𝟗𝒙𝑩 𝟏 + 𝟐𝑲𝑮 𝑩 𝟐  Radius girasi pitch dan yaw (Bureau Veritas) 𝑲 𝒚𝒚 = 𝑲 𝒛𝒛 = 𝟏 𝟏𝟐 𝑳 𝒘𝒍 Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS FSO - full load (T = 20.67 m ) Titik Berat Kapal (meter) Radius Girasi Kapal (meter) x y z kxx kyy kzz 163.91 0.00 17.61 22.84 93.93 93.93 FSO - ballast (T = 18.32 m ) Titik Berat Kapal (meter) Radius Girasi Kapal (meter) x y z kxx kyy kzz 174.58 0.00 14.09 20.57 93.93 93.93 hal. 46
  • 31. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Kapal FSO 330 M – SURGE, SWAY, HEAVE 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOSurge,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOSway,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOHeave,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. hal. 52-53
  • 32. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAORoll,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. Kapal FSO 330 M – ROLL, PITCH, YAW 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOYaw,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOPitch,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) Full Load 90 deg. Ballast 90 deg. Full Load 135 deg. Ballast 135 deg. Full Load 180 deg. Ballast 180 deg. hal. 54-56
  • 33. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Kapal FSO 330 M – SUMMARY Moda Gerakan Unit RAO MAX. FSO Full Load 90 deg. 135 deg. 180 deg. Surge m/m 0.003 0.690 0.974 Sway m/m 0.987 0.697 0.000 Heave m/m 1.452 0.999 0.997 Roll deg/m 1.883 1.278 0.000 Pitch deg/m 0.243 0.670 0.673 Yaw deg/m 0.016 0.249 0.000 Moda Gerakan Unit RAO MAX. FSO Ballast 90 deg. 135 deg. 180 deg. Surge m/m 0.002 0.693 0.978 Sway m/m 0.990 0.699 0.000 Heave m/m 1.387 0.999 0.997 Roll deg/m 2.594 1.299 0.001 Pitch deg/m 0.197 0.658 0.670 Yaw deg/m 0.023 0.259 0.000 hal. 57
  • 34. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOSurge,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOSway,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOHeave,ζx0/ζ0(m/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat Hexagonal SBM – SURGE, SWAY, HEAVE hal. 58-59
  • 35. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAORoll,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOPitch,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 RAOYaw,ζx0/ζ0(deg/m) Frekuensi Gelombang, w (rad/s) 90 derajat 135 derajat 180 derajat Hexagonal SBM – ROLL, PITCH, YAW hal. 60-61
  • 36. R A O - G e l o m b a n g R e g u l e r Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Moda Gerakan Unit RAO MAX. Hexagonal SBM 90 deg. 135 deg. 180 deg. Surge m/m 0.001 0.535 0.756 Sway m/m 0.998 0.706 0.000 Heave m/m 1.000 1.000 1.000 Roll deg/m 7.319 5.343 0.000 Pitch deg/m 0.154 6.477 8.318 Yaw deg/m 0.003 3.193 0.000 Hexagonal SBM – SUMMARY hal. 61-62
  • 37. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Spektrum Gelombang JONSWAP 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 WaveSpectralDensity,Sr(ω)inm2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter hal. 62
  • 38. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 0.014 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 SURGESpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 SWAYSpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 HEAVESpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter Kapal FSO 330 M – SURGE, SWAY, HEAVE hal. 63-64
  • 39. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 ROLLSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0.040 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 PITCHSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 YAWSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter Kapal FSO 330 M – ROLL, PITCH, YAW hal. 65-67
  • 40. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Amplitudo ekstrem gerakan 6 DoF kapal FSO Tinggi gelombang signifikan Hs = 1.89 m Hs = 1.98 m Hs = 2.02 m Surge (m) 0.2218 0.2492 0.2607 Sway (m) 1.4404 1.5920 1.6549 Heave (m) 2.3488 2.6775 2.8148 Roll (deg) 2.3676 2.7716 2.9452 Pitch (deg) 0.3753 0.4455 0.4761 Yaw (deg) 0.3269 0.3774 0.3987 J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k OCIMF merekomendasikan mengenai area drifting yang diizinkan yaitu daerah yang dibutuhkan untuk mengakomodasi gerakan pengangkutan kapal dengan arah longitudinal (surge) dan lateral (sway) harus memiliki rentang efektif ± 3.1 m. Jika gerakan kapalnya melebihi kriteria maka proses offloading harus dihentikan dan bila intensitas gerakan sudah di bawah rentang yang diizinkan dapat dilanjutkan kembali proses tersebut. Kapal FSO 330 M – SUMMARY hal. 67
  • 41. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 SURGESpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 SWAYSpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 HEAVESpectralDensity,Sr(ω)in m2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter Hexagonal SBM – SURGE, SWAY, HEAVE hal. 68-70
  • 42. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS 0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 9.0 10.5 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 ROLLSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5 9.0 10.5 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 PITCHSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 YAWSpectralDensity,Sr(ω)in deg2/(rad/s) Wave Frequency, ω (rad/s) Hs = 1.89 meter Hs = 1.98 meter Hs = 2.02 meter Hexagonal SBM – ROLL, PITCH, YAW hal. 70-72
  • 43. J O N S W A P - G e l o m b a n g A c a k Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Amplitudo ekstrem gerakan 6 DoF kapal FSO Tinggi gelombang signifikan Hs = 1.89 m Hs = 1.98 m Hs = 2.02 m Surge (m) 2.7672 2.9880 3.0785 Sway (m) 3.6815 3.9750 4.0952 Heave (m) 3.9041 4.2018 4.3237 Roll (deg) 15.9576 16.7130 17.0149 Pitch (deg) 16.8930 17.6839 18.0001 Yaw (deg) 7.5142 7.8752 8.0197 Hexagonal SBM – SUMMARY hal. 72
  • 44. PERMODELAN SISTEM TAMBAT KAPAL DAN SBM Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Konfigurasi mooring line pada kapal FSO dalam bentuk in line Konfigurasi mooring line pada kapal FSO dalam bentuk between line 180o arah gelombang 180o arah gelombang hal. 73
  • 45. ANALISIS TEGANGAN PADA MOORING LINE Pengecekan safety factor dari pemilihan desain mooring line dari data awal dengan cara membagi MBL berdasarkan data yang ada dengan tegangan mooring line yang didapat dari hasil simulasi oleh Orcaflex 9.2a. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Kriteria faktor keamanan tegangan mooring line dari ABS 2014 Kriteria tegangan yang diizinkan untuk ASTM A148 (585 MPa yield stress) SAFETY FACTORS (ABS) Kondisi Axial Stress Shear Stress Von Mises Operating 1.67 2.5 1.67 Survival 1.25 1.88 1.25 ALLOWABLE STRESS (MPa) Kondisi Axial Stress Shear Stress Von Mises Operating 350 234 350 Survival 468 311 468 hal. 74-78
  • 46. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n… Empat skenario analisis tegangan pada mooring line dilakukan untuk kondisi lingkungan operasi dan badai (survival) dengan arah pembebanan gelombang 180o terhadap heading kapal FSO sebagaimana berikut: SBM konfigurasi in line – FSO kondisi full load SBM konfigurasi between line – FSO kondisi full load SBM konfigurasi in line – FSO kondisi ballast SBM konfigurasi between line – FSO kondisi ballast
  • 47. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n… Tension maksimum mooring line dari empat kondisi - OPERASI Condition Line Tension Time MBL S. F. S. F. Status (kN) (s) (kN) (ABS) FL B L ML1 1003.49 4729.70 3380.732 3.37 1.67 OK! FL B L ML1 1157.31 9525.40 3380.732 2.92 1.67 OK! B I L ML1 1011.86 4729.60 3380.732 3.34 1.67 OK! B B L ML1 1178.73 7899.90 3380.732 2.87 1.67 OK! Tampak atas simulasi Orcaflex 9.2 kondisi 4 – OPERASI (7899.90 s) 180o arah gelombang
  • 48. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n… Tension maksimum mooring line dari empat kondisi - OPERASI Condition Line Tension Time MBL S. F. S. F. Status (kN) (s) (kN) (ABS) FL B L ML1 1021.98 9629.70 3380.732 3.37 1.67 OK! FL B L ML1 1183.10 10497.80 3380.732 2.92 1.67 OK! B I L ML1 1662.27 10498.10 3380.732 3.34 1.67 OK! B B L ML1 1512.99 10497.80 3380.732 2.87 1.67 OK! Tampak atas simulasi Orcaflex 9.2 kondisi 3 – BADAI (10498.10 s) 180o arah gelombang
  • 49. ANALISIS TEGANGAN PADA CHAIN STOPPER Diperlukan pengonversian format file DWG model chain stopper yang telah ada ke file IGES sebagai input geometry untuk ANSYS Mechanical 16.2 (Static Structural). Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Model struktur chain stopper dari AutoCAD 2017 (.dwg) ke ANSYS 16.2 (.iges) hal. 79-84
  • 50. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas meshing yang bertujuan untuk mengetahui ukuran yang optimum atau konsistensi – keakuratan hasil dari jumlah elemen yang digunakan. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Pemberian area fixed support dan gaya pada chain stopper (N) l a n j u t a n… 45 mm, 50.625 40 mm, 51.391 35 mm, 50.861 44 49 54 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 TeganganVonMises(MPa) Jumlah Elemen Ukuran Maks. Jumlah Elemen Von Mises Error (mm) (MPa) 75 2210 47.659 - 70 2558 49.350 3.55% 65 2809 48.281 2.17% 60 3322 44.238 8.37% 55 3886 53.129 20.10% 50 3886 52.146 1.85% 45 4858 50.625 2.92% 40 6117 51.391 1.51% 35 8006 50.861 1.03%
  • 51. Selanjutnya dilakukan pemberian beban (loading) pada chain stopper dari hasil analisis tegangan maksimum mooring line dengan Orcaflex 9.2 sebelumnya. Dua skenario analisis dilakukan berdasarkan pemberian beban tegangan maksimum mooring line untuk kondisi operasi dan badai sebagaimana berikut:  Tegangan maksimum mooring line (operation) : 1178732.18 N  Tegangan maksimum mooring line (survival) : 1662274.90 N Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Pemberian area fixed support dan gaya pada chain stopper (N) l a n j u t a n…
  • 52. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n… Hasil analisis statis pada struktur chain stopper Parameter Operation Survival Von Mises Stress (MPa) 328.69 463.53 Allow. Von Mises Stress (MPa) 350 468 Stress Ratio 0.94 0.99 Tabel berikut menunjukkan hasil running (Solve) ANSYS Mechanical – Static Structural untuk tegangan Von Mises (Equivalent Stress) dari pembebanan yang diberikan saat kondisi operasi dan badai pada chain stopper.
  • 53. Gambar berikut adalah model hasil running ANSYS Mechanical 17.2 untuk mengetahui tegangan Von Mises (Pa) pada kondisi operasi. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Hasil running berupa tegangan Von Mises (Pa) tampak iso dan detail - OPERASI l a n j u t a n…
  • 54. Gambar berikut adalah model hasil running ANSYS Mechanical 17.2 untuk mengetahui tegangan Von Mises (Pa) pada kondisi badai. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS Hasil running berupa tegangan Von Mises (Pa) tampak isometri dan detail - BADAI l a n j u t a n…
  • 55. D A F T A R P U S T A K A 1. ABS. (2004). Guide for Building and Classing: Floating Production Installations. Houston, Texas USA: American Bureau of Shipping. 2. API Recommended Practice 2SK. (1997). Recommended Practice for Design and Analysis of Stationkeeping Systems for Floating Structures. Washington D.C.: American Petroleum Institute. 3. Ardhiansyah, F. (2011, 08 Senin). Diambil kembali dari Fahmy is Here: http://jagunglimabelas.blogspot.co.id/2011/08/jari-jari-girasi.html 4. Azkia, N. N. (2016). Analisis Tegangan Lokal Maksimum Konstruksi Panama Chock Pada Sistem Tandem Offloading FSO Arco Ardjuna, Tugas Akhir. Surabaya: Jurusan Teknik Kelautan ITS. 5. Bhattacharyya, R. (1978). Dynamics of Marine Vehicles. Annapolis: John Wiley & Sons Inc. 6. Djatmiko, B. E. (2014). Hidrodinamika I - Teori Gelombang Airy (PowerPoint). ITS Surabaya. 7. Djatmiko, E. B. (2012). Perilaku dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak. Surabaya: ITS Press. 8. DNV. (2004). DNV OS E301 - Position Mooring. Norway: Det Norske Veritas. 9. DNV. (2010). DNV RP C205 - Environmental Conditions and Environmental Loads. Norway: Det Norske Veritas. 10. Faltinsen, O. M. (1990). Sea Loads on Ships and Offshore Structures. United Kingdom: Cambridge University Press. 11. Ferdinand P. Beer, E. R. (2012). Mechanics of Materials sixth edition. New York America: McGraw-Hill. 12. Jamhari H. B. M., F. N. (2015). Hydrodynamic II Class Homework Report: Barge Laydown Responses Analysis. Surabaya: Teknik Kelautan ITS. 13. Journée, J., & Massie., W. (2001). Offshore Hydromechanics (First Edition). Delft: Delft University of Technology. 14. Lewis, W. E. (1989). Principles of Naval Architecture (Second Revision), Volume III - Motions in Waves and Controllability. Jersey City, NJ: Society of Naval Architects and Marine Engineers. Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS
  • 56. 15. Murtedjo, M. (2004). Perancangan Lines Plan Bangunan Laut Terapung. Surabaya: ITS Press. 16. Mustofa, J. H. (2016). Mengulas Ulang (Resume) Mengenai Konsep Tegangan sebagai Pengantar Kuliah Teori Pelat dan Cangkang. Surabaya: Teknik Kelautan ITS Surabaya. 17. Nallayarasu. (2015). Offshore Structures Analysis and Design. Chennai: Department of Ocean Engineering, IIT Madras India. 18. OCIMF. (2009). Tandem Mooring and Offloading Guidelines for Conventional Tankers at F(P)SO Facilities. Seamanship International. 19. Oguz Yilmaz, A. I. (1994). Hydrodynamic Design of Moored Floating Platforms. Elseiver. 20. Petropedia Inc. (2017, Februari 22). Mobile Offshore Production Unit (MOPU). Diambil kembali dari Petropedia: https://www.petropedia.com/definition/7707/mobile-offshore- production-unit-mopu 21. PT. Adidaya Energi Mandiri. (2015). BANNER HEX BUOY 01 GLOBAL STRUCTURE ANALYSIS. Jakarta. 22. Soedjono, J. J. (1998). Diktat Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Laut II. Surabaya: Jurusan Teknik Kelautan ITS. 23. Wikipedia. (2017, Februari 15). Floating Production Storage and Offloading. Diambil kembali dari Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Floating_production_storage_and_offloading 24. Wikipedia. (2017, Februari 19). Single Buoy Mooring. Diambil kembali dari Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Single_buoy_mooring Departemen Teknik Kelautan – FTK – ITS l a n j u t a n…