SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN KAIN TENUN
PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER)
DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER
07 November 2014
Disusun Oleh
Nama : Ghita Seva Novianie
NPM : 13050021
Grup : 2B2
Hendra, S.ST., M.Tech
Abdurrohman, S.ST
Amat Bin Atma
DIII TEKNOLOGI PRODUKSI TEKSTIL
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
2014
1. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Melakukan dan memperlajari proses penggintiran naik dengan
mesin up twister.
1.2. Tujuan
 Dapat mengetahui bagian- bagian pada mesin gintir naik
 Dapat mengetahui proses/ jalannya penggintiran naik.
2. TEORI DASAR
Two For One Twister atau lebih populer disebut mesin TFO, adalah mesin
gintir dengan menggunakan sistem up twister, karena proses menggintir
benang dilakukan dengan menempatkan bahan baku benang yang akan
diproses dibawah yang selanjutnya ditarik ke atas melewati alur prosesnya
dan hasil penggintirannya digulung pada take-up yang ditempatkan diatas
mesin. Sedangkan pemberian twist pada benang bertujuan untuk
mendapatkan sifat-sifat benang yang diinginkan yang pada akhirnya untuk
mendapatkan sifat-sifat kain tertentu. Bahan baku yang akan diproses adalah
benang single yang terlebih dahulu dirangkap pada mesin rangkap atau
benang single yang langsung dipasang pada sipndel dalam posisi pararel.
Pada mesin TFO, spindel adalah komponen yang termasuk penting
dalam mesin, karena spindel dapat menentukan kualitas dari benang yang
dihasilkan. Ada beberapa persyaratan yang dapat menunjukkan kualitas
spindel yaitu :
 Spindel sebagai salah satu element yang kontak langsung dengan
benang harus bisa menghasillkan kualitas benang yang baik.
 Spindel tidak terlalu tinggi sehingga dimensi baloning yang dihasilkan
dapat diminimalisir dengan demikian tension benang pada saat proses
tidak terlalu tinggi.
 Space spindel harus optimal untuk dapat memproses benang dalam
jumlah yang banyak
Untuk menghitung produksi teoritis pada mesin TFO dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Prod/ Jam/ Spindel =
Rpm sepindelx jam x 60 x 453,6
TPM x 768 x No benang
Proses penggintiran adalah proses merangkap/menggabungkan dua
benang atau lebih menjadi satu sambil diberi tambahan antihan puntiran
dalam jumlah tertentu. Hasil dari proses ini disebut benang gintir. Tujuan
dilakukan proses pengintiran adalah untuk :
 Meningkatkan kekuatan benang.
 Memperbesar diameter benang.
 Memperoleh efek tertentu.
Sementara proses perangkapan benang dibagi menjadi ada dua cara
yaitu:
1. Penggintiran langsung
Pada proses ini, benang yang digunakan merupakan benang-benang
single, dan proses perangkapan benangnya langsung dilakukan
diatas mesin twisting.
Keuntungan dari cara ini adalah :
 Prosesnya lebih singkat
 Tidak perlu mesin perangkap
Kekurangan dari cara ini adalah :
 Setiap helai benang sulit dikontrol kondisinya maupun tegangannya
sehingga hasil gintirannya kurang rata
2. Penggintiran tidak langsung
Pada proses ini, benang yang digunakan adalah merupakan benang
rangkap. Jadi, pada proses ini perangkapan benang tidak dilakukan di
atas mesin gintir/twisting.
Keuntungan dari cara ini adalah :
 Tegangan tiap helai benang terkontrol
 Kemungkinan putus benang kecil
 Kemungkinan salah gintir kecil
 Efisiensi dan mutu benang dapat ditingkatkan
Kerugian dari cara ini adalah :
 Diperlukan suatu proses tambahan, yaitu proses perangkapan
benang.
 Penggintiran yang diberikan pada benang bila dinyatakan dalam
satuan panjang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Twist persentimeter (TPC)
2. Twist Perinchi (TPI)
3. Twist permeter (TPM)
Penggintiran Turun (Down Twister)
Pengigintiran turun (down twister) adalah salah satu metode penggintiran
dengan sistim jalannya benang yang dikerjakan dari rak kelosan yang
terdapat dua benang atau lebih yang akan digintir yang terdapt pada
bobin atas yang nantinya akan di twist menjadi satu dibagian bawah.
Penggintiran Dua Tahap (two stage twister)
Proses penggintiran dua tahap merupakan penggabungan dari
penggintiran turun dan penggintiran naik dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pertama
Proses penggintiran turun (down twister) dilaksanakan dengan
pemberian puntiran yang sangat sedikit, kemudian hasilnya digulung
pada bobin yang akan dipasang sebagai bobin penyuap pada mesin
up twister. Karena jumlah puntiran (twist) yang sangat sedikit maka
kecepatan mesin dapat ditingkatkan. Proses awal ini hampir mirip
dengan proses perangkapan benang, tetapi dengan sedikit puntiran
akan membuat tegangan benang tunggal yang dirangkap relatif sama
sehingga akan meningkatkan unjuk kerja pada proses up twisting
selanjutnya.
2. Tahap kedua
Proses penggintiran naik (up twister) untuk menambah jumlah
puntiran sampai pada tingkat yang diinginkan Karena tegangan
benang-benang tunggalnya relative sama, maka jumlah puntiran yang
diberikan dapat lebih tinggi.
Pada mesin TFO full otomatis ada beberapa kondisi proses yang dapat
kita setting pada panel, yaitu :
 Jumlah putaran spindle
 Arah twist
 Sudut gulungan
 Jumlah twist
 Kecepatan traverse
 Jalannya benang pada mesin TFO (Two For One).
3. ALAT DAN BAHAN
1) Alat yang dipakai:
 Mesin gintir up twister (TFO mechine)
2) Bahan yang digunakan
 Benang Single
4. LANGKAH KERJA
Penggintiran Naik ( Up Twister )
1) Ubah susunan roda gigi, sesuai dengan TPM yang diinginkan
(dilihat dari tabel).
2) Letakkan bobin cakra kosong pada tempat yang telah disediakan
3) Lalu masukkan bobin (kelosan) benang yang akan digintir pada
spindel.
4) Nyalakan mesin
5) Pegang ujung benang, tahan sebentar supaya timbul antihan pada
benang, lalu lilitkan pada lapet, lewatkan pada pengantar benang
dan lilitkan pada bobin cakra yang masih kosong yang telah
diletakkan pada tempatnya.
6) Setel letak traverse agar benang hasil gintiran tidak menumpuk
pada satu sisi
7) Atur besar balooning dengan menambahkan jumlah lilitan pada
lapet.
8) Amati proses, segera sambung bila ada benang yang putus
9) Matikan mesin setelah selesai penggintiran
5. PENGUMPULAN DATA
5.1. Gambar Mesin Up Twister
Keterangan:
1. Belt penggerak spindle
2. Spindle
3. Snail wayer
4. Guide roller
5. Feed roller
6. Traveler
7. Drum friksi
8. Bobbin isi benang
9. Snail wire holder bar
10. Bunch roller
11. Stop motion
Alur Jalannya Benang
Ubah susunan roda gigi, sesuai dengan TPM yang diinginkan (dilihat dari tabel).
 Letakkan bobin cakra kosong pada tempat yang telah disediakan
 Lalu masukkan bobin (kelosan) benang yang akan digintir pada spindel.
 Nyalakan mesin
 Pegang ujung benang, tahan sebentar supaya timbul antihan pada
benang, lalu lilitkan pada lapet, lewatkan pada pengantar benang dan
lilitkan pada bobin cakra yang masih kosong yang telah diletakkan pada
tempatnya.
 Setel letak traverse agar benang hasil gintiran tidak menumpuk pada satu
sisi
 Atur besar balooning dengan menambahkan jumlah lilitan pada lapet.
 Amati proses, segera sambung bila ada benang yang putus
 Matikan mesin setelah selesai penggintiran
6. DISKUSI
besar atau kecilnya ukuran benang pada bobin akan mempengaruhi proses
berjalannya penggintiran. Karena jika ukuran benang tersebut terlalu besar
maka jalannya benang akan terhambat dengan ruang pada drum spindel
yang sempit, sehingga benang yang seharusnya berputar akan sulit untuk
melakukan penggintiran atau twisting. Begitupun jika ukuran benang
terlalu kecil, maka nantinya akan mengganggu efesiensi waktu pada proses
produksi, mesin akan sering berhenti dan hal tersebut akan mengganggu
proses produksi tersebut
7. KESIMPULAN
Proses Penggintiran Up Twister lebih sederhana dibandingkan
dengan proses penggintiran Down Twister, dan hasil
penggintirannya pun lebih baik dengan menggunakan mesin two for
one twister.
8. DAFTAR PUSTAKA
Elang, dkk, Buku Pedoman Praktikum Persiapan Pertenunan, STTT, 2005
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER) DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Winding process
Winding processWinding process
Winding process
 
Gambar jeratan
Gambar jeratanGambar jeratan
Gambar jeratan
 
Ribbon fabrics
Ribbon  fabricsRibbon  fabrics
Ribbon fabrics
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
 
Keighley Dobby (negative- double lift)
Keighley Dobby (negative- double lift)Keighley Dobby (negative- double lift)
Keighley Dobby (negative- double lift)
 
Take up mechanism
Take up mechanismTake up mechanism
Take up mechanism
 
Lap.pemintalan ilham
Lap.pemintalan ilhamLap.pemintalan ilham
Lap.pemintalan ilham
 
5. laporan-atbm-dobby-12-mei-2015
5. laporan-atbm-dobby-12-mei-20155. laporan-atbm-dobby-12-mei-2015
5. laporan-atbm-dobby-12-mei-2015
 
Forces acting on yarn and traveller
Forces acting on yarn and travellerForces acting on yarn and traveller
Forces acting on yarn and traveller
 
Carding note
Carding noteCarding note
Carding note
 
RECENT Development of drawframe
RECENT  Development  of  drawframe RECENT  Development  of  drawframe
RECENT Development of drawframe
 
Woven Shedding Mechanisms
Woven Shedding MechanismsWoven Shedding Mechanisms
Woven Shedding Mechanisms
 
Laporan rajut zhie
Laporan rajut zhieLaporan rajut zhie
Laporan rajut zhie
 
Simplex machine. Roving, sliver
Simplex machine. Roving, sliverSimplex machine. Roving, sliver
Simplex machine. Roving, sliver
 
Advance spinning Dr.Ash
Advance spinning Dr.AshAdvance spinning Dr.Ash
Advance spinning Dr.Ash
 
Weft Knitting Machine
Weft Knitting Machine Weft Knitting Machine
Weft Knitting Machine
 
Circular knitting machine
Circular knitting machineCircular knitting machine
Circular knitting machine
 
Spinning basic final
Spinning basic finalSpinning basic final
Spinning basic final
 
Presentation on fabric belts
Presentation on fabric beltsPresentation on fabric belts
Presentation on fabric belts
 
Study on Basic structure of a Loom/Weaving machine .pdf
Study on Basic structure of a Loom/Weaving machine .pdfStudy on Basic structure of a Loom/Weaving machine .pdf
Study on Basic structure of a Loom/Weaving machine .pdf
 

Viewers also liked

Assessment and ethics ahe 2015_final
Assessment and ethics ahe 2015_finalAssessment and ethics ahe 2015_final
Assessment and ethics ahe 2015_finalldesaut
 
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay Thomson
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay ThomsonSuccessful e-learning in 4 steps guide by Lindsay Thomson
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay ThomsonPamela Wirth
 
ชื่อ นาย รชต โชคชัย
ชื่อ นาย รชต โชคชัย ชื่อ นาย รชต โชคชัย
ชื่อ นาย รชต โชคชัย Aomzin Chokchai
 
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-Corporate
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-CorporateMaryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-Corporate
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-CorporateMaryanne Picco
 
Lo problemas contables más comunes
Lo problemas contables más comunes Lo problemas contables más comunes
Lo problemas contables más comunes Calabaza83
 
June Profile Low Res 2015
June Profile Low Res 2015June Profile Low Res 2015
June Profile Low Res 2015Eleanor Nelson
 
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!Zaxe 3D Printing Technologies
 
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4Kristen Devally
 
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)Richard A. Perry
 
QASMT - PAJ 2015
QASMT - PAJ 2015QASMT - PAJ 2015
QASMT - PAJ 2015LifeTec
 

Viewers also liked (18)

Miniclase
MiniclaseMiniclase
Miniclase
 
Assessment and ethics ahe 2015_final
Assessment and ethics ahe 2015_finalAssessment and ethics ahe 2015_final
Assessment and ethics ahe 2015_final
 
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay Thomson
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay ThomsonSuccessful e-learning in 4 steps guide by Lindsay Thomson
Successful e-learning in 4 steps guide by Lindsay Thomson
 
ชื่อ นาย รชต โชคชัย
ชื่อ นาย รชต โชคชัย ชื่อ นาย รชต โชคชัย
ชื่อ นาย รชต โชคชัย
 
KHASIAT COKLAT
KHASIAT COKLATKHASIAT COKLAT
KHASIAT COKLAT
 
2015_LDC_USBenefitsOverview_2.19.15
2015_LDC_USBenefitsOverview_2.19.152015_LDC_USBenefitsOverview_2.19.15
2015_LDC_USBenefitsOverview_2.19.15
 
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-Corporate
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-CorporateMaryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-Corporate
Maryanne Picco Paralegal Resume Real Estate-Corporate
 
Expo vierness
Expo viernessExpo vierness
Expo vierness
 
Karen Harman
Karen HarmanKaren Harman
Karen Harman
 
Lo problemas contables más comunes
Lo problemas contables más comunes Lo problemas contables más comunes
Lo problemas contables más comunes
 
Robert Latest cv
Robert Latest cvRobert Latest cv
Robert Latest cv
 
June Profile Low Res 2015
June Profile Low Res 2015June Profile Low Res 2015
June Profile Low Res 2015
 
Curriculum Vitae 2
Curriculum Vitae 2Curriculum Vitae 2
Curriculum Vitae 2
 
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!
3D Hubs'a kayıt olun, ücretli 3D baskı almaya başlayın!
 
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4
Devally, Kristen - Professional Persona Project_4.4
 
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)
Advanced Safe Harbor 401(k) Plan Designs (for the Financial Advisor)
 
Meroprolol tartrate 56392-17-7-api
Meroprolol tartrate 56392-17-7-apiMeroprolol tartrate 56392-17-7-api
Meroprolol tartrate 56392-17-7-api
 
QASMT - PAJ 2015
QASMT - PAJ 2015QASMT - PAJ 2015
QASMT - PAJ 2015
 

Similar to LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER) DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER

Similar to LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER) DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER (20)

Pemintalan benang
Pemintalan benangPemintalan benang
Pemintalan benang
 
T1 Jahitan
T1 JahitanT1 Jahitan
T1 Jahitan
 
T1-Bab5-Jahitan
T1-Bab5-JahitanT1-Bab5-Jahitan
T1-Bab5-Jahitan
 
Resume pertenunan gw
Resume pertenunan gwResume pertenunan gw
Resume pertenunan gw
 
Jahitan
JahitanJahitan
Jahitan
 
Jahitan
Jahitan Jahitan
Jahitan
 
Tenun
TenunTenun
Tenun
 
Jahitan
JahitanJahitan
Jahitan
 
Lap pemintalan
Lap pemintalanLap pemintalan
Lap pemintalan
 
Weaving machine
Weaving machine Weaving machine
Weaving machine
 
Pemintalan
PemintalanPemintalan
Pemintalan
 
pengamatan proses direct twisting terhadap putus benang sd 180-98 (2).pdf
pengamatan proses direct twisting terhadap putus benang sd 180-98 (2).pdfpengamatan proses direct twisting terhadap putus benang sd 180-98 (2).pdf
pengamatan proses direct twisting terhadap putus benang sd 180-98 (2).pdf
 
Desain Mesin Pemipil Jagung
Desain Mesin Pemipil JagungDesain Mesin Pemipil Jagung
Desain Mesin Pemipil Jagung
 
Pengelosan
PengelosanPengelosan
Pengelosan
 
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
Perawatan Mesin Frais (Maintenance of milling Machine)
 
Subtractive Manufaktur Pemesinan Frais
Subtractive Manufaktur Pemesinan FraisSubtractive Manufaktur Pemesinan Frais
Subtractive Manufaktur Pemesinan Frais
 
Tugas cnc email harlin
Tugas cnc email harlinTugas cnc email harlin
Tugas cnc email harlin
 
Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)
 
Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER) DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PROSES PENGGINTIRAN NAIK (UP TWISTER) DENGAN MESIN TWO FOR ONE TWISTER 07 November 2014 Disusun Oleh Nama : Ghita Seva Novianie NPM : 13050021 Grup : 2B2 Hendra, S.ST., M.Tech Abdurrohman, S.ST Amat Bin Atma DIII TEKNOLOGI PRODUKSI TEKSTIL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
  • 3. 1. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1. Maksud Melakukan dan memperlajari proses penggintiran naik dengan mesin up twister. 1.2. Tujuan  Dapat mengetahui bagian- bagian pada mesin gintir naik  Dapat mengetahui proses/ jalannya penggintiran naik. 2. TEORI DASAR Two For One Twister atau lebih populer disebut mesin TFO, adalah mesin gintir dengan menggunakan sistem up twister, karena proses menggintir benang dilakukan dengan menempatkan bahan baku benang yang akan diproses dibawah yang selanjutnya ditarik ke atas melewati alur prosesnya dan hasil penggintirannya digulung pada take-up yang ditempatkan diatas mesin. Sedangkan pemberian twist pada benang bertujuan untuk mendapatkan sifat-sifat benang yang diinginkan yang pada akhirnya untuk mendapatkan sifat-sifat kain tertentu. Bahan baku yang akan diproses adalah benang single yang terlebih dahulu dirangkap pada mesin rangkap atau benang single yang langsung dipasang pada sipndel dalam posisi pararel. Pada mesin TFO, spindel adalah komponen yang termasuk penting dalam mesin, karena spindel dapat menentukan kualitas dari benang yang dihasilkan. Ada beberapa persyaratan yang dapat menunjukkan kualitas spindel yaitu :  Spindel sebagai salah satu element yang kontak langsung dengan benang harus bisa menghasillkan kualitas benang yang baik.  Spindel tidak terlalu tinggi sehingga dimensi baloning yang dihasilkan dapat diminimalisir dengan demikian tension benang pada saat proses tidak terlalu tinggi.  Space spindel harus optimal untuk dapat memproses benang dalam jumlah yang banyak Untuk menghitung produksi teoritis pada mesin TFO dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Prod/ Jam/ Spindel = Rpm sepindelx jam x 60 x 453,6 TPM x 768 x No benang
  • 4. Proses penggintiran adalah proses merangkap/menggabungkan dua benang atau lebih menjadi satu sambil diberi tambahan antihan puntiran dalam jumlah tertentu. Hasil dari proses ini disebut benang gintir. Tujuan dilakukan proses pengintiran adalah untuk :  Meningkatkan kekuatan benang.  Memperbesar diameter benang.  Memperoleh efek tertentu. Sementara proses perangkapan benang dibagi menjadi ada dua cara yaitu: 1. Penggintiran langsung Pada proses ini, benang yang digunakan merupakan benang-benang single, dan proses perangkapan benangnya langsung dilakukan diatas mesin twisting. Keuntungan dari cara ini adalah :  Prosesnya lebih singkat  Tidak perlu mesin perangkap Kekurangan dari cara ini adalah :  Setiap helai benang sulit dikontrol kondisinya maupun tegangannya sehingga hasil gintirannya kurang rata 2. Penggintiran tidak langsung Pada proses ini, benang yang digunakan adalah merupakan benang rangkap. Jadi, pada proses ini perangkapan benang tidak dilakukan di atas mesin gintir/twisting. Keuntungan dari cara ini adalah :  Tegangan tiap helai benang terkontrol  Kemungkinan putus benang kecil  Kemungkinan salah gintir kecil  Efisiensi dan mutu benang dapat ditingkatkan Kerugian dari cara ini adalah :  Diperlukan suatu proses tambahan, yaitu proses perangkapan benang.
  • 5.  Penggintiran yang diberikan pada benang bila dinyatakan dalam satuan panjang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Twist persentimeter (TPC) 2. Twist Perinchi (TPI) 3. Twist permeter (TPM) Penggintiran Turun (Down Twister) Pengigintiran turun (down twister) adalah salah satu metode penggintiran dengan sistim jalannya benang yang dikerjakan dari rak kelosan yang terdapat dua benang atau lebih yang akan digintir yang terdapt pada bobin atas yang nantinya akan di twist menjadi satu dibagian bawah. Penggintiran Dua Tahap (two stage twister) Proses penggintiran dua tahap merupakan penggabungan dari penggintiran turun dan penggintiran naik dengan tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pertama Proses penggintiran turun (down twister) dilaksanakan dengan pemberian puntiran yang sangat sedikit, kemudian hasilnya digulung pada bobin yang akan dipasang sebagai bobin penyuap pada mesin up twister. Karena jumlah puntiran (twist) yang sangat sedikit maka
  • 6. kecepatan mesin dapat ditingkatkan. Proses awal ini hampir mirip dengan proses perangkapan benang, tetapi dengan sedikit puntiran akan membuat tegangan benang tunggal yang dirangkap relatif sama sehingga akan meningkatkan unjuk kerja pada proses up twisting selanjutnya. 2. Tahap kedua Proses penggintiran naik (up twister) untuk menambah jumlah puntiran sampai pada tingkat yang diinginkan Karena tegangan benang-benang tunggalnya relative sama, maka jumlah puntiran yang diberikan dapat lebih tinggi. Pada mesin TFO full otomatis ada beberapa kondisi proses yang dapat kita setting pada panel, yaitu :  Jumlah putaran spindle  Arah twist  Sudut gulungan  Jumlah twist  Kecepatan traverse  Jalannya benang pada mesin TFO (Two For One). 3. ALAT DAN BAHAN 1) Alat yang dipakai:  Mesin gintir up twister (TFO mechine) 2) Bahan yang digunakan  Benang Single 4. LANGKAH KERJA Penggintiran Naik ( Up Twister ) 1) Ubah susunan roda gigi, sesuai dengan TPM yang diinginkan (dilihat dari tabel). 2) Letakkan bobin cakra kosong pada tempat yang telah disediakan 3) Lalu masukkan bobin (kelosan) benang yang akan digintir pada spindel. 4) Nyalakan mesin
  • 7. 5) Pegang ujung benang, tahan sebentar supaya timbul antihan pada benang, lalu lilitkan pada lapet, lewatkan pada pengantar benang dan lilitkan pada bobin cakra yang masih kosong yang telah diletakkan pada tempatnya. 6) Setel letak traverse agar benang hasil gintiran tidak menumpuk pada satu sisi 7) Atur besar balooning dengan menambahkan jumlah lilitan pada lapet. 8) Amati proses, segera sambung bila ada benang yang putus 9) Matikan mesin setelah selesai penggintiran 5. PENGUMPULAN DATA 5.1. Gambar Mesin Up Twister Keterangan: 1. Belt penggerak spindle 2. Spindle 3. Snail wayer 4. Guide roller 5. Feed roller 6. Traveler 7. Drum friksi 8. Bobbin isi benang 9. Snail wire holder bar 10. Bunch roller 11. Stop motion Alur Jalannya Benang Ubah susunan roda gigi, sesuai dengan TPM yang diinginkan (dilihat dari tabel).  Letakkan bobin cakra kosong pada tempat yang telah disediakan  Lalu masukkan bobin (kelosan) benang yang akan digintir pada spindel.  Nyalakan mesin
  • 8.  Pegang ujung benang, tahan sebentar supaya timbul antihan pada benang, lalu lilitkan pada lapet, lewatkan pada pengantar benang dan lilitkan pada bobin cakra yang masih kosong yang telah diletakkan pada tempatnya.  Setel letak traverse agar benang hasil gintiran tidak menumpuk pada satu sisi  Atur besar balooning dengan menambahkan jumlah lilitan pada lapet.  Amati proses, segera sambung bila ada benang yang putus  Matikan mesin setelah selesai penggintiran
  • 9. 6. DISKUSI besar atau kecilnya ukuran benang pada bobin akan mempengaruhi proses berjalannya penggintiran. Karena jika ukuran benang tersebut terlalu besar maka jalannya benang akan terhambat dengan ruang pada drum spindel yang sempit, sehingga benang yang seharusnya berputar akan sulit untuk melakukan penggintiran atau twisting. Begitupun jika ukuran benang terlalu kecil, maka nantinya akan mengganggu efesiensi waktu pada proses produksi, mesin akan sering berhenti dan hal tersebut akan mengganggu proses produksi tersebut 7. KESIMPULAN Proses Penggintiran Up Twister lebih sederhana dibandingkan dengan proses penggintiran Down Twister, dan hasil penggintirannya pun lebih baik dengan menggunakan mesin two for one twister. 8. DAFTAR PUSTAKA Elang, dkk, Buku Pedoman Praktikum Persiapan Pertenunan, STTT, 2005