SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Created by:
Adinda Widyaningsih
23030160044
Pendidikan Multikultural
Di Berbagai Negara
USA AUSTRALA
UNITED KINGDOM
MYANMAR
Amerika Serikat
E Pluribus Unum digunakan oleh Congress America pada 4 Juli 1776.
England, Scotland, Ireland, France, Holland, Germany. Menyatukan negara-negara
dalam satu kesatuan United States adalah tantangan pada saat itu. Oleh karena itu,
ada enam simbol utama di tengah yang terhubung dengan tiga belas simbol yang
menggambarkan tiga belas negara independen di Amerika Serikat. American Eagle
kemudian menjadi simbol perekatnya.
Pendidikan Multikultural lahir di Amerika karena tuntutan atas persamaan
hak ketika Amerika didominasi oleh non native American yang terdiri dari white
American dan minoritas Black american serta native American, yaitu Indian, ketika
equity and equality menjadi pedoman hidup.
Pendidikan Multikultural muncul di Amerika sebagai sebuah
kebutuhan karena tiga alasan utama, yaitu:
•realitas sosial masyarakat Amerika
•pengaruh budaya dan etnis pada pertumbuhan dan perkembangan manusia
•kondisi pengajaran dan pembelajaran yang efektif
Selanjutnya, menurut Nieto, multicultural education memiliki tujuh
karakter dasar, yaitu:
•Multicultural education is anti-racist education.
•Multicultural education is basic education.
•Multicultural education is important for all students.
•Multicultural education is pervasive.
•Multicultural education is education for social justice.
•Multicultural education is a process.
•Multicultural education is critical pedagogy.
Sedang menurut Banks & Banks, multicultural education
memiliki tiga hal, yaitu gagasan atau konsep, gerakan reformasi
pendidikan, dan sebuah proses. Ke-tiga hal tersebut bukan hanya
menggabungkan gagasan yang memungkinkan setiap siswa memiliki
peluang yang sama untuk belajar di sekolah, apapun latar belakangnya
untuk belajar di sekolah, namun juga sebuah proses yang tidak akan pernah
berakhir.
Jadi, semakin jelas bahwa multicultural education itu bukan
diharapkan akan terjadi semacam komunikasi budaya atau cross culture
seperti di Indonesia, karena paham dasarnya, namun lebih kepada rekayasa
melalui pendidikan agar golongan minoritas, yang de facto berbeda budaya,
memperoleh kesempatan yang sama dengan golongan mayoritas dalam
bidang pendidikan.
Banyaknya imigran yang membanjiri Australia di
satu sisi memang dapat meningkatkan perekenomian, tetapi
di sisi lain timbul pergesekan-pergesekan antara penduduk
pribumi dengan orang-orang pendatang dari Eropa.
Salah satu sebabnya adalah para pendatang menganggap mereka adalah bangsa yang
lebih pantas menguasai tanah/wilayah Australia sehingga menimbulkan tindak
diskriminasi pada orang-orang Aborigin.
Bentuk diskriminasinya diantaranya adalah:
• Tahun 1791 pemerintah memberi memberi hak berupa kepemilikan tanah kepada
pendatang dari Inggris yang menjadi titik awal penggusuran kaum Aborigin.
• Pada saat Australia menjadi negara persemakmuran tahun 1901 kaum Aborigin
tidak memiliki hak hukum karena dianggap sebagai bagian dari fauna.
• Tahun 1910 pemerintah di berbagai negara bagian mengeluarkan kebijakan untuk
memisahkan keturunan Aborigin berdarah campuran agar lebih baik tingkat
kehidupannya.
• Orang Aborigin tidak boleh menduduki kursi parlemen tingkat nasional.
• Asimilasi lewat perkawinan campuran yang kadang dilakukan dengan paksaan.
Australia
• Pengucilan bagi anak-anak Aborigin yang berbicara dalam bahasa ibu
mereka;
• Pemberian hukuman penjara walau atas dasar tuduhan yang sangat ringan
• Anak-anak Aborigin dipisahkan dari keluarganya untuk diasuh oleh orang
kulit putih dan dijadikan sebagai pekerja/pembantu atau ditempatkan di panti
asuhan untuk "diputihkan" (dididik)
• Penyediaan penampungan-penampungan khusus bagi orang Aborigin yang
masih hidup secara tradisional
• Pemberlakuan masyarakat Aborigin sebagai warga negara kelas dua atau
lebih dikenal dengan istilah Outcast in White Australia.
• Persyaratan yang relatif tinggi bagi orang Aborigin dalam bidang pendidikan.
(hidahidan, 2012; Iswalono, 2013)
Dampak dari diskriminasi orang kulit putih tersebut sangat berpengaruh
terhadap kehidupan orang Aborigin dalam berbagai bidang. Akibatnya, timbul
perpecahan dikalangan masyarakat, terutama antar ras yang berujung pada konflik
berdarah di beberapa pertambangan. Untuk mengatasinya, pemerintah membuat
undang-undang pembatasan imigran, terutama terhadap orang-orang kulit
berwarna. Undang-undang ini kemudian disebut "Immigration Restrict Act" atau
yang dikenal sebagai White Australia Policy (Kebijakan Australia Putih). (Poetrie,
2013). Hal itupun juga dinilai tidak efektif.
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Whitlam Australia menerapkan
tiga langkah strategis untuk menghilangkan diskriminasi ras, yaitu:
(1) undang-undang bahwa semua imigran berhak mendapat kewarganegaraan setelah
tiga tahun tinggal permanen di Australia.
(2) instruksi kebijakan masalah perpindahan penduduk luar negeri untuk benar-benar
mengabaikan ras sebagai faktor dalam pemilihan migran.
(3) meratifikasi semua perjanjian internasional yang berkaitan dengan imigrasi dan
ras.
Kebijakan multikultural tadi didasari pada empat prinsip pokok, yaitu:
(1) tanggung jawab semua.
(2) menghormati setiap orang.
(3) keadilan bagi setiap orang.
(4) manfaat bagi semua untuk mendapatkan keuntungan.
Multikulturalisme disebarluaskan melalui beberapa cara,salah satunya
melalui lembaga pendidikan. Adapun tujuannya adalah memberi pengertian
bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya di dalam
sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropa; menemukan
kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun
Australia; memberi pengertian antarbudaya melalui kajian-kajian tingkah laku,
kepercayaan, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme; dan
memperluas kesadaran akan penerimaan seseorang akan identitaas nasional dan
identitas spesifik di dalam masyarakat multi budaya.
Implikasi Multikulturalisme di Australia
Kebijakan Multikulturalisme yang diterapkan oleh pemerintah Australia
dalam perkembangannya ternyata tidak berjalan mulus. Kebijakan ini
memunculkan reaksi-reaksi dari berbagai kalangan . Menurut orang-orang Anglo-
Australian yang ingin mempertahankan bentuk masyarakat homogen, dengan
diterapkannya kebijakan multikulturalisme berarti terancamnya hegemoni
identitas dan unsur-unsur kebudayaan mereka.
Di kalangan imigran juga muncul berbagai reaksi atas kebijakan
multikulturalisme karena dalam prakteknya lebih menekankan pada aspek
etnisitas. Banyak kalangan yang menganggap bahwa multikulturalisme sebagai
semboyan kosong. Demikian juga dengan sikap pribumi (Aborigin) yang melihat
bahwa dengan adanya kebijakan ini mereka kehilangan kepercayaan terhadap
pemerintahan Australia sendiri. Mereka merasa bahwa berbagai kebijakan yang
diterapkan tidak lain hanyalah upaya kontrol sosial terhadap kebudayaan mereka.
Kebijakan multikulturalisme yang diharapkan oleh pemerintah
Australia mampu menghapuskan segala diskriminasi dan menumbuhkan sikap
toleran serta membina kerukunan ternyata belum dapat diterapkan secara
menyeluruh. Sisa-sisa kebijakan White Australia Policy yang menganggap ras
kulit putih sebagai superior dan memandang remeh ras berwarna masih
dijumpai. Hal ini menggambarkan bahwa walaupun telah banyak diberlakukan
undang-undang tentang multikulturalisme, tetapi masyarakat kulit putih di
Australia belum sepenuhnya dapat menghilangkan sentimen rasialisme
terhadap ras berwana. Kebijakan Multikulturalisme berujung pada instabilitas
politik dalam negeri Australia akibat konflik-konflik sosial yang menyangkut
masalah etnisitas dalam setiap aspek kehidupan.
BRITANIA RAYA
Pendidikan multikultural di Inggris terkait dengan perkembangan revolusi
industri ada tahun 1650an. Pada awalnya inggris terkenal sebagai masyarakat yang
monokultur dan baru sesudah PD II menjadi multikultur ketika kedatangan tenaga
kerja untuk pembangunan dari kepulauan Karibia dan India. Meskipun oleh
pemerintah Inggris telah berusaha memperbaiki kehidupan kelompok kulit berwarna
ini, ternyata didalam masyarakat terlihat adanya pembedaan-pembedaan didalam
perumahan,tenaga kerja,dan pendidikan.
Pendidikan multikultural berkembang sejalan dengan kaum imigran yang
memasuki Inggris, namun masih terdapat perlakuan yang diskriminatif sehingga
memunculkan berbagai gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini
merupakan gerakan politik yang di dukung pandangan liberal, demokrasi dan gerakan
kesetaraan manusia. Hal ini tidak lepas dari pemikiran kelompok progresif di
Unniversitas Birmingham yang melahirkan study budaya (cultural studies) pada tahun
1964 yang mengetengahkan pemikiran progresif kaum terpinggirkan yang didukung
oleh Kaum Buruh (Labor Party).
Pendidikan multikultural terjadi karena dorongan dari bawah,
yaitu kelompok liberal (Orang Putih) bersama dengan kelompok kulit
berwarna. Hal ini diperkuat oleh politik imigrasi melalui Undang-Undang
Commonwealth Immigrant. Act tahun 1962 yang mengubah status kelompok
kulit berwarna dari kelompok imigran menjadi “shelter” (penghuni tetap).
Pada tahun 1968 didirikan Select Community on Race Relations
and Immigration (SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigrasi.
Kesempatan ini digunakan oleh kaum imigran terutama dari Hindia Barat
dan Asia untuk mengetengahkan permasalahannya. Pada tahun 1973 laporan
SCRRI brkontribusi terhadap pendidikan kelompok imigran :
1. Bahasa inggris sebagai bahasa kedua.
2. Penggantian istilah imigran dengan masyarakat multirasial (multiracial
society).
3. Menuntut pendidikan yang lebih baik.
4. Meminta untuk memenuhi tuntutan National Union of Teachers (NUT)
akan adanya pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat multiracial..
5. Merumuskan bahwa pengertian seperti integrasi,asimilasi,pluralisme
dapat digunakan untuk menggambarkan hal yang sama. (Tilaar,2004)
Pada tahun 1981 terjadi perubahan yang signifikan dengan terbitnya
British Nationality Act yang menghendaki agar Pendidikan Multikultural bukan
hanya terlihat dibidang pendidkan namun juga forum-forum pendidikan masyarakat
seperti jaringan Televisi BBC.
Tahun 1988 diundangkan Education Reform Act (ERA) yang mengandung
dua arti, yaitu paham neoliberalisme yang percaya pada kekuatan pasar, dan
neokonservatisme yang memberi kekuatan besar pada kontrol pusat. Paham
neoliberalisme memberi kekuasaan yang lebih besar pada masing-masing sekolah
untuk mengurus dirinya sendiri demikian juga kepada pemerintah lokal. Pandangan
pendidikan agama yang bersifat kristiani. Namun pelaksanaan kebijakan ini berarti
memperkecil kesempatan bagi kelompok kulit berwarna untuk mendapat pendidikan
yang layak. Kelompok kulit berwarna tidak kompetitif dengan budaya dominan yang
menguasai sumber pendidikan. demikian juga dalam penulisan sejarah Inggris raya
yang kurang menguntungkan kelompok minoritas.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Banks mengemukakakan empat
pendekatan yang mengintegrasikan materi
pendidikan multikultural kedalam kurikulum
maupun pembelajaran disekolah yang relevan :
a. Pendekatan Kontribusi, menanamkan
pemikiran pada siswa bahwa hidupbahwa
kehidupan manusia antara tempat satu dan
yang lain sangat beragam.
b. Pendekatan Aditif, penambahan konsep,
materi, tema, perspektif terhadap kurikulum
tanpa mengubah struktur, tujuan, dan
karakteristik dasarnya.
c. Pendekatan Transformasi, mengubah asumsi
dasar kurikulum dan menumbuhkan
kompetensi dasar dengan memperhatika
permasalahan dari berbagai perspektif.
d. Pendekatan Aksi Sosial, sama dengan
pendekatan transformasi hanya saja kita juga
harus membuat aksi dari suatu konsep atau
masalah yang dipelajari.
MYANMAR
Myanmar terdiri dari beragam suku etnis seperti Birman, Karen, Shan,
Rakhine, Cina, dan India. Warga negara Myanmar merupakan keturuan ras
Mongol, India, dan juga Pakistan. Budha adalah agama yang dipeluk oleh
mayoritas warga. Di Yangoon, khususnya, terdapat banyak sekali pagoda.
Meskipun demikian, masjid dan gereja juga masih dapat ditemui. Sama
seprti di Indonesia, setiap daerah di Myanmar memiliki tarian daerah
masing-masing yang biasanya ditampilkan pada saat acara. Menjadi bekas
wilayah jajahan Spanyol yang gemar bermusik membuat kebudayaan dan
tradisi Spanyol dibaurkan dengan kebudayaan Myanmar.
Myanmar adalah negara yang keras, yang lahir setelah dibunuhnya
seorang pemimpin perjuangan kemerdekaan yang juga seorang integrasionis
Jenderal Aung San, bapak dari Aung San Suu Kyi, pada 19 Juli 1947, kurang lebih
setengah tahun sebelum kemerdekaan Burma pada 4 Januari 1948. Tarik-ulur
perjuangan integrasi dan warisan kekerasan yang berkaitan dengan pembunuhan
Jenderal Aung San masih menghantui Myanmar hingga kini.
Di usianya yang 69 tahun, politik Myanmar didominasi oleh mayoritas
Buddhis Bamar yang mengampanyekan tafsir Buddhisme yang rasis. Bamar dan
135 etnis lain secara resmi digolongkan ke dalam delapan “ras mayor nasional”,
yakni Bamar, Chin, Kachin, Kayin, Kayah, Mon, Rakhine, dan Shan. Delapan ras
ini diakui sebagai penduduk pribumi Myanmar. Etnis lain digolongkan sebagai
orang luar atau imigran gelap, sebagaimana kasus yang menimpa Muslim
Rohingya. Umat Buddha Theravada dan Kristen merupakan dua komunitas
religius terbesar di Myanmar. Umat Buddha mencakup 89,9 persen populasi;
Kristiani 6,3 persen; dan Muslim 2,3 persen.
Rohingya, dengan jumlah sekitar satu juta dan merupakan penduduk
negara bagian Rakhine, yang sebelumnya merupakan Kerajaan Arakan. Kaum
Rohingya dinyatakan sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan disebut dengan
istilah peyoratif “kalla”, yang bermakna orang-orang berkulit gelap. Rohingya,
yang juga dikenal sebagai Muslim Arakan, memiliki sejarah panjang kehadiran di
wilayah itu sejak era Kerajaan Arakan bersama kaum Buddhis Arakan. Identitas
Muslim Arakan ini ditolak kaum Buddhis nasionalis untuk melemahkan legitimasi
klaim mereka atas kewarganegaraan Myanmar.
Selain isu Rohingya, Myanmar kini juga menyaksikan munculnya
gerakan ekstremis Buddhis nasionalis bernama Ma Ba Tha, yang dikenal juga
dengan Gerakan 969. Pada 2015, gerakan ini menekan rezim militer di bawah
Presiden Thein Sein untuk meloloskan Undang-Undang Perlindungan Ras dan
Agama yang menyasar minoritas Muslim. Undang-undang ini mewajibkan “jeda
melahirkan” bagi perempuan; pernikahan monogami; pernikahan yang didaftarkan
jika seorang perempuan Buddhis hendak menikah dengan lelaki non-Buddhis; dan
peraturan mengenai konversi agama. Gerakan 969 memandang kaum Muslim
sebagai orang-orang yang berbahaya.
http://asiswanto.net/?page_id=1622
http://uun-halimah.blogspot.co.id/2016/06/multikulturalisme-di-
australia.html
http://www.academia.edu/6302031/Pendidikan_Multikultural_di_Inggr
is
https://crcs.ugm.ac.id/news/11394/islam-di-myanmar-bacaan-
pengantar.html
REFERENSI
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

Landasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulumLandasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulumUlfia Rahmi
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikanalvianica nanda
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajarandhea_nattasha
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaSiti Sya'anah
 
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975Amphie Yuurisman
 
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILAArtikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILARaha Sia
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarLatar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarUniversitas Lampung
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Dedi Yulianto
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiMuhamad Yogi
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Pendekatan filsafat
Pendekatan filsafatPendekatan filsafat
Pendekatan filsafatAngga Wijaya
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamRohman Efendi
 

What's hot (20)

Landasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulumLandasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulum
 
Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
 
Positivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Positivisme dalam Pendidikan
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media PembelajaranPertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
Pertanyaan-pertanyaan seputar Media Pembelajaran
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinya
 
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kinippt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
 
Ppt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi IndonesiaPpt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi Indonesia
 
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
SEJARAH KURIKULUM TAHUN 1947, 1952, 1968, 1975
 
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILAArtikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
Artikel pendidikan kewarganegaraan, PANCASILA
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah DasarLatar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Latar Belakang Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan Globalisasi
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Pendekatan filsafat
Pendekatan filsafatPendekatan filsafat
Pendekatan filsafat
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 

Similar to PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BERBAGAI NEGARA

Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadunBudaya dan tamadun
Budaya dan tamadunRohana Badri
 
Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadun Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadun Suriey Zack
 
Sejarah Pendidikan Multikultural
Sejarah Pendidikan MultikulturalSejarah Pendidikan Multikultural
Sejarah Pendidikan MultikulturalAbid Nurhuda
 
Masalah perpaduan di malaysia
Masalah perpaduan di malaysiaMasalah perpaduan di malaysia
Masalah perpaduan di malaysiaDeeba Arumugam
 
Kelas xi iis copy
Kelas xi iis   copyKelas xi iis   copy
Kelas xi iis copyNurliza24
 
Kelas xi iis
Kelas xi iisKelas xi iis
Kelas xi iisNurliza24
 
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bMasyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bResti Muliani
 
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdfUTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdfsnur73946
 
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...Dian Anisa Putri
 
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara Bangsa
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara BangsaProses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara Bangsa
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara BangsaZailani Baharuddin
 
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptxSolin123
 
Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeJuwita Yulianto
 
M2 pendekatan dalam hubungan etnik
M2   pendekatan dalam hubungan etnikM2   pendekatan dalam hubungan etnik
M2 pendekatan dalam hubungan etnikAnonymous
 

Similar to PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BERBAGAI NEGARA (20)

Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadunBudaya dan tamadun
Budaya dan tamadun
 
Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadun Budaya dan tamadun
Budaya dan tamadun
 
Sejarah Pendidikan Multikultural
Sejarah Pendidikan MultikulturalSejarah Pendidikan Multikultural
Sejarah Pendidikan Multikultural
 
Unit 1
Unit 1Unit 1
Unit 1
 
Masalah perpaduan di malaysia
Masalah perpaduan di malaysiaMasalah perpaduan di malaysia
Masalah perpaduan di malaysia
 
Kelas xi iis copy
Kelas xi iis   copyKelas xi iis   copy
Kelas xi iis copy
 
Kelas xi iis
Kelas xi iisKelas xi iis
Kelas xi iis
 
Buku sejarah pemuda muslimin
Buku sejarah pemuda musliminBuku sejarah pemuda muslimin
Buku sejarah pemuda muslimin
 
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bMasyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
 
MULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISMEMULTIKULTURALISME
MULTIKULTURALISME
 
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdfUTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
UTS, Siti Nur Khasanah, Akuntansi (1).pdf
 
Nasionalisme
NasionalismeNasionalisme
Nasionalisme
 
Multikulturalisme
MultikulturalismeMultikulturalisme
Multikulturalisme
 
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
Munculnya paham baru di dunia dan hubungan pola kehidupan kekotaan dengan mun...
 
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara Bangsa
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara BangsaProses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara Bangsa
Proses Integrasi Membentuk Penyatuan Negara Bangsa
 
Bab 2 potret hubungan etnik
Bab 2   potret hubungan etnikBab 2   potret hubungan etnik
Bab 2 potret hubungan etnik
 
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx
6._HARMONI_AGAMA_DAN_BUDAYA[.pptx
 
Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah Multikuturalisme
 
Multikulturalisme
MultikulturalismeMultikulturalisme
Multikulturalisme
 
M2 pendekatan dalam hubungan etnik
M2   pendekatan dalam hubungan etnikM2   pendekatan dalam hubungan etnik
M2 pendekatan dalam hubungan etnik
 

Recently uploaded

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI BERBAGAI NEGARA

  • 2. Pendidikan Multikultural Di Berbagai Negara USA AUSTRALA UNITED KINGDOM MYANMAR
  • 3. Amerika Serikat E Pluribus Unum digunakan oleh Congress America pada 4 Juli 1776. England, Scotland, Ireland, France, Holland, Germany. Menyatukan negara-negara dalam satu kesatuan United States adalah tantangan pada saat itu. Oleh karena itu, ada enam simbol utama di tengah yang terhubung dengan tiga belas simbol yang menggambarkan tiga belas negara independen di Amerika Serikat. American Eagle kemudian menjadi simbol perekatnya. Pendidikan Multikultural lahir di Amerika karena tuntutan atas persamaan hak ketika Amerika didominasi oleh non native American yang terdiri dari white American dan minoritas Black american serta native American, yaitu Indian, ketika equity and equality menjadi pedoman hidup.
  • 4. Pendidikan Multikultural muncul di Amerika sebagai sebuah kebutuhan karena tiga alasan utama, yaitu: •realitas sosial masyarakat Amerika •pengaruh budaya dan etnis pada pertumbuhan dan perkembangan manusia •kondisi pengajaran dan pembelajaran yang efektif Selanjutnya, menurut Nieto, multicultural education memiliki tujuh karakter dasar, yaitu: •Multicultural education is anti-racist education. •Multicultural education is basic education. •Multicultural education is important for all students. •Multicultural education is pervasive. •Multicultural education is education for social justice. •Multicultural education is a process. •Multicultural education is critical pedagogy.
  • 5. Sedang menurut Banks & Banks, multicultural education memiliki tiga hal, yaitu gagasan atau konsep, gerakan reformasi pendidikan, dan sebuah proses. Ke-tiga hal tersebut bukan hanya menggabungkan gagasan yang memungkinkan setiap siswa memiliki peluang yang sama untuk belajar di sekolah, apapun latar belakangnya untuk belajar di sekolah, namun juga sebuah proses yang tidak akan pernah berakhir. Jadi, semakin jelas bahwa multicultural education itu bukan diharapkan akan terjadi semacam komunikasi budaya atau cross culture seperti di Indonesia, karena paham dasarnya, namun lebih kepada rekayasa melalui pendidikan agar golongan minoritas, yang de facto berbeda budaya, memperoleh kesempatan yang sama dengan golongan mayoritas dalam bidang pendidikan.
  • 6. Banyaknya imigran yang membanjiri Australia di satu sisi memang dapat meningkatkan perekenomian, tetapi di sisi lain timbul pergesekan-pergesekan antara penduduk pribumi dengan orang-orang pendatang dari Eropa. Salah satu sebabnya adalah para pendatang menganggap mereka adalah bangsa yang lebih pantas menguasai tanah/wilayah Australia sehingga menimbulkan tindak diskriminasi pada orang-orang Aborigin. Bentuk diskriminasinya diantaranya adalah: • Tahun 1791 pemerintah memberi memberi hak berupa kepemilikan tanah kepada pendatang dari Inggris yang menjadi titik awal penggusuran kaum Aborigin. • Pada saat Australia menjadi negara persemakmuran tahun 1901 kaum Aborigin tidak memiliki hak hukum karena dianggap sebagai bagian dari fauna. • Tahun 1910 pemerintah di berbagai negara bagian mengeluarkan kebijakan untuk memisahkan keturunan Aborigin berdarah campuran agar lebih baik tingkat kehidupannya. • Orang Aborigin tidak boleh menduduki kursi parlemen tingkat nasional. • Asimilasi lewat perkawinan campuran yang kadang dilakukan dengan paksaan. Australia
  • 7. • Pengucilan bagi anak-anak Aborigin yang berbicara dalam bahasa ibu mereka; • Pemberian hukuman penjara walau atas dasar tuduhan yang sangat ringan • Anak-anak Aborigin dipisahkan dari keluarganya untuk diasuh oleh orang kulit putih dan dijadikan sebagai pekerja/pembantu atau ditempatkan di panti asuhan untuk "diputihkan" (dididik) • Penyediaan penampungan-penampungan khusus bagi orang Aborigin yang masih hidup secara tradisional • Pemberlakuan masyarakat Aborigin sebagai warga negara kelas dua atau lebih dikenal dengan istilah Outcast in White Australia. • Persyaratan yang relatif tinggi bagi orang Aborigin dalam bidang pendidikan. (hidahidan, 2012; Iswalono, 2013) Dampak dari diskriminasi orang kulit putih tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan orang Aborigin dalam berbagai bidang. Akibatnya, timbul perpecahan dikalangan masyarakat, terutama antar ras yang berujung pada konflik berdarah di beberapa pertambangan. Untuk mengatasinya, pemerintah membuat undang-undang pembatasan imigran, terutama terhadap orang-orang kulit berwarna. Undang-undang ini kemudian disebut "Immigration Restrict Act" atau yang dikenal sebagai White Australia Policy (Kebijakan Australia Putih). (Poetrie, 2013). Hal itupun juga dinilai tidak efektif.
  • 8. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Whitlam Australia menerapkan tiga langkah strategis untuk menghilangkan diskriminasi ras, yaitu: (1) undang-undang bahwa semua imigran berhak mendapat kewarganegaraan setelah tiga tahun tinggal permanen di Australia. (2) instruksi kebijakan masalah perpindahan penduduk luar negeri untuk benar-benar mengabaikan ras sebagai faktor dalam pemilihan migran. (3) meratifikasi semua perjanjian internasional yang berkaitan dengan imigrasi dan ras. Kebijakan multikultural tadi didasari pada empat prinsip pokok, yaitu: (1) tanggung jawab semua. (2) menghormati setiap orang. (3) keadilan bagi setiap orang. (4) manfaat bagi semua untuk mendapatkan keuntungan. Multikulturalisme disebarluaskan melalui beberapa cara,salah satunya melalui lembaga pendidikan. Adapun tujuannya adalah memberi pengertian bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropa; menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun Australia; memberi pengertian antarbudaya melalui kajian-kajian tingkah laku, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme; dan memperluas kesadaran akan penerimaan seseorang akan identitaas nasional dan identitas spesifik di dalam masyarakat multi budaya.
  • 9. Implikasi Multikulturalisme di Australia Kebijakan Multikulturalisme yang diterapkan oleh pemerintah Australia dalam perkembangannya ternyata tidak berjalan mulus. Kebijakan ini memunculkan reaksi-reaksi dari berbagai kalangan . Menurut orang-orang Anglo- Australian yang ingin mempertahankan bentuk masyarakat homogen, dengan diterapkannya kebijakan multikulturalisme berarti terancamnya hegemoni identitas dan unsur-unsur kebudayaan mereka. Di kalangan imigran juga muncul berbagai reaksi atas kebijakan multikulturalisme karena dalam prakteknya lebih menekankan pada aspek etnisitas. Banyak kalangan yang menganggap bahwa multikulturalisme sebagai semboyan kosong. Demikian juga dengan sikap pribumi (Aborigin) yang melihat bahwa dengan adanya kebijakan ini mereka kehilangan kepercayaan terhadap pemerintahan Australia sendiri. Mereka merasa bahwa berbagai kebijakan yang diterapkan tidak lain hanyalah upaya kontrol sosial terhadap kebudayaan mereka.
  • 10. Kebijakan multikulturalisme yang diharapkan oleh pemerintah Australia mampu menghapuskan segala diskriminasi dan menumbuhkan sikap toleran serta membina kerukunan ternyata belum dapat diterapkan secara menyeluruh. Sisa-sisa kebijakan White Australia Policy yang menganggap ras kulit putih sebagai superior dan memandang remeh ras berwarna masih dijumpai. Hal ini menggambarkan bahwa walaupun telah banyak diberlakukan undang-undang tentang multikulturalisme, tetapi masyarakat kulit putih di Australia belum sepenuhnya dapat menghilangkan sentimen rasialisme terhadap ras berwana. Kebijakan Multikulturalisme berujung pada instabilitas politik dalam negeri Australia akibat konflik-konflik sosial yang menyangkut masalah etnisitas dalam setiap aspek kehidupan.
  • 11. BRITANIA RAYA Pendidikan multikultural di Inggris terkait dengan perkembangan revolusi industri ada tahun 1650an. Pada awalnya inggris terkenal sebagai masyarakat yang monokultur dan baru sesudah PD II menjadi multikultur ketika kedatangan tenaga kerja untuk pembangunan dari kepulauan Karibia dan India. Meskipun oleh pemerintah Inggris telah berusaha memperbaiki kehidupan kelompok kulit berwarna ini, ternyata didalam masyarakat terlihat adanya pembedaan-pembedaan didalam perumahan,tenaga kerja,dan pendidikan. Pendidikan multikultural berkembang sejalan dengan kaum imigran yang memasuki Inggris, namun masih terdapat perlakuan yang diskriminatif sehingga memunculkan berbagai gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini merupakan gerakan politik yang di dukung pandangan liberal, demokrasi dan gerakan kesetaraan manusia. Hal ini tidak lepas dari pemikiran kelompok progresif di Unniversitas Birmingham yang melahirkan study budaya (cultural studies) pada tahun 1964 yang mengetengahkan pemikiran progresif kaum terpinggirkan yang didukung oleh Kaum Buruh (Labor Party).
  • 12. Pendidikan multikultural terjadi karena dorongan dari bawah, yaitu kelompok liberal (Orang Putih) bersama dengan kelompok kulit berwarna. Hal ini diperkuat oleh politik imigrasi melalui Undang-Undang Commonwealth Immigrant. Act tahun 1962 yang mengubah status kelompok kulit berwarna dari kelompok imigran menjadi “shelter” (penghuni tetap). Pada tahun 1968 didirikan Select Community on Race Relations and Immigration (SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigrasi. Kesempatan ini digunakan oleh kaum imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk mengetengahkan permasalahannya. Pada tahun 1973 laporan SCRRI brkontribusi terhadap pendidikan kelompok imigran : 1. Bahasa inggris sebagai bahasa kedua. 2. Penggantian istilah imigran dengan masyarakat multirasial (multiracial society). 3. Menuntut pendidikan yang lebih baik. 4. Meminta untuk memenuhi tuntutan National Union of Teachers (NUT) akan adanya pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat multiracial.. 5. Merumuskan bahwa pengertian seperti integrasi,asimilasi,pluralisme dapat digunakan untuk menggambarkan hal yang sama. (Tilaar,2004)
  • 13. Pada tahun 1981 terjadi perubahan yang signifikan dengan terbitnya British Nationality Act yang menghendaki agar Pendidikan Multikultural bukan hanya terlihat dibidang pendidkan namun juga forum-forum pendidikan masyarakat seperti jaringan Televisi BBC. Tahun 1988 diundangkan Education Reform Act (ERA) yang mengandung dua arti, yaitu paham neoliberalisme yang percaya pada kekuatan pasar, dan neokonservatisme yang memberi kekuatan besar pada kontrol pusat. Paham neoliberalisme memberi kekuasaan yang lebih besar pada masing-masing sekolah untuk mengurus dirinya sendiri demikian juga kepada pemerintah lokal. Pandangan pendidikan agama yang bersifat kristiani. Namun pelaksanaan kebijakan ini berarti memperkecil kesempatan bagi kelompok kulit berwarna untuk mendapat pendidikan yang layak. Kelompok kulit berwarna tidak kompetitif dengan budaya dominan yang menguasai sumber pendidikan. demikian juga dalam penulisan sejarah Inggris raya yang kurang menguntungkan kelompok minoritas.
  • 14. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Banks mengemukakakan empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural kedalam kurikulum maupun pembelajaran disekolah yang relevan : a. Pendekatan Kontribusi, menanamkan pemikiran pada siswa bahwa hidupbahwa kehidupan manusia antara tempat satu dan yang lain sangat beragam. b. Pendekatan Aditif, penambahan konsep, materi, tema, perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik dasarnya. c. Pendekatan Transformasi, mengubah asumsi dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar dengan memperhatika permasalahan dari berbagai perspektif. d. Pendekatan Aksi Sosial, sama dengan pendekatan transformasi hanya saja kita juga harus membuat aksi dari suatu konsep atau masalah yang dipelajari.
  • 15. MYANMAR Myanmar terdiri dari beragam suku etnis seperti Birman, Karen, Shan, Rakhine, Cina, dan India. Warga negara Myanmar merupakan keturuan ras Mongol, India, dan juga Pakistan. Budha adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas warga. Di Yangoon, khususnya, terdapat banyak sekali pagoda. Meskipun demikian, masjid dan gereja juga masih dapat ditemui. Sama seprti di Indonesia, setiap daerah di Myanmar memiliki tarian daerah masing-masing yang biasanya ditampilkan pada saat acara. Menjadi bekas wilayah jajahan Spanyol yang gemar bermusik membuat kebudayaan dan tradisi Spanyol dibaurkan dengan kebudayaan Myanmar.
  • 16. Myanmar adalah negara yang keras, yang lahir setelah dibunuhnya seorang pemimpin perjuangan kemerdekaan yang juga seorang integrasionis Jenderal Aung San, bapak dari Aung San Suu Kyi, pada 19 Juli 1947, kurang lebih setengah tahun sebelum kemerdekaan Burma pada 4 Januari 1948. Tarik-ulur perjuangan integrasi dan warisan kekerasan yang berkaitan dengan pembunuhan Jenderal Aung San masih menghantui Myanmar hingga kini. Di usianya yang 69 tahun, politik Myanmar didominasi oleh mayoritas Buddhis Bamar yang mengampanyekan tafsir Buddhisme yang rasis. Bamar dan 135 etnis lain secara resmi digolongkan ke dalam delapan “ras mayor nasional”, yakni Bamar, Chin, Kachin, Kayin, Kayah, Mon, Rakhine, dan Shan. Delapan ras ini diakui sebagai penduduk pribumi Myanmar. Etnis lain digolongkan sebagai orang luar atau imigran gelap, sebagaimana kasus yang menimpa Muslim Rohingya. Umat Buddha Theravada dan Kristen merupakan dua komunitas religius terbesar di Myanmar. Umat Buddha mencakup 89,9 persen populasi; Kristiani 6,3 persen; dan Muslim 2,3 persen.
  • 17. Rohingya, dengan jumlah sekitar satu juta dan merupakan penduduk negara bagian Rakhine, yang sebelumnya merupakan Kerajaan Arakan. Kaum Rohingya dinyatakan sebagai imigran ilegal dari Bangladesh dan disebut dengan istilah peyoratif “kalla”, yang bermakna orang-orang berkulit gelap. Rohingya, yang juga dikenal sebagai Muslim Arakan, memiliki sejarah panjang kehadiran di wilayah itu sejak era Kerajaan Arakan bersama kaum Buddhis Arakan. Identitas Muslim Arakan ini ditolak kaum Buddhis nasionalis untuk melemahkan legitimasi klaim mereka atas kewarganegaraan Myanmar. Selain isu Rohingya, Myanmar kini juga menyaksikan munculnya gerakan ekstremis Buddhis nasionalis bernama Ma Ba Tha, yang dikenal juga dengan Gerakan 969. Pada 2015, gerakan ini menekan rezim militer di bawah Presiden Thein Sein untuk meloloskan Undang-Undang Perlindungan Ras dan Agama yang menyasar minoritas Muslim. Undang-undang ini mewajibkan “jeda melahirkan” bagi perempuan; pernikahan monogami; pernikahan yang didaftarkan jika seorang perempuan Buddhis hendak menikah dengan lelaki non-Buddhis; dan peraturan mengenai konversi agama. Gerakan 969 memandang kaum Muslim sebagai orang-orang yang berbahaya.