Dokumen tersebut membahas karakteristik bahaya, skenario kejadian, dan asumsi dampak bencana dalam penyusunan dokumen rencana kontijensi. Termasuk contoh skenario letusan Gunung Agung dan gempa Lembang beserta asumsi dampaknya seperti korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan dampak ekonomi.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Setelah Pembelajaran Peserta diharapkan Mampu memahami
karakteristik bahaya, scenario kejadian, dan asumsi dampak bencana
dengan baik
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan pembelajaran, mata Pelatihan Konsep
Rencana Kontinjensi Bencana, peserta diharapkan mampu
memahami Penentuan dan Karakteristik Bahaya dan Penyusunan
scenario Kejadian dan asumsi dampak bencana
3. Materi
Karakteristik Bahaya,
Skenario Kejadian dan
Asumsi Dampak
Bencana
Sub Materi Pokok
• Penentuan Bahaya
• Karakteristik Bahaya
• Skenario Kejadian
(parameter, kisi2, dimensi lokasi)
• Asumsi Dampak
(konsekuensi seketika dari kejadian bencana
dalam hal luasan dari kajadiannya, akibat
kepada manusia,fisik, pelayanan dasar)
4. Format Dokumen Renkon
(Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Kontingensi. Edisi IV)
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Landasan Hukum
c. Kebijakan dan Strategi
d. Maksud dan Tujuan
e. Ruang Lingkup
2. SITUASI JENIS BAHAYA, SKENARIO KEJADIAN DAN
DAMPAK
a. Karakteristik Bahaya
b. Skenario Kejadian
c. Asumsi Dampak
3. TUGAS POKOK
a. Tugas Pokok
b. Sasaran
4. PELAKSANAAN
a. Konsep Operasi dan Sasaran Tindakan
b. Struktur Organisasi Komando
c. Kegiatan Pokok
d. Tugas Bidang-Bindang
e. Instruksi Koordinasi
5. ADMINISTRASI DAN LOGISTIK
a. Administrasi
b. Logistik
6. PENGENDALIAN
a. Komando
b. Kendali
c. Koordinasi
d. Komunikasi
e. Informasi
7. Daftar Lampiran
5. SITUASI JENIS BAHAYA
KARAKTERISTIK BAHAYA BENCANA (ANCAMAN)
Setiap jenis bencana mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan
masalah yang diakibatkannya dimana indikatornya ditentukan oleh
komponen pembangun bencana itu sendiri dan dampak yang
ditimbulkan.
Setiap ancaman mempunyai karakteristik yang khas yang dipengaruhi
oleh posisi geologis, posisi astronomis, sumberdaya yang tersedia di
lokasi tersebut (lingkungan, infrastruktur, ekonomi, sosial-budaya,
kebijakan), dan perilaku manusianya.
6. Contoh: Karakter Letusan Erupsi Gunung Agung
Pola dan sebaran hasil erupsi lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963
menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah bersifat eksplosif
(letusan, dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan
efusif berupa aliran awan panas, dan aliran lava. Lava yang meleler antara 19 Februari
dan 17 Maret 1963 mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang
paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64 m dan mencapai jarak ± 7.290 m
Di Gunungapi Agung terdapat dua macam awan panas, yakni awan panas letusan dan awan
panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan besar. Kecepatan dari
awan letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah rata-rata 60 km per jam
dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh 13 km, yakni di T. Luah dan di sebelah
utara 14 km di T. Daya.
Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963 terbatas pada lereng
selatan dan utara saja, karena baik di barat maupun di sebelah timur kawah ada sebuah
punggung. Kedua punggung ini memanjang dari barat ke timur.
Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian timur dipecah oleh punggung
menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara. Demikian awan panas di sebelah barat
dipecah oleh punggung barat ke jurusan baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang
terjadi selama kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas ±70km2 dan menyebabkan jatuh
863 korban manusia.
7. SKENARIO KEJADIAN
Skenario kejadian adalah prakiraan kejadian yang mungkin timbul
akibat suatu bencana yg melanda.
Pengembangan skenario kejadian bencana meliputi lokasi, waktu,
durasi, frekuensi, durasi, periode, luasan terdampak, intensitas,
kecepatan kejadian, jarak, proses, serta potensi ancaman lanjutan atau
ikutannya
Skenario kejadian disusun berdasarkan data ilmiah dan potensi
bencana terbaru. Skenario kejadian dikembangkan oleh pemangku
kepentingan dengan memperhatikan masukan dari narasumber atau
pakar yang kompeten dibidangnya serta mempertimbangkan sejarah
kebencanaan.
8. Contoh Skenario Gempa Sesar Lembang M6.8
• Waktu kejadian: Jumat, 26 April 2019, Pk.
10.00 WIB
• Magnitudo 6,8 (PuSGeN, 2017)
• Episenter: 6°50'1.17"S ; 107°38'5.98"E
(bintang merah)
• Kedalaman : 10 km
• Durasi goncangan gempa utama: 60 detik
• Gempa susulan: 60 kali dalam 24 jam,
terdistribusi arah barat-timur
• Bahaya ikutan:
- Longsor di beberapa lokasi
- Kebakaran
Garis Sesar Lembang: Mudrikh Daryono dkk, 2019; PuSGeN 2017
http://bit.ly/Sesarlembang
9. Contoh Ringkasan Skenario Kejadian
ASUMSI WAKTU
KEJADIAN
Rabu, 1 Januari XXXX
Pukul 02:00:00 WIB Dini hari
LOKASI GEMPA /
EPISENTRUM &
MAGNITUDE
6°50'1.17"S ; 107°38'5.98"E (Lembang Kab. Bandung Barat)
Magnitude 6,8
Intensitas VI-VII MMI.
Kedalaman 10 KM
Durasi goncangan 60”
Gempa susulan 60 kali dalam 24 jam terdistribusi arah barat-timur.
CAKUPAN WILAYAH
TERDAMPAK
Kabupaten Bandung Barat, meliputi wilayah kecamatan Lembang, Parongpong,
Cisarua, Padalarang & Ngamprah.
Wilayah lain di Kota Cimahi, Kota Bandung, Kab. Bandung bagian utara, Kab. Subang
dan Kab. Sumedang bagian barat.
BAHAYA PRIMER Kerusakan akibat goncangan gempa yang sangat kuat hingga sulit berdiri serta
deformasi permukaan pada patahan
BAHAYA SEKUNDER Longsor dan kebakaran di beberapa lokasi
Covid 19
JUMLAH PENDUDUK Jumlah Penduduk Terdampak di Kab. Bandung Barat adalah 1.622.453 jiwa;
Jumlah Penduduk di Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Padalarang,
Ngamprah : 624.876 jiwa; terdiri dari … jiwa laki-laki dan … jiwa perempuan
11. ASUMSI DAMPAK
Asumsi dampak adalah prakiraan dampak negatif yang mungkin
timbul akibat suatu bencana yang melanda.
Kondisi yang diperkirakan terjadi akibat kejadian sesuai skenario yang
sudah disusun sebelumnya.
Asumsi dampak bencana dapat dikembangkan berdasarkan peta risiko
atau peta bahaya, yang mempertimbangkan aspek kerentanan dan
kapasitas publik/ swasta/komunitas yang terkena dampak bencana.
Berupa lingkungan, kependudukan, ekonomi, sarana dan prasarana,
dan layanan sipil pemerintahan. Dapat berupa asumsi terburuk
berdasarkan sejarah kejadian, atau asumsi yang paling mungkin terjadi.
Dikembangkan berdasarkan kesepakatan para pemangku kepentingan.
12. Contoh Asumsi Dampak
Aspek Asumsi Dampak
1. Kependudukan Meninggal dunia: 7.498 jiwa (1.2 % dari jumlah penduduk terpapar di 5
Kecamatan)
Mengungsi: 499.900 jiwa (80 % dari jumlah penduduk terpapar di 5
Kecamatan)
Luka-luka: 124.975 jiwa (20% dari total jumlah penduduk terpapar), dengan
rincian sbb:
Luka berat: 24.955 jiwa (20% dari total penduduk luka - luka)
Luka sedang: 24.955 jiwa (20% dari total penduduk luka - luka)
Luka ringan: 74.985 jiwa (60% dari total penduduk luka - luka)
Wisatawan Lembang tahun 2018 adalah 3.267.086, terdiri dari:
Wisatawan Nusantara 3.247.503 jiwa
Wisatawan Asing 19.583 jiwa
Catatan: Asumsi mengacu kejadian di Gempa Yogya 2006. Mengingat waktu
kejadian pada malam hari, maka perhitungannya digandakan 2 kali lipat
persentasenya
13. Contoh Asumsi Dampak
Aspek Asumsi Dampak
2. Fisik &
Infrastruktur
Rumah terdampak yang rusak: 320.000 unit; rusak berat : 70 % x 320.000 = 224.000 unit; rusak ringan
:30 % x 320.000= 96.000 unit
Jalan: Jalan provinsi 35 m, jalan kab 30 m, jalan nasional 12 m, jalan tol padalarang putus sekitar 5 Km
Jembatan terputus: 5 unit
Bangunan perkantoran bisnis, TNI &Polri: 26 unit + Kecamatan dan Desa 57 unit; ditambah Sekolah Rusak
60 unit di jalur sesar, ditambah sekolah di 5 kecamatan terdampak yang sesuai statistik yaitu SD, SMP,
SMA sederajat sebanyak 1.009 komplek dan 2 perguruan tinggi, maka mengalami kerusakan sedang dan
berat sebesar 70%
Fasilitas kesehatan yang sesuai statistik : 2.811 unit, terdiri dari Rumah bersalin: 77 unit, Rumah Sakit: 7
unit, Puskesmas: 45 unit, Posyandu: 2.190 unit, Praktek Bidan: 394 unit, Apotek: 98 unit; Mengalami
kerusakan & tidak operasional 1.967 unit; Tidak kena dampak & bisa operasional 844 unit
Tempat Ibadah rusak: 80 unit
Tempat Wisata rusak: 63 lokasi
Fasilitas PLN/ Gardu dan BTS rusak : 20 unit
Pipa distribusi air terganggu. PDAM rusak: 2 lokasi
Industri rusak: 9 kawasan
Pasar rusak: 4 kawasan
Stasiun kereta api padalarang rusak: 1 kawasan
Stasiun kereta api cilame rusak : 1 kawasan
14. Contoh Asumsi Dampak
Aspek Asumsi Dampak
3. Ekonomi kecamatan, 52 desa; akses dan layanan nasabah oleh perbankan terganggu harus ke KC induk atau
mengaktifasi layanan darurat perbankan;
Kehilangan dari Sektor Pasar: (pasar buah, pasar sayur, pasar tradisional) aktivitas pasar terhenti dan
pasokan terhenti
Kehilangan dari Sektor Peternakan: Lembang memiliki 25.000 ekor sapi yang mengalami stress, maka
produksi susu berkurang. (KPSBU), ditambah beberapa ternak lain seperti Ayam, Kelinci, dll pun
terdampak langsung. (Dinas Peternakan KBB).
Kehilangan dari Sektor Pertanian: Pasokan pupuk terhenti, Distribusi hasil pertanian terhenti, Tanaman
pertanian mati, Harga hasil pertanian anjlok, Penghasilan/pendapatan petani menurun.
Kehilangan sektor perindustrian: Home industry tidak berjalan dan pemasaran produk terhambat.
Kehilangan dari Sektor Pariwisata:
Biasanya ditahun baru perhotelan dan restaurant di Kawasan Lembang penuh. Maka secara signifikan
Kunjungan wisatawan, hunian hotel & penginapan serta tempat hiburan menurun bahkan ditutup.
Pendapatan di sektor pariwisata akan menurun drastis, khususnya Lembang – Cisarua – Parongpong,
terdapat 10 destinasi yang akan terdampak dan 18 hotel. Hunian hotel akan menurun sampai 60%.
Hotel/penginapan tetap akan terisi oleh para pekerja kemanusiaan.
Pendapatan sektor pariwisata dalam satu tahun sebesar 1,9 milyar. Data 2018 dari pajak hotel 15
milyar & restoran 22 milyar serta hiburan 3,5 milyar. (kasus erupsi tangkubanparahu dalam seminggu
kehilangan pemasukan sebesar 70 %, tetapi kegiatan ekonomi kerakyatan tetap berjalan).
Kehilangan dari sektor transportasi umum: Fasilitas jalan banyak yang rusak maka jasa transportasi
umum tidak beroperasi.
15. Contoh Asumsi Dampak
Aspek Asumsi Dampak
4. Lingkungan Air: terganggunya infrastruktur pengairan (air bersih dan pengairan pertanian),
hilangnya beberapa sumber mata air yang dikelola Perumda Air Minum yaitu
mata air cikole gede, pasir ipis, cipulus, cikudapati parongpong, cisintog.
Sumber air dari sungai: instalasi cisarua dan instalasi cimahi, sumber dari desa
kertawangi di parongpong. Sumur dalam menjadi keruh di Padalarang (2 unit)
Tanah/Lahan: Hilangnya/terganggunya lahan untuk perkebunan, pertanian,
dan permukiman. Akses jalan akan terganggu, menyulitkan proses evakuasi.
Udara: peningkatan debu dikarenakan reruntuhan, asap ketika terjadi
kebakaran dan menjadi bau.
Hutan: ekosistem yang ada saat ini terganggu, Kawasan konservasi (HTI dan
hutan lindung). Terjadi longsor dan gerakan tanah disertai hujan pada bulan
januari.
16. Contoh Asumsi Dampak
Aspek Asumsi Dampak
5. Pelayanan sipil
pemerintah
Sebagian perangkat desa dan aparatur kecamatan/opd mengalami trauma,
cedera/luka dan kehilangan jiwa, maka pelayanan pemerintahan di 5
kecamatan dan 52 desa dalam 3 hari kedepan terganggu/terhambat;
Bangunan kantor OPD, kecamatan dan desa mengalami kerusakan fisik dan
jaringan telekomunikasi, air, listrik, data server yang perlu perbaikan darurat;
Instalasi militerpun (TNI/POLRI) mengalami kerusakan dan kehilangan
personilnya, tetapi dapat dimobilisasi dalam membantu pelayanan dan peran
pemerintahan selama masa tanggap darurat;
Maka layanan pemerintahan berupa:Data catatan sipil dan kependudukan
terganggu; Data kepemilikan tanah/lahan/rumah/asset pribadi dan lembaga
terganggu; Fasilitas dan Pelayanan Medis di puskesmas, pustu, klinik dan
rumah sakit terganggu; Fasilitas dan pengajar di Lembaga Pendidikan tidak
dapat dioperasionalkan karena bangunan dan fasilitasnya hilang/rusak;
17. TUGAS KELOMPOK
• Diskusi dan tuliskan karakter bahaya masing-masing
kelompok dengan terlebih dulu menyepakati wilayah/daerah
yang diketahui atau dikenali oleh semua anggota kelompok.
• Diskusi dan tuliskan scenario kejadian
• Isilah matrik asumsi dampak.
Editor's Notes
Karakteristik bencana yang mengancam sebagian besar wilayah tanah air perlu dipahami dengan baik, karena salah satu penyebab timbulnya kerugian dan penderitaan yang cukup berat adalah kurangnya pemahaman terhadap karakteristik ancaman bencanam, sehingga masyarakat kurang siap menghadapinya