3. KRONOLOGIS DAN LOKASI KEJADIAN
•27 Mei 2006
•05:54 WIBWaktu Dan Kejadian
•DIY & Jawa Tengah
•Samudera Hindia, + 33 KM selatan kab. Bantul
•8º03’ LS & 110º23’ BT
Tempat
•Gempa tektonik
•5,9 Skala Richer
•Lama gempa 59 Detik
Tipe Gempa
•>5.000 Orang meninggal
•>100.000 Rumah Hancur
•Kerugian mencapai Rp. 29,1 Triliun
Dampak
4. APA PENYEBAB GEMPA 27 MEI 2006 ?
Gerakan Blok Sesar / Patahan LEMPENG TEKTONIK Di Laut
• Selatan Yogyakarta.
Getaran/gelombang gempa akibat Patahan (PATAHAN OPAK) yang
memanjang sejauh 60 km yang berpangkal di Sanden, Kabupaten Bantul,
Provinsi DIY, dan berujung di Tulung, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah
Bencana yang lebih besar karena batuan yang pernah patah dimasa lalu
masih bersifat labil.
5. • Patahan Opak merupakan patahan yang
paling menyolok karena morfologi serta
topografi yang membatasi Perbukitan Karst
Wonosari dengan Yogyakarta yang berada
pada daerah dataran rendah.
• Walaupun tidak dijumpai bidang patahannya,
namun Sesar Opak yang di perkirakan menjadi
penyebab terjadinya gempa tersebut.
• Selain sesar Opak, ada sesar lain yang
ditengarai menyebabkan efek gempa
hingga sampai didaerah timur Yogyakarta,
yaitu sesar Dengkeng.
• Sesar Dengkeng berada di sebelah utara dari
perbukitan Wonosari yang memiliki arah Barat-
Timur
6. Daerah yogyakarta masuk dalam wilayah dimana terjadi percepatan batuan dasar
untuk kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun.
DIY
7. V
Peta potensi gempa –BMKG- (daerah yogyakarta masuk dalam wilayah dengan
potensi gempa dangkal dan gempa menengah)
8. BAHAYA GEMPA
Langsung
• Getaran/ Guncangan tanah
• Bangunan rusak / roboh
• Gerakan tanah (Terbelah / Bergeser)
• Liquification
• Tsunami
• Tanah Longsor
• Gunung Meletus
Tak langsung
• Kebakaran (Terjadi karena kebocoran
gas)
• Kelumpuhan Ekonomi
• Wabah Penyakit
• Gejolak sosial
9. KERENTANAN GEMPA DIY
• Kepadatan penduduk serta usia penduduknya yang rata-rata sudah lansia atau manula
sehingga tidak cukup sigap untuk melarikan diri mencari tempat yang
aman pada saat bencana terjadi.
• Kapasitas masyarakat yang rendah (belum tanggap) atas bahaya gempa.
Aspek
Sosial
• Kemiskinan merupakan fakta yang telah dimiliki oleh sebagian besar komunitas tersebut
sejak sebelum terjadinya bencana gempa.
Aspek
Ekonomi
• Kerentanan fisik, terlihat dari kondisi struktur dari bangunan umum dan perumahan
penduduk yang secara teknis memang tidak memenuhi standar konstruksi tahan gempa.
• Kehadiran zona patahan, yang sensitif untuk turut bergetar ketika gelombang gempa
melalui zona patahan tersebut. Dan kehadiran air bawah tanah yang dangkal yang sensitif
mengakibatkan kemampuan tanah menopang beban menjadi sangat berkurang atau hilang.
Aspek Fisik/
Lingkungan
10. PETA SEBARAN KERUSAKAN AKIBAT GEMPA JOGJA
Hasil penilaian kerusakan dan kerugian menunjukkan, gempa bumi Jogja, 27
Mei 2006, menelan korban jiwa sebanyak 5.760 orang tewas dan kerusakan
rumah sebanyak 388.757 unit, termasuk 187.474 unit diantaranya roboh.
11. Dampak Bencana Lebih Besar Di KIRI-KANAN Zona Sesar Opak yaitu daerah :
KRETEK, BAMBANG LIPURO, JETIS, IMOGIRI, PIYUNGAN, BERBAH,
KALASAN, PRAMBANAN, kemudian merambat ke Sesar Jiwo sehingga
daerah yang parah di Klaten adalah kecamatan : WEDI , GANTIWARNO,
BAYAT dan CAWAS .
Perkiraan kerusakan dan
kerugian secara
keseluruhan yang
mencapai 29,1 triliun
rupiah
12. RESIKO BENCANA
SOSIAL, EKONOMI DAN
BUDAYA
• Menimbulkan trauma bagi para korban, terlebih
yang kehilangan anggota keluarga & harta benda.
• Berdampak serius bagi perkembangan ekonomi
lokal, karena hancurnya banyak usaha ekonomi
dan kehilangan pekerjaan.
• Mengakibatkan kerusakan pada bangunan cagar
budaya
FISIK DAN LINGKUNGAN
• Mengakibatkan kerusakan rumah dan gedung-
gedung perkantoran.
• Mengakibatkan kerusakan infrastruktur
• Dapat mengakibatkan tanah longsor, kebakaran
dan tsunami.
13. DAMPAK BENCANA
DAMPAK SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
• Menimbulkan trauma bagi para korban, terlebih yang kehilangan anggota keluarga & harta benda.
• Menimbulkan kerusakan pada bangunan cagar budaya.
• Kerusakan dan kerugian sektor produktif kurang lebih mencapai 9 Trilyun rupiah, sektor industri
menengah dan kecil banyak aset dan sarana produksinya rusak karena bencana gempa.
• Dampaknya paling tidak 30.000 UMK tutup dan sekitar 650.000 pekerja menjadi pengangguran.
• Sektor kesehatan dan pendidikan sama-sama rusak parah dengan jumlah kerusakan dan kerugian
yang berjumlah lebih dari Rp 1,5 triliun.
14. DAMPAK BENCANA
DAMPAK FISIK & LINGKUNGAN
• Kerusakan parah bangunan perkantoran, akses jalan karena jembatan ambrol, hingga kerusakan
bangunan fisik rumah sakit.
• Lokasi peningalan sejarah seperti Keraton Yogya, Candi Prambanan, dan makam raja-raja di Imogiri
juga tak luput dari kerusakan.
• Perumahan melampaui 50% dari total. Diperkirakan 154.000 rumah hancur total dan 260.000 rumah rusak
parah.
• Kerusakan dan kerugian di sektor transportasi dan komunikasi, energi dan airbersih serta sanitasi
diperkirakan berjumlah Rp 551 milyar.
15. UPAYA MITIGASI DAN PENANGANAN
Bencana
Tanggap
Darurat
Pasca Bencana
(Pemulihan)
Pra bencana
(Belum terjadi
bencana)
Pra bencana
(Berpotensi
ada bencana)
16. UPAYA MITIGASI DAN PENANGANAN
PRA-BENCANA
• Menyediakan alat komunikasi di ratusan desa, pemasangan
kamera CCTV, dan pembangunan shelter di wilayah pesisirPemerintah
• (Belum ada)Swasta
• Sebagian masyarakat mengaplikaasikan bangunan joglo sebagai
bentuk kearifan lokal merespon potensi bencana gempa dan
merapi
Masyarakat
17. UPAYA MITIGASI & PENANGANAN
SAAT BENCANA
Pemerintah
• Pembangunan tempat-tempat
penampungan pengungsi (shelter)
• Aksi tanggap darurat, melakukan
pendataan, menyalurkan bantuan, dll.
• Mendirikan rumah sakit lapangan, oleh
pmi.
• Menyelenggarakan dapur umum.
• Mendirikan tenda-tenda darurat untuk
menampung korban.
• Mendirikan posko pb dilokasi bencana
alam.
• Menerjunkan Personil Taruna Siaga
Bencana (Tagana).
Swasta
• Distribusi bantuan darurat dari berbagai
sumber
• Menyelenggarakan Dapur Umum.
• Mendirikan Tenda-tenda Darurat Untuk
Menampung
Korban.
Masyarakat
• Menghindari dari bangunan yang ada di
sekitar seperti
gedung, tiang listrik, pohon, dll
• Jauhi pantai untuk menghindari bahaya
tsunami.
• Menyalurkan bantuan logistik,
18. UPAYAMITIGASI & PENANGANAN
PASCA BENCANA
Pemerintah
• Memberi pengetahuan tentang
bangunan rumah tahan gempa
• Melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi
• Mengadakan simulasi tanggap
bencana
• Pemulihan kondisi psikologi
warga yang mengalami trauma
• Undang-undang Tentang
Penanggulangan Bencana
Nomor 24 Tahun 2007
mendirikan lembaga penanganan
bencana yakni Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
(BNPB) sejak 2008
Swasta
• Sosialisasi tanggap bencana
• Memberikan bantuan
pembangunan fisik dan
penyuluhan
• Melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi korban gempa
Masyarakat
• Dengarkan informasi mengenai
gempa bumi dari radio (apabila
terjadi gempa susulan).
• Membangun bangunan dengan
konstruksi tahan gempa.
• Mengikuti penyuluhan dan
simulasi gempa dari pemerintah
dan bantuan swasta
19. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bencana gempa bumi di Yogyakarta masih berpotensi terus terjadi.
Gempa bumi Yogyakarta 2006 merupakan salah satu bencana alam di Indonesia yang menimbulkan
resiko tinggi karena memiliki kombinasi kerentanan baik sosial ekonomi, fisik dan lingkungan yang cukup
besar.
Belum ada upaya mitigasi pra-bencana dalam kejadian gempa Yogyakarta 2006.
Dalam mengurangi resiko dari bahaya selayaknya sudah dilakukan upaya mitigasi pra-bencana
yang diperoleh dengan cara melakukan earthquake hazard assesment sehingga dapatdiperoleh upaya
mitigasi yang tepat dalammenangani bencana gempa.
20. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Hazard assesment bisa dilakukan antara lain dengan memprediksikan wilayah terdampak dari ancaman
(bahaya) yang akan terjadi sehingga dapat dilakukan persiapan dan tindakan seperti apa yang mampu
mengurangi kadar ancaman besar sehingga mampu
meminimalkan akibat kerusakan yang timbul.
Korban jiwa dan terluka dalam bencana gempa jogja 2006 lebih diakibatkan oleh faktor tertimpa reruntuhan
bangunan yang tidak mampu menahan getaran gempa bumi. Sehingga dibutuhkan penyusunan perencanaan
bangunan tahan gempa.
Partisipasi yang sinergi pemerintah-swastamasyarakat dalam penanggulangan bencana gempa Yogyakarta
2006 mempercepat upaya pemulihan pasca bencana.
Pemahaman mengenai potensi dan ancaman gempa harus terus diberikan kepada masyarakat, sebagai
bentuk upaya mitigasi secera keseluruhan..