Dinasti Turki Utsmani didirikan oleh Usman bin Arthogol pada tahun 1300 M setelah memerdekakan diri dari Kerajaan Saljuk. Dinasti ini kemudian berkembang menjadi kekaisaran Islam terbesar di dunia pada abad pertengahan melalui ekspansi militer di bawah para sultan berikutnya seperti Orkhan, Murad I, dan Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453.
1. MAKALAH
Sejarah islam masa diasti turki utsmani
Dosen Pengampu: kustiana arisanti M. Pd
Disusun Oleh: kelompok 12
Nikmatul sholihah
Khosnul Khotimah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
TAHUN 2022-2023
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “sejarah islam dinasti turki
utsmani” ini tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kustiana arisanti M.Pd.i.
Selaku dosen pembimbing mata kuliah Psikoligi Perkembangan anak yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan prodi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, bahwa
makalah yang ssaya tulis ini masih jauh dri kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kraksaan, 19 juni 2023
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
1. BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………...1
2. BAB II: PEMBAHASAN
A. sejarah berdirinya dinasti turki utsmani……………………………………………2
B. Para kholifah dinasti turki utsmani………………………………………………….4
C. perkembangan kebudayaan masa dinasti turki utsmani……………………………7
3. BAB III: PENUTUP
1. Kesimpulan …………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….............................11
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Turki Utsmani termasuk salah satu dari tiga kerajaan besar Islam pada abad
pertengahan selain Safawiyah dan Mughal. Letaknya berada di Istanbul, Turki. Dinasti ini
berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah. Mereka
tergolong suku Kayi, salah satu suku di Turki Barat yang terancam gelombang keganasan
serbuan bangsa Mongol. Pendirinya adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara China. Dalam jangka waktu sekitar 3 abad,
mereka berpindah ke Turkistan lalu Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-
9 atau 10 M saat menetap di Asia Tengah. Di Asia Tengah di bawah pimpinan Arthogol
suku Kayi mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II yang ketika itu sedang berperang
melawan Bizantium. Berkat bantuan suku Kayi, Sultan Alauddin mendapatkan
kemenangan. Maka atas jasa baik mereka, Sultan menghadiahkan sebidang tanah.
Kemudian mereka membina dan membangun wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai ibu kotanya. Namun, pada tahun 1289 M Arthogol meninggal dunia,
kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yaitu Usman ibn Arthogol Tahun 1300 M,
bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan
Saljuk pun kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsmani kemudian
menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah
Kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga
sebagai Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman
(Raja Besar Keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah
kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah Bizantium dan menaklukan Kota
Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota Dinasti Turki
Usmani.
B. Rumusan Masalah
A. bagaimana sejarah berdirinya dinasti turki utsmani?
B. bagaimana Para kholifah dinasti turki utsmani?
C. bagaimana perkembangan kebudayaan masa dinasti turki utsmani?
C. Tujuan Penulisan
A. untuk mengetahui sejarah berdirinya dinasti turki utsmani?
B. untuk mengetahui Para kholifah dinasti turki utsmani?
C. untuk mengetahui perkembangan kebudayaan masa dinasti turki utsmani
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejara berdirinya dinasti turki utsmani
Dinasti Turki Utsmani didirikan oleh kabilah Qayigh Oghus, salah satu anak suku Turki
yang mendiami sebelah barat gurun Gobi atau dae- rah Mongol serta daerah utara negeri Cina,
yang dipimpin oleh Suleiman Syah. Ketika ekspansi tentata Mongol, ia mengajak anggota
sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol yang menyerang dunia Islam yang berada
di bawah kekuasaan dinasti Khawarizm pada tahun 1219- 1220. Suleiman Syah dan anggota
sukunya lari ke arah Barat dan memin- ta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir
dinasti Khawar- izm di Transoxiana. Jalaluddin menyuruh Suleiman Syah agar pergi ke arah
Barat (Asia Kecil) dan mereka menetap di sana. Setelah reda serangan Mongol terhadap
mereka, Sulaeman Syah menyeberangi Sungai Efrat (dekat Allepo). Namun, ia tenggelam dan
memiliki empat putra yang bernama, Shunkur, Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua
putranya yang pertama kembali ke tanah air mereka. Sementara dua yang terakhir bermukim
didaerah Asia Kecil.1
Bersama 400 kepala keluarga, al-Thugril atau disebut juga dengan Erthogrol bin
Suleiman Syah mengabdikan dirinya kepada Sultan Alaud- din II dari dinasti Saljuk Rum yang
pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia, Asia Kecil. Pada saat itu, Sultan Alauddin II
sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa Romawi yang mempunyai kekuasaan di
Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan
Alauddin II dapat meraih kemenangan. Atas jasa baik tersebut, Sultan menghadiahkan
sebidang tanah yang berbatasan dengan Byzantium bernama Sugyat. Sejak itu Erthogrol terus
memba- ngun wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah
Byzantium.
Pada 1288 Erthogrol meninggal dunia, dan meninggalkan putra yang bernama Utsman,
yang diperkirakan lahir pada 1258 M. Utsman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk
meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu.
Nama Utsman inilah yang kemudian diambil sebagai nama untuk kerajaan Turki Uts- mani dan
dianggap sebagai pendiri Dinasti Utsmani dengan gelar "Padi- ansyah Ali Utsman".2
1
Ahmad syafii maarif, sejarah pemikiran dan peradaban islam,(Yogyakarta Pustaka book puplisher, 2007)
2
K.ali, sejarah islam. Cet. II. (Jakarta: PTraja prapindo persada,1997)
6. 3
Sebagaimana ayahnya, Utsman juga banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II.
Kemenangan demi kemenangan dalam setiap peperangan di-raih oleh Utsman. Berkat
keberhasilan inilah benteng-benteng Byzantium yang berdekatan dengan Broessa dapat
ditaklukan. Keberhasilan Utsman ini membuat Sultan Alauddin II semakin simpati dan banyak
memberi hak istimewa pada Utsman. Bahkan Utsman diangkat menjadi gubernur dengan gelar
Bey, dan namanya selalu disebut dalam do'a setiap khotbah Jumat. Penyerangan bangsa
Mongol pada 1300 ke wilayah kekuasaan Saljuk Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan
Saljuk tanpa meninggal- kan putra sebagai pewaris kesultanan. Akibat kekosongan
pemerintahan inilah, Utsman memerdekakan wilayahnya dan bertahan terhadap se- rangan
bangsa Mongol. Utsman memproklamirkan kemerdekaan wila- yahnya dengan nama
Kesultanan Utsmani."3
Pada awalnya Kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil.
Namun dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama Utsmani muncul sebagai kerajaan
yang sangat besar dan bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Utsman meninggal pada
1326, putranya Orkhan (Urkhan) naik tahta pada usia 42 tahun. Pada periode ini tentara Islam
pertama kali masuk Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama
tentara. Pertama tentara sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji pada tiap bulannya.
Kedua, tentara ha- zeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan
perang (mal al-ghanimah). Ketiga, tentara Jannisariy direkrut pada saat berumur 12 tahun,
kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibim- bing Islam dan disiplin yang kuat."
Pada masa pemerintahan Orkhan, putra Utsman pada 1326-1360 M,10 membentuk
pasukan yang tangguh kemudian dikenal dengan In- kisyariyah (Jannisary) untuk membentengi
kekuasaannya. Basis kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang. Pada masa
Orkhan ini- lah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresif dibanding pada masa
Utsman. Dengan mengandalkan Jennisary, Orkhan dapat menak- lukan Azmir (Smirna) 1327
M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M).
Daerah-daerah ini me- rupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki oleh kerajaan
Utsmani." Ekspansi yang lebih besar lagi masih terjadi pada masa ini meliputi daerah Balkan,
Andrinopel, Macedonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah yunani. Andrinopel kemudian
dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru karena letaknya yang strategis.
3
Samsul Nizar, sejarah pendidikan islam menelusuri sejak pendidikan era Rasulullah sampai idonesia, cet III
(Jakarta:kencana prenada media group 2007)
7. 4
Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Or- khan, Murad I dengan
membentuk sejumlah korps atau cabang-cabang jennisary. Pembaruan secara besar-besaran
dalam tubuh organisasi mili- ter oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya bentuk perombakan
personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaannya. Seluruh pasukan mi- liter dididik
dan dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan sema- ngat perjuangan Islam. Kekuatan
militer Yennisary berhasil mengubah Negara Utsmani yang baru lahir ini menjadi mesin perang
yang paling kuat dan memberikan dorongan yang besar sekali bagi penaklukan ne- geri-negeri
non-Muslim. 4
Setelah Murad I tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kristen, ekspansi
berikutnya dilanjutkan oleh putranya, Bayazid 1.14 Sultan Baya- zid I yang naik tahta pada
1389 M mendapatkan gelar Yaldirin atau Yaldi- run yang berarti kilat karena terkenal dengan
serangan-serangannya yang cepat terhadap lawan-lawannya. Ia menaklukkan wilayah-wilayah
yang belum pernah ditundukkan oleh para pendahulunya. Di masa itu pula ter- jadi perang
besar antara pasukan Utsmani dan tentara sekutu Eropa yang dimenangkan oleh pasukan
Utsmani. Bayazid I tidak gentar menghadapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus itu dan
bahkan menghancurkan pasukan Salib. Perang itu terjadi pada 1396 M.15 Suatu hal yang
sangat disayangkan bahwa Bayazid I kalah dalam pertempuran melawan Timur Lenk yang
terjadi di Ankara. Bayazid I bersama putranya, Musa dan Er- toghrol ditawan oleh Timur Lenk,
dan akhirnya Bayazid I wafat dalam tawanan pada 1402 M,1% pedapat lain mengatakan 1403
M.
Kerajaan Utsmani bangkit kembali dan mencapai kegemilangan- nya pada masa
pemerintahan Muhammad II. Ia digelari al-Fatih (Sang Penakluk)18 karena pada masanya,
ekspansi Islam berlangsung secara be- sar-besaran. Kota penting yang berhasil, ditaklukkan
adalah Konstantino- pel pada 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan Islam atas kerajaan
Romawi Timur yang telah berulang kali dilakukan oleh pasukan Muslim sejak masa Umayyah
telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibukota kerajaan dan gereja Aya Sophia yang terkenal
itu dijadikan masjid. Se- kalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Utsmani dibawa
kekuasaan Muhammad al-Fatih, namun oleh sultan tetap diberikan kebebasan ber- agama.
Dengan terbukanya kota Konstantinopel sebagai benteng per- 20 tahanan terkuat kerajaan
Byzantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki Utsmani ke benua Eropa. Eropa bagian
Timur semakin terancam oleh Turki Utsmani karena ekspansinya dilakukan ke wilayah ini, dan
bahkan sampai ke pintu gerbang Wina, Austria.
4
Mahmudunnasir, islam konsepsi dan sejarahnya,(bandung:PT remaja kosdakarya, 19997)
8. 5
Setelah Muhammad al-Fatih meninggal, la digantikan Bayazid II. Dia lebih
mementingkan kehidupan tasawuf daripada berperang. Kelemah- annya di bidang
pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh mengakibatkan dia tidak ditaati oleh
rakyatnya, termasuk putra-putra- nya. Karena seringnya terjadi perselisihan yang panjang
antara dia dan putra-putranya, akhirnya ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I
pada 1512 M. Dengan demikian pada masa Sultan Salim ini para Sultan Utsmani menyandang
dua gelar, yaitu gelar Sultan dan gelar Kha- lifah.22 Sehingga nama Sultan Salim pun mulai
disebutkan dalam khot-bah-khotbah. Selain itu ia pun dalam masa pemerintahannya selama 8
tahun menjadi penguasa dan pelindung dua buah kota suci, yaitu Mek- kah dan Madinah.
Puncak kerajaan Turki Utsmani dicapai pada masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari
al-Qanuniy, karena ia berhasil membuat undang- undang yang mengatur masyarakat. Orang
Barat menyebutnya sebagai Sulaeman yang Agung, the magnificien. Pada masanya,
wilayahnya meli- puti dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Al-
jazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Merah, Laut
Tengah, dan Laut Hitam, sebagaimana pengakuannya yang terdapat dalam suratnya untuk
Francis I, Raja Perancis.5
B. Para Kholifah dinasti turki utsmani
sejarah perpolitikan Islam, masa al-Khulafâ’ al-Râsyidûn dikenal dengan sistemnya yang
demokratis. Corak pemerintahannya sama dengan masa Nabi SAW, yakni teokrasi. Khalifah
sebagai pemimpin tidak memiliki keistimewaan khusus karena kedaulatan tetap di tangan
Tuhan. Mereka pun tetap berpegang pada al-Qur’an dan sunah Nabi SAW, kecuali dalam
beberapa hal sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Dengan berakhirnya masa
pemerintahan al-Khulafâ’ al-Râsyidûn, mulailah babak baru dalam perpolitikan Islam. Sifat
demokratis dengan bentuk republik yang awalnya merupakan ciri dari pemerintahan Islam
berubah menjadi pemerintahan monarki absolut dengan bentuk kerajaan.
Sistem pemerintahan Umayyah juga dikenal dengan sebutan patrimonialisme, yaitu
sistem pemerintahan yang memberikan hak kepada pemimpin untuk menganggap negara
sebagai miliknya dan bisa diwariskan kepada keluarganya (turun-temurun), sementara rakyat
dipandang sebagai bawahan yang berada di bawah perlindungan dan dukungannya. Menurut
5
Philip K.hitti, history of the arabs.
9. 6
konsep ini, kekuasaan pemimpin bersifat mutlak dan tidak bisa dicampuri orang lain (apalagi
hukum konstitusional).6
Menurut Black, sistem pemerintahan monarki ini diambil oleh Dinasti Umayyah dar
negeri jajahan mereka, yaitu Iran. Mereka mendakwahkan bahwa penguasa adalah
penggembala dan rakyat adalah gembalaan (ra’iyyah). Sang khalifah meliputi bumi dengan
cahaya kasih sayang, keadilan, dan hujan. Kemurahannya ini wajib dibalas oleh rakyat dengan
ketaatan. Mereka juga secara spesifik mulai menggunakan pemikiran Islam untuk mendukung
otoritas penguasa. Mereka menyebut diri mereka sebagai “Wakil Tuhan”, sekaligus penerus
Nabi. Sebagian kalangan mengungkapkan bahwa gagasan ini tidak hanya menjadi wacana
retorika, namun menunjukkan bahwa khalifah dapat mengklaim seluruh fungsi penting
pengendalian dan penetapan syariat. Fungsi semacam ini misalnya pernah diklaim oleh al-
Walid II.
Untuk mengangkat keturunannya, seorang khalifah Bani Umayyah bisa melakukan
berbagai cara agar mendapat baiat atau legitimasi dari rakyatnya, bahkan dengan menggunakan
cara-cara keras dan kejam sekalipun. Tatkala Mu’awiyah ingin mengangkat Yazid sebagai
penggantinya, Mu’awiyah tidak segan-segan menekan, memaksa, dan bahkan membunuh
pihak yang tidak setuju. Begitulah cara pengangkatan khalifah di zaman Umayyah. Para
pemimpin sebelumnya memilih dan mengangkat keturunan mereka sendiri, dan memaksa
rakyat untuk mengucap janji setia. Corak seperti ini adalah gambaran umum Dinasti Umayyah,
kecuali pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (Khalifah Umar II) di mana beliau dengan
tegas menolak jabatan kekhalifahan yang ditunjuk oleh pendahulunya, Sulaiman. Namun
karena kuatnya desakan kaum Muslimin agar menerima amanat tersebut, akhirnya Umar II pun
menerimanya.7
Mengutip Fazlur Rahman, Abdul Karim menulis beberapa poin perbedaan corak
kepemimpinan al-Khulafâ al-Râsyidûn dengan khalifah-khalifah Bani Umayyah (kecuali
Khalifah Umar II) sebagai berikut.
1. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn sistem pemerintahan dijalankan secara demokratis
dengan pertimbangan hukum yang didasari atas landasan al-Qur’an, hadis, dan ijmak,
sedangkan pada masa Dinasti Umayyah perintah khalifah adalah segala-galanya dan harus
dipatuhi.
6
Antony Black, Pemikiran Politik Islam: dari Masa Nabi hingga Masa Kini. (Jakarta:
Serambi, 2006), 50.
7
M. Abdul Karim.
10. 7
2. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, khalifah menganggap sebagai pelayan masyarakat,
sedangkan para khalifah Dinasti Umayyah menganggap diri mereka sebagai penguasa.
3. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, pemimpin mampu bertahan karena dukungan rakyat,
sedangkan masa Dinasti Umayyah dapat bertahan karena kekuatan.
4. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn tidak ada satu suku yang berkuasa terus menerus,
sedangkan pada Dinasti Umayyah hanya suku tertentu (yaitu Bani Umayyah) yang
mendominasi masa kekhalifahan.
5. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn hak berbicara dijamin dan rakyat dapat langsung
menghadap khalifah, sedang setelahnya hak bicara ditekan dan jika ingin bertemu khalifah
harus melewati perantara yang disebut hajib.
6. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn sistem demokrasi berjalan baik, sedang pada masa
Umayyah suara rakyat tidak dihiraukan.
7. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, pemimpin tidak memiliki hak terhadap bait al-mâl,
sedangkan pada masa Dinasti Umayyah bait al-mâl menjadi milik khalifah sendiri.
8. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, pengaruh jahiliyah berkurang, sementara pada Dinasti
Umayyah bertambah.
9. Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, khalifah hidup sederhana dan dianggap orang biasa.
Sebaliknya, para khalifah era Dinasti Umayyah hidup dengan serba mewah.
10.Pada masa al-Khulafa al-Rasyidun, khalifah merangkap ahli hukum, agama, dan sangat
menghargai alim ulama. Sebaliknya, pada zaman Umayyah para ulama diistirahatkan dari
dunia politik.
11.Pada masa al-Khulafa al-Rasyidun, gerak-gerik khalifah tentang urusan agama dibatasi oleh
syariat, sedangkan pada masa Umayyah khalifah berkuasa penuh dan memerintah tanpa batas.
12.Pada masa al-Khulafâ al-Râsyidûn, Majlis Syura di atas khalifah dan keluarga, sedang di
masa Umayyah anggota syura diangkat dari dan oleh keluarga serta kaum kerabat khalifah.
Itulah gambaran besar mengenai perbedaan era pemerintahan al-Khulafâ al-Râsyidûn
yang bercorak demokratis dengan Dinasti Umayyah yang monarki. Masuknya sistem monarki
absolut pasca kepemimpinan al-Khulafâ al-Râsyidûn telah menjadi lembaran kelam bagi
sejarah ketatanegaraan Islam yang berjalan secara demokratis. Pada masa al-Khulafâ al-
Râsyidûn kekuasaan itu diperoleh karena datang (bukan dicari) dan merupakan amanat dari
kaum Muslimin. Sedangkan setelah mereka kekuasaan diperoleh dengan berperang dan penuh
perselisihan. Sebuah perbedaan dalam sistem pemerintahan yang begitu mencolok di dua
kekuasaan pasca era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW berlalu.`
11. 8
C. Sejarah perkembangan kebudayan masa dinasti turki utsmani
1. Sejarah perkembangan islam di turki masa lalu
Sejarah Perkembangan Islam di Turki Masa Lalu Dalam sejarahnya perkembangan Islam
di Turki pada masa lalu, dimana masa ketika Turki sebagai kerajaan Islam Turki yang berada
dalam periodesasi sejarah Islam, pada periode pertama tahun 1299-1942 M, hingga periode
keempat tahun 1699-1838. Perkembangan Islam pada masa tersebut dapat dilihat dari segi
perkembangan wilayah Islam. Ketika Kerajaan Turki dipimpin oleh Usman dan sesaat setelah
dirinya mengumumkan sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman) lalu memulai
memperluas wilayah Islam.5 Perluasan wilayah (ekspansi) para sultan usmani menjadi sebuah
model. Hal ini berlangsung sampai masa pemerintahan Sulaiman I. Untuk mendukung hal
tersebut, Orkhan membentuk pasukan yang dikenal dengan sebutan Inkisyariyah yaitu pasukan
tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri atas bangsa Georgia dan Armenia yang baru saja
masuk Islam.6 Dengan adanya mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
besar maka pasukan Dinasti Usmani dapat penaklukan negeri-negeri nonmuslim. Maka, pada
masa Orkhan I Kerajaan Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir (Asia Kecil) pada tahun
1327, Thawasyani (1330), Uskandar (1338), Ankara (1354), dan Gholipolli (1356). Daerah
tersebut merupakan bagian dari dunia Eropa yang pertama kali dikuasai oleh Kerajaan Usmani.
Perluasan wilayah yang lebih besar terjadi pada masa Murad I. Dimana pada saat itu
berhasil menaklukkan wilayah Balkan, Adrianopel (Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (ibukota
Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani. Dari kemenangan yang diraih oleh Murad I, kerajaan-
kerajaan Kristen di Balkan dan Eropa timur menjadi murka. Lalu, mereka menyusun kekuatan
untuk menggempur Dinasti Usmani. Biarpun Murad I tewas dalam pertempuran tersebut,
kemenangan berada di pihak Dinasti Usmani. Lalu dilanjutkan oleh putranya, Bayazid I.8
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta dan mendapatkan gelar Yaldirin atau
Yaldrum memiliki arti kilat, karena terkenal dengan serangannya yang cepat terhadap
lawannya. Perluasan wilayah terus berlanjut hingga menguasai Salocia dan Morea. Bayazid I
juga memperoleh kemenangan dalam Perang Salib di Nicapolas (1394). Ketika Sultan Bayazid
sedang memusatkan perhatiannya dalam menghadapi musuh-musuhnya di Eropa, ia ditantang
oleh musuh Muslim yang datang dari Timur Lenk. Seorang raja keturunan bangsa Mongol
yang memeluk Islam dan berpusat di Samarkhand. Mendapat dukungan dari negeri-negeri di
Asia Kecil yang tak mau tunduk kepada Bayazid. Akhirnya, terjadi pertempuran hebat di
8
Yatim, sejarah peradaban islam
12. 9
Ankara tahun 1402 M dimana Bayazid dengan kedua putranya, dikalahkan oleh Timur Lenk.
Yang akhirnya membawa akibat buruk bagi Turki Usmani. Penguasa-penguasa di Asia Kecil
melepaskan diri dari pemerintahan Usmani. Wilayah Serbia dan Bulgaria memproklamirkan
kemerdekaannya.9
2. sejarah perkembangan islam di turki pada masa reformasi
Sejarah Perkembangan Islam di Turki Pada Masa Reformasi Republik Turki
diproklamirkan pada 29 Oktober 1923 oleh Mustafa Kemal yang ditandai dengan beralihnya
Turki ke masa pembaruan. Islam berkembang pesat di Turki, dan pada dekade 1920 dan 1930
memasuki masa pembaruan dari kekhalifahan ke republik, dimana Islam semakin mengalami
perkembangan signifikan karena dalam sejarahnya, mayoritas bangsa Turki adalah Muslim.
Penduduk di dalam batas-batas Republik Turki berubah secara tajam dan sensus tahun 1927
jumlah penduduk non-Muslim berkurang dari 20% menjadi 2,6%, dan terus berkurang setelah
itu. Sedangkan, populasi umat Islam terus berkembang. Pada akhir tahun 2000, umat Islam
mencapai angka 98%.
Perkembangan Islam di Turki di era modern ini merupakan alat bagi kebijakan
pemerintah. Sebagai komponen vital dalam budaya bangsa dan digalang untuk meningkatkan
persatuan nasional, serta mengajarkan secara perlahan-lahan kebajikan kewarganegaan. Seperti
shalat di masjid, khususya didukung pelaksanaannya karena mengajarkan secara perlahan-
lahan disiplin rasa bermasyarakat. Demikian pula puasa membangun ketabahan dan kesabaran,
sementara membayar zakat mendorong rasa toleran seseorang. Materi khutbah Jumat di Turki
ditulis secara khusus untuk mengajarkan kepada masyarakat yang pergi ke masjid, terutama
yang buta huruf perihal tugas-tugas warga negara. Dikatakan bahwa kewajiban agama meliputi
membayar pajak, mengikuti wajib militer, bekerjasama dengan pemerintah, dan menjadi warga
negara yang setia serta patuh. Islam di Turki ini ditampilkan sebagai sebuah agama rasional
dan ilmiah.10
9
Mugni, sejarah kebudayaa di turki,59
10
Esposite, the oxford encyclopedia,65
13. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Turki Usmani adalah sebuah dinasti Islam yang mewarisi wilayahkekuasaan yang pernah
ditaklukkan oleh dinasti Saljuq dan penguasa pertamanya adalahUsman bin Erthogrul. Pada
masa kepemimpinan Erthogrul sampai pada masa kepemimpinanOrkhan menjadikan Turki
sebagai negara yang berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran.Semula kerajaan Usmani
hanyalah sebuah kerajaan yang kecil, namun pada akhirnya menjadisebuah kerajaan yang besar
karena mengadakan ekspansi terhadap wilayah-wilayah yangdisekitarnya. Kehidupan
keagamaan dalam kerajaan Turki Usmani adalah sangatdiperhatikan, di mana ia terikat dengan
syariat Islam.
Negara ini sejak dalam bentuk kerajaaan atau dinasti telah mengalami babakan
perkembangan sejarah dalam lima periode. Periode pertama, tahun 1299-1402, dimulai dari
berdirinya kerajaan. Periode Kedua, tahun 1402-1566, ditandai dengan restorasi kerajaan.
Periode ketiga, tahun 1566-1699, ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan
wilayahnya. Periode keempat, tahun 1699-1838, ditandai degan berangsur-angsur surutnya
kerajaan kemudian mengalami lagi kemajuan. Periode kelima, tahun 1839-1922, ditandai
dengan kebangkitan kultural.Dalam sejarah perkembangan Islam di Turki masa lalu, ketika
Turki sebagai wilayah kerajaan Islam, Islam sendiri mengalami perkembangan yang sejalan
dengan perkembangan. Kemajuan yang dicapai Turki ketika itu antara lain perkembangan
wilayah Islam, sosial politik, administrasi pemerintahan, militer, dan umat Islam juga mencapai
perkembangan di bidang ekonomi. Demikian seterusnya Turki dan umat Islam berkembang
dan maju dalam berbagai bidang sampai Turki memasuki masa reformasi di era kontemporer
di mana Turki bukan lagi pemeritahannya berdasarkan pada sistem kerajaan atau
dinasti.Perkembangan lainnya dapat dilihat dari penerapan hukum Islam yang berjalan dengan
baik, dan di sisi terbentuk partai-partai yang mewadahi aspirasi kepentingan Islam dan
kemajuan negara Turki itu sendiri. Lebih dari itu, pelaksanaan ritual keagamaan di Turki
tersosialisasi dengan baik tanpa ada hambatan, dan kesemuanya ini merupakan simbol
perkembangan Islam di Turki dewasa ini, di era kontemporer.
14. 11
DAFTAR PUSTAKA
Pulungan Suyuthi. 2019. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Mugni A. syafii. 1997. Sejarahkebudayaan diturki. Jakarta: logos.
Yatim badri.2002 sejarah peradaban islam vol. VIII. Jakarta: raja prapindo persada.