2. MATA KULIAH
“ILMU PERADABAN ISLAM”
“PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI USMANI DI TURKI”
DOSEN : Bapak Drs. KH. Cecep Sonhoji., M.Ag
3. KELOMPOK 4
DI SUSUN OLEH :
1. DADANG 5. SANDRA BURHANI
2. EVI SUSANTI 6. TUNI SRI WAHYUNI
3. IRA YULIASTINA 7. YAYU INDRIYANI
4. MULYAWAN
PROGRAM STUDI MANAGEMENT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BOGOR
2022
4. PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI USMANI DI TURKI
BAGAIMANA SEJARAH BERDIRINYA DINASTI USMANI
DI TURKI
SIAPA SAJA PARA PENGUASA DINASTI USMANI DI
TURKI
PENAKLUKAN KONSTANTINOPEL
BAGAIMANA PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI
USMANI DI TURKI
APAKAH PENYEBAB KEMUNDURAN DINASTI USMANI
5. LATAR BELAKANG
Munculnya dinasti Ustmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi
kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah (kira-kira abad ke-9).
Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani Umayyah di Andalusia (755-1031 M) dan
Bani Idris di bagian barat Afrika Utara (788-974 M), fregmentasi itu semakin menjadi pada
sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul berbagai dinasti seperti Aghlab, di Kairawan
(800-909 M), Bani Thulun di Mesir (858-905 M), Bani Saman di Bukhara (874-1001 M) dan
Bani Buwaih di Baghdad dan Syiraz (932-1000 M). Kerajaan Ustmani berkuasa secara
meluas di Asia kecil sejak munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306
M. Golongan Ottoman mengambil nama mereka dari Ustman I (1290-1326 M), pendiri
kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922. Di antara negara muslim, Turki
Ustmani yang dapat mendirikan kerajaan yang paling besar serta paling lama berkuasa.
Pada masa Sultan Ustman, orang Turki bukan merebut negara-negara Arab, tetapi juga
seluruh daerah antara Kaukasus dan kota Wina. Dari Istanbul, ibu kota kerajaan itu,
mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki
merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat. Dinasti Turki
Ustmani merupakan kekhalifaan Islam yang mempunyai pengaruh besar dalam peradaban
di dunia Islam
6. A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI USMANI
Kerajaan Turki Ustmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari
wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang umat
Islam, pemimpin suku kayi, Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk
menghindari serbuan bangsa Mongol tersbut dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol itu
mulai menyerang dan menaklukan wilayah Islam yang berada di bawah kekuasaan
dinasti Khwarazm Syah tahun 1219-1220 M. Sulaiman Syah meminta perlindungan
kepada Jalal Ad-Din, pemimpin terakhir dinasti Khwarazm Syah tersebut di
Transoksania, sebelum dikalahkan oleh pasukan Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan
agar Sulaiman pergi ke Barat ke arah Asia kecil, dan di sanalah mereke menetap.
Sulaiman ingin pindah lagi ke wilayah Syam setelah ancaman Mongol reda. Dalam
usahanya pindah ke negeri Syam tersebut, pemimpin orang-orang Turki tersebut
hanyut di sungai Euphrat yang tiba-tiba pasang karena banjir besar, tahun 1228
Mereka akhirnya terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri
asalnya, dan yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah Asia Kecil. Kelompok
kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthogrol (Arthogrol), anak
Sulaiman. Mereka akhirnya menghambkan dirinya kepada Sultan Ala ad-Din II dari Turki
Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil. Di sana di
bawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk yang
sedang berperang melawan Bizanthium. Pada waktu itu bangsa Saljuq yang
serumpun dan seagama dengan orang-orang Turki imigran tadi melihat bahaya
bangsa Romawi yang mempunyai kekeuasaan kemaharajaan Romawi Timur
(Bizantium).
7. Dengan adanya tambahan pasukan baru dari saudara sebangsanya itu pasukan Saljuq
menang atas Romawi. Sultan gembira dengan kemenangan tersebut dan memberi hadiah
kepada Erthogrol wilayah yang berbatasan dengan Bizantum. Dengan senang hati Erthogrol
membangun tanah perdikan itu dan berusaha memperluas wilayahnya dengan merebut dan
merongrong wilayah Bizantium. Mereka menjadikan Sogud sebagai pusat kekuasaannya.
Dinasti Saljuk Rum sendiri sedang surut pada saat itu. Dinasti tersebut telah berkuasa di
Anatholia bagian tengah kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga
tahun 1300. Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang diperkirakan
lahir tahun 1258. Nama Ustman itulah yang diambil sebagai nama untuk kerajaan Turki
Ustmani. Erthogrol meninggal tahun 1280. Ustman ditunjuk untuk menggantikan
kedudukan ayahnya sebagai pemimpin suku bangsa Turki atas persetujuan Sultan Saljuq.
yang merasa gembira karena pemimpin baru itu dapat meneruskan kepemimpinan
pendahulunya. Sultan banyak memberikan hak istimewa kepada Ustman dan
mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar bey di belakang namanya. Ustman juga
diperbolehkan untuk mencetak uang sendiri dan didoakan dalam khutbah jum’at. Namun
demikian, sebagian ahli menyebutkan bahwa Ustman adalah anak Sauji. Sauji itulah anak
Erthogrol, sehingga Usman adalah cucunya,
8. bukan anaknya. Sauji telah meniggal sebelum ayahnya meninggal. Ia meninggal dalam
perjalanan pulang sehabis memohon kepada Sultan Saljuq atas perintah ayahnya Erthogrol
untuk tinggal menetap di wilayahnya. Permohonan itu dikabulkan oleh Sultan makanya
Erthogrol ketika menerima berita ini sedih bercampur gembira. Sedih karena anaknya
meninggal dan gembira karena permohonannya untuk menettap di wilayah Saljuq itu
dikabulkan oleh Sultan.. Ketika Erthogrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan
dilanjutkan oleh Ustman. Usman inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajan Ustmani.
Ustman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizanthium yang berdekatan dengamn kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuq Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang
didudukinya. Sejak itulah . kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah
Usman yang sering disebut juga Ustman I.
9. B. Para Penguasa Dinasti Usmani
Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak
kurang dari tiga puluh delapan sultan, yang sejarah kekuasaan mereka
bisa di bagi menjadi lima periode.
1. Periode pertama
Periode ini dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama
sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur. Sultan-sultannya
adalah sebagai berikut:
Usman I 1299-1326
Orkhan (putera Usman I) 1326-1359
Murad ((putera Orkhan) 1359-1389
Bayazid I Yildirim (Putera Murad) 1389-1402.
10. 2. Periode Kedua
Periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai
ekspansinya yang terbesar. Sultan-sultannya adalah:
a. Muhammad I (Putera Bayazid I) 1403-1421
b. Murad II (Putera Muhammad I) 1421-1451
c. Muhammad II Fatih (Putera Murad II) 1451-1481
d. Bayazid II (Putera Muhammad II) 1481-1512
e. Salim I (Putera Bayazid II) 1512-1520
f. Sulaiman I Qanuni (Putera Salim I) 1520-1566.
.
11. 3. Periode Ketiga
Periode ini ditandai dengan kemampuan Ustmani untuk mempertahankan wilayahnya,
sampai lepasnya Hungaria. Namun kemunduran segera terjadi. Dalam masa kemunduran
Turki Ustmani setelah Sulaiman terdapat beberapa Sultan yang berkuasa berturut-turut
sebagai berikut:
a. Salim II (Putera Sulaiman I) 1566-1573
b. Murad III (Putera Salim II) 1573-1596
c. Muhammad III (Putera Murad III) 1596-1603
d. Ahmad I (Putera Muhammad III) 1603-1617
e. Mustafa I (Putera Ahmad I) 1617-1618
f. Usman II (Putera Ahmad I) 1618-1622
g. Mustafa I (Yang kedua kalinya) 1622-1623
h. Murad IV (Putera Ahmad I) 1623-1640
i. Ibrahim I (Putera Ahmad I) 1640-1648
j. Muhammad IV (Putera Ibrahim I) 1648-1687
k. Sulaiman III (Putera Ibrahim I) 1687-1691
l. Ahmad II (Putera Ibrahim I) 1691-1695
m. Mustafa II (Putera Muhammad IV) 1695-1703.
12. 4. Periode Keempat
Periode ini ditandai dengan secara berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah di tangan para penguasa
wilayah. Sultan-sultannya adalah sebagai berikut:
a. Ahmad III (Putera Muhammad IV) 1703-1730
b. Mahmud I (Putera Mustafa II) 1730-1754
c. Usman III (Putera Mustafa II) 1754-1757
d. Mustafa III (Putera Ahmad III) 1757-1774
e. Abdul Hamid (Putera Ahmad III) 1774-1788
f. Salim III (Putera Mustafa III) 1789-1807
g. Mustafa IV (Putera Abd. Al-Hamid I) 1807-1808
h. Mahmud II (Putera Abd. Al-Hamid II) 1808-1839.
13. 5. Periode Kelima
Periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administratif dari
negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Sultan-sultanya adalah:
a. Abdul Majid I (Putera Mahmuud II) 1839-1861
b. Abdul Aziz (Putera Mahmud II) 1861-1876
c. Murad V (Putera Abd. Majid I) 1876-1876
d. Abdul Hamid II (Putera Abd. Majid I) 1876-1909
e. Muhammad V (Putera Abd. Majid I) 1909-1918
f. Muhammad IV (Putera Abd. Majid I) 1918-1922
g. Abdul Majid II (1922-1924), hanya bergelar khalifah, tanpa sultan yang
akhirnya diturunkan pula dari jabatan khalifah. Turki Usmtani di hapus oleh
Kemal Attaturk dan Turki menjadi negara nasiona Republik Turki.
14. C. Penaklukan Konstatinopel
Konstantinopel merupakan ibukota kekaisaran Romawi Timur yang terletak di Semenanjung Bosporus, antara
Balkan dan Anatolia serta penghubung Laut Hitam dan Laut Tengah melalui Selat Dardanela dan Laut Aegea.
Kota ini menghubungkan dua benua besar, Eropa dan Asia. Letaknya yang strategis menyebabkan bangsa-
bangsa tertarik untuk menguasainya, termasuk umat Islam. Konstantinopel didirikan oleh Kaisar Romawi
Konstantinus I di atas situs sebuah kota yang sudah ada sebelumnya, Bizantium yang didirikan pada permulaan
masa ekspansi kolonial Yunani, sekitar tahun 671-662 SM. Kaisar Konstantinus I mempersembahkan
Konstantinopel kepada Maria dan anak-anak Yesus dalam sebuah mosaik Gereja Hagia Shopia yang dikeluarkan
Konstantinus I untuk memperingati pendirian Konstantinopel. Konstantinopel memiliki rencana-rencana besar
dalam segala bidang. Setelah memulihkan kesatuan ke Kaisaran, dan karena sedang melakukan reformasi
besar dalam pemerintahan serta mensponsori konsolidasi masyarakat kristen, dia sungguh-sungguh sadar akan
keterbatasan Romawi sebagai sebuah ibu kota. Roma terlalu jauh dari garis-garis perbatasan dan oleh karena
itu jauh pula dari angkatan bersenjata dan dewan ke Kaisaran. Romawi tidak dimintai sebagai lahan bagi para
politis yang bersebrangan dengan pemerintah. Tetapi Romawi telah menjadi ibukota negara selama seribu
tahun, dan tampak tak terpikirkan untuk memindahkan ibu kota ketempat lain. Meskipun demikian
Konstantinus melihat Bizantium sebagai lokasi yang tepat memiliki kemudahan akses ke perbatasan Danube
maupun Efrat, Dewan ke Kaiseran memperoleh suplai dari kebudayaan-kebudayaan yang subur dan bengkel-
bengkel yang canggih di Asia, perbendaharaannya diisi oleh provinsi-provisi termakmur dalam kekeisaran.
Konstantinopel dibangun selama enam tahun, dan diresmikan pada 11 Mei 330 M. Konstantinopel membagi
kota yang diperluas itu, seperti Romawi menjadi 14 kawasan, dan mendandaninya dengan fasilitas-fasilitas
umum yang layak menjadi metropolis ke Kaisaran. Konstantinopel juga tidak memiliki jajaran administratif
yang mengatur suplai pangan, polisi, patung-patung, kuil-kuil, saluran pembuangan, saluran air bersih, atau
fasilitas-fasilitas umum lainnya. Dalam masa kurang dari seperempat abad sejak kemenangan peratama atas
wilayah Romawi, umat Islam mendekati tembok Konstantinopel yang menjadi ibukota ke Kaisaran Romawi
Timur
15. D. Peradaban Islam di Turki
Sejak masa Usman bin Ertaghrol yang dianggap pembina pertama kerajaan Turki
Usmani ini dengan nama imperium Ottoman timbullah kemajuan dalam berbagai
bidang agama Islam. Turki membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi
agama Islam ke Eropa.
1. Bidang Pemerintahan dan Militer
Para pemimpin kerajaan Ustmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang
yang kuat sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.
Meskipun demikian, kemajuan kerajaan Ustmani hingga mencapai masa
keemasannya itu bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan
tersebut.
16. 2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Peradaban Turki Usmani merupaka perpaduan bermacam-macam peradaban,
diantaranya adalah peradaban Persia, mereka banyak mengambil pelajaran-
pelajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemilitera banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan
ajaran tentang perinsip-perinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan dan keilmuan
mereka terima dari orang-orang Turki Ustmani yang terkenal sbagai bangsa yang
senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing utnuk menerima
kebudayaan luar.
3. Bidang kebudayaan
Dinasti Ustmani di Turki telah membawa peradaban Islam menjadi peradaban
yang cukup maju. Pada zaman kemajuannya. Dalam bidang kebudayaan Turki
Ustmani banyak muncul tokoh-tokoh penting seperti yang terlihat pada abad ke-
16, 17, dan 18. Antara lain abad ke-17, muncul penyair yanitu Nafi’ (1582-1636
M). Nafi’ bekerja untuk Murad Pasya dengan menghasilkan karya-karya sastra
Kaside yang mendapat tempat di hati para Sultan.
17. 4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politk. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa
ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu ulama mempunyai tempat
tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti,
sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi
terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa
legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
18. E. Kemunduran Turki Ustmani
Setelah Sultan Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani memulai memasuki fase
kemunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu
tidak langsung terlihat. Sultan Suliaman Al-Qanuni digan ti oleh Sultan Salim II. Di masa
pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan Usmani dengan armada laut
kristen yang terdiri dari angkatan lau Spanyol, Bundukia, Sri Paus dan sebagian kapal para
pendeta Malta yang dipimpn oleh Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Usmani
mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut musuh. Baru pada masa sultan
berikutnya Sultan Murad III, Tunisia dapat direbut kembali. Pada masa Sultan Murad III (1574-
1595) Kerajaan Usmani pernah berhasil menyerbu Kaukasia dan menguasai Tiflis di laut Hitam
(1577 M), merampas kembali Tibris, ibu kota kerajaan Safawi, menundukkan Georgia,
mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun karena kehidupan moral Sultan yang kurang baik menyebabkan timbulnya kekacauan
dalam negeri. Apalagi ketika pemerintahan dipegang oleh para sultan yang lemah seperti Sultan
Muhammad III, dalam siatuasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul kerajaan Ustmani.
Sesudah Sultan Ahmad I (1603-1617 M) situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I.
Karena gejolak politik dalam negeri tidak dapat diatasinya, Syaikh Al-Islam, mengeluarkan fatwa
agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II.
19. Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu mengalami kemunduran, diantaranya
adalah:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas, administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang
amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administari pemerintahan kerajaan
Ustmani tidak beres. Di pihak lain para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang
sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa, hal ni
tentu menyedot potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.
2. Heterogenitas penduduk, sebagai kerajaan besar, Turki Ustmani menguasai wilayah yang
amat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia. Mesir, Libia,
Tunis, dan Aljazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di
Eropa. Wilayah yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras,
etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah
yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
3. Kelemahan para penguasa, sepeninggalan Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Ustmani diperintah
oleh sultan-sultan yang lemah baik dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya.
Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara
sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin perah.
20. Budaya Pungli (korupsi), pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan
Ustmani, setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Berjangkitnya budaya Pungli ini
mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenissari, kemajuan ekspansi kerajaan Ustmani banyak
ditentukan oleh kuatnya tentara Jenissari, dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana
kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat
kali.
6. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang tak pernah berhenti pereekonomian negara
merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar untuk biaya perang.
7. Terjadinya Stagnasi dalam lapanagan Ilmu dan Teknologi, kerajaan Ustmani kurang
berhasil dalam mengembangkan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan
penegmbangan kekuatan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu
dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari
Eropa yang lebih maju.Pada periode selanjutnya di masa modern, kelemahan kerajaan
Ustmani ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki
daerah-daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Ustmani, terutama
di Timur Tengah dan Afrika Utara
21. KESIMPULAN
1. Dinasti Ustmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama
hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar, kerajaan
Ustmani didirikan oleh Usman I Putra Ertohul bangsa Turki dari kabilah Oghus yang
mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara China
2. Dalam sekian lama kekuasaannya sekitar 165 tahun berkuasa tidak kurang dari tiga
puluh delapan sultan, sejarah kekuasaan mereka di bagi menjadi lima periode.
3. Dinasti Turki mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang
ekspansi atau perluasan agama islam, dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan,
dalam segi budaya, sastra dan arsitek bangunan, dalam bidang keagamaan, sedangakan
dalam bidang ilmu pengetahuan tidak mengalami kemajuan yang berarti
4. Turki Ustmani mengalami masa kemunduran yang disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu wilayah kekuasaan yang sangat luas, heterogenitas penduduk, sepeninggalan
Sulaiman Al-Qanuni, kerajaan Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah baik
dalam kepribadian terutama dalam kepemimpinannya., maraknya budaya pungli
(korupsi), pemberontakan tentara jenissari, merosotnya ekonomi, dan terjadinya
stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.