Dinasti Usmani didirikan oleh Usman pada abad ke-13 dan berkuasa selama tujuh abad hingga akhirnya runtuh pada tahun 1924. Dinasti ini melakukan ekspansi besar-besaran dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Suleiman al-Qanuni, dengan wilayah kekuasaan mencakup Asia Kecil, Eropa Timur, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Dinasti Usmani mengalami kemunduran sej
1. SEJARAH TURKI USMANI
I. PENDAHULUAN
Sejarah Islam masa lalu penuh dengan nostalgia indah dan sekaligus kenangan pahit bagi
umat Islam. Berbagai dinasti silih berganti memimpin umat ini. Tatkala satu dinasti hancur,
muncul dinasti lain dengan coraknya masing-masing.
Jatuhnya Baghdad akibat serangan pasukan Mongol pada tahun 1258 M bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah melainkan sekaligus mengawali masa kemunduran politik
Islam secara drastis. Politik umat Islam menjadi terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajaan
kecil, seperti Dinasti Ilkhan, Dinasti Timuriyah, dan Dinasti Mamalik.
Dinasti Usmani merupakan dinasti besar pertama yang lahir setelah kehancuran Baghdad.
Kekuasaan Usmani meliputi Asia kecil, Eropa Timur sampai benteng Wina, Afrika Utara
termasuk Negeri Sudan dan Somali, Jazirah Arab, negeri Syam termasuk Armeniadan
Azerbayen dan yang lainnya.
Kerajaan Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih lama kekuasaanya dibandingkan
dengan kerajaan keduanya, kerajaan ini juga mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik
dari bidang kemiliteran maupun daerah kekuasaannya. Begitu juga dalam bidang
keilmuannya, meskipun pada masa kerajaan ini ijtihad menjadi sangat langkah. Penulis pada
makalah kali ini mencoba membahas tentang pemikiran hokum islam pada masa Turki
Usmani.
II. PEMBAHASAN
A. Berdiri dan Perkembangan Politiknya
Dinasti Usmani berasal dari suku bangsa pengembara Qayigh Oghuz yang dipimpin oleh
Sulaiman Syah. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol
yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizmi Syah
pada tahu 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah barat dan meminta
perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizmi Syah di Transoxiana.
Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi ke arah Barat (Asia kecil). Kemudian mereka
menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan Mongol. Dalam
usahanya pindah ke Syam, pemimpim-pemimpin Turki mendapat kecelakaan yaitu hanyut di
sungai Euprat (Efrat) yang karena banjir besar pada tahun 1228 akhirnya mereka terbelah
menjadi dua kelompok yaitu, yang pertama ingin pulang ke negeri asalnya sedang yang
kedua ingin meneruskan perjalanannya ke Asia kecil.
Di bawah pimpinan Ertogrul mereka mengabdikan dirinya kepada sultan saljuq, Alauddin
yang sedang berperang melawan Bizantine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh
dari anak buahnya pasukan saljuq mendapat kemenangan melawan Bizantine. Dan sebagai
hadiahnya, sang Sultan berkenan memberikan sebidang wilayah di perbatasan Bizantine
kepada Ertogrul , dan mereka menjadikan Sogud/Sukud sebagai pusat pemerintahannya.
1
2. Pada tahun 1289 Ertogrul meninggal dan meninggalkan seorang putra yang bernama
Usman. Beliau diakui sebagai pendiri dinasti Usmaniyah. Setelah tahun 1300, Mongol
berhasil menjatuhkan seljuq sehingga diproklamirkan berdirinya dinasti baru dengan nama
Usmaniyah. Dinasti ini berkuasa kurang lebih selama tujuh abad dan dipimpin oleh 35 Sultan
yang dimulai dari Usman I hingga Muhammad VI.
Pada Dinasti Usmani raja-raja Dinasti Usmani bergelar Sultan dan sekaligus Kholifah. Sultan
menguasai kekuasaan duniawi sedang Kholifah berkuasa di bidang agama/spiritual. Mereka
semua mendapatkan kekuasaan secara turun temurun, akan tetapi tidak harus putra
pertama yang berhak menjadi penggantinya. Bahkan pada perkembangan selanjutnya
pergantian kekuasaan itu diserahkan kepada saudara sultan, bukan kepada anaknya.
Didalam menjalankan kegiatan sultan/kholifah dibantu oleh seorang mufti atau lebih dikenal
dengan sebutan Syaikhul-Islam (mewakili sultan/kholifah dalam melaksanakan wewenang
agamanya) dan Shadrul-A'dham (perdana menteri) yang mewakili Kepala Negara dalam
melaksanakan wewenang dunianya.
B. Kekuatan Militer dan Ekspansi Wilayah
Usmaniyah dikenal dengan keungulan militernya. Pecahnya perang dengan Bizantine pada
masa Orkhan membuatnya mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga
terbentuklah sebuah kesatuan militer yang disebut Yennisari atau dikenal dengan sebutan
Inkisyariah. Pasukan Inkisyariah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari
bangsa Georgia dan Armenia yang baru masuk Islam, basis kesatuan ini berasal dari
pemuda-pemuda tawanan perang.
Pembaharuan besar-besaran dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak
hanya dalam bentuk perombakan personil pimpinannya, tetapi juga perombakan dalam
keanggotaannya. Seluruh pasukan militer dididik dan dilatih dalam asrama. Sehingga dengan
pasukan tersebut Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non muslim . Oleh karenanya
pada masa Orkhan dapat ditakhlukkan Broessa (Turki), Izmir (Asia kecil), dan Ankara.
Pada masa Murad I, dinasti usmani menakhlukkan Balkan, Andrianopel (sekarang bernama
Edirne, Turki), Macedonia, Sofia (Bulgaria) dan seluruh wilayah Yunani. Kemenangan
gemilang tersebut membuat negeri-negeri Kristen yang terdiri atas Hongaria, Bulgaria,
Serbia, Transsylvania dan Walacia (Rumania) menggempur Dinasti Usmani sehingga Murad I
tewas.
Pada tahun 1402, Dinasti Usmani di bawah pemerintahan Bayazid I di gempur oleh pasukan
Timur Lenk (penguasa mongol) yang jumlahnya kurang lebih sekitar 800.000 orang,
sementara jumlah pasukan Bayazid120.000, dari pertempuran ini kemudian Bayazid tewas,
berikut sejumlah besar pasukannya. Dan akibat kekalahan itu wilayah Usmani hampir
seluruhnya jatuh ke tangan Timur Lenk.
Pada masa Muhammad II, Konstantinopel berhasil direbut sehingga dia memperoleh gelar
al-fatih " sang penakhluk. Pada masa pemerintahan Salim I, ekspansi ke arah barat dialihkan
ke timur, Persia, Syria dan Mesir berhasil dikuasainya. Putra Salim yang bernama Sulaiman I
2
3. melanjutkan ekspansi kea rah timur dan berhasil menakhlukkan Irak, Belgrado, kepulauan
Rhodes Tunis dan Yaman. Sampai dengan masa
Sulaiman I wilayah kekuasaan Turki Usmani mencakup: Asia kecil, Armenia, Irak, Suria, Hijaz,
dan Yaman untuk wilayah Asia: Mesir, Libya, Tunis, dan Aljazair untuk Wilayah Afrika:
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, Rumaniyah untuk wilayah di Eropa.
Pada masa Bayazid II, tentara Usmani sudah dibekali dengan senjata api. Pada masa
Sulaiman al-Qanuni, dinasti ini telah mempunyai 300 kapal
C. PEMERINTAHAN
Sulaiman II adalah seorang negarawan yang sangat handal. Dia menyusun sebuah undang-
undang yang diberi nama Multaqa al-Abhur. Karenanya, dia mendapat gelar al-Qanuni atau
sang pembuat Undang-undang. Pada masanya, Usmaniyah mencapai masa keemasannya
karena kesuksesannya di berbagai bidang, mulai bidang militer hingga masalah
kesejahteraan.
Faktor yang mempengaruhi kejayaan Usmaniyah antara lain, adanya pemimpin yang cakap,
kekuatan militer yang solid dan tersedianya tunjangan bagi pasukan serta penarikan pajak
yang rendah sehingga mendapat simpati dari negeri-negeri taklukannya.
D. Pemikiran Hukum Islam masa Turki Usmani
Pada pertengahan abad ke-7 H sampai munculnya Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah pada
tahun 1286 H. Periode ini diawali dengan kelemahan semangat ijtihad dan berkembangnya
taklid serta ta'assub (fanatisme) mazhab. Penyelesaian masalah fiqh tidak lagi mengacu
pada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW serta pertimbangan tujuan syara' dalam
menetapkan hukum, tetapi telah beralih pada sikap mempertahankan pendapat mazhab
secara jumud (konservatif). Upaya mentakhrij (mengembangkan fiqh melalui metode yang
dikembangkan imam mazhab) dan mentarjih pun sudah mulai memudar.
Ulama merasa sudah cukup dengan mempelajari sebuah kitab fiqh dari kalangan
mazhabnya, sehingga penyusunan kitab fiqh pada periode ini pun hanya terbatas pada
meringkas dan mengomentari kitab fiqh tertentu. Di akhir periode ini pemikiran ilmiah
berubah menjadi hal yang langka. Di samping itu, keinginan penguasa pun sudah masuk ke
dalam masalah-masalah fiqh. Pada akhir periode ini dimulai upaya kodifikasi fiqh (hukum)
Islam yang seluruhnya diambilkan dari mazhab resmi pemerintah Turki Usmani (Kerajaan
Ottoman; 1300-1922), yaitu Mazhab Hanafi, yang dikenal dengan Majalah al-Ahkam al-
'Adliyyah .
Sejak munculnya Majalah al-Ahkam al- 'Adliyyah sampai sekarang. Ada tiga ciri
pembentukan fiqh Islam pada periode ini, yaitu:
3
4. 1. Munculnya Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah sebagai hukum perdata umum yang diambilkan
dari fiqh Mazhab Hanafi;
2. Berkembangnya upaya kodifikasi hukum Islam; dan
3. Munculnya pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang ada di seluruh
mazhab, sesuai dengan kebutuhan zaman.
Munculnya kodifikasi hukum Islam dalam bentuk Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah
dilatarbelakangi oleh kesulitan para hakim dalam menentukan hukum yang akan diterapkan
di pengadilan, sementara kitab-kitab fiqh muncul dari berbagai mazhab dan sering dalam
satu masalah terdapat beberapa pendapat. Memilih pendapat terkuat dari berbagai kitab
fiqh merupakan kesulitan bagi para hakim di pengadilan, di samping memerlukan waktu
yang lama. Oleh sebab itu, pemerintah Turki Usmani berpendapat bahwa harus ada satu
kitab fiqh/hukum yang bisa dirujuk dan diterapkan di pengadilan.
Untuk mencapai tujuan ini dibentuklah sebuah panitia kodifikasi hukum perdata. Pada
tahun 1286 H panitia ini berhasil menyusun hukum perdata Turki Usmani yang dinamai
dengan Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah yang terdiri atas 1.851 pasal. Setelah berhasil dengan
penyusunan Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah, para penguasa di negeri-negeri Islam yang tidak
tunduk di bawah kekuasaan Turki Usmani mulai pula menyusun kodifikasi hukum secara
terbatas, baik bidang perdata, pidana, maupun ketatanegaraan.
Pada abad ke-19 muncul berbagai pemikiran di kalangan ulama dari berbagai negara Islam
untuk mengambil pendapat-pendapat dari berbagai mazhab serta menimbang dalil yang
paling kuat diantara semua pendapat itu. Pengambilan pendapat dilakukan tidak saja dari
mazhab yang empat, tetapi juga dari para sahabat dan thabi'in, dengan syarat bahwa
pendapat itu lebih tepat dan sesuai. Bersumber dari berbagai pendapat atas pendapat
terkuat dari berbagai mazhab, maka pada tahun 1333 H pemerintah Turki Usmani
menyusun kitab hukum keluarga (al-Ahwal asy-Syakhsiyyah) yang merupakan gabungan dari
berbagai pendapat mazhab.
Di dalam al-Ahwal asy-Syakhsiyyah ini terdapat berbagai pemikiran mazhab yang dianggap
lebih sesuai diterapkan. Sejak saat itu bermunculanlah kodifikasi hukum Islam dalam
berbagai bidang hukum. Pada tahun 1920 dan 1925 pemerintah Mesir menyusun kitab
hukum perdata dan hukum keluarga yang disaring dari pendapat yang ada dalam berbagai
kitab fiqh. Dengan demikian, seluruh pendapat dalam mazhab fiqh merupakan suatu
kumpulan hukum dan boleh dipilih untuk diterapkan di berbagai daerah sesuai dengan
kebutuhan.
KESIMPULAN
Daulah Usmaniyah berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan. Turki Usmani didirikan
oleh Usman, dan Dinasti Usmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad. Dengan
timbulnya daulah Usmaniyah Islam dapat kembali menunjukkan kegagah-perkasaan yang
luar biasa dan menyambung usaha dan kemegahan yang lama sampai permulaan abad XX.
4
5. Dinasti Usmani melakukan ekspansi besar-besaran hingga mencakup wilayah yang sangat
luas. Keunggulan dinasti ini adalah kekuatan militernya. Pada masa Ismail al-Qanuni, Turki
Usmani mencapai masa keemasannya.
Dinasti ini mengalami kemunduran sejak wafatnya Ismail al-Qanuni hingga menyebabkan
wilayah-wilayah taklukan memberontak dan membebaskan diri satu-persatu. Puncaknya,
pada tahun 1924 sistem kekhalifahan Turki Usmani–yang merupakan kekhalifahan terakhir
umat Islam–dihapuskan oleh Mustafa Kamal. M.ZAKARIYA MOCHTAR
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K., Sejarah Islam (Tarikh Pra Modern), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1985.
A. Syafiq Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta,Logos, 1997.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1995.
Hamka, Sejarah Umat Islam III, Jakarta, Bulan Bintang, 1975.
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Beberapa Aspeknya I, Jakarta, UI Press, 1979.
Mahayudin Yahya, Sejarah Islam, Fajar Bekti, tt
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003)242
Nurhakim, Moh., Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: UMM Press, 2004.
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta, LESFI, 2003.
Syed Mahmudannasir, Islam: Konsepsi dan sejarahnya, Bandung, Rosdakarya, 1995.
5
6. Daftar Sultan Utsmaniyah
Kesultanan Utsmaniyah
Para sultan Dinasti Utsmaniyah menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat
luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, Kesultanan Utsmaniyah
berkuasa mulai dari Hungaria hingga ke bagian utara Somalia di sebelah selatan, dan dari
Aljazair di sebelah barat hingga Irak di sebelah timur. Ibukotanya mula-mula adalah Bursa di
Anatolia, kemudian dipindahkan ke Edirne pada tahun 1366 dan ke Konstantinopel atau
Istanbul pada tahun 1453 setelah Kejatuhan Konstantinopel Kekaisaran Bizantium[1]
Daftar Sultan
Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah,
diurutkan berdasarkan kronologi. Tughra adalah lambang atau tanda kaligrafi yang
digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan
uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom
"Catatan" berisi informasi mengenai orangtua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan
seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak
tebal. [2] Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam Kesultanan ini diubah dari
"siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas
agnatik (ekberiyet), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini
menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya,
tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.[3] Sistem "senioritas agnatik"
(agnatic seniority) dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-
19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan
tertua).[4]
Berkuasa Berkuasa
# Sultan Potret Tughra Catatan
sejak hingga
Anak Kaya Alp Oğlu
Emir Gazi
Süleyman Şah dan
Ertuğrul Haimā (Hayme) Ana;
Bey Bertakhta hingga
[5]
— kematiannya.
— غازی أرط غرل 1230 1281 [c]
Amîr Ghazi - Ayah Osman Ghazi dan
The Esquire pemimpin terpilih dari
(b. 1191 - d.
klan Kayı dari suku
1281)
Oghuz.
6
7. Anak Ertuğrul Ghazi dan
Khālîma Khānum;
Dipilih oleh para Bey
dan Ghazi dari suku Kayı
Emir Gazi sebagai pemimpin
Osman Bey menggantikan ayahnya,
ب ه ع ثمان
أرط غرل Ertuğrul Ghazi, dan
Amîr Fakhr menjadi Amir oleh Âlâ
—
— ud-din 1281 1299 [c] ud-dîn Kayqubad III,
Othman-Al Sultan Kesultanan Seljuq
Ghazi - The
Anatolia Rûm.
Esquire
(b. 1258 - d. Menjadi pemimpin yang
1324) berdaulat setelah
kejatuhan Kesultanan
Ikonium pada 27 Juli
1299.
Pendirian Kesultanan Utsmaniyah
(27 Juli 1299 – 20 Juli 1402)
Anak Ertuğrul Ghazi dan
Osman I Khālîma Khānum;
GHAZI (The On 27 Juli 1299,
Warrior) declared his
—
1 BEY (The 1299 1324 [c] independence from the
Esquire) Anatolian Seljuk Empire.
KARA (lit. The Land
or The Black) for Berkuasa sampai
his bravery
wafat.[6]
Orhan I Putra Osman I dan
GHAZI (The Malhun (Māl) Khātûn;
2 Warrior) 1324 1362 Berkuasa sampai
BEY (The wafat.[7]
Esquire)
Murad I
HÜDAVENDİG
ÂR -
Anak Orhan I dan
Khodāvandgā Nilufer Khātûn;
r- 15 Juni Terbunuh di medan
3 1362
1389 Pertempuran Kosovo
(The God-like pada 15 Juni 1389.[8]
One)
(Sultan since
1383)
7
8. Anak Murad I dan Gül-
Çiçek Khātûn;
Tertangkap pada
Pertempuran Ankara
Bayezid I 15 Juni 20 Juli (de facto akhir masa
4 YILDIRIM (The
Thunderbolt)
1389 1402 pemerintahan);
Meninggal di
pengasingan Akşehir
pada 8 Maret 1403.[9]
Ottoman Interregnum[d]
(20 Juli 1402 – 5 Juli 1413)
Setelah Pertempuran
Ankara pada 20 Juli
1402, İsa Çelebi
mengalahkan Musa
Çelebi dan mulai
menguasai bagian barat
İsa Çelebi wilayah Anatolia selama
— The Co-Sultan 1403 1405 — kurang lebih dua tahun.
of Anatolia Dikalahkan oleh
Mehmed Çelebi pada
Pertempuran Ulubat
pada 1405.
Dibunuh pada tahun
1406.
Mendapatkan gelar
Sultan Rumelia untuk
bagian wilayah Eropa
dari kerajaannya,
Emir (Amir) beberapa waktu setelah
Süleyman 17 kekalahan bani
Çelebi 20 Juli
— Februari — Utsmaniyah di
The First 1402
Sultan of
1411[10] Pertempuran Ankara
Rumelia pada tanggal 20 Juli
1402
Dibunuh pada tanggal
17 Februari 1411.[11]
Acquired the title of The
Musa Sultan of Rumelia for
Çelebi 18
5 Juli the European portion of
— The Second Februari —
1413[12] the empire[13]on 18
Sultan of 1411
Rumelia Februari 1411, just after
the death of Süleyman
8
9. Çelebi.
Terbunuh pada 5 Juli
1413 oleh pasukan
Mehmed Çelebi di
Pertempuran Çamurlu
Derbent dekat Samokov
di Bulgaria.[14]
Menguasai bagian timur
Anatolia sebagai co-
Sultan setelah
kekalahan Pertempuran
Ankara pada 20 Juli
1403 - 1402.
1406 Mengalahkan İsa Çelebi
(Sultan of pada Pertempuran
the Eastern Ulubat pada 1405.
Mehmed Anatolian
Menjadi penguasa
Çelebi Territory) 5 Juli
— — tunggal wilayah Anatolia
The Sultan of 1413
Anatolia 1406 - di Kesultanan
1413 Utsmaniyah setelah
(The Sultan kematian İsa pada tahun
of 1406.
Anatolia) Memperoleh
kedudukan Sultan
Utsmaniyah Mehmed I
Khan setelah kematian
Musa pada 5 Juli 1413.
Kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah
(5 Juli 1413 – 29 Mei 1453)
Mehmed I
ÇELEBİ (The
Anak Bayezid I dan
Affable) Devlet Khātûn;
5 Juli 26 Mei
5 KİRİŞÇİ (lit. Berkuasa sampai
1413 1421
The Bowstring wafat.[15]
Maker) for his
support
Anak Mehmed I dan
Âminā (Emine)
Murad II Khātûn;[16]
25 Juni
6 KOCA (The 1444 Sukarela mengasingkan
Great)
1421
diri demi putranya,
Mehmed II.[17]
9
10. Anak Murad II dan
Hadice Âlime Hümâ
Mehmed II Khātûn;[18]
7 FATİH (The 1444 1446 Menyerahkan tahta
Conqueror) kepada ayahnya setelah
diminta kembali.[17]
Masa pemerintahan
kedua;
Dipaksa kembali
Murad II 3 bertakhta setelah
— KOCA (The 1446 Februari terjadi pemberontakan
Great) 1451 Yanisari;[19]
Berkuasa sampai
wafat.[16]
Perkembangan Kesultanan Utsmaniyah
(29 Mei 1453 – 11/12 September 1683)
Masa pemerintahan
kedua;
Mehmed II 3 Conquered
3 Mei
— FATİH (The Februari Constantinople in 1453;
Conqueror)
1481
1451 Berkuasa sampai
wafat.[20]
Anak Mehmed II dan
Mükrîme (Sitt-î
Mû’kārîmā) Khātûn;
Bayezid II 19 Mei 25 April Mengasingkan diri;
8 VELÎ (The
Saint)
1481 1512 Meninggal dekat
Didymoteicho pada 26
Mei 1512.[21]
Selim I Anak Bayezid II dan Kül-
YAVUZ (The 21 Bahār Khātûn;
Stern) 25 April
9 Septemb Berkuasa sampai
(Caliph Of 1512
Muslims Since er 1520 wafat.[22]
1517)
10
11. Suleiman I Putra Selim I dan A’ishā
MUHTEŞEM Hafîzā (Ayşe Hafsa)
(Yang Agung) 30 6 or 7
1 Vâlidā Sultân;
Septemb Septemb
0 Berkuasa sampai
or KANÛNÎ er 1520 er 1566
(The wafat.[23]
Lawgiver)
Anak Suleiman I dan
Selim II Hürrem (Khûrrām or
29 21
1 SARI (The Kārimā) Haseki Sultân;
Septemb Desembe
1 Yellow-The Berkuasa sampai
er 1566 r 1574
Blond) wafat.[24]
Anak Selim II dan Afîfe
22 16 Nûr-Banû Vâlidā Sultân;
1
Murad III Desembe Januari Berkuasa sampai
2
r 1574 1595 wafat.[25]
Anak Murad III dan
27 20 or 21 Sâfiyā Vâlidā Sultân;
1 Mehmed III
ADLÎ (The Januari Desembe Berkuasa sampai
3 Just) 1595 r 1603 wafat;[26]
Anak Mehmed III dan
21 22 Handan Vâlidā Sultân;
1 Ahmed I
BAKHTÎ (The Desembe Novemb Berkuasa sampai
4 Fortunate)
r 1603 er 1617 wafat.[27]
Anak Mehmed III dan
Fûldâne Valide Sultan;
Mustafa I 22 26 Diturunkan karena cacat
1
DELİ (The Novemb Februari mental dan digantikan
5 Intestable) er 1617 1618 keponakannya Osman
II.[28]
Anak Ahmed I dan Mâh-
Firûze Hadice (Khadija)
Osman II 26 Vâlidā Sultân;
1 19 Mei
GENÇ (The Februari Diturunkan melalui
6 Young)
1622
1618 pemberontakan Yanisari
pada 19 Mei 1622;
Dibunuh pada 20 Mei
11
12. 1622 oleh Wasir Agung
Kara Davud Paşa (Black
Da'ud Pasha).[29]
Masa pemerintahan
kedua;
Kembali bertahta
setelah pembunuhan
keponakan laki-lakinya,
Mustafa I 10
20 Mei Osman II;
— DELİ (The Septemb
Intestable)
1622 Diturunkan karena cacat
er 1623
mental dan dipenjara
hingga meninggal di
Istanbul pada tanggal 20
Januari 1639.[28]
Anak Ahmed I dan Mâh-
Peyker Kösem Vâlidā
Murad IV 10 8 or 9
1 Sultân;
GHAZI (The Septemb Februari
7 Warrior)
Berkuasa sampai
er 1623 1640
wafat.[30]
Anak Ahmed I dan Mâh-
Peyker Kösem Vâlidā
Sultân;
Diturunkan pada 8
Agustus 1648 melaui
kudeta yang dipimpin
Ibrahim I 9 8
1 oleh Sheikh ul-Islam;
DELİ (The Februari Agustus
8 Arrage)
Dicekik mati di Istanbul
1640 1648
pada 18 Agustus
1648[31] at the behest of
the Grand Vizier
Mevlevî Mehmed Paşa
(Sofu Mehmed Pasha).
Anak Ibrahim I dan
Turhan Hadice (Khadija)
Vâlidā Sultân;
8 8 Diturunkan pada 8
1 Mehmed IV
AVCI (The Agustus Novemb November 1687 setelah
9 Hunter) 1648 er 1687 kekalahan Utsmaniyah
di Pertempuran Mohács
Kedua;
Meninggal di Edirne
12
13. pada 6 Januari 1693.[32]
Stagnasi Kesultanan Utsmaniyah
(11/12 September 1683 – 20 Oktober 1827)
Anak Ibrahim I dan
Sâliha Dil-Âşûb
8
2 22 Juni (Dilâshûb) Vâlidā Sultân;
Suleiman II Novemb
0 1691 Berkuasa sampai
er 1687
wafat.[33]
Anak Ibrahim I dan
Hatice (Khadija)
Ahmed II 6 Mû’azzez İkinci Haseki
2 KHAN GHAZI 22 Juni
Februari Sultân;
1 (The Warrior 1691
Prince) 1695 Berkuasa sampai
wafat.[34]
Anak Mehmed IV dan
Mâh-Pârā Ummetullah
(Emetullah) Râbi’a Gül-
Nûsh (Gül-Nûş) Vâlidā
Sultân;
Diturunkan pada 22
6 22
2 Mustafa II Agustus 1703 karena
GHAZI (The Februari Agustus
2 Warrior)
pemberontakan Yanisari
1695 1703
yang dikenal sebagai
Kejadian Edirne;
Meninggal di Istanbul
pada tanggal 8 Januari
1704.[35]
Anak Mehmed IV dan
Mâh-Pârā Ummetullah
(Emetullah) Râbi’a Gül-
Nûsh (Gül-Nûş) Vâlidā
Sultân;
22 1 or 2
2 Diturunkan karena
Ahmed III Agustus Oktober
3 pemberontakan Yanisari
1703 1730
yang dipimpin oleh
Patrona Halil;
Meninggal pada tanggal
1 Juli 1736.[36]
13
14. Anak Mustafa II dan
Mahmud I Sâliha Sebkat-î Vâlidā
2 13
2 GHAZI (The Sultân;
Warrior) Oktober Desembe
4 KAMBUR (The Berkuasa sampai
1730 r 1754
Hunchback) wafat.[37]
Anak Mustafa II dan
Şâh-Süvar (Shah-Sûvar)
Osman III 13 29 or 30
2 Vâlidā Sultân;
SOFU (The Desembe Oktober
5 Devout)
Berkuasa sampai
r 1754 1757
wafat.[38]
Anak Ahmed III dan
Âminā Mehr-î-Shâh
Mustafa III 30 21 (Emine Mihr-î-Şâh) İkinci
2 YENİLİKÇİ (The
Oktober Januari Kadın Efendi;
6 First
Innovative) 1757 1774 Berkuasa sampai
wafat.[39]
Anak Ahmed III dan
Abd-ul- Râbi’a Sharm-î (Şerm-î)
21 6 or 7
2 Hamid I Kadın Efendi;
Januari April
7 The Servant of Berkuasa sampai
1774 1789
God wafat.[40]
Anak Mustafa III dan
Mehr-î-Shâh (Mihr-î-
Şâh) Vâlidā Sultân;
o Diturunkan
karena
pemberontakan
Yanisari yang
Selim III dipimpin oleh
2 BESTEKÂR 7 April 29 Mei Kabakçı Mustafa
8 (The 1789 1807 yang menentang
Composer) reformasinya;
Dibunuh oleh
pembunuh misterius
Istanbul pada 28 Juli
1808[41] at the behest of
Ottoman Sultan
Mustafa IV.
14
15. Anak Abd-ul-Hamid I
dan Bash Iqbal
Nushatzaza (Nüzhet-
Zâde / Nükhet-Sedâ)
Khānum Effendi;
Diturunkan karena
pemberontakan yang
2 29 Mei 28 Juli
Mustafa IV dipimpin oleh Alemdar
9 1807 1808
Mustafa Pasha;
Dieksekusi Istanbul
pada 17 November
1808[42] by order of
Ottoman Sultan
Mahmud II.
Anak Abd-ul-Hamid I
dan Naksh-î-Dil (Nakş-î-
Dil) Haseki Vâlidā Sultân
(adoptive mother of
Mahmud II);
Mahmud II Membubarkan para
3 ISLAHÂTÇI 28 Juli 1 Juli
Yanisari sebagai akibat
0 (The 1808 1839
Reformer) dari Insiden yang
Menguntungkan pada
1826;
Berkuasa sampai
wafat.[43]
Kemunduran Kesultanan Utsmaniyah
(20 Oktober 1827 – 24 Juli 1908)
Anak Mahmud II dan
Bezm-î-Âlem Vâlidā
Sultân;
Mengumumkan
Abd-ul- Perintah Kerajaan "Hatt-
Mejid I i Sharif" dari Gülhane
TANZİMÂTÇI (Tanzimât Fermânı)]]
3 (The Strong 1 Juli 25 Juni yang meluncurkan
Reformist or
1 1839 1861 periode reformasi dan
The Advocate
of reorganisasi Tanzimat
Reorganizatio pada tanggal 3
n) November 1839 atas
usulan tokoh reformasi
Grand Vizier Koca
Mustafa Reşid Pasha
(Great Mustafa Rashid
15
16. Pasha);
Menerima Islâhat Hatt-ı
Hümayun (Edik
Reformasi Kesultanan)
(Islâhat Fermânı) pada
tanggal 18 Februari
1856;
Berkuasa sampai
wafat.[44]
Anak Mahmud II dan
Pertav-Nihâl
(Pertevniyâl) Vâlidā
Sultân;
3 Abd-ul-Aziz 25 Juni 30 Mei Diturunkan oleh
2 I 1861 1876 menteri-menterinya;
Ditemukan mati (bunuh
diri atau dibunuh) lima
hari kemudian.[45]
Anak Abd-ul-Mejid I dan
Shāvk-Efzâ (Şevk-Efzâ)
Vâlidā Sultân;
Diturunkan karena
keinginannya untuk
31 mereformasi
3 30 Mei
Murad V Agustus kesultanan;
3 1876
1876 Diperintahkan untuk
tinggal di Istana Çırağan
hingga ia meninggal
pada 29 Agustus
1904.[46]
Anak Abd-ul-Mejid I dan
Tîr-î-Müjgan Üçüncü
Kadın Efendi; and later
the adoptive son of
Abd-ul- Rahime Perestû (Piristû)
Hamid II 31 Vâlidā Sultân (adoptive
3 ULU HAN 27 April
Agustus mother of Abdul Hamid
4 1909
1876 II).
(The Sublime
Khan) Pendirian Kekuasaan
Konstitusional Pertama
pada tanggal 23
November 1876
kemudian ditangguhkan
16
17. pada 13 Februari 1878;
Restorasi Kekuasaan
Konstitusional Kedua
pada tanggal 3 Juli 1908;
Diturunkan setelah
Insiden 31 Maret (pada
13 April 1909);
Dikurung di Istana
Beylerbeyi hingga
meninggal pada tanggal
10 Februari 1918.[47]
Pembubaran Kesultanan Utsmaniyah[e]
(24 Juli 1908 – 30 Oktober 1918)
Anak Abd-ul-Mejid I dan
Gül-Cemâl Dördüncü
Mehmed V Kadın Efendi;
REŞÂD Memerintah sebagai
3 27 April 3 Juli pemimpin
5 (The True 1909 1918 ("figurehead") Mehmed
Path Talât, İsmail Enver, dan
Follower)
Ahmed Cemal (Djemal)
Pashas sampai wafat.[48]
Pembagian Kesultanan Utsmaniyah
(30 Oktober 1918 – 1 November 1922)
Anak Abd-ul-Mejid I dan
Gül-İstü (Gülistan
Münire) Dördüncü Kadın
Mehmed VI
Efendi;
VÂHİD-ÜD-
DÎN Kesultanan Utsmaniyah
1 dihapuskan;
3 4 Juli
Novemb Meninggalkan Istanbul
6 (The Unifier of 1918
Religion er 1922 pada 17 November
(Islam) or The 1922;
Oneness of
Mati di pengasingan di
Islam)
Sanremo, Italia pada 16
Mei 1926.[49]
Republican Caliphate
( 18 November 1922 – 3 Maret 1924 )
17
18. Anak Abd-ul-Aziz I dan
Hayrân-î-Dil Kadın
Efendi;[50]
Abd-ul- Dipilih sebagai caliph
Mejid II oleh "Grand National
HALİFE 18 Assembly of Turkey"
3 Maret —
— Novemb [c] (TBMM);
(The Last 1924
er 1922 Diasingkan setelah
Ottoman
Caliph Of pembubaran kalifat;[51]
Islam) Meninggal di Paris,
Perancis pada tanggal
23 Agustus 1944.[52]
Lihat pula
Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Daftar sultan Utsmaniyah
Kesultanan Utsmaniyah
Dinasti Utsmaniyah
Referensi
1. ^ Stavrides 2001, p. 21
2. ^ Quataert 2005, p. 91
3. ^ Quataert 2005, p. 92
4. ^ Karateke 2005, pp. 37–54
5. ^ "Sultan Osman Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
6. ^ "Sultan Osman Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
7. ^ "Sultan Orhan Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
8. ^ "Sultan Murad Hüdavendigar Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and
Tourism. Diakses pada 6 Februari 2009.
9. ^ "Sultan Yıldırım Beyezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
10. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe
yayınları, İstanbul,2009,ISBN 975-6480-17-3 p 314
11. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe
yayınları, İstanbul, 2009, ISBN 975-6480-17-3 p 314
12. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan),
Milliyet yayınları, İstanbul. p 58-60.
18
19. 13. ^ Prof. Yaşar Yüce-Prof. Ali Sevim: Türkiye tarihi Cilt II, AKDTYKTTK Yayınları, İstanbul,
1991 p 74-75
14. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan),
Milliyet yayınları, İstanbul. p. 58-60.
15. ^ "Sultan Mehmed Çelebi Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
16. ^ a b "Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
17. ^ a b "Chronology: Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and
Tourism. Diakses pada 7 April 2009.
18. ^ "Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
19. ^ Kafadar 1996, p. xix
20. ^ "Chronology: Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture
and Tourism. Diakses pada 15 Juli 2010.
21. ^ "Sultan II. Bayezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
22. ^ "Yavuz Sultan Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
23. ^ "Kanuni Sultan Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
24. ^ "Sultan II. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
25. ^ "Sultan III. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
26. ^ "Sultan III. Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
27. ^ "Sultan I. Ahmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
28. ^ a b "Sultan I. Mustafa". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
29. ^ "Sultan II. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
30. ^ "Sultan IV. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
31. ^ "Sultan İbrahim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
32. ^ "Sultan IV. Mehmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
33. ^ "Sultan II. Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
34. ^ "Sultan II. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
35. ^ "Sultan II. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
36. ^ "Sultan III. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
19
20. 37. ^ "Sultan I. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
38. ^ "Sultan III. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
39. ^ "Sultan III. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
40. ^ "Sultan I. Abdülhamit Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
41. ^ "Sultan III. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses
pada 6 Februari 2009.
42. ^ "Sultan IV. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
43. ^ "Sultan II. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
44. ^ "Sultan Abdülmecid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
45. ^ "Sultan Abdülaziz Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
46. ^ "Sultan V. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
47. ^ "Sultan II. Abdülhamid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism.
Diakses pada 6 Februari 2009.
48. ^ "Sultan V. Mehmed Reşad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and
Tourism. Diakses pada 6 Februari 2009.
49. ^ "Sultan VI. Mehmed Vahdettin Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and
Tourism. Diakses pada 6 Februari 2009.
50. ^ iroğlu 1992, p. 13
51. ^ iroğlu 1992, p. 17
52. ^ iroğlu 1992, p. 14
Bibliografi
iroğlu, Orhan Gâzi (1992) (dalam bahasa Turkish). Son halife, Abdülmecid. Tarihin
şahitleri dizisi. Istanbul: Burak Yayınevi. ISBN 9789757645177. OCLC 32085609.
Duran, Tülay (1999) (dalam bahasa Turkish). Padişah Portreleri (Portraits of the
Ottoman Empire's Sultans). Sirkeci: Association of Historical Research and Istanbul
Research Centre. ISBN 9789756926079. OCLC 248496159.
Findley, Carter V. (2005). The Turks in World History. New York: Oxford University
Press US. ISBN 9780195177268. OCLC 54529318. Diakses pada 29 April 2009.
Glazer, Steven A. (1996) [Research completed January 1995]. "Chapter 1: Historical
Setting". di dalam Metz, Helen Chapin. A Country Study: Turkey. Country Studies
(edisi ke-5th). Washington, D.C.: Federal Research Division of the Library of
Congress. ISBN 9780844408644. OCLC 33898522. Diakses pada 22 April 2009.
Kafadar, Cemal (1996). Between Two Worlds: The Construction of the Ottoman State.
Berkeley, CA: University of California Press. ISBN 9780520206007. OCLC 55849447.
Diakses pada 18 April 2009.
20
21. Karateke, Hakan T. (2005). "Who is the Next Ottoman Sultan? Attempts to Change
the Rule of Succession during the Nineteenth Century". di dalam Weismann, Itzchak;
Zachs, Fruma. Ottoman Reform and Muslim Regeneration: Studies in Honour of
Butrus Abu-Manneb. London: I. B. Tauris. ISBN 9781850437574. OCLC 60416792.
Diakses pada 2 Mei 2009.
d'Osman Han, Nadine Sultana (2001). The Legacy of Sultan Abdulhamid II: Memoirs
and Biography of Sultan Selim bin Hamid Han. Foreword by Manoutchehr M.
Eskandari-Qajar. Santa Fe, NM: Sultana Pub. OCLC 70659193. Diakses pada 2 Mei
2009.
Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman
Empire. New York: Oxford University Press US. ISBN 9780195086775. OCLC
243767445. Diakses pada 19 April 2009.
Quataert, Donald (2005). The Ottoman Empire, 1700–1922 (edisi ke-2nd). Cambridge
University Press. ISBN 9780521839105. OCLC 59280221. Diakses pada 18 April 2009.
Stavrides, Theoharis (2001). The Sultan of Vezirs: The Life and Times of the Ottoman
Grand Vezir Mahmud Pasha Angelović (1453–1474). Leiden: Brill Publishers. ISBN
9789004121065. OCLC 46640850. Diakses pada 18 April 2009.
Sugar, Peter F. (1993). Southeastern Europe under Ottoman Rule, 1354–1804 (edisi
ke-3rd). Seattle: University of Washington Press. ISBN 9780295960333. OCLC
34219399. Diakses pada 18 April 2009.
Toprak, Binnaz (1981). Islam and Political Development in Turkey. Leiden: Brill
Publishers. ISBN 9789004064713. OCLC 8258992. Diakses pada 19 April 2009.
Uğur, Ali (2007) (dalam bahasa Turkish). Blue Imperialism. Istanbul: Çatı Publishing.
ISBN 9758845873. OCLC 221203375. Diakses pada 19 April 2009.
Toynbee, Arnold J. (1974). "The Ottoman Empire's Place in World History". di dalam
Karpat, Kemal H.. The Ottoman State and Its Place in World History. Social, Economic
and Political Studies of the Middle East. 11. Leiden: Brill Publishers. ISBN
9789004039452. OCLC 1318483. Diakses pada 2 Mei 2009.
vv
21