SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
i
MAKALAH
PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM 2
MEMBUKA PINTU IJTIHAD (Fazlur Rahman)
Dosen pengampu: Ust. Robbi Zidni Ilman Z.F
Penyusun :
Raudlatul Jannah
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN PROBOLINGGO
2022-2023
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurah
limpahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpah dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah "
PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM "
Dengan segenap kekurangan, kami selalu berusaha sedikit demi sedikit
melangkah untuk terus belajar mengembangkan potensi yang ada pada diri kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami disini kami masih butuh bimbingan serta dukungannya
agar makalah ini mencapai kesempurnaan. Kami mengucapkan Terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ust. Robbi Zidni Ilman ZF selaku dosen
pembimbing.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Kraksaan,08 Februari 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.. ...................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. ..1
A.Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah... ........................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................3
A. Tertutupnya pintu Ijtihad........................................................................... 3
B. Dibukanya pintu ijtihad...............................................................................6
BAB III. PENUTUP.... ....................................................................................8
A.Kesimpulan... ...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hukum Islam adalah sekumpulan aturan keagamaan yang mengandung
perilaku kehidupan kaum dan keseluruhan aspeknya, baik yang bersifat individu
maupun kolektif. Karena karakteristik yang serba mencakup ini, hukum Islam
menempati posisi penting dalam pandangan umat Islam.Bahkan, sejak awalnya
hukum Islam telah dianggap sebagai pengetahuan par Exellence – yaitu suatu posisi
yang belum pernah dicapai teologi. Itulah sebabnya para pengamat barat menilai
bahwa mustahil untuk memahami Islam tanpa memahami hukum Islam. Dengan
berlakunya waktu perkembangan Islam yang dinamis dan kreatif pada masa awal
kemudian menjelma ke dalam bentuk madzhab-madzhab atas inisiatif beberapa ahli
hukum. Tetapi dengan terjadinya kristalisasi madzhab tersebut, hak untuk berijtihad
mulai dibatasi dan kemudian hak tersebut dinyatakan tertutup.
Pada pertengahan Abad ke-3 atau 9 M muncul gagasan bahwa hanya
ulama'-ulama' besar masa lampau yang berhak melakukan ijtihad. Sementara pada
permulaan Abad ke-4 H tercapai titik krisis dimana para sarjana hukum Islam
(fuqaha") dari berbagai madzhab Sunni memandang bahwa seluruh permasalahan
yang esensial telah dibahas secara tuntas. Semacam consensus secara gradual
memapankan dirinya yang kurang lebih bermakna bahwa mulai saat itu tidak
seorangpun yang boleh mengklaim bahwa ia memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan ijtihad mutlak, dan seluruh aktifitas dimasa mendatang harus dibatasi
pada penjelasan, aplikasi dan penafsiran doktrin yang telah dirumuskan. (Adnan
Amal,1994.35).
Dalam iklim pembaruan yang lesu semacam ini, kehadiran fazlur Rahman
dalam peta pembaharuan hukum Islam merupakan hembusan angin segar yang
memebawa harapan. Di kalangan pengamat barat, Rahman dipandang sebagai salah
seorang sarjana Muslim yan pAling disegani dan kreatif di antara pemikir-pemikir
Muslim Indo-Pakistan akhirakhir ini. Sementara Ahmad Syafi’I Ma’arif pernah
2
menjadi murid Rahman selama beberapa tahun, bahkan menilai bahwa gurunya itu
mungkin "dapat dikategorikan sebagai salah seorang yang paling bertanggung
jawab dalam masalah pembaruan pemikiran Islam secara total dan tuntas" sesudah
perang dunia ke II. Keterlibatan Rahman dalam arus pembaruan Islam memang
terlihat sangat intens, dan hal ini didukungnya dengan menulis sejumlah buku serta
artikel yang membahas berbagai masalah fundamental Islam. Dari kajian-kajian
keagamaanya, hukum Islam tampak mendapat perhatian serius dari Rahman.
Berbeda dengan para pembaru Muslim sebelumnya, Rahman berhasil merumuskan
suatu metodologi yang sistematis dan komprehensif, dimana hukum Islam
merupakan fokus utamanya disamping aspek-aspek lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah memahami masalah MEMBUKA PINTU
IJTIHAD (Fazlur Rahman) kami membahas tentang:
1. Bagaimana tertutupnya pintu ijtihad?
2. Bagaimana dibukanya pintu ijtihad ?
C. TUJUAN MASALAH
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui masalah dari materi
MEMBUKA PINTU IJTIHAD (Fazlur Rahman):
1. Untuk mengetahui penjelasan tertutup nya pintu ijtihad
2. Untuk mengetahui penjelasan terbukanya pintu ijtihad
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERTUTUPNYA PINTU IJTIHAD
Sebelum membahas "MEMBUKA PINTU IJTIHAD" Rahman mengajak
kita untuk menelusuri lebih dahulu, tentang pernyataan, "Pintu Ijtihad di dalam
Islam ditutup", menurut Rahman, tidak seorangpun yang benar-benar mengetahui
kapankah pintu ijtihad tersebut tertutup? Dan siapakah sebenarnya yang telah
menutupnya?. Disamping itu juga kita tidak dapat menemukan pernyataan bahwa
tertutupnya pintu ijtihad tersebut adalah perlu ada atau memang diinginkan atau
mungkin mengenai penutupan "pintu ijtihad itu sendiri", walaupun kita dapat
menemukan Penilaian-penilaian dari para penulis dikemudian hari, bahwa pintu
ijtihad tertutup. Penilaian-penilaian tersebut dikenakan pula pada keadaankeadaan
di masa lampau dan sejauh yang dapat kita saksikan, tidak setuju pada pernyataan
tertentu mengenai penutupan pintu ijtihad.¹
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa walaupun secara
formal pintu ijtihad tidak pernah tertutup oleh siapapun juga walaupun punya
otoritas yang besar dalam Islam, namun suatu keadaan secara lambat laun serta pasti
melanda Islam (termasuk di Pakistan), dimana seluruh kegiatan berfikir secara
umumnya terhenti .²
Menurut Masyafu' Zuhdi, 4munculnya fatwa, "pintu ijtihad tertutup" itu
terjadi pada akhir abab IV H. fatwa ini sebenarnya mempunyai tujuan yang positif,
yaitu untuk mencegah orang-orang yang tidak memenuhi syarat berijtihad berani
memberikan fatwa-fatwa dengan sesuka hatinya kepada masyarakat. Dan untuk
menghindari terjadinya fatwa-fatwa yang bersimpang siur dan tidak terkendalikan,
sehingga membingungkan umat.
Disamping itu, fatwa tentang tertutupnya pintu ijtihad itu dapat pula menimbulkan
akibat-akibat yang negatif,diantaranya:
4
1
1. Berhentinya perkembangan fiqih, yang mengakibatkan fiqih Islam menjadi
statis.
2. Umat Islam menjadi statis dan tidak kritis, yang menyebabkan kemunduran dan
keterbelakangan umat Islam;
3. Fokus perhatian umat Islam dan ulama' berpindah dari AlQur’an dan Sunnah
kepada fatwa-fatwa imam madzhabnya dan dasar-dasar pemikirannya, yang mereka
pandang seolah nash-nashnya. Dan kalau mereka memahami nash-nash AlQur’an
dan sunnah, maka dimaksudkan untuk memperkuat mandzhabnya.
Sehubungan dengan tertutupnya pintu ijtihad ini, Ali Sayis³
mengatakan, bahwa tidak ada lagi orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam
berijtihad setelah Muhammad bin Jabir Ath-Thobari, (W. 310 H) memberanikan
diri dalam berijtihad, beristimbat dan berfatwa memutuskan hukumhukumnya
langsung dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa terkait oleh satu pendapat pun dari
imam-imam mujtahid. Bahkan mereka mengekang hak kebebasaan diri mereka dan
hanya puas dengan berpegang kepada fiqih-fiqih Abu Hanifah, MAlik, Syafi’I dan
Ibnu Hambal, serta madzhab-madzhab lain yang berkembang. Mereka membatasi
diri mereka dalam ruang lingkup yang sangat terbatas, dan hanya mengikuti
prinsipprinsip madzhab yang ada, dan tidak berusaha untuk mengembangkan dan
meluaskan ruang lingkupnya. Setiap kelompok hanya berpegang kepada madzhab
tertentu tanpa berani melanggarnya, serta berjuang keras untuk membela/
memenangkan madzhabnya, baik secara global maupun secara rinci.
Menurut Rahman, disamping tetutupnya pintu ijtihad dipandang
sebagai penghalang untuk mendinamisasikan hukum Islam adalah adanya syarat-
syarat ijtihad yang tidak mungkin direalisasikan di dalam diri seseorang. Sehingga
seseorang enggan melakukan ijtihad atau untuk memungkinkan ijtihad tersebut
dilakukan.
1
Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj Anas Mahyudin, (Penerbit PUSTAKA:
Bandung, 1884, 227)
².Ibd, 228
5
Rahman menolak tertutupnya pintu ijtihad, ataupun penilaian-
peniAlaian ke dalam ijtihad mutlak, Ijtihad Fil Masa'il dan Ijtihad Fil Madzhab.
Tentang penilaian-peniAlaian ijtihad ini, ia berkomentar, "pembagian ijtihad
semacam ini jelas bersifat formalistik dan agak artifisialis. Rahman memang
mengakui bahwa seorang mungkin hanya merupakan ahli dalam suatu masalah dan
bukan pemikir yang menjulang dalam keseluruhan masalah hukum, tetapi hAl ini
bukanlah masalahyang penting, karena jika ia mengemukakan aplikasi yang tepat,
maka ia juga bisa menjadi ahli dalam cabang hukum-hukum lainnya. Hal yang
teramat penting adalah caliber intelektualnya, yang secara relatif sedikit sekali
disinggung dalam literaturliteratur Yuridis kita.
Baginya ijtihad haruslah merupakan upaya sistematis, komprehensif dan
berjangka panjang : ijtihad haruslah merupakan upaya berganda akal budi yang
berfikir, yang berhadapan antara satu dengan lainnya dalam satu arena perdebatan
terbuka, sehingga akhirnya menghasilkan suatu consensus menyeluruh.⁶ Salah satu
dorongan dasar yang berada dibalik penempatan tehnis kualifikasi-kualifikasi
ijtihad tradisional adalah untuk menghindari pertumbuhan ijtihad yang tidak
terkendali. Walaupun Rahman tidak sependapat dengan gagasan tradisional tentang
kualifikasi ijtihad itu. Tetapi kecenderungan yang serupa, bahwa ijtihad akan
dipraktikkan secara "liar" juga menghantui pikirannya. Meskipun ia memberi
penekanan yang tegas terhadap ijtihad sebagai hak setiap Muslim yang tak dapat
diganggu gugat, akan tetapi tampaknya ia tidak rela jika prinsip gerak ini
dipraktikkan secara “liar” tercerai berai dan tidak bertanggung jawab.
Berkaitan dengan upaya terbukanya pintu ijtihad, Rahman berpendapat
bahwa ijtihad baik secara teoritis maupun secara praktis senantiasa terbuka dan
tidak pernah tertutup, tetapi, Rahman tampaknya tidak ingin daerah teritorial
kebebasan. Ijtihad yang telah dibukanya sebagai hasil dari liberalismenya terhadap
konsep ijtihad, menjadi tempat persemaian dan pertumbuhan ijtihad yang liar,
sewenangwenang, serampangan dan tidak bertanggung jawab. Ijtihad yang
diinginkan Rahman adalah upaya sistematis, komprehensif, dan berjangka panjag,
untuk mencegah ijtihad yang sewenang-wenang dan merealisasikan ijtihad yang
bertanggung jawab. Beliau mengatakan:Jika sebuah masyarakat mulai hidup di
6
dalam masa lampaunya, betapapun indahnya kenang-kenangan dari masa
lampaunya itu dan tidak dapat menghadapi realitas-realitas masa kini dengan
berani, betapapun pahitnya realitas-realitasini, maka ia pastai akan berubah menjadi
fosil; dan sebuah hukum Allah yang tak dapat diubah adalah: bahwa fosil-fosil tidak
dapat mempertahankan hidup mereka untuk waktu yang cukup lama. Di dalam Al-
Qur’an Allah berfirman: “Kami tidak melakukan aniaya kepada mereka, mereka
sendirilah yang berbuat aniaya kepada diri mereka sendiri” (AlQur’an,
11:101;16:33 dan ayat-ayat lainnya).Secara gamblang kita dapat mengatakan
bahwa kirakira satu Abad lamanya kaum Muslimin telah mengalami serangan, di
dalam dirinya sendiri, dari kekuaatan-kekuatan dahsyat yang dilancarkan oleh apa
yang umumnya dinamakan ”modernitas” yang bersumber dari barat kontemporer.
Pemikirpemikir Muslim, baik di anak benua India-Pakistan maupun di Timur
Tengah, secara sadar telah melakukan berbagai usaha, khusunya menjelang akhir
Abad yang lampau. Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru ini secara kreatif
dengan melakukan penyerapan, penyesuaian dan lain sebaginya.⁷
B. DI BUKANYA PINTU IJTIHAD
Setelah Rahman menjelaskan tentang tertutupnya pintu ijtihad yang
melanda dunia Islam, khususnya di anak benua India, dan melihat realitas yang
dihadapi oleh umat Islam tentang kekuatan-kekuatan baru yang maha dahsyat di
bidang sosial, ekonomi, kultural, moral maupun politik, terjadi dalam atau menimpa
sebuah masyarakat, maka tidak perlu diragukan lagi, bahwa masyarakat tersebut
akan mengalami perubahanperubahan. Perubahan-perubahan ini akan
mempengaruhi perilaku masyarakat Muslim, yang dalam perspektif Islam tentu
akan dipertanyakan hukumnya. Padahal dengan munculnya statemen pintu ijtihad
ditutup, maka fiqh menjadi statis. Padahal perubahan-perubahan dinamis, terus
berkembang, tentunya sesuatu yang statis tidak akan bisa menghadapi yang
dinamis, yang terbatas tidak bisa menghadapi yang tak terbatas. Oleh karena itu,
Altenatif yang harus dilakukan adalah “MEMBUKA PINTU IJTIHAD”.
7
Keadaan ini terbaca oleh Rasulullah saw. dan karenanya beliau merestui Mu’adz
bin Jabal untuk mengambil langkah “ijtihad Birra’yi sebagaimana tergambar dialog
yang sudah popular yang terjadi antara Rasulullah dan Mu’adz bin Jabal ketika ia
diangkat menjadi gubernur di Yaman.
Peristiwa tersebut menggambarkan, bahwa ijtihad sebagai lembaga
sudah dimasukkan oleh Rasulullah saw. ke dalam teknik membuat operasional
syari’ah dan terbuka pemanfaatannya oleh orang yang setingkat kemampuannya
dengan Mu’adz bin Jabal. Sesudah dibuka oleh Rasulullah saw. tentunya tidak
seorangpun yang berhak menutup pendayagunaan lembaga tersebut. Apabila
dikemudian hari timbul anggapan tersebut, itu untuk menutupi jalan bagi yang tidak
berkepentingan dengan ijtihad. Rahman mengemukakan bukti histories generasi
awal Islam, ternyata mereka memandang ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai ajaran yang bergerak secara kreatif sesuai dengan bentuk-bentuk sosial
yang beraneka ragam. Ia mengemukakan beberapa contoh mengenai perubahan
perubahan ketentuan teks yang dilakukan oleh Umar bin Khattab. Hal ini sebagai
bukti, betapa kita mempunyai garis - garis kebijaksanaan yang kuat dan yang
bersumber dari sejarah masa lampau umat Muslim, ketika ajaran Al-Qur’an dan
AsSunnah disempurnakan dan ditafsirkan secara kreatif menjadi “Sunnah Yang
Hidup” untuk menghadapi faktor-faktor dan benturan-benturan baru.Rahman telah
mengemukakan gambaran perkembangan dari “Sunnah Yang Hidup” dimasa
lampau dengan contoh-contoh yang konkrit, dan berusaha menunjukkan latar
belakang situasionalnya, dan betapa kebijaksanaan itu diambil sesuai dengan
keadaan yang sedang dihadapi pada masa itu, hal ini dimaksudkan untuk
menjelaskan dimensi yang sebenarnya, sehingga kita akan memahami kekuatan-
kekuatan sosiologis yang menyebabkan umar berbuat demikian.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pintu ijtihad terbuka adalah periode di mana seorang ulama dianggap masih mampu
melakukan ijtihad dalam semua masalah, baik yang tercakup dalam Al-Qur'an atau
hadis maupun yang tidak tercakup dalam Al-Qur'an atau hadist.Dan menutup pintu
ijtihad berarti menutup kesempatan bagi para ulama Islam untuk menciptakan
pemikiran-pemikiran yang baik dalam memanfaatkan dan menggali sumber (dalil)
Hukum Islam.
9
DAFTAR PUSTAKA
Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj Anas Mahyudin Penerbit
Bandung, 1994.
Muhammad Ali Sayis, Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Fiqh,
Pustaka: Bandung, 1984.
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Mizan,

More Related Content

Similar to Pemikiran Modern dalam Islam 2 Membuka Pintu Ijtihad (Fazlur Rahman).pdf

Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumat
mujibzunari
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
pamtahpamtah
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
oonx
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
Muli Bluelovers
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itisham
Iwan Ridwan
 

Similar to Pemikiran Modern dalam Islam 2 Membuka Pintu Ijtihad (Fazlur Rahman).pdf (20)

kapita selekta.pptx
kapita selekta.pptxkapita selekta.pptx
kapita selekta.pptx
 
Makalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat JumatMakalah Hukum Shalat Jumat
Makalah Hukum Shalat Jumat
 
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
Makalah fiqh kelompok 5 materi 7
 
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
Makalah fiqih kelompok 3 materi 5
 
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdfMetode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
Metode Ijtihad Ushul Fiqh.pdf
 
Makalah taqlid
Makalah taqlidMakalah taqlid
Makalah taqlid
 
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran FiqhMakalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqh
 
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahAgama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
 
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
Ppt fiqh materi 6 (kel 4)
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Makalah IJTIHAD
Makalah IJTIHADMakalah IJTIHAD
Makalah IJTIHAD
 
makalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakhmakalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakh
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
 
Imam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itishamImam asy-syathibi-al-itisham
Imam asy-syathibi-al-itisham
 
Kel 7
Kel 7Kel 7
Kel 7
 
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docxMAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
MAKALAH kontroversi presiden wanita .docx
 
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhMasa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
tugas ushul fiqh
tugas ushul fiqhtugas ushul fiqh
tugas ushul fiqh
 

More from Zukét Printing

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded (8)

TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdfTUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptxMateri Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
 
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
 
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.pptPENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
 

Pemikiran Modern dalam Islam 2 Membuka Pintu Ijtihad (Fazlur Rahman).pdf

  • 1. i MAKALAH PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM 2 MEMBUKA PINTU IJTIHAD (Fazlur Rahman) Dosen pengampu: Ust. Robbi Zidni Ilman Z.F Penyusun : Raudlatul Jannah PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO 2022-2023
  • 2. ii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpah dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah " PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM " Dengan segenap kekurangan, kami selalu berusaha sedikit demi sedikit melangkah untuk terus belajar mengembangkan potensi yang ada pada diri kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami disini kami masih butuh bimbingan serta dukungannya agar makalah ini mencapai kesempurnaan. Kami mengucapkan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ust. Robbi Zidni Ilman ZF selaku dosen pembimbing. Wassalamualaikum Wr. Wb Kraksaan,08 Februari 2023 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. ...................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. ..1 A.Latar Belakang .............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 C. Tujuan Masalah... ........................................................................................2 BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................3 A. Tertutupnya pintu Ijtihad........................................................................... 3 B. Dibukanya pintu ijtihad...............................................................................6 BAB III. PENUTUP.... ....................................................................................8 A.Kesimpulan... ...............................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………9
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hukum Islam adalah sekumpulan aturan keagamaan yang mengandung perilaku kehidupan kaum dan keseluruhan aspeknya, baik yang bersifat individu maupun kolektif. Karena karakteristik yang serba mencakup ini, hukum Islam menempati posisi penting dalam pandangan umat Islam.Bahkan, sejak awalnya hukum Islam telah dianggap sebagai pengetahuan par Exellence – yaitu suatu posisi yang belum pernah dicapai teologi. Itulah sebabnya para pengamat barat menilai bahwa mustahil untuk memahami Islam tanpa memahami hukum Islam. Dengan berlakunya waktu perkembangan Islam yang dinamis dan kreatif pada masa awal kemudian menjelma ke dalam bentuk madzhab-madzhab atas inisiatif beberapa ahli hukum. Tetapi dengan terjadinya kristalisasi madzhab tersebut, hak untuk berijtihad mulai dibatasi dan kemudian hak tersebut dinyatakan tertutup. Pada pertengahan Abad ke-3 atau 9 M muncul gagasan bahwa hanya ulama'-ulama' besar masa lampau yang berhak melakukan ijtihad. Sementara pada permulaan Abad ke-4 H tercapai titik krisis dimana para sarjana hukum Islam (fuqaha") dari berbagai madzhab Sunni memandang bahwa seluruh permasalahan yang esensial telah dibahas secara tuntas. Semacam consensus secara gradual memapankan dirinya yang kurang lebih bermakna bahwa mulai saat itu tidak seorangpun yang boleh mengklaim bahwa ia memiliki kualifikasi untuk melaksanakan ijtihad mutlak, dan seluruh aktifitas dimasa mendatang harus dibatasi pada penjelasan, aplikasi dan penafsiran doktrin yang telah dirumuskan. (Adnan Amal,1994.35). Dalam iklim pembaruan yang lesu semacam ini, kehadiran fazlur Rahman dalam peta pembaharuan hukum Islam merupakan hembusan angin segar yang memebawa harapan. Di kalangan pengamat barat, Rahman dipandang sebagai salah seorang sarjana Muslim yan pAling disegani dan kreatif di antara pemikir-pemikir Muslim Indo-Pakistan akhirakhir ini. Sementara Ahmad Syafi’I Ma’arif pernah
  • 5. 2 menjadi murid Rahman selama beberapa tahun, bahkan menilai bahwa gurunya itu mungkin "dapat dikategorikan sebagai salah seorang yang paling bertanggung jawab dalam masalah pembaruan pemikiran Islam secara total dan tuntas" sesudah perang dunia ke II. Keterlibatan Rahman dalam arus pembaruan Islam memang terlihat sangat intens, dan hal ini didukungnya dengan menulis sejumlah buku serta artikel yang membahas berbagai masalah fundamental Islam. Dari kajian-kajian keagamaanya, hukum Islam tampak mendapat perhatian serius dari Rahman. Berbeda dengan para pembaru Muslim sebelumnya, Rahman berhasil merumuskan suatu metodologi yang sistematis dan komprehensif, dimana hukum Islam merupakan fokus utamanya disamping aspek-aspek lain. B. RUMUSAN MASALAH Untuk mempermudah memahami masalah MEMBUKA PINTU IJTIHAD (Fazlur Rahman) kami membahas tentang: 1. Bagaimana tertutupnya pintu ijtihad? 2. Bagaimana dibukanya pintu ijtihad ? C. TUJUAN MASALAH Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui masalah dari materi MEMBUKA PINTU IJTIHAD (Fazlur Rahman): 1. Untuk mengetahui penjelasan tertutup nya pintu ijtihad 2. Untuk mengetahui penjelasan terbukanya pintu ijtihad
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. TERTUTUPNYA PINTU IJTIHAD Sebelum membahas "MEMBUKA PINTU IJTIHAD" Rahman mengajak kita untuk menelusuri lebih dahulu, tentang pernyataan, "Pintu Ijtihad di dalam Islam ditutup", menurut Rahman, tidak seorangpun yang benar-benar mengetahui kapankah pintu ijtihad tersebut tertutup? Dan siapakah sebenarnya yang telah menutupnya?. Disamping itu juga kita tidak dapat menemukan pernyataan bahwa tertutupnya pintu ijtihad tersebut adalah perlu ada atau memang diinginkan atau mungkin mengenai penutupan "pintu ijtihad itu sendiri", walaupun kita dapat menemukan Penilaian-penilaian dari para penulis dikemudian hari, bahwa pintu ijtihad tertutup. Penilaian-penilaian tersebut dikenakan pula pada keadaankeadaan di masa lampau dan sejauh yang dapat kita saksikan, tidak setuju pada pernyataan tertentu mengenai penutupan pintu ijtihad.¹ Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa walaupun secara formal pintu ijtihad tidak pernah tertutup oleh siapapun juga walaupun punya otoritas yang besar dalam Islam, namun suatu keadaan secara lambat laun serta pasti melanda Islam (termasuk di Pakistan), dimana seluruh kegiatan berfikir secara umumnya terhenti .² Menurut Masyafu' Zuhdi, 4munculnya fatwa, "pintu ijtihad tertutup" itu terjadi pada akhir abab IV H. fatwa ini sebenarnya mempunyai tujuan yang positif, yaitu untuk mencegah orang-orang yang tidak memenuhi syarat berijtihad berani memberikan fatwa-fatwa dengan sesuka hatinya kepada masyarakat. Dan untuk menghindari terjadinya fatwa-fatwa yang bersimpang siur dan tidak terkendalikan, sehingga membingungkan umat. Disamping itu, fatwa tentang tertutupnya pintu ijtihad itu dapat pula menimbulkan akibat-akibat yang negatif,diantaranya:
  • 7. 4 1 1. Berhentinya perkembangan fiqih, yang mengakibatkan fiqih Islam menjadi statis. 2. Umat Islam menjadi statis dan tidak kritis, yang menyebabkan kemunduran dan keterbelakangan umat Islam; 3. Fokus perhatian umat Islam dan ulama' berpindah dari AlQur’an dan Sunnah kepada fatwa-fatwa imam madzhabnya dan dasar-dasar pemikirannya, yang mereka pandang seolah nash-nashnya. Dan kalau mereka memahami nash-nash AlQur’an dan sunnah, maka dimaksudkan untuk memperkuat mandzhabnya. Sehubungan dengan tertutupnya pintu ijtihad ini, Ali Sayis³ mengatakan, bahwa tidak ada lagi orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam berijtihad setelah Muhammad bin Jabir Ath-Thobari, (W. 310 H) memberanikan diri dalam berijtihad, beristimbat dan berfatwa memutuskan hukumhukumnya langsung dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa terkait oleh satu pendapat pun dari imam-imam mujtahid. Bahkan mereka mengekang hak kebebasaan diri mereka dan hanya puas dengan berpegang kepada fiqih-fiqih Abu Hanifah, MAlik, Syafi’I dan Ibnu Hambal, serta madzhab-madzhab lain yang berkembang. Mereka membatasi diri mereka dalam ruang lingkup yang sangat terbatas, dan hanya mengikuti prinsipprinsip madzhab yang ada, dan tidak berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan ruang lingkupnya. Setiap kelompok hanya berpegang kepada madzhab tertentu tanpa berani melanggarnya, serta berjuang keras untuk membela/ memenangkan madzhabnya, baik secara global maupun secara rinci. Menurut Rahman, disamping tetutupnya pintu ijtihad dipandang sebagai penghalang untuk mendinamisasikan hukum Islam adalah adanya syarat- syarat ijtihad yang tidak mungkin direalisasikan di dalam diri seseorang. Sehingga seseorang enggan melakukan ijtihad atau untuk memungkinkan ijtihad tersebut dilakukan. 1 Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj Anas Mahyudin, (Penerbit PUSTAKA: Bandung, 1884, 227) ².Ibd, 228
  • 8. 5 Rahman menolak tertutupnya pintu ijtihad, ataupun penilaian- peniAlaian ke dalam ijtihad mutlak, Ijtihad Fil Masa'il dan Ijtihad Fil Madzhab. Tentang penilaian-peniAlaian ijtihad ini, ia berkomentar, "pembagian ijtihad semacam ini jelas bersifat formalistik dan agak artifisialis. Rahman memang mengakui bahwa seorang mungkin hanya merupakan ahli dalam suatu masalah dan bukan pemikir yang menjulang dalam keseluruhan masalah hukum, tetapi hAl ini bukanlah masalahyang penting, karena jika ia mengemukakan aplikasi yang tepat, maka ia juga bisa menjadi ahli dalam cabang hukum-hukum lainnya. Hal yang teramat penting adalah caliber intelektualnya, yang secara relatif sedikit sekali disinggung dalam literaturliteratur Yuridis kita. Baginya ijtihad haruslah merupakan upaya sistematis, komprehensif dan berjangka panjang : ijtihad haruslah merupakan upaya berganda akal budi yang berfikir, yang berhadapan antara satu dengan lainnya dalam satu arena perdebatan terbuka, sehingga akhirnya menghasilkan suatu consensus menyeluruh.⁶ Salah satu dorongan dasar yang berada dibalik penempatan tehnis kualifikasi-kualifikasi ijtihad tradisional adalah untuk menghindari pertumbuhan ijtihad yang tidak terkendali. Walaupun Rahman tidak sependapat dengan gagasan tradisional tentang kualifikasi ijtihad itu. Tetapi kecenderungan yang serupa, bahwa ijtihad akan dipraktikkan secara "liar" juga menghantui pikirannya. Meskipun ia memberi penekanan yang tegas terhadap ijtihad sebagai hak setiap Muslim yang tak dapat diganggu gugat, akan tetapi tampaknya ia tidak rela jika prinsip gerak ini dipraktikkan secara “liar” tercerai berai dan tidak bertanggung jawab. Berkaitan dengan upaya terbukanya pintu ijtihad, Rahman berpendapat bahwa ijtihad baik secara teoritis maupun secara praktis senantiasa terbuka dan tidak pernah tertutup, tetapi, Rahman tampaknya tidak ingin daerah teritorial kebebasan. Ijtihad yang telah dibukanya sebagai hasil dari liberalismenya terhadap konsep ijtihad, menjadi tempat persemaian dan pertumbuhan ijtihad yang liar, sewenangwenang, serampangan dan tidak bertanggung jawab. Ijtihad yang diinginkan Rahman adalah upaya sistematis, komprehensif, dan berjangka panjag, untuk mencegah ijtihad yang sewenang-wenang dan merealisasikan ijtihad yang bertanggung jawab. Beliau mengatakan:Jika sebuah masyarakat mulai hidup di
  • 9. 6 dalam masa lampaunya, betapapun indahnya kenang-kenangan dari masa lampaunya itu dan tidak dapat menghadapi realitas-realitas masa kini dengan berani, betapapun pahitnya realitas-realitasini, maka ia pastai akan berubah menjadi fosil; dan sebuah hukum Allah yang tak dapat diubah adalah: bahwa fosil-fosil tidak dapat mempertahankan hidup mereka untuk waktu yang cukup lama. Di dalam Al- Qur’an Allah berfirman: “Kami tidak melakukan aniaya kepada mereka, mereka sendirilah yang berbuat aniaya kepada diri mereka sendiri” (AlQur’an, 11:101;16:33 dan ayat-ayat lainnya).Secara gamblang kita dapat mengatakan bahwa kirakira satu Abad lamanya kaum Muslimin telah mengalami serangan, di dalam dirinya sendiri, dari kekuaatan-kekuatan dahsyat yang dilancarkan oleh apa yang umumnya dinamakan ”modernitas” yang bersumber dari barat kontemporer. Pemikirpemikir Muslim, baik di anak benua India-Pakistan maupun di Timur Tengah, secara sadar telah melakukan berbagai usaha, khusunya menjelang akhir Abad yang lampau. Untuk menghadapi tantangan-tantangan baru ini secara kreatif dengan melakukan penyerapan, penyesuaian dan lain sebaginya.⁷ B. DI BUKANYA PINTU IJTIHAD Setelah Rahman menjelaskan tentang tertutupnya pintu ijtihad yang melanda dunia Islam, khususnya di anak benua India, dan melihat realitas yang dihadapi oleh umat Islam tentang kekuatan-kekuatan baru yang maha dahsyat di bidang sosial, ekonomi, kultural, moral maupun politik, terjadi dalam atau menimpa sebuah masyarakat, maka tidak perlu diragukan lagi, bahwa masyarakat tersebut akan mengalami perubahanperubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perilaku masyarakat Muslim, yang dalam perspektif Islam tentu akan dipertanyakan hukumnya. Padahal dengan munculnya statemen pintu ijtihad ditutup, maka fiqh menjadi statis. Padahal perubahan-perubahan dinamis, terus berkembang, tentunya sesuatu yang statis tidak akan bisa menghadapi yang dinamis, yang terbatas tidak bisa menghadapi yang tak terbatas. Oleh karena itu, Altenatif yang harus dilakukan adalah “MEMBUKA PINTU IJTIHAD”.
  • 10. 7 Keadaan ini terbaca oleh Rasulullah saw. dan karenanya beliau merestui Mu’adz bin Jabal untuk mengambil langkah “ijtihad Birra’yi sebagaimana tergambar dialog yang sudah popular yang terjadi antara Rasulullah dan Mu’adz bin Jabal ketika ia diangkat menjadi gubernur di Yaman. Peristiwa tersebut menggambarkan, bahwa ijtihad sebagai lembaga sudah dimasukkan oleh Rasulullah saw. ke dalam teknik membuat operasional syari’ah dan terbuka pemanfaatannya oleh orang yang setingkat kemampuannya dengan Mu’adz bin Jabal. Sesudah dibuka oleh Rasulullah saw. tentunya tidak seorangpun yang berhak menutup pendayagunaan lembaga tersebut. Apabila dikemudian hari timbul anggapan tersebut, itu untuk menutupi jalan bagi yang tidak berkepentingan dengan ijtihad. Rahman mengemukakan bukti histories generasi awal Islam, ternyata mereka memandang ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai ajaran yang bergerak secara kreatif sesuai dengan bentuk-bentuk sosial yang beraneka ragam. Ia mengemukakan beberapa contoh mengenai perubahan perubahan ketentuan teks yang dilakukan oleh Umar bin Khattab. Hal ini sebagai bukti, betapa kita mempunyai garis - garis kebijaksanaan yang kuat dan yang bersumber dari sejarah masa lampau umat Muslim, ketika ajaran Al-Qur’an dan AsSunnah disempurnakan dan ditafsirkan secara kreatif menjadi “Sunnah Yang Hidup” untuk menghadapi faktor-faktor dan benturan-benturan baru.Rahman telah mengemukakan gambaran perkembangan dari “Sunnah Yang Hidup” dimasa lampau dengan contoh-contoh yang konkrit, dan berusaha menunjukkan latar belakang situasionalnya, dan betapa kebijaksanaan itu diambil sesuai dengan keadaan yang sedang dihadapi pada masa itu, hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dimensi yang sebenarnya, sehingga kita akan memahami kekuatan- kekuatan sosiologis yang menyebabkan umar berbuat demikian.
  • 11. 8 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pintu ijtihad terbuka adalah periode di mana seorang ulama dianggap masih mampu melakukan ijtihad dalam semua masalah, baik yang tercakup dalam Al-Qur'an atau hadis maupun yang tidak tercakup dalam Al-Qur'an atau hadist.Dan menutup pintu ijtihad berarti menutup kesempatan bagi para ulama Islam untuk menciptakan pemikiran-pemikiran yang baik dalam memanfaatkan dan menggali sumber (dalil) Hukum Islam.
  • 12. 9 DAFTAR PUSTAKA Fazlurrahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj Anas Mahyudin Penerbit Bandung, 1994. Muhammad Ali Sayis, Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Fiqh, Pustaka: Bandung, 1984. Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Mizan,