Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
MENINGKATKAN HOTS
1. YAMIN
LK. 1. 2 Eksplorasi Penyebab Masalah
No. Masalah yang Diidentifikasi Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah Analisis Eksplorasi Masalah
1.
Siswa PDBK yang diduga
mengalami tunagrahita tidak
mendapat layanan pendidikan
yang sesuai dan menjadi
korban bulying dari teman
sekelasnya
Literatur.
Menurut Smart (2010: 49), tunagrahita merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di
bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental.
Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan
dalam interaksi sosial.
Menurut Hallahan & Kauffman dalam Mangunsong (2014: 138) faktor
penyebab tunagrahita dapat diklasifikasikan atas:
1) Sebab-sebab yang bersumber dari luar, meliputi:
● Maternal malnutrition, atau malnutrisi pada ibu yang tidak
menjaga pola makan yang sehat.
● Keracunan atau efek substansi waktu ibu hamil yang bisa
menimbulkan kerusakan pada plasma inti, misalnya karena
penyakit sipilis, racun dari kokain, heroin, tembakau, dan
alkohol.
● Radiasi, misalnya sinar X-rays atau nuklir
● Kerusakan pada otak waktu kelahiran, misalnya lahir karena
alat bantu/pertolongan, prematur atau LBW (Low Birth
Weight).
● Panas yang terlalu tinggi, misalnya pernah sakit keras, typhus,
cacar dan sebagainya
Hal pertama dalam menangani PDBK yang
mengalami Tunagrahita adalah melakukan
identifikasi. Identifikasi adalah suatu proses yang
dilakukan secara sistematis untuk mengenali
seseorang dengan menggunakan instrumen
terstandar.
Dalam konteks pendidikan khusus identifikasi
merupakan proses pengenalan peserta didik sebelum
yang bersangkutan mengikuti pembelajaran. Proses
identifikasi peserta didik meliputi pengenalan
kemampuan (awal), kelemahan atau hambatan, dan
kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran
selanjutnya. Proses belajar yang diberikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus adalah proses
untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta
didik yang bersangkutan dengan meminimalkan
hambatan yang dimilikinya.
Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan lain sebagainya)?. Hasil identifkasi
PPG 2022 KATEGORI II 1
2. YAMIN
● Infeksi pada ibu, misalnya rubella (campak Jerman) yang
merupakan penyebab potensial dari keterbelakangan mental.
● Gangguan pada otak, misalnya ada tumor otak, infeksi pada
otk, hydrocephalus atau microcephalus.
● Gangguan fisiologis, seperti down syndrome.
2) Sebab-sebab yang bersumber dari dalam yaitu sebab dari faktor
keturunan, terdapat asumsi bahwa psikososial merupakan
penyebab dari mayoritas kasus reterdasi mental ringan, sedangkan
faktor-faktor biologis atau organis merupakan penyebab reterdasi
mental yang parah.
Perundungan di Dunia Pendidikan:
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak
tahun 2011 sampai dengan 2014, jumlah kasus perundungan sebanyak 369
kasus.2 Namun, pada tahun 2015, kasus perundungan naik menjadi 478
kasus.3 Pada tahun 2016, jumlah kasus perundungan berkurang menjadi
328 kasus.4 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Anies Baswedan menyebutkan bahwa 84% anak-anak di Indonesia pernah
mengalami kekerasan, namun sebanyak 70% anak-anak di Indonesia
pernah menjadi pelaku kekerasan di sekolah.
akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran bagi
peserta didik yang bersangkutan. Identifikasi peserta
didik dilakukan untuk lima hal,yaitu penjaringan
(screening), pengalihtanganan (referal), klasifikasi,
perencanaan pembelajaran, dan pemantauan
kemajuan belaj
Termasuk dalam proses identfikasi PDBK adalah
melakukan asesmen. Asesmen adalah upaya untuk
mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki,
hambatan/kesulitan yang dialami, mengetahui latar
belakang mengapa hambatan/kesulitan itu muncul
dan untuk mengetahui bantuan apa yang dibutuhkan
oleh yang bersangkutan. Berdasarkan data hasil
asesmen tersebut dapat dibuat program pembelajaran
yang tepat bagi anak itu.
PPG 2022 KATEGORI II 2
4. YAMIN
2.
Rendahnya minat belajar
bahasa Inggris siswa Kelas
VII.
Literatur:
Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur
yang mendukung. Indikator- indikator tersebut, antara lain:
1. adanya hasrat dan keinginan berhasil
2. dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa
depan,
3. penghargaan dalam belajar
4. lingkungan belajar yang kondusif.
Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi motivasi itu meliputi:
1. Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarah pada perbuatan kepencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak, artinya sebagai motor penggerak dalam
kegiatan belajar
Dari hasil analisis masalah rendahnya minat belajar
siswa saat pembelajaran berlangsung karena :
1. Guru kurang mendapatkan pelatihan tentang
cara menerapkan pembelajaran inovatif,
sehingga mengajarnya monoton.
2. Guru belum memiliki cukup waktu untuk
menyiapkan media pembelajaran yang sesuai,
sehingga mengajar ala kadarnya saja.
3. Tuntutan kurikulum tidak sejalan dengan
kondisi di lapangan, sehingga sering-
seringnya guru hanya mengejar materi selesai
diajarkan meski siswa belum menguasai
materi tersebut.
4. Guru kurang kreatif dalam menata ruang
kelas menjadi ruangan yang menarik dan
nyaman untuk digunakan
PPG 2022 KATEGORI II 4
5. YAMIN
Hasil wawancara
1. Secara internal, siswa ingin berhasil tapi kejenuhan belajar Bahasa
Inggris mulai muncul disebabkan metode mengajar yang kurang
menarik.
2. Guru belum menggunakan metode mengajar yang tepat, sehingga
materi jadi sulit dipahami siswa
3. Kesulitan siswa dalam memahami materi ini membuat mereka tidak
memiliki penggerak dalam kegiatan belajar
3. Kemampuan membaca dan
memahami teks berbahasa
Inggris pada siswa masih
kurang.
Literatur.
Chitravelu (2004: 87-89) mengemukakan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam membaca, diantaranya:
a. Membaca memerlukan seperangkat pengetahuan tentang kaedah atau
ketentuan membaca.
b. Membaca memerlukan pemahaman arti dan pesan yang terkandung di
dalam teks.
c. Pemahaman terhadap teks memerlukan pemahaman terhadap bahasa
yang digunakan dalam penulisan teks.
d. Membaca merupakan suatu proses berfikir, karena dalam membaca
seseorang menduga, memprediksi dan mengambil kesimpulan.
e. Membaca merupakan proses interaksi.
f. Membaca merupakan sistem kebutuhan hidup.
Analisis penyebab masalah :
1. Pembelajaran reading belum cukup menarik
minat siswa.
2. Kurang dukungan orang tua dan lingkungan
(lingkungan tidak banyak menggunakan
tulisan berbahasa Inggris).
3. Banyaknya platform audio visual yang
bermunculan menyebabkan siswa lebih suka
menonton dari pada membaca.
4. Kurangnya kemauan guru mengembangkan
metode belajar membaca Bahasa Inggris.
5. Guru belum aktif membiasakan program
literasi membaca Bahasa Inggris bagi siswa
PPG 2022 KATEGORI II 5
6. YAMIN
g. Membaca bukan merupakan single skill akan tetapi merupakan
multiple skills yang digunakan secara berbeda pada teks yang berbeda
dan tujuan yang berbeda pula.
h. Pengalaman membaca yang luas pada jenis teks yang beragam akan
memudahkan seseorang dalam memahami teks yang dibacanya.
Ebel dalam Somadayo (2010: 28) berpendapat bahwa, yang
mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan memahmai bacaan yang
dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung
pada faktor;
a. Siswa yang bersangkutan.
b. Keluarganya.
c. Kebudayaannya.
d. Situasi sekolah.
Hasil wawancara
1. Siswa tidak paham arti dan pesan yang terkandung dalam teks.
2. Ketidakpahaman ini menyebabkan siswa malas berfikir.
3. Siswa belum dibiasakan membaca sejak dari lingkungan
keluarganya.
4. Lingkungannya juga belum membiasakan budaya membaca.
5. Orang tua jarang mendampingi anak belajar.
6. Media sosial lebih menarik minat siswa dari pada buku teks
berbahasa inggris
PPG 2022 KATEGORI II 6
7. YAMIN
4. Guru masih kurang dalam
mengemas pembelajaran
berbasis HOTS.
Literatur.
Menurut Newman dan Wehlage dengan High Order Thinking peserta didik
akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan
baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan,
mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih
jelas.(Hanifah, 2019)
Hasil wawancara :
1. Untuk mendisain pembelajaran HOTS membutuhkan waktu yang
lebih lama, sementara guru juga disibukkan dengan berbagai
administrasi dan aktivitas lainnya.
2. Guru belum terbiasa menggunakan HOTS, sehingga beranggapan
kelas yang menggunakan HOTS itu harus yang berbobot, maksudnya
soalnya susah, metodenya canggih, menggunakan peralatan yang
bagus dsb.
3. Pelaksanaan pembelajaran yang mengemas HOTS lebih lama
dipahami siswa, karena tidak langsung memberikan penjelasan akan
tetapi siswa yang menemukan penjelasan tersebut. Maka biasanya
guru lebih memilih langsung menerangkan dan meminta siswa
menghafalnya (LOTS)
Analisis penyebabnya:
1. Guru belum cukup waktu untuk mengikuti
pelatihan terkait mengemas pembelajaran
berbasis HOTS.
2. Anggapan guru yang berlebihan terkait
pembelajaran berbasis HOTS.
3. Guru merasa lebih mudah mengemas
pembelajaran berbasis LOTS
PPG 2022 KATEGORI II 7
8. YAMIN
5. Guru belum maksimal
memanfaatkan TIK dalam
melakukan pembelajaran
Literatur :
Jack Ma (2018) mengatakan pendidikan adalah tantangan besar abad ini.
Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajarmengajar, maka 30 tahun
mendatang kita akan mengalami kesulitan besar.
Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi terjadi empat kali.
Revolusi industri 1,0 sampai sekarang 4,0. Yang mana industri mulai
menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan
data, semua sudah ada di mana- mana.
Wawancara :
1. Kebanyakan guru kurang memiliki wawasan dalam memanfaatkan
teknologi.
2. Maka guru merasa enggan untuk berinovasi dengan teknologi.
3. Banyaknya tugas guru membuat mereka tidak memiliki cukup
waktu untuk mengembangkan diri
4. Mmerlukan investasi waktu lebih banyak untuk menguasai TIK
dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran
Analisis penyebabnya:
1. Kurang memiliki wawasan dalam
pemanfaatan teknologi.
2. Keengganan guru untuk berinovasi dengan
teknologi.
3. Guru kekurangan waktu untuk menyiapkan
TIK dalam pembelajaran.
4. Guru kurang membiasakan diri untuk
menggunakan berbagai TIK dalam
pembelajaran.
5. Mindset guru bahwa membuat siswa paham,
paling baik adalah dengan menjelaskan.
6. Fokus pembelajaran hanya pada lembar kerja
siswa.
7. Guru tidak mau repot untuk
mengimplementasik an model pembelajaran
inovatif.
PPG 2022 KATEGORI II 8
9. YAMIN
6. Jalianan komunikasi antar
guru dan orangtua siswa
tidak terbangun dengan baik
dan sangat terbatas
Uhbiyati (2004 : 26) mengemukakan bahwa: Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, terdiri atas guru (pendidik) dan siswa. Antara mereka
sudah barang tentu terjadi adanya saling hubungan, baik antara guru
sebagai pendidik dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa dan
orangtua dengan guru
Mulyasa (2007: 115) mengemukakan maksud hubungan antara sekolah
dengan orangtua adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan
saran-saran dari sekolah,
2. Untuk menilai program sekolah,
3. Untuk mempersatukan orangtua siswa dan guru dalam memenuhi
kebutuhan siswa,
4. Untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan
sekolah dalam era pembangunan,
5. Untuk membangun dan memelihara kepercayaan orangtua terhadap
sekolah,
6. Untuk memberitahu orangtua siswa tentang pekerjaan sekolah.
7. Untuk mengarahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan
peningkatan program sekolah.
Hasil wawancara :
1. Orang tua biasanya berhubungan dengan wali kelas bukan guru
mapel.
2. Guru mapel menyampaikan keluhan terhadap siswa kepada wali
kelas, bukan orang tua langsung
3. Pengerjaan tugas sekolah tidak melibatkan orang tua
Analisis penyebabnya :
1. Terbatasnya partisipasi orang tua di sekolah.
1. Orang tua jarang dilibatkan dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Program home visit kurang maksima
PPG 2022 KATEGORI II 9