Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan plasenta, organ penting untuk kelangsungan kehamilan yang berperan dalam pertukaran oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan janin. Plasenta tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan janin, dengan korelasi antara berat plasenta dan berat badan lahir rata-rata. Gangguan pada plasenta dapat memengaruhi pertumbuhan janin.
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
PERKEMBANGAN PLASENTA
1. FETOMATERNAL
“PERKEMBANGAN
PLASENTA”
Nur Rosida Aisiana (P29202210052)
Nur Rosida Aulia Rahma (P29202210132)
Nurdina Lulus Satriani (P29202210065)
Nurul Aini (P29202210150)
Nurul Mardiyanah (P29202210147)
Nuryani (P29202210146)
DISUSUN OLEH :
2. 1.1 Latar Belakang
Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan kehamilan dan memegang peranan penting dalam
perkembangan janin, karena plasenta berperan untuk pertukaran O2 dan
transfer nutrisi dalam pertumbuhan janin (Asli, 2019)
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu,janin dan plasenta. Plasenta
berfungsi untuk nutrisi, oksigenasi dan ekresi, karena kapasitas pertumbuhan
berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta,dan terdapat korelasi
berat antara berat plasenta dengan BBRL. Selain dampak tumbuh kembang
janin,anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan terjadinya ganguan
plasenta hipertropi,klasifikasi dan infark, sehingga terjadi gangguan
fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Dewi
& Yanti, 2019).
BAB 1
PENDAHULUAN
3. 1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami perkembangan plasenta serta proses perkembangannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami terkait hemoglobin dan afinitas oksigen pada plasenta.
2. Memahami penurunan aliran darah uterus pada plasenta.
3. Memahami fisiologis pengaturan denyut jantung janin.
4. BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
2. Penurunan Aliran Darah Uterus
3. Fisiologis Pengaturan Denyut
Jantung Janin
5. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
adalah bentuk dominan hemoglobin yang ada pada janin selama kehamilan.
diproduksi oleh sel-sel prekursor eritroid dari 10 -12 minggu kehamilan melalui
6 bulan pertama kehidupan pascanatal
mengandung dua subunit alfa dan dua gamma
1. Hemoglobin pada janin (HbF)
Hemoglobin janin memiliki peran vital dalam pengangkutan oksigen dari sirkulasi ibu ke
janin
Dalam sirkulasi sistemik janin, tekanan oksigen yang rendah memungkinkan pelepasan
oksigen yang tepat, terlepas dari afinitas oksigen HbF. Tekanan oksigen yang lebih
rendah pada janin penting untuk perkembangan, terutama angiogenesis
2. HbF dan Oksigenasi Janin
6. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
Evolusi hemoglobin mengikuti mutasi gen, seperti duplikasi gen, konversi gen,
dan translokasi gen pada hemoprotein purba
HbF didahului oleh hemoglobin embrionik, yang produksinya di kantung kuning
telur (minggu ke-3 hingga 8) menurun segera setelah HbF diproduksi di hati
(minggu ke-6 hingga ke-30), diikuti oleh limpa (9 hingga 28), dan akhirnya
sumsum tulang (28 sampai lahir). Kira-kira semua HbF digantikan oleh HbA
pada usia 6 sampai 12 bulan kecuali ada hemoglobinopati pada individu; rata-
rata orang dewasa memiliki kurang dari 1% HbF sebagai hasilnya. Peralihan
dari rantai gamma ke beta terjadi melalui peralihan transkripsi dalam sel-sel
prekursor eritroid di sumsum tulang
3. Perkembangan HbF
7. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir
a. Thalasemia
Thalassemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat
kelainan sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk hemoglobin
utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali.
Hemoglobinopati : adanya hemoglobin abnormal yang muncul selain ketiga
buah Hb normal (HbF, HbA dan HbA2), yang mengakibatkan sel darah merah
mudah pecah sehingga membutuhkan transfusi darah rutin
Thalassemia β mayor bermanifestasi klinis pada usia sekitar 6 bulan
8. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
Sel darah merah berbentuk seperti sabit, kaku,
dan mudah menyumbat pembuluh darah kecil,
sehingga menghambat pasokan darah sehat
dan oksigen
4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir
b. Anemia sel sabit
Adalah kelainan di mana Hb F meningkat di atas tingkat normal orang dewasa
dan tidak ada perubahan morfologi pada sel darah merah
Disebabkan oleh sedikitnya 25 mutasi yang berbeda, baik delesi besar pada
kluster gen globin atau mutasi titik pada daerah promotor gen γ.
C Hereditary Persistence of Fetal Hemoglobin (HPFH)
9. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap
oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di
dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan(Pearce, 2009).
Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml O2 dalam
kondisi jenuh. Karboksihemoglobin adalah hemoglobin yang
mengikat karbon monoksida (CO) akibat dari CO yang
bebas dalam tubuh, CO memiliki afinitas 210 kali lebih besar
dibandingkan O2 terhadap hemoglobin.
Dalam keadaan normal, tubuh mengandung methemoglobin
hingga 1,5%. Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah daripada afinitasnya terhadap karbonmonoksida,
sehingga CO dapat menggantikan O2 pada hemoglobin dan
menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen.
4. Afinitas Oksigen
.
10. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
Bentuk : bundar seperti cakram
diameter 15 – 20 cm
ketebalan kurang lebih 3 cm
berat rata – rata sebesar 500 gram
Pada bagian ibu plasenta dibentuk
oleh desidua basalis dan dibatasi oleh
lempeng desidua.
Pada bagian janin plasenta disusun
oleh korion frondosum dan dibatasi
oleh lempeng korion
1. Morfologi Plasenta
11. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
Diantara lempeng korion dan desidua
terdapat ruang antarvillus yang tersisi
oleh darah ibu. Selama bulan 4 dan 5
desidua membentuk sejumlah septum
desidua yang menonjol keruang
antarvilus tetapi tidak mencapai
lempeng korion. Septum ini berasal
dari jaringan ibu tetapi permukaannya
dilapisi oleh selapis sel sinsitium, hal
ini menyebabkan darah ibu diruang
intervilus tidak tercampur dengan
darah dari janin.
1. Morfologi Plasenta
12. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
Panjang panjang rata – rata sebesar 55-65
cm dan diameter 1–2 cm
Aliran darah pada tali pusat kurang lebih 400
ml per menit
Terbentuk sejak usia kehamilan 5 minggu
dan terus memanjang hingga kehamilan 28
minggu
Bagian luar tali pusat dilapisi oleh lapisan
amnion yang juga menutupi plasenta sisi
fetus
mengandung 2 arteri umbilikalis dan 1 vena
umbilikalis yang di kelilingi oleh jeli Wharton.
.
2. Morfologi Tali Pusat
13. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
Dimulai dengan aliran darah ibu melalui
arteri spiralis menuju ke ruang intervillous
21 terminal (darah kaya oksigen dan
nutrisi) lalu ke arteri endometrium
Darah dari vena uterus yang rendah
oksigen dan mengandung sisa
metabolisme janin kembali ke sirkulasi ibu
dan dieksresikan bersama hasil sisa
metabolisme ibu. Aliran darah
uteroplasenta didorong oleh tekanan arteri
ibu karena rendahnya resistensi pembuluh
darah pada sisrkulasi uteroplasenta.
Kecepatan aliran darah ibu ke plasenta
adalah sekitar 600 - 700 ml/ menit.
3. Arus Darah Utero Plasenta
14. 2.3 Fisiologis Pengaturan Denyut Jantung
Janin
sebagian besar berada di dalam miokardium (oto jantung). Rangsangan atau stimulasi
saraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adregenik, akan meningkatkan frekuensi
DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan akan meningkatkan volume curah
jantung.
Dalam keadaan stress, sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk mempertahankan
aktivitas pemompaan darah atau jantung. Inhibisi atau hambatan pada saraf simpatis
a. Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin
1) Sistem saraf simpatis
mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel
jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetilkolin akan menurunkan
frekuensi DJJ, sedangkan inhibisi atau hambatan nervus vagus, misalnya dengan
atropine akan meningkatkan frekuensi DJJ
2) Sistem saraf parasimpatis
15. Letak : arkus aorta dan sinus carotid
Tekanan darah meningkat, baroreseptor akan
merangsang nervus vagus dan nervus
glosofaringeus yang ada pada batang otak.
Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas
jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan
curah jantung
3) Baroreseptor
Terdiri dari : bagian perifer (di daerah carotid dan korpus aortic) dan bagian sentral (di
batang otak)
Fungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan
serebro-spinal atau otak
Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat terjadi refleks dari reseptor
sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan memperlancar
aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar karbondioksida
4) Kemoresptor
16. Aktivitas otak meningkat sesuai dengan
bertambahnya variabilitas DJJ dan
gerakan janin
Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak
menurun, dan variabilitas DJJ pun akan
berkurang
5) Susunan saraf pusat
Pada keadaan stress, misalnya hipoksia
intrauterine atau asfiksia, medulla
adrenal akan mengeluarkan epinefrin
dan norepinefrin. Hal ini akan
menyebabkan takikardia, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan tekanan
darah atau hipertensi
6) Sistem hormonal
17. Merupakan perubahan DJJ yang terjadi saat
ada gerakan janin atau kontraksi uterus.
b. Karakteristik Denyut Jantung Janin
1) DJJ Basal (Basal
Fetal Heart Rate)
Frekuensi dasar normal DJJ : 120-160 dpm
Takikardi : frekuensi > 160 dpm
Akselerasi : terjadi peningkatan frekuensi secara cepat (<1-2 menit). Peningkatan DJJ
pada keadaan akselerasi paling sedikit 15 dpm/15 detik.
Bradikardi : frekuensi dasar < 120 dpm
Deselerasi : penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit)
2) DJJ Periodik
(Reactivity)
frekuensi dasar (baseline rate) dan
variabilitas DJJ saat uterus dalam keadaan
istirahat.
3) Frekuensi Dasar Denyut Jantung Janin (Base Line Rate)
18.
19. 4) Variabilitas Denyut Jantung Janin (Variability)
Adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman DJJ. Terdiri
dari :
Variabilitas Jangka Pendek (Short Term Variability) : perbedaan interval antar
denyut yang terlihat pada gambaran kardiotokografi yang juga menunjukkan variasi
dari frekuensi antar denyut pada DJJ
Variabilitas Jangka Panjang (Long Term Variability) : gambaran dari osilasi
yang lebih kasar dan lebih jelas tampak pada rekaman kardiotokografi. Rata- rata
mempunyai siklus 3-6 kali/menit. Berdasarkan amplitude fluktuasi osilasi
dibedakan menjadi :
Normal : bila amplitude antara 6-25 dpm
Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm
Menghilang : bila amplitude < 2 dpm
Saltatori : bila amplitudo > 25 dpm
20. Merupakan respon simpatik dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung janin, suatu
respon fisiologik yang baik (reaktif). Normalnya amplit >15 dpm, lamanya sekitar 15 detik dan
terjadi paling tidak dua kali dalam waktu rekaman 20 menit.
Akselerasi yang seragam (uniform akseleration). Terjadinya akselerasi sesuai dengan
kontraksi uterus
Akselerasi yang bervariasi (variable akseleration)
C Perubahan Periode Denyut Jantung Janin
1) Akselerasi
perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi oleh pengaruh
rangsangan gerakan janin atau kontraksi uterus
21. 2) deselerasi
2. Deselerasi variable
Ciri-cirinya :
1. Gambaran deselerasi yang bervariasi
2. Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat
3. Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pra deselerasi)
atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi
4. Deselerasi variable dianggap apabila memenuhi rule of sixty yaitu
deselerasi mencapai 60 dpm tau lebih dibawah frekuensi dasar
DJJ dan lamanya deselerasi >60 detik
5. Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau
deselerasi variable yang memanjang (prolonged) harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang beralanjut
22. 2) deselerasi
2. Deselerasi lambat
Deselerasi lambat Ciri-cirinya :
1. Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
2. Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus berkurang
3. Lamanya <90 detik (rata-rata 40-60 detik)
4. Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas
kontraksi uterus
5. Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takikardi ringan, akan tetapi pada
keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi
23. Kesimpulan
Plasenta merupakan salah satu bagian terpenting bagi janin. Plasenta memiliki
banyak manfaat, beberapa diantaranya menyalurkan oksigen dan darah dari Ibu ke
bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi kerja plasenta misalnya hemoglobin dan
afinitas oksigen janin, penurunan aliran darah uterus dari Ibu ke bayi, serta
bagaimana fisiologis pengaturan ndenyut jantung janin.
Keadaan plasenta yang baik tentunya akan mendukung perkembangan janin.
Sehingga perlu adanya asuhan yang menyeluruh dan berkelanjutan sejak dini agar
pertumbuhan dan perkembangan janin terpantau.
BAB 3
PENUTUP
24. Saran
Bagi Mahasiswa
Perlunya menambah referensi mengenai fungsi plasenta
Perlunya memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan
Materi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam belajar dan dasar dalam praktik klinik
Bagi Tenaga Kesehatan
Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain/ dr SpOG dalam penanganan pasien
agar dapat mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh agar dapat memberikan
asuhan yang sesuai
Senantiasa memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan
Melakukan asuhan sesuai dengan SOP berdasarkan evidence-
based
BAB 3
PENUTUP
25. DAFTAR PUSTAKA
Asli, K. (2019). Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Kadar Hemoglobin, Berat Badan Lahir Dan
Plasenta Pada Ibu Hamil Dengan Anemia. Universitas Hasanudin.
Demirci, S., Leonard, A., Essawi, K., & Tisdale, J. F. (2021). CRISPR-Cas9 to induce fetal
hemoglobin for the treatment of sickle cell disease . Molecular therapy. Methods & clinical
development, 23, 276-285.
Dewi, R. I., & Yanti, E. (2019). Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Fe Dengankadar Hb Pada Ibu
Hamil . Jurnal Kesehatan Saintika Meditory.
Kaufman, D. P., Khattar, J., & Lappin, S. L. (2022, Maret 26). Physiology, Fetal Hemoglobin .
Retrieved Juli 22, 2022, from National Library of Medicine:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500011/
Kresnawati, W. (2013, Juli 18). Hemoglobin. Retrieved Juli 22, 2022, from Website Resmi Yayasan
Orangtua Peduli: https://milissehatyop.org/hemoglobin/
Old, J. (2013). Chapter 71 - Hemoglobinopathies and Thalassemias. In D. Rimoin, R. Pyeritz, & B.
Korf, Emery and Rimoin's Principles and Practice of Medical Genetics (pp. 1-44). Elsevier Ltd.
P2PTM. (2017, Mei 1). Penyakit Thalassemia. Retrieved Juli 22, 2022, from Direktorat Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/penyakit-thalassemia
Ross, M. G., Desai, M., & Ervin, M. G. (2021). Fetal Development, Physiology, and Effects on Long-
Term Health . In M. Landon, H. Galan, E. Jauniaux, D. Driscoll, V. Berghella, W. Grobman, et al.,
Gabbe's Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, Eighth Edition (pp. 26-42). Elsevier Inc.
Saifuddin, A. B. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.