SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
FETOMATERNAL
“PERKEMBANGAN
PLASENTA”
Nur Rosida Aisiana (P29202210052)
Nur Rosida Aulia Rahma (P29202210132)
Nurdina Lulus Satriani (P29202210065)
Nurul Aini (P29202210150)
Nurul Mardiyanah (P29202210147)
Nuryani (P29202210146)
DISUSUN OLEH :
1.1 Latar Belakang
Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan kehamilan dan memegang peranan penting dalam
perkembangan janin, karena plasenta berperan untuk pertukaran O2 dan
transfer nutrisi dalam pertumbuhan janin (Asli, 2019)
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu,janin dan plasenta. Plasenta
berfungsi untuk nutrisi, oksigenasi dan ekresi, karena kapasitas pertumbuhan
berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta,dan terdapat korelasi
berat antara berat plasenta dengan BBRL. Selain dampak tumbuh kembang
janin,anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan terjadinya ganguan
plasenta hipertropi,klasifikasi dan infark, sehingga terjadi gangguan
fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Dewi
& Yanti, 2019).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami perkembangan plasenta serta proses perkembangannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami terkait hemoglobin dan afinitas oksigen pada plasenta.
2. Memahami penurunan aliran darah uterus pada plasenta.
3. Memahami fisiologis pengaturan denyut jantung janin.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
2. Penurunan Aliran Darah Uterus
3. Fisiologis Pengaturan Denyut
Jantung Janin
2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
 adalah bentuk dominan hemoglobin yang ada pada janin selama kehamilan.
 diproduksi oleh sel-sel prekursor eritroid dari 10 -12 minggu kehamilan melalui
6 bulan pertama kehidupan pascanatal
 mengandung dua subunit alfa dan dua gamma
1. Hemoglobin pada janin (HbF)
 Hemoglobin janin memiliki peran vital dalam pengangkutan oksigen dari sirkulasi ibu ke
janin
 Dalam sirkulasi sistemik janin, tekanan oksigen yang rendah memungkinkan pelepasan
oksigen yang tepat, terlepas dari afinitas oksigen HbF. Tekanan oksigen yang lebih
rendah pada janin penting untuk perkembangan, terutama angiogenesis
2. HbF dan Oksigenasi Janin
2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
 Evolusi hemoglobin mengikuti mutasi gen, seperti duplikasi gen, konversi gen,
dan translokasi gen pada hemoprotein purba
 HbF didahului oleh hemoglobin embrionik, yang produksinya di kantung kuning
telur (minggu ke-3 hingga 8) menurun segera setelah HbF diproduksi di hati
(minggu ke-6 hingga ke-30), diikuti oleh limpa (9 hingga 28), dan akhirnya
sumsum tulang (28 sampai lahir). Kira-kira semua HbF digantikan oleh HbA
pada usia 6 sampai 12 bulan kecuali ada hemoglobinopati pada individu; rata-
rata orang dewasa memiliki kurang dari 1% HbF sebagai hasilnya. Peralihan
dari rantai gamma ke beta terjadi melalui peralihan transkripsi dalam sel-sel
prekursor eritroid di sumsum tulang
3. Perkembangan HbF
2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir
a. Thalasemia
 Thalassemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat
kelainan sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk hemoglobin
utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali.
 Hemoglobinopati : adanya hemoglobin abnormal yang muncul selain ketiga
buah Hb normal (HbF, HbA dan HbA2), yang mengakibatkan sel darah merah
mudah pecah sehingga membutuhkan transfusi darah rutin
 Thalassemia β mayor bermanifestasi klinis pada usia sekitar 6 bulan
2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
 Sel darah merah berbentuk seperti sabit, kaku,
dan mudah menyumbat pembuluh darah kecil,
sehingga menghambat pasokan darah sehat
dan oksigen
4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir
b. Anemia sel sabit
 Adalah kelainan di mana Hb F meningkat di atas tingkat normal orang dewasa
dan tidak ada perubahan morfologi pada sel darah merah
 Disebabkan oleh sedikitnya 25 mutasi yang berbeda, baik delesi besar pada
kluster gen globin atau mutasi titik pada daerah promotor gen γ.
C Hereditary Persistence of Fetal Hemoglobin (HPFH)
2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen
 Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap
oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di
dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan(Pearce, 2009).
 Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml O2 dalam
kondisi jenuh. Karboksihemoglobin adalah hemoglobin yang
mengikat karbon monoksida (CO) akibat dari CO yang
bebas dalam tubuh, CO memiliki afinitas 210 kali lebih besar
dibandingkan O2 terhadap hemoglobin.
 Dalam keadaan normal, tubuh mengandung methemoglobin
hingga 1,5%. Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah daripada afinitasnya terhadap karbonmonoksida,
sehingga CO dapat menggantikan O2 pada hemoglobin dan
menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen.
4. Afinitas Oksigen
.
2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
 Bentuk : bundar seperti cakram
 diameter 15 – 20 cm
 ketebalan kurang lebih 3 cm
 berat rata – rata sebesar 500 gram
 Pada bagian ibu plasenta dibentuk
oleh desidua basalis dan dibatasi oleh
lempeng desidua.
 Pada bagian janin plasenta disusun
oleh korion frondosum dan dibatasi
oleh lempeng korion
1. Morfologi Plasenta
2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
 Diantara lempeng korion dan desidua
terdapat ruang antarvillus yang tersisi
oleh darah ibu. Selama bulan 4 dan 5
desidua membentuk sejumlah septum
desidua yang menonjol keruang
antarvilus tetapi tidak mencapai
lempeng korion. Septum ini berasal
dari jaringan ibu tetapi permukaannya
dilapisi oleh selapis sel sinsitium, hal
ini menyebabkan darah ibu diruang
intervilus tidak tercampur dengan
darah dari janin.
1. Morfologi Plasenta
2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
 Panjang panjang rata – rata sebesar 55-65
cm dan diameter 1–2 cm
 Aliran darah pada tali pusat kurang lebih 400
ml per menit
 Terbentuk sejak usia kehamilan 5 minggu
dan terus memanjang hingga kehamilan 28
minggu
 Bagian luar tali pusat dilapisi oleh lapisan
amnion yang juga menutupi plasenta sisi
fetus
 mengandung 2 arteri umbilikalis dan 1 vena
umbilikalis yang di kelilingi oleh jeli Wharton.
.
2. Morfologi Tali Pusat
2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus
 Dimulai dengan aliran darah ibu melalui
arteri spiralis menuju ke ruang intervillous
21 terminal (darah kaya oksigen dan
nutrisi) lalu ke arteri endometrium
 Darah dari vena uterus yang rendah
oksigen dan mengandung sisa
metabolisme janin kembali ke sirkulasi ibu
dan dieksresikan bersama hasil sisa
metabolisme ibu. Aliran darah
uteroplasenta didorong oleh tekanan arteri
ibu karena rendahnya resistensi pembuluh
darah pada sisrkulasi uteroplasenta.
 Kecepatan aliran darah ibu ke plasenta
adalah sekitar 600 - 700 ml/ menit.
3. Arus Darah Utero Plasenta
2.3 Fisiologis Pengaturan Denyut Jantung
Janin
 sebagian besar berada di dalam miokardium (oto jantung). Rangsangan atau stimulasi
saraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adregenik, akan meningkatkan frekuensi
DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan akan meningkatkan volume curah
jantung.
 Dalam keadaan stress, sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk mempertahankan
aktivitas pemompaan darah atau jantung. Inhibisi atau hambatan pada saraf simpatis
a. Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin
1) Sistem saraf simpatis
 mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel
jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetilkolin akan menurunkan
frekuensi DJJ, sedangkan inhibisi atau hambatan nervus vagus, misalnya dengan
atropine akan meningkatkan frekuensi DJJ
2) Sistem saraf parasimpatis
 Letak : arkus aorta dan sinus carotid
 Tekanan darah meningkat, baroreseptor akan
merangsang nervus vagus dan nervus
glosofaringeus yang ada pada batang otak.
Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas
jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan
curah jantung
3) Baroreseptor
 Terdiri dari : bagian perifer (di daerah carotid dan korpus aortic) dan bagian sentral (di
batang otak)
 Fungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan
serebro-spinal atau otak
 Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat terjadi refleks dari reseptor
sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan memperlancar
aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar karbondioksida
4) Kemoresptor
 Aktivitas otak meningkat sesuai dengan
bertambahnya variabilitas DJJ dan
gerakan janin
 Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak
menurun, dan variabilitas DJJ pun akan
berkurang
5) Susunan saraf pusat
 Pada keadaan stress, misalnya hipoksia
intrauterine atau asfiksia, medulla
adrenal akan mengeluarkan epinefrin
dan norepinefrin. Hal ini akan
menyebabkan takikardia, peningkatan
kekuatan kontraksi jantung dan tekanan
darah atau hipertensi
6) Sistem hormonal
 Merupakan perubahan DJJ yang terjadi saat
ada gerakan janin atau kontraksi uterus.
b. Karakteristik Denyut Jantung Janin
1) DJJ Basal (Basal
Fetal Heart Rate)
 Frekuensi dasar normal DJJ : 120-160 dpm
 Takikardi : frekuensi > 160 dpm
 Akselerasi : terjadi peningkatan frekuensi secara cepat (<1-2 menit). Peningkatan DJJ
pada keadaan akselerasi paling sedikit 15 dpm/15 detik.
 Bradikardi : frekuensi dasar < 120 dpm
 Deselerasi : penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit)
2) DJJ Periodik
(Reactivity)
 frekuensi dasar (baseline rate) dan
variabilitas DJJ saat uterus dalam keadaan
istirahat.
3) Frekuensi Dasar Denyut Jantung Janin (Base Line Rate)
4) Variabilitas Denyut Jantung Janin (Variability)
Adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman DJJ. Terdiri
dari :
Variabilitas Jangka Pendek (Short Term Variability) : perbedaan interval antar
denyut yang terlihat pada gambaran kardiotokografi yang juga menunjukkan variasi
dari frekuensi antar denyut pada DJJ
Variabilitas Jangka Panjang (Long Term Variability) : gambaran dari osilasi
yang lebih kasar dan lebih jelas tampak pada rekaman kardiotokografi. Rata- rata
mempunyai siklus 3-6 kali/menit. Berdasarkan amplitude fluktuasi osilasi
dibedakan menjadi :
 Normal : bila amplitude antara 6-25 dpm
 Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm
 Menghilang : bila amplitude < 2 dpm
 Saltatori : bila amplitudo > 25 dpm
Merupakan respon simpatik dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung janin, suatu
respon fisiologik yang baik (reaktif). Normalnya amplit >15 dpm, lamanya sekitar 15 detik dan
terjadi paling tidak dua kali dalam waktu rekaman 20 menit.
Akselerasi yang seragam (uniform akseleration). Terjadinya akselerasi sesuai dengan
kontraksi uterus
Akselerasi yang bervariasi (variable akseleration)
C Perubahan Periode Denyut Jantung Janin
1) Akselerasi
 perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi oleh pengaruh
rangsangan gerakan janin atau kontraksi uterus
2) deselerasi
2. Deselerasi variable
Ciri-cirinya :
1. Gambaran deselerasi yang bervariasi
2. Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat
3. Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pra deselerasi)
atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi
4. Deselerasi variable dianggap apabila memenuhi rule of sixty yaitu
deselerasi mencapai 60 dpm tau lebih dibawah frekuensi dasar
DJJ dan lamanya deselerasi >60 detik
5. Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau
deselerasi variable yang memanjang (prolonged) harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang beralanjut
2) deselerasi
2. Deselerasi lambat
Deselerasi lambat Ciri-cirinya :
1. Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
2. Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus berkurang
3. Lamanya <90 detik (rata-rata 40-60 detik)
4. Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas
kontraksi uterus
5. Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takikardi ringan, akan tetapi pada
keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi
 Kesimpulan
 Plasenta merupakan salah satu bagian terpenting bagi janin. Plasenta memiliki
banyak manfaat, beberapa diantaranya menyalurkan oksigen dan darah dari Ibu ke
bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi kerja plasenta misalnya hemoglobin dan
afinitas oksigen janin, penurunan aliran darah uterus dari Ibu ke bayi, serta
bagaimana fisiologis pengaturan ndenyut jantung janin.
 Keadaan plasenta yang baik tentunya akan mendukung perkembangan janin.
Sehingga perlu adanya asuhan yang menyeluruh dan berkelanjutan sejak dini agar
pertumbuhan dan perkembangan janin terpantau.
BAB 3
PENUTUP
 Saran
 Bagi Mahasiswa
 Perlunya menambah referensi mengenai fungsi plasenta
 Perlunya memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan
 Materi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam belajar dan dasar dalam praktik klinik
 Bagi Tenaga Kesehatan
 Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain/ dr SpOG dalam penanganan pasien
agar dapat mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh agar dapat memberikan
asuhan yang sesuai
 Senantiasa memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan
 Melakukan asuhan sesuai dengan SOP berdasarkan evidence-
based
BAB 3
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
 Asli, K. (2019). Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Kadar Hemoglobin, Berat Badan Lahir Dan
Plasenta Pada Ibu Hamil Dengan Anemia. Universitas Hasanudin.
 Demirci, S., Leonard, A., Essawi, K., & Tisdale, J. F. (2021). CRISPR-Cas9 to induce fetal
hemoglobin for the treatment of sickle cell disease . Molecular therapy. Methods & clinical
development, 23, 276-285.
 Dewi, R. I., & Yanti, E. (2019). Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Fe Dengankadar Hb Pada Ibu
Hamil . Jurnal Kesehatan Saintika Meditory.
 Kaufman, D. P., Khattar, J., & Lappin, S. L. (2022, Maret 26). Physiology, Fetal Hemoglobin .
Retrieved Juli 22, 2022, from National Library of Medicine:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500011/
 Kresnawati, W. (2013, Juli 18). Hemoglobin. Retrieved Juli 22, 2022, from Website Resmi Yayasan
Orangtua Peduli: https://milissehatyop.org/hemoglobin/
 Old, J. (2013). Chapter 71 - Hemoglobinopathies and Thalassemias. In D. Rimoin, R. Pyeritz, & B.
Korf, Emery and Rimoin's Principles and Practice of Medical Genetics (pp. 1-44). Elsevier Ltd.
 P2PTM. (2017, Mei 1). Penyakit Thalassemia. Retrieved Juli 22, 2022, from Direktorat Pencegahan
Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/penyakit-thalassemia
 Ross, M. G., Desai, M., & Ervin, M. G. (2021). Fetal Development, Physiology, and Effects on Long-
Term Health . In M. Landon, H. Galan, E. Jauniaux, D. Driscoll, V. Berghella, W. Grobman, et al.,
Gabbe's Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, Eighth Edition (pp. 26-42). Elsevier Inc.
 Saifuddin, A. B. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

More Related Content

Similar to PERKEMBANGAN PLASENTA

PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN FAIQO DIYANA
 
Kelompok 6 (kardiovaskuler)
Kelompok 6 (kardiovaskuler)Kelompok 6 (kardiovaskuler)
Kelompok 6 (kardiovaskuler)Rahayu Pratiwi
 
Askep asfi ksia neonatorum
Askep asfi ksia neonatorumAskep asfi ksia neonatorum
Askep asfi ksia neonatorumSehabAlGaruty
 
sken 1 hemato naily.docx
sken 1 hemato naily.docxsken 1 hemato naily.docx
sken 1 hemato naily.docxssuser1aeb821
 
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumSeptian Muna Barakati
 
Makalah bu frida
Makalah bu fridaMakalah bu frida
Makalah bu fridaAdi Wijaya
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamSeptian Muna Barakati
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksiaWarnet Raha
 

Similar to PERKEMBANGAN PLASENTA (20)

Power point askep 1
Power point askep 1Power point askep 1
Power point askep 1
 
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
PERUBAHAN FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN
 
Kelompok 6 (kardiovaskuler)
Kelompok 6 (kardiovaskuler)Kelompok 6 (kardiovaskuler)
Kelompok 6 (kardiovaskuler)
 
Askep asfi ksia neonatorum
Askep asfi ksia neonatorumAskep asfi ksia neonatorum
Askep asfi ksia neonatorum
 
sken 1 hemato naily.docx
sken 1 hemato naily.docxsken 1 hemato naily.docx
sken 1 hemato naily.docx
 
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...
Makalah perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra ut...
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakumMakalah hubungan asfiksia dengan vakum
Makalah hubungan asfiksia dengan vakum
 
Askep asfiksia AKPER PEMDA MUNA
Askep asfiksia AKPER PEMDA MUNA Askep asfiksia AKPER PEMDA MUNA
Askep asfiksia AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah bu frida
Makalah bu fridaMakalah bu frida
Makalah bu frida
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Weno
WenoWeno
Weno
 
Artikel teori
Artikel teoriArtikel teori
Artikel teori
 
Asfeksia haidir
Asfeksia haidirAsfeksia haidir
Asfeksia haidir
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 
100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia100103439 makalah-asfiksia
100103439 makalah-asfiksia
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 

Recently uploaded (18)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 

PERKEMBANGAN PLASENTA

  • 1. FETOMATERNAL “PERKEMBANGAN PLASENTA” Nur Rosida Aisiana (P29202210052) Nur Rosida Aulia Rahma (P29202210132) Nurdina Lulus Satriani (P29202210065) Nurul Aini (P29202210150) Nurul Mardiyanah (P29202210147) Nuryani (P29202210146) DISUSUN OLEH :
  • 2. 1.1 Latar Belakang Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan kehamilan dan memegang peranan penting dalam perkembangan janin, karena plasenta berperan untuk pertukaran O2 dan transfer nutrisi dalam pertumbuhan janin (Asli, 2019) Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu,janin dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk nutrisi, oksigenasi dan ekresi, karena kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta,dan terdapat korelasi berat antara berat plasenta dengan BBRL. Selain dampak tumbuh kembang janin,anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan terjadinya ganguan plasenta hipertropi,klasifikasi dan infark, sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Dewi & Yanti, 2019). BAB 1 PENDAHULUAN
  • 3. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Memahami perkembangan plasenta serta proses perkembangannya. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Memahami terkait hemoglobin dan afinitas oksigen pada plasenta. 2. Memahami penurunan aliran darah uterus pada plasenta. 3. Memahami fisiologis pengaturan denyut jantung janin.
  • 4. BAB 2 TINJAUAN TEORI 1. Hemoglobin dan Afinitas Oksigen 2. Penurunan Aliran Darah Uterus 3. Fisiologis Pengaturan Denyut Jantung Janin
  • 5. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen  adalah bentuk dominan hemoglobin yang ada pada janin selama kehamilan.  diproduksi oleh sel-sel prekursor eritroid dari 10 -12 minggu kehamilan melalui 6 bulan pertama kehidupan pascanatal  mengandung dua subunit alfa dan dua gamma 1. Hemoglobin pada janin (HbF)  Hemoglobin janin memiliki peran vital dalam pengangkutan oksigen dari sirkulasi ibu ke janin  Dalam sirkulasi sistemik janin, tekanan oksigen yang rendah memungkinkan pelepasan oksigen yang tepat, terlepas dari afinitas oksigen HbF. Tekanan oksigen yang lebih rendah pada janin penting untuk perkembangan, terutama angiogenesis 2. HbF dan Oksigenasi Janin
  • 6. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen  Evolusi hemoglobin mengikuti mutasi gen, seperti duplikasi gen, konversi gen, dan translokasi gen pada hemoprotein purba  HbF didahului oleh hemoglobin embrionik, yang produksinya di kantung kuning telur (minggu ke-3 hingga 8) menurun segera setelah HbF diproduksi di hati (minggu ke-6 hingga ke-30), diikuti oleh limpa (9 hingga 28), dan akhirnya sumsum tulang (28 sampai lahir). Kira-kira semua HbF digantikan oleh HbA pada usia 6 sampai 12 bulan kecuali ada hemoglobinopati pada individu; rata- rata orang dewasa memiliki kurang dari 1% HbF sebagai hasilnya. Peralihan dari rantai gamma ke beta terjadi melalui peralihan transkripsi dalam sel-sel prekursor eritroid di sumsum tulang 3. Perkembangan HbF
  • 7. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen 4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir a. Thalasemia  Thalassemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk hemoglobin utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali.  Hemoglobinopati : adanya hemoglobin abnormal yang muncul selain ketiga buah Hb normal (HbF, HbA dan HbA2), yang mengakibatkan sel darah merah mudah pecah sehingga membutuhkan transfusi darah rutin  Thalassemia β mayor bermanifestasi klinis pada usia sekitar 6 bulan
  • 8. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen  Sel darah merah berbentuk seperti sabit, kaku, dan mudah menyumbat pembuluh darah kecil, sehingga menghambat pasokan darah sehat dan oksigen 4. Kelainan HbF Setelah Bayi Lahir b. Anemia sel sabit  Adalah kelainan di mana Hb F meningkat di atas tingkat normal orang dewasa dan tidak ada perubahan morfologi pada sel darah merah  Disebabkan oleh sedikitnya 25 mutasi yang berbeda, baik delesi besar pada kluster gen globin atau mutasi titik pada daerah promotor gen γ. C Hereditary Persistence of Fetal Hemoglobin (HPFH)
  • 9. 2.1 Hemoglobin dan Afinitas Oksigen  Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan(Pearce, 2009).  Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml O2 dalam kondisi jenuh. Karboksihemoglobin adalah hemoglobin yang mengikat karbon monoksida (CO) akibat dari CO yang bebas dalam tubuh, CO memiliki afinitas 210 kali lebih besar dibandingkan O2 terhadap hemoglobin.  Dalam keadaan normal, tubuh mengandung methemoglobin hingga 1,5%. Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya terhadap karbonmonoksida, sehingga CO dapat menggantikan O2 pada hemoglobin dan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen. 4. Afinitas Oksigen .
  • 10. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus  Bentuk : bundar seperti cakram  diameter 15 – 20 cm  ketebalan kurang lebih 3 cm  berat rata – rata sebesar 500 gram  Pada bagian ibu plasenta dibentuk oleh desidua basalis dan dibatasi oleh lempeng desidua.  Pada bagian janin plasenta disusun oleh korion frondosum dan dibatasi oleh lempeng korion 1. Morfologi Plasenta
  • 11. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus  Diantara lempeng korion dan desidua terdapat ruang antarvillus yang tersisi oleh darah ibu. Selama bulan 4 dan 5 desidua membentuk sejumlah septum desidua yang menonjol keruang antarvilus tetapi tidak mencapai lempeng korion. Septum ini berasal dari jaringan ibu tetapi permukaannya dilapisi oleh selapis sel sinsitium, hal ini menyebabkan darah ibu diruang intervilus tidak tercampur dengan darah dari janin. 1. Morfologi Plasenta
  • 12. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus  Panjang panjang rata – rata sebesar 55-65 cm dan diameter 1–2 cm  Aliran darah pada tali pusat kurang lebih 400 ml per menit  Terbentuk sejak usia kehamilan 5 minggu dan terus memanjang hingga kehamilan 28 minggu  Bagian luar tali pusat dilapisi oleh lapisan amnion yang juga menutupi plasenta sisi fetus  mengandung 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang di kelilingi oleh jeli Wharton. . 2. Morfologi Tali Pusat
  • 13. 2.2 Penurunan Aliran Darah Uterus  Dimulai dengan aliran darah ibu melalui arteri spiralis menuju ke ruang intervillous 21 terminal (darah kaya oksigen dan nutrisi) lalu ke arteri endometrium  Darah dari vena uterus yang rendah oksigen dan mengandung sisa metabolisme janin kembali ke sirkulasi ibu dan dieksresikan bersama hasil sisa metabolisme ibu. Aliran darah uteroplasenta didorong oleh tekanan arteri ibu karena rendahnya resistensi pembuluh darah pada sisrkulasi uteroplasenta.  Kecepatan aliran darah ibu ke plasenta adalah sekitar 600 - 700 ml/ menit. 3. Arus Darah Utero Plasenta
  • 14. 2.3 Fisiologis Pengaturan Denyut Jantung Janin  sebagian besar berada di dalam miokardium (oto jantung). Rangsangan atau stimulasi saraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adregenik, akan meningkatkan frekuensi DJJ, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan akan meningkatkan volume curah jantung.  Dalam keadaan stress, sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk mempertahankan aktivitas pemompaan darah atau jantung. Inhibisi atau hambatan pada saraf simpatis a. Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin 1) Sistem saraf simpatis  mengatur nodus SA, nodus VA, dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel jantung. Stimulasi nervus vagus, misalnya dengan asetilkolin akan menurunkan frekuensi DJJ, sedangkan inhibisi atau hambatan nervus vagus, misalnya dengan atropine akan meningkatkan frekuensi DJJ 2) Sistem saraf parasimpatis
  • 15.  Letak : arkus aorta dan sinus carotid  Tekanan darah meningkat, baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervus glosofaringeus yang ada pada batang otak. Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan curah jantung 3) Baroreseptor  Terdiri dari : bagian perifer (di daerah carotid dan korpus aortic) dan bagian sentral (di batang otak)  Fungsi mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan serebro-spinal atau otak  Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat terjadi refleks dari reseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar karbondioksida 4) Kemoresptor
  • 16.  Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJ dan gerakan janin  Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, dan variabilitas DJJ pun akan berkurang 5) Susunan saraf pusat  Pada keadaan stress, misalnya hipoksia intrauterine atau asfiksia, medulla adrenal akan mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin. Hal ini akan menyebabkan takikardia, peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah atau hipertensi 6) Sistem hormonal
  • 17.  Merupakan perubahan DJJ yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus. b. Karakteristik Denyut Jantung Janin 1) DJJ Basal (Basal Fetal Heart Rate)  Frekuensi dasar normal DJJ : 120-160 dpm  Takikardi : frekuensi > 160 dpm  Akselerasi : terjadi peningkatan frekuensi secara cepat (<1-2 menit). Peningkatan DJJ pada keadaan akselerasi paling sedikit 15 dpm/15 detik.  Bradikardi : frekuensi dasar < 120 dpm  Deselerasi : penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit) 2) DJJ Periodik (Reactivity)  frekuensi dasar (baseline rate) dan variabilitas DJJ saat uterus dalam keadaan istirahat. 3) Frekuensi Dasar Denyut Jantung Janin (Base Line Rate)
  • 18.
  • 19. 4) Variabilitas Denyut Jantung Janin (Variability) Adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman DJJ. Terdiri dari : Variabilitas Jangka Pendek (Short Term Variability) : perbedaan interval antar denyut yang terlihat pada gambaran kardiotokografi yang juga menunjukkan variasi dari frekuensi antar denyut pada DJJ Variabilitas Jangka Panjang (Long Term Variability) : gambaran dari osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas tampak pada rekaman kardiotokografi. Rata- rata mempunyai siklus 3-6 kali/menit. Berdasarkan amplitude fluktuasi osilasi dibedakan menjadi :  Normal : bila amplitude antara 6-25 dpm  Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm  Menghilang : bila amplitude < 2 dpm  Saltatori : bila amplitudo > 25 dpm
  • 20. Merupakan respon simpatik dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung janin, suatu respon fisiologik yang baik (reaktif). Normalnya amplit >15 dpm, lamanya sekitar 15 detik dan terjadi paling tidak dua kali dalam waktu rekaman 20 menit. Akselerasi yang seragam (uniform akseleration). Terjadinya akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus Akselerasi yang bervariasi (variable akseleration) C Perubahan Periode Denyut Jantung Janin 1) Akselerasi  perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi oleh pengaruh rangsangan gerakan janin atau kontraksi uterus
  • 21. 2) deselerasi 2. Deselerasi variable Ciri-cirinya : 1. Gambaran deselerasi yang bervariasi 2. Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengan cepat 3. Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pra deselerasi) atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi 4. Deselerasi variable dianggap apabila memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi mencapai 60 dpm tau lebih dibawah frekuensi dasar DJJ dan lamanya deselerasi >60 detik 5. Bila terjadi deselerasi variable yang berulang terlalu sering atau deselerasi variable yang memanjang (prolonged) harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang beralanjut
  • 22. 2) deselerasi 2. Deselerasi lambat Deselerasi lambat Ciri-cirinya : 1. Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai 2. Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus berkurang 3. Lamanya <90 detik (rata-rata 40-60 detik) 4. Timbul berulang pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus 5. Frekuensi dasar DJJ biasanya normal atau takikardi ringan, akan tetapi pada keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi
  • 23.  Kesimpulan  Plasenta merupakan salah satu bagian terpenting bagi janin. Plasenta memiliki banyak manfaat, beberapa diantaranya menyalurkan oksigen dan darah dari Ibu ke bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi kerja plasenta misalnya hemoglobin dan afinitas oksigen janin, penurunan aliran darah uterus dari Ibu ke bayi, serta bagaimana fisiologis pengaturan ndenyut jantung janin.  Keadaan plasenta yang baik tentunya akan mendukung perkembangan janin. Sehingga perlu adanya asuhan yang menyeluruh dan berkelanjutan sejak dini agar pertumbuhan dan perkembangan janin terpantau. BAB 3 PENUTUP
  • 24.  Saran  Bagi Mahasiswa  Perlunya menambah referensi mengenai fungsi plasenta  Perlunya memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan  Materi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam belajar dan dasar dalam praktik klinik  Bagi Tenaga Kesehatan  Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain/ dr SpOG dalam penanganan pasien agar dapat mengetahui keadaan pasien secara menyeluruh agar dapat memberikan asuhan yang sesuai  Senantiasa memperbaharui pengetahuan mengenai plasenta sesuai update keilmuan  Melakukan asuhan sesuai dengan SOP berdasarkan evidence- based BAB 3 PENUTUP
  • 25. DAFTAR PUSTAKA  Asli, K. (2019). Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Kadar Hemoglobin, Berat Badan Lahir Dan Plasenta Pada Ibu Hamil Dengan Anemia. Universitas Hasanudin.  Demirci, S., Leonard, A., Essawi, K., & Tisdale, J. F. (2021). CRISPR-Cas9 to induce fetal hemoglobin for the treatment of sickle cell disease . Molecular therapy. Methods & clinical development, 23, 276-285.  Dewi, R. I., & Yanti, E. (2019). Hubungan Kepatuhan Mengkonsumsi Fe Dengankadar Hb Pada Ibu Hamil . Jurnal Kesehatan Saintika Meditory.  Kaufman, D. P., Khattar, J., & Lappin, S. L. (2022, Maret 26). Physiology, Fetal Hemoglobin . Retrieved Juli 22, 2022, from National Library of Medicine: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500011/  Kresnawati, W. (2013, Juli 18). Hemoglobin. Retrieved Juli 22, 2022, from Website Resmi Yayasan Orangtua Peduli: https://milissehatyop.org/hemoglobin/  Old, J. (2013). Chapter 71 - Hemoglobinopathies and Thalassemias. In D. Rimoin, R. Pyeritz, & B. Korf, Emery and Rimoin's Principles and Practice of Medical Genetics (pp. 1-44). Elsevier Ltd.  P2PTM. (2017, Mei 1). Penyakit Thalassemia. Retrieved Juli 22, 2022, from Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit- penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/penyakit-thalassemia  Ross, M. G., Desai, M., & Ervin, M. G. (2021). Fetal Development, Physiology, and Effects on Long- Term Health . In M. Landon, H. Galan, E. Jauniaux, D. Driscoll, V. Berghella, W. Grobman, et al., Gabbe's Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, Eighth Edition (pp. 26-42). Elsevier Inc.  Saifuddin, A. B. (2018). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.