SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Download to read offline
Pertumbuhan Janin Terhambat
Oleh:
Rezdy Tofan Bhaskara
Definisi
• Ketidakmampuan janin mempertahankan
pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva
pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau
tanpa adanya KMK.
• Janin KMK diartikan sebagai janin dengan taksiran
berat janin (TBJ) atau lingkar perut janin pada
pemeriksaan USG yang kurang dari persentil 10
• Pertumbuhan janin terhambat menunjukkan
terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik
yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti
gangguan pada janin seperti gambaran Doppler yang
abnormal, dan berkurangnya volume cairan ketuban.
Klasifikasi
• PJT simetris adalah janin yang secara
proporsional berukuran badan kecil. Gangguan
pertumbuhan janin terjadi sebelum umur
kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan
oleh kelainan kromosom atau infeksi
• PJT asimetris adalah janin yang berukuran badan
tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin
terjadi pada kehamilan trimester III, sering
disebabkan oleh insufisiensi plasenta
PJT Simetris
• Faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi
pada awal kehamilan yaitu saat fase hiperplapsia
(biasanya akibat kelainan kromosom dan infeksi),
akan menyebabkan PJT yang simetris.
• Jumlah sel berkurang dan secara permanen akan
menghambat pertumbuhan janin dan
prognosisnya jelek
• Penampilan klinisnya berupa proporsi tubuh yang
tampak normal karena berat dan panjangnya
sama-sama terganggu, sehingga indeks
ponderalnya normal.
PJT Asimetris
• Faktor yang menghambat pertumbuhan
terjadi pada saat kehamilan lanjut, yaitu saat
fase hipertrofi (biasanya akibat gangguan
fungsi plasenta, misalnya pada preeklampsia),
akan menyebabkan ukuran selnya berkurang,
menyebabkan PJT yang asimetris yang
prognosisnya lebih baik.
• Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala
normal, dan indeks ponderalnya abnormal.
Faktor Resiko PJT Simetris dan Asimetris
SVD:Spontaneous Vaginal Delivery
Operative vaginal are either forceps
or vacuum.
Connor, et al., 2015
Fisiologi Kehamilan
• Adaptasi kardiovaskular ibu harus memberikan
perfusi uterus yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan dari janin yang berkembang dan
tumbuh dengan menyediakan transportasi nutrisi
dan oksigen ke plasenta dan janin.
• Perfusi uterus pada manusia meningkat dari 50
ml / menit dalam sepuluh minggu kehamilan
sebanyak 1300 ml / menit pada akhir kehamilan
(Sankaran dan Kayle, 2009).
Sirkulasi Plasenta
• Sirkulasi plasenta manusia digambarkan
sebagai hemokorial yang dibandingkan
dengan epitheliochorial di beberapa hewan
coba. Jenis khusus ini dari plasentasi adalah
untuk memastikan bahwa kapiler janin-
plasenta dilindungi dari fluktuasi perfusi aliran
darah plasenta ibu, termasuk tingkat aliran
dan tekanan.
Sirkulasi Plasenta
• Sirkulasi janin
memungkinkan
pasokan istimewa
nutrisi, pertama ke
hati (70-80%) dan
kemudian ke jantung,
dengan aliran darah
yang kaya nutrisi
dalam atrium kanan
ke myocardium dan
otak (Kiserud, 2001).
Sankaran dan Kyle, 2009
Transer Nutrien (Cettin, 2001; Battalia, 2001)
• Pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung pada
penyediaan oksigen yang memadai dan substrat dari
sirkulasi ibu ke janin melalui plasenta.
• Asam amino dan glukosa adalah substrat utama, yang
memiliki peran penting dalam pertumbuhan janin.
kebutuhan asam amino terkait dengan sintesis protein,
konversi ke substrat lain dan oksidasi.
• Mekanisme plasenta yang terlibat dalam asam amino hasil
transportasi di kedua konsentrasi intraseluler tinggi asam
amino dalam plasenta dan rasio ibu / janin lebih besar dari
1 untuk hampir semua asam amino.
• Beberapa asam amino tidak dikirimkan ke janin tetapi
bukan dimetabolisme dalam plasenta.
Faktor Endokrin
• Plasenta dan pertumbuhan janin dikendalikan
dan diatur oleh kombinasi dari ketersediaan
substrat dan sinyal endokrin.
– Insulin-like growth factor I and II
– Leptin
– Prolactin
– Adrenomedullin
Hogard, et al., 2001; Jansson et
al., 2003; Freemark et al., 2006
Kontribusi Genetik pada sistem
uteroplasenta PJT
• Kontribusi genetik diperkirakan
mempertanggungjawabkan 30-70% dari
variabilitas dalam ukuran saat lahir.
• Kombinasi patut disayangkan dari polimorfisme
genetik umum diperkirakan mengakibatkan cacat
pertumbuhan pra dan pasca melahirkan.
• Cacat gen utama adalah lebih mungkin terjadi
pada anak-anak yang lahir kecil untuk usia
kehamilan (KMK) yang gagal untuk mengejar
ketinggalan pada pertumbuhan.
Dunger et al., 2006
Kontribusi Genetik pada sistem
uteroplasenta PJT
• Insulin-like growth factor (IGF) -I dan II baik
merangsang pertumbuhan dengan mengikat
IGF-1 reseptor (IGF-1r).
• Ketika IGF-II mengikat IGF-2 reseptor (IGF-2r)
ini tidak mengakibatkan stimulasi
pertumbuhan.
• IGF-I dan IGF-II dikodekan oleh gen masing
IGF-1 dan 2. IUGR telah ditemukan pada
individu dengan cacat di IGF-1 gen atau IGF-1r
Woods et al., 1996; Abuzzahab
et al., 2003; Haig, 1996; Ludwig
et al., 1996; Fowden et al.,2006
Kontribusi Genetik pada sistem
uteroplasenta PJT
• Sebuah peningkatan besar dalam ekspresi gen dari IGFBP1
dan IGFBP2 terjadi disertai dengan peningkatan besar
dalam kadar IGFBP-1 dan IGFBP-2 di IUGR.
• Dalam IUGR, sebuah jaringan spesifik IGF-II ekspresi mRNA
berkurang di hati dan paru-paru janin, meningkat tajam
dalam miokardium janin dan tidak berubah di ginjal janin
menunjukkan bahwa replikasi jaringan spesifik dari sel DNA
dimediasi melalui perubahan IGF-II selama insufisiensi
plasenta dan hipertensi kronis janin.
• Meskipun sulit untuk menjelaskan mekanisme molekuler
sebagai penyebab atau efek dari IUGR, mekanisme ini
terkait dengan efek jangka panjang dari IUGR pada
kehidupan dewasa.
Sankaran dan Kyle, 2009
Disfungsi Vaskuler Plasenta
Sankaran dan Kyle, 2009
Disfungsi Vaskuler Plasenta
• Kerusakan dalam perkembangan pembuluh plasenta
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.
• Penurunan aliran darah umbilikalis dapat disebabkan oleh
penurunan aliran darah uteroplasenta, struktur vili normal
pada sisi antara ibu dan sirkulasi janin dan kelainan utama
dalam perfusi umbilical-plasenta.
• Penurunan jumlah dan luas permukaan arteriol dari vili
induk tersier, penurunan lilitan kapiler terminal dengan vili
memanjang dan pengurangan vili telah ditunjukkan dalam
studi tentang plasenta pada IUGR.
• Kerusakan vaskuler sekunder karena adanya antibodi pada
sindrom antifosfolipid lupus juga dapat menyebabkan
penurunan aliran darah.
Trudinger et al., 1996; Jackson
et al., 1996; Khamashta dan
Hughes, 1996.
Disfungsi Vaskuler Plasenta
• Tingkat keparahan disfungsi vaskular plasenta dinilai secara
klinis oleh ultrasound doppler.
• Doppler pada arteria uterina menilai suplai darah ibu ke
rahim, sedangkan pengukuran Doppler janin memberikan
informasi tentang fungsi plasenta dan tanggapan janin
terhadap deplesi nutrisi.
• Bentuk gelombang arteri umbilikalis berkorelasi dengan
hambatan aliran darah plasenta dan arsitektur vili tersier.
• Indeks resistensi Doppler arteri umbilikalis akan muncul
ketika sekitar 30% janin pembuluh darah vili tidak normal
dan tidak ada atau sebaliknya.
• Kecepatan aliran akhir diastolik (EDFV) menunjukkan
bahwa 60-70% dari pembuluh darah vili rusak.
Baschat, 2006.
Sekuens Respon Janin terhadap
Penurunan Perfusi Plasenta
• Pembatasan aliran darah uterus reproducibly
menghasilkan pembatasan umum dalam
perkembangan janin yang ditandai dengan penyusutan
dari otak dan tulang aksial.
• Dalam rangka untuk beradaptasi dengan lingkungan
intrauterin berubah, janin harus mampu merasakan
sinyal itu.
• Peneliti telah mengemukakan baru-baru bahwa
plasenta mungkin bertindak sebagai sensor gizi dengan
target mamalia dari rapamycin kinase (mTOR)
memainkan peranan utama dalam jalur penginderaan
nutrisi
Jansson, 2006.
Sankaran dan Kyle, 2009
Perubahan Kardiovaskuler Janin
• Dalam IUGR, afterload meningkat yang terlihat sebagai
hipertrofi jantung, elevasi awal output ventrikel kiri dan kadar
fraksi serum natriuretik otak peptida (BNP).
• Fraksi curah jantung janin terkombinasi dengan sirkulasi
plasenta berkurang. Hal ini menyebabkan peningkatan
resirkulasi darah tali pusat terdeoksigenasi dalam tubuh janin.
• Derajat shunting melalui Ductus venosus tampaknya lebih
tinggi pada janin dengan IUGR. Dalam kasus ekstrem
hemodinamik tidak stabil, tingkat rata-rata shunting melalui
ductus venosus adalah 57% berbeda dengan 30% pada
kehamilan normal.
• Dalam kasus IUGR dengan volume rendah aliran pusar, fraksi
aliran berkurang menuju liver fetus.
Boldt et al., 2003
Perubahan Paru pada PJT
• Ada kematangan paru dipercepat karena meningkatnya
kadar hormon adrenocorticotrophic (ACTH) dan akibat
penurunan bersihan oleh plasenta.
• Di satu sisi, ini adalah mekanisme adaptif mempersiapkan
janin untuk bertahan hidup awal ekstra uterin.
• Dalam sebuah studi eksperimental, domba berat lahir
rendah yang agak hipoksemia dan paru-parunya dan
compliance dinding dada yang masing-masing, menurun
dan meningkat relatif terhadap kontrol.
• Protein surfaktan paru A, B dan C tidak berkurang,
menunjukkan bahwa penurunan compliance paru-paru
yang paling mungkin memiliki dasar struktural.
Harding, Cock, dan Louey, 2000
Perubahan Ginjal, Otot Lurik, dan
Traktus Gastro
• Ginjal (Bauer et al., 2003)
– Protein maternal ↓ menyebabkan berkurangnya
jumlah nefron, perubahan dalam aksis renin-
angiotensin-aldosteron, hipertensi, akselerasi
nephrosclerosis dan memperpendek rentang
hidupnya.
• Otot Lurik
– Percepatan struktur dan fungsi otot lurik oleh sekresi
tiroksin.
• Traktus Gastro
– Alterasi arteri mesenterika
Perubahan di Otak pada PJT
• Pada periode kekurangan oksigen, otak pada janin dengan PJT
lebih tahan daripada janin sehat.
• Peningkatan aliran darah otak lebih sampai dua hingga tiga
kali lipat disertai penghentian pertumbuhan pada tubuh dan
pengurangan laju metabolik tubuh.
• Insufisiensi dari plasenta memodulasi dari produksi nitrit
oksida dengan menghambat ekspresi gen nitrit oksida. Hal ini
berkaitan antara neuroproteksi ataupun bisa menimbulkan
jejas pada otak.
• Bisa menimbulkan sistem dopamin yang meningkat, yang
kemudian hari bisa menimbulkan sindrom ADHD (defisit
atensi)
Sankaran dan Kyle, 2009
Kesimpulan
• Perubahan fisiologis ibu, pengembangan pembuluh
darah plasenta, transfer nutrisi dan adaptasi janin
sangat penting untuk pertumbuhan janin.
• Pertumbuhan Fetus diatur oleh berbagai faktor
endokrin dan faktor genetik.
• Penyebab tersering merupakan insufisiensi
uteroplasenta.
• Mekanisme kompensasi diarahkan mempersiapkan
janin untuk mengatasi cadangan yang berkurang dan
akselerasi yang dapat membantu kelangsungan hidup
ekstra uterin.
• Keadaan dekompensasi gawat janin.
Daftar Pustaka
• Connor, et al., 2015, ‘Comparison of asymmetric versus symmetric IUGR results from a
national prospective trial’, American journal of Obstetrics and Gynecology, supplement,
S.173.
• Kiserud T. The ductus venosus. Semin Perinatol 2001 Feb; 25(1): 11–20.
• Jansson N, Greenwood SL, Johansson BR et al. Leptin stimulates the activity of the system A
amino acid transporter in human placental villous fragments. J Clin Endocrinol Metab 2003;
88: 1205–1211.
• Freemark M. Regulation of maternal metabolism by pituitary and placental hormones: roles
in fetal development and metabolic programming. Horm Res 2006; 65(Suppl. 3): 41–49.
• Dunger DB, Petry CJ & Ong KK. Genetic variations and normal fetal growth. Horm Res 2006;
65(Suppl. 3): 34–40.
• Woods KA, Camacho-Hubner C, Savage MO et al. Intrauterine growth retardation and
postnatal growth failure associated with deletion of the insulin-like growth factor I gene. N
Engl J Med 1996; 335: 1363–1367.
• Abuzzahab MJ, Schneider A, Goddard A et al. IGF-I receptor mutations resulting in
intrauterine and postnatal growth retardation. N Engl J Med 2003; 349: 2211–2222.
Daftar Pustaka
• Haig D. Altercation of generations: genetic conflicts of
pregnancy. Am J Reprod Immunol 1996; 35: 226–232.
• Ludwig T, Eggenschwiler J, Fisher P et al. Mouse
mutants lacking the type 2 IGF receptor (IGF2R) are
rescued from perinatal lethality in Igf2 and Igf1r null
backgrounds. Dev Biol 1996; 177: 517–535.
• Fowden AL, Sibley C, Reik Wet al. Imprinted genes,
placental development and fetal growth. Horm Res
2006; 65(Suppl. 3):50–58.
• S. Sankaran, P.M. Kyle, Aetiology and Pathogenesis of
IUGR, Best Practice & Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology 23 (2009) 765–777

More Related Content

What's hot

Perdarahan ante partum
Perdarahan ante partumPerdarahan ante partum
Perdarahan ante partumDokter Tekno
 
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri IminensPemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminensandikabudiarto
 
Perdarahan awal kehamilan
Perdarahan awal kehamilanPerdarahan awal kehamilan
Perdarahan awal kehamilanAsih Astuti
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fharry christama
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasiJoni Iswanto
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalHendrik Sutopo
 
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAHISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAAyu Insafi Mulyantari
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilSofie Krisnadi
 
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasihiolove
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaFuji Astuti
 

What's hot (20)

Perdarahan ante partum
Perdarahan ante partumPerdarahan ante partum
Perdarahan ante partum
 
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri IminensPemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
Pemeriksaan Penunjang Ruptura Uteri Iminens
 
Kardiotokografi
KardiotokografiKardiotokografi
Kardiotokografi
 
Perdarahan awal kehamilan
Perdarahan awal kehamilanPerdarahan awal kehamilan
Perdarahan awal kehamilan
 
Perubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP fPerubahan persalinan, 3 pP f
Perubahan persalinan, 3 pP f
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Mtbs
MtbsMtbs
Mtbs
 
03 distosia bahu
03 distosia bahu03 distosia bahu
03 distosia bahu
 
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREAHISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
HISTEROTOMI, SALPINGEKTOMI, HISTERORAPI, SEKSIO SESAREA
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Klasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasiKlasifikasi dan tingkat maserasi
Klasifikasi dan tingkat maserasi
 
Caput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneum dan cephalhematoma
Caput succedaneum dan cephalhematoma
 
Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopoldPemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold
 
CTG
CTGCTG
CTG
 
VAKUM & FORCEP
VAKUM & FORCEPVAKUM & FORCEP
VAKUM & FORCEP
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
Infertilitas dasar
Infertilitas dasarInfertilitas dasar
Infertilitas dasar
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 

Similar to Pertumbuhan janin terhambat

REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxREFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxafrizal757300
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramionanggi satya
 
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxEndrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxvina736285
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaSeptian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasentaWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamSeptian Muna Barakati
 
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfFaktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfEka Safitri
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangWarnet Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsangOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Pertumbuhan janin terhambat (20)

REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptxREFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
REFRAT FIX SIAP MAJU.pptx
 
gawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramiongawat janin dan oligohidramion
gawat janin dan oligohidramion
 
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptxEndrokrinologi kelompok 6.pptx
Endrokrinologi kelompok 6.pptx
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
TUGAS FETOMATERNAL-1.pptx
TUGAS FETOMATERNAL-1.pptxTUGAS FETOMATERNAL-1.pptx
TUGAS FETOMATERNAL-1.pptx
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasentaMakalah hubungan asfiksia dengan  solusi plasenta
Makalah hubungan asfiksia dengan solusi plasenta
 
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demamMakalah hubungan asfiksia dengan demam
Makalah hubungan asfiksia dengan demam
 
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNASolusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
Solusio plasenta AKPER PEMKAB MUNA
 
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdfFaktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
Faktor Memengaruhi Kehamilan.pdf
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsangMakalah hubungan asfiksia dengan  letak sumsang
Makalah hubungan asfiksia dengan letak sumsang
 

Recently uploaded

obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 

Recently uploaded (19)

obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 

Pertumbuhan janin terhambat

  • 2. Definisi • Ketidakmampuan janin mempertahankan pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau tanpa adanya KMK. • Janin KMK diartikan sebagai janin dengan taksiran berat janin (TBJ) atau lingkar perut janin pada pemeriksaan USG yang kurang dari persentil 10 • Pertumbuhan janin terhambat menunjukkan terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-bukti gangguan pada janin seperti gambaran Doppler yang abnormal, dan berkurangnya volume cairan ketuban.
  • 3. Klasifikasi • PJT simetris adalah janin yang secara proporsional berukuran badan kecil. Gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi • PJT asimetris adalah janin yang berukuran badan tidak proporsional, gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi plasenta
  • 4. PJT Simetris • Faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada awal kehamilan yaitu saat fase hiperplapsia (biasanya akibat kelainan kromosom dan infeksi), akan menyebabkan PJT yang simetris. • Jumlah sel berkurang dan secara permanen akan menghambat pertumbuhan janin dan prognosisnya jelek • Penampilan klinisnya berupa proporsi tubuh yang tampak normal karena berat dan panjangnya sama-sama terganggu, sehingga indeks ponderalnya normal.
  • 5. PJT Asimetris • Faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada saat kehamilan lanjut, yaitu saat fase hipertrofi (biasanya akibat gangguan fungsi plasenta, misalnya pada preeklampsia), akan menyebabkan ukuran selnya berkurang, menyebabkan PJT yang asimetris yang prognosisnya lebih baik. • Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala normal, dan indeks ponderalnya abnormal.
  • 6. Faktor Resiko PJT Simetris dan Asimetris SVD:Spontaneous Vaginal Delivery Operative vaginal are either forceps or vacuum. Connor, et al., 2015
  • 7. Fisiologi Kehamilan • Adaptasi kardiovaskular ibu harus memberikan perfusi uterus yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan dari janin yang berkembang dan tumbuh dengan menyediakan transportasi nutrisi dan oksigen ke plasenta dan janin. • Perfusi uterus pada manusia meningkat dari 50 ml / menit dalam sepuluh minggu kehamilan sebanyak 1300 ml / menit pada akhir kehamilan (Sankaran dan Kayle, 2009).
  • 8. Sirkulasi Plasenta • Sirkulasi plasenta manusia digambarkan sebagai hemokorial yang dibandingkan dengan epitheliochorial di beberapa hewan coba. Jenis khusus ini dari plasentasi adalah untuk memastikan bahwa kapiler janin- plasenta dilindungi dari fluktuasi perfusi aliran darah plasenta ibu, termasuk tingkat aliran dan tekanan.
  • 9. Sirkulasi Plasenta • Sirkulasi janin memungkinkan pasokan istimewa nutrisi, pertama ke hati (70-80%) dan kemudian ke jantung, dengan aliran darah yang kaya nutrisi dalam atrium kanan ke myocardium dan otak (Kiserud, 2001). Sankaran dan Kyle, 2009
  • 10. Transer Nutrien (Cettin, 2001; Battalia, 2001) • Pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung pada penyediaan oksigen yang memadai dan substrat dari sirkulasi ibu ke janin melalui plasenta. • Asam amino dan glukosa adalah substrat utama, yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan janin. kebutuhan asam amino terkait dengan sintesis protein, konversi ke substrat lain dan oksidasi. • Mekanisme plasenta yang terlibat dalam asam amino hasil transportasi di kedua konsentrasi intraseluler tinggi asam amino dalam plasenta dan rasio ibu / janin lebih besar dari 1 untuk hampir semua asam amino. • Beberapa asam amino tidak dikirimkan ke janin tetapi bukan dimetabolisme dalam plasenta.
  • 11. Faktor Endokrin • Plasenta dan pertumbuhan janin dikendalikan dan diatur oleh kombinasi dari ketersediaan substrat dan sinyal endokrin. – Insulin-like growth factor I and II – Leptin – Prolactin – Adrenomedullin Hogard, et al., 2001; Jansson et al., 2003; Freemark et al., 2006
  • 12. Kontribusi Genetik pada sistem uteroplasenta PJT • Kontribusi genetik diperkirakan mempertanggungjawabkan 30-70% dari variabilitas dalam ukuran saat lahir. • Kombinasi patut disayangkan dari polimorfisme genetik umum diperkirakan mengakibatkan cacat pertumbuhan pra dan pasca melahirkan. • Cacat gen utama adalah lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang lahir kecil untuk usia kehamilan (KMK) yang gagal untuk mengejar ketinggalan pada pertumbuhan. Dunger et al., 2006
  • 13. Kontribusi Genetik pada sistem uteroplasenta PJT • Insulin-like growth factor (IGF) -I dan II baik merangsang pertumbuhan dengan mengikat IGF-1 reseptor (IGF-1r). • Ketika IGF-II mengikat IGF-2 reseptor (IGF-2r) ini tidak mengakibatkan stimulasi pertumbuhan. • IGF-I dan IGF-II dikodekan oleh gen masing IGF-1 dan 2. IUGR telah ditemukan pada individu dengan cacat di IGF-1 gen atau IGF-1r Woods et al., 1996; Abuzzahab et al., 2003; Haig, 1996; Ludwig et al., 1996; Fowden et al.,2006
  • 14. Kontribusi Genetik pada sistem uteroplasenta PJT • Sebuah peningkatan besar dalam ekspresi gen dari IGFBP1 dan IGFBP2 terjadi disertai dengan peningkatan besar dalam kadar IGFBP-1 dan IGFBP-2 di IUGR. • Dalam IUGR, sebuah jaringan spesifik IGF-II ekspresi mRNA berkurang di hati dan paru-paru janin, meningkat tajam dalam miokardium janin dan tidak berubah di ginjal janin menunjukkan bahwa replikasi jaringan spesifik dari sel DNA dimediasi melalui perubahan IGF-II selama insufisiensi plasenta dan hipertensi kronis janin. • Meskipun sulit untuk menjelaskan mekanisme molekuler sebagai penyebab atau efek dari IUGR, mekanisme ini terkait dengan efek jangka panjang dari IUGR pada kehidupan dewasa. Sankaran dan Kyle, 2009
  • 16. Disfungsi Vaskuler Plasenta • Kerusakan dalam perkembangan pembuluh plasenta menyebabkan gangguan pertumbuhan janin. • Penurunan aliran darah umbilikalis dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah uteroplasenta, struktur vili normal pada sisi antara ibu dan sirkulasi janin dan kelainan utama dalam perfusi umbilical-plasenta. • Penurunan jumlah dan luas permukaan arteriol dari vili induk tersier, penurunan lilitan kapiler terminal dengan vili memanjang dan pengurangan vili telah ditunjukkan dalam studi tentang plasenta pada IUGR. • Kerusakan vaskuler sekunder karena adanya antibodi pada sindrom antifosfolipid lupus juga dapat menyebabkan penurunan aliran darah. Trudinger et al., 1996; Jackson et al., 1996; Khamashta dan Hughes, 1996.
  • 17. Disfungsi Vaskuler Plasenta • Tingkat keparahan disfungsi vaskular plasenta dinilai secara klinis oleh ultrasound doppler. • Doppler pada arteria uterina menilai suplai darah ibu ke rahim, sedangkan pengukuran Doppler janin memberikan informasi tentang fungsi plasenta dan tanggapan janin terhadap deplesi nutrisi. • Bentuk gelombang arteri umbilikalis berkorelasi dengan hambatan aliran darah plasenta dan arsitektur vili tersier. • Indeks resistensi Doppler arteri umbilikalis akan muncul ketika sekitar 30% janin pembuluh darah vili tidak normal dan tidak ada atau sebaliknya. • Kecepatan aliran akhir diastolik (EDFV) menunjukkan bahwa 60-70% dari pembuluh darah vili rusak. Baschat, 2006.
  • 18. Sekuens Respon Janin terhadap Penurunan Perfusi Plasenta • Pembatasan aliran darah uterus reproducibly menghasilkan pembatasan umum dalam perkembangan janin yang ditandai dengan penyusutan dari otak dan tulang aksial. • Dalam rangka untuk beradaptasi dengan lingkungan intrauterin berubah, janin harus mampu merasakan sinyal itu. • Peneliti telah mengemukakan baru-baru bahwa plasenta mungkin bertindak sebagai sensor gizi dengan target mamalia dari rapamycin kinase (mTOR) memainkan peranan utama dalam jalur penginderaan nutrisi Jansson, 2006.
  • 20. Perubahan Kardiovaskuler Janin • Dalam IUGR, afterload meningkat yang terlihat sebagai hipertrofi jantung, elevasi awal output ventrikel kiri dan kadar fraksi serum natriuretik otak peptida (BNP). • Fraksi curah jantung janin terkombinasi dengan sirkulasi plasenta berkurang. Hal ini menyebabkan peningkatan resirkulasi darah tali pusat terdeoksigenasi dalam tubuh janin. • Derajat shunting melalui Ductus venosus tampaknya lebih tinggi pada janin dengan IUGR. Dalam kasus ekstrem hemodinamik tidak stabil, tingkat rata-rata shunting melalui ductus venosus adalah 57% berbeda dengan 30% pada kehamilan normal. • Dalam kasus IUGR dengan volume rendah aliran pusar, fraksi aliran berkurang menuju liver fetus. Boldt et al., 2003
  • 21. Perubahan Paru pada PJT • Ada kematangan paru dipercepat karena meningkatnya kadar hormon adrenocorticotrophic (ACTH) dan akibat penurunan bersihan oleh plasenta. • Di satu sisi, ini adalah mekanisme adaptif mempersiapkan janin untuk bertahan hidup awal ekstra uterin. • Dalam sebuah studi eksperimental, domba berat lahir rendah yang agak hipoksemia dan paru-parunya dan compliance dinding dada yang masing-masing, menurun dan meningkat relatif terhadap kontrol. • Protein surfaktan paru A, B dan C tidak berkurang, menunjukkan bahwa penurunan compliance paru-paru yang paling mungkin memiliki dasar struktural. Harding, Cock, dan Louey, 2000
  • 22. Perubahan Ginjal, Otot Lurik, dan Traktus Gastro • Ginjal (Bauer et al., 2003) – Protein maternal ↓ menyebabkan berkurangnya jumlah nefron, perubahan dalam aksis renin- angiotensin-aldosteron, hipertensi, akselerasi nephrosclerosis dan memperpendek rentang hidupnya. • Otot Lurik – Percepatan struktur dan fungsi otot lurik oleh sekresi tiroksin. • Traktus Gastro – Alterasi arteri mesenterika
  • 23. Perubahan di Otak pada PJT • Pada periode kekurangan oksigen, otak pada janin dengan PJT lebih tahan daripada janin sehat. • Peningkatan aliran darah otak lebih sampai dua hingga tiga kali lipat disertai penghentian pertumbuhan pada tubuh dan pengurangan laju metabolik tubuh. • Insufisiensi dari plasenta memodulasi dari produksi nitrit oksida dengan menghambat ekspresi gen nitrit oksida. Hal ini berkaitan antara neuroproteksi ataupun bisa menimbulkan jejas pada otak. • Bisa menimbulkan sistem dopamin yang meningkat, yang kemudian hari bisa menimbulkan sindrom ADHD (defisit atensi) Sankaran dan Kyle, 2009
  • 24. Kesimpulan • Perubahan fisiologis ibu, pengembangan pembuluh darah plasenta, transfer nutrisi dan adaptasi janin sangat penting untuk pertumbuhan janin. • Pertumbuhan Fetus diatur oleh berbagai faktor endokrin dan faktor genetik. • Penyebab tersering merupakan insufisiensi uteroplasenta. • Mekanisme kompensasi diarahkan mempersiapkan janin untuk mengatasi cadangan yang berkurang dan akselerasi yang dapat membantu kelangsungan hidup ekstra uterin. • Keadaan dekompensasi gawat janin.
  • 25. Daftar Pustaka • Connor, et al., 2015, ‘Comparison of asymmetric versus symmetric IUGR results from a national prospective trial’, American journal of Obstetrics and Gynecology, supplement, S.173. • Kiserud T. The ductus venosus. Semin Perinatol 2001 Feb; 25(1): 11–20. • Jansson N, Greenwood SL, Johansson BR et al. Leptin stimulates the activity of the system A amino acid transporter in human placental villous fragments. J Clin Endocrinol Metab 2003; 88: 1205–1211. • Freemark M. Regulation of maternal metabolism by pituitary and placental hormones: roles in fetal development and metabolic programming. Horm Res 2006; 65(Suppl. 3): 41–49. • Dunger DB, Petry CJ & Ong KK. Genetic variations and normal fetal growth. Horm Res 2006; 65(Suppl. 3): 34–40. • Woods KA, Camacho-Hubner C, Savage MO et al. Intrauterine growth retardation and postnatal growth failure associated with deletion of the insulin-like growth factor I gene. N Engl J Med 1996; 335: 1363–1367. • Abuzzahab MJ, Schneider A, Goddard A et al. IGF-I receptor mutations resulting in intrauterine and postnatal growth retardation. N Engl J Med 2003; 349: 2211–2222.
  • 26. Daftar Pustaka • Haig D. Altercation of generations: genetic conflicts of pregnancy. Am J Reprod Immunol 1996; 35: 226–232. • Ludwig T, Eggenschwiler J, Fisher P et al. Mouse mutants lacking the type 2 IGF receptor (IGF2R) are rescued from perinatal lethality in Igf2 and Igf1r null backgrounds. Dev Biol 1996; 177: 517–535. • Fowden AL, Sibley C, Reik Wet al. Imprinted genes, placental development and fetal growth. Horm Res 2006; 65(Suppl. 3):50–58. • S. Sankaran, P.M. Kyle, Aetiology and Pathogenesis of IUGR, Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology 23 (2009) 765–777