SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Statistika
Definisi dari statistika sendiri adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mempresentasikan data.
Dalam studi, statistika dibagi menjadi empat yaitu statistika deskriptif, teori
probabilitas, analisa keputusan dan statistika inferensi.
1. Statistika deskriptif
Statistika deskriptif berhubungan dengan penggambaran (pendeskripsian) data
baik secara numerik (rata-rata, standar deviasi, median, modus dan lainnya) atau
grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) sehingga data tersebut lebih mudah dibaca dan
dimengerti.
2. Teori probabilitas
Probabilitas atau peluang adalah angka yang menunjukkan tingkat keyakinan
tentang suatu peristiwa. Teori probabilitas akan digunakan apabila kita menggunakan
statistik inferensial.
3. Analisa keputusan
Dalam mengambil keputusan, statistik berguna untuk menganalisa keputusan
mana yang lebih baik akan diambil dan diterapkan.
4. Statistika inferensial
Statistik inferensial adalah pernyataan yang diambil dari sampel suatu
populasi secara random untuk menggambarkan populasi yang sebenarnya. Istilah
populasi yaitu seluruh elemen yang akan diteliti, sedangkan sampel yaitu bagian dari
populasi.
2
2. Tahapan Dalam Menggunakan Ilmu Statistika
Dikutip dari Sri Mulyono (2003) bahwa dalam menyelesaikan permasalahan
secara statistik harus digunakan pendekatan ilmiah yang terdiri dari beberapa tahap,
diantaranya:
1. Mengidentifikasi persoalan
Pertama kali persoalan yang dihadapai harus dipahami dan didefinisikan
dengan benar. Sering dilaporkan bahwa kesalahan kesimpulan studi disebabkan
karena kesalahan mendefinisikan persoalan.
2. Pengumpulan fakta-fakta yang ada
Data harus dikumpulkan dengan tepat dan selengkap mungkin serta
berhubungan dengan persoalan yang dihadapi. Sumber data dapat digolongkan dalam
dua kategori yaitu eksternal dan internal, data internal dapat ditemukan pada bagian-
bagian yang ada dalam suatu organisasi. Data eksternal misalnya data yang diperoleh
dari publikasi pemerintah, jurnal berkala dan lain-lain.
3. Mengumpulkan data asli yang baru.
Seringkali data yang diperlukan tidak tersedia pada sumber-sumber yang ada,
karena itu harus dikumpulkan sendiri.
4. Klasifikasi data
Setelah data dikumpulkan, tahap berikutnya adalah mengelompokkan fakta-
fakta sesuai dengan tujuan studi. Mengidentifikasikan data-data berdasarkan
kemiripan sifat-sifatnya dan menyusunnya ke dalam kelompok-kelompok dinamakan
klasifikasi.
5. Penyajian data
Ringkasan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan ukuran-
ukuran deskriptif seperti rata-rata dan dispersi, membantu analisis dalam
menyampaikan hal-hal penting kepada pihak lain.
3
6. Analisis data
Jika data dikumpulkan dari sampel, maka berdasarkan ukuran-ukuran
deskriptif yang telah dihitung dilakukan pendugaan nilai parameter populasi dan
pengujian asumsi parameter atau ciri-ciri populasi. Kemudian analisis menafsirkan
hasil pendugaan dan membuat kesimpulan atas hasil pengujian.
3. Penerapan Ilmu Statistika Ekonomi di Berbagai Disiplin Ilmu
Statistika banyak diterapkan di bermacam-macam ilmu mulai dari ilmu alam
dan ilmu sosial maupun di bidang bisnis. Salah satu contoh dari penerapan ilmu
statistika terhadap bidang perekonomian yaitu perhitungan pertumbuhan ekonomi,
inflasi, jumlah uang beredar, tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran dan lainnya,
sedangkan dalam bidang industri dapat dicontohkan pada perhitungan jumlah
produksi barang atau jasa yang mencapai keuntungan maksimum, kapan waktu yang
tepat untuk mengembangkan produk baru atau menambah produksi.
Dalam bidang bisnis juga statistik diterapkan antara lain, perhitungan indeks
tendensi bisnis, perhitungan dividen, peluang mendapatkan keuntungan jika
menanamkan investasi di saham dan lainnya.
4. Contoh Penerapan Ilmu Statistika Ekonomi pada Bisnis
Salah satu contoh dari penerapan ilmu statistika ekonomi pada bisnis yaitu
penggunaan indeks tendensi bisnis (ITB). Indeks Tendensi Bisnis adalah indikator
perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis
(STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank
Indonesia dengan variabel pembentuk indeks tendensi bisnis yaitu pendapatan usaha,
penggunaan kapasitas produksi/usaha dan rata-rata jam kerja dengan memasukkan 9
sektor yang ada antara lain:
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Transportasi dan telekomunikasi
8. Keuangan, persewaan dan jasa.
Survei tersebut dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar terpilih di
seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB Triwulan IV-2009 sebanyak 2.400
perusahaan besar dan sedang, dengan responden pimpinan perusahaan.
Sebagai contoh bahwa Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Triwulan I-2010
sebesar 103,41, yang berarti terjadi peningkatan kondisi bisnis pada triwulan tersebut
dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 96,91. Namun tingkat
optimisme pelaku bisnis lebih rendah dibandingkan Triwulan IV-2009 yang nilai ITB
mencapai 108,45.
Peningkatan ITB pada kuartal I-2010 tersebut, disebabkan oleh meningkatnya
kondisi bisnis sebagian besar sektor ekonomi diantaranya sektor Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan yang mengalami peningkatan bisnis tertinggi (nilai
ITB sebesar 112,07).
Peningkatan kondisi bisnis disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan
usaha, kapasitas produksi dan rata-rata jam kerja. Sektor Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan mengalami peningkatan pendapatan usaha paling tinggi, sedangkan
sektor Konstruksi dan sektor Transportasi & Telekomunikasi mengalami penurunan
pendapatan usaha. Sedangkan sektor Konstruksi dan sektor Transportasi serta
Telekomunikasi merupakan sektor ekonomi yang mengalami penurunan kondisi
bisnis.
Setelah dijabarkan, bagaimana peranan statistika ekonomi dalam berbagai
disiplin ilmu khususnya dalam ekonomi, industri dan bisnis diharapkan bisa
membantu menentukan keputusan yang akan diambil secara tepat, sehingga hasilnya
sesuai dengan harapan.
5
BAB II
DISTRIBUSI FREKUENSI
1. A. Pengertian Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kelompok
(kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas.
Distribusi frekuensi merupakan salah satu bentuk klasifikasi data, yaitu klasifikasi
data secara kuantitatif.
Di dalam statistik deskriptif kita selalu mengusahakan agar data dapat disajikan
dalam bentuk yang lebih berguna, lebih mudah dipahami dan lebih cepat dimengerti.
Jika data yang ada hanya sedikit, kita tidak mengalami kesulitan untuk membaca dan
mengerti angka-angka itu, tetapi apabila data yang tersedia banyak sekali jumlahnya,
maka untuk mengerti data tersebut kitaakan mengalami kesulitan. Untuk
memudahkannya data harus disusun secara sistematis atau teratur kedalam distribusi
frekuensi.
1. Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Contoh: Penjualan agen tiket PT Garuda per hari dalam jutaan rupiah
21.36 5.45 19.84 29.34 10.85 34.82 19.71 20.84
10.37 22.50 32.50 18.40 22.49 17.50 12.25 11.50
33.55 19.87 20.63 6.12 12.72 24.15 36.90 23.81
18.25 26.70 24.25 31.12 7.83 11.95 17.35 33.82
26.43 12.73 8.89 19.50 17.84 26.42 22.50 5.57
24.97 37.81 27.16 23.35 25.15 34.75 13.84 23.05
14.67 24.81 15.95 27.48 21.50 16.44 24.61 10.00
27.49 17.75 31.84 18.75 26.80 21.75 28.40 22.46
24.76 15.10 23.11 30.26 16.30 18.64 9.36 17.89
17.45 28.50 13.52 21.50 14.59 14.59 29.30 29.65
1. Menentukan Jumlah Kelas
K = 1 + 3,3 log n
6
= 1 + 3,3 Log 80
= 7,28 ———Ø 7
1. Mencari Range
Nilai Terkecil : 5,45
Nilai Terbesar : 37,82
Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil
= 37,82 – 5,45
= 32,37 ………..Ø 32
1. Menentukan Panjang Kelas
Panjang Kelas = Range / Jumlah Kelas
= 32/7
= 4,57 …………….Ø 5
1. Menentukan Kelas
Kelas
Penjualan
(Dalam Jutaan Rp)
Kelas I 5 – 9,99
Kelas II 10 – 14,99
Kelas III 15 – 19,99
Kelas IV 20 – 24,99
Kelas V 25 – 29,99
Kelas VI 30 – 34,99
Kelas VII 35 – 39,99
7
1. C. Macam-Macam Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi ada beberapa macam, diantaranya:
1. Ditinjau dari jenisnya
1. Distribusi frekuensi numerik
2. Distribusi kategorikal
3. Ditinjau dari nyata tidaknya frekuensi
1. Distribusi frekuensi absolut
2. Distribusi frekuensi relatif
3. Ditinjau dari kesatuannya
1. Distribusi frekuensi satuan
2. Distribusi frekuensi kumulatif
1. 1. Distribusi frekuensi numerik dan kategorikal
Distribusi frekuensi numerik adalah Distribusi frekuensi yang didasarkan pada
data-data kontinum yaitu data yang berdiri sendiri dan merupakan suatu deret hitung,
sedangkan yang dimaksud dengan Distribusi frekuensi kategorikal adalah Distribusi
frekuensi yang didasarkan pada data-data yang terkelompok. Jika data masih
berbentuk kontinum, maka harus diubah lebih dahulu menjadi data kategorikal dan
selanjutnya beru dicari frekuens masing-masing kelompok.
Contoh:
Penelitian terhadap nilai pembaca S1 Jurusan Teknik Informatika untuk mata
kuliah statistik pada suatu perguruan tinggi. Dari hasil pengambilan sampel secara
random(acak) terambil sampel sebanyak 30 nilai statistik.
Dari sampel tersebut diperoleh data dengan penyebarannya sebagai berikut:
75 80 30 70 20 35 65 65 70 57
55 25 58 70 40 35 36 45 40 25
15 55 35 65 40 15 30 30 45 40
Pada contoh diatas merupakan contoh Distribusi frekuensi numerik.
Mengingat Distribusi frekuensi numerik didasarkan padadata apa adanya maka ada
kemungkinan daftar Distribusi akan panjang (terutama untuk data yang mempunyai
rentangan panjang). Jika hal ini terjadi maka usaha yang semula bertujuan
mempermudah dalam membaca data melalui penyusunan distribusi frekuensi tidak
8
akan tercapai. Hal ini disebabkan karena daftar distribusi masih panjang yang
berkemungkinan besar masih mengacaukan pembaca. Untuk mengatasi masalah
tersebut dibuatlah distribusi frekuensi kategorikal yaitu data yang sudah
dikelompokkan seperti tabel dibawah ini:
Nilai F
15-25 5
26-36 7
37-47 6
48-58 4
59-69 3
70-80 5
30
Perubahan data numerik ke data kategorikal harus menggunakan aturan-aturan
tertentu, itu berarti bahwa pengelompokkan tersebut harus memuat aturan-aturan
tertentu, sehingga tidak akan terjadi suatu rentangan atau kelompok yang tidak
berfrekuensi.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelas bagi distribusi
frekuensi kategorikal:
1. Jumlah kelas
2. Lembar kelas
3. Batas kelas
Jumlah kelas
Tidak ada aturan umum yang menentukan jumlah kelas. H.A. Sturges pada tahun
1926 menulis artikel dengan judul: “The Choice of a Class Interval” dalam Journal of
the American Statistical Association, yang mengemukakan suatu rumus untuk
menentukan banyaknya kelas sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 log n
Dimana:
K = banyaknya kelas
n = banyaknya nilai observasi
9
rumus ini disebut Kriterium Sturges dan merupakan suatu perkiraan tentang
banyaknya kelas. Misalnya data dengan n = 100, maka banyaknya kelas K adalah
sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 (2) = 1 + 6,664 = 7,644 – 8
Jadi jumlah kelas/kelompok yang dianjurkan pada data di atas adalah 8.
Ada kemungkinam jumlah kelompok hasil perhitungan rumus di atas
merupakan pecahan, tetapi di sini untuk memudahkannyakita akan melakukan
pembualatan. Langkah berikutnya adalah mencari rentangan (interval) tiap kelas.
Lebar kelas atau interval
Disarankan interval atau lebar kelas adalah sama untuk setiap kelas. Pada
umumnya, untuk menentukan besar kelas (panjang interval) digunakan rimus:
Dimana:
c = lebar kelas
k = banyaknya kelas
= nilai observasi terbesar
= nilai observasi terkecil
Nilai F
48-54 1
55-61 2
62-68 7
69-75 12
76-82 7
83-89 3
90-6 2
34
Nilai 48-54 disebut kelas interval. Urutan kelas interval disusun mulai data
terkecil hingga terbesar. Urutan kelas interval pertama adalah 48-54, dan urutan kelas
10
unterval kedua adalah 55-61, demikian seterusnya. Semua kelas interval berada di
kolom sebelah kiri. Sedangkan nilai yang berada disebelah kanan adalah nilai
frekuansi yang disingkat f. f = 1 berarti yang mempunyai nilai antara 48 sampai 58
sebanyak 1. Nilai-nilai dikiri kelas interval (48,55,62,69,76,83,90) disebut batas
bawah kelas. Nilai 48 disebut batas bawah kelas pertama, nilai 55 disebut batas
bawah kelas kedua, dan sterusnya. Sedangkan nilai-nilai yang di kanan kelas interval
(54,61,68,75,82,89,96) disebut batas atas kelas.
Selisih positif antara batas bawah dengan batas atas harus sama yang disebut lebar
kelas.
Misalnya kita memiliki data terbesar 95 dan data terkecil 10 dengan jumlah kelas 9,
maka di dapat:
Pembulatan pada penentuan interval sebaiknya ke atas, walaupun angka di belakang
koma kecil, karena pembulatan kebawah akan menanggung resiko yaitu ada data
yang tidak masuk dalam kelompok yang telah ditentukan.
Batas kelas
Batas kelas bawah menunjukkan kemungkinan nilai data terkecil pada suatu kelas.
Sedangkan batas kelas atas mengidentifikasi kemungkinan nilai terbesar dalam suatu
kelas.
Contoh:
Berikut ini adalah data tenteng nilai pembaca:
48 50 37 43 51 52 47 48 48 41
42 45 48 37 53 52 51 48 43 41
Jawab
 Langkah 1 urutkan data dari yang terkecil hinga yang terbasar
37 37 41 41 42 43 43 45 47 48
48 48 48 48 50 51 51 52 52 53
 Langkah 2 tentukan nilai max dan min
Nilai max = 53 dan nilai min = 37
11
 Langkah 3 tentukan range (selisih nilai max dan min)
Range = 53-37=16 (kelas interval harus mampu menampung semua data observasi)
 Langkah 4 tentukan jumlah kelas dengan menggunakan rumus sturges
k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20 = 1 + 3,3 * 1,3 = 5,29 — 5
 Langkah 5 tentukan c (lebar kelas/interval)
 Langkah 6 membuat tabel distribusi frekuensi
Nilai Frekuensi
37-40
41-44
45-48
49-52
53-56
2
5
7
5
1
 2. Distribusi frekuensi absolut dan relative
Distribusi frekuensi absolut adalah suatu jumlah bilangan yang menyatakan
banyaknya data pada suatu kelompok tertentu. Distribusi ini disusun berdasarkan data
apa adanya, sehingga tidak menyulitkan peneliti dalam membuat distribusi
ini.Sedangkan Distribusi frekuensi relatif adalah suatu jumlah persentase yang
menyatakan banyaknya data pada suatu kelompok tertentu. Dalam hal ini pembuat
distribusi terlebih dahulu harus dapat menghitung persentase pada masing-masing
kelompok.
Distribusi akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang posisi masing-
masing bagian dalam keseluruhan, karena kita dapat melihat perbandingan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.walaupun demikian kita masih
12
belum memperoleh gambaran yang jelastentang penyebab adanya perbedaan tersebut.
Berikut adalah rumus mencari Distribusi frekuensi relatif:
Tabel frekuensi relatif dan frekuensi kumulatif
X F fr fk* fk**
X1 f1 f1/n*100 f1 f1+f2+…+fi+…+fk
X2 f2 f2/n*100 f1+f2 f2+…+fi+…+fk
. . . . .
. . . . .
. . . . .
Xi fi fi/n*100 f1+f2+…+fi fi+…+fk
. . . . .
. . . . .
. . . . .
Xk fk fk/n*100 f1+f2+…+fi+…+fk fk
Contoh:
Dari soal diatas didapat frekuensi relatifnya adalah:
nilai Frekuensi (2/20)*100
Frek. Relatif
37-40 2 10
41-44 5 25
45-48 7 35
49-52 5 25
53-56 1 5
total 20
13
BAB III
PENGUKURAN STATISTIK SAMPEL
1. MEAN
Rata-rata hitung / Mean
Dalam kegiatan penelitian, rata-rata(mean) mempunyai kedudukan yang penting
dibandingkan ukuran gejala pusat lainnya. Hampir setiap kegiatan penelitian ilmiah
selalu menggunakan rata-rata (mean).
Adapun cara untuk mencari mean dibedakan berdasarkan jenis penyajian data
a. Data tunggal dengan seluruh skornya berfrekuensi satu
dimana xi = data ke-i dan n = jumlah data
Contoh :
Nilai Statistik dari 10 mahasiswa STMIK adalah sebagai berikut :
8 6 6 7 8 7 7 8 6 6
jadi meannya adalah
b. Data tunggal sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu
Maka
14
dengan xi merupakan nilai data
c. Data kelompok (dalam distribusi frekuensi)
Cara mencari mean data kelompok ada dua , yaitu cara panjang dan cara pendek
(sandi).
a) Cara panjang
dengan xi merupakan tanda kelas dari interval ke-i
dan f merupakan frekuensi interval ke-i
b) Cara pendek / sandi
Adapun langkah- langkanya adalah sebagai berikut :
1. Ambil sembarang tanda kelas ( biasanya yang letaknya ditengah) , misalnya x0
2. Hitung ci dengan rumus
dimana p merupakan panjang interval
3. Rumusan mean dengan cara pendek
15
Contoh diperoleh rata-rata sebagai berikut :
a. Cara panjang
Berdasarkan persamaan pada cara panjang diperoleh rata-rata hitung dari data
tersebut adalah
b. Cara pendek / sandi
Diambil x0 = 63,5 (tanda kelas ke-4) dan diketahui p = 8, maka diperoleh
Berdasarkan persamaan pada cara pendek/sandi diperoleh rata- rata hitung
16
2. Rata-rata Tertimbang
Rata-rata tertimbang adalah rata-rata yang memperhitungkan frekuensi dari tiap-tiap
nilai variabel. Rumus untuk rata-rata ini adalah :
Contoh :
Jika 5 mahasiswa mendapat nilai 70 : 6 mahasiswa mendapat 69 : 3 mahasiswa
mendapat nilai 45 : 1 seorang mahasiswa mendapat nilai 80 : 1 dan seorang lagi
mendapat nilai 56 untuk data tersebut sebaliknya ditulis sebagai berikut :
Pada nilai rata-rata ujian tersebut untuk ke-16 mahasiswa itu ialah :
3. Rata-rata Gabungan
Rata-rata gabungan, yaitu rata-rata dari beberapa sampel lalu disajikan satu. Rata-rata
gabungan adalah cara yang tepat untuk menggabungkan rata-rata hitung dari
beberapa sampel.
17
Contoh :
Tiga sub sampel masing-masing berukuran 10, 6, 8 dan rata-ratanya 145, 118, dan
162. Berapa rata-ratanya?
Jawab
2. MODUS
Modus adalah nilai yang mempunyai frekuensi paling banyak. Modus tidak harus
tunggal,artinya nilainya bisa lebih dari satu. Adapun cara mencari modus untuk data
tunggal tinggal dilihat frekuensinya. Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi,
modus ditentukan dengan rumus :
dengan
b = batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang interval kelas modus
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudah kelas modus
Jika rumus di atas digunakan untuk mencari modus dari tabel di bawah ini
18
Maka diperoleh :
a. kelas modus = kelas ke-4
b. b = 59,5
c. b1 = 15 – 6 = 9
d. b2 = 15 – 13 = 2
e. p = 8
3. MEDIAN
Median adalah suatu nilai yang membagi distribusi data menjadi dua bagian yang
sama besar atau suatu nilai yang menbagi 50% frekuensi bagian atas dan 50%
frekuensi bagian bawah, sehingga frekuensi yang terdapat di atas sama dengan
frekuensi yang trdapat di bawah. Oleh karena itu median dari sejumlah data
tergantung pada frekuensinya bukan variasi nilai- nilainya.
Adapun cara mencari median, antara lain :
a. Data tunggal sebagian atau seluluh skornya berfrekuensi lebih dari satu
Sebelum dihitung mediannya, data diurutkan lebih dulu dari data yang terkecil ke
yang terbesar. Rumusan median untuk data tunggal dibedakan jadi dua, yaitu :
19
Contoh
1. Untuk contoh tabel sebelumnya dengan data 8 6 6 7 8 7 7 8 6 6.
Setelah data diurutkan diperoleh 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8. Jumlah data genap sehingga
untuk mencari median digunakan rumus di atas dan diperoleh
2. Diketahui data sebagai berikut.
Tentukan median dari data di atas!
Untuk data di atas diketahui n ganjil, sehingga untuk mencari median digunakan
rumus pertama dan diperoleh :
b. Data kelompok ( dalam distribusi frekuensi)
Untuk data yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi, median dihitung dengan
rumus :
dengan
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
20
n = jumlah data
F = jumlah frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
Contoh
Dari tabel sebelumnya diperoleh kelas median terletak pada interval ke-4, sehingga
diperoleh b = 59,5 ; p = 8; n = 50 ; F = 15 dan f = 15 akibatnya
C. Kelebihan dan Kekurangan Rata-rata, Median dan Modus
 Rata-rata
Kelebihan
1. Rata-rata lebih populer dan lebih mudah digunakan.
2. Dalam satu set data, rata-rata selalu ada dan hanya ada satu rata-rata.
3. Dalam penghitungannya selalu mempertimbangkan semua nilai data.
4. Tidak peka terhadap penambahan jumlah data.
5. Variasinya paling stabil.
6. Cocok digunakan untuk data yang homogen.
Kelemahan
1. Sangat peka terhadap data ekstrim. Jika data ekstrimnya banyak, rata-rata
menjadi kurang mewakili (representatif).
2. Tidak dapat digunakan untuk data kualitatif.
3. Tidak cocok untuk data heterogen.
 Median
Kelebihan
1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2. Dapat digunakan untuk data kualitatif maupun kuantitatif.
3. Cocok untuk data heterogen.
21
Kelemahan
1. Tidak mempertimbangkan semua nilai data.
2. Kurang menggambarkan rata-rata populasi.
3. Peka terhadap penambahan jumlah data.
 Modus
Kelebihan
1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim.
2. Cocok digunakan untuk data kuantitatif maupun kualitatif.
Kelemahan
1. Modus tidak selalu ada dalam satu set data.
2. Kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal itu terjadi
modus menjadi sulit digunakan.
3. Kurang mempertimbangkan semua nilai.
4. Peka terhadap penambahan jumlah data.
D. Hubungan Antara Rata-rata Hitung (Mean), Median dan Modus
 Jika rata-rata, median dan modus memiliki nilai yang sama, maka nilai rata-
rata, median dan modus akan terletak pada satu titik dalam kurva distribusi
frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tersebut akan terbentuk simetris.
22
 Jika rata-rata lebih besar dari median, dan median lebih besar dari modus,
maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah
kanan, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kiri.
Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kiri.
 Jika rata-rata lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus,
maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah
kiri, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kanan.
Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kanan.
23
 Jika kurva distribusi frekuensi tidak simetris (menceng ke kiri atau ke kanan),
maka biasanya akan berlaku hubungan antara rata-rata median dan modus
sebagai berikut. Rata-rata – Modus = 3 (Rata-rata – Median)
DEVIASI
Deviasi rata-rata adalah rata-rata penyimpangan data-data dari rata-rata
(mean)-nya. Di dalam menghitung deviasi rata-rata harus kita cari rata-rata dari harga
mutlak selisih antara tiap-tiap data dengan meannya. Harga mutlak adalah nilai
dengan tidak memandang positif atau negatif, semuanya dianggap positif. Harga
mutlak dari X biasanya ditulis dengan │X│.
a) Deviasi Untuk Data Tidak Berkelompok
Rumus Deviasi untuk data tidak berkelompok adalah sebagai berikut:
24
Contoh :
data sebagai berikut:
8 17 22 10 13
Mean-nya = ( 8 + 17 + 22 + 10 +13 )/5 = 14.
Dengan demikian rata-rata selisih data-data itu terhadap mean (tanpa diabaikan tanda
positif dan negatifnya) sebagai berikut:
MD = (8-14) + (17-14) + (22-14) + (10-14) + (13-14)/5
= (-6) + 3 + 8 + (-4) + (-1)/5
= 0
Oleh karena itu, dicari terlebih dahulu harga mutlaknya seperti pada rumus di atas.
Sehingga besarnya deviasi rata-rata sebagai berikut:
Deviasi rata-rata = │8-14│+ │17-14│ + │22-14│ + │10-14│ + │13-14│/5
= (6 + 3 + 8 + 4 + 1)/5
= 22/5 = 4,4.
Varians Dan Standar Deviasi
Varians dan Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran yang
menunjukkan standar penyimpangan atau deviasi data terhadap penyimpangan rata-
ratanya. Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap rata-rata
hitungnya. Standar Deviasi adalah akar kuadrat dari varians dan menunjukkan standar
penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya.
a) Varians Dan Standar Deviasi Untuk Data Tidak Berkelomok
Rumus Standar Deviasi untuk data tidak berkelompok adalah sebagai berikut:
25
b) Varians Dan Standar Deviasi Untuk Data Berkelompok
Rumus Varians untuk data berkelompok adalah sebagai berikut:
Rumus Standar Deviasi untuk data berkelompok adalah sebagai berikut:
BAB IV
HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan
Himpunan merupakan sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan
jelas. Berbagai macam jenis himpunan, missal himpunan kosong, himpunan yang
sama dsb. Operasi himpunan missal irisan, gabungan, pengurangan dsb. Melalui
artikel ini diharapkan mampu memahami dan dapat membedakan berbagai macam
bentuk himpunan dan menggambarkannya dalam bentuk diagram venn.
B. Operasi Himpunan
1. Komplemen
26
Komplemen adalah himpunan objek. Himpunan itu tidak merupakan unsur
dari himpunan universalnya. Dengan kata lain, komplemen dari himpunan A adalah
himpunan yang terdiri dari unsur-unsur yang terdapat pada himpunan universal U.
2. Gabungan
Gabungan adalah himpunan yang terdiri dari unsur-unsur. Unsur-unsurnya
adalah yang paling sedikit dalam salah satu himpunan atau kedua-duanya. Dengan
kata lain, gabungan dari dua buah himpunan A dan B adalah himpunan seluruh objek
yang merupakan unsur dari himpunan-himpunan A dan B atau kedua-duanya.
3. Interaksi
Interaksi adalah himpunan yang terdiri dari unsur yang menjadi anggota, baik
dari himpunan yang satu maupun dari himpunan lainnya. Dengan kata lain, interaksi
dari dua buah himpunan A dan B adalah himpunan objek yang merupakan unsur
sekaligus atau serentak dari himpunan-himpunan A dan B. Jadi, interaksi dari dau
buah himpunan A dan B merupakan subhimpunan yang sekaligus, baik dari
himpunan A maupun B.
C. Relasi dan Fungsi
Relasi (=R) adalah suatu himpunan pasangan yang tersusun (berurutan).
Himpunan dari x yang dipasangkan dengan y dalam (x,y) merupakan anggota dari R.
Himpunan dari x ini dinamakan wilayah (domain) dari relasi R. Subhimpunan dari x
yang dinamakan wilayah (domain) dari R dinyatakan dengan : (x : untuk beberapa y,
(x,y) E R)
D. Contoh Soal
Kerjakan soal dibawah ini dengan benar dan jelas!
Soal:
A = (1,3,5,7)
B = (1,2,3,4)
C = (5,6,7,8,9)
27
Maka A U B = (1,2,3,4,5,7)
Dan A U C = (1,3,5,6,7,8,9)
B U C = (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
Adapun gabungan dari ketiga gabungan (union) tersebut adalah:
A U B U C = (X:x E A atau X E B atau X E C)
Adapun gabungan diatas dapat digambarkan pada diagram venn sebagai
berikut seperti dibawah ini:
Dari data diatas, maka didapatkan A U B U C = (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
Jenis-jenis Himpunan
1. Himpunan Kosong
Definisi : Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki satupun elemen
atau himpunan dengan kardinalitas = 0 (nol) atau {}.
2. Himpunan Bagian
Definisi : Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan
hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan
superset dari A.
3. Himpunan sama
Definisi : Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika
keduanya mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A sama dengan B jika A
28
adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak
demikian, maka kita katakan A tidak sama dengan B.
Notasi : A = B <==> A ⊆ B dan B ⊆ A
Tiga hal yang perlu di catat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan :
1.Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting.
Jadi, {1,2,3} = {3,2,1 = {1,,3,2}
2.Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Jadi, {1,1,1,1} = {1,1} = {1}
3.Untuk tiga buah himpunan, A,B dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B dan C = C
(b) Jika A = B, maka B = A
(c) Jika A = B dan B = C, maka A = C
Manfaat belajar himpunan dalam kehidupan sehari-sehari
Dengan mempelajari himpunan, diharapkan kemampuan logika akan semakin
terasah dan akan memacu kita agar kita mampu berpikir secara logis, karena dalam
hidup, logika memiliki peran penting karena logika berkaitan dengan akal pikir.
Banyak kegunaan logika antara lain:
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Contoh penerapan soal himpunan dalam kehidupan sehari-hari
Survei yang di lakukan PT(ABC) mengenai kebiasaan mahasiswa dalam
mengakses informasi sbb :
400 orang mengakses informasi melalui koran
560 orang mengakses informasi melalui TV
340 orang mengakses informasi melalui internet
205 orang mengakses informasi melalui koran dan TV
29
175 orang mengakses informasi melalui TV dan Internet
160 orang mengakses informasi melalui koran dan internet
155 orang mengakses informasi melalui ketiganya
Pertanyaan:
a. jika total mahasiswa perguruan tinggi 1100 berapa orang yang tidak mengakses
dari ketiga nya?
b. berapa orang yang tidak mengakses informasi melalui 2 media saja?
c. berapa orang yang mengakses informasi melalui satu media saja?
Jawab :
Total mahasiswa n(S) = 1100
Koran n(K) = 400
TV n(TV) = 560
Internet n(I) = 340
(K ∩ TV) = 205
(K ∩ I) = 160
(TV ∩ I) = 175
(K ∩ TV ∩ I) = 155
(K 915 = 400 + 560 + 340 – 205 – 160 – 175 + 155)
Cara penyelesaian yang mudah bisa dilakukan dengan menggambar
diagram venn terlebih dulu, seperti gambar di bawah ini :
Buat diagram ven, berupa persegi untuk himpunan semesta S
Di dalamnya buat tiga lingkaran yang saling beririsan dan beri nama K, TV dan I.
Pada irisan ketiga lingkaran K ∩ TV ∩ I, tulis 155
Pada irisan K ∩ TV dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 205 - 155 = 50
Pada irisan K ∩ I dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 160 - 155 = 5
Pada irisan TV ∩ I dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 175 - 155 = 20
Pada lingkaran K dikurangi irisan, tulis 400 - (50 + 5 + 155) = 150
Pada lingkaran TV dikurangi irisan, tulis 560 - (50 + 20 + 155) = 335
Pada lingkaran I dikurangi irisan, tulis 340 - (5 + 20 + 155) = 150
Pada bagian luar lingkaran, tulis 1100 - (150 + 335 + 160 + 50 + 20 + 5 + 155) = 225
Dari penyelesaian diatas, jawaban dapat disimpulkan seperti di bawah ini :
a] Yang tidak mengakses ketiga media --> 225 orang
cara : 1100 - (150 + 335 + 160 + 50 + 20 + 5 + 155) = 225
b] Yang mengakses melalui dua media --> 75 orang
cara : 50 + 20 + 5 = 75
c] Yang mengakses melalui satu media --> 645 orang
cara : 150 + 335 + 160 = 645
30
Syarat lulus bagi peserta ujian adalah nilai Bahasa Inggris dan Matematika
harus lebih dari 4,5. Dari 50 siswa peserta ujian terdapat 15 siswa yang nilai Bahasa
Inggrisnya kurang dari 4,5. Dan terdapat 20 siswa yang mendapatkan nilai
Matematika dan Bahasa Inggrisnya lebih dari 4,5.Jika banyaknya siswa yang tidak
lulus ada 8 orang, tentukan:
Untuk menjawab permasalahan diatas dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
Data yang diketahui:
- Banyaknya siswa (S) = 50 = n(S)
-Tidak lulus bahasa inggris (TI) = 15 = n(TI)
-Tidak lulus bahasa inggris dan matenatika = 8 = n(TI∩TM)
-Siswa yang lulus = 20 = n(TI U TM)’
Jawab:
n(TI U TM) = n(S) - n(TI UTM)’
= 50 – 8
= 7
n(TI∩TM) = n(TI) + n(TM) - n(TI U TM)
8 = 15 + n(TM) – 30
38 = 15 + n(TM)
n(TM) = 23
n(TM) - n(TI∩TM) = 23 – 8
n(TM) saja = 15
n(TI) - n(TI∩TM) = 15 – 8
n(TI) saja = 7
n(TI U TM)’ + n(TI) = 20 + 7
n(TM)' = 27
n(TI U TM)’ + n(TM) = 20 + 15
n(TI)' = 35
Keterangan: - Tidak lulus bahasa inggris = TI
- Tidak lulus matematika = TM
31
DAFTAR PUSTAKA
Suharyadi, & Purwanto. (2009). In Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Sudjana. (1991). In Statistika. Bandung: Tarsito.
http://hadityasyafei.blogspot.com/2010/11/gejala-pusat-data-
dikelompokan.html
http://localonsite.wordpress.com/2013/09/10/pengukuran-gejala-pusat-central-
tendency/
http://materimatakuliah.wordpress.com/2012/10/29/statistika-bab-2/
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7tuDy39rsbwJ:ansari
saleh.web.id/userfiles/statistika3.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk

More Related Content

What's hot

Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)
Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)
Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)Bayu Andoro
 
keseimbangan IS-LM
keseimbangan IS-LMkeseimbangan IS-LM
keseimbangan IS-LMmas karebet
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2Ratih Ramadhani
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatRizki Prisandi
 
Bahan ajar statistik bisnis
Bahan ajar statistik bisnisBahan ajar statistik bisnis
Bahan ajar statistik bisnisNardiman SE.,MM
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomiFindi Rifa'i
 
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Dayana Florencia
 
Standar analisis laporan_keuangan_Cross Section
Standar analisis laporan_keuangan_Cross SectionStandar analisis laporan_keuangan_Cross Section
Standar analisis laporan_keuangan_Cross SectionVicky Farahani
 
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01arwianthy
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGTrisnadi Wijaya
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)Ancilla Kustedjo
 
Deret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalanDeret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalanMaulina Sahara
 

What's hot (20)

Materi 8 analisis time series
Materi 8 analisis time seriesMateri 8 analisis time series
Materi 8 analisis time series
 
Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasikUji asumsi klasik
Uji asumsi klasik
 
Statistik Ekonomi
Statistik EkonomiStatistik Ekonomi
Statistik Ekonomi
 
Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)
Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)
Materi SIA (Sistem Informasi Akutansi)
 
Analisis trend
Analisis trendAnalisis trend
Analisis trend
 
keseimbangan IS-LM
keseimbangan IS-LMkeseimbangan IS-LM
keseimbangan IS-LM
 
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
uji hipotesis satu rata – rata bagian 2
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Bahan ajar statistik bisnis
Bahan ajar statistik bisnisBahan ajar statistik bisnis
Bahan ajar statistik bisnis
 
Tabel durbin watson
Tabel durbin watsonTabel durbin watson
Tabel durbin watson
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi5. perubahan struktur ekonomi
5. perubahan struktur ekonomi
 
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
 
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
Tabel nilai uang (FVIF,FVIFA, PVIF, PVIFA)
 
Standar analisis laporan_keuangan_Cross Section
Standar analisis laporan_keuangan_Cross SectionStandar analisis laporan_keuangan_Cross Section
Standar analisis laporan_keuangan_Cross Section
 
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
Anggaranperusahaan 101214094831-phpapp01
 
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSGAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan IHSG
 
Angka Indeks.ppt
Angka Indeks.pptAngka Indeks.ppt
Angka Indeks.ppt
 
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)
ESPA 4123 - Statistika Ekonomi Modul 6 : Estimasi (Pendugaan Statistik)
 
Deret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalanDeret berkala dan peramalan
Deret berkala dan peramalan
 

Similar to Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II

Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)
Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)
Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)reno sutriono
 
makalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam datamakalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam dataAisyah Turidho
 
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptxRanum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptxmunaazkia
 
Nominal nombor
Nominal nomborNominal nombor
Nominal nomborngasi
 
Statistika pendidikan uni
Statistika pendidikan uniStatistika pendidikan uni
Statistika pendidikan uniElisa Dian
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaSiti_Rita_Anita
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaSiti_Rita_Anita
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahNurdiana Diana
 
Musyfiah's kti
Musyfiah's ktiMusyfiah's kti
Musyfiah's ktimusyfiah
 

Similar to Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II (20)

01 statistika 12
01 statistika 1201 statistika 12
01 statistika 12
 
Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)
Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)
Pertemuan 2 (statistik, statistika, macam data)
 
makalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam datamakalah statistik, statistika, macam data
makalah statistik, statistika, macam data
 
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptxRanum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
 
Bab 01 statistika
Bab 01   statistikaBab 01   statistika
Bab 01 statistika
 
Nominal nombor
Nominal nomborNominal nombor
Nominal nombor
 
Statistika pendidikan uni
Statistika pendidikan uniStatistika pendidikan uni
Statistika pendidikan uni
 
01 statistika 12
01 statistika 1201 statistika 12
01 statistika 12
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistika
 
Makalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistikaMakalah dasar-dasar statistika
Makalah dasar-dasar statistika
 
Musyfiah's kti
Musyfiah's ktiMusyfiah's kti
Musyfiah's kti
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Tugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalahTugas bahasa indonesia makalah
Tugas bahasa indonesia makalah
 
Musyfiah's kti
Musyfiah's ktiMusyfiah's kti
Musyfiah's kti
 
1. pengantar statistik
1. pengantar statistik1. pengantar statistik
1. pengantar statistik
 

More from Widia Ratnasari Samosir

pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiapPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaWidia Ratnasari Samosir
 
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaWidia Ratnasari Samosir
 
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...Widia Ratnasari Samosir
 

More from Widia Ratnasari Samosir (20)

pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiapPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
pPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
 
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya ManusiaPelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
 
Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10Revisi konvensasi kelompok 10
Revisi konvensasi kelompok 10
 
Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6Msdm seleksi baru kelompok 6
Msdm seleksi baru kelompok 6
 
Manajemen Kerjss
Manajemen KerjssManajemen Kerjss
Manajemen Kerjss
 
Paradigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya ManusiaParadigma Sumber Daya Manusia
Paradigma Sumber Daya Manusia
 
Integrasi
IntegrasiIntegrasi
Integrasi
 
Analisis Jabatan
Analisis JabatanAnalisis Jabatan
Analisis Jabatan
 
Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
 
Orientasi dan Penempatan
Orientasi dan PenempatanOrientasi dan Penempatan
Orientasi dan Penempatan
 
Belajar dari masa lalu
Belajar dari masa laluBelajar dari masa lalu
Belajar dari masa lalu
 
Because of you
Because of youBecause of you
Because of you
 
Really, LOVE?
Really, LOVE?Really, LOVE?
Really, LOVE?
 
Makalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika BisnisMakalah Agama: Etika Bisnis
Makalah Agama: Etika Bisnis
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
Etika Bisnis
 
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARANSMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
SMP Negeri 1 JORLANG HATARAN
 
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
PERANAN DAN KEDUDUKAN PEMERINTAH KELURAHAN DAN PEMERINTAHAN KELURAHAN DALAM M...
 
Etika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristenEtika bisnis ekonomi kristen
Etika bisnis ekonomi kristen
 
Makalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika BisnisMakalah agama: Etika Bisnis
Makalah agama: Etika Bisnis
 
Etika Bisnis
Etika BisnisEtika Bisnis
Etika Bisnis
 

Recently uploaded

PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 

Makalah Statistika, Ekonomi dan Bisnis II

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Statistika Definisi dari statistika sendiri adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Dalam studi, statistika dibagi menjadi empat yaitu statistika deskriptif, teori probabilitas, analisa keputusan dan statistika inferensi. 1. Statistika deskriptif Statistika deskriptif berhubungan dengan penggambaran (pendeskripsian) data baik secara numerik (rata-rata, standar deviasi, median, modus dan lainnya) atau grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) sehingga data tersebut lebih mudah dibaca dan dimengerti. 2. Teori probabilitas Probabilitas atau peluang adalah angka yang menunjukkan tingkat keyakinan tentang suatu peristiwa. Teori probabilitas akan digunakan apabila kita menggunakan statistik inferensial. 3. Analisa keputusan Dalam mengambil keputusan, statistik berguna untuk menganalisa keputusan mana yang lebih baik akan diambil dan diterapkan. 4. Statistika inferensial Statistik inferensial adalah pernyataan yang diambil dari sampel suatu populasi secara random untuk menggambarkan populasi yang sebenarnya. Istilah populasi yaitu seluruh elemen yang akan diteliti, sedangkan sampel yaitu bagian dari populasi.
  • 2. 2 2. Tahapan Dalam Menggunakan Ilmu Statistika Dikutip dari Sri Mulyono (2003) bahwa dalam menyelesaikan permasalahan secara statistik harus digunakan pendekatan ilmiah yang terdiri dari beberapa tahap, diantaranya: 1. Mengidentifikasi persoalan Pertama kali persoalan yang dihadapai harus dipahami dan didefinisikan dengan benar. Sering dilaporkan bahwa kesalahan kesimpulan studi disebabkan karena kesalahan mendefinisikan persoalan. 2. Pengumpulan fakta-fakta yang ada Data harus dikumpulkan dengan tepat dan selengkap mungkin serta berhubungan dengan persoalan yang dihadapi. Sumber data dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu eksternal dan internal, data internal dapat ditemukan pada bagian- bagian yang ada dalam suatu organisasi. Data eksternal misalnya data yang diperoleh dari publikasi pemerintah, jurnal berkala dan lain-lain. 3. Mengumpulkan data asli yang baru. Seringkali data yang diperlukan tidak tersedia pada sumber-sumber yang ada, karena itu harus dikumpulkan sendiri. 4. Klasifikasi data Setelah data dikumpulkan, tahap berikutnya adalah mengelompokkan fakta- fakta sesuai dengan tujuan studi. Mengidentifikasikan data-data berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya dan menyusunnya ke dalam kelompok-kelompok dinamakan klasifikasi. 5. Penyajian data Ringkasan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan ukuran- ukuran deskriptif seperti rata-rata dan dispersi, membantu analisis dalam menyampaikan hal-hal penting kepada pihak lain.
  • 3. 3 6. Analisis data Jika data dikumpulkan dari sampel, maka berdasarkan ukuran-ukuran deskriptif yang telah dihitung dilakukan pendugaan nilai parameter populasi dan pengujian asumsi parameter atau ciri-ciri populasi. Kemudian analisis menafsirkan hasil pendugaan dan membuat kesimpulan atas hasil pengujian. 3. Penerapan Ilmu Statistika Ekonomi di Berbagai Disiplin Ilmu Statistika banyak diterapkan di bermacam-macam ilmu mulai dari ilmu alam dan ilmu sosial maupun di bidang bisnis. Salah satu contoh dari penerapan ilmu statistika terhadap bidang perekonomian yaitu perhitungan pertumbuhan ekonomi, inflasi, jumlah uang beredar, tingkat kemiskinan, jumlah pengangguran dan lainnya, sedangkan dalam bidang industri dapat dicontohkan pada perhitungan jumlah produksi barang atau jasa yang mencapai keuntungan maksimum, kapan waktu yang tepat untuk mengembangkan produk baru atau menambah produksi. Dalam bidang bisnis juga statistik diterapkan antara lain, perhitungan indeks tendensi bisnis, perhitungan dividen, peluang mendapatkan keuntungan jika menanamkan investasi di saham dan lainnya. 4. Contoh Penerapan Ilmu Statistika Ekonomi pada Bisnis Salah satu contoh dari penerapan ilmu statistika ekonomi pada bisnis yaitu penggunaan indeks tendensi bisnis (ITB). Indeks Tendensi Bisnis adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia dengan variabel pembentuk indeks tendensi bisnis yaitu pendapatan usaha, penggunaan kapasitas produksi/usaha dan rata-rata jam kerja dengan memasukkan 9 sektor yang ada antara lain: 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri pengolahan
  • 4. 4 4. Listrik, gas dan air bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, hotel dan restoran 7. Transportasi dan telekomunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa. Survei tersebut dilakukan setiap triwulan di beberapa kota besar terpilih di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah sampel STB Triwulan IV-2009 sebanyak 2.400 perusahaan besar dan sedang, dengan responden pimpinan perusahaan. Sebagai contoh bahwa Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Triwulan I-2010 sebesar 103,41, yang berarti terjadi peningkatan kondisi bisnis pada triwulan tersebut dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 96,91. Namun tingkat optimisme pelaku bisnis lebih rendah dibandingkan Triwulan IV-2009 yang nilai ITB mencapai 108,45. Peningkatan ITB pada kuartal I-2010 tersebut, disebabkan oleh meningkatnya kondisi bisnis sebagian besar sektor ekonomi diantaranya sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan yang mengalami peningkatan bisnis tertinggi (nilai ITB sebesar 112,07). Peningkatan kondisi bisnis disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan usaha, kapasitas produksi dan rata-rata jam kerja. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan pendapatan usaha paling tinggi, sedangkan sektor Konstruksi dan sektor Transportasi & Telekomunikasi mengalami penurunan pendapatan usaha. Sedangkan sektor Konstruksi dan sektor Transportasi serta Telekomunikasi merupakan sektor ekonomi yang mengalami penurunan kondisi bisnis. Setelah dijabarkan, bagaimana peranan statistika ekonomi dalam berbagai disiplin ilmu khususnya dalam ekonomi, industri dan bisnis diharapkan bisa membantu menentukan keputusan yang akan diambil secara tepat, sehingga hasilnya sesuai dengan harapan.
  • 5. 5 BAB II DISTRIBUSI FREKUENSI 1. A. Pengertian Distribusi frekuensi Distribusi frekuensi adalah pengelompokan data ke dalam beberapa kelompok (kelas) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas. Distribusi frekuensi merupakan salah satu bentuk klasifikasi data, yaitu klasifikasi data secara kuantitatif. Di dalam statistik deskriptif kita selalu mengusahakan agar data dapat disajikan dalam bentuk yang lebih berguna, lebih mudah dipahami dan lebih cepat dimengerti. Jika data yang ada hanya sedikit, kita tidak mengalami kesulitan untuk membaca dan mengerti angka-angka itu, tetapi apabila data yang tersedia banyak sekali jumlahnya, maka untuk mengerti data tersebut kitaakan mengalami kesulitan. Untuk memudahkannya data harus disusun secara sistematis atau teratur kedalam distribusi frekuensi. 1. Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Contoh: Penjualan agen tiket PT Garuda per hari dalam jutaan rupiah 21.36 5.45 19.84 29.34 10.85 34.82 19.71 20.84 10.37 22.50 32.50 18.40 22.49 17.50 12.25 11.50 33.55 19.87 20.63 6.12 12.72 24.15 36.90 23.81 18.25 26.70 24.25 31.12 7.83 11.95 17.35 33.82 26.43 12.73 8.89 19.50 17.84 26.42 22.50 5.57 24.97 37.81 27.16 23.35 25.15 34.75 13.84 23.05 14.67 24.81 15.95 27.48 21.50 16.44 24.61 10.00 27.49 17.75 31.84 18.75 26.80 21.75 28.40 22.46 24.76 15.10 23.11 30.26 16.30 18.64 9.36 17.89 17.45 28.50 13.52 21.50 14.59 14.59 29.30 29.65 1. Menentukan Jumlah Kelas K = 1 + 3,3 log n
  • 6. 6 = 1 + 3,3 Log 80 = 7,28 ———Ø 7 1. Mencari Range Nilai Terkecil : 5,45 Nilai Terbesar : 37,82 Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil = 37,82 – 5,45 = 32,37 ………..Ø 32 1. Menentukan Panjang Kelas Panjang Kelas = Range / Jumlah Kelas = 32/7 = 4,57 …………….Ø 5 1. Menentukan Kelas Kelas Penjualan (Dalam Jutaan Rp) Kelas I 5 – 9,99 Kelas II 10 – 14,99 Kelas III 15 – 19,99 Kelas IV 20 – 24,99 Kelas V 25 – 29,99 Kelas VI 30 – 34,99 Kelas VII 35 – 39,99
  • 7. 7 1. C. Macam-Macam Distribusi Frekuensi Distribusi frekuensi ada beberapa macam, diantaranya: 1. Ditinjau dari jenisnya 1. Distribusi frekuensi numerik 2. Distribusi kategorikal 3. Ditinjau dari nyata tidaknya frekuensi 1. Distribusi frekuensi absolut 2. Distribusi frekuensi relatif 3. Ditinjau dari kesatuannya 1. Distribusi frekuensi satuan 2. Distribusi frekuensi kumulatif 1. 1. Distribusi frekuensi numerik dan kategorikal Distribusi frekuensi numerik adalah Distribusi frekuensi yang didasarkan pada data-data kontinum yaitu data yang berdiri sendiri dan merupakan suatu deret hitung, sedangkan yang dimaksud dengan Distribusi frekuensi kategorikal adalah Distribusi frekuensi yang didasarkan pada data-data yang terkelompok. Jika data masih berbentuk kontinum, maka harus diubah lebih dahulu menjadi data kategorikal dan selanjutnya beru dicari frekuens masing-masing kelompok. Contoh: Penelitian terhadap nilai pembaca S1 Jurusan Teknik Informatika untuk mata kuliah statistik pada suatu perguruan tinggi. Dari hasil pengambilan sampel secara random(acak) terambil sampel sebanyak 30 nilai statistik. Dari sampel tersebut diperoleh data dengan penyebarannya sebagai berikut: 75 80 30 70 20 35 65 65 70 57 55 25 58 70 40 35 36 45 40 25 15 55 35 65 40 15 30 30 45 40 Pada contoh diatas merupakan contoh Distribusi frekuensi numerik. Mengingat Distribusi frekuensi numerik didasarkan padadata apa adanya maka ada kemungkinan daftar Distribusi akan panjang (terutama untuk data yang mempunyai rentangan panjang). Jika hal ini terjadi maka usaha yang semula bertujuan mempermudah dalam membaca data melalui penyusunan distribusi frekuensi tidak
  • 8. 8 akan tercapai. Hal ini disebabkan karena daftar distribusi masih panjang yang berkemungkinan besar masih mengacaukan pembaca. Untuk mengatasi masalah tersebut dibuatlah distribusi frekuensi kategorikal yaitu data yang sudah dikelompokkan seperti tabel dibawah ini: Nilai F 15-25 5 26-36 7 37-47 6 48-58 4 59-69 3 70-80 5 30 Perubahan data numerik ke data kategorikal harus menggunakan aturan-aturan tertentu, itu berarti bahwa pengelompokkan tersebut harus memuat aturan-aturan tertentu, sehingga tidak akan terjadi suatu rentangan atau kelompok yang tidak berfrekuensi. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kelas bagi distribusi frekuensi kategorikal: 1. Jumlah kelas 2. Lembar kelas 3. Batas kelas Jumlah kelas Tidak ada aturan umum yang menentukan jumlah kelas. H.A. Sturges pada tahun 1926 menulis artikel dengan judul: “The Choice of a Class Interval” dalam Journal of the American Statistical Association, yang mengemukakan suatu rumus untuk menentukan banyaknya kelas sebagai berikut: K = 1 + 3,3 log n Dimana: K = banyaknya kelas n = banyaknya nilai observasi
  • 9. 9 rumus ini disebut Kriterium Sturges dan merupakan suatu perkiraan tentang banyaknya kelas. Misalnya data dengan n = 100, maka banyaknya kelas K adalah sebagai berikut: K = 1 + 3,3 (2) = 1 + 6,664 = 7,644 – 8 Jadi jumlah kelas/kelompok yang dianjurkan pada data di atas adalah 8. Ada kemungkinam jumlah kelompok hasil perhitungan rumus di atas merupakan pecahan, tetapi di sini untuk memudahkannyakita akan melakukan pembualatan. Langkah berikutnya adalah mencari rentangan (interval) tiap kelas. Lebar kelas atau interval Disarankan interval atau lebar kelas adalah sama untuk setiap kelas. Pada umumnya, untuk menentukan besar kelas (panjang interval) digunakan rimus: Dimana: c = lebar kelas k = banyaknya kelas = nilai observasi terbesar = nilai observasi terkecil Nilai F 48-54 1 55-61 2 62-68 7 69-75 12 76-82 7 83-89 3 90-6 2 34 Nilai 48-54 disebut kelas interval. Urutan kelas interval disusun mulai data terkecil hingga terbesar. Urutan kelas interval pertama adalah 48-54, dan urutan kelas
  • 10. 10 unterval kedua adalah 55-61, demikian seterusnya. Semua kelas interval berada di kolom sebelah kiri. Sedangkan nilai yang berada disebelah kanan adalah nilai frekuansi yang disingkat f. f = 1 berarti yang mempunyai nilai antara 48 sampai 58 sebanyak 1. Nilai-nilai dikiri kelas interval (48,55,62,69,76,83,90) disebut batas bawah kelas. Nilai 48 disebut batas bawah kelas pertama, nilai 55 disebut batas bawah kelas kedua, dan sterusnya. Sedangkan nilai-nilai yang di kanan kelas interval (54,61,68,75,82,89,96) disebut batas atas kelas. Selisih positif antara batas bawah dengan batas atas harus sama yang disebut lebar kelas. Misalnya kita memiliki data terbesar 95 dan data terkecil 10 dengan jumlah kelas 9, maka di dapat: Pembulatan pada penentuan interval sebaiknya ke atas, walaupun angka di belakang koma kecil, karena pembulatan kebawah akan menanggung resiko yaitu ada data yang tidak masuk dalam kelompok yang telah ditentukan. Batas kelas Batas kelas bawah menunjukkan kemungkinan nilai data terkecil pada suatu kelas. Sedangkan batas kelas atas mengidentifikasi kemungkinan nilai terbesar dalam suatu kelas. Contoh: Berikut ini adalah data tenteng nilai pembaca: 48 50 37 43 51 52 47 48 48 41 42 45 48 37 53 52 51 48 43 41 Jawab  Langkah 1 urutkan data dari yang terkecil hinga yang terbasar 37 37 41 41 42 43 43 45 47 48 48 48 48 48 50 51 51 52 52 53  Langkah 2 tentukan nilai max dan min Nilai max = 53 dan nilai min = 37
  • 11. 11  Langkah 3 tentukan range (selisih nilai max dan min) Range = 53-37=16 (kelas interval harus mampu menampung semua data observasi)  Langkah 4 tentukan jumlah kelas dengan menggunakan rumus sturges k = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 20 = 1 + 3,3 * 1,3 = 5,29 — 5  Langkah 5 tentukan c (lebar kelas/interval)  Langkah 6 membuat tabel distribusi frekuensi Nilai Frekuensi 37-40 41-44 45-48 49-52 53-56 2 5 7 5 1  2. Distribusi frekuensi absolut dan relative Distribusi frekuensi absolut adalah suatu jumlah bilangan yang menyatakan banyaknya data pada suatu kelompok tertentu. Distribusi ini disusun berdasarkan data apa adanya, sehingga tidak menyulitkan peneliti dalam membuat distribusi ini.Sedangkan Distribusi frekuensi relatif adalah suatu jumlah persentase yang menyatakan banyaknya data pada suatu kelompok tertentu. Dalam hal ini pembuat distribusi terlebih dahulu harus dapat menghitung persentase pada masing-masing kelompok. Distribusi akan memberikan informasi yang lebih jelas tentang posisi masing- masing bagian dalam keseluruhan, karena kita dapat melihat perbandingan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.walaupun demikian kita masih
  • 12. 12 belum memperoleh gambaran yang jelastentang penyebab adanya perbedaan tersebut. Berikut adalah rumus mencari Distribusi frekuensi relatif: Tabel frekuensi relatif dan frekuensi kumulatif X F fr fk* fk** X1 f1 f1/n*100 f1 f1+f2+…+fi+…+fk X2 f2 f2/n*100 f1+f2 f2+…+fi+…+fk . . . . . . . . . . . . . . . Xi fi fi/n*100 f1+f2+…+fi fi+…+fk . . . . . . . . . . . . . . . Xk fk fk/n*100 f1+f2+…+fi+…+fk fk Contoh: Dari soal diatas didapat frekuensi relatifnya adalah: nilai Frekuensi (2/20)*100 Frek. Relatif 37-40 2 10 41-44 5 25 45-48 7 35 49-52 5 25 53-56 1 5 total 20
  • 13. 13 BAB III PENGUKURAN STATISTIK SAMPEL 1. MEAN Rata-rata hitung / Mean Dalam kegiatan penelitian, rata-rata(mean) mempunyai kedudukan yang penting dibandingkan ukuran gejala pusat lainnya. Hampir setiap kegiatan penelitian ilmiah selalu menggunakan rata-rata (mean). Adapun cara untuk mencari mean dibedakan berdasarkan jenis penyajian data a. Data tunggal dengan seluruh skornya berfrekuensi satu dimana xi = data ke-i dan n = jumlah data Contoh : Nilai Statistik dari 10 mahasiswa STMIK adalah sebagai berikut : 8 6 6 7 8 7 7 8 6 6 jadi meannya adalah b. Data tunggal sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu Maka
  • 14. 14 dengan xi merupakan nilai data c. Data kelompok (dalam distribusi frekuensi) Cara mencari mean data kelompok ada dua , yaitu cara panjang dan cara pendek (sandi). a) Cara panjang dengan xi merupakan tanda kelas dari interval ke-i dan f merupakan frekuensi interval ke-i b) Cara pendek / sandi Adapun langkah- langkanya adalah sebagai berikut : 1. Ambil sembarang tanda kelas ( biasanya yang letaknya ditengah) , misalnya x0 2. Hitung ci dengan rumus dimana p merupakan panjang interval 3. Rumusan mean dengan cara pendek
  • 15. 15 Contoh diperoleh rata-rata sebagai berikut : a. Cara panjang Berdasarkan persamaan pada cara panjang diperoleh rata-rata hitung dari data tersebut adalah b. Cara pendek / sandi Diambil x0 = 63,5 (tanda kelas ke-4) dan diketahui p = 8, maka diperoleh Berdasarkan persamaan pada cara pendek/sandi diperoleh rata- rata hitung
  • 16. 16 2. Rata-rata Tertimbang Rata-rata tertimbang adalah rata-rata yang memperhitungkan frekuensi dari tiap-tiap nilai variabel. Rumus untuk rata-rata ini adalah : Contoh : Jika 5 mahasiswa mendapat nilai 70 : 6 mahasiswa mendapat 69 : 3 mahasiswa mendapat nilai 45 : 1 seorang mahasiswa mendapat nilai 80 : 1 dan seorang lagi mendapat nilai 56 untuk data tersebut sebaliknya ditulis sebagai berikut : Pada nilai rata-rata ujian tersebut untuk ke-16 mahasiswa itu ialah : 3. Rata-rata Gabungan Rata-rata gabungan, yaitu rata-rata dari beberapa sampel lalu disajikan satu. Rata-rata gabungan adalah cara yang tepat untuk menggabungkan rata-rata hitung dari beberapa sampel.
  • 17. 17 Contoh : Tiga sub sampel masing-masing berukuran 10, 6, 8 dan rata-ratanya 145, 118, dan 162. Berapa rata-ratanya? Jawab 2. MODUS Modus adalah nilai yang mempunyai frekuensi paling banyak. Modus tidak harus tunggal,artinya nilainya bisa lebih dari satu. Adapun cara mencari modus untuk data tunggal tinggal dilihat frekuensinya. Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, modus ditentukan dengan rumus : dengan b = batas bawah kelas modus yaitu kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = panjang interval kelas modus b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelum kelas modus b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudah kelas modus Jika rumus di atas digunakan untuk mencari modus dari tabel di bawah ini
  • 18. 18 Maka diperoleh : a. kelas modus = kelas ke-4 b. b = 59,5 c. b1 = 15 – 6 = 9 d. b2 = 15 – 13 = 2 e. p = 8 3. MEDIAN Median adalah suatu nilai yang membagi distribusi data menjadi dua bagian yang sama besar atau suatu nilai yang menbagi 50% frekuensi bagian atas dan 50% frekuensi bagian bawah, sehingga frekuensi yang terdapat di atas sama dengan frekuensi yang trdapat di bawah. Oleh karena itu median dari sejumlah data tergantung pada frekuensinya bukan variasi nilai- nilainya. Adapun cara mencari median, antara lain : a. Data tunggal sebagian atau seluluh skornya berfrekuensi lebih dari satu Sebelum dihitung mediannya, data diurutkan lebih dulu dari data yang terkecil ke yang terbesar. Rumusan median untuk data tunggal dibedakan jadi dua, yaitu :
  • 19. 19 Contoh 1. Untuk contoh tabel sebelumnya dengan data 8 6 6 7 8 7 7 8 6 6. Setelah data diurutkan diperoleh 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8. Jumlah data genap sehingga untuk mencari median digunakan rumus di atas dan diperoleh 2. Diketahui data sebagai berikut. Tentukan median dari data di atas! Untuk data di atas diketahui n ganjil, sehingga untuk mencari median digunakan rumus pertama dan diperoleh : b. Data kelompok ( dalam distribusi frekuensi) Untuk data yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi, median dihitung dengan rumus : dengan b = batas bawah kelas median p = panjang kelas median
  • 20. 20 n = jumlah data F = jumlah frekuensi kumulatif sebelum kelas median f = frekuensi kelas median Contoh Dari tabel sebelumnya diperoleh kelas median terletak pada interval ke-4, sehingga diperoleh b = 59,5 ; p = 8; n = 50 ; F = 15 dan f = 15 akibatnya C. Kelebihan dan Kekurangan Rata-rata, Median dan Modus  Rata-rata Kelebihan 1. Rata-rata lebih populer dan lebih mudah digunakan. 2. Dalam satu set data, rata-rata selalu ada dan hanya ada satu rata-rata. 3. Dalam penghitungannya selalu mempertimbangkan semua nilai data. 4. Tidak peka terhadap penambahan jumlah data. 5. Variasinya paling stabil. 6. Cocok digunakan untuk data yang homogen. Kelemahan 1. Sangat peka terhadap data ekstrim. Jika data ekstrimnya banyak, rata-rata menjadi kurang mewakili (representatif). 2. Tidak dapat digunakan untuk data kualitatif. 3. Tidak cocok untuk data heterogen.  Median Kelebihan 1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim. 2. Dapat digunakan untuk data kualitatif maupun kuantitatif. 3. Cocok untuk data heterogen.
  • 21. 21 Kelemahan 1. Tidak mempertimbangkan semua nilai data. 2. Kurang menggambarkan rata-rata populasi. 3. Peka terhadap penambahan jumlah data.  Modus Kelebihan 1. Tidak dipengaruhi oleh data ekstrim. 2. Cocok digunakan untuk data kuantitatif maupun kualitatif. Kelemahan 1. Modus tidak selalu ada dalam satu set data. 2. Kadang dalam satu set data terdapat dua atau lebih modus. Jika hal itu terjadi modus menjadi sulit digunakan. 3. Kurang mempertimbangkan semua nilai. 4. Peka terhadap penambahan jumlah data. D. Hubungan Antara Rata-rata Hitung (Mean), Median dan Modus  Jika rata-rata, median dan modus memiliki nilai yang sama, maka nilai rata- rata, median dan modus akan terletak pada satu titik dalam kurva distribusi frekuensi. Kurva distribusi frekuensi tersebut akan terbentuk simetris.
  • 22. 22  Jika rata-rata lebih besar dari median, dan median lebih besar dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kanan, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kiri. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kiri.  Jika rata-rata lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari modus, maka pada kurva distribusi frekuensi, nilai rata-rata akan terletak di sebelah kiri, sedangkan median terletak di tengahnya dan modus di sebelah kanan. Kurva distribusi frekuensi akan terbentuk menceng ke kanan.
  • 23. 23  Jika kurva distribusi frekuensi tidak simetris (menceng ke kiri atau ke kanan), maka biasanya akan berlaku hubungan antara rata-rata median dan modus sebagai berikut. Rata-rata – Modus = 3 (Rata-rata – Median) DEVIASI Deviasi rata-rata adalah rata-rata penyimpangan data-data dari rata-rata (mean)-nya. Di dalam menghitung deviasi rata-rata harus kita cari rata-rata dari harga mutlak selisih antara tiap-tiap data dengan meannya. Harga mutlak adalah nilai dengan tidak memandang positif atau negatif, semuanya dianggap positif. Harga mutlak dari X biasanya ditulis dengan │X│. a) Deviasi Untuk Data Tidak Berkelompok Rumus Deviasi untuk data tidak berkelompok adalah sebagai berikut:
  • 24. 24 Contoh : data sebagai berikut: 8 17 22 10 13 Mean-nya = ( 8 + 17 + 22 + 10 +13 )/5 = 14. Dengan demikian rata-rata selisih data-data itu terhadap mean (tanpa diabaikan tanda positif dan negatifnya) sebagai berikut: MD = (8-14) + (17-14) + (22-14) + (10-14) + (13-14)/5 = (-6) + 3 + 8 + (-4) + (-1)/5 = 0 Oleh karena itu, dicari terlebih dahulu harga mutlaknya seperti pada rumus di atas. Sehingga besarnya deviasi rata-rata sebagai berikut: Deviasi rata-rata = │8-14│+ │17-14│ + │22-14│ + │10-14│ + │13-14│/5 = (6 + 3 + 8 + 4 + 1)/5 = 22/5 = 4,4. Varians Dan Standar Deviasi Varians dan Standar deviasi adalah sebuah ukuran penyebaran yang menunjukkan standar penyimpangan atau deviasi data terhadap penyimpangan rata- ratanya. Varians adalah rata-rata hitung deviasi kuadrat setiap data terhadap rata-rata hitungnya. Standar Deviasi adalah akar kuadrat dari varians dan menunjukkan standar penyimpangan data terhadap nilai rata-ratanya. a) Varians Dan Standar Deviasi Untuk Data Tidak Berkelomok Rumus Standar Deviasi untuk data tidak berkelompok adalah sebagai berikut:
  • 25. 25 b) Varians Dan Standar Deviasi Untuk Data Berkelompok Rumus Varians untuk data berkelompok adalah sebagai berikut: Rumus Standar Deviasi untuk data berkelompok adalah sebagai berikut: BAB IV HIMPUNAN A. Pengertian Himpunan Himpunan merupakan sekumpulan objek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Berbagai macam jenis himpunan, missal himpunan kosong, himpunan yang sama dsb. Operasi himpunan missal irisan, gabungan, pengurangan dsb. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan dapat membedakan berbagai macam bentuk himpunan dan menggambarkannya dalam bentuk diagram venn. B. Operasi Himpunan 1. Komplemen
  • 26. 26 Komplemen adalah himpunan objek. Himpunan itu tidak merupakan unsur dari himpunan universalnya. Dengan kata lain, komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang terdiri dari unsur-unsur yang terdapat pada himpunan universal U. 2. Gabungan Gabungan adalah himpunan yang terdiri dari unsur-unsur. Unsur-unsurnya adalah yang paling sedikit dalam salah satu himpunan atau kedua-duanya. Dengan kata lain, gabungan dari dua buah himpunan A dan B adalah himpunan seluruh objek yang merupakan unsur dari himpunan-himpunan A dan B atau kedua-duanya. 3. Interaksi Interaksi adalah himpunan yang terdiri dari unsur yang menjadi anggota, baik dari himpunan yang satu maupun dari himpunan lainnya. Dengan kata lain, interaksi dari dua buah himpunan A dan B adalah himpunan objek yang merupakan unsur sekaligus atau serentak dari himpunan-himpunan A dan B. Jadi, interaksi dari dau buah himpunan A dan B merupakan subhimpunan yang sekaligus, baik dari himpunan A maupun B. C. Relasi dan Fungsi Relasi (=R) adalah suatu himpunan pasangan yang tersusun (berurutan). Himpunan dari x yang dipasangkan dengan y dalam (x,y) merupakan anggota dari R. Himpunan dari x ini dinamakan wilayah (domain) dari relasi R. Subhimpunan dari x yang dinamakan wilayah (domain) dari R dinyatakan dengan : (x : untuk beberapa y, (x,y) E R) D. Contoh Soal Kerjakan soal dibawah ini dengan benar dan jelas! Soal: A = (1,3,5,7) B = (1,2,3,4) C = (5,6,7,8,9)
  • 27. 27 Maka A U B = (1,2,3,4,5,7) Dan A U C = (1,3,5,6,7,8,9) B U C = (1,2,3,4,5,6,7,8,9) Adapun gabungan dari ketiga gabungan (union) tersebut adalah: A U B U C = (X:x E A atau X E B atau X E C) Adapun gabungan diatas dapat digambarkan pada diagram venn sebagai berikut seperti dibawah ini: Dari data diatas, maka didapatkan A U B U C = (1,2,3,4,5,6,7,8,9) Jenis-jenis Himpunan 1. Himpunan Kosong Definisi : Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinalitas = 0 (nol) atau {}. 2. Himpunan Bagian Definisi : Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A. 3. Himpunan sama Definisi : Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika keduanya mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A sama dengan B jika A
  • 28. 28 adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka kita katakan A tidak sama dengan B. Notasi : A = B <==> A ⊆ B dan B ⊆ A Tiga hal yang perlu di catat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan : 1.Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting. Jadi, {1,2,3} = {3,2,1 = {1,,3,2} 2.Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan. Jadi, {1,1,1,1} = {1,1} = {1} 3.Untuk tiga buah himpunan, A,B dan C berlaku aksioma berikut: (a) A = A, B = B dan C = C (b) Jika A = B, maka B = A (c) Jika A = B dan B = C, maka A = C Manfaat belajar himpunan dalam kehidupan sehari-sehari Dengan mempelajari himpunan, diharapkan kemampuan logika akan semakin terasah dan akan memacu kita agar kita mampu berpikir secara logis, karena dalam hidup, logika memiliki peran penting karena logika berkaitan dengan akal pikir. Banyak kegunaan logika antara lain: 1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas- asas sistematis. 5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan. 6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Contoh penerapan soal himpunan dalam kehidupan sehari-hari Survei yang di lakukan PT(ABC) mengenai kebiasaan mahasiswa dalam mengakses informasi sbb : 400 orang mengakses informasi melalui koran 560 orang mengakses informasi melalui TV 340 orang mengakses informasi melalui internet 205 orang mengakses informasi melalui koran dan TV
  • 29. 29 175 orang mengakses informasi melalui TV dan Internet 160 orang mengakses informasi melalui koran dan internet 155 orang mengakses informasi melalui ketiganya Pertanyaan: a. jika total mahasiswa perguruan tinggi 1100 berapa orang yang tidak mengakses dari ketiga nya? b. berapa orang yang tidak mengakses informasi melalui 2 media saja? c. berapa orang yang mengakses informasi melalui satu media saja? Jawab : Total mahasiswa n(S) = 1100 Koran n(K) = 400 TV n(TV) = 560 Internet n(I) = 340 (K ∩ TV) = 205 (K ∩ I) = 160 (TV ∩ I) = 175 (K ∩ TV ∩ I) = 155 (K 915 = 400 + 560 + 340 – 205 – 160 – 175 + 155) Cara penyelesaian yang mudah bisa dilakukan dengan menggambar diagram venn terlebih dulu, seperti gambar di bawah ini : Buat diagram ven, berupa persegi untuk himpunan semesta S Di dalamnya buat tiga lingkaran yang saling beririsan dan beri nama K, TV dan I. Pada irisan ketiga lingkaran K ∩ TV ∩ I, tulis 155 Pada irisan K ∩ TV dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 205 - 155 = 50 Pada irisan K ∩ I dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 160 - 155 = 5 Pada irisan TV ∩ I dikurangi K ∩ TV ∩ I, tulis 175 - 155 = 20 Pada lingkaran K dikurangi irisan, tulis 400 - (50 + 5 + 155) = 150 Pada lingkaran TV dikurangi irisan, tulis 560 - (50 + 20 + 155) = 335 Pada lingkaran I dikurangi irisan, tulis 340 - (5 + 20 + 155) = 150 Pada bagian luar lingkaran, tulis 1100 - (150 + 335 + 160 + 50 + 20 + 5 + 155) = 225 Dari penyelesaian diatas, jawaban dapat disimpulkan seperti di bawah ini : a] Yang tidak mengakses ketiga media --> 225 orang cara : 1100 - (150 + 335 + 160 + 50 + 20 + 5 + 155) = 225 b] Yang mengakses melalui dua media --> 75 orang cara : 50 + 20 + 5 = 75 c] Yang mengakses melalui satu media --> 645 orang cara : 150 + 335 + 160 = 645
  • 30. 30 Syarat lulus bagi peserta ujian adalah nilai Bahasa Inggris dan Matematika harus lebih dari 4,5. Dari 50 siswa peserta ujian terdapat 15 siswa yang nilai Bahasa Inggrisnya kurang dari 4,5. Dan terdapat 20 siswa yang mendapatkan nilai Matematika dan Bahasa Inggrisnya lebih dari 4,5.Jika banyaknya siswa yang tidak lulus ada 8 orang, tentukan: Untuk menjawab permasalahan diatas dapat dilakukan dengan cara berikut ini: Data yang diketahui: - Banyaknya siswa (S) = 50 = n(S) -Tidak lulus bahasa inggris (TI) = 15 = n(TI) -Tidak lulus bahasa inggris dan matenatika = 8 = n(TI∩TM) -Siswa yang lulus = 20 = n(TI U TM)’ Jawab: n(TI U TM) = n(S) - n(TI UTM)’ = 50 – 8 = 7 n(TI∩TM) = n(TI) + n(TM) - n(TI U TM) 8 = 15 + n(TM) – 30 38 = 15 + n(TM) n(TM) = 23 n(TM) - n(TI∩TM) = 23 – 8 n(TM) saja = 15 n(TI) - n(TI∩TM) = 15 – 8 n(TI) saja = 7 n(TI U TM)’ + n(TI) = 20 + 7 n(TM)' = 27 n(TI U TM)’ + n(TM) = 20 + 15 n(TI)' = 35 Keterangan: - Tidak lulus bahasa inggris = TI - Tidak lulus matematika = TM
  • 31. 31 DAFTAR PUSTAKA Suharyadi, & Purwanto. (2009). In Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat. Sudjana. (1991). In Statistika. Bandung: Tarsito. http://hadityasyafei.blogspot.com/2010/11/gejala-pusat-data- dikelompokan.html http://localonsite.wordpress.com/2013/09/10/pengukuran-gejala-pusat-central- tendency/ http://materimatakuliah.wordpress.com/2012/10/29/statistika-bab-2/ http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7tuDy39rsbwJ:ansari saleh.web.id/userfiles/statistika3.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk