Ada 3 kelas utama spons yaitu Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongiae. Kelas Calcarea mengandung spikula kalsium karbonat, Hexatinellida mengandung spikula silika, dan Demospongiae mengandung berbagai jenis spikula. Morfologi luar spons dipengaruhi oleh lingkungan seperti kecepatan arus, kedalaman, dan predator. Identifikasi spons memerlukan pengamatan makroskopis dan mikroskopis untuk menganalisis struktur ek
1. Artikel Taks.
Invertebrata
A
Pokok Bahasan
CIRI-CIRI
KLASIFIKASI
SISTEM TUBUH
TIPE SALURAN AIR
PERAN DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA
TAKSONOMI
INVERTEBRATA
LUH PUTU ARISHANTI W.
1903010142
Spons atau Porifera termasuk
hewan multi sel yang mana fungsi
jaringan dan organnya masih sangat
sederhana. Hewan ini hidupnya menetap
pada suatu habitat pasir, batu-batuan
atau juga pada karang-karang mati di
dalam laut. Dalam mencari makanan,
hewan ini aktif mengisap dan menyaring
air yang melalui seluruh permukaan
tubuhnya.
Hal ini dapat dicontohkan pada
bentuk spons yang memiliki kanal
internal yang paling sederhana, dimana
dinding luarnya (pinakodermis)
mengandung pori-pori (ostia). Melalui
ostia inilah air dan materi-materi kecil
yang terkandung di dalamnya dihisap dan
disaring oleh sel-sel berbulu cambuk atau
sel kolar (choanocytes), kemudian air
tersebut dipompakan keluar melalui
lubang tengah (oskulum). Sistim
pengisapan dan penyaringan air ini
terjadi juga pada spons yang memiliki
kanal internal yang lebih rumit, dimana
sistim aliran air tersebut melalui
beberapa sel kolar sebelum keluar
melalui oskulum.
Pada umumnya, spons mampu
memompakan air rata-rata sebanyak 10
kali volume tubuhnya dalam waktu 1
menit, sehingga tidak salah kalau hewan
ini terkenal sebagai hewan "filter feeder"
yang paling efisien dibandingkan hewan
laut lainnya (BERGQUIST 1978).
Konsistensi tubuh spons pada
umumnya elastis seperti busa karet
tetapi ada beberapa jenis yang keras dan
agak rapuh. Tubuh spons ini diperkokoh
oleh suatu kerangka spikula yang
mengandung kalsium karbonat atau silica
dan juga didukung oleh kerangka serat-
serat keratin atau spongin. Materi
spongin khususnya pada "bath sponges",
sangat kenyal atau lembut dan tahan
terhadap pembusukan, sehingga baik
untuk bahan penggosok kulit tubuh kita.
ARTIKEL
2. V
Untuk menguraikan
kriteria spesimen spons,
beberapa pakar membuat
protokol identifikasi seperti di
bawah ini.
1.Secara makroskopis :
Kualitas dari kriteria
secara makroskopis bersifat
subyektif artinya sangat
tergantung pada indera si
pengamat sendiri. misalnya :
a. Lokasi :
Lokasi ini digunakan untuk
menunjukkan tempat asal
sampel dan kondisi tempat
spesimen itu hidup (apakah itu
hidup di pasir, melekat pada
batu-batuan atau
karangkarang mati, hidup pada
area laut terbuka atau laut
yang terlindung oleh pulau,
kedalaman, kecerahan atau
cahaya, dan sebagainya).
Bentuk tubuh luar maupun
proses metabolisme pada
spons juga dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan kimiawi lokasi
tersebut.
b. Bentuk luar :
Bentuk luar spons sangat
bervariasi. bentuk luar ini
sering didukung dan disusun
dari dalam oleh kandungan
kerangkanya untuk membuat
satu individu spons atau dalam
koloni yang besar. Misalnya
bentuk : pengebor, tabung,
merambat, masif, jari, bola,
semi bola, bercabang-cabang,
tugu dan sebagainya.
c. Ukuran :
Ukuran ini menentukan
besar dari spesimen dalam 3
dimensi, yaitu panjang, lebar,
tinggi, diameter atau ketebalan.
ketika spons masih hidup berarti
kita mengukurnya sebelum
kontraksi. Sebaliknya apabila telah
mati berarti ukurannya mengecil.
Ukuran besar atau kecil dari spons
dapat membantu dalam
identifikasi.
d. Oskula :
Karakter ini juga penting
untuk mengidentifikasi taksonomi
spons. Saluransaluran air keluar
melalui oskula dapat
mempengaruhi mimik permukaan
luar spons. Jumlah dari oskula dan
pori-pori berikut ukurannya
diakibatkan oleh faktor
hidrodinamik (BERGQUIST 1978).
e. Konsistensi :
Konsistensi adalah kriteria
umum mengklasifikasikan tekstur
dari spons. Untuk menentukan
konsistensi kita harus meraba
atau merasakan dengan tangan
pada permukaan tubuh spons.
Untuk menentukan/ merasakan
kwalitasnya, kita dapat
menggunakan istilah sehari-hari
yang dipertegas dengan memakai
kata "agak" atau "sangat"
misalnya untuk : rapuh, padat,
lunak. keras, alot seperti daging
atau karet, berpasir/kasar seperti
amplas, bergelembung, lembut
seperti beludru, lengket, licin,
getas, kaku, kasar seperti bulu
sikat, berduri dan sebagainya
f. Permukaan :
Karakter ini juga
membantu diagnosa taksonomi.
Dalam beberapa grup spons,
lapisan permukaan didukung oleh
suatu jaringan spikula atau serat-
serat. Dalam beberapa hal,
tonjolan-tonjolan kecil pada
permukaan selalu didukung oleh
serat-serat kolagen dan materi-
materi lendir yang cenderung
dikeluarkan melalui tempat-
tempat pertemuan antara serat-
serat "spongin" dan jalur-jalur
spikula. Keberadaan dan ukuran
dari tonjolan-tonjolan ini adalah
karakter yang penting dalam
diagnosa yang khusus. Dalam
beberapa jenis spons, struktur
permukaan khusus ini adalah
perkembangan dari hubungan
saluran dalam dan saluran keluar.
Bentuk makrokopis yang subyektif
ini, misalnya : bergerigi, berbulu
sikat, berporipori, kasar, halus
seperti kulit dan sebagainya.
g. Warna :
Warna atau pigmentasi
dari spesimen ketika hidup atau
ketika diawetkan dapat juga
membantu dalam identifikasi.
jenis spons yang sama tetapi pada
tempat yang berbeda dapat juga
berbeda warna apabila kondisi
lingkungannya berbeda (misal :
kedalaman, kecerahan/cahaya,
serta faktor fisik/kimiawi lainnya).
Apa yang perlu
dilakukan untuk
mengidentifikasi
Spons?
Untuk mengidentifikasi spons secara
tepat tidak cukup hanya dengan mata
telanjang saja (makroskopis), tetapi
harus dilakukan juga identifikasi
secara mikroskopis.
Artikel Taks.
Invertebrata
3. Identifikasi Spons Secara Mikroskopis
Identifikasi secara mikroskopis dapat
menggunakan mikroskop biasa untuk
mengidentifikasi ekstosom,
choanosom, spongin dan spikula atau
juga mikroskop elektron untuk
mengidentifikasi microsklera tertentu.
a. Ekstosom dan choanosom :
Untuk mengetahui struktur dari
ekstosom dan choanosom, specimen
spons disayat tipis sejajar permukaan
spons dan juga tegak lurus permukaan
spons dengan pisau silet yang tajam.
Kemudian sayatan ditaruh pada kaca
preparat dan diuji di bawah mikroskop.
Ekstosom dan choanosom dapat
menentukan arsitektur kerangka
spesimen, yang mana sering digunakan
dalam kiasifikasi.
b. Spongin :
Karakter ini sangat penting
untuk menentukan arsitektur kerangka
spons dari kelas Demospongiae.
Spongin ini juga menyumbangkan
konsistensi dan tekstur tubuh
spesimen.
c. Spikula :
Pada umumnya, setiap
individu spons memiliki lebih dari satu
macam bentuk spikula. Sehingga perlu
adanya pengamatan yang rinci
tentang bentuk-bentuk mikroskopis
dari setiap spikula yang
dikandungnya. Untuk melihat spikula-
spikula ini, sedikit potongan spons
dilarutkan dengan natrium hypoklorit
dalam tabung test. Setelah materi
spons tersebut larut, bilas materi
tersebut dengan aquadest beberapa
kali untuk menghilangkan kristal
"bleach" tersebut. Kemudian dapat
ditaruh di atas preparat untuk
pengujian di bawah mikroskop. Untuk
membuat preparat permanen, materi
yang teiah dilarutkan dengan natrium
hypoklorit, dibilas dengan aquadest.
Kemudian materi dibilas lagi dengan
alkohol 100% beberapa kali
disentrifus untuk memisahkan kristal
"bleach" dan air dari materi tersebut.
Kemudian endapan dipipet dengan
hati-hati dan ditaruh diatas kaca
preparat sampai kering.
Setelah itu, ditutup dengan
"Canada Balsam" dan kaca penutup.
Untuk pengujian spikula tertentu
dapat menggunakan "scanning
electron microscope”
Secara fungsinya, spikula dibagi dua
kategori, yaitu : Megasklera dan
mikrosklera. Megasklera adalah
komponen dad kerangka primer yang
berperan untuk mebentuk spons dan
perkembangan substruktur internal.
Mikrosklera tidak berfungsi seperti
peranan megasklera,tetapi
membentuk kelompok antara
kumpulan megasklera atau tersebar
pada permukaan atau membran
internal (BERGQUIST 1978) Ukuran,
bentuk dan susunan dari
masingmasing spikula yang dikandung
oleh hewan spons sangat berguna
untuk menentukan klasifikasinya.
4. KLASIFIKASI TAKSONOMI
Menurut beberapa pakarnya, spons termasuk filum Porifera yang
dibagi dalam 3 kelas, seperti di bawah ini :
• Kelas Calcarea
Sponge ini memiliki tubuh yang disusun oleh spikula kalsium karbonat.
• Kelas Hexatinellida (Hyalospongiae)
Disebut sponge kaca, dengan spikula silica, biasanya didapatkan pada kedalaman
yang tinggi.
• Kelas Demospongiae
Kelas ini merupakan klas terbesar yang meliputi hampir 95% dari seluruh jenis
sponge.
5. Kelas Calcarea
Spikula spons ini tersusun dari Kalsium karbonat dan tidak
mengandung spongin. Sebagian besar spons dari kelas ini
bentuknya kecil-kecil dan berwarna putih keabu-abuan, dan ada
beberapa jenis berwana kuning, pink, atau hijau. Elemen
kerangka dari kelas Calcarea berbentuk spikula "triaxon" dan
tidak ada perbedaan antara megasklera dan mikrosklera.
Beberapa jenis spons ini yang umum adalah Sycon gelatinosum
(berbentuk silinder berwarna coklat muda), Clathrina sp. dan
Leucetta sp. Spons dari kelas ini juga sedikit jumlahnya, lebih
kurang hanya 10% dari jumlah semua hewan spons yang ada di
laut. Bentuk saluran air beragam termasuk asconoid, sycanoid
dan leuconoid. Spikulanya ada yang lurus tapi ada juga yang
terdiri dari 3-4 kaitan (ray). Umumnya calcareous lebih kecil
dengan choanocytes yang besar.
Contoh :Leucosolenia, Clathrina,Scypha, Leucandra.
Leucosolenia variabilis Clathrina clathrus
Scypha gelatinosa
Leucandra aspera
6. Kelas Hexatinellida
(Hyalospongiae)
Merupakan spons gelas. Spikula terdiri dari silikat dan tidak
mengandung spongin. Spikulanya berbentuk bidang "triaxon",
dimana masing-masing bidang terdapat dua jari-jari
(Hexactinal). Spons dari kelas ini belum banyak dikenal, karena
sulit mendapatkan dan hanya terdapat di laut dalam (< 500
m). Tubuhnya umunya berwarna pucat serta juga berbentuk
seperti vas bunga atau juga mangkuk.
Contohnya: Euplectella aspergillum, Pheronema raphanus,
Hyalonematidae Hyalonema (Corynonema sp).
Pheronema raphanus
Euplectella aspergillum
7. Kelas Demospongie
Hampir 75% jenis spons yang dijumpai di laut adalah dari kelas
Demospongiae. Spons dari kelas ini tidak memiliki spikula
"triaxon" (spikula kelas Hexactinellidae), tetapi spikulanya
berbentuk "monaxon", "tetraxon" yang mengandung silikat.
Beberapa jenis spons kelas ini ada yang tidak mengandung
spikula tetapi hanya mengandung serat-serat kolagen atau
spongin saja.
Contohnya: Hippospongia equina, Haliclona, Euspongia
mollisima, Microsiona sp dan Spongilla lacustris.
Hippospongia equina
Haliclona oculata
Euspongia mollisima
Microsiona sp
Spongilla lacustris
8. MORFOLOGI DAN EKOLOGI
SPONS
Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi
dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang
terbuka dan berombak besar cenderung pendek pertumbuhannya atau
juga merambat. Sebaliknya spesimen dan jenis yang sama pada lingkungan
yang terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan berarus tenang,
pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi.
Pada perairan yang lebih dalam, spons cenderung memiliki bentuk
tubuh yang lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat dari lingkungan
yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup
pada perairan yang dangkal. Pengamatan yang dilakukan oleh AMIR (1992),
menunjukkan bahwa spons pada jenis yang sama pertumbuhannya
cenderung semakin besar dan meninggi dengan bertambahnya kedalaman
laut.
Diameter oskula spons juga dipengaruhi oleh suhu, ombak,
kekeruhan, sedimen, tekanan dan kecepatan arus air. Spons yang berada di
lingkungan yang keruh dan berarus keras, oskulanya cenderung berada di
puncak permukaan tubuh atau kadangkala menyerupai cerobong. Predator
dan kompetisi juga dapat mempengaruhi morfologi dari spons. beberapa
jenis dari opisthobranchia, prosobranchia dan echinodermata dikenal
memangsa spons. Sehingga secara evolusi, spons akan beradaptasi untuk
menghindar dari predatorpredator tersebut, misalnya merubah menjadi
spons pengebor (SOEST unpublished).
Spons juga berkompetisi dengan alga dan karang dalam hal
mendapatkan cahaya. pada lingkungan yang agak gelap (mungkin terhalang
atau di perairan yang agak dalam), spons berhasil mendapatkan cahaya,
misalnya secara evolusi spons berhasil tumbuh di antara sela-sela alga dan
karang dengan bentuk tubuh bercabang.
Daftar Pustaka:
Ichsan Amir Dan Agus
Budiyanto. 1996.
Mengenal Spons Laut
(Demospongiae)
Secara Umum. Jurnal
Oseana LIPI, XXI (2):
15-31. Diakses online :
http://oseanografi.lipi.go
.id/dokumen/oseana_xx
i(2)15-31.pdf. Tgl akses
11/06/2020, Pk 02.05
Wita
9. SISTEM REPRODUKSI
Pada umumnya hewan spons berkelamin ganda (hermaprodit),
tetapi memproduksi sel telur dan sel spermanya pada waktu yang
berbeda. Hewan ini dapat juga berkembang biak (reproduksi) secara
aseksual (fragmentasi).
BERGQUIST (1978) melaporkan bahwa dalam reproduksi seksual,
hewan ini membutuhkan air yang mengalir untuk membantu
pertemuan sperma dengan telur. Pejantan melepaskan spermanya
melalui oskula, kemudian mengalir dan masuk ke dalam saluran masuk
(ostia). Kemudian sperma tersebut ditangkap oleh "Chaonocyte" dan
bertemu dengan telur dalam mesohil. Pada jenis spons yang ovipar,
telur yang telah dibuahi dikeluarkan dari tubuh spons dan kemudian
menetas. Sedangkan, pada jenis spons yang vivipar, larva spons
dikeluarkan dari tubuh spons dan berenang dengan bulu getarnya
selama selang waktu tertentu sampai mendapat tempat menempel
yang sesuai. Larva dari kelas Calcarea disebut "amphibiastula" (Gambar
13a) sedangkan larva dari kelas Demospongia disebut "parenchymula"
(Gambar 13c). Setelah menempel, larva mengalami metamorfosa
menjadi individu muda, disebut "olynthus" pada Calcarea (Gambar
13b) dan "rhagon" pada Demospongia (Gambar 13d).
Pertumbuhan spons muda menjadi individu yang dewasa
dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, kekeruhan, arus air, kemiringan
dasar, sedimen, serta kompetisi ruang (BERGQUIST & TIZARD 1969).
Reproduksi aseksual umumnya dengan fragmentasi. Potongan-
potongan dari spons yang patah dapat hidup dengan cadangan
makanan yang ada ditubuhnya, kemudian beregenerasi membentuk
tunas baru atau kompleks gemmula untuk menjadi spons dewasa
(BERGQUIST 1978). Cara reproduksi fragmentasi ini dapat ditiru untuk
membuat kultur spons.
Daftar Pustaka:
Ichsan Amir Dan Agus
Budiyanto. 1996.
Mengenal Spons Laut
(Demospongiae)
Secara Umum. Jurnal
Oseana LIPI, XXI (2):
15-31. Diakses online :
http://oseanografi.lipi.go
.id/dokumen/oseana_xx
i(2)15-31.pdf. Tgl akses
11/06/2020, Pk 02.05
Wita
10. SISTEM REPRODUKSI
Daftar Pustaka:
Ichsan Amir Dan Agus
Budiyanto. 1996.
Mengenal Spons Laut
(Demospongiae)
Secara Umum. Jurnal
Oseana LIPI, XXI (2):
15-31. Diakses online :
http://oseanografi.lipi.go
.id/dokumen/oseana_xx
i(2)15-31.pdf. Tgl akses
11/06/2020, Pk 02.05
Wita
11. TIPE SALURAN AIR
1. TIPE ASKONOID
Merupakan tipe saluran air paling sederhana. air masuk melalui ostium
menuju ke spongocoel dan kemudian keluar melalui oskulum. Tipe ascon
adalah tipe Porifera yang memiliki sistem saluran air yang sederhana. Air
tersebut masuk melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga
tubuh) lalu akan keluar melalui oskulum. Contoh : Leucoslenia.
2. TIPE SIKONOID
Merupakan tipe saluran air yang terdiri dari dua saluran yaiu inkruen dan
radial. air masuk melalui ostium menuju ke saluran radial. Melalui
porosity air dari saluran inkruen menuju ke saluran radial, baru masuk ke
spongocoel dan keluar melalui oskulum. Tipe Sycon adalah Porifera yang
memiliki 2 tipe saluran air,namun tetapi hanya radialnya yang
memiliki koanosit. Air tersebut masuk dengan melalui pori-ke saluran
radial yang berdinding koanosit-spongocoel kemudian keluar dengan
melalui oskulum. Contoh : Scypha.
3. TIPE LEUKONOID (RHAGON)
Merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. air masuk melalui
ostium menuju rongga-rongga bulat yang saling berhubungan dan
dibatasi oleh koanosit, kemudian menuju ke spongocoel dan keluar
melalui oskulum. Tipe Rhagon adalah Porifera yang bertipenya saluran air
yang kompleks atau juga rumit. Porifera mempunyai lapisan mesoglea
yang tebal dengan sistem saluran air yang juga bercabang-cabang.
Koanosit tersebut dibatasi rongga bersilia berbentuk bulat. Air tersebut
masuk dengan melalui pori-saluran radial yang bercabang-cabang
kemudian keluar dengan melalui oskulum. Misalnya : Euspongia dan
Spongila.
Daftar Pustaka:
Ichsan Amir Dan Agus
Budiyanto. 1996.
Mengenal Spons Laut
(Demospongiae)
Secara Umum. Jurnal
Oseana LIPI, XXI (2):
15-31. Diakses online :
http://oseanografi.lipi.go
.id/dokumen/oseana_xx
i(2)15-31.pdf. Tgl akses
11/06/2020, Pk 02.05
Wita
12. PERAN PORIFERA DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA
Beberapa jenis spons telah dikenal memiliki manfaat
seperti untuk bioindikator pencemaran, indikator dalam
interaksi komunitas dan juga dipakai sebagai alat penggosok
(bath sponges).
Beberapa jenis spons kaya akan senyawa kimia seperti
karotin, asam amino bebas, sterol, asam lemak, brominat
phenol, derivat senyawa dibromotyrosine dan bromopyrol
(BERGQUIST & HARTMAN 1969; BERGQUIST 1978; LAWSON et
al. 1984). Senyawa kimia baru (CAPON et al. 1986) dan juga
memiliki nilai yang penting untuk industri farmasi (ALLEN et al.
1986). Hal ini disebabkan beberapa jenisnya memiliki sifat
antibiotis yang tinggi (BERGQUIST & BEDFORD 1978; AMADE et
al. 1978) serta "antifouling", dan "antiinflamatory" (BAKUS et al.
1984).
HOOPER et al (1978) mengidentifikasi senyawa kimia
yang dikandung beberapa jenis spons untuk "Kimia -Taksonomi",
diantaranya adalah : pigmen karotin dalam spons jenis Antho,
Eurypon, Clathria, dan Cyamon; asam amino bebas dalam spons
jenis Clathria; Clathriopsumma. Selanjutnya HOOPER et al (1978)
mengekstrak spons jenis Amphinomia sulphured dan Trikentrion
flabelliforme dalam fraksi ethanol/hexane yang mana
menunjukkan sifat antimikroorganisma (E. coli; B.subtilis dan S.
cerevisiae) yang paling positif dibandingkan dengan aktifitas
antibiotik dari jenis spons lainnya. Sifat antibiotis ini, mungkin
disebabkan oleh sulfur (zat belerang) yang dikandung simbion
spons tersebut.
Daftar Pustaka:
Ichsan Amir Dan Agus
Budiyanto. 1996.
Mengenal Spons Laut
(Demospongiae)
Secara Umum. Jurnal
Oseana LIPI, XXI (2):
15-31. Diakses online :
http://oseanografi.lipi.go
.id/dokumen/oseana_xx
i(2)15-31.pdf. Tgl akses
11/06/2020, Pk 02.05
Wita