SlideShare a Scribd company logo
1 of 85
SHARING
PKPA RUMAH
SAKIT 2023
ADVENT, AL-IHSAN, BANDUNG KIWARI,
CICENDO, EDELWEISS, HASAN SADIKIN,
MAJALAYA, MUHAMMADIYAH,
ROTINSULU, SALAMUN, SANTOSA DAN
PINDAD
KELOMPOK RUMAH SAKIT
ABDUL KHADIR (B 221 001)
AKHMAD FARHAN NAJA (B 221 003
DEDE SUNARDI (B 221 012)
DESSY ANASOLITA (B 221 013)
DEVINA YULIANI (B 221 014)
EUIS NOVI NURMALASARI (B 221 018)
HANNA YULIANTI (B 221 026)
LINDA ARIANTI LESTARI (B 221 032)
M. RIFAL AFIF HIDAYATULLAH (B 221 033)
MEGA YANTI SITANGGANG (B 221 026)
MUHAMMAD NOOR REZKI (B 221 038)
MUHAMMAD NUR MAWALIT (B 221 039)
MUHAMMAD SOFYAN (B 221 041)
NURUL ANISA (B 221 050)
RAFI MAJID (B 221 054)
RIKA LIANA (B 221 061)
SAWITRI NURROHMAWATI (B 221 065)
SENDY FITRIANI (B 221 066)
TUTI MUTIA RASIDIN (B 221 073)
YOHAN ALFIANYS (B 221 077)
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat
RUMAH SAKIT
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang
PeRumahSakitan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
5. PMK Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
PENGERTIAN DASAR HUKUM
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
MENURUT PP NOMOR 47 TAHUN 2021
Rumah Sakit
Umum Kelas A
Rumah Sakit
Umum Kelas B
Rumah Sakit
Umum Kelas C
Rumah Sakit
Umum Kelas D
RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS
Rumah Sakit
Khusus Kelas A
Rumah Sakit
Khusus Kelas B
Rumah Sakit
Khusus Kelas c
RSU Kelas A
- Jumlah bed min 250
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis
lain
- Pel. Medik subspesialis : 13 subspesialis
- 5 penunjang medik spesialis
RSU kelas B
- Jumlah bed min 200
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis
lain
- Pel. Medik subspesialis : 2 subspesialis dasar
- 4 penunjang medik spesialis
RSU Kelas C
- Jumlah bed minimal 100
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar
- 4 penunjang medik spesialis
RSU Kelas D/D Pratama
- Jumlah bed min 50
- 2 pel. Spesialis dasar,
RS khusus Kelas A
- Jumlah bed min 100
RS khusus kelas B
- Jumlah bed min 75
RS khsusus Kelas C
- Jumlah bed minimal 25
Kecuali untuk Rumah Sakit Khusus gigi dan mulut, Mata,
telinga hidung tengkorak dan bedah kepala leher
Gigi dan mulut
A : min 14 bed rawat inap , dan 75 dental unit
B : min 12 bed rawat inap, dan 50 dental unit
C : min 10 bed rawat inap, dan 25 dental unit
Mata dan Telinga hidung tenggorak dan bedah kepala leher
A : min 40 bed
B : min 25 bed
C : min 15 bed
BERDASARKAN JENIS PELAYANAN
AKREDITASI RUMAH SAKIT
adalah pengakuan terhadap mutu pelayananRumah
Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit
telah memenuhi Standar Akreditasi
Rumah Sakit Klasifikasi RS Jumlah bed Akreditasi
Advent A 254 Paripurna
Al – Ihsan B 217 Paripurna
Bandung Kiwari B 246 Pripurna
Cicendo (RS Khusus) A 104 Paripurna
Edelwis C 177 Paripurna
Hasan Sadikin A 944 Paripurna
Majalaya B 317 Paripurna
Muhammadiyah C 180 Paripurna
Pindad C 120 Paripurna
Rotinsulu (RS Khusus) A 153 Paripurna
Salamun B 210 Paripurna
Santosa A 400 Paripurna
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Salah satu Komite/Tim yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan fungsi tertentu di rumah sakit
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Organisasi dan Kegiatan
Anggota : dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
yang di perlukan.
Ketua : dokter atau apoteker Sekretaris : Apabila
diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah
apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter
Rapat : rapat secara teratur paling sedikit 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan
sekali dalam 1 (satu) bulan
Peran KFT/PFT
1. Menyusun program kerja
2. Mengembangkan kebijakan tentang
pengembangan obat di rumah sakit
3. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan
masuk dalam formularium RS
4. Mengembangkan standar farmasi
5. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan
obat - Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan
penggunaan obat
6. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan
penggunaan obat
FORMULARIUM RUMAH SAKIT
mengutamakan penggunaan Obat generik;
memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-
risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita
mutu terjamin, termasuk stabilitas dan
bioavailabilitas;
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
menguntungkan dalam hal kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien;
memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost
ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lansung; dan
Kriteria pemilihan obat formularium RS
praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan;
Obat lain yang terbukti paling efektif secara
ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau
PMK No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pengelolaan sediaan Farmasi,
Alkes dan BMHP
1. Pemilihan
2. Perencanaan Kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pemusnahan Dan Penarikan
8. Pengendalian
9. Administrasi
Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat
Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat
5. Konseling
6. Visite / Ronde Bangsal
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemeriksaan Kadar Obat dalam
Darah
PENGELOLAAN SEDIAAN
FARMASI, ALKES DAN BMHP
1. Pemilihan
Pemilihan adalah
kegiatan untuk
menetapkan jenis
Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis
Habis Pakai
sesuai dengan
kebutuhan.
FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN OBAT
FORNAS dan CLINICAL PATHWAY
Pola penyakit
Efektifitas dan keamanan
Evidence based medicine
Mutu
Harga
Ketersediaan di pasaran.
Membuat usulan
rekapitulasi masing-
masing SMF
Mengembalikan
rancangan ke SMF
Menyusun
kebijakan &
Pedoman
KFT : Komite Farmasi dan Terapi
SMF : Staf Medik Fungsional
Melakukan edukasi
Formularium RS ke
Staf
Melakukan
pengelompokan
berdasarkan kelas terapi
Membuat usulan
dalam rapat KFT
Menetapkan daftar
obat yg masuk
Formularium RS
Membahas umpan
balik dari SMF
Ditetapkan
formularium RS
oleh DIrektur
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan
Farmasi, Alkes, dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien
Setiap unit depo dan poli membuat
RKBF
setiap bulan berdasarkan konsumsi
Dikumpulkan via email ke
petugas perbekalan
Gudang farmasi
Dibuat surat ke bagian penunjang
medik
ajukan perencanaan
direktur RS
Ajukan perecanaan ke kepala
Instalasi Farmasi RS
Jika ACC, turun ke
KPA
Turun ke PPK, Dibuatkan SP
Dibuatkan Surat Pesanan
Ke Distributor
Hasil diberikan kepada Apoteker
perbekalan farmasi untuk
disesuaikan anggaran
Dikelola dengan menjumlahkan
semua data, dipisahkan kebutuhan
untuk barang brandid dan BPJS
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
Perencanaan
Epidemiologi
Adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit, data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit dan
standar pengobatan yang ada
Keunggulan
- Perkiraan kebutuhan mendekati
kebenaran
- Standar pengobatan mendukung
usaha memperbaiki pola penggunaan
obat
Kelemahan
- Membutuhkan waktu dan tenaga
terampil
- Data penyakit sulit diperoleh secara
pasti
- Perlu penatatan dan pelaporan yang
baik
Konsumsi
adalah metode yang didasarkan atas
analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya
Rumus
A = (B+C+D) - E
A = Rencana pengadaan B = Pemakaian
rata-rata x 12 bulan C = Stok Pengaman
10% - 20% D = Waktu tunggu 3 – 6
bulan E = Sisa stok
Keunggulan
- Mudah dilakukan
- Data akurat
- Tidak butuh data penyakit dan standar
terapi
Kelemahan
- Memakan waktu lebih banyak
- Aspek medik pemakaian obat tidak
dapat dipantau
Kombinasi
adalah metode kombinasi antara
metode konsumsi dan metode
epidemologi.
Evaluasi Perencanaan
ANALISA ABC
A = 70%
B = 20%
C = 10%
VEN
Vital  life saving
Essensial  epidemiologi penyakit
Non essensial  supplemen
Pengelompokan VEN dikonsuktasikan
dengan Komite Farmasi dan Terapi
Kombinasi ABC-VEN
A B C Kategori
V VA VB VC Prioritas
E EA EB EC Utama
N NA NB NC Tambahan
Perencanaan Masing-Masing Rumah Sakit
Advent
• Konsumsi
• Epidemiologi
Al –ihsan
• Konsumsi
• Epidemiologi
Muhammadiyah
• Konsumsi
• Kombinasi
Bandung Kiwari
• Konsumsi
• Epidemiologi
• kombinasi
Salamun
• Konsumsi
• Epidemiologi
Santosa
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
Hasan Sadikin
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
Pindad
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
Rotinsulu
• Konsumsi
• Epidemiologi
Majalaya
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
Cicendo
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
Edelwis
• Konsumsi
• Epidemiologi
• Kombinasi
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan
yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pemilihan distributor dilihat dari kecepatan pengiriman, harga, kreadibilitas pbf.
Pembelian
 Tender terbuka
 Tender tertutup
 Pembelian langsung
 Lelang
Produksi
 Non steril
 Racikan
 NaCl kapsul
 Pengenceran
 H202
 Acid salicyl
Sumbangan
 Expired dekat
 Obat program
Dinkes (OAT, ARV)
 Dari Dinkes untuk
kebutuhan
Pandemi
Pengadaan Dimasing-masing Rumah Sakit
Advent
Pengadaan depo farmasi : defecta
tiap minggu 2 kali
Pengadaan Gudang : 1 bulan
sekali (mengikuti stok komputer)
Al –ihsan
Pengadaan Gudang : pembelian, konsinyasi,
dan sumbangan
Pengadaan Depo : defecta obat 1 minggu 3x
Muhammadiyah
Pengadaan
dilakukan setiap hari
Hasan Sadikin
Pengadaan Gudang : 6 bulan sekali
Salamun
setiap 1 bulan sekali dan 3 bulan sekali
sesuai dengan kebutuhan dengan
acuan kartu stock dan komputerisasi.
Santosa
1 bulan 2x (minggu 1 dan 3 )
hibah dari dinkes dan PT.
SANBE
Bandung Kiwari
Pengadaan regular dg permintaan
kebutuhan dari Gudang farmasi ke
ULP 1x seminggu
Pindad
Dilakukan 2x (tengah dan akhir
bulan)
untuk 2 minggu persediaan
Rotinsulu
Ekatalog dan non ekatalog
ID paket > 200 jt : PPK
ID Paket < 200 jt : POKJA
Majalaya
Tiap minggu dengan
defecta manual
Cicendo
Pengadaan tidak langsung : lelang
Pengadaan langsung : ekatalog, penunjukan
langsung, pembelian langsung
Edelwis
Pengadaan gudang : pengadaan dilakukan 2x (awal bulan dan
tengah bulan), konsinyasi (untuk BMHP Tindakan OK dan radiologi)
Pengadaan depo farmasi, IGD, BPJS : defekta setiap hari
Pengadaan depo/ floor stock ruangan: dilakukan setiap 3 hari sekali
(masing” ruangan terjadwal)
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.
Hal yang perlu dicek saat penerimaan
• Kebenaran nama, jenis dan kekuatan sediaan, jumlah
• Nomor bets, tanggal Exp
• Kondisi kemasan termasuk segel
Sesuai
Tandatangan faktur disertai
cap dan stempel
Tidak sesuai
Barang dikembalikan + fakturnya
Barang datang dari distributor TDT, cap, dan BAP
Diterima oleh petugas Dilakukan pengecekan
Alur penerimaan :
5. Penyimpanan
Perbekalan farmasi di Gudang Farmasi disimpan berdasarkan:
 Jenis Obat, obat dibedakan berdarkan jenisnya, yaitu jenis obat generik regular, ekatalog atau
obat dengan merek dagang. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan alfabetis.
 Bentuk sediaan: solid, likuid, semisolid dan alat kesehatan
 LASA (Look Alike Sound Alike) diberi label
 Obat High Alert diberi tanda label warna merah dengan tulisan High Alert berwarna putih,
disimpan dalam lemari terpisah.
 Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari double pintu, double kunci dengan
penanggung jawab apoteker dan asisten apoteker penanggung jawab perbekalan
 Obat-obatan yang harus disimpan pada tempat penyimpanan khusus seperti insulin, ovulae,
suppositoria, hormon disimpan pada lemari pendingin dengan suhu udara yang terkontrol.
 Bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan diruangan dan lemari B3 terpisah dan
perbekalan farmasi lainnya
 Alat/bahan habis pakai dan alat kesehatan disimpan di ruangan terpisah dan ditempatkan pada
rak/ lemari tersendiri
Contoh Penyimpanan
6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Floor stock
 Stok di ruangan didelegasikan ke perawat
Individual praescribing
 Resep untuk rawat jalan, pasien pulang, ugd
UDD (Unit dose dispensing)
 Untuk pasien rawat inap
 Dikemas untuk 1 kali minum selama 1 hari
Pendistribusian dimasing-masing Rumah Sakit
Desentralisasi
Edelweiss
Majalaya
Advent
Santosa
Hasan sadikin
Pindad
Al Ihsan
Muhammadiyah
Bandung Kiwari
Cicendo
Rotinsulu
Salamun
Metode distribusi
 Floor stok
 Individual prescribing
 ODD (One Daily Dose)
 UDD (Unit Dose
Dispensing)
 Kombinasi
Depo
membuat
permintaan
Diterima petugas
Gudang dan diinput
Barang disiapkan
petugas gudang
Dikirim tiap
depo
Individual Prescription Floor Stock Unit Dose
Dispensing
One Daily Dose
Pengertian Distribusi perbekalan farmasi yang
disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS
sesuai yang tertulis pada resep
perorangan.
Sistem distribusi obat dengan cara
menyediakan semua obat yang
dibutuhkan di ruang rawat atau unit
tertentu.
Sistem distribusi
obat dengan cara
permintaan resep
per pasien
diberikan dalam
dosis
unit tunggal atau
ganda untuk 1x
pemakaian dalam
waktu 1 hari
Sistem distribusi
obat dengan cara
permintaan resep
per pasien
disiapkan untuk
1hari pemakaian
Keuntungan  Semua resep dikaji langsung oleh
apoteker
 Memberikan kesempatan interaksi
profesional antara apoteker, dokter,
perawat, dan pasien
 Memungkinkan pengendalian yang
lebih dekat
 Pelayanan lebih cepat
 Menghindari pengembalian
perbekalan farmasi yang tidak
terpakai ke IFRS.
 Kebutuhan sumber daya
manusia lebih sedikit
 Pasien hanya membayar
perbekalan farmasi yang
dikonsumsinya saja.
 Mengurangi kesalahan pemberian
perbekalan farmasi.
 Semua dosis yang diperlukan telah
disiapkan oleh IFRS
Kerugian  Memerlukan waktu yang lebih lama
 Pasien membayar obat yang
kemungkinan tidak digunakan
 Kemungkinan hilangnya
perbekalan farmasi tinggi
 Meningkatnya medication eror
 Penyimpanan yang tidak
sesuai menjadikan kualitas
obat turun
 Meningkatnya kebutuhan sumber
daya manusia
 Meningkatnya biaya operasional
Digunakan Pasien Rawat Jalan IGD, Pasien Rawat Inap Pasien Rawat Inap
Hasan Sadikin
1. Depo Farmasi Rawat Jalan
2. Depo Farmasi Rawat Inap
3. Emergency Unit
4. ICU
5. COT (Central Operating Theater)
6. ODS (One Daily Surgery)
7. Parahyangan
8. Teratai
9. PTRM (Poli Terapi Rumatan
Metadon)
10. Depo Farmasi DOTS (Directly
Observed Treatment, Short-course)
11. MDR (TB Multi Drug Resistant)
12. Pencampuran Obat
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RSUD Al Ihsan
1. Depo Farnasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi IGD
3. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS
4. Depo Farmasi Rawat Jalan Executive
(Umum, Kontraktor)
5. Depo Farmasi Hemodialisa
6. Depo Farmasi Cancer Center
7. Depo Farmasi DOTS
8. Depo Farmasi OK/Bedah Sentral
9. Depo Farmasi Cathlab
RS Santosa
1. Depo Farmasi Rawat Inap
(Berlian, Safir, Ruby)
2. Depo Farmasi IGD
3. Depo Farmasi ICU
4. Depo Farmasi OK
5. Depo Farmasi Kemoterapi
6. Depo Alkes
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Advent
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi Rawat Jalan
BPJS
5. Depo Farmasi OK
RSUD Bandung Kiwari
1. Depo Farmasi IGD
2. Depo Farmasi OK
RSUD Majalaya
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
RS Rotinsulu
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Mata Cicendo
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
(Paviliun, Reguler lantai 1 dan
3)
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
RS Edelweiss
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS
4. Depo Farmasi Kemoterapi
RS Salamun
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
RSU Pindad
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Gudang
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Muhamadiyah
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
7. Pemusnahan
 Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
 Telah kadaluwarsa
 Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan
 Dicabut izin edarnya.
Dilakukan apabila :
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
 Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akan dimusnahkan
 Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
 Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
 Menyiapkan tempat pemusnahan
 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
8. Penarikan
Penarikan / Recall
 Mandatory Recall  Penarikan produk obat dan/ bahan obat yang
diperintahkan oleh Kepala BPOM
 Voluntary Recall  Penarikan Mandiri produk obat dan/bahan obat
yang diperintahkan oleh pemilik izin edar
9. Pengendalian
Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit pelayanan
Ketersediaan
 Perencanaan
 Evaluasi
perencanaan
 SOP obat tidak
tersedia
Penggunaan
 Memperkirakan pemakaian
rata-rata periode tertentu
 Menentukan stok optimum dan
stok pengaman
 Menentukan waktu tunggu
(leadtime)
Kehilangan/kerusakan
 Stok opname
 Penggunaan kartu
stok
Rumah Sakit Kartu Stok Stock Opname Expired Date
Advent √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Al – ihsan √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Bandung Kiwari √ Setiap 6 bulan sekali Sistem cycling counting
Cicendo √ Setiap 1 bulan sekali
Edelwis √
Setiap 6 bulan sekali Slow moving, death stock, ED dekat : Retur
Rolling stock ke depo fast moving
Hasan Sadikin √ Setiap 6 bulan sekali
Majalaya √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Muhammadiyah √
Setiap 6 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Pindad √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Rotinsulu √ Setiap 1 bulan sekali
Salamun √
Setiap 1 bulan sekali (unit)
Setiap 6 bulan sekali
keseluruhan
Santosa √
Setiap hari (Current stock)
Setiap 1 bulan sekali dan
akhir tahun
Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
10. Administrasi
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). - Pelaporan bulanan: Pelaporan SO, pelaporan penggunaan
obat Narkotika dan Psikotropika melalui SIPNAP, pelaporan obat
prekursor, obat anti TB (OAT) dan obat anti Retroviral (ARV) dilakukan
tiap bulan ke Dinas Kesehatan
Pencatatan Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi sediaan farmasi Alkes dan BMHP yang keluar dan
masuk di lingkungan IFRS. Pencatatan dapat dilakukan dalam
bentuk digital (Stok Opname) atau manual (Kartu stok
Pelaporan
PELAYANAN
FARMASI KLINIK
PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP
Persyaratan
Administratif
Persyaratan
Farmasetik
Persyaratan Klinis
 Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Berat
Badan Dan Tinggi
Badan Pasien
 Nama, Nomor Ijin,
Alamat Dan Paraf
Dokter
 Tanggal Resep
 Ruangan/Unit Asal
Resep
 Nama Obat, Bentuk
Dan Kekuatan
Sediaan;
 Dosis Dan Jumlah
Obat;
 Stabilitas
 Aturan Dan Cara
Penggunaan
 Ketepatan Indikasi,
Dosis Dan Waktu
Penggun
 Duplikasi
Pengobatan; aan
Obat
 Alergi Dan Reaksi
Obat Yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
 Kontraindikasi; Dan
 Interaksi Obat.
PELAYANAN RESEP
Pelayanan Resep dimulai dari Penerimaan, Pemeriksaan Ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi,
Alkes dan BMHP termasuk Peracikan Obat, serta Penyerahan obat disertai pemberian informasi.
Alur Pelayanan Resep
Rawat Jalan
Alur di RS ADVENT
Alur Pelayanan Depo IGD
Alur Pelayanan Resep Rawat Inap
Resep atau ODD : Dilakukan skrining resep oleh Apoteker (Persyaratan administrasi, farmasetik,
dan klinis telaah resep)
RESEP PULANG RESEP ODD
ITEM OBAT INPUT
DIBERIKAN SESUAI UDD
DENGAN MENGECEK
KESESUAIAN DOSIS
PERHARI
PRINT OUT
FAKTUR
RETURN
Sistem Distribusi Resep Rawat Inap
ODD sebelumnya sudah
diisi oleh perawat
ruangan sesuai dengan
intruksi dokter
ODD diambil
oleh petugas
farmasi
Dilakukan pengecekan
ke loker obat pasien
(sesuaikan jumlahdosis
dengan jumlah yang
diminta)
Dilakukan entry obat/alkes
di Depo Farmasi Ranap
Obat/Alkes disiapkansesuai
print out dan dibuat etikat
seusai dosis diresep
Obat/Alkes dikemas dan
berikan tanda dilembarODD
obat/alkes yg sudah
disediaksn (lakukan
crosscheck)
AntarkanObat/Alkes
yang sudah di kemas
ke loker obat pasien
Konfirmasi perawat
bahwa ODD selesai
dikerjakan
DEPO FARMASI BPJS
Resep Kronis dan Non Kronis diberi nomer antiran,
dilakukan skrining resep dan resep di input oleh petugas (Jika
obat kosong dilakukan konfirmasi)
KRONIS
Pasien dengan penyakit kronis yang membutuhkan obat
untuk jangka waktu 1bulan, seperti untuk pengobatan
penyakit diabetes, jantung, hipertensi, epilepsy, dll.
7 hari masuk tarif INA-CBGs, 23 hari masuk klaim terpisah
NON KRONIS
Pasien non kronis biasanya seperti resep dan poli mata, poli
bedah, dan pengobatan jangka pendek.
Alur pelayanan BPJS
DEPO FARMASI CANCER CENTER
Pelayanan
kemoterapi
Poli
BedahOnkologi
Hemato Onkologi
Hemato Onkologi Paed
Radioterapi
Gynaecology Onkologi
Resep treatment R/ Kemo Oral R. Kemo infus
Persiapan sebelum jadwal
kemoterapi atau setelah
selesai siklus pengobatan
kemoterapi
Pasien dinyatakan harus
kemoterapi
Produksi
Ditentukanregimen
obat
Rawat Jalan <3 Obat
Kemo durasi < 8 jam
dan cukup untuk 1 hari
kemoterapi
Rawat inap >3 obat atau1
obat tapi terulang selama
beberapa hari, atau
lamanya proses tetesan
obat dalam infus
Mixing Sitotoksik
DEPO FARMASI CANCER CENTER
Pelayanan Bedah
BedahOnkologi
Hemato Onkologi
Hemato Onkologi Paed
Radioterapi
Gynaecology Onkologi
Resep treatment R Kemo Oral Kemo infus
Persiapan sebelum jadwal
kemoterapi atau setelah
selesai siklus pengobatan
kemoterapi
Pasien dinyatakan harus
kemoterapi
Produksi
Ditentukanregimen
obat
Rawat Jalan <3 Obat
Kemo durasi < 8 jam
dan cukup untuk 1 hari
kemoterapi
Rawat inap >3 obat atau 1
obat tapi terulang selama
beberapa hari, atau
lamanya proses tetesan
obat dalam infus
Mixing Sitotoksik
Pelayanan
(Infus, Radiasi, Oral)
Rawat Jalan Rawat Inap
Pasien carter tanggal.
Jika obat sedang kosong/ bed
sedang penuh jarak hold
pemberian kemo max 1 minggu.
1-3 hari sebelum
dilakukan kemoterapi
pasien di cek lab
(hasil bagus)
Ke farmasi tulis lama
durasi pemberian obat
Pasien
keruangan/pulang
dan di jadwalkan
kemo
Farmasi (dicek
persyaratan dan
resep obat
kemoterapinya)
Jika hasil lab jelek
pasien dirawat atau
pasien pulang dengan
diberikan obat treatment
Obat disiapkan (-1hari)
Dilakukan drug mixing
(pada hari pemberian obat
kemoterapi)
DEPO IBS dan
CATHLAB
PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT
Merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
 Deteksi adanya diskrepansi (perbedaan) sehingga dapat mencegah duplikasi
 Deteksi Riwayat alergi obat
 Mencegah terjadinya interaksi obat
 Identifikasi ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi obat
 Identifikasi Medication error: misal penyimpanan obat, salah jenis obat,
dosisnya.
Tujuan
REKONSILIASI OBAT
merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat pasien
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah
 Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien
 mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter
 mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
Rekonsiliasi Masuk Rekonsiliasi Transfer Rekonsiliasi Pulang
PELAYANAN INFORMASI OBAT
(PIO)
Adalah Kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi
obat yang independent, akurat,
tidak bias, terkini, dan
komprehensif yang dilakukan oleh
apoteker.
Tujuan PIO
1. Menyediakan info mengenai obat kepada
pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
RS dan pihak lain diluar RS
2. Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan
obat/sediaan farmasi, alkes dan BMHP
terutama untuk tim TFT
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional
4. Membuat kajian obat rutin
5. Membuat kajian obat untuk uji klinik
6. Mendorong penggunaan obat yang aman
dengan meminimalkan efek samping
7. Mendorong penggunaan obat yang efektif
dengan tercapainya tujuan terapi dan
mengoptimalkan biaya terapi
KONSELING
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Kriteria Pasien yang perlu di konseling
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri,
gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui)
2. Pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dan lain-lain)
3. Pasien yang menggunakan obat-obatan
dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off)
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan
indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin)
5. Pasien yang menggunakan banyak Obat
(polifarmasi)
6. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan
rendah
Three prime question
1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat anda?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan
setelah minum/memakai obat anda?
VISITE/ RONDE BANGSAL
Kegiatan kunjungan rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri ataupun bersama tim tenaga medis untuk mengamati kondisi
pasien secara langsung
 Mengkaji masalah terkait obat
 Memantau terapi obat & ROTD
 Meningkatkan terapi obat yang rasional
Tujuan  Harapan Pasien cepat pulang / sembuh
VISITE RAWAT INAP INTENSIF
VISITE RUANG CANCER
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang
aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kondisi
pasien yang di PTO
 Pasien masuk RS dengan multi penyakit
 Terapi sitostatika
 Gangguan fungsi organ terutama hati dan
ginjal
 Geriatri/pediatri
 Hamil dan menyusui
 Pasien dengan perawatan intensif
Metode SOAP
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
P : Plan
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
masalah terkait obat. Drug Related problem
(DRP)
1. Seleksi obat tidak tepat
2. Dosis terlalu tinggi
3. Obat tanpa indikasi
4. Interaksi Obat
5. Indikasi tanpa obat
6. Reaksi obat yang merugikan
7. Dosis terlalu rendah
8. Gagal menerima obat
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Monitoring ADR di rawat jalan biasanya dilakukan ketika visite. Contoh
lembar monitoring menggunakan lembar kuning dan menggunakan algoritma naranjo.
algoritma naranjo adalah kuisioner yang
dirancang oleh naranjo untuk
menentukan apakah efek samping yang
merugikan disebabkan oleh obat atau
faktor lain. Algoritma naranjo terdiri dari
10 pertanyaan yang akan digunakan
untuk menilai apakah efek merugikan
tersebut memang disebabkan oleh obat.
CONTOH KASUS MESO
Sebelumnya pasien mengkonsumsi obat Kombinasi Dosis
Tetap obat RHEZ. Efek samping dari RHEZ :
• Rifampicin : Urine berwarna merah, mual, tidak nafsu
makan
• INH : Kesemutan, mual, tidak nafsu makan
• Ethambutol : Gangguan penglihatan
• Pyrazinamid : Asam urat, nyeri sendi
Manifestasi E.S.O yang terjadi : Mual, muntah, lemas
Hasil pemeriksaan lab :
- Kadar SGOT 142
- Kadar SGPT 53
Tindak lanjut dan saran : OAT diberikan kepada pasien lalu
bila ada keluhan mual, muntah, OAT distop. Dilanjutkan
dengan E dan S (Etambutol dan Streptomisin).
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan
program evaluasi penggunaan Obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Jenis EPO
1. EPO Kuantitatif : Pola peresepan obat, Pola
penggunaan obat
2. EPO Kualitatif:
• kerasionalan penggunaan (indikasi dosis
rute pemberian, hasil terapi)
• Farmakoekonomi (CMA, CEA, CBA, CUA)
Tujuan EPO yaitu:
1. Mendorong penggunaan obat yang rasional
2. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan
3. Menurunkan pembiayaan yang tidak perlu
TROLLEY EMERGENCY
Digunakan untuk kondisi darurat
 Kondisi henti jantung
 Kondisi henti nafas
Ketika obat yang ada dalam trolley emergency dipakai,
wajib di ganti max 24 jam
DISPENSING DAN PENANGANAN
SEDIAAN STERIL
Penanganan sediaan sitostatika dilakukan dibagian CA Center (kanker terpadu) yang
dilakukan oleh Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian yang telah mengikuti
pelatihan. Pencampuran sediaan sitostatika dilakukan diruang khusus serta
menggunakan Biological Safety Cabinet (BSC) Kelas III, CDSC dengan alat
pelindung diri (APD) lengkap.
ALUR PELAKSANAAN DISPENSING OBAT SITOTOKSIK
TOTAL NUTRISI PARENTERAL
Total nutrisi parenteral adalah metode pemberian
nutrisi yang tidak melalui oral melainkan melalui
jalur lain sperti pembuluh darah atau intravena.
Kondisi pasien yang diberikan TPN
1. Pasien yang menderita kurang gizi
2. Pasien persiapan kemoterapi dan radioterapi
3. Pasien yang menderita kelainan saluran cerna
yang berat atau berkelanjutan yang akan
melakukan pembedahan besar yang
mengalami koma yang berkepanjangan
4. Penderita yang menolak makan
5. Beberapa pasien dengan gangguan ginjal atau
hati Perhitungan
TPN : Tetes/menit = jumlah cairan yang masuk x
faktor tetes lamanya infus (jam) x 60 menit
PEMANTAUAN KADAR OBAT DALAM DARAH
(PKOD)
Merupakan Interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas
permintaan dari dokter yang merawat dikarenakan adanya masalah
potensial atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
Tujuan PKOD
 Memastikan kadar obat dalam kisaran terapi yang direkomendasikan
 Sebagai referensi dalam menentukan dosis terapi obat yang optimal
berdasarkan kondisi pasien
 Mengelola rejimen obat
CSSD (CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTEMENT)
Central Sterile Supply Department atau Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan
pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme secara
tepat dan cepat.
Fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan
perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima,
memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan
di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.
Penerimaan Instrumen kotor Dekontaminasi
Sterilissi
Distribusi instrument steril
Alur CSSD
MACAM – MACAM STERILISASI
1. Sterilisasi Suhu Tinggi, Uap Panas (Autoclave) (Steam Sterilization) suhu
panas tinggi minimal 130°C
2. Sterilisasi Suhu Rendah
Suhu minimal 73 °C
 Gas etilen oksida (ethylene Oxide Sterilization)
Mesin ETO selama 16 jam, khusus alat reuse khusus berlumen
Contohnya ring jantung
 Hydrogen Peroxide/ plasma sterilization formaldehyde
Mesin plasma selama 30 menit
3. Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat Sterilization)
KLASIFIKASI ALAT MEDIK
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi Nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama
dalam perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial
biasanya timbul ketika pasien di rawat 3 x 24 jam di
rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena
ditimbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri. Infeksi
nosokomial dapat menjadi penyebab langsung maupun
tidak lagsung kematian pasien, kalaupun tak berakibat
kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan
antar pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung
atau petugas rumah sakit dan dari petugas rumah sakit
ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien dirawat lebih
lama.
Sumber penularan:
1. Penularan secara kontak
2. Penularan melalui udara dan inhalasi
3. Penularan melalui common vehicle
4. Penularan dengan perantara vektor
Pencegahan Infeksi Nosokomial:
1. Cuci tangan
2. Asepsis
3. Disinfeksi dan sterilisasi di
rumah sakit
4. Sanitasi lingkungan rumah sakit
5. Pengawasan infeksi
6. Pengawasan pasien
7. Pengawasan pekerja rumah
sakit
8. Pengawasan lingkungan rumah
sakit
PENANGANAN LIMBAH
Pada Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tujuan:
1. Pengelolaan sampah RS dapat sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar
rumah sakit dari penyebaran infeksi
3. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik,limbah infeksius, limbah
kimiawi dan farmasi) dengan aman
4. Mencegah pencemaran lingkungan di sekitar.
PENANGANAN LIMBAH
 Limbah Padat Rumah Sakit
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit adalah sesuatu yang
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik hitam.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada
safety box/container.
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan
zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
PENANGANAN LIMBAH
 Limbah Cair
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio
aktif serta darah yang berbahaya bagi Kesehatan. Penanganannya melalui IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah).
IPAL (INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH)
Alur pengelolaan limbah cair (IPAL)
1. Bak Inlet : Menerima limbah air dari ruangan ruangan yang ada di rumah sakit,
limbah air di kumulatifkan di bak inlet agar homogen
2. Bak Aerasi : Penambahan oksigen, bakteri dan nutrisi untuk menguraikan zat
organic
3. Bak Sedimentasi : Pemisahan antara air dengan lumpur. Lumpur akan diteruskan
ke bak slugde sedangkan air akan diteruskan ke bak biofiltrasi
4. Bak Biofiltrasi : Pemisahan kembali limbah air dari lumpur yang masih tertinggal.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan media filter
5. Bak Indikator : Menggunakan indicator ikan untuk membuktikan apakah air sudah
aman untuk dibuang ke sungai. Apabila terdapat ikan yang mati dalam bak maka air
masih belum aman untuk dibuang ke sungai
Ikan hidup = air limbah aman
Ikan mati = air limbah berbahaya
PPRA (PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI MIKROBA)
Merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu
dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
TIM PPRA
Ketua  klinisi yang berminat di
bidang infeksi
Anggota  klinisi perwakilan
SMF/bagian, keperawatan,
instalasi farmasi, laboratorium
mikrobiologi klinik, PPI dan PFT
TUGAS DAN FUNGSI TIM PPRA
1. Menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba
2. Menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik
di rumah sakit
3. Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba;
4. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikoba;
5. menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi
terintegrasi;
6. Surveilans pola penggunaan antibiotik;
7. Surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya
terhadap antibiotik;
8. Sosialisasi
9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi
antimikroba; dan
10. melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba
kepada Direktur/Kepala rumah sakit.
KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Kebijakan Umum
a) Kebijakan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin.
b) Kebijakan pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotic empirik dan definitive
c) Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis atas indikasi
operasi bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum dalam ketentuan yang
berlaku.
Antibiotik Profilaksis Bedah adalah penggunaan antibiotic sebelum, selama, dan paling lama
24 jam pascaoperasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan
tujuan mencegah terjadinya infeksi luka daerah operasi.
Kebijakan Khusus
a) Pengobatan awal
 Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi mengalami infeksi bakteri diberi antibiotik empiric selama 48-72
jam.
 Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi
 Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi
b) Antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat
c) Prinsip pemilihan antibiotik.
 Pilihan pertama (first choice).
 Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
 Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
d) Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan automatic stop order sesuai dengan indikasi
pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik, atau terapi definitif.
e) Pelayanan laboratorium mikrobiologi.
 Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotic dikeluarkan secara berkala setiap tahun.
 Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan akurat.
 Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka diupayakan adanya pemeriksaan pulasan gram
KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
TUGAS FARMASI DI PPRA
 Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam
formularium.
 Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien infeksi,
melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan antibiotik,
visite ke bangsal pasien bersama tim.
 Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan benar.
 Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIL
Kualitatif Gyssens flowchart
Kuantitatif Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification
dan pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan
defined daily dose (DDD)/100 patient-days.
KATEGORI HASIL PENILAIAN GYSSENS FLOWCHART
Kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat dan rasional
Kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik
Kategori II A : tidak tepat dosis pemberian antibiotik
Kategori II B : tidak tepat interval pemberian antibiotik
Kategori II C : tidak tepat rute pemberian antibiotik
Kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama
Kategori III B : pemberian antibiotik terlalu singkat
Kategori IV A : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih aman
Kategori IV C : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit
Kategori V : tidak ada indikasi pemberian antibiotik
Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai
 Perhitungan DDD
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang dewasa
untuk indikasi utamanya. Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditemukan oleh WHO
berdasarkan dosis pemeliharaan rata-rata, untuk indikasi utama pada orang dewasa BB 70 kg.
 Data yang berasal dari Instalasi Farmasi berbentuk data kolektif
Perhitungan numerator :
Jumlah DDD = jml kemasan x jml tab per kemasan x jml gr per tab x 100
DDD antibiotik dlm gr
Perhitungan denuminator :
Jumlah hari - pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi
KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pengelompokkan / Klasifikasi AB menurut :
Lini 1 : Tidak dibatasi
Lini 2 : Dibawa pengawasan
Lini 3 : Dibatasi, hanya dengan izin PPRA
LINI 1 LINI 2 LINI 3
 Aminoglycoside(Gentamicin,
Kanamycin)
 Penicillin (Ampicillin, Amoksilin)
 Cephalosporin gen.I,II (Cefazoline)
 Chloramphenicol
 Fucidic acid
 Lincomycin
 Clindamycin
 Erithromycin
 Nitrofurantoin
 Fluoroquinolone gen.I,II
 Tetracyline
 Cotrimoksazol
 Fosfomycin
 Cephalosporin gen III
(Ceftazidime, Ceftriaxone,
Cefuroxime)
 Fluoroquinolone gen III-IV
(Ciprofloxacin)
 Ertapenem
 Monobactam
 Vancomycin
 Teicoplanin
 Linezolide
 Cefepime
 Cefpirome
 Piperacillin-Tazo
 Carbapenem(Meropenem,
Imipenem)
 Tigecycline
Infeksi
Komunitas
Infeksi RS
Pasien Rawat Jalan Lini I Lini I / II
Pasien Rawat Inap :
Ruangan : Ringan
Sedang
Lini II Lini III
Berat
ICU Lini II/III Lini III
KESIMPULAN
1. Semua Rumah sakit sudah memenuhi standar
pelayanan kefarmasian sesuai denga PMK no 72 tahun
2016
2. Dari semua Rumah Sakit tempat PKPA, yang sudah
melaksanan pelayanan pengobatan kanker yaitu RS.
Advent, RS Hasan Sadikin, RS Al Ihsan, RS. Santosa
dan RS Edelweiss
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
Terima
Kasih

More Related Content

What's hot

Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan ObatEvaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obatsaninuraeni
 
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docx
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docxSOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docx
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docxJumhe1
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxameetria
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerAkira Sama
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitKANDA IZUL
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018revDokter Tekno
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Lalla Haflah
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalErie Gusnellyanti
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Nova Rizky
 
Pengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasiPengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasihusnul khotimah
 
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Gilang Rizki
 
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diFungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diRahmad Sutrisna
 
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKITMANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKITssusere6c40f
 
Sumber informasi obat
Sumber informasi obatSumber informasi obat
Sumber informasi obatNurul Hidayah
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalErie Gusnellyanti
 

What's hot (20)

Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan ObatEvaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obat
 
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docx
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docxSOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docx
SOP PELAYANAN INFORMASI OBAT.docx
 
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
 
Power point ikm 11
Power point   ikm 11Power point   ikm 11
Power point ikm 11
 
Obat Kewaspadaan Tinggi
Obat Kewaspadaan TinggiObat Kewaspadaan Tinggi
Obat Kewaspadaan Tinggi
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apoteker
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakit
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakitManajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
 
PTO dan Meso.ppt
PTO dan Meso.pptPTO dan Meso.ppt
PTO dan Meso.ppt
 
Pengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasiPengelolaan limbah industri farmasi
Pengelolaan limbah industri farmasi
 
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
 
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
 
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker diFungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di
 
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKITMANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT
 
Sumber informasi obat
Sumber informasi obatSumber informasi obat
Sumber informasi obat
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
 

Similar to PKPA SHARE RUMAH SAKIT (1).pptx

1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdfPandutNdut
 
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdf
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdfPengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdf
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdfAlfianAbdurrahman
 
Evidence Based Dentistry
Evidence Based DentistryEvidence Based Dentistry
Evidence Based Dentistryhmpkgums
 
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdf
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdfAROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdf
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdfzakiya39
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasdinasintia
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdfBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdftikusTTTT
 
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptxityarsipanti
 
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSu
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSukebijakan penyelenggaraan akreditasi RSu
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSussuser4b5b18
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanSugiyantiyanti2
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikChafa Nick
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxKlinikBhayangkaraMed
 
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptx
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptxV3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptx
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptxBaktiHusada1
 
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptxDiahAnjarini2
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanSugiyantiyanti2
 
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptx
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptxAkreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptx
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptxGraceAgnesiaOtilidya
 
Manajemen dokter keluarga
Manajemen dokter keluargaManajemen dokter keluarga
Manajemen dokter keluargaRizal_mz
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfwindyarlin
 

Similar to PKPA SHARE RUMAH SAKIT (1).pptx (20)

1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
1-1 dr. Husaini, Sp.PD ETIK Dan PATIENT SAFETY IMEC VI.pdf
 
PPT MAGANG.pptx
PPT MAGANG.pptxPPT MAGANG.pptx
PPT MAGANG.pptx
 
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdf
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdfPengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdf
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP pdf
 
Evidence Based Dentistry
Evidence Based DentistryEvidence Based Dentistry
Evidence Based Dentistry
 
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdf
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdfAROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdf
AROFA IDHA-OVERVIEW PKPO.RAKERDAJATIM.pdf
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdfBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pdf
 
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx
#1. RS SOSIALISASI 22042022 pptx.pptx
 
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSu
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSukebijakan penyelenggaraan akreditasi RSu
kebijakan penyelenggaraan akreditasi RSu
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
 
Pengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinikPengantar farmasi klinik
Pengantar farmasi klinik
 
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptxBAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
BAB III. PKP 9 gizi KLINIK pptx.pptx
 
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptx
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptxV3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptx
V3 SDY Bogor Transformasi RS Vertikal dan tindak lanjutnya-3.pptx
 
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx
1. Kebijakan Mutu dan Pelaksanaan Akreditasi RS.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
 
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptx
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptxAkreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptx
Akreditasi Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Kefarmasian.pptx
 
Manajemen dokter keluarga
Manajemen dokter keluargaManajemen dokter keluarga
Manajemen dokter keluarga
 
Instrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdfInstrumen LAFKI (1).pdf
Instrumen LAFKI (1).pdf
 
PPT KEL 2 BARU.pptx
PPT KEL 2 BARU.pptxPPT KEL 2 BARU.pptx
PPT KEL 2 BARU.pptx
 

Recently uploaded

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 

PKPA SHARE RUMAH SAKIT (1).pptx

  • 1. SHARING PKPA RUMAH SAKIT 2023 ADVENT, AL-IHSAN, BANDUNG KIWARI, CICENDO, EDELWEISS, HASAN SADIKIN, MAJALAYA, MUHAMMADIYAH, ROTINSULU, SALAMUN, SANTOSA DAN PINDAD
  • 2. KELOMPOK RUMAH SAKIT ABDUL KHADIR (B 221 001) AKHMAD FARHAN NAJA (B 221 003 DEDE SUNARDI (B 221 012) DESSY ANASOLITA (B 221 013) DEVINA YULIANI (B 221 014) EUIS NOVI NURMALASARI (B 221 018) HANNA YULIANTI (B 221 026) LINDA ARIANTI LESTARI (B 221 032) M. RIFAL AFIF HIDAYATULLAH (B 221 033) MEGA YANTI SITANGGANG (B 221 026) MUHAMMAD NOOR REZKI (B 221 038) MUHAMMAD NUR MAWALIT (B 221 039) MUHAMMAD SOFYAN (B 221 041) NURUL ANISA (B 221 050) RAFI MAJID (B 221 054) RIKA LIANA (B 221 061) SAWITRI NURROHMAWATI (B 221 065) SENDY FITRIANI (B 221 066) TUTI MUTIA RASIDIN (B 221 073) YOHAN ALFIANYS (B 221 077)
  • 3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat RUMAH SAKIT 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang PeRumahSakitan 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit 5. PMK Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit PENGERTIAN DASAR HUKUM
  • 4. KLASIFIKASI RUMAH SAKIT MENURUT PP NOMOR 47 TAHUN 2021 Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Kelas D RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS Rumah Sakit Khusus Kelas A Rumah Sakit Khusus Kelas B Rumah Sakit Khusus Kelas c
  • 5. RSU Kelas A - Jumlah bed min 250 - Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis lain - Pel. Medik subspesialis : 13 subspesialis - 5 penunjang medik spesialis RSU kelas B - Jumlah bed min 200 - Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis lain - Pel. Medik subspesialis : 2 subspesialis dasar - 4 penunjang medik spesialis RSU Kelas C - Jumlah bed minimal 100 - Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar - 4 penunjang medik spesialis RSU Kelas D/D Pratama - Jumlah bed min 50 - 2 pel. Spesialis dasar, RS khusus Kelas A - Jumlah bed min 100 RS khusus kelas B - Jumlah bed min 75 RS khsusus Kelas C - Jumlah bed minimal 25 Kecuali untuk Rumah Sakit Khusus gigi dan mulut, Mata, telinga hidung tengkorak dan bedah kepala leher Gigi dan mulut A : min 14 bed rawat inap , dan 75 dental unit B : min 12 bed rawat inap, dan 50 dental unit C : min 10 bed rawat inap, dan 25 dental unit Mata dan Telinga hidung tenggorak dan bedah kepala leher A : min 40 bed B : min 25 bed C : min 15 bed BERDASARKAN JENIS PELAYANAN
  • 6. AKREDITASI RUMAH SAKIT adalah pengakuan terhadap mutu pelayananRumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi
  • 7.
  • 8. Rumah Sakit Klasifikasi RS Jumlah bed Akreditasi Advent A 254 Paripurna Al – Ihsan B 217 Paripurna Bandung Kiwari B 246 Pripurna Cicendo (RS Khusus) A 104 Paripurna Edelwis C 177 Paripurna Hasan Sadikin A 944 Paripurna Majalaya B 317 Paripurna Muhammadiyah C 180 Paripurna Pindad C 120 Paripurna Rotinsulu (RS Khusus) A 153 Paripurna Salamun B 210 Paripurna Santosa A 400 Paripurna
  • 9. KOMITE FARMASI DAN TERAPI Salah satu Komite/Tim yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan fungsi tertentu di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien Organisasi dan Kegiatan Anggota : dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lain yang di perlukan. Ketua : dokter atau apoteker Sekretaris : Apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter Rapat : rapat secara teratur paling sedikit 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam 1 (satu) bulan Peran KFT/PFT 1. Menyusun program kerja 2. Mengembangkan kebijakan tentang pengembangan obat di rumah sakit 3. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium RS 4. Mengembangkan standar farmasi 5. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat - Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan penggunaan obat 6. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat
  • 10. FORMULARIUM RUMAH SAKIT mengutamakan penggunaan Obat generik; memiliki rasio manfaat-risiko (benefit- risk ratio) yang paling menguntungkan penderita mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. praktis dalam penggunaan dan penyerahan; menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan Kriteria pemilihan obat formularium RS praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan; Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau
  • 11. PMK No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Pengelolaan sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP 1. Pemilihan 2. Perencanaan Kebutuhan 3. Pengadaan 4. Penerimaan 5. Penyimpanan 6. Pendistribusian 7. Pemusnahan Dan Penarikan 8. Pengendalian 9. Administrasi Pelayanan Farmasi Klinik 1. Pengkajian dan Pelayanan Resep 2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat 3. Rekonsiliasi Obat 4. Pelayanan Informasi Obat 5. Konseling 6. Visite / Ronde Bangsal 7. Pemantauan Terapi Obat (PTO) 8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 10. Dispensing Sediaan Steril 11. Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah
  • 13. 1. Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN OBAT FORNAS dan CLINICAL PATHWAY Pola penyakit Efektifitas dan keamanan Evidence based medicine Mutu Harga Ketersediaan di pasaran.
  • 14. Membuat usulan rekapitulasi masing- masing SMF Mengembalikan rancangan ke SMF Menyusun kebijakan & Pedoman KFT : Komite Farmasi dan Terapi SMF : Staf Medik Fungsional Melakukan edukasi Formularium RS ke Staf Melakukan pengelompokan berdasarkan kelas terapi Membuat usulan dalam rapat KFT Menetapkan daftar obat yg masuk Formularium RS Membahas umpan balik dari SMF Ditetapkan formularium RS oleh DIrektur
  • 15. 2. Perencanaan Kebutuhan Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien Setiap unit depo dan poli membuat RKBF setiap bulan berdasarkan konsumsi Dikumpulkan via email ke petugas perbekalan Gudang farmasi Dibuat surat ke bagian penunjang medik ajukan perencanaan direktur RS Ajukan perecanaan ke kepala Instalasi Farmasi RS Jika ACC, turun ke KPA Turun ke PPK, Dibuatkan SP Dibuatkan Surat Pesanan Ke Distributor Hasil diberikan kepada Apoteker perbekalan farmasi untuk disesuaikan anggaran Dikelola dengan menjumlahkan semua data, dipisahkan kebutuhan untuk barang brandid dan BPJS PPK : Pejabat Pembuat Komitmen KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
  • 16. Perencanaan Epidemiologi Adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit, data jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada Keunggulan - Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran - Standar pengobatan mendukung usaha memperbaiki pola penggunaan obat Kelemahan - Membutuhkan waktu dan tenaga terampil - Data penyakit sulit diperoleh secara pasti - Perlu penatatan dan pelaporan yang baik Konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya Rumus A = (B+C+D) - E A = Rencana pengadaan B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan C = Stok Pengaman 10% - 20% D = Waktu tunggu 3 – 6 bulan E = Sisa stok Keunggulan - Mudah dilakukan - Data akurat - Tidak butuh data penyakit dan standar terapi Kelemahan - Memakan waktu lebih banyak - Aspek medik pemakaian obat tidak dapat dipantau Kombinasi adalah metode kombinasi antara metode konsumsi dan metode epidemologi.
  • 17. Evaluasi Perencanaan ANALISA ABC A = 70% B = 20% C = 10% VEN Vital  life saving Essensial  epidemiologi penyakit Non essensial  supplemen Pengelompokan VEN dikonsuktasikan dengan Komite Farmasi dan Terapi Kombinasi ABC-VEN A B C Kategori V VA VB VC Prioritas E EA EB EC Utama N NA NB NC Tambahan
  • 18. Perencanaan Masing-Masing Rumah Sakit Advent • Konsumsi • Epidemiologi Al –ihsan • Konsumsi • Epidemiologi Muhammadiyah • Konsumsi • Kombinasi Bandung Kiwari • Konsumsi • Epidemiologi • kombinasi Salamun • Konsumsi • Epidemiologi Santosa • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi Hasan Sadikin • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi Pindad • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi Rotinsulu • Konsumsi • Epidemiologi Majalaya • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi Cicendo • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi Edelwis • Konsumsi • Epidemiologi • Kombinasi
  • 19. 3. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pemilihan distributor dilihat dari kecepatan pengiriman, harga, kreadibilitas pbf. Pembelian  Tender terbuka  Tender tertutup  Pembelian langsung  Lelang Produksi  Non steril  Racikan  NaCl kapsul  Pengenceran  H202  Acid salicyl Sumbangan  Expired dekat  Obat program Dinkes (OAT, ARV)  Dari Dinkes untuk kebutuhan Pandemi
  • 20. Pengadaan Dimasing-masing Rumah Sakit Advent Pengadaan depo farmasi : defecta tiap minggu 2 kali Pengadaan Gudang : 1 bulan sekali (mengikuti stok komputer) Al –ihsan Pengadaan Gudang : pembelian, konsinyasi, dan sumbangan Pengadaan Depo : defecta obat 1 minggu 3x Muhammadiyah Pengadaan dilakukan setiap hari Hasan Sadikin Pengadaan Gudang : 6 bulan sekali Salamun setiap 1 bulan sekali dan 3 bulan sekali sesuai dengan kebutuhan dengan acuan kartu stock dan komputerisasi. Santosa 1 bulan 2x (minggu 1 dan 3 ) hibah dari dinkes dan PT. SANBE Bandung Kiwari Pengadaan regular dg permintaan kebutuhan dari Gudang farmasi ke ULP 1x seminggu Pindad Dilakukan 2x (tengah dan akhir bulan) untuk 2 minggu persediaan Rotinsulu Ekatalog dan non ekatalog ID paket > 200 jt : PPK ID Paket < 200 jt : POKJA Majalaya Tiap minggu dengan defecta manual Cicendo Pengadaan tidak langsung : lelang Pengadaan langsung : ekatalog, penunjukan langsung, pembelian langsung Edelwis Pengadaan gudang : pengadaan dilakukan 2x (awal bulan dan tengah bulan), konsinyasi (untuk BMHP Tindakan OK dan radiologi) Pengadaan depo farmasi, IGD, BPJS : defekta setiap hari Pengadaan depo/ floor stock ruangan: dilakukan setiap 3 hari sekali (masing” ruangan terjadwal)
  • 21. 4. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. Hal yang perlu dicek saat penerimaan • Kebenaran nama, jenis dan kekuatan sediaan, jumlah • Nomor bets, tanggal Exp • Kondisi kemasan termasuk segel Sesuai Tandatangan faktur disertai cap dan stempel Tidak sesuai Barang dikembalikan + fakturnya Barang datang dari distributor TDT, cap, dan BAP Diterima oleh petugas Dilakukan pengecekan Alur penerimaan :
  • 22. 5. Penyimpanan Perbekalan farmasi di Gudang Farmasi disimpan berdasarkan:  Jenis Obat, obat dibedakan berdarkan jenisnya, yaitu jenis obat generik regular, ekatalog atau obat dengan merek dagang. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan alfabetis.  Bentuk sediaan: solid, likuid, semisolid dan alat kesehatan  LASA (Look Alike Sound Alike) diberi label  Obat High Alert diberi tanda label warna merah dengan tulisan High Alert berwarna putih, disimpan dalam lemari terpisah.  Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari double pintu, double kunci dengan penanggung jawab apoteker dan asisten apoteker penanggung jawab perbekalan  Obat-obatan yang harus disimpan pada tempat penyimpanan khusus seperti insulin, ovulae, suppositoria, hormon disimpan pada lemari pendingin dengan suhu udara yang terkontrol.  Bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan diruangan dan lemari B3 terpisah dan perbekalan farmasi lainnya  Alat/bahan habis pakai dan alat kesehatan disimpan di ruangan terpisah dan ditempatkan pada rak/ lemari tersendiri
  • 24. 6. Pendistribusian Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Floor stock  Stok di ruangan didelegasikan ke perawat Individual praescribing  Resep untuk rawat jalan, pasien pulang, ugd UDD (Unit dose dispensing)  Untuk pasien rawat inap  Dikemas untuk 1 kali minum selama 1 hari
  • 25. Pendistribusian dimasing-masing Rumah Sakit Desentralisasi Edelweiss Majalaya Advent Santosa Hasan sadikin Pindad Al Ihsan Muhammadiyah Bandung Kiwari Cicendo Rotinsulu Salamun Metode distribusi  Floor stok  Individual prescribing  ODD (One Daily Dose)  UDD (Unit Dose Dispensing)  Kombinasi Depo membuat permintaan Diterima petugas Gudang dan diinput Barang disiapkan petugas gudang Dikirim tiap depo
  • 26. Individual Prescription Floor Stock Unit Dose Dispensing One Daily Dose Pengertian Distribusi perbekalan farmasi yang disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep perorangan. Sistem distribusi obat dengan cara menyediakan semua obat yang dibutuhkan di ruang rawat atau unit tertentu. Sistem distribusi obat dengan cara permintaan resep per pasien diberikan dalam dosis unit tunggal atau ganda untuk 1x pemakaian dalam waktu 1 hari Sistem distribusi obat dengan cara permintaan resep per pasien disiapkan untuk 1hari pemakaian Keuntungan  Semua resep dikaji langsung oleh apoteker  Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan pasien  Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat  Pelayanan lebih cepat  Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke IFRS.  Kebutuhan sumber daya manusia lebih sedikit  Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.  Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.  Semua dosis yang diperlukan telah disiapkan oleh IFRS Kerugian  Memerlukan waktu yang lebih lama  Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan  Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi  Meningkatnya medication eror  Penyimpanan yang tidak sesuai menjadikan kualitas obat turun  Meningkatnya kebutuhan sumber daya manusia  Meningkatnya biaya operasional Digunakan Pasien Rawat Jalan IGD, Pasien Rawat Inap Pasien Rawat Inap
  • 27. Hasan Sadikin 1. Depo Farmasi Rawat Jalan 2. Depo Farmasi Rawat Inap 3. Emergency Unit 4. ICU 5. COT (Central Operating Theater) 6. ODS (One Daily Surgery) 7. Parahyangan 8. Teratai 9. PTRM (Poli Terapi Rumatan Metadon) 10. Depo Farmasi DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) 11. MDR (TB Multi Drug Resistant) 12. Pencampuran Obat Depo Masing-Masing Rumah Sakit RSUD Al Ihsan 1. Depo Farnasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi IGD 3. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS 4. Depo Farmasi Rawat Jalan Executive (Umum, Kontraktor) 5. Depo Farmasi Hemodialisa 6. Depo Farmasi Cancer Center 7. Depo Farmasi DOTS 8. Depo Farmasi OK/Bedah Sentral 9. Depo Farmasi Cathlab
  • 28. RS Santosa 1. Depo Farmasi Rawat Inap (Berlian, Safir, Ruby) 2. Depo Farmasi IGD 3. Depo Farmasi ICU 4. Depo Farmasi OK 5. Depo Farmasi Kemoterapi 6. Depo Alkes Depo Masing-Masing Rumah Sakit RS Advent 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD 4. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS 5. Depo Farmasi OK RSUD Bandung Kiwari 1. Depo Farmasi IGD 2. Depo Farmasi OK RSUD Majalaya 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD 4. Depo Farmasi OK
  • 29. RS Rotinsulu 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD Depo Masing-Masing Rumah Sakit RS Mata Cicendo 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan (Paviliun, Reguler lantai 1 dan 3) 3. Depo Farmasi IGD 4. Depo Farmasi OK RS Edelweiss 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD 4. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS 4. Depo Farmasi Kemoterapi RS Salamun 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD
  • 30. RSU Pindad 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Gudang Depo Masing-Masing Rumah Sakit RS Muhamadiyah 1. Depo Farmasi Rawat Inap 2. Depo Farmasi Rawat Jalan 3. Depo Farmasi IGD 4. Depo Farmasi OK
  • 31. 7. Pemusnahan  Produk tidak memenuhi persyaratan mutu  Telah kadaluwarsa  Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan  Dicabut izin edarnya. Dilakukan apabila : Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:  Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan  Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan  Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait  Menyiapkan tempat pemusnahan  Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
  • 32. 8. Penarikan Penarikan / Recall  Mandatory Recall  Penarikan produk obat dan/ bahan obat yang diperintahkan oleh Kepala BPOM  Voluntary Recall  Penarikan Mandiri produk obat dan/bahan obat yang diperintahkan oleh pemilik izin edar
  • 33. 9. Pengendalian Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit pelayanan Ketersediaan  Perencanaan  Evaluasi perencanaan  SOP obat tidak tersedia Penggunaan  Memperkirakan pemakaian rata-rata periode tertentu  Menentukan stok optimum dan stok pengaman  Menentukan waktu tunggu (leadtime) Kehilangan/kerusakan  Stok opname  Penggunaan kartu stok
  • 34. Rumah Sakit Kartu Stok Stock Opname Expired Date Advent √ Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF Al – ihsan √ Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF Bandung Kiwari √ Setiap 6 bulan sekali Sistem cycling counting Cicendo √ Setiap 1 bulan sekali Edelwis √ Setiap 6 bulan sekali Slow moving, death stock, ED dekat : Retur Rolling stock ke depo fast moving Hasan Sadikin √ Setiap 6 bulan sekali Majalaya √ Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF Muhammadiyah √ Setiap 6 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF Pindad √ Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF Rotinsulu √ Setiap 1 bulan sekali Salamun √ Setiap 1 bulan sekali (unit) Setiap 6 bulan sekali keseluruhan Santosa √ Setiap hari (Current stock) Setiap 1 bulan sekali dan akhir tahun Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja dengan dokter atau retur ke PBF
  • 35. 10. Administrasi Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun). - Pelaporan bulanan: Pelaporan SO, pelaporan penggunaan obat Narkotika dan Psikotropika melalui SIPNAP, pelaporan obat prekursor, obat anti TB (OAT) dan obat anti Retroviral (ARV) dilakukan tiap bulan ke Dinas Kesehatan Pencatatan Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi sediaan farmasi Alkes dan BMHP yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Pencatatan dapat dilakukan dalam bentuk digital (Stok Opname) atau manual (Kartu stok Pelaporan
  • 37. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP Persyaratan Administratif Persyaratan Farmasetik Persyaratan Klinis  Nama, Umur, Jenis Kelamin, Berat Badan Dan Tinggi Badan Pasien  Nama, Nomor Ijin, Alamat Dan Paraf Dokter  Tanggal Resep  Ruangan/Unit Asal Resep  Nama Obat, Bentuk Dan Kekuatan Sediaan;  Dosis Dan Jumlah Obat;  Stabilitas  Aturan Dan Cara Penggunaan  Ketepatan Indikasi, Dosis Dan Waktu Penggun  Duplikasi Pengobatan; aan Obat  Alergi Dan Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD);  Kontraindikasi; Dan  Interaksi Obat. PELAYANAN RESEP Pelayanan Resep dimulai dari Penerimaan, Pemeriksaan Ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP termasuk Peracikan Obat, serta Penyerahan obat disertai pemberian informasi.
  • 38. Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan Alur di RS ADVENT
  • 40. Alur Pelayanan Resep Rawat Inap Resep atau ODD : Dilakukan skrining resep oleh Apoteker (Persyaratan administrasi, farmasetik, dan klinis telaah resep) RESEP PULANG RESEP ODD ITEM OBAT INPUT DIBERIKAN SESUAI UDD DENGAN MENGECEK KESESUAIAN DOSIS PERHARI PRINT OUT FAKTUR RETURN
  • 41. Sistem Distribusi Resep Rawat Inap ODD sebelumnya sudah diisi oleh perawat ruangan sesuai dengan intruksi dokter ODD diambil oleh petugas farmasi Dilakukan pengecekan ke loker obat pasien (sesuaikan jumlahdosis dengan jumlah yang diminta) Dilakukan entry obat/alkes di Depo Farmasi Ranap Obat/Alkes disiapkansesuai print out dan dibuat etikat seusai dosis diresep Obat/Alkes dikemas dan berikan tanda dilembarODD obat/alkes yg sudah disediaksn (lakukan crosscheck) AntarkanObat/Alkes yang sudah di kemas ke loker obat pasien Konfirmasi perawat bahwa ODD selesai dikerjakan
  • 42.
  • 43. DEPO FARMASI BPJS Resep Kronis dan Non Kronis diberi nomer antiran, dilakukan skrining resep dan resep di input oleh petugas (Jika obat kosong dilakukan konfirmasi) KRONIS Pasien dengan penyakit kronis yang membutuhkan obat untuk jangka waktu 1bulan, seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, jantung, hipertensi, epilepsy, dll. 7 hari masuk tarif INA-CBGs, 23 hari masuk klaim terpisah NON KRONIS Pasien non kronis biasanya seperti resep dan poli mata, poli bedah, dan pengobatan jangka pendek. Alur pelayanan BPJS
  • 44. DEPO FARMASI CANCER CENTER Pelayanan kemoterapi Poli BedahOnkologi Hemato Onkologi Hemato Onkologi Paed Radioterapi Gynaecology Onkologi Resep treatment R/ Kemo Oral R. Kemo infus Persiapan sebelum jadwal kemoterapi atau setelah selesai siklus pengobatan kemoterapi Pasien dinyatakan harus kemoterapi Produksi Ditentukanregimen obat Rawat Jalan <3 Obat Kemo durasi < 8 jam dan cukup untuk 1 hari kemoterapi Rawat inap >3 obat atau1 obat tapi terulang selama beberapa hari, atau lamanya proses tetesan obat dalam infus Mixing Sitotoksik
  • 45. DEPO FARMASI CANCER CENTER Pelayanan Bedah BedahOnkologi Hemato Onkologi Hemato Onkologi Paed Radioterapi Gynaecology Onkologi Resep treatment R Kemo Oral Kemo infus Persiapan sebelum jadwal kemoterapi atau setelah selesai siklus pengobatan kemoterapi Pasien dinyatakan harus kemoterapi Produksi Ditentukanregimen obat Rawat Jalan <3 Obat Kemo durasi < 8 jam dan cukup untuk 1 hari kemoterapi Rawat inap >3 obat atau 1 obat tapi terulang selama beberapa hari, atau lamanya proses tetesan obat dalam infus Mixing Sitotoksik Pelayanan (Infus, Radiasi, Oral)
  • 46. Rawat Jalan Rawat Inap Pasien carter tanggal. Jika obat sedang kosong/ bed sedang penuh jarak hold pemberian kemo max 1 minggu. 1-3 hari sebelum dilakukan kemoterapi pasien di cek lab (hasil bagus) Ke farmasi tulis lama durasi pemberian obat Pasien keruangan/pulang dan di jadwalkan kemo Farmasi (dicek persyaratan dan resep obat kemoterapinya) Jika hasil lab jelek pasien dirawat atau pasien pulang dengan diberikan obat treatment Obat disiapkan (-1hari) Dilakukan drug mixing (pada hari pemberian obat kemoterapi)
  • 48. PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT Merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.  Deteksi adanya diskrepansi (perbedaan) sehingga dapat mencegah duplikasi  Deteksi Riwayat alergi obat  Mencegah terjadinya interaksi obat  Identifikasi ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi obat  Identifikasi Medication error: misal penyimpanan obat, salah jenis obat, dosisnya. Tujuan
  • 49. REKONSILIASI OBAT merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah  Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien  mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter  mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter Rekonsiliasi Masuk Rekonsiliasi Transfer Rekonsiliasi Pulang
  • 50.
  • 51. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) Adalah Kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independent, akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker. Tujuan PIO 1. Menyediakan info mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan RS dan pihak lain diluar RS 2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/sediaan farmasi, alkes dan BMHP terutama untuk tim TFT 3. Menunjang penggunaan obat yang rasional 4. Membuat kajian obat rutin 5. Membuat kajian obat untuk uji klinik 6. Mendorong penggunaan obat yang aman dengan meminimalkan efek samping 7. Mendorong penggunaan obat yang efektif dengan tercapainya tujuan terapi dan mengoptimalkan biaya terapi
  • 52. KONSELING Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Kriteria Pasien yang perlu di konseling 1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui) 2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan lain-lain) 3. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off) 4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin) 5. Pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi) 6. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah Three prime question 1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda? 2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda? 3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum/memakai obat anda?
  • 53. VISITE/ RONDE BANGSAL Kegiatan kunjungan rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri ataupun bersama tim tenaga medis untuk mengamati kondisi pasien secara langsung  Mengkaji masalah terkait obat  Memantau terapi obat & ROTD  Meningkatkan terapi obat yang rasional Tujuan  Harapan Pasien cepat pulang / sembuh
  • 54.
  • 55. VISITE RAWAT INAP INTENSIF
  • 57. PEMANTAUAN TERAPI OBAT Merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kondisi pasien yang di PTO  Pasien masuk RS dengan multi penyakit  Terapi sitostatika  Gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal  Geriatri/pediatri  Hamil dan menyusui  Pasien dengan perawatan intensif Metode SOAP S : Subjektif O : Objektif A : Assesment P : Plan Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya masalah terkait obat. Drug Related problem (DRP) 1. Seleksi obat tidak tepat 2. Dosis terlalu tinggi 3. Obat tanpa indikasi 4. Interaksi Obat 5. Indikasi tanpa obat 6. Reaksi obat yang merugikan 7. Dosis terlalu rendah 8. Gagal menerima obat
  • 58.
  • 59. MONITORING EFEK SAMPING OBAT kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Monitoring ADR di rawat jalan biasanya dilakukan ketika visite. Contoh lembar monitoring menggunakan lembar kuning dan menggunakan algoritma naranjo.
  • 60. algoritma naranjo adalah kuisioner yang dirancang oleh naranjo untuk menentukan apakah efek samping yang merugikan disebabkan oleh obat atau faktor lain. Algoritma naranjo terdiri dari 10 pertanyaan yang akan digunakan untuk menilai apakah efek merugikan tersebut memang disebabkan oleh obat.
  • 61. CONTOH KASUS MESO Sebelumnya pasien mengkonsumsi obat Kombinasi Dosis Tetap obat RHEZ. Efek samping dari RHEZ : • Rifampicin : Urine berwarna merah, mual, tidak nafsu makan • INH : Kesemutan, mual, tidak nafsu makan • Ethambutol : Gangguan penglihatan • Pyrazinamid : Asam urat, nyeri sendi Manifestasi E.S.O yang terjadi : Mual, muntah, lemas Hasil pemeriksaan lab : - Kadar SGOT 142 - Kadar SGPT 53 Tindak lanjut dan saran : OAT diberikan kepada pasien lalu bila ada keluhan mual, muntah, OAT distop. Dilanjutkan dengan E dan S (Etambutol dan Streptomisin).
  • 62. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Jenis EPO 1. EPO Kuantitatif : Pola peresepan obat, Pola penggunaan obat 2. EPO Kualitatif: • kerasionalan penggunaan (indikasi dosis rute pemberian, hasil terapi) • Farmakoekonomi (CMA, CEA, CBA, CUA) Tujuan EPO yaitu: 1. Mendorong penggunaan obat yang rasional 2. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan 3. Menurunkan pembiayaan yang tidak perlu
  • 63. TROLLEY EMERGENCY Digunakan untuk kondisi darurat  Kondisi henti jantung  Kondisi henti nafas Ketika obat yang ada dalam trolley emergency dipakai, wajib di ganti max 24 jam
  • 64. DISPENSING DAN PENANGANAN SEDIAAN STERIL Penanganan sediaan sitostatika dilakukan dibagian CA Center (kanker terpadu) yang dilakukan oleh Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian yang telah mengikuti pelatihan. Pencampuran sediaan sitostatika dilakukan diruang khusus serta menggunakan Biological Safety Cabinet (BSC) Kelas III, CDSC dengan alat pelindung diri (APD) lengkap.
  • 65. ALUR PELAKSANAAN DISPENSING OBAT SITOTOKSIK
  • 66. TOTAL NUTRISI PARENTERAL Total nutrisi parenteral adalah metode pemberian nutrisi yang tidak melalui oral melainkan melalui jalur lain sperti pembuluh darah atau intravena. Kondisi pasien yang diberikan TPN 1. Pasien yang menderita kurang gizi 2. Pasien persiapan kemoterapi dan radioterapi 3. Pasien yang menderita kelainan saluran cerna yang berat atau berkelanjutan yang akan melakukan pembedahan besar yang mengalami koma yang berkepanjangan 4. Penderita yang menolak makan 5. Beberapa pasien dengan gangguan ginjal atau hati Perhitungan TPN : Tetes/menit = jumlah cairan yang masuk x faktor tetes lamanya infus (jam) x 60 menit
  • 67. PEMANTAUAN KADAR OBAT DALAM DARAH (PKOD) Merupakan Interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat dikarenakan adanya masalah potensial atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD  Memastikan kadar obat dalam kisaran terapi yang direkomendasikan  Sebagai referensi dalam menentukan dosis terapi obat yang optimal berdasarkan kondisi pasien  Mengelola rejimen obat
  • 68. CSSD (CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTEMENT) Central Sterile Supply Department atau Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme secara tepat dan cepat. Fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis. Penerimaan Instrumen kotor Dekontaminasi Sterilissi Distribusi instrument steril Alur CSSD
  • 69. MACAM – MACAM STERILISASI 1. Sterilisasi Suhu Tinggi, Uap Panas (Autoclave) (Steam Sterilization) suhu panas tinggi minimal 130°C 2. Sterilisasi Suhu Rendah Suhu minimal 73 °C  Gas etilen oksida (ethylene Oxide Sterilization) Mesin ETO selama 16 jam, khusus alat reuse khusus berlumen Contohnya ring jantung  Hydrogen Peroxide/ plasma sterilization formaldehyde Mesin plasma selama 30 menit 3. Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat Sterilization)
  • 71. INFEKSI NOSOKOMIAL Infeksi Nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena ditimbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri. Infeksi nosokomial dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak lagsung kematian pasien, kalaupun tak berakibat kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan antar pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung atau petugas rumah sakit dan dari petugas rumah sakit ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien dirawat lebih lama. Sumber penularan: 1. Penularan secara kontak 2. Penularan melalui udara dan inhalasi 3. Penularan melalui common vehicle 4. Penularan dengan perantara vektor Pencegahan Infeksi Nosokomial: 1. Cuci tangan 2. Asepsis 3. Disinfeksi dan sterilisasi di rumah sakit 4. Sanitasi lingkungan rumah sakit 5. Pengawasan infeksi 6. Pengawasan pasien 7. Pengawasan pekerja rumah sakit 8. Pengawasan lingkungan rumah sakit
  • 72. PENANGANAN LIMBAH Pada Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tujuan: 1. Pengelolaan sampah RS dapat sesuai dengan aturan yang berlaku. 2. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit dari penyebaran infeksi 3. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik,limbah infeksius, limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman 4. Mencegah pencemaran lingkungan di sekitar.
  • 73. PENANGANAN LIMBAH  Limbah Padat Rumah Sakit Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat 1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam. 2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari : a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning. b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat. c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik ungu. d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box/container. e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
  • 74. PENANGANAN LIMBAH  Limbah Cair Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi Kesehatan. Penanganannya melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
  • 75. IPAL (INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH) Alur pengelolaan limbah cair (IPAL) 1. Bak Inlet : Menerima limbah air dari ruangan ruangan yang ada di rumah sakit, limbah air di kumulatifkan di bak inlet agar homogen 2. Bak Aerasi : Penambahan oksigen, bakteri dan nutrisi untuk menguraikan zat organic 3. Bak Sedimentasi : Pemisahan antara air dengan lumpur. Lumpur akan diteruskan ke bak slugde sedangkan air akan diteruskan ke bak biofiltrasi 4. Bak Biofiltrasi : Pemisahan kembali limbah air dari lumpur yang masih tertinggal. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan media filter 5. Bak Indikator : Menggunakan indicator ikan untuk membuktikan apakah air sudah aman untuk dibuang ke sungai. Apabila terdapat ikan yang mati dalam bak maka air masih belum aman untuk dibuang ke sungai Ikan hidup = air limbah aman Ikan mati = air limbah berbahaya
  • 76. PPRA (PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI MIKROBA) Merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan. TIM PPRA Ketua  klinisi yang berminat di bidang infeksi Anggota  klinisi perwakilan SMF/bagian, keperawatan, instalasi farmasi, laboratorium mikrobiologi klinik, PPI dan PFT TUGAS DAN FUNGSI TIM PPRA 1. Menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba 2. Menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik di rumah sakit 3. Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba; 4. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikoba; 5. menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi terintegrasi; 6. Surveilans pola penggunaan antibiotik; 7. Surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik; 8. Sosialisasi 9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba; dan 10. melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada Direktur/Kepala rumah sakit.
  • 77. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK Kebijakan Umum a) Kebijakan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin. b) Kebijakan pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotic empirik dan definitive c) Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis atas indikasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum dalam ketentuan yang berlaku. Antibiotik Profilaksis Bedah adalah penggunaan antibiotic sebelum, selama, dan paling lama 24 jam pascaoperasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi luka daerah operasi.
  • 78. Kebijakan Khusus a) Pengobatan awal  Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi mengalami infeksi bakteri diberi antibiotik empiric selama 48-72 jam.  Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi  Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi b) Antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat c) Prinsip pemilihan antibiotik.  Pilihan pertama (first choice).  Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).  Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi. d) Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan automatic stop order sesuai dengan indikasi pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik, atau terapi definitif. e) Pelayanan laboratorium mikrobiologi.  Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotic dikeluarkan secara berkala setiap tahun.  Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan akurat.  Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka diupayakan adanya pemeriksaan pulasan gram KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
  • 79. TUGAS FARMASI DI PPRA  Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam formularium.  Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan antibiotik, visite ke bangsal pasien bersama tim.  Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan benar.  Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIL Kualitatif Gyssens flowchart Kuantitatif Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification dan pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan defined daily dose (DDD)/100 patient-days.
  • 80. KATEGORI HASIL PENILAIAN GYSSENS FLOWCHART Kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat dan rasional Kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik Kategori II A : tidak tepat dosis pemberian antibiotik Kategori II B : tidak tepat interval pemberian antibiotik Kategori II C : tidak tepat rute pemberian antibiotik Kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama Kategori III B : pemberian antibiotik terlalu singkat Kategori IV A : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih efektif Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih aman Kategori IV C : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih murah Kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit Kategori V : tidak ada indikasi pemberian antibiotik Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai
  • 81.  Perhitungan DDD Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang dewasa untuk indikasi utamanya. Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditemukan oleh WHO berdasarkan dosis pemeliharaan rata-rata, untuk indikasi utama pada orang dewasa BB 70 kg.  Data yang berasal dari Instalasi Farmasi berbentuk data kolektif Perhitungan numerator : Jumlah DDD = jml kemasan x jml tab per kemasan x jml gr per tab x 100 DDD antibiotik dlm gr Perhitungan denuminator : Jumlah hari - pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi
  • 82. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK Pengelompokkan / Klasifikasi AB menurut : Lini 1 : Tidak dibatasi Lini 2 : Dibawa pengawasan Lini 3 : Dibatasi, hanya dengan izin PPRA LINI 1 LINI 2 LINI 3  Aminoglycoside(Gentamicin, Kanamycin)  Penicillin (Ampicillin, Amoksilin)  Cephalosporin gen.I,II (Cefazoline)  Chloramphenicol  Fucidic acid  Lincomycin  Clindamycin  Erithromycin  Nitrofurantoin  Fluoroquinolone gen.I,II  Tetracyline  Cotrimoksazol  Fosfomycin  Cephalosporin gen III (Ceftazidime, Ceftriaxone, Cefuroxime)  Fluoroquinolone gen III-IV (Ciprofloxacin)  Ertapenem  Monobactam  Vancomycin  Teicoplanin  Linezolide  Cefepime  Cefpirome  Piperacillin-Tazo  Carbapenem(Meropenem, Imipenem)  Tigecycline
  • 83. Infeksi Komunitas Infeksi RS Pasien Rawat Jalan Lini I Lini I / II Pasien Rawat Inap : Ruangan : Ringan Sedang Lini II Lini III Berat ICU Lini II/III Lini III
  • 84. KESIMPULAN 1. Semua Rumah sakit sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian sesuai denga PMK no 72 tahun 2016 2. Dari semua Rumah Sakit tempat PKPA, yang sudah melaksanan pelayanan pengobatan kanker yaitu RS. Advent, RS Hasan Sadikin, RS Al Ihsan, RS. Santosa dan RS Edelweiss
  • 85. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. Terima Kasih