PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PKPA SHARE RUMAH SAKIT (1).pptx
1. SHARING
PKPA RUMAH
SAKIT 2023
ADVENT, AL-IHSAN, BANDUNG KIWARI,
CICENDO, EDELWEISS, HASAN SADIKIN,
MAJALAYA, MUHAMMADIYAH,
ROTINSULU, SALAMUN, SANTOSA DAN
PINDAD
2. KELOMPOK RUMAH SAKIT
ABDUL KHADIR (B 221 001)
AKHMAD FARHAN NAJA (B 221 003
DEDE SUNARDI (B 221 012)
DESSY ANASOLITA (B 221 013)
DEVINA YULIANI (B 221 014)
EUIS NOVI NURMALASARI (B 221 018)
HANNA YULIANTI (B 221 026)
LINDA ARIANTI LESTARI (B 221 032)
M. RIFAL AFIF HIDAYATULLAH (B 221 033)
MEGA YANTI SITANGGANG (B 221 026)
MUHAMMAD NOOR REZKI (B 221 038)
MUHAMMAD NUR MAWALIT (B 221 039)
MUHAMMAD SOFYAN (B 221 041)
NURUL ANISA (B 221 050)
RAFI MAJID (B 221 054)
RIKA LIANA (B 221 061)
SAWITRI NURROHMAWATI (B 221 065)
SENDY FITRIANI (B 221 066)
TUTI MUTIA RASIDIN (B 221 073)
YOHAN ALFIANYS (B 221 077)
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat
RUMAH SAKIT
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang
PeRumahSakitan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
5. PMK Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
PENGERTIAN DASAR HUKUM
4. KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
MENURUT PP NOMOR 47 TAHUN 2021
Rumah Sakit
Umum Kelas A
Rumah Sakit
Umum Kelas B
Rumah Sakit
Umum Kelas C
Rumah Sakit
Umum Kelas D
RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT KHUSUS
Rumah Sakit
Khusus Kelas A
Rumah Sakit
Khusus Kelas B
Rumah Sakit
Khusus Kelas c
5. RSU Kelas A
- Jumlah bed min 250
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis
lain
- Pel. Medik subspesialis : 13 subspesialis
- 5 penunjang medik spesialis
RSU kelas B
- Jumlah bed min 200
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar dan 12 spesialis
lain
- Pel. Medik subspesialis : 2 subspesialis dasar
- 4 penunjang medik spesialis
RSU Kelas C
- Jumlah bed minimal 100
- Pel. Medik spesialis : 4 spesialis dasar
- 4 penunjang medik spesialis
RSU Kelas D/D Pratama
- Jumlah bed min 50
- 2 pel. Spesialis dasar,
RS khusus Kelas A
- Jumlah bed min 100
RS khusus kelas B
- Jumlah bed min 75
RS khsusus Kelas C
- Jumlah bed minimal 25
Kecuali untuk Rumah Sakit Khusus gigi dan mulut, Mata,
telinga hidung tengkorak dan bedah kepala leher
Gigi dan mulut
A : min 14 bed rawat inap , dan 75 dental unit
B : min 12 bed rawat inap, dan 50 dental unit
C : min 10 bed rawat inap, dan 25 dental unit
Mata dan Telinga hidung tenggorak dan bedah kepala leher
A : min 40 bed
B : min 25 bed
C : min 15 bed
BERDASARKAN JENIS PELAYANAN
6. AKREDITASI RUMAH SAKIT
adalah pengakuan terhadap mutu pelayananRumah
Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit
telah memenuhi Standar Akreditasi
7.
8. Rumah Sakit Klasifikasi RS Jumlah bed Akreditasi
Advent A 254 Paripurna
Al – Ihsan B 217 Paripurna
Bandung Kiwari B 246 Pripurna
Cicendo (RS Khusus) A 104 Paripurna
Edelwis C 177 Paripurna
Hasan Sadikin A 944 Paripurna
Majalaya B 317 Paripurna
Muhammadiyah C 180 Paripurna
Pindad C 120 Paripurna
Rotinsulu (RS Khusus) A 153 Paripurna
Salamun B 210 Paripurna
Santosa A 400 Paripurna
9. KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Salah satu Komite/Tim yang ada di rumah sakit yang menyelenggarakan fungsi tertentu di rumah sakit
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Organisasi dan Kegiatan
Anggota : dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
yang di perlukan.
Ketua : dokter atau apoteker Sekretaris : Apabila
diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah
apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter
Rapat : rapat secara teratur paling sedikit 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan
sekali dalam 1 (satu) bulan
Peran KFT/PFT
1. Menyusun program kerja
2. Mengembangkan kebijakan tentang
pengembangan obat di rumah sakit
3. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan
masuk dalam formularium RS
4. Mengembangkan standar farmasi
5. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan
obat - Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan
penggunaan obat
6. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan
penggunaan obat
10. FORMULARIUM RUMAH SAKIT
mengutamakan penggunaan Obat generik;
memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-
risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita
mutu terjamin, termasuk stabilitas dan
bioavailabilitas;
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
menguntungkan dalam hal kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien;
memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost
ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lansung; dan
Kriteria pemilihan obat formularium RS
praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan;
Obat lain yang terbukti paling efektif secara
ilmiah dan aman (evidence based
medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau
11. PMK No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Pengelolaan sediaan Farmasi,
Alkes dan BMHP
1. Pemilihan
2. Perencanaan Kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pemusnahan Dan Penarikan
8. Pengendalian
9. Administrasi
Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
2. Penelusuran Riwayat
Penggunaan Obat
3. Rekonsiliasi Obat
4. Pelayanan Informasi Obat
5. Konseling
6. Visite / Ronde Bangsal
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
8. Monitoring Efek Samping Obat
(MESO)
9. Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO)
10. Dispensing Sediaan Steril
11. Pemeriksaan Kadar Obat dalam
Darah
13. 1. Pemilihan
Pemilihan adalah
kegiatan untuk
menetapkan jenis
Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis
Habis Pakai
sesuai dengan
kebutuhan.
FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN OBAT
FORNAS dan CLINICAL PATHWAY
Pola penyakit
Efektifitas dan keamanan
Evidence based medicine
Mutu
Harga
Ketersediaan di pasaran.
14. Membuat usulan
rekapitulasi masing-
masing SMF
Mengembalikan
rancangan ke SMF
Menyusun
kebijakan &
Pedoman
KFT : Komite Farmasi dan Terapi
SMF : Staf Medik Fungsional
Melakukan edukasi
Formularium RS ke
Staf
Melakukan
pengelompokan
berdasarkan kelas terapi
Membuat usulan
dalam rapat KFT
Menetapkan daftar
obat yg masuk
Formularium RS
Membahas umpan
balik dari SMF
Ditetapkan
formularium RS
oleh DIrektur
15. 2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan
Farmasi, Alkes, dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien
Setiap unit depo dan poli membuat
RKBF
setiap bulan berdasarkan konsumsi
Dikumpulkan via email ke
petugas perbekalan
Gudang farmasi
Dibuat surat ke bagian penunjang
medik
ajukan perencanaan
direktur RS
Ajukan perecanaan ke kepala
Instalasi Farmasi RS
Jika ACC, turun ke
KPA
Turun ke PPK, Dibuatkan SP
Dibuatkan Surat Pesanan
Ke Distributor
Hasil diberikan kepada Apoteker
perbekalan farmasi untuk
disesuaikan anggaran
Dikelola dengan menjumlahkan
semua data, dipisahkan kebutuhan
untuk barang brandid dan BPJS
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
16. Perencanaan
Epidemiologi
Adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit, data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit dan
standar pengobatan yang ada
Keunggulan
- Perkiraan kebutuhan mendekati
kebenaran
- Standar pengobatan mendukung
usaha memperbaiki pola penggunaan
obat
Kelemahan
- Membutuhkan waktu dan tenaga
terampil
- Data penyakit sulit diperoleh secara
pasti
- Perlu penatatan dan pelaporan yang
baik
Konsumsi
adalah metode yang didasarkan atas
analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya
Rumus
A = (B+C+D) - E
A = Rencana pengadaan B = Pemakaian
rata-rata x 12 bulan C = Stok Pengaman
10% - 20% D = Waktu tunggu 3 – 6
bulan E = Sisa stok
Keunggulan
- Mudah dilakukan
- Data akurat
- Tidak butuh data penyakit dan standar
terapi
Kelemahan
- Memakan waktu lebih banyak
- Aspek medik pemakaian obat tidak
dapat dipantau
Kombinasi
adalah metode kombinasi antara
metode konsumsi dan metode
epidemologi.
17. Evaluasi Perencanaan
ANALISA ABC
A = 70%
B = 20%
C = 10%
VEN
Vital life saving
Essensial epidemiologi penyakit
Non essensial supplemen
Pengelompokan VEN dikonsuktasikan
dengan Komite Farmasi dan Terapi
Kombinasi ABC-VEN
A B C Kategori
V VA VB VC Prioritas
E EA EB EC Utama
N NA NB NC Tambahan
19. 3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan
yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
sesuai standar mutu. Pemilihan distributor dilihat dari kecepatan pengiriman, harga, kreadibilitas pbf.
Pembelian
Tender terbuka
Tender tertutup
Pembelian langsung
Lelang
Produksi
Non steril
Racikan
NaCl kapsul
Pengenceran
H202
Acid salicyl
Sumbangan
Expired dekat
Obat program
Dinkes (OAT, ARV)
Dari Dinkes untuk
kebutuhan
Pandemi
20. Pengadaan Dimasing-masing Rumah Sakit
Advent
Pengadaan depo farmasi : defecta
tiap minggu 2 kali
Pengadaan Gudang : 1 bulan
sekali (mengikuti stok komputer)
Al –ihsan
Pengadaan Gudang : pembelian, konsinyasi,
dan sumbangan
Pengadaan Depo : defecta obat 1 minggu 3x
Muhammadiyah
Pengadaan
dilakukan setiap hari
Hasan Sadikin
Pengadaan Gudang : 6 bulan sekali
Salamun
setiap 1 bulan sekali dan 3 bulan sekali
sesuai dengan kebutuhan dengan
acuan kartu stock dan komputerisasi.
Santosa
1 bulan 2x (minggu 1 dan 3 )
hibah dari dinkes dan PT.
SANBE
Bandung Kiwari
Pengadaan regular dg permintaan
kebutuhan dari Gudang farmasi ke
ULP 1x seminggu
Pindad
Dilakukan 2x (tengah dan akhir
bulan)
untuk 2 minggu persediaan
Rotinsulu
Ekatalog dan non ekatalog
ID paket > 200 jt : PPK
ID Paket < 200 jt : POKJA
Majalaya
Tiap minggu dengan
defecta manual
Cicendo
Pengadaan tidak langsung : lelang
Pengadaan langsung : ekatalog, penunjukan
langsung, pembelian langsung
Edelwis
Pengadaan gudang : pengadaan dilakukan 2x (awal bulan dan
tengah bulan), konsinyasi (untuk BMHP Tindakan OK dan radiologi)
Pengadaan depo farmasi, IGD, BPJS : defekta setiap hari
Pengadaan depo/ floor stock ruangan: dilakukan setiap 3 hari sekali
(masing” ruangan terjadwal)
21. 4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.
Hal yang perlu dicek saat penerimaan
• Kebenaran nama, jenis dan kekuatan sediaan, jumlah
• Nomor bets, tanggal Exp
• Kondisi kemasan termasuk segel
Sesuai
Tandatangan faktur disertai
cap dan stempel
Tidak sesuai
Barang dikembalikan + fakturnya
Barang datang dari distributor TDT, cap, dan BAP
Diterima oleh petugas Dilakukan pengecekan
Alur penerimaan :
22. 5. Penyimpanan
Perbekalan farmasi di Gudang Farmasi disimpan berdasarkan:
Jenis Obat, obat dibedakan berdarkan jenisnya, yaitu jenis obat generik regular, ekatalog atau
obat dengan merek dagang. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan alfabetis.
Bentuk sediaan: solid, likuid, semisolid dan alat kesehatan
LASA (Look Alike Sound Alike) diberi label
Obat High Alert diberi tanda label warna merah dengan tulisan High Alert berwarna putih,
disimpan dalam lemari terpisah.
Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari double pintu, double kunci dengan
penanggung jawab apoteker dan asisten apoteker penanggung jawab perbekalan
Obat-obatan yang harus disimpan pada tempat penyimpanan khusus seperti insulin, ovulae,
suppositoria, hormon disimpan pada lemari pendingin dengan suhu udara yang terkontrol.
Bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan diruangan dan lemari B3 terpisah dan
perbekalan farmasi lainnya
Alat/bahan habis pakai dan alat kesehatan disimpan di ruangan terpisah dan ditempatkan pada
rak/ lemari tersendiri
24. 6. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Floor stock
Stok di ruangan didelegasikan ke perawat
Individual praescribing
Resep untuk rawat jalan, pasien pulang, ugd
UDD (Unit dose dispensing)
Untuk pasien rawat inap
Dikemas untuk 1 kali minum selama 1 hari
25. Pendistribusian dimasing-masing Rumah Sakit
Desentralisasi
Edelweiss
Majalaya
Advent
Santosa
Hasan sadikin
Pindad
Al Ihsan
Muhammadiyah
Bandung Kiwari
Cicendo
Rotinsulu
Salamun
Metode distribusi
Floor stok
Individual prescribing
ODD (One Daily Dose)
UDD (Unit Dose
Dispensing)
Kombinasi
Depo
membuat
permintaan
Diterima petugas
Gudang dan diinput
Barang disiapkan
petugas gudang
Dikirim tiap
depo
26. Individual Prescription Floor Stock Unit Dose
Dispensing
One Daily Dose
Pengertian Distribusi perbekalan farmasi yang
disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS
sesuai yang tertulis pada resep
perorangan.
Sistem distribusi obat dengan cara
menyediakan semua obat yang
dibutuhkan di ruang rawat atau unit
tertentu.
Sistem distribusi
obat dengan cara
permintaan resep
per pasien
diberikan dalam
dosis
unit tunggal atau
ganda untuk 1x
pemakaian dalam
waktu 1 hari
Sistem distribusi
obat dengan cara
permintaan resep
per pasien
disiapkan untuk
1hari pemakaian
Keuntungan Semua resep dikaji langsung oleh
apoteker
Memberikan kesempatan interaksi
profesional antara apoteker, dokter,
perawat, dan pasien
Memungkinkan pengendalian yang
lebih dekat
Pelayanan lebih cepat
Menghindari pengembalian
perbekalan farmasi yang tidak
terpakai ke IFRS.
Kebutuhan sumber daya
manusia lebih sedikit
Pasien hanya membayar
perbekalan farmasi yang
dikonsumsinya saja.
Mengurangi kesalahan pemberian
perbekalan farmasi.
Semua dosis yang diperlukan telah
disiapkan oleh IFRS
Kerugian Memerlukan waktu yang lebih lama
Pasien membayar obat yang
kemungkinan tidak digunakan
Kemungkinan hilangnya
perbekalan farmasi tinggi
Meningkatnya medication eror
Penyimpanan yang tidak
sesuai menjadikan kualitas
obat turun
Meningkatnya kebutuhan sumber
daya manusia
Meningkatnya biaya operasional
Digunakan Pasien Rawat Jalan IGD, Pasien Rawat Inap Pasien Rawat Inap
27. Hasan Sadikin
1. Depo Farmasi Rawat Jalan
2. Depo Farmasi Rawat Inap
3. Emergency Unit
4. ICU
5. COT (Central Operating Theater)
6. ODS (One Daily Surgery)
7. Parahyangan
8. Teratai
9. PTRM (Poli Terapi Rumatan
Metadon)
10. Depo Farmasi DOTS (Directly
Observed Treatment, Short-course)
11. MDR (TB Multi Drug Resistant)
12. Pencampuran Obat
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RSUD Al Ihsan
1. Depo Farnasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi IGD
3. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS
4. Depo Farmasi Rawat Jalan Executive
(Umum, Kontraktor)
5. Depo Farmasi Hemodialisa
6. Depo Farmasi Cancer Center
7. Depo Farmasi DOTS
8. Depo Farmasi OK/Bedah Sentral
9. Depo Farmasi Cathlab
28. RS Santosa
1. Depo Farmasi Rawat Inap
(Berlian, Safir, Ruby)
2. Depo Farmasi IGD
3. Depo Farmasi ICU
4. Depo Farmasi OK
5. Depo Farmasi Kemoterapi
6. Depo Alkes
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Advent
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi Rawat Jalan
BPJS
5. Depo Farmasi OK
RSUD Bandung Kiwari
1. Depo Farmasi IGD
2. Depo Farmasi OK
RSUD Majalaya
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
29. RS Rotinsulu
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Mata Cicendo
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
(Paviliun, Reguler lantai 1 dan
3)
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
RS Edelweiss
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi Rawat Jalan BPJS
4. Depo Farmasi Kemoterapi
RS Salamun
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
30. RSU Pindad
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Gudang
Depo Masing-Masing Rumah Sakit
RS Muhamadiyah
1. Depo Farmasi Rawat Inap
2. Depo Farmasi Rawat Jalan
3. Depo Farmasi IGD
4. Depo Farmasi OK
31. 7. Pemusnahan
Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
Telah kadaluwarsa
Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan
Dicabut izin edarnya.
Dilakukan apabila :
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang akan dimusnahkan
Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait
Menyiapkan tempat pemusnahan
Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
32. 8. Penarikan
Penarikan / Recall
Mandatory Recall Penarikan produk obat dan/ bahan obat yang
diperintahkan oleh Kepala BPOM
Voluntary Recall Penarikan Mandiri produk obat dan/bahan obat
yang diperintahkan oleh pemilik izin edar
33. 9. Pengendalian
Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit pelayanan
Ketersediaan
Perencanaan
Evaluasi
perencanaan
SOP obat tidak
tersedia
Penggunaan
Memperkirakan pemakaian
rata-rata periode tertentu
Menentukan stok optimum dan
stok pengaman
Menentukan waktu tunggu
(leadtime)
Kehilangan/kerusakan
Stok opname
Penggunaan kartu
stok
34. Rumah Sakit Kartu Stok Stock Opname Expired Date
Advent √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Al – ihsan √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Bandung Kiwari √ Setiap 6 bulan sekali Sistem cycling counting
Cicendo √ Setiap 1 bulan sekali
Edelwis √
Setiap 6 bulan sekali Slow moving, death stock, ED dekat : Retur
Rolling stock ke depo fast moving
Hasan Sadikin √ Setiap 6 bulan sekali
Majalaya √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Muhammadiyah √
Setiap 6 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Pindad √
Setiap 1 bulan sekali Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
Rotinsulu √ Setiap 1 bulan sekali
Salamun √
Setiap 1 bulan sekali (unit)
Setiap 6 bulan sekali
keseluruhan
Santosa √
Setiap hari (Current stock)
Setiap 1 bulan sekali dan
akhir tahun
Obat yang ED dekat dan jarang keluar, dilakukan kerja
dengan dokter atau retur ke PBF
35. 10. Administrasi
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun). - Pelaporan bulanan: Pelaporan SO, pelaporan penggunaan
obat Narkotika dan Psikotropika melalui SIPNAP, pelaporan obat
prekursor, obat anti TB (OAT) dan obat anti Retroviral (ARV) dilakukan
tiap bulan ke Dinas Kesehatan
Pencatatan Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi sediaan farmasi Alkes dan BMHP yang keluar dan
masuk di lingkungan IFRS. Pencatatan dapat dilakukan dalam
bentuk digital (Stok Opname) atau manual (Kartu stok
Pelaporan
37. PENGKAJIAN DAN PELAYANAN RESEP
Persyaratan
Administratif
Persyaratan
Farmasetik
Persyaratan Klinis
Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Berat
Badan Dan Tinggi
Badan Pasien
Nama, Nomor Ijin,
Alamat Dan Paraf
Dokter
Tanggal Resep
Ruangan/Unit Asal
Resep
Nama Obat, Bentuk
Dan Kekuatan
Sediaan;
Dosis Dan Jumlah
Obat;
Stabilitas
Aturan Dan Cara
Penggunaan
Ketepatan Indikasi,
Dosis Dan Waktu
Penggun
Duplikasi
Pengobatan; aan
Obat
Alergi Dan Reaksi
Obat Yang Tidak
Dikehendaki (ROTD);
Kontraindikasi; Dan
Interaksi Obat.
PELAYANAN RESEP
Pelayanan Resep dimulai dari Penerimaan, Pemeriksaan Ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi,
Alkes dan BMHP termasuk Peracikan Obat, serta Penyerahan obat disertai pemberian informasi.
40. Alur Pelayanan Resep Rawat Inap
Resep atau ODD : Dilakukan skrining resep oleh Apoteker (Persyaratan administrasi, farmasetik,
dan klinis telaah resep)
RESEP PULANG RESEP ODD
ITEM OBAT INPUT
DIBERIKAN SESUAI UDD
DENGAN MENGECEK
KESESUAIAN DOSIS
PERHARI
PRINT OUT
FAKTUR
RETURN
41. Sistem Distribusi Resep Rawat Inap
ODD sebelumnya sudah
diisi oleh perawat
ruangan sesuai dengan
intruksi dokter
ODD diambil
oleh petugas
farmasi
Dilakukan pengecekan
ke loker obat pasien
(sesuaikan jumlahdosis
dengan jumlah yang
diminta)
Dilakukan entry obat/alkes
di Depo Farmasi Ranap
Obat/Alkes disiapkansesuai
print out dan dibuat etikat
seusai dosis diresep
Obat/Alkes dikemas dan
berikan tanda dilembarODD
obat/alkes yg sudah
disediaksn (lakukan
crosscheck)
AntarkanObat/Alkes
yang sudah di kemas
ke loker obat pasien
Konfirmasi perawat
bahwa ODD selesai
dikerjakan
42.
43. DEPO FARMASI BPJS
Resep Kronis dan Non Kronis diberi nomer antiran,
dilakukan skrining resep dan resep di input oleh petugas (Jika
obat kosong dilakukan konfirmasi)
KRONIS
Pasien dengan penyakit kronis yang membutuhkan obat
untuk jangka waktu 1bulan, seperti untuk pengobatan
penyakit diabetes, jantung, hipertensi, epilepsy, dll.
7 hari masuk tarif INA-CBGs, 23 hari masuk klaim terpisah
NON KRONIS
Pasien non kronis biasanya seperti resep dan poli mata, poli
bedah, dan pengobatan jangka pendek.
Alur pelayanan BPJS
44. DEPO FARMASI CANCER CENTER
Pelayanan
kemoterapi
Poli
BedahOnkologi
Hemato Onkologi
Hemato Onkologi Paed
Radioterapi
Gynaecology Onkologi
Resep treatment R/ Kemo Oral R. Kemo infus
Persiapan sebelum jadwal
kemoterapi atau setelah
selesai siklus pengobatan
kemoterapi
Pasien dinyatakan harus
kemoterapi
Produksi
Ditentukanregimen
obat
Rawat Jalan <3 Obat
Kemo durasi < 8 jam
dan cukup untuk 1 hari
kemoterapi
Rawat inap >3 obat atau1
obat tapi terulang selama
beberapa hari, atau
lamanya proses tetesan
obat dalam infus
Mixing Sitotoksik
45. DEPO FARMASI CANCER CENTER
Pelayanan Bedah
BedahOnkologi
Hemato Onkologi
Hemato Onkologi Paed
Radioterapi
Gynaecology Onkologi
Resep treatment R Kemo Oral Kemo infus
Persiapan sebelum jadwal
kemoterapi atau setelah
selesai siklus pengobatan
kemoterapi
Pasien dinyatakan harus
kemoterapi
Produksi
Ditentukanregimen
obat
Rawat Jalan <3 Obat
Kemo durasi < 8 jam
dan cukup untuk 1 hari
kemoterapi
Rawat inap >3 obat atau 1
obat tapi terulang selama
beberapa hari, atau
lamanya proses tetesan
obat dalam infus
Mixing Sitotoksik
Pelayanan
(Infus, Radiasi, Oral)
46. Rawat Jalan Rawat Inap
Pasien carter tanggal.
Jika obat sedang kosong/ bed
sedang penuh jarak hold
pemberian kemo max 1 minggu.
1-3 hari sebelum
dilakukan kemoterapi
pasien di cek lab
(hasil bagus)
Ke farmasi tulis lama
durasi pemberian obat
Pasien
keruangan/pulang
dan di jadwalkan
kemo
Farmasi (dicek
persyaratan dan
resep obat
kemoterapinya)
Jika hasil lab jelek
pasien dirawat atau
pasien pulang dengan
diberikan obat treatment
Obat disiapkan (-1hari)
Dilakukan drug mixing
(pada hari pemberian obat
kemoterapi)
48. PENELUSURAN RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT
Merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang
pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat pasien.
Deteksi adanya diskrepansi (perbedaan) sehingga dapat mencegah duplikasi
Deteksi Riwayat alergi obat
Mencegah terjadinya interaksi obat
Identifikasi ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi obat
Identifikasi Medication error: misal penyimpanan obat, salah jenis obat,
dosisnya.
Tujuan
49. REKONSILIASI OBAT
merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang
telah didapat pasien
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah
Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan pasien
mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter
mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
Rekonsiliasi Masuk Rekonsiliasi Transfer Rekonsiliasi Pulang
50.
51. PELAYANAN INFORMASI OBAT
(PIO)
Adalah Kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi
obat yang independent, akurat,
tidak bias, terkini, dan
komprehensif yang dilakukan oleh
apoteker.
Tujuan PIO
1. Menyediakan info mengenai obat kepada
pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
RS dan pihak lain diluar RS
2. Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan
obat/sediaan farmasi, alkes dan BMHP
terutama untuk tim TFT
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional
4. Membuat kajian obat rutin
5. Membuat kajian obat untuk uji klinik
6. Mendorong penggunaan obat yang aman
dengan meminimalkan efek samping
7. Mendorong penggunaan obat yang efektif
dengan tercapainya tujuan terapi dan
mengoptimalkan biaya terapi
52. KONSELING
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Kriteria Pasien yang perlu di konseling
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri,
gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui)
2. Pasien dengan terapi jangka
panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dan lain-lain)
3. Pasien yang menggunakan obat-obatan
dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off)
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan
indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin)
5. Pasien yang menggunakan banyak Obat
(polifarmasi)
6. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan
rendah
Three prime question
1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat anda?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan
setelah minum/memakai obat anda?
53. VISITE/ RONDE BANGSAL
Kegiatan kunjungan rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri ataupun bersama tim tenaga medis untuk mengamati kondisi
pasien secara langsung
Mengkaji masalah terkait obat
Memantau terapi obat & ROTD
Meningkatkan terapi obat yang rasional
Tujuan Harapan Pasien cepat pulang / sembuh
57. PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang
aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kondisi
pasien yang di PTO
Pasien masuk RS dengan multi penyakit
Terapi sitostatika
Gangguan fungsi organ terutama hati dan
ginjal
Geriatri/pediatri
Hamil dan menyusui
Pasien dengan perawatan intensif
Metode SOAP
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
P : Plan
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
masalah terkait obat. Drug Related problem
(DRP)
1. Seleksi obat tidak tepat
2. Dosis terlalu tinggi
3. Obat tanpa indikasi
4. Interaksi Obat
5. Indikasi tanpa obat
6. Reaksi obat yang merugikan
7. Dosis terlalu rendah
8. Gagal menerima obat
58.
59. MONITORING EFEK SAMPING OBAT
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Monitoring ADR di rawat jalan biasanya dilakukan ketika visite. Contoh
lembar monitoring menggunakan lembar kuning dan menggunakan algoritma naranjo.
60. algoritma naranjo adalah kuisioner yang
dirancang oleh naranjo untuk
menentukan apakah efek samping yang
merugikan disebabkan oleh obat atau
faktor lain. Algoritma naranjo terdiri dari
10 pertanyaan yang akan digunakan
untuk menilai apakah efek merugikan
tersebut memang disebabkan oleh obat.
61. CONTOH KASUS MESO
Sebelumnya pasien mengkonsumsi obat Kombinasi Dosis
Tetap obat RHEZ. Efek samping dari RHEZ :
• Rifampicin : Urine berwarna merah, mual, tidak nafsu
makan
• INH : Kesemutan, mual, tidak nafsu makan
• Ethambutol : Gangguan penglihatan
• Pyrazinamid : Asam urat, nyeri sendi
Manifestasi E.S.O yang terjadi : Mual, muntah, lemas
Hasil pemeriksaan lab :
- Kadar SGOT 142
- Kadar SGPT 53
Tindak lanjut dan saran : OAT diberikan kepada pasien lalu
bila ada keluhan mual, muntah, OAT distop. Dilanjutkan
dengan E dan S (Etambutol dan Streptomisin).
62. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan
program evaluasi penggunaan Obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Jenis EPO
1. EPO Kuantitatif : Pola peresepan obat, Pola
penggunaan obat
2. EPO Kualitatif:
• kerasionalan penggunaan (indikasi dosis
rute pemberian, hasil terapi)
• Farmakoekonomi (CMA, CEA, CBA, CUA)
Tujuan EPO yaitu:
1. Mendorong penggunaan obat yang rasional
2. Meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan
3. Menurunkan pembiayaan yang tidak perlu
63. TROLLEY EMERGENCY
Digunakan untuk kondisi darurat
Kondisi henti jantung
Kondisi henti nafas
Ketika obat yang ada dalam trolley emergency dipakai,
wajib di ganti max 24 jam
64. DISPENSING DAN PENANGANAN
SEDIAAN STERIL
Penanganan sediaan sitostatika dilakukan dibagian CA Center (kanker terpadu) yang
dilakukan oleh Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian yang telah mengikuti
pelatihan. Pencampuran sediaan sitostatika dilakukan diruang khusus serta
menggunakan Biological Safety Cabinet (BSC) Kelas III, CDSC dengan alat
pelindung diri (APD) lengkap.
66. TOTAL NUTRISI PARENTERAL
Total nutrisi parenteral adalah metode pemberian
nutrisi yang tidak melalui oral melainkan melalui
jalur lain sperti pembuluh darah atau intravena.
Kondisi pasien yang diberikan TPN
1. Pasien yang menderita kurang gizi
2. Pasien persiapan kemoterapi dan radioterapi
3. Pasien yang menderita kelainan saluran cerna
yang berat atau berkelanjutan yang akan
melakukan pembedahan besar yang
mengalami koma yang berkepanjangan
4. Penderita yang menolak makan
5. Beberapa pasien dengan gangguan ginjal atau
hati Perhitungan
TPN : Tetes/menit = jumlah cairan yang masuk x
faktor tetes lamanya infus (jam) x 60 menit
67. PEMANTAUAN KADAR OBAT DALAM DARAH
(PKOD)
Merupakan Interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas
permintaan dari dokter yang merawat dikarenakan adanya masalah
potensial atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.
Tujuan PKOD
Memastikan kadar obat dalam kisaran terapi yang direkomendasikan
Sebagai referensi dalam menentukan dosis terapi obat yang optimal
berdasarkan kondisi pasien
Mengelola rejimen obat
68. CSSD (CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTEMENT)
Central Sterile Supply Department atau Instalasi pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan
pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua mikroorganisme secara
tepat dan cepat.
Fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan
perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima,
memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan
di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.
Penerimaan Instrumen kotor Dekontaminasi
Sterilissi
Distribusi instrument steril
Alur CSSD
69. MACAM – MACAM STERILISASI
1. Sterilisasi Suhu Tinggi, Uap Panas (Autoclave) (Steam Sterilization) suhu
panas tinggi minimal 130°C
2. Sterilisasi Suhu Rendah
Suhu minimal 73 °C
Gas etilen oksida (ethylene Oxide Sterilization)
Mesin ETO selama 16 jam, khusus alat reuse khusus berlumen
Contohnya ring jantung
Hydrogen Peroxide/ plasma sterilization formaldehyde
Mesin plasma selama 30 menit
3. Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat Sterilization)
71. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi Nosokomial ialah infeksi yang di peroleh selama
dalam perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial
biasanya timbul ketika pasien di rawat 3 x 24 jam di
rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena
ditimbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri. Infeksi
nosokomial dapat menjadi penyebab langsung maupun
tidak lagsung kematian pasien, kalaupun tak berakibat
kematian, infeksi yang bisa terjadi melalui penularan
antar pasien, bisa terjadi dari pasien ke pengunjung
atau petugas rumah sakit dan dari petugas rumah sakit
ke pasien, hal ini mengakibatkan pasien dirawat lebih
lama.
Sumber penularan:
1. Penularan secara kontak
2. Penularan melalui udara dan inhalasi
3. Penularan melalui common vehicle
4. Penularan dengan perantara vektor
Pencegahan Infeksi Nosokomial:
1. Cuci tangan
2. Asepsis
3. Disinfeksi dan sterilisasi di
rumah sakit
4. Sanitasi lingkungan rumah sakit
5. Pengawasan infeksi
6. Pengawasan pasien
7. Pengawasan pekerja rumah
sakit
8. Pengawasan lingkungan rumah
sakit
72. PENANGANAN LIMBAH
Pada Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tujuan:
1. Pengelolaan sampah RS dapat sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar
rumah sakit dari penyebaran infeksi
3. Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik,limbah infeksius, limbah
kimiawi dan farmasi) dengan aman
4. Mencegah pencemaran lingkungan di sekitar.
73. PENANGANAN LIMBAH
Limbah Padat Rumah Sakit
Limbah padat rumah sakit yang lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit adalah sesuatu yang
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, dan umumnya bersifat padat
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik hitam.
2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. limbah infeksius dan limbah patologi, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
b. limbah farmasi (obat kadaluarsa), penyimpanannya pada tempat sampah berplastik coklat.
c. limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan kemoterapi. Penyimpanannya pada tempat sampah
berplastik ungu.
d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis lainnya. Penyimpanannya pada
safety box/container.
e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis ataupun riset di laboratorium yang berkaitan dengan
zat-zat radioaktif. Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.
74. PENANGANAN LIMBAH
Limbah Cair
Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan beracun, dan radio
aktif serta darah yang berbahaya bagi Kesehatan. Penanganannya melalui IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah).
75. IPAL (INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH)
Alur pengelolaan limbah cair (IPAL)
1. Bak Inlet : Menerima limbah air dari ruangan ruangan yang ada di rumah sakit,
limbah air di kumulatifkan di bak inlet agar homogen
2. Bak Aerasi : Penambahan oksigen, bakteri dan nutrisi untuk menguraikan zat
organic
3. Bak Sedimentasi : Pemisahan antara air dengan lumpur. Lumpur akan diteruskan
ke bak slugde sedangkan air akan diteruskan ke bak biofiltrasi
4. Bak Biofiltrasi : Pemisahan kembali limbah air dari lumpur yang masih tertinggal.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan media filter
5. Bak Indikator : Menggunakan indicator ikan untuk membuktikan apakah air sudah
aman untuk dibuang ke sungai. Apabila terdapat ikan yang mati dalam bak maka air
masih belum aman untuk dibuang ke sungai
Ikan hidup = air limbah aman
Ikan mati = air limbah berbahaya
76. PPRA (PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI MIKROBA)
Merupakan upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu
dan paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
TIM PPRA
Ketua klinisi yang berminat di
bidang infeksi
Anggota klinisi perwakilan
SMF/bagian, keperawatan,
instalasi farmasi, laboratorium
mikrobiologi klinik, PPI dan PFT
TUGAS DAN FUNGSI TIM PPRA
1. Menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi antimikroba
2. Menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan antibiotik
di rumah sakit
3. Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba;
4. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikoba;
5. menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi
terintegrasi;
6. Surveilans pola penggunaan antibiotik;
7. Surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya
terhadap antibiotik;
8. Sosialisasi
9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi
antimikroba; dan
10. melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba
kepada Direktur/Kepala rumah sakit.
77. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
Kebijakan Umum
a) Kebijakan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin.
b) Kebijakan pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotic empirik dan definitive
c) Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik profilaksis atas indikasi
operasi bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum dalam ketentuan yang
berlaku.
Antibiotik Profilaksis Bedah adalah penggunaan antibiotic sebelum, selama, dan paling lama
24 jam pascaoperasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan
tujuan mencegah terjadinya infeksi luka daerah operasi.
78. Kebijakan Khusus
a) Pengobatan awal
Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi mengalami infeksi bakteri diberi antibiotik empiric selama 48-72
jam.
Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi
Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi
b) Antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat
c) Prinsip pemilihan antibiotik.
Pilihan pertama (first choice).
Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
d) Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan automatic stop order sesuai dengan indikasi
pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik, atau terapi definitif.
e) Pelayanan laboratorium mikrobiologi.
Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotic dikeluarkan secara berkala setiap tahun.
Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan akurat.
Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka diupayakan adanya pemeriksaan pulasan gram
KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
79. TUGAS FARMASI DI PPRA
Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum dalam
formularium.
Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana pasien infeksi,
melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring penggunaan antibiotik,
visite ke bangsal pasien bersama tim.
Memberikan informasi dan edukasi tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan benar.
Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIL
Kualitatif Gyssens flowchart
Kuantitatif Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification
dan pengukuran jumlah penggunaan antibiotik dengan
defined daily dose (DDD)/100 patient-days.
80. KATEGORI HASIL PENILAIAN GYSSENS FLOWCHART
Kategori 0 : Penggunaan antibiotik tepat dan rasional
Kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik
Kategori II A : tidak tepat dosis pemberian antibiotik
Kategori II B : tidak tepat interval pemberian antibiotik
Kategori II C : tidak tepat rute pemberian antibiotik
Kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama
Kategori III B : pemberian antibiotik terlalu singkat
Kategori IV A : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih aman
Kategori IV C : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IV D : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan spektrum lebih sempit
Kategori V : tidak ada indikasi pemberian antibiotik
Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai
81. Perhitungan DDD
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang dewasa
untuk indikasi utamanya. Setiap antibiotik mempunyai nilai DDD yang ditemukan oleh WHO
berdasarkan dosis pemeliharaan rata-rata, untuk indikasi utama pada orang dewasa BB 70 kg.
Data yang berasal dari Instalasi Farmasi berbentuk data kolektif
Perhitungan numerator :
Jumlah DDD = jml kemasan x jml tab per kemasan x jml gr per tab x 100
DDD antibiotik dlm gr
Perhitungan denuminator :
Jumlah hari - pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi
82. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pengelompokkan / Klasifikasi AB menurut :
Lini 1 : Tidak dibatasi
Lini 2 : Dibawa pengawasan
Lini 3 : Dibatasi, hanya dengan izin PPRA
LINI 1 LINI 2 LINI 3
Aminoglycoside(Gentamicin,
Kanamycin)
Penicillin (Ampicillin, Amoksilin)
Cephalosporin gen.I,II (Cefazoline)
Chloramphenicol
Fucidic acid
Lincomycin
Clindamycin
Erithromycin
Nitrofurantoin
Fluoroquinolone gen.I,II
Tetracyline
Cotrimoksazol
Fosfomycin
Cephalosporin gen III
(Ceftazidime, Ceftriaxone,
Cefuroxime)
Fluoroquinolone gen III-IV
(Ciprofloxacin)
Ertapenem
Monobactam
Vancomycin
Teicoplanin
Linezolide
Cefepime
Cefpirome
Piperacillin-Tazo
Carbapenem(Meropenem,
Imipenem)
Tigecycline
84. KESIMPULAN
1. Semua Rumah sakit sudah memenuhi standar
pelayanan kefarmasian sesuai denga PMK no 72 tahun
2016
2. Dari semua Rumah Sakit tempat PKPA, yang sudah
melaksanan pelayanan pengobatan kanker yaitu RS.
Advent, RS Hasan Sadikin, RS Al Ihsan, RS. Santosa
dan RS Edelweiss
85. CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.
Terima
Kasih