SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH
DALAM MELINDUNGI RAKYAT THD DAMPAK PENYALAHGUNAAN
MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN
SUTANTO
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2015
“DARI PADA WARGA DKI KENA KANKER,
LEBIH BAIK DIMARAHI PEDAGANG”, Kata AHOK
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Gubernur DKI Jakarta memilih PKL marah ketimbang akibat
makanan yang dijajakannya banyak warga DKI Jakarta yang mengalami sakit kanker., dlm inspeksi
mendadak terhadap makanan dan minuman yang dijajakan para PKL di sentra jajanan khas
Ramadan di Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat.
"Kita harus berani, orang mau marah yah terserah yang penting warga DKI jangan sampai kanker,"
ucap Ahok di Benhil, Jakarta Pusat, Sabtu (27/6/2015). Dirinya lebih baik menyarankan agar warga
DKI tidak mengkonsumsi kerupuk yang berwarna karena setelah diuji laboratorium, kerupuk
berwarna merah ternyata mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kanker.
"Itu karena banyak makan produk seperti ini nih, merah-merah zat pewarna. Kita harus tegas. Kita
mulai jajanan PKL yang kita dorong masuk ke balai Kota saja kalau tidak ada tes dari BPOM jangan
disajikan deh kasian tamu," ungkapnya.
PENDAHULUAN
 Menurut UU RI No 18 tahun 2012 tentang pangan,
menjelaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas.
 Berdasarkan hal itu pemerintah wajib mengatur bahan
pangan yang bermutu baik dan memenuhi gizi. Untuk
mencapai tujuan pemenuhan mutu dan gizi yang baik dalam
bahan makanan pemerintah menteri kesehatan mengatur
bahan tambahan pangan (BPT) yang diperbolehkan untuk
penggunaannya pada PERMENKES RI Nomor 33 Tahun
2012.
 Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang batas
maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna
 Batas maksimum Penggunaan bahan Pewarna,
pengawet, pemanis dan penguat rasa telah diatur
pada Peraturan KBPOM secara berurut yaitu:
◦ PKBPOM Nomor 37 tahun 2013 tentang batas
maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
pewarna,
◦ PKBPOM Nomor 36 tahun 2013 Tentang Batas
maksimum penggunaan Bahan tambahan pangan
pengawet,
◦ PKBPOM Nomor 23 tahun 2013 Tentang Batas
maksimum penggunaan Bahan tambahan pangan
penguat rasa, dan
◦ PKBPOM nomor 4 tahun 2014 tentang batas
maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
pemanis.
Pengawasan penggelolaan
dan pendistribusian
 Pemerintah mengawasi pengadaan dan
pendistribusian penyalahgunaan zat
berbahaya yang digunakan sebagai BTP
zat berbahaya pada:
◦ Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 75 tahun 2014 mengenai
pengadaan, distribusi dan pengawasan
bahan berbahaya dan Peraturan Bersama
dalam Negeri Republik Indonesia dan
◦ Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 43 dan 02 tahun 2013 tentang
pengawasan bahan berbahaya yang
disalahgunakan dalam pangan.
FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN BAHAN
BERBAHAYA
 Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya pengelola
makanan menggunakan zat berbahaya pada makanan tersebut
diantaranya:
◦ Mudahnya mendapatkan bahan tersebut,
◦ Harga yang lebih murah,
◦ Warna yang lebih menarik dibandingkan menggunakan zat
pewarna makanan alami.
 Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah sudah
mengatur bahan pewarna makananan yang diperbolehkan
dengan Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan
Republik Indonesia no. 37 Tahun 2013 tentang Batas
maksimum Penggunaan bahan Tambahan Pangan Pewarna,
bahan pewarna berbahaya, hak konsumen, dan
 Kewajiban BPOM dalam mempublikasikan zat makanan yang
tidak berbahaya secara berkala.
 Sesuai Permen di atas Bahan Berbahaya (B2) di distribusi oleh
distributor yang telah mendapatkan izin usaha perdagangan khusus
dari Dirjen PDN untuk menyalurkan B2 kepada Pengecer Terdaftar
B2 (PT-B2). PT-B2 mendapat izin usaha perdagangan khusus B2
dari Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Provinsi untuk menjual ke
pengguna akhir B2 (PA-B2).
 PA-B2 adalah perusahaan industri yang menggunakan B2 sebahai
bahan baku/penolong yang diproses secaa fisika dan kimia serta
memperoleh nilai tambah ekonomi yang telah memiliki izin dari
instansi yang berwenang yaitu Surat Izin Usha Perdagangan Bahan
Berbahaya (SIUP-B2).
 Pengawasan dalam pendistribusian B2 adalah tanggung jawab dari
Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kab/Kota
bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri
perdagangan.
 BPOM mengatur penggunaan BTP Pewarna yaitu dibuktikan
dengan sertifikat analisis kuantitatif, batas maksimum CPPB
(jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam
jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek
yang diinginkan) dibuktikan dengan sertifikat analisis
kualitatif, dan Jenis BTP Pewarna yang tidak dapat dianalisis,
Batas Maksimum dihitung berdasarkan penambahan BTP
Pewarna yang digunakan dalam pangan.
 Pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap
pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau
yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran diatur di PP No 28
th 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan bahwa
bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat
penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan
masyarakat
UPAYA PERLINDUNGAN
KONSUMEN
 Upaya untuk melindungi konsumen
diantaranya adalah:
◦ Produsen wajib memberikan informasi
dari bahan bahan apa saja yang
digunakan dalam pembuatan akanan
tersebut,
◦ Mengawasi penggunaan bahan
berbahaya sebagai bahan tambahan
pangan, badan POM melakukan
sosialisasi makanan yang sehat dan
melakukan pengawasan penjualan zat
berbahaya
 Upaya keterbukaan informasi mengenai bahan apa saja
dalam penggolahan makanan dan dasar perlindungan
konsumen pun diatur di dalam PP Nomor 61 Tahun 2010
dan perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999.
 Pada PP RI No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, menyebutkan bahwa untuk meningkatkan
harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan
kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan
kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta
menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang
bertanggung jawab.
 Berdasarkan UU tersebut konsumen diwajibkan untuk
memiliki pengetahuan tentang bahan penyusunan
makanan yang akan dikonsumsi serta pelaku usaha
wajib mencantumkan label sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
 BPOM harus melaksanakan pelayanan informasi publik,
wajib mengumumkan hasil pengawasan obat dan
makanan secara berkala, dan menerima pengaduan
sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik indonesia Nomor
HK.04.1.23.08.11.07457 tahun 2011 Tentang Pejabat
pengelola informasi dan dokumentasi yaitu di lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sehingga
masyarakat wajib mengetahui apa saja BPT yang tidak
berbahaya untuk dikonsumsi
PENDISTRIBUSIAN
 Pendistribusiannya hanya boleh didistribusi oleh perusahaan yang
telah diakui oleh Dirjen Daglu, kemudian dipasarkan langsung
kepada Pengguna Akhir bahan berbahaya yang telah memiliki surat
khusus B2 yaitu surat izin usaha perdagangan bahan berbahaya.
Hal-hal yang harus dilakukan sehubungan dengan pemeriksaan atas
kebenaran legalitas perusahaan :
◦ Keberadaan fisik tempat penyimpanan.
◦ Adanya fasilitas packing ulang (repacking) dan alat transportasi
yang digunakan oleh tim pemeriksa.
◦ Harus ada Nomor CAS (Chemical Abstract Service) dimana sitem
indeks ini mempermudah dalam proses pengidentifikasian
senyawa kimia secara spesifik,
◦ Harus ada lembar data keamanan (LDK)/ Safety Data Sheet (SDS)
berisi tentang informasi fisika, kimia, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus dalam
keadaan darurat penggunaan B2 ini.
◦ Harus ada label pada kemasan yang mewadahi B2.
 Orang yang bertanggung jawab atas pendistribusian bahan
berbahaya ini adalah Kepala Dinas Provinsi bidang
perdagangan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota bidang
perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri,
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri
perdagangan.
 Untuk para pelanggar peraturan, pada pasal 17 KBPOM
Nomor 37 tahun 2013 sudah ada ketentuan mengenai
hukuman bagi pelanggar dimana kepala badan POM dapat
mengenakan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis, larangan mengedar sementara waktu atau
penarikan kembali produk, pemusnahan sampai
pencabutan izin edar
 Beberapa faktor para produsen atau pedagang makanan lebih
menggunakan bahan berbahaya dibandingkan BTP aman diantaranya
adalah:
◦ Harganya Lebih Murah , MUDAH DIDAPAT, WARNA LEBIH MENARIK
SOLUSI PENGGUNAAN MENGENAI BTP DARI
PEWARNA (COLOUR), PENGAWET (PRESERVATIVE), PEMANIS
(SWEETENER)
PENGUAT RASA (FLAVOUR ENHANCER) YANG LAYAK GUNA
 PEMERINTAH
 PRODUSEN
 DISTRIBUTOR
 KONSUMEN
1. Pemerintah
 Pemerintah harus tetap melakukan kontrol terhadap zat pewarna berbahaya yang beredar
dengan bebas dipasaran serta selalu update dengan teknologi yang ada.
◦ Contohnya : Tartrazin, KBPOM No 37 tahun 2013 menyatakan bahwa senyawa ini cukup aman untuk
dikonsumsi. Bahan ini memberikan warna kuning pada makanan dan minuman. Dan sering dikombinasikan
dengan Brilliant Blue FCF untuk memberikan warna hijau.
◦ Pada jumlah yang tinggi ternyata dapat menyebabkan sejumlah alergi dan intoleran terhadap aspirin atau
penderita asma. Gejalanya adalah sesak nafas, pusing, migrain, pandangan kabur dan sulit tidur.
◦ Menurut The American Academic of Pediastrics Commitee on Drugs, Tartrazin dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor kelenjar tiroid, serta kerusakan kromosom, sehingga di
beberapa tempat seperti Austria, Norwegia dan Jerman, penggunaannya sudah dihentikan. Dan digantikan
dengan beta karoten.
 Pemerintah harus bertindak tegas kepada produsen untuk mencantumkan bahan yang
digunakan pada makanan secara jelas.
 Dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum terutama para orangtua yang mempunyai
anak yang masih bersekolah untuk menjaga dan mengontrol makanannya agar dapat
terhindar dari bahaya yang dapat merusak kesehatan. d) BPOM wajib mengeluarkan
informasi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BPT) secara berkala.
 Setiap bidang pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendistribusian bahan makanan
yang berbahaya harus menegaskan sanksi dalam penyalahgunaan bahan berbahaya
tersebut.
PRODUSEN
 Produsen wajib bekerjasama dengan memberikan data-
data real mengenai bahan – bahan yang digunakan
dalam produknya.
 Produsen harus bersifat update terhadap
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan
melakukan penggantian untuk bahan-bahan yang
berbahaya.
 Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan
bersama.
 Produsen selektif dalam memilih distributor produknya
sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya.
DISTRIBUTOR
 Distributor wajib bekerjasama dengan tidak menutup-
nutupin data-data real mengenai bahan – bahan yang
digunakan dalam produk.
 Distributor harus bersifat update terhadap
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan
melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan
yang yang berbahaya yang ada dalam produk.
 Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan
bersama.
 Distributor selektif dalam menjual produknya sehingga
penggunaan sesuai dengan fungsinya
KONSUMEN
 Konsumen harus lebih cerdas dan selektif dalam melihat bahan –
bahan yang digunakan dalam produk.
 Konsumen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap
bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.
 Tidak semata-mata terpukau dengan tampilan dan harga yang
menarik
KESIMPULAN
 Banyaknya zat berbahaya yang beredar di masyarakat harus diiringi dengan
pengetahuan mengenai zat-zat tersebut oleh semua pihak.
 Namun pada sisi lain produsen harus berusaha dengan fair dan tidak
mengesampingkan hak konsumen untuk hidup sehat, begitu juga dengan
konsumen yang harus mengetahui informasi mengenai dampak penggunaan
zat yang aman untuk dikonsumsi.
 Pemerintah yang menjadi badan tertinggi penyelenggaraan negara juga
memiliki kewajiban yang besar untuk mengontrol peredaran zat berbahaya ini.
 Etika moral untuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang telah diatur
seharusnya menggutamakan kepentingan kesehatan manusia diatas
kepentingan peningkatan ekonom.
 Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan tentu tidak
sesuai dengan etika, karena menyebabkan penyakit berbahaya yang mampu
merenggut nyawa seseorang.
 Badan pengawas obat dan makanan pemerintah harus memberikan informasi
secara profesional tentang bahan makanan yang layak konsumsi kepada
masyarakat dan sanksi yang tegas., sehingga mampu meminimalisir
penyalahgunaan bahan berbahaya.
 Selain itu pendistribusian bahan berbahaya harus diperketat agar tepat
penggunaan dan tepat sasaran.
PERTANYAAN
 Apa regulasi yang mengatur sanksi dari pelanggaran terhadap
ketentuan mengenai penggunaan Bahan Tambahan Pangan?
 Apa saja sanksi administrasi yang dapat dikenakan kepada para
pelanggaran regulasi tersebut?
PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN
SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN
EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN
PENETAPAN KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
MEKANISME PERUMUSAN KEBIJAKAN
PARTISIPASIF
PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN
PUBLIK
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
TERDAHULU
MASUKAN
DARI
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PENGARUH
LINGKUNGAN
STRATEGIK
RENCANA
PROGRAM
KERJA
PEMERINTAH
SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN
ANGGARAN
SDM
RESPONSIBILITY
MASYARAKAT
KEPEMIMPINAN
SARANA
PRASARANA
PENDUKUNG
PENGORGANISASIAN
EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN
EVALUASI
RANCANGAN
KEBIJAKAN
MASUKAN
DARI
MASYARAKAT
PENGOLAHAN
DATA
ANALISA
DATA
RAPAT
KONSULTASI
DENGAN
DPR/DORD
PENETAPAN KEBIJAKAN
PUBLIK
PEMERINTAH
YUDIKATIFDPR/DPRD
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
ANGGARAN
PENGORGANISASIAN
SDM
LEADERSHIP
SARANA
PRASARANA
PENDUKUNG
RESPONSIBILITY
MASYARAKAT
PENEGAKAN
HUKUM
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

Presentasi insert pangan (1)
Presentasi insert pangan (1)Presentasi insert pangan (1)
Presentasi insert pangan (1)Wa Ode AsriFa
 
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen MakananPendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanankhoiril anwar
 
Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017dentalid
 
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...khoiril anwar
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorUlfah Hanum
 
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...Ihm Sheva Hambuako
 

What's hot (6)

Presentasi insert pangan (1)
Presentasi insert pangan (1)Presentasi insert pangan (1)
Presentasi insert pangan (1)
 
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen MakananPendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
 
Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017Inpres nomor 3 tahun 2017
Inpres nomor 3 tahun 2017
 
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...
Program monitoring efek samping obat tradisional, suplemen makanan dan kosmet...
 
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursorPer kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
Per kbpom no_40_tahun_2013_tentang_pedoman_pengelolaan_prekursor
 
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...
Pp 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa...
 

Viewers also liked

PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR
PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASARPENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR
PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASARLaurensia Claudia Pratomo
 
1. bahan kimia dan dampak negatifnya
1. bahan kimia dan dampak negatifnya1. bahan kimia dan dampak negatifnya
1. bahan kimia dan dampak negatifnyaHj.Dini Indriani,M.Pd
 
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timur
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa TimurProgram dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timur
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timurinfosanitasi
 
Zat pengawet pada makanan toksikologi.ppt
Zat  pengawet pada makanan toksikologi.pptZat  pengawet pada makanan toksikologi.ppt
Zat pengawet pada makanan toksikologi.pptmalikhatulkhariroh
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapSariana Csg
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanSariana Csg
 

Viewers also liked (8)

PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR
PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASARPENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR
PENGGUNAAN BORAKS DAN PEWARNA TEKSTIL DALAM JAJANAN PASAR
 
1. bahan kimia dan dampak negatifnya
1. bahan kimia dan dampak negatifnya1. bahan kimia dan dampak negatifnya
1. bahan kimia dan dampak negatifnya
 
Bahan pengawet
Bahan pengawetBahan pengawet
Bahan pengawet
 
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timur
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa TimurProgram dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timur
Program dan Kegiatan Lingkungan Hidup dan Sanitasi di Provinsi Jawa Timur
 
Zat pengawet pada makanan toksikologi.ppt
Zat  pengawet pada makanan toksikologi.pptZat  pengawet pada makanan toksikologi.ppt
Zat pengawet pada makanan toksikologi.ppt
 
Skb cafe
Skb cafeSkb cafe
Skb cafe
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk KecapMakalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
Makalah Pencemaran Makanan pada Produk Kecap
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
 

Similar to MEKANISME PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG AMAN BAGI KONSUMEN

406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt
406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt
406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.pptAdniInginNaikHaji
 
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdf
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdfBahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdf
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdfhamid554109
 
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdfsulistyoprabowo72
 
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxMateri PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxYenny Tanjung
 
Presentasi solo, 25 februari 2014
Presentasi solo, 25 februari 2014Presentasi solo, 25 februari 2014
Presentasi solo, 25 februari 2014agus_ibnu_hasan
 
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-panganNurlina Arfah
 
Day1_-_Regulasi_JPH.pdf
Day1_-_Regulasi_JPH.pdfDay1_-_Regulasi_JPH.pdf
Day1_-_Regulasi_JPH.pdfMahrusIsmail2
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen KesehatanPengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatankhoiril anwar
 
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdfAnharYt
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarUlfah Hanum
 
BAHAN TAMBAHAN MAKAN
BAHAN TAMBAHAN MAKANBAHAN TAMBAHAN MAKAN
BAHAN TAMBAHAN MAKANHeru Priyanto
 
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxSOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxLifiaYasmin1
 
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptx
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptxJurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptx
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptxIvanSebastian28
 
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.pptadham50
 
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfJateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfssuser6b9872
 
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRC
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRCChap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRC
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRCRR. Roosita Cindrakasih
 
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdfadoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdffadilanurul
 
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdf
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdfCara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdf
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdfYohana438684
 

Similar to MEKANISME PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG AMAN BAGI KONSUMEN (20)

Bahan Tambahan Pangan.ppt
Bahan Tambahan Pangan.pptBahan Tambahan Pangan.ppt
Bahan Tambahan Pangan.ppt
 
406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt
406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt
406445319-Materi-Keamanan-Pangan-ppt.ppt
 
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdf
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdfBahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdf
Bahan Presentasi Disparekraf DKI Jakarta.pdf
 
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
2 Regulasi Keamanan Pangan Pada Industri Pangan.pdf
 
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxMateri PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
 
Presentasi solo, 25 februari 2014
Presentasi solo, 25 februari 2014Presentasi solo, 25 februari 2014
Presentasi solo, 25 februari 2014
 
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan7 pelabelan-dan-iklan-pangan
7 pelabelan-dan-iklan-pangan
 
Day1_-_Regulasi_JPH.pdf
Day1_-_Regulasi_JPH.pdfDay1_-_Regulasi_JPH.pdf
Day1_-_Regulasi_JPH.pdf
 
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian OrganikPermentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
Permentan No 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik
 
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen KesehatanPengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
 
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf1.Kebijakan Keamanan Pangan di   Indonesia 2018_Palembang.pdf
1.Kebijakan Keamanan Pangan di Indonesia 2018_Palembang.pdf
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
BAHAN TAMBAHAN MAKAN
BAHAN TAMBAHAN MAKANBAHAN TAMBAHAN MAKAN
BAHAN TAMBAHAN MAKAN
 
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptxSOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
SOSIALISASI PERIZINAN PANGAN TAHUN 2022 (1) (1).pptx
 
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptx
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptxJurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptx
Jurus Jitu Urus Izin Edar Pangan Olahan BPOM Femina - YRW final.pptx
 
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
4 sistem-pengawasan-makanan-di-indonesia.ppt
 
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdfJateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
Jateng_Kebijakan Was Forti dan Peran Pemda dalam Was Forti_HSD210823.pdf
 
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRC
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRCChap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRC
Chap02_Aturan Pemerintah Terkait Periklanan dan Analisisnya_RRC
 
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdfadoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
adoc.pub_1-bahan-tambahan-pangan-yang-selanjutnya-disingkat.pdf
 
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdf
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdfCara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdf
Cara-Produksi-Pangan-Olahan-yang-Baik.pdf
 

Recently uploaded

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfBekti5
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxunityfarmasis
 
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxputripermatasarilubi
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.pptTrifenaFebriantisitu
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptab368
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 

Recently uploaded (12)

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdfDETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA SANGAT PENTING.pdf
 
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptxPersiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
Persiapan Substansi RPP UU Kesehatan.pptx
 
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptxPPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
PPT sidang MAJU PROPOSAL 3 OKTOBER 2022.pptx
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
1. ok MODEL DAN NILAI PROMOSI KESEHATAN.ppt
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).pptINFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
INFORMED CONSENT (persetujuan tindakan medis oleh pasien).ppt
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 

MEKANISME PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG AMAN BAGI KONSUMEN

  • 1. MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT THD DAMPAK PENYALAHGUNAAN MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN SUTANTO UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA 2015
  • 2. “DARI PADA WARGA DKI KENA KANKER, LEBIH BAIK DIMARAHI PEDAGANG”, Kata AHOK TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Gubernur DKI Jakarta memilih PKL marah ketimbang akibat makanan yang dijajakannya banyak warga DKI Jakarta yang mengalami sakit kanker., dlm inspeksi mendadak terhadap makanan dan minuman yang dijajakan para PKL di sentra jajanan khas Ramadan di Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat. "Kita harus berani, orang mau marah yah terserah yang penting warga DKI jangan sampai kanker," ucap Ahok di Benhil, Jakarta Pusat, Sabtu (27/6/2015). Dirinya lebih baik menyarankan agar warga DKI tidak mengkonsumsi kerupuk yang berwarna karena setelah diuji laboratorium, kerupuk berwarna merah ternyata mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kanker. "Itu karena banyak makan produk seperti ini nih, merah-merah zat pewarna. Kita harus tegas. Kita mulai jajanan PKL yang kita dorong masuk ke balai Kota saja kalau tidak ada tes dari BPOM jangan disajikan deh kasian tamu," ungkapnya.
  • 3.
  • 4. PENDAHULUAN  Menurut UU RI No 18 tahun 2012 tentang pangan, menjelaskan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.  Berdasarkan hal itu pemerintah wajib mengatur bahan pangan yang bermutu baik dan memenuhi gizi. Untuk mencapai tujuan pemenuhan mutu dan gizi yang baik dalam bahan makanan pemerintah menteri kesehatan mengatur bahan tambahan pangan (BPT) yang diperbolehkan untuk penggunaannya pada PERMENKES RI Nomor 33 Tahun 2012.  Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna
  • 5.  Batas maksimum Penggunaan bahan Pewarna, pengawet, pemanis dan penguat rasa telah diatur pada Peraturan KBPOM secara berurut yaitu: ◦ PKBPOM Nomor 37 tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna, ◦ PKBPOM Nomor 36 tahun 2013 Tentang Batas maksimum penggunaan Bahan tambahan pangan pengawet, ◦ PKBPOM Nomor 23 tahun 2013 Tentang Batas maksimum penggunaan Bahan tambahan pangan penguat rasa, dan ◦ PKBPOM nomor 4 tahun 2014 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pemanis.
  • 6. Pengawasan penggelolaan dan pendistribusian  Pemerintah mengawasi pengadaan dan pendistribusian penyalahgunaan zat berbahaya yang digunakan sebagai BTP zat berbahaya pada: ◦ Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 mengenai pengadaan, distribusi dan pengawasan bahan berbahaya dan Peraturan Bersama dalam Negeri Republik Indonesia dan ◦ Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 43 dan 02 tahun 2013 tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan.
  • 7. FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA  Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya pengelola makanan menggunakan zat berbahaya pada makanan tersebut diantaranya: ◦ Mudahnya mendapatkan bahan tersebut, ◦ Harga yang lebih murah, ◦ Warna yang lebih menarik dibandingkan menggunakan zat pewarna makanan alami.  Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah sudah mengatur bahan pewarna makananan yang diperbolehkan dengan Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia no. 37 Tahun 2013 tentang Batas maksimum Penggunaan bahan Tambahan Pangan Pewarna, bahan pewarna berbahaya, hak konsumen, dan  Kewajiban BPOM dalam mempublikasikan zat makanan yang tidak berbahaya secara berkala.
  • 8.  Sesuai Permen di atas Bahan Berbahaya (B2) di distribusi oleh distributor yang telah mendapatkan izin usaha perdagangan khusus dari Dirjen PDN untuk menyalurkan B2 kepada Pengecer Terdaftar B2 (PT-B2). PT-B2 mendapat izin usaha perdagangan khusus B2 dari Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Provinsi untuk menjual ke pengguna akhir B2 (PA-B2).  PA-B2 adalah perusahaan industri yang menggunakan B2 sebahai bahan baku/penolong yang diproses secaa fisika dan kimia serta memperoleh nilai tambah ekonomi yang telah memiliki izin dari instansi yang berwenang yaitu Surat Izin Usha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP-B2).  Pengawasan dalam pendistribusian B2 adalah tanggung jawab dari Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kab/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.
  • 9.  BPOM mengatur penggunaan BTP Pewarna yaitu dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif, batas maksimum CPPB (jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan) dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif, dan Jenis BTP Pewarna yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum dihitung berdasarkan penambahan BTP Pewarna yang digunakan dalam pangan.  Pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran diatur di PP No 28 th 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan bahwa bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat
  • 10. UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN  Upaya untuk melindungi konsumen diantaranya adalah: ◦ Produsen wajib memberikan informasi dari bahan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan akanan tersebut, ◦ Mengawasi penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan, badan POM melakukan sosialisasi makanan yang sehat dan melakukan pengawasan penjualan zat berbahaya
  • 11.  Upaya keterbukaan informasi mengenai bahan apa saja dalam penggolahan makanan dan dasar perlindungan konsumen pun diatur di dalam PP Nomor 61 Tahun 2010 dan perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999.  Pada PP RI No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, menyebutkan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab.  Berdasarkan UU tersebut konsumen diwajibkan untuk memiliki pengetahuan tentang bahan penyusunan makanan yang akan dikonsumsi serta pelaku usaha wajib mencantumkan label sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
  • 12.  BPOM harus melaksanakan pelayanan informasi publik, wajib mengumumkan hasil pengawasan obat dan makanan secara berkala, dan menerima pengaduan sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik indonesia Nomor HK.04.1.23.08.11.07457 tahun 2011 Tentang Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi yaitu di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sehingga masyarakat wajib mengetahui apa saja BPT yang tidak berbahaya untuk dikonsumsi
  • 13. PENDISTRIBUSIAN  Pendistribusiannya hanya boleh didistribusi oleh perusahaan yang telah diakui oleh Dirjen Daglu, kemudian dipasarkan langsung kepada Pengguna Akhir bahan berbahaya yang telah memiliki surat khusus B2 yaitu surat izin usaha perdagangan bahan berbahaya. Hal-hal yang harus dilakukan sehubungan dengan pemeriksaan atas kebenaran legalitas perusahaan : ◦ Keberadaan fisik tempat penyimpanan. ◦ Adanya fasilitas packing ulang (repacking) dan alat transportasi yang digunakan oleh tim pemeriksa. ◦ Harus ada Nomor CAS (Chemical Abstract Service) dimana sitem indeks ini mempermudah dalam proses pengidentifikasian senyawa kimia secara spesifik, ◦ Harus ada lembar data keamanan (LDK)/ Safety Data Sheet (SDS) berisi tentang informasi fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus dalam keadaan darurat penggunaan B2 ini. ◦ Harus ada label pada kemasan yang mewadahi B2.
  • 14.  Orang yang bertanggung jawab atas pendistribusian bahan berbahaya ini adalah Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.  Untuk para pelanggar peraturan, pada pasal 17 KBPOM Nomor 37 tahun 2013 sudah ada ketentuan mengenai hukuman bagi pelanggar dimana kepala badan POM dapat mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, larangan mengedar sementara waktu atau penarikan kembali produk, pemusnahan sampai pencabutan izin edar
  • 15.  Beberapa faktor para produsen atau pedagang makanan lebih menggunakan bahan berbahaya dibandingkan BTP aman diantaranya adalah: ◦ Harganya Lebih Murah , MUDAH DIDAPAT, WARNA LEBIH MENARIK
  • 16. SOLUSI PENGGUNAAN MENGENAI BTP DARI PEWARNA (COLOUR), PENGAWET (PRESERVATIVE), PEMANIS (SWEETENER) PENGUAT RASA (FLAVOUR ENHANCER) YANG LAYAK GUNA  PEMERINTAH  PRODUSEN  DISTRIBUTOR  KONSUMEN
  • 17. 1. Pemerintah  Pemerintah harus tetap melakukan kontrol terhadap zat pewarna berbahaya yang beredar dengan bebas dipasaran serta selalu update dengan teknologi yang ada. ◦ Contohnya : Tartrazin, KBPOM No 37 tahun 2013 menyatakan bahwa senyawa ini cukup aman untuk dikonsumsi. Bahan ini memberikan warna kuning pada makanan dan minuman. Dan sering dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF untuk memberikan warna hijau. ◦ Pada jumlah yang tinggi ternyata dapat menyebabkan sejumlah alergi dan intoleran terhadap aspirin atau penderita asma. Gejalanya adalah sesak nafas, pusing, migrain, pandangan kabur dan sulit tidur. ◦ Menurut The American Academic of Pediastrics Commitee on Drugs, Tartrazin dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor kelenjar tiroid, serta kerusakan kromosom, sehingga di beberapa tempat seperti Austria, Norwegia dan Jerman, penggunaannya sudah dihentikan. Dan digantikan dengan beta karoten.  Pemerintah harus bertindak tegas kepada produsen untuk mencantumkan bahan yang digunakan pada makanan secara jelas.  Dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum terutama para orangtua yang mempunyai anak yang masih bersekolah untuk menjaga dan mengontrol makanannya agar dapat terhindar dari bahaya yang dapat merusak kesehatan. d) BPOM wajib mengeluarkan informasi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BPT) secara berkala.  Setiap bidang pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendistribusian bahan makanan yang berbahaya harus menegaskan sanksi dalam penyalahgunaan bahan berbahaya tersebut.
  • 18. PRODUSEN  Produsen wajib bekerjasama dengan memberikan data- data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produknya.  Produsen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan penggantian untuk bahan-bahan yang berbahaya.  Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.  Produsen selektif dalam memilih distributor produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya.
  • 19. DISTRIBUTOR  Distributor wajib bekerjasama dengan tidak menutup- nutupin data-data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produk.  Distributor harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.  Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.  Distributor selektif dalam menjual produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya
  • 20. KONSUMEN  Konsumen harus lebih cerdas dan selektif dalam melihat bahan – bahan yang digunakan dalam produk.  Konsumen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.  Tidak semata-mata terpukau dengan tampilan dan harga yang menarik
  • 21. KESIMPULAN  Banyaknya zat berbahaya yang beredar di masyarakat harus diiringi dengan pengetahuan mengenai zat-zat tersebut oleh semua pihak.  Namun pada sisi lain produsen harus berusaha dengan fair dan tidak mengesampingkan hak konsumen untuk hidup sehat, begitu juga dengan konsumen yang harus mengetahui informasi mengenai dampak penggunaan zat yang aman untuk dikonsumsi.  Pemerintah yang menjadi badan tertinggi penyelenggaraan negara juga memiliki kewajiban yang besar untuk mengontrol peredaran zat berbahaya ini.  Etika moral untuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang telah diatur seharusnya menggutamakan kepentingan kesehatan manusia diatas kepentingan peningkatan ekonom.  Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan tentu tidak sesuai dengan etika, karena menyebabkan penyakit berbahaya yang mampu merenggut nyawa seseorang.  Badan pengawas obat dan makanan pemerintah harus memberikan informasi secara profesional tentang bahan makanan yang layak konsumsi kepada masyarakat dan sanksi yang tegas., sehingga mampu meminimalisir penyalahgunaan bahan berbahaya.  Selain itu pendistribusian bahan berbahaya harus diperketat agar tepat penggunaan dan tepat sasaran.
  • 22. PERTANYAAN  Apa regulasi yang mengatur sanksi dari pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penggunaan Bahan Tambahan Pangan?  Apa saja sanksi administrasi yang dapat dikenakan kepada para pelanggaran regulasi tersebut?
  • 23. PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN PENETAPAN KEBIJAKAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MEKANISME PERUMUSAN KEBIJAKAN PARTISIPASIF