SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
UPDATE REGULASI HALAL
DAN AUDITOR HALAL
Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal
BPJPH Kementerian Agama
Senin, 20 Desember 2021
UPDATE REGULASI HALAL
POSISI UU JPH DALAM UU CIPTAKER
Bab III: Peningkatan
Ekosistem Investasi dan
Kegiatan Berusaha
Pengaturan Perizinan Berusaha pada
Sektor
15 cakupan sektor Perizinan Berusaha,
yaitu: 1. Kelautan dan Perikanan, 2.
Pertanian, 3. Kehutanan, 4. Energi dan
Sumber Daya Mineral, 5.
Ketenaganukliran, 6. Perindustrian, 7.
Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan
Produk Halal, dan Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian, 8. Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, 9. Transportasi,
10. Kesehatan, obat dan Makanan, 11.
Pendidikan dan Kebudayaan, 12.
Kepariwisataan, 13. Keagamaan, 14. Pos,
telekomunikasi, dan penyiaran, 15.
Pertahanan dan keamanan
Bab V: Kemudahan,
Perlindungan, dan Pemberdayaan
UMKM serta Perkoperasian
Pendaftaran bagi UMK sebagai
kemudahan perizinan tunggal yang
meliputi perizinan berusaha,
standardisasi dan sertifikasi (terkait izin
edar, jaminan produk halal, dan
pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual.
MENGAPA UU
33/2014 TENTANG
JPH DIREVISI MELALUI
UU 21/2020 TENTANG
CIPTAKER ?
Mendorong percepatan
sertifikasi halal bagi aneka
produk (barang dan jasa)
untuk meningkatkan daya
saing dan nilai tambah bagi
pelaku usaha
Keberpihakan pada pelaku
usaha mikro kecil (pro UMK)
dengan menyediakan
pembiayaan gratis sertifikasi
halal dan kemudahan prosedur
sertifikasi halal
Penyederhanaan perijinan
berusaha (mudah, cepat,
meningkatkan investasi)
melalui integrasi perijinan
tunggal (One Single
Submission)
Melibatkan pemangku
kepentingan halal yang luas
meliputi kementerian, lembaga,
instansi, perguruan tinggi,
ormas dan lembaga keagamaan
Islam
ISU PENTING JPH DALAM UU CIPTAKER NO 11/2020 DAN PP 39/2021
Pengurusan sertifikasi halal bagi pelaku
UMK tidak dikenai biaya. Disubsidi
oleh negara (melaluiAPBN/D) atau
fasilitasi pihak lain
Kerjasama BPJPH dengan MUI dalam
fatwa penetapan kehalalan produk.
Pelaksanaan fatwa halal MUI dilaksanakan
di Propinsi maupun Kab/Kota.
21 hari (sejak pengajuan permohonan ke
BPJPH, audit di LPH, penetapan halal di
Komisi Fatwa MUI sampai terbit sertifikat
halal dari BPJPH)
Pengangkatan auditor halal oleh LPH
dengan syarat memiliki sertifikat
pelatihan dan/atau sertifikat
kompetensi yang dilaksanakan BPJPH,
PT, dan lembaga pelatihan terakreditasi
Kewajiban bersertifikat halal bagi UMK (yang
memenuhi syarat tertentu) didasarkan atas
pernyataan pelaku UMK (self declare).
BPJPH menetapkan standar-nya.
PERNYATAAN PELAKU USAHA
AUDITOR HALAL
WEWENANG MUI GRATIS ALIAS NOL
RUPIAH
WAKTU PENGURUSAN
SERTIFIKAT HALAL
Pendirian LPH dikeluarkan oleh BPJPH.
Langsung keluar status akreditasi, dilaksanakan
oleh Tim Akreditasi yang ditunjuk Menag
PENDIRIAN DAN
AKREDITASI LPH
Pendampingan PPH dilakukan oleh
Ormas/Lembaga keagamaan Islam, PT, dan
K/L/pemerintah
PERAN SERTA
MASYARAKAT
UU Ciptaker memberikan peran serta
masyarakat yang luas dalam penyelenggaraan
JPH
UU No. 11 Tahun
2020
PMA NO. 26
TAHUN 2019
UU No. 33 TAHUN
2014
KMA 558/2021
KMA 748/2021
PRODUK
REGULASI
JPH
PP No. 39 TAHUN
2021
PMK No.
57/PMK.05/2021
PMA NO. 12
TAHUN 2021
KEP KEPALA BPJPH
NOMOR 57 TAHUN 2021
PMA NO. 20 TAHUN
2021
KEP KEPALA BPJPH
NOMOR 141 TAHUN 2021
PERATURAN KEPALA BPJPH
NOMOR 1 TAHUN 2021
7
P
R
O
D
U
K
• MASUK
• BEREDAR
• DIPERDAGANGKAN
WAJIB
BERSERTIFIKAT
HALAL
Pasal 4 UU 33/2014 tentang JPH menyebutkan:
“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal “
Pasal 4A UU 11/2020 : Untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil,
kewajiban bersertifikat halal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 didasarkan atas pernyataan pelaku usaha Mikro dan
Kecil.
Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari
Bahan yang diharamkan dikecualikan dari mengajukan permohonan
Sertifikat Halal dan wajib mencantumkan keterangan tidak halal pada
Produk
KERJA SAMA DALAM PENYELENGGARAAN
JAMINAN PRODUK HALAL
LPH
K/L
MUI
8
PENETAPAN KEHALALAN
PRODUK MELALUI
SIDANG FATWA
PEMERIKSAAN DAN/ATAU
PENGUJIAN PRODUK, DILAKUKAN
OLEH AUDITOR HALAL
KERJA SAMA
LINTAS
SEKTORAL
LEADING SECTOR
PENYELENGGARAAN
JAMINAN PRODUK HALAL
UU 33/2014 pasal 4 “Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.”
UU 33/2014 pasal 46“Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional dalam bidang JPH.”
PP 39/2021 pasal 119 ayat (4) “Kerja sama internasional didasarkan atas perjanjian antar negara.”
Kerja sama dengan lembaga
halal luar negeri yang berwenang
menerbitkan Sertifikat Halal
Pengakuan
Sertifikat Halal 1) pengembangan teknologi;
2) sumber daya manusia; dan
3) sarana dan prasarana JPH.
Pengembangan JPH
BPJPH berwenang melakukan kerja sama
dengan lembaga dalam dan luar negeri di
bidang penyelenggaraan JPH
(UU 33/2014 pasal 6)
BPJPH
1) saling pengakuan; dan
2) saling keberterimaan hasil penilaian
kesesuaian
Penilaian Kesesuaian
LHLN G to G
KERJA SAMA INTERNASIONAL
KETENTUAN PENAHAPAN
KEWAJIBAN HALAL DAN
KMA 748 TAHUN 2021
• Barang
P
R
O
D
U
K
• Jasa
• Makanan
• Minuman
• Obat
• Kosmetik
• Produk Kimiawi
• Produk Biologi
• Produk Rekayasa Genetik
• Barang Gunaan yang
dipakai, digunakan, dan
dimanfaatkan.
• Penyembelihan
• Pengolahan
• Penyimpanan
• Pengemasan
• Pendistribusian
• Penjualan
• Penyajian
Ditetapkan masing-masing jenisnya oleh
Menteri setelah berkoordinasi dengan
kementerian terkait, Lembaga terkait, dan MUI.
Hanya yang terkait dengan makanan, minuman,
obat, atau kosmetik.
Hanya bagi barang yang berasal dan/atau
mengandung unsur hewan.
Hanya yang terkait dengan makanan,
minuman, obat, atau kosmetik.
PP 39/2021 Pasal 135
KETENTUAN BARANG DAN JASA WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL
17 Okt
2019
Obat tradisional. Obat kuasi dan suplemen
kesehatan
Obat bebas dan obat bebas terbatas
Obat keras dikecualikan psikotropika
Kosmetik, produk kimiawi dan produk rekayasa
genetik
Barang gunaan yang dipakai kategori sandang,
penutup kepala, dan aksesoris
Barang gunaan yang digunakan kategori
perbekalan Kesehatan rumah tangga, peralatan
rumah tangga, perlengkapan peribadatan bagi
umat Islam, alat tulis, dan perlengkapan kantor
Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat
kesehatan kelas risiko A.
Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko B.
Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko C.
17 Okt
2020
17 Okt
2021
17 Okt
2022
17 Okt
2023
17 Okt
2024
17 Okt
2025
17 Okt
2026
17 Okt
2027
17 Okt
2028
17 Okt
2029
17 Okt
2030
17 Okt
2031
17 Okt
2032
17 Okt
2033
17 Okt
2034
Makanan, minuman, hasil sembelihan, dan jasa
penyembelihan
PELAKSANAAN PENAHAPAN KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL
PP 39/2021 Pasal 140
Produk Belum
Bersertifikat Halal Pada
17 Oktober 2019
Penahapan tidak
berlaku, bagi:
Tetap dapat masuk, beredar, dan
diperdagangkan di wilayah Indonesia selama
memiliki izin edar, izin usaha perdagangan,
dan/atau izin impor
Produk hewan yang kewajiban kehalalannya
sudah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
sesuai peraturan perundang-undangan tentang
penahapan jenis produk yang wajib
bersertifikat halal
Produk sudah bersertifikat halal sebelum
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 berlaku
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
A Makanan
1. Susu dan analognya (1.1 s.d. 1.8)
2. Lemak, minyak, dan emulsi minyak (2.1 s.d. 2.5)
3. Es untuk dimakan (edible ice) termasuk sherbet dan sorbet (3.1 s.d. 3.2)
4. Buah dan sayur dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan
(4.1 s.d. 4.3)
5. Kembang gula/permen dan cokelat (5.1 s.d. 5.5)
6. Serealia dan produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia,
akar dan umbi, kacangkacangan dan empulur dengan pengolahan dan
penambahan bahan tambahan pangan (6.1 s.d. 6.8)
7. Produk bakeri (7.1 s.d. 7.6)
8. Daging dan produk olahan daging (8.1 s.d. 8.5)
9. Ikan dan produk perikanan, termasuk moluska, krustase, dan ekinodermata
dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan (9.1 s.d. 9.3)
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
Makanan
10. Telur olahan dan produk- produk telur hasil olahan (10.1 s.d. 10.4)
11. Gula dan pemanis termasuk madu (11.1 s.d. 11.6)
12. Garam, rempah, sup, saus, salad, serta produk protein (12.1 s.d. 12.9)
13. Pangan olahan untuk keperluan gizi khusus (13.1 s.d. 13.7)
14. Makanan ringan siap santap (14.1 s.d. 14.4)
15. Pangan siap saji (15.1 s.d. 15.9)
16. Penyediaan makanan dan minuman dengan pengolahan (16.1 s.d. 16.7)
17. Bahan tambahan pangan (17.1 s.d. 17.24)
18. Kelompok bahan lainnya (18.1 s.d. 18.5)
A
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021
Minuman
1. Minuman dengan pengolahan (1.1 s.d. 1.8)
2. Kelompok bahan minuman (2.1)
Produk Kimiawi
1. Kelompok bahan penolong (1.1 s.d. 1.10)
2. Bahan kimiawi lainnya (2.1 s.d. 2.12)
Obat
1. Obat tradisional (1.1 s.d. 1.7)
2. Suplemen kesehatan (2.1 s.d. 2.2)
3. Obat kuasi (3.1)
4. Obat bebas (4.1)
5. Obat bebas terbatas (5.1)
6. Obat keras dikecualikan narkotika dan psikotropika
(6.1)
7. Bahan obat (7.1)
Produk Biologi
1. Produk biologi (1.1 s.d. 1.14)
Produk Rekayasa Genetik
1. Produk rekayasa genetik (1.1 s.d. 1.6)
Barang Gunaan
1. Sandang (1.1. s.d. 1.5)
2. Penutup kepala (2.1 s.d. 2.5)
3. Aksesoris (3.1 s.d. 3.14)
4. Perbekalan kesehatan rumah tangga (4.1 s.d. 4.8)
5. Peralatan rumah tangga (5.1 s.d. 5.11)
6. Perlengkapan peribadatan bagi umat Islam (6.1 s.d.
6.5)
7. Kemasan produk (7.1 s.d. 7.5)
8. Alat tulis dan perlengkapan kantor (8.1 s.d. 8.5)
9. Alat kesehatan (9.1 s.d. 9.17)
10. Bahan penyusun barang gunaan (10.1 s.d. 10.3)
Kosmetik
1. Kosmetika (1.1 s.d. 1.22)
B
C
D
E
F
G
H
PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK JASA SESUAI KMA 748/2021
Jasa Penyembelihan
1. Jasa penyembelihan (1.1 s.d. 1.5)
Jasa Penjualan
1. Jasa penjualan (1.1. s.d. 1.4)
Jasa Pengolahan
1. Jasa pengolahan (1.1 s.d. 1.6)
Jasa Penyajian
1. Jasa penyajian (1.1 s.d. 1.5)
Jasa Penyimpanan
1. Jasa penyimpanan (1.1 s.d. 1.5)
Jasa Pengemasan
1. Jasa pengemasan (1.1 s.d. 1.2)
Jasa Pendistribusian
1. Jasa pendistribusian (1.1 s.d. 1.4)
I
J
K
O
L
M
N
CONTOH KODING JENIS PRODUK
“MAKANAN” YANG WAJIB
BERSERTIFIKAT HALAL
(KMA 748/2021)
MAKANAN TERMASUK PRODUK WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL DENGAN MASA PENAHAPAN
17 OKTOBER 2019 S.D. 17 OKTOBER 2024
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB AUDITOR HALAL
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN PRODUK HALAL
ERA BARU PROSES SERTIFIKASI HALAL
LPH dapat dilakukan oleh
Instansi pemerintah,
Universitas atau Yayasan
Islam.
Sertifikasi Halal menganut sistem Telusur (Tracebility) dan bukan "End Product Analysis"
BPJPH
MUI LPH
PRODUSEN
Perusahaan
20
Permohonan Sertifikat Halal dilengkapi
dengan dokumen persyaratan:
• Data pelaku usaha;
• Nama dan jenis produk;
• Daftar produk dan bahan yang
digunakan; dan
• Pengolahan produk.
Penetapan LPH dilakukan
pertimbangan:
a. Akreditasi LPH;
b. ruang lingkup kegiatan LPH;
c. aksesibilitas LPH;
d. beban kerja LPH; dan/atau
e. kinerja LPH.
LPH menyampaikan hasil
pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan produk kepada MUI
dengan tembusan kepada BPJPH,
yang memuat:
a. nama dan jenis produk;
b. Produk dan Bahan yang
digunakan;
c. PPH;
d. hasil analisis dan/atau spesifikasi
Bahan;
e. berita acara pemeriksaan; dan
f. rekomendasi.
(1) Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH.
(2) Pengangkatan auditor halal oleh LPH harus memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan, kimia, biokimia,
teknik industri, biologi, farmasi, kedokteran, tata boga, atau pertanian;
yang dimaksud sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan meliputi sarjana pangan,
teknologi pangan, pertanian, teknologi pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan,
kedokteran hewan, dan gizi.
d. memahami dan memiliki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat
Islam; dan
e. mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan.
Persyaratan Auditor Halal Sesuai Undang-undang 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Auditor Halal adalah orang yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan
kehalalan Produk.
Auditor Halal bertugas:
1. memeriksa dan mengkaji bahan yang digunakan;
2. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan produk;
3. memeriksa dan mengkaji sistem penyembelihan;
4. meneliti lokasi produk;
5. meneliti peralatan, ruang produksi, dan penyimpanan;
6. memeriksa pendistribusian dan penyajian produk;
7. memeriksa sistem jaminan halal pelaku usaha; dan
8. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH.
Tugas Auditor Halal Sesuai Undang-undang 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal
1. Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH.
2. Auditor halal hanya dapat diangkat dan terdaftar pada 1 (satu) LPH.
3. Pengangkatan auditor halal ditetapkan dengan keputusan pimpinan LPH
4. Untuk memperoleh sertifikat pelatihan auditor halal dan/atau sertifikat kompetensi
auditor halal, auditor halal harus mengikuti:
a. pelatihan auditor halal; dan/atau
b.sertifikasi kompetensi auditor halal
5. Pelatihan auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH, perguruan tinggi, dan/atau lembaga
pelatihan lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
6. Sertifikasi kompetensi auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH dan dapat bekerja sama
dengan lembaga yang memiliki kewenangan penjaminan mutu kompetensi profesi
Ketentuan Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
• Auditor halal yang telah diangkat harus diregistrasi oleh BPJPH oleh LPH.
• Pengajuan registrasi auditor halal disertai dengan salinan keputusan pimpinan LPH
mengenai pengangkatan auditor halal.
• Pencabutan registrasi auditor halal dilakukan oleh BPJPH dan dilakukan dalam hal
Auditor Halal diberhentikan oleh LPH
• Auditor Halal dapat diberhentikan oleh LPH dalam hal:
a. mengundurkan diri;
b.meninggal dunia;
c. tidak memenuhi lagi salah satu persyaratan auditor halal;
d.terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan kode perilaku tingkat berat; atau
e. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
Registrasi dan Pemberhentian Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
1. Auditor halal yang telah menjalankan tugas sebelum Peraturan
Pemerintah ini diundangkan tetap diakui sebagai auditor halal
sepanjang memiliki kualifikasi sesuai dan tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
2. Sertifikat auditor halal yang telah diterbitkan sebelum Peraturan
Pemerintah ini diundangkan tetap diakui dan berlaku sebagai
sertifikat Auditor Halal.
Ketentuan Peralihan Auditor Halal
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
SISTEM JAMINAN
PRODUK HALAL
(SJPH)
SJPH ADALAH PANDUAN UNTUK:
• Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
penetapan fatwa
• Kementerian/Lembaga dalam kerja sama
penyelenggaraan JPH
• Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dalam melaksanakan
pemeriksaan dan/atau pengujian produk
• Auditor/LPH yang akan melakukan pemeriksaan
dan/atau pengujian kehalalan produk
• Perusahaan yang akan mengimplementasikan SJPH
• Lembaga pelatihan untuk melakukan kegiatan
pelatihan
• Penyelia halal dalam menyusun sistem jaminan
produk halal di perusahaan
• Pengawas PPH dalam melakukan fungsi pengawasan
PPH
Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
adalah suatu sistem yang terintegrasi,
disusun, diterapkan, dan dipelihara
untuk mengatur bahan, proses produksi,
produk, sumber daya, dan prosedur
dalam rangka menjaga kesinambungan
Proses Produk Halal (PPH)
SistemJaminan ProdukHalal (SJPH)
harus diterapkan oleh pelaku usaha
untukmenjaga konsistensi produksi
selama masa berlakunya sertifikat
halal
PENGERTIAN SJPH
Bahan yang digunakan dalam PPH
(Proses Produk Halal) terdiri atas:
1. bahan baku,
2. bahan olahan,
3. bahan tambahan, dan
4. bahan penolong.
Bahan dimaksud berasal dari:
1. hewan;
2. tumbuhan;
3. mikroba; atau
4. bahan yang dihasilkan melalui proses
kimiawi, prosesbiologi, atau proses
rekayasa genetik.
UU 33 Tahun 2014 Pasal 17-20
Ketentuan Bahan
Ketentuan Bahan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 62
Daftar produk dan bahan yang digunakan dalam proses produk halal harus merupakan produk dan bahan halal
yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
Ketentuan tersebut tidak diperlukan bagi bahan yang:
1. Berasal dari alam berupa tumbuhan dan bahan tambang tanpa melalui proses pengolahan;
2. Dikategorikan tidak berisiko mengandung Bahan yang diharamkan;
3. Tidak tergolong berbahaya serta tidak bersinggungan dengan bahan haram
Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2019 Pasal 94
Daftar produk dan bahan yang digunakan harus merupakan produk dan bahan halal yang
dibuktikan dengan sertifikat halal, kecuali bagi bahan yang:
a. Berasal dari alam tanpa melalui proses pengolahan
b. Dikategorikan tidak berisiko mengandung bahan yang diharamkan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 22
Ketentuan Pemisahan pada Pendistribusian, Penjualan dan Penyajian
1) Pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan tidak halal dipisahkan
dari pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan halal.
2) Pendistribusian Produk olahan asal hewan tidak halal dan Produk olahan asal non hewan
tidak halal dapat disatukan dengan pendistribusian Produk olahan asal hewan halal dan
Produk olahan non hewan halal sepanjang terjamin tidak terjadi kontaminasi silang dan
alat distribusi bukan setelah digunakan untuk mendistribusikan Produk segar asal hewan
tidak halal, yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari pihak produsen atau distributor.
3) Penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan tidak halal
dipisahkan dari penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non
hewan halal.
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 64
Ketentuan Penggunaan Fasilitas Bersama
Dalam hal fasilitas Produksi yang digunakan untuk memproduksi Produk
yang diajukan Sertifikat Halal juga digunakan untuk memproduksi Produk
yang tidak diajukan Sertifikat Halal yang tidak berasal dari Bahan yang
mengandung Bahan yang diharamkan, Pelaku Usaha wajib menyampaikan
dokumen:
a. nama Produk;
b. daftar Produk dan Bahan yang digunakan;
c. proses pengolahan Produk; dan
d. pencucian atau penyamakan pada fasilitas Produksi yang digunakan
secara bersama.
5 HAL YANG HARUS DIKETAHUI
DALAM PRODUKSI PRODUK HALAL
1. MEMASTIKAN BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN
ADALAH BAHAN BAKU HALAL
2. DALAM PROSES PRODUKSI TIDAK BOLEH
TERCAMPUR DENGAN BAHAN/BARANG YANG
HARAM/NAJIS
3. TEMPAT, PERALATAN, DAN FASILITAS PRODUKSI
TERPISAH/DIPISAHKAN DARI KEMUNGKINAN
KONTAMINASI BARANG YANG HARAM (PEMISAHAN)
4. SETELAH PROSES PRODUKSI SELESAI, JIKA ADA
MASA PENYIMPANAN PRODUK HARUS DISIMPAN DI
TEMPATYANG TERPISAH DENGAN BARANG-BARANG
YANG HARAM/NAJIS
5. DISTRIBUSI PRODUK HARUS BERDASARKAN PRINSIP
KEMASLAHATAN DAN TERHINDAR DARI
KONTAMINASI DENGAN BARANG-BARANG YANG
HARAM/NAJIS
Ketentuan Produk yang Tidak Dapat Diajukan Sertifikasi Halalnya
1. Nama produk yang mengandung nama minuman keras, contoh rootbeer, es krim rasa
rhum raisin, bir 0% alkohol.
2. Nama produk yang mengandung nama babi dan anjing serta turunannya, seperti babi
panggang, babi goreng, beef bacon, hamburger, hotdog.
3. Nama produk yang mengandung nama setan seperti rawon setan, es pocong, mi ayam
kuntilanak.
4. Nama produk yang mengarah kepada hal-hal yang menimbulkan kekufuran dan
kebatilan, atau ritual/perayaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam
5. Nama produk yang mengandung kata-kata yang mengandung unsur pornografi.
6. Produk dengan karakteristik/profil sensori yang memiliki kecenderungan bau atau
rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram
berdasarkan ketetapan fatwa.
7. Produk atau bahan tidak aman untuk dikonsumsi.
Jl. Raya Pondok Gede No. 13,
Pinang Ranti Jakarta Timur
Terima kasih

More Related Content

Similar to Day1_-_Regulasi_JPH.pdf

Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.pptKuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
namakuBENTO2
 
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Neneng Rukmawati
 
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptxPengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
kemenaghajids83
 

Similar to Day1_-_Regulasi_JPH.pdf (20)

UU Jaminan Produk Halal 2014
UU Jaminan Produk Halal 2014UU Jaminan Produk Halal 2014
UU Jaminan Produk Halal 2014
 
UU Jaminan Produk Halal
UU Jaminan Produk HalalUU Jaminan Produk Halal
UU Jaminan Produk Halal
 
Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.pptKuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
Kuliah-7-Sertifikasi-produk-olahan-pangan-PIRT-dan-Halal.ppt
 
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptxMateri PerUU Keamanan Pangan.pptx
Materi PerUU Keamanan Pangan.pptx
 
Menjamin industri halal melalui UU JPH
Menjamin industri halal melalui UU JPHMenjamin industri halal melalui UU JPH
Menjamin industri halal melalui UU JPH
 
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
10 Barang Larangan dan pembatasan.pdf
 
Materi Halal .pdf
Materi Halal .pdfMateri Halal .pdf
Materi Halal .pdf
 
Regulasi ijin-edar-bpom 2
Regulasi ijin-edar-bpom 2Regulasi ijin-edar-bpom 2
Regulasi ijin-edar-bpom 2
 
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakitPeraturan menkes tentang gizi rumah sakit
Peraturan menkes tentang gizi rumah sakit
 
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirtPbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
Pbpom no-22-tahun-2018-pedoman-pemberian-setifikat-pirt
 
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptxPengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
Pengawasan Keamanan Produk Hewan (Kesmavet) Syamsul Maarif (1).pptx
 
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen KesehatanPengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Pengawasan Pre Market Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
 
Penerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi IndustriPenerapan Sanitasi Industri
Penerapan Sanitasi Industri
 
SKKNI 2022-021.pdf.pdf
SKKNI 2022-021.pdf.pdfSKKNI 2022-021.pdf.pdf
SKKNI 2022-021.pdf.pdf
 
Isi Buku Sertifikasi Halal.ppt
Isi Buku Sertifikasi Halal.pptIsi Buku Sertifikasi Halal.ppt
Isi Buku Sertifikasi Halal.ppt
 
TP2-Penerapan CPPOB.pptx
TP2-Penerapan CPPOB.pptxTP2-Penerapan CPPOB.pptx
TP2-Penerapan CPPOB.pptx
 
2. PERMENKES 14 TAHUN 2021 STANDAR SLHS TPP (1).pptx
2. PERMENKES 14 TAHUN 2021 STANDAR SLHS TPP (1).pptx2. PERMENKES 14 TAHUN 2021 STANDAR SLHS TPP (1).pptx
2. PERMENKES 14 TAHUN 2021 STANDAR SLHS TPP (1).pptx
 
SNI dan Halal
SNI dan HalalSNI dan Halal
SNI dan Halal
 
PERAN PELAKU USAHA.pptx
PERAN PELAKU USAHA.pptxPERAN PELAKU USAHA.pptx
PERAN PELAKU USAHA.pptx
 
Mekanisme Sertifikasi Produk Halal (Materi Pak Nas_Satgas Halal).pptx
Mekanisme Sertifikasi Produk Halal (Materi Pak Nas_Satgas Halal).pptxMekanisme Sertifikasi Produk Halal (Materi Pak Nas_Satgas Halal).pptx
Mekanisme Sertifikasi Produk Halal (Materi Pak Nas_Satgas Halal).pptx
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

Day1_-_Regulasi_JPH.pdf

  • 1. UPDATE REGULASI HALAL DAN AUDITOR HALAL Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal BPJPH Kementerian Agama Senin, 20 Desember 2021
  • 3. POSISI UU JPH DALAM UU CIPTAKER Bab III: Peningkatan Ekosistem Investasi dan Kegiatan Berusaha Pengaturan Perizinan Berusaha pada Sektor 15 cakupan sektor Perizinan Berusaha, yaitu: 1. Kelautan dan Perikanan, 2. Pertanian, 3. Kehutanan, 4. Energi dan Sumber Daya Mineral, 5. Ketenaganukliran, 6. Perindustrian, 7. Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan Produk Halal, dan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, 8. Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 9. Transportasi, 10. Kesehatan, obat dan Makanan, 11. Pendidikan dan Kebudayaan, 12. Kepariwisataan, 13. Keagamaan, 14. Pos, telekomunikasi, dan penyiaran, 15. Pertahanan dan keamanan Bab V: Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan UMKM serta Perkoperasian Pendaftaran bagi UMK sebagai kemudahan perizinan tunggal yang meliputi perizinan berusaha, standardisasi dan sertifikasi (terkait izin edar, jaminan produk halal, dan pangan), dan Hak Kekayaan Intelektual.
  • 4. MENGAPA UU 33/2014 TENTANG JPH DIREVISI MELALUI UU 21/2020 TENTANG CIPTAKER ? Mendorong percepatan sertifikasi halal bagi aneka produk (barang dan jasa) untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi pelaku usaha Keberpihakan pada pelaku usaha mikro kecil (pro UMK) dengan menyediakan pembiayaan gratis sertifikasi halal dan kemudahan prosedur sertifikasi halal Penyederhanaan perijinan berusaha (mudah, cepat, meningkatkan investasi) melalui integrasi perijinan tunggal (One Single Submission) Melibatkan pemangku kepentingan halal yang luas meliputi kementerian, lembaga, instansi, perguruan tinggi, ormas dan lembaga keagamaan Islam
  • 5. ISU PENTING JPH DALAM UU CIPTAKER NO 11/2020 DAN PP 39/2021 Pengurusan sertifikasi halal bagi pelaku UMK tidak dikenai biaya. Disubsidi oleh negara (melaluiAPBN/D) atau fasilitasi pihak lain Kerjasama BPJPH dengan MUI dalam fatwa penetapan kehalalan produk. Pelaksanaan fatwa halal MUI dilaksanakan di Propinsi maupun Kab/Kota. 21 hari (sejak pengajuan permohonan ke BPJPH, audit di LPH, penetapan halal di Komisi Fatwa MUI sampai terbit sertifikat halal dari BPJPH) Pengangkatan auditor halal oleh LPH dengan syarat memiliki sertifikat pelatihan dan/atau sertifikat kompetensi yang dilaksanakan BPJPH, PT, dan lembaga pelatihan terakreditasi Kewajiban bersertifikat halal bagi UMK (yang memenuhi syarat tertentu) didasarkan atas pernyataan pelaku UMK (self declare). BPJPH menetapkan standar-nya. PERNYATAAN PELAKU USAHA AUDITOR HALAL WEWENANG MUI GRATIS ALIAS NOL RUPIAH WAKTU PENGURUSAN SERTIFIKAT HALAL Pendirian LPH dikeluarkan oleh BPJPH. Langsung keluar status akreditasi, dilaksanakan oleh Tim Akreditasi yang ditunjuk Menag PENDIRIAN DAN AKREDITASI LPH Pendampingan PPH dilakukan oleh Ormas/Lembaga keagamaan Islam, PT, dan K/L/pemerintah PERAN SERTA MASYARAKAT UU Ciptaker memberikan peran serta masyarakat yang luas dalam penyelenggaraan JPH
  • 6. UU No. 11 Tahun 2020 PMA NO. 26 TAHUN 2019 UU No. 33 TAHUN 2014 KMA 558/2021 KMA 748/2021 PRODUK REGULASI JPH PP No. 39 TAHUN 2021 PMK No. 57/PMK.05/2021 PMA NO. 12 TAHUN 2021 KEP KEPALA BPJPH NOMOR 57 TAHUN 2021 PMA NO. 20 TAHUN 2021 KEP KEPALA BPJPH NOMOR 141 TAHUN 2021 PERATURAN KEPALA BPJPH NOMOR 1 TAHUN 2021
  • 7. 7 P R O D U K • MASUK • BEREDAR • DIPERDAGANGKAN WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL Pasal 4 UU 33/2014 tentang JPH menyebutkan: “Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal “ Pasal 4A UU 11/2020 : Untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, kewajiban bersertifikat halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 didasarkan atas pernyataan pelaku usaha Mikro dan Kecil. Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari Bahan yang diharamkan dikecualikan dari mengajukan permohonan Sertifikat Halal dan wajib mencantumkan keterangan tidak halal pada Produk
  • 8. KERJA SAMA DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN PRODUK HALAL LPH K/L MUI 8 PENETAPAN KEHALALAN PRODUK MELALUI SIDANG FATWA PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN PRODUK, DILAKUKAN OLEH AUDITOR HALAL KERJA SAMA LINTAS SEKTORAL LEADING SECTOR PENYELENGGARAAN JAMINAN PRODUK HALAL
  • 9. UU 33/2014 pasal 4 “Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.” UU 33/2014 pasal 46“Pemerintah dapat melakukan kerja sama internasional dalam bidang JPH.” PP 39/2021 pasal 119 ayat (4) “Kerja sama internasional didasarkan atas perjanjian antar negara.” Kerja sama dengan lembaga halal luar negeri yang berwenang menerbitkan Sertifikat Halal Pengakuan Sertifikat Halal 1) pengembangan teknologi; 2) sumber daya manusia; dan 3) sarana dan prasarana JPH. Pengembangan JPH BPJPH berwenang melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang penyelenggaraan JPH (UU 33/2014 pasal 6) BPJPH 1) saling pengakuan; dan 2) saling keberterimaan hasil penilaian kesesuaian Penilaian Kesesuaian LHLN G to G KERJA SAMA INTERNASIONAL
  • 10. KETENTUAN PENAHAPAN KEWAJIBAN HALAL DAN KMA 748 TAHUN 2021
  • 11. • Barang P R O D U K • Jasa • Makanan • Minuman • Obat • Kosmetik • Produk Kimiawi • Produk Biologi • Produk Rekayasa Genetik • Barang Gunaan yang dipakai, digunakan, dan dimanfaatkan. • Penyembelihan • Pengolahan • Penyimpanan • Pengemasan • Pendistribusian • Penjualan • Penyajian Ditetapkan masing-masing jenisnya oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan kementerian terkait, Lembaga terkait, dan MUI. Hanya yang terkait dengan makanan, minuman, obat, atau kosmetik. Hanya bagi barang yang berasal dan/atau mengandung unsur hewan. Hanya yang terkait dengan makanan, minuman, obat, atau kosmetik. PP 39/2021 Pasal 135 KETENTUAN BARANG DAN JASA WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL
  • 12. 17 Okt 2019 Obat tradisional. Obat kuasi dan suplemen kesehatan Obat bebas dan obat bebas terbatas Obat keras dikecualikan psikotropika Kosmetik, produk kimiawi dan produk rekayasa genetik Barang gunaan yang dipakai kategori sandang, penutup kepala, dan aksesoris Barang gunaan yang digunakan kategori perbekalan Kesehatan rumah tangga, peralatan rumah tangga, perlengkapan peribadatan bagi umat Islam, alat tulis, dan perlengkapan kantor Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko A. Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko B. Barang gunaan yang dimanfaatkan kategori alat kesehatan kelas risiko C. 17 Okt 2020 17 Okt 2021 17 Okt 2022 17 Okt 2023 17 Okt 2024 17 Okt 2025 17 Okt 2026 17 Okt 2027 17 Okt 2028 17 Okt 2029 17 Okt 2030 17 Okt 2031 17 Okt 2032 17 Okt 2033 17 Okt 2034 Makanan, minuman, hasil sembelihan, dan jasa penyembelihan PELAKSANAAN PENAHAPAN KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL PP 39/2021 Pasal 140
  • 13. Produk Belum Bersertifikat Halal Pada 17 Oktober 2019 Penahapan tidak berlaku, bagi: Tetap dapat masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia selama memiliki izin edar, izin usaha perdagangan, dan/atau izin impor Produk hewan yang kewajiban kehalalannya sudah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. sesuai peraturan perundang-undangan tentang penahapan jenis produk yang wajib bersertifikat halal Produk sudah bersertifikat halal sebelum Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 berlaku
  • 14. PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021 A Makanan 1. Susu dan analognya (1.1 s.d. 1.8) 2. Lemak, minyak, dan emulsi minyak (2.1 s.d. 2.5) 3. Es untuk dimakan (edible ice) termasuk sherbet dan sorbet (3.1 s.d. 3.2) 4. Buah dan sayur dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan (4.1 s.d. 4.3) 5. Kembang gula/permen dan cokelat (5.1 s.d. 5.5) 6. Serealia dan produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia, akar dan umbi, kacangkacangan dan empulur dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan (6.1 s.d. 6.8) 7. Produk bakeri (7.1 s.d. 7.6) 8. Daging dan produk olahan daging (8.1 s.d. 8.5) 9. Ikan dan produk perikanan, termasuk moluska, krustase, dan ekinodermata dengan pengolahan dan penambahan bahan tambahan pangan (9.1 s.d. 9.3)
  • 15. PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021 Makanan 10. Telur olahan dan produk- produk telur hasil olahan (10.1 s.d. 10.4) 11. Gula dan pemanis termasuk madu (11.1 s.d. 11.6) 12. Garam, rempah, sup, saus, salad, serta produk protein (12.1 s.d. 12.9) 13. Pangan olahan untuk keperluan gizi khusus (13.1 s.d. 13.7) 14. Makanan ringan siap santap (14.1 s.d. 14.4) 15. Pangan siap saji (15.1 s.d. 15.9) 16. Penyediaan makanan dan minuman dengan pengolahan (16.1 s.d. 16.7) 17. Bahan tambahan pangan (17.1 s.d. 17.24) 18. Kelompok bahan lainnya (18.1 s.d. 18.5) A
  • 16. PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK BARANG SESUAI KMA 748/2021 Minuman 1. Minuman dengan pengolahan (1.1 s.d. 1.8) 2. Kelompok bahan minuman (2.1) Produk Kimiawi 1. Kelompok bahan penolong (1.1 s.d. 1.10) 2. Bahan kimiawi lainnya (2.1 s.d. 2.12) Obat 1. Obat tradisional (1.1 s.d. 1.7) 2. Suplemen kesehatan (2.1 s.d. 2.2) 3. Obat kuasi (3.1) 4. Obat bebas (4.1) 5. Obat bebas terbatas (5.1) 6. Obat keras dikecualikan narkotika dan psikotropika (6.1) 7. Bahan obat (7.1) Produk Biologi 1. Produk biologi (1.1 s.d. 1.14) Produk Rekayasa Genetik 1. Produk rekayasa genetik (1.1 s.d. 1.6) Barang Gunaan 1. Sandang (1.1. s.d. 1.5) 2. Penutup kepala (2.1 s.d. 2.5) 3. Aksesoris (3.1 s.d. 3.14) 4. Perbekalan kesehatan rumah tangga (4.1 s.d. 4.8) 5. Peralatan rumah tangga (5.1 s.d. 5.11) 6. Perlengkapan peribadatan bagi umat Islam (6.1 s.d. 6.5) 7. Kemasan produk (7.1 s.d. 7.5) 8. Alat tulis dan perlengkapan kantor (8.1 s.d. 8.5) 9. Alat kesehatan (9.1 s.d. 9.17) 10. Bahan penyusun barang gunaan (10.1 s.d. 10.3) Kosmetik 1. Kosmetika (1.1 s.d. 1.22) B C D E F G H
  • 17. PENGELOMPOKAN JENIS PRODUK JASA SESUAI KMA 748/2021 Jasa Penyembelihan 1. Jasa penyembelihan (1.1 s.d. 1.5) Jasa Penjualan 1. Jasa penjualan (1.1. s.d. 1.4) Jasa Pengolahan 1. Jasa pengolahan (1.1 s.d. 1.6) Jasa Penyajian 1. Jasa penyajian (1.1 s.d. 1.5) Jasa Penyimpanan 1. Jasa penyimpanan (1.1 s.d. 1.5) Jasa Pengemasan 1. Jasa pengemasan (1.1 s.d. 1.2) Jasa Pendistribusian 1. Jasa pendistribusian (1.1 s.d. 1.4) I J K O L M N
  • 18. CONTOH KODING JENIS PRODUK “MAKANAN” YANG WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL (KMA 748/2021) MAKANAN TERMASUK PRODUK WAJIB BERSERTIFIKAT HALAL DENGAN MASA PENAHAPAN 17 OKTOBER 2019 S.D. 17 OKTOBER 2024
  • 19. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR HALAL
  • 20. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN PRODUK HALAL ERA BARU PROSES SERTIFIKASI HALAL LPH dapat dilakukan oleh Instansi pemerintah, Universitas atau Yayasan Islam. Sertifikasi Halal menganut sistem Telusur (Tracebility) dan bukan "End Product Analysis" BPJPH MUI LPH PRODUSEN Perusahaan 20
  • 21. Permohonan Sertifikat Halal dilengkapi dengan dokumen persyaratan: • Data pelaku usaha; • Nama dan jenis produk; • Daftar produk dan bahan yang digunakan; dan • Pengolahan produk. Penetapan LPH dilakukan pertimbangan: a. Akreditasi LPH; b. ruang lingkup kegiatan LPH; c. aksesibilitas LPH; d. beban kerja LPH; dan/atau e. kinerja LPH. LPH menyampaikan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk kepada MUI dengan tembusan kepada BPJPH, yang memuat: a. nama dan jenis produk; b. Produk dan Bahan yang digunakan; c. PPH; d. hasil analisis dan/atau spesifikasi Bahan; e. berita acara pemeriksaan; dan f. rekomendasi.
  • 22. (1) Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH. (2) Pengangkatan auditor halal oleh LPH harus memenuhi persyaratan: a. warga negara Indonesia; b. beragama Islam; c. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan, kimia, biokimia, teknik industri, biologi, farmasi, kedokteran, tata boga, atau pertanian; yang dimaksud sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan meliputi sarjana pangan, teknologi pangan, pertanian, teknologi pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, kedokteran hewan, dan gizi. d. memahami dan memiliki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat Islam; dan e. mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan. Persyaratan Auditor Halal Sesuai Undang-undang 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Auditor Halal adalah orang yang memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan kehalalan Produk.
  • 23. Auditor Halal bertugas: 1. memeriksa dan mengkaji bahan yang digunakan; 2. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan produk; 3. memeriksa dan mengkaji sistem penyembelihan; 4. meneliti lokasi produk; 5. meneliti peralatan, ruang produksi, dan penyimpanan; 6. memeriksa pendistribusian dan penyajian produk; 7. memeriksa sistem jaminan halal pelaku usaha; dan 8. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH. Tugas Auditor Halal Sesuai Undang-undang 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal
  • 24. 1. Auditor halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH. 2. Auditor halal hanya dapat diangkat dan terdaftar pada 1 (satu) LPH. 3. Pengangkatan auditor halal ditetapkan dengan keputusan pimpinan LPH 4. Untuk memperoleh sertifikat pelatihan auditor halal dan/atau sertifikat kompetensi auditor halal, auditor halal harus mengikuti: a. pelatihan auditor halal; dan/atau b.sertifikasi kompetensi auditor halal 5. Pelatihan auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH, perguruan tinggi, dan/atau lembaga pelatihan lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan 6. Sertifikasi kompetensi auditor halal dilaksanakan oleh BPJPH dan dapat bekerja sama dengan lembaga yang memiliki kewenangan penjaminan mutu kompetensi profesi Ketentuan Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
  • 25. • Auditor halal yang telah diangkat harus diregistrasi oleh BPJPH oleh LPH. • Pengajuan registrasi auditor halal disertai dengan salinan keputusan pimpinan LPH mengenai pengangkatan auditor halal. • Pencabutan registrasi auditor halal dilakukan oleh BPJPH dan dilakukan dalam hal Auditor Halal diberhentikan oleh LPH • Auditor Halal dapat diberhentikan oleh LPH dalam hal: a. mengundurkan diri; b.meninggal dunia; c. tidak memenuhi lagi salah satu persyaratan auditor halal; d.terbukti melakukan pelanggaran kode etik dan kode perilaku tingkat berat; atau e. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Registrasi dan Pemberhentian Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
  • 26. 1. Auditor halal yang telah menjalankan tugas sebelum Peraturan Pemerintah ini diundangkan tetap diakui sebagai auditor halal sepanjang memiliki kualifikasi sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. 2. Sertifikat auditor halal yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Pemerintah ini diundangkan tetap diakui dan berlaku sebagai sertifikat Auditor Halal. Ketentuan Peralihan Auditor Halal Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal
  • 28. SJPH ADALAH PANDUAN UNTUK: • Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam penetapan fatwa • Kementerian/Lembaga dalam kerja sama penyelenggaraan JPH • Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dalam melaksanakan pemeriksaan dan/atau pengujian produk • Auditor/LPH yang akan melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk • Perusahaan yang akan mengimplementasikan SJPH • Lembaga pelatihan untuk melakukan kegiatan pelatihan • Penyelia halal dalam menyusun sistem jaminan produk halal di perusahaan • Pengawas PPH dalam melakukan fungsi pengawasan PPH Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) adalah suatu sistem yang terintegrasi, disusun, diterapkan, dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya, dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan Proses Produk Halal (PPH) SistemJaminan ProdukHalal (SJPH) harus diterapkan oleh pelaku usaha untukmenjaga konsistensi produksi selama masa berlakunya sertifikat halal PENGERTIAN SJPH
  • 29.
  • 30.
  • 31. Bahan yang digunakan dalam PPH (Proses Produk Halal) terdiri atas: 1. bahan baku, 2. bahan olahan, 3. bahan tambahan, dan 4. bahan penolong. Bahan dimaksud berasal dari: 1. hewan; 2. tumbuhan; 3. mikroba; atau 4. bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, prosesbiologi, atau proses rekayasa genetik. UU 33 Tahun 2014 Pasal 17-20 Ketentuan Bahan
  • 32. Ketentuan Bahan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 62 Daftar produk dan bahan yang digunakan dalam proses produk halal harus merupakan produk dan bahan halal yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal. Ketentuan tersebut tidak diperlukan bagi bahan yang: 1. Berasal dari alam berupa tumbuhan dan bahan tambang tanpa melalui proses pengolahan; 2. Dikategorikan tidak berisiko mengandung Bahan yang diharamkan; 3. Tidak tergolong berbahaya serta tidak bersinggungan dengan bahan haram Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2019 Pasal 94 Daftar produk dan bahan yang digunakan harus merupakan produk dan bahan halal yang dibuktikan dengan sertifikat halal, kecuali bagi bahan yang: a. Berasal dari alam tanpa melalui proses pengolahan b. Dikategorikan tidak berisiko mengandung bahan yang diharamkan
  • 33.
  • 34. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 22 Ketentuan Pemisahan pada Pendistribusian, Penjualan dan Penyajian 1) Pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan tidak halal dipisahkan dari pendistribusian, penjualan, dan penyajian Produk segar asal hewan halal. 2) Pendistribusian Produk olahan asal hewan tidak halal dan Produk olahan asal non hewan tidak halal dapat disatukan dengan pendistribusian Produk olahan asal hewan halal dan Produk olahan non hewan halal sepanjang terjamin tidak terjadi kontaminasi silang dan alat distribusi bukan setelah digunakan untuk mendistribusikan Produk segar asal hewan tidak halal, yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari pihak produsen atau distributor. 3) Penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan tidak halal dipisahkan dari penjualan dan penyajian Produk segar dan olahan asal hewan dan non hewan halal.
  • 35. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 Pasal 64 Ketentuan Penggunaan Fasilitas Bersama Dalam hal fasilitas Produksi yang digunakan untuk memproduksi Produk yang diajukan Sertifikat Halal juga digunakan untuk memproduksi Produk yang tidak diajukan Sertifikat Halal yang tidak berasal dari Bahan yang mengandung Bahan yang diharamkan, Pelaku Usaha wajib menyampaikan dokumen: a. nama Produk; b. daftar Produk dan Bahan yang digunakan; c. proses pengolahan Produk; dan d. pencucian atau penyamakan pada fasilitas Produksi yang digunakan secara bersama.
  • 36. 5 HAL YANG HARUS DIKETAHUI DALAM PRODUKSI PRODUK HALAL 1. MEMASTIKAN BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN ADALAH BAHAN BAKU HALAL 2. DALAM PROSES PRODUKSI TIDAK BOLEH TERCAMPUR DENGAN BAHAN/BARANG YANG HARAM/NAJIS 3. TEMPAT, PERALATAN, DAN FASILITAS PRODUKSI TERPISAH/DIPISAHKAN DARI KEMUNGKINAN KONTAMINASI BARANG YANG HARAM (PEMISAHAN) 4. SETELAH PROSES PRODUKSI SELESAI, JIKA ADA MASA PENYIMPANAN PRODUK HARUS DISIMPAN DI TEMPATYANG TERPISAH DENGAN BARANG-BARANG YANG HARAM/NAJIS 5. DISTRIBUSI PRODUK HARUS BERDASARKAN PRINSIP KEMASLAHATAN DAN TERHINDAR DARI KONTAMINASI DENGAN BARANG-BARANG YANG HARAM/NAJIS
  • 37. Ketentuan Produk yang Tidak Dapat Diajukan Sertifikasi Halalnya 1. Nama produk yang mengandung nama minuman keras, contoh rootbeer, es krim rasa rhum raisin, bir 0% alkohol. 2. Nama produk yang mengandung nama babi dan anjing serta turunannya, seperti babi panggang, babi goreng, beef bacon, hamburger, hotdog. 3. Nama produk yang mengandung nama setan seperti rawon setan, es pocong, mi ayam kuntilanak. 4. Nama produk yang mengarah kepada hal-hal yang menimbulkan kekufuran dan kebatilan, atau ritual/perayaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam 5. Nama produk yang mengandung kata-kata yang mengandung unsur pornografi. 6. Produk dengan karakteristik/profil sensori yang memiliki kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan ketetapan fatwa. 7. Produk atau bahan tidak aman untuk dikonsumsi.
  • 38.
  • 39.
  • 40. Jl. Raya Pondok Gede No. 13, Pinang Ranti Jakarta Timur Terima kasih